PENGEMBANGAN FUNGSI HUNIAN BERDASARKAN …

16
101 PENGEMBANGAN FUNGSI HUNIAN BERDASARKAN IDENTITAS LOKAL PADA AREA WATERFRONT DI PASAR LAMA TANGERANG Louis Osvaldo Xavier 1 , Felia Srinaga 2 , Alvar Mensana 3 1,2,3. Jurusan Arsitektur, Fakultas Desain, Universitas Pelita Harapan, Jl. M. H. Thamrin Boulevard 1100 Lippo Village, Tangerang Email: [email protected] Abstrak Permasalahan perletakan hunian dan penataan fungsi ruang pada area waterfront di Pasar Lama Tangerang adalah tidak tertatanya hunian dengan baik dan belum dimanfaatkannya tepian sungai Cisadane sebagai salah satu aset lingkungan. Hal tersebut menyebabkan tidak terintegrasi antara area hunian, area berdagang dengan ruang kota sekitarnya (placeness) serta pudarnya identitas Pasar Lama sebagai kawasan Pecinan di tepi Sungai Cisadane. Penelitian ini mengajukan beberapa pertanyaan penelitian, yaitu: apa yang menjadi kriteria hunian pada area waterfront, apa fungsi hunian yang beridentitas dan sesuai pada area waterfront di Pasar Lama, dan bagaimana penerapan konsep fungsi hunian yang beridentitas pada area waterfront di Pasar Lama Tangerang.Penelitian ini mengumpulkan data dari beberapa studi literatur, observasi lapangan dan wawancara. Studi literatur membahas mengenai fungsi hunian, area waterfront dan identitas Pasar Lama.Observasi lapangan dilakukan untuk menguji teori dan menganalisis fungsi hunian, aksesibilitas bangunan, fasilitas penunjang hunian area waterfront dan identitas Pasar Lama. Hasil penelitian ini adalah ditemukannya fungsi-fungsi hunian yang sesuai dengan parameter perancangan hunian pada area waterfront dan identitas Pasar Lama Tangerang. Penelitian ini bertujuan untuk menjadikan kawasan Pasar Lama sebagai area perumahan yang beridentitas, wisata, komersil dengan pengembangan fungsi campuran pada area waterfront di sekitar tepi sungai Cisadane, serta membenahi struktur zonasi dan hubungan area perumahan dengan perdagangan. Kata kunci: fungsi hunian, waterfront, identitas lokal. Abstract Title: The Development of Residential District based on Local Identity on Waterfront Area at Pasar Lama Tangerang The waterfront edges along Cisadane river considered as one of the environmental assets in the area of Pasar Lama (Old Town Market) in the city of Tangerang. However, such valuable asset is neglected due to current urban planning issues specifically on the placement of residential district and land-use planning within Pasar Lama adjacent context. This might caused disintegration between the residential and the commercial areas as the objective of a city to create a sense of placeit’s also diminished the identity of Pasar Lama (Old Town Market) as a Chinatown on the banks of the Cisadane River. This research study aim to raise several questions, namely: what are the criteria for a proper residential neighborhood in the context of the waterfront area, what is the function of residential district that has its own particular identity and how does it suitable for the particular context of waterfront area in Pasar Lama (Old Town Market), and how does the concept of identity could be applied on the waterfront area, in the Tangerang’s Pasar Lama (Old Town Market). This research study based on data collected from literature studies, field observations and on-site interview. The literature study discuss the functions of identity for a residential district, waterfront area and Pasar Lama (Old Town Market). Field observation studies were carried out to examine the theory and analyze the function of residential neighborhood, building accessibility, supporting facilities for residential areas, and Pasar Lama (Old Town Market) identity. The results of this study are finding the residential functions in which

Transcript of PENGEMBANGAN FUNGSI HUNIAN BERDASARKAN …

Page 1: PENGEMBANGAN FUNGSI HUNIAN BERDASARKAN …

101

PENGEMBANGAN FUNGSI HUNIAN BERDASARKAN

IDENTITAS LOKAL PADA AREA WATERFRONT DI PASAR

LAMA TANGERANG

Louis Osvaldo Xavier1, Felia Srinaga

2, Alvar Mensana

3

1,2,3. Jurusan Arsitektur, Fakultas Desain, Universitas Pelita Harapan,

Jl. M. H. Thamrin Boulevard 1100 Lippo Village, Tangerang

Email: [email protected]

Abstrak

Permasalahan perletakan hunian dan penataan fungsi ruang pada area waterfront di Pasar Lama

Tangerang adalah tidak tertatanya hunian dengan baik dan belum dimanfaatkannya tepian sungai

Cisadane sebagai salah satu aset lingkungan. Hal tersebut menyebabkan tidak terintegrasi antara

area hunian, area berdagang dengan ruang kota sekitarnya (placeness) serta pudarnya identitas

Pasar Lama sebagai kawasan Pecinan di tepi Sungai Cisadane. Penelitian ini mengajukan beberapa

pertanyaan penelitian, yaitu: apa yang menjadi kriteria hunian pada area waterfront, apa fungsi

hunian yang beridentitas dan sesuai pada area waterfront di Pasar Lama, dan bagaimana penerapan

konsep fungsi hunian yang beridentitas pada area waterfront di Pasar Lama Tangerang.Penelitian

ini mengumpulkan data dari beberapa studi literatur, observasi lapangan dan wawancara. Studi

literatur membahas mengenai fungsi hunian, area waterfront dan identitas Pasar Lama.Observasi

lapangan dilakukan untuk menguji teori dan menganalisis fungsi hunian, aksesibilitas bangunan,

fasilitas penunjang hunian area waterfront dan identitas Pasar Lama. Hasil penelitian ini adalah

ditemukannya fungsi-fungsi hunian yang sesuai dengan parameter perancangan hunian pada area

waterfront dan identitas Pasar Lama Tangerang. Penelitian ini bertujuan untuk menjadikan

kawasan Pasar Lama sebagai area perumahan yang beridentitas, wisata, komersil dengan

pengembangan fungsi campuran pada area waterfront di sekitar tepi sungai Cisadane, serta

membenahi struktur zonasi dan hubungan area perumahan dengan perdagangan.

Kata kunci: fungsi hunian, waterfront, identitas lokal.

Abstract

Title: The Development of Residential District based on Local Identity on Waterfront Area at

Pasar Lama Tangerang

The waterfront edges along Cisadane river considered as one of the environmental assets in the

area of Pasar Lama (Old Town Market) in the city of Tangerang. However, such valuable asset is

neglected due to current urban planning issues specifically on the placement of residential district

and land-use planning within Pasar Lama adjacent context. This might caused disintegration

between the residential and the commercial areas as the objective of a city to create a sense of

place– it’s also diminished the identity of Pasar Lama (Old Town Market) as a Chinatown on the

banks of the Cisadane River. This research study aim to raise several questions, namely: what are

the criteria for a proper residential neighborhood in the context of the waterfront area, what is the

function of residential district that has its own particular identity and how does it suitable for the

particular context of waterfront area in Pasar Lama (Old Town Market), and how does the

concept of identity could be applied on the waterfront area, in the Tangerang’s Pasar Lama (Old

Town Market). This research study based on data collected from literature studies, field

observations and on-site interview. The literature study discuss the functions of identity for a

residential district, waterfront area and Pasar Lama (Old Town Market). Field observation

studies were carried out to examine the theory and analyze the function of residential

neighborhood, building accessibility, supporting facilities for residential areas, and Pasar Lama

(Old Town Market) identity. The results of this study are finding the residential functions in which

Page 2: PENGEMBANGAN FUNGSI HUNIAN BERDASARKAN …

ATRIUM, Vol. 4, No. 2, November 2018, 101-116

102

aligned with the parameters on residential design in the waterfront area and the local identity of

the Tangerang Pasar Lama (Old Town Market). It aims to make the Pasar Lama (Old Town

Market) areas to create and establish the local identity reflecting tourism, commercial and

residential neighborhood, in addition to the mixed-use development on the waterfront area around

the banks of the Cisadane river. Lastly, this research study also attempt to re-configure the land-

use planning as well as strategize on how to locate the residential district that supports the

relationship to its adjacent commercial areas.

Keywords: dwelling functions, waterfront, local identity.

Pendahuluan

Perancangan hunian dan perletakan

fungsi ruang yang tidak tertata dengan

baik terutama pada area waterfront

menyebabkan hubungan dan zonasi

area suatu kawasan menjadi tidak

terstruktur dengan baik. Perkembangan

suatu kawasan yang kurang

memperhatikan karaktersitik kawasan

menyebabkan pudarnya identitas lokal

kawasan tersebut. Permasalahan ini

tidak lepas dari perancangan beberapa

bagian kota di Indonesia terutama

adanya fenomena pertumbuhan

pemukiman atau hunian yang tidak

teratur, termasuk pada area tepian

sungai Pasar Lama Tangerang.

Pertumbuhan pemukiman warga yang

berkembang dan menghuni di tepi

sungai secara organik dan hunian yang

tidak lagi berfungsi secara tunggal

sebagai tempat tinggal namun bisa

berfungsi dalam berbagai hal

menyebabkan sulitnya pelaksanaan

perancangan kota yang baik dan tepat.

Dalam penelitian ini akan dilakukan

riset yang menghasilkan rancangan

fungsi hunian yang sesuai dengan

pengembangan hunian pada area

waterfront dengan memperhatikan

identitas kawasannya. Diharapkan

penelitian ini menjadi solusi dalam

membenahi struktur hubungan dan

zonasi pada area waterfront dan

meningkatkan citra kawasan yang

memperhatikan identitasnya.

Pada penelitian ini kawasan area

waterfront Pasar Lama Tangerang

menjadi lokasi obyek penelitian yakni

perumahan yang berada di tepian

Sungai Cisadane. Keberadaan Sungai

Cisadane sudah melekat dalam

perkembangan kawasan Pasar Lama

Tangerang seperti kegiatan budaya,

perdagangan, dan keagamaan

masyarakat Tionghoa yang sudah ada

sejak 600 tahun yang lalu. Walapun

Sungai Cisadane dengan kegiatan,

keadaan fisik dan maknanya

merupakan salah satu identitas dari

Pasar Lama Tangerang, namun dalam

perkembangan perancangan kota

terutama hunian dan perletakan fungsi

ruang belum ada tindakan konkrit

pemerintah dalam mengolah potensi

Sungai Cisadane sebagai daya tarik

kawasan. Permasalahan Pasar Lama

Tangerang akan pengembangan fungsi

hunian yang beridentitas pada area

waterfront menjadi dasar untuk obyek

penelitian ini. Fokus penelitian ini

adalah pada fungsi berhuni

berdasarkan identitas pada waterfront

area di Pasar Lama Tangerang.

Hasil yang diharapkan dari penelitian

ini adalah ditemukannya fungsi hunian

yang ber-identitas dan sesuai kriteria

penataan hunian pada area waterfront. Penelitian ini bertujuan untuk

menjadikan kawasan Pasar Lama

sebagai area hunian, komersil, dan

wisata dengan pengembangan fungsi-

fungsi hunian yang beridentitas pada

Page 3: PENGEMBANGAN FUNGSI HUNIAN BERDASARKAN …

Xavier, Pengembangan Fungsi Hunian Berdasarkan Identitas Lokal

103

area waterfront sekitar tepi Sungai

Cisadane dengan membenahi struktur

zonasi dan hubungan area perumahan

dan perdagangan di Pasar Lama

Tangerang.

Kajian Teori

Pada kajian teori akan dibahas

mengenai teori yang mendukung

pengembangan fungsi hunian

berdasarkan identitas lokal pada area

waterfront di Pasar Lama Tangerang.

Pembahasan kriteria fungsi hunian

yang beridentitas pada area waterfront

adalah berdasarkan kajian fungsi-

fungsi hunian yang sesuai pada area

waterfront dan kajian tentang identitas

kawasan pada area waterfront.

Berdasarkan hasil kajian teori

(Carmona, Matthew, Tim Heath, Taner

Oc, and Steve Tiesdell (2003);

Dwitama, Daryl (2017); Khaliesh,

Hamdil (2014); Ligo, Larry L. (1984);

Lynch, Kevin (1960)), disimpulkan

kriteria fungsi hunian berdasarkan

identitas lokal pada area waterfront

adalah citra dan makna (pengalaman

ruang), bangunan (kepadatan

bangunan, penataan bangunan,

orientasi bangunan, fasad bangunan,

kenyamanan, penataan dan organisasi

ruang dan abstraksi bentuk

berdasarkan konteks), uses and activity

(jenis fungsi, keberagaman aktivitas,

aktivitas hidup dan dinamis, dan zonasi

dan hubungan antar ruang),

aksesibilitas dan lingkage

(pengembangan akses, pola jalan dan

pembagian akses), sosial budaya

(fasilitas penunjang) dan letak

geografis dan lanskap (kualitas lanskap, sempadan bangunan,

kenyamanan dan kondisi tapak).

Tabel 1. Kesimpulan kriteria penelitian

berdasarkan kajian teori

Kesimpulan Kriteria Penilaian

Citra dan makna

Pengalaman ruang

Aksesibilitas dan linkage

Pengembangan akses

Pola jalan

Pembagian akses

Fungsi/ uses and activity

Jenis fungsi

Keberagaman aktivitas

Aktivitas hidup dan dinamis

Zonasi dan hubungan antar ruang

Sosial budaya

Fasilitas penunjang

Letak geografis dan lanskap

Kualitas lanskap

Sempadan bangunan

Kondisi tapak

Kenyamanan

Bangunan

Kepadatan bangunan

Penataan bangunan

Orientasi bangunan

Fasad bangunan

Kenyamanan

Penataan ruang

Abstraksi bentuk (konteks)

Sumber: Hasil analisis, 2019

Metode dan konteks kawasan

studi

Metode penelitian dalam analisis site

berupa observasi site, wawancara dan

penyebaran angket. Analisis site

merupakan pembahasan masalah yang

ada pada site berdasarkan kesimpulan

kriteria penelitian dalam kajian teori.

Observasi site, wawancara dan

penyebaran angket bertujuan untuk

mendapatkan data yang valid

mengenai permasalahan secara fisik

maupun persepsi penghuni yang

tinggal pada site. Hasil dari metode

penelitian akan menghasilkan

Page 4: PENGEMBANGAN FUNGSI HUNIAN BERDASARKAN …

ATRIUM, Vol. 4, No. 2, November 2018, 101-116

104

kesimpulan dan solusi desain yang

ditawarkan untuk merealisasikan

penelitian dalam perancangan

arsitektur.

Gambar 1. Noly map Pasar Lama

Tangerang

Sumber: Hasil analisis, 2019

Gambar 2. Diagram zoning kawasan Pasar

Lama

Sumber: Hasil analisis, 2019

Berdasarkan hasil analisis site yang

didasarkan pada observasi site,

wawancara dan penyebaran kuisioner,

kriteria fungsi hunian yang beridentitas

pada area waterfront antra lain: citra

dan makna, uses and activity,

aksesibilitas dan lingkage, sosial

budaya, dan letak geografis dan

lanskap, dan bangunan. Berikut

pemaparan solusi desain dalam tabel 2

yang akan diterapkan dalam

perancangan penelitian.

Tabel 2. Solusi desain berdasarkan analisis site

Kesimpulan Kriteria

Penelitian: Fungsi

Hunian berdasarkan

Identitas Lokal pada

Area Waterfront

Solusi Desain

Cit

ra d

an

Mak

na Pengalaman

Ruang

Menjadikan kawasan dalam site sebagai suntikan akupuntur

kota berupa pengembangan fungsi hunian yang juga

memperhatikan bangunan tepi air dan kawasan pecinan.

Ak

sesi

bil

itas

dan

Lin

kage

Pengembangan

Akses

Akses mobil hanya ada dari Jl. Kalipasir Indah menuju lahan

parkir yang ada di bagian selatan site. Sehingga area dalam site

diperuntukan hanya untuk pedestrian dan jalur pedestrian

minimal memiliki tiga akses.

Jalur pedestrian pada Jl. Cilangkap di dalam site diperbesar

menjadi 6 meter untuk menyesuaikan zonasi fungsi untuk

komersil.

Penambahan akses privat bagi penghuni untuk masuk ke

kawasan perumahan.

Penambahan akses menuju badan air berupa jalur pedestrian/

tangga/ ramp maupun jembatan.

Pembagian

Akses

Page 5: PENGEMBANGAN FUNGSI HUNIAN BERDASARKAN …

Xavier, Pengembangan Fungsi Hunian Berdasarkan Identitas Lokal

105

Pola Jalan Menetapkan pola jalan semi latice baik pada zona publik pada

Jl. Cilangkap (fungsi komersil dan sosial) maupun zona privat

di dalam kawasan hunian (fungsi berhuni). U

ses

an

d A

ctiv

ity

Jenis Fungsi Mempertahankan dan mengembangkan jenis fungsi di dalam

site yaitu berhuni, komersil dan sosial sesuai dengan jumlah

penduduk dan persentase jenis fungsi pada site. Keberagaman

Aktivitas

Aktivitas Hidup

dan Dinamis

Meningkatkan intensitas aktivitas seperti streetfood dan

pertokoan dari pagi hingga malam dan mengembangkan

keberagaman aktivitas seperti penambahan fungsi berhuni

dalam komersil seperti hotel, fungsi komersil streetfood, toko

dan restoran, dan fungsi sosial terdapat Museum Roemboer.

Zonasi dan

Hubungan antar

Ruang

Membagi letak kawasan berdasarkan jenis fungsi (berhuni,

komersil dan sosial) dan public-private jenis fungsinya

dibandingkan dengan zonasi fungsi yang ada pada sekitar site.

Jenis fungsi berhuni (rumah) maka akan diletakan lebih privat.

Jenis fungsi komersil (hotel, fungsi komersil streetfood, toko

dan restoran) dan sosial (Museum Roemboer) ditempatkan di

area publik.

Hubungan antar ruang tercipta kawasan dibagi berdasarkan

jenis fungsi dan public-private adalah agar fungsi-fungsi yang

beragam saling menunjang namun tetap menjaga privasi

penghuni dalam site.

Sosi

al

Bu

daya

Fasilitas

Penunjang

Fasilitas transportasi berupa halte angkutan umum diletakan

dekat dengan perimeter Jl. Kalipasir Indah dekat dengan

entrance jalur pedestrian agar lebih mudah dicapai dengan

berjalan kaki.

Fasilitas penunjang yang akan ditambah didalam site berupa

wc umum ditempatkan dengan area komersil dan sosial dalam

site. Terdapat taman pada kawasan tepian air sebagai area

publik untuk pengunjung. Tempat-tempat duduk akan

ditempatkan di area komersil dan sosial.

Let

ak

Geo

gra

fis

da

n L

an

skap

Kenyaman

an

Menempatkan area peneduh (bangunan 2-3 lantai dengan

koridor peneduh dan pohon besar) disepanjang jalur pedestrian

luar bangunan.

Kualitas

Lanksap Menempatkan courtyard pada area kawasan bangunan

terutama pada bagian dalam bangunan dan area transisi antar

bangunan/ tempat. Sempadan

Bangunan

Membatasi area dibangun dalam site maksimal 20 meter dari

jarak antara bangunan tepi air sampai titik tertinggi pasang air.

Kondisi Tapak

Perletakan antar pohon dibuat renggang sebesar 10 meter.

Perletakan vegetasi/ pohon didalam site lebih merata terutama

pada area komersil dan sosial di Jl. Cilangkap dan di dalam

halaman dan RTH pada area hunian.

Penambahan lanskap dan area pengerasaan pada area dekat

badan air sepanjang 5 meter.

Penyesuaian bentuk atap yang lebih lebar antara 20 cm-100 cm

(tritisan) untuk mengatasi panas dan tampias air hujan. B a n g u n a n

Kepadatan

Bangunan

Mengatur kepadatan bangunan maksimal 25% pada tepian air.

Page 6: PENGEMBANGAN FUNGSI HUNIAN BERDASARKAN …

ATRIUM, Vol. 4, No. 2, November 2018, 101-116

106

Penataan

Bangunan

Tinggi bangunan antara 6-10 meter (dua sampai tiga lantai).

Atap bangunan menggunakan renzi roof.

Bentuk bangunan bersifat single (alternatif bentuk L, linear dan

memusat).

Struktur bangunan terlihat dari eksterior bangunan.

Orientasi

Bangunan

Bangunan yang berada di kawasan tepian air harus menghadap

Sungai Cisadane.

Fasad

Bangunan

Menggunakan warna alami dan material alami pada bangunan

seperti cat warna putih (netral), material alami seperti batu

alam dan kayu.

Memperbanyak bukaan pada fasad bangunan.

Kenyamanan Strategi penghawaan ruang dalam bangunan menggunakan

void dan penghawaan vertikal untuk mengeluarkan udara

panas.

Memperbanyak bukaan pada eksterior bangunan untuk

memperbanyak intensitas cahaya matahari masuk ke dalam

ruang dalam bangunan (minimal: atap dan fasad).

Penataan dan

Organiasi

Ruang

Menempatkan ruang berdasarkan aksis bangunan. Fungsi ruang

dalam dikelompokan berdasarkan modul-modul ruang dan

perletakan modul-modul ruang berdasarkan hirarki ruang yaitu

public-private.

Ruangan yang dekat pintu masuk adalah ruang yang lebih

publik dan semakin dalam ruangannya maka semakin privat.

Abstrasi Bentuk

(Konteks)

Menjadikan Sungai Cisadane sebagai konteks dalam abstraksi

bentuk.

Abstrak bentuk dari Sungai Cisadane adalah lengkung dan arc.

Penggunaan lengkung dan arc akan diterapkan pada elemen

bangunan seperti atap dan badan bangunan.

Sumber: Hasil analisis, 2019

Pembahasan

Pembahasan mengenai konsep desain

yang didasari dari hasil analisis site

akan dibagi menjadi dua bagian, yaitu

konsep desain makro dan konsep

desain mikro. Konsep desain makro

membahas mengenai konsep hubungan

dan dampak yang diharapkan dalam

perancangan site dengan konteks/

kawasan di sekitarnya. Pembahasan

konsep makro meliputi: citra dan makna kawasan, zonasi dan hubungan

antar ruang. Sementara konsep desain

mikro akan membahas mengenai

konsep-konsep desain yang

mendukung keterbangunan dan

perencanaan dalam perancangan,

meliputi: aksesibilitas, fungsi/ uses and

activity, lanskap dan fasilitas

penunjang, dan bangunan. Konsep-

konsep desain makro dan mikro yang

ada akan dievaluasi secara menyeluruh

dan hasil dari evaluasi tersebut akan

menjadi dasar dalam perancangan.

Konsep Desain Makro: Citra dan

Makna

Dalam kesimpulan solusi desain

mengenai citra dan makna,

meningkatkan citra kawasan yaitu

mempertahankan dan mengembangkan

citra site yang merupakan kawasan tepi

air (Sungai Cisadane) dan kawasan

Page 7: PENGEMBANGAN FUNGSI HUNIAN BERDASARKAN …

Xavier, Pengembangan Fungsi Hunian Berdasarkan Identitas Lokal

107

Pecinan dengan menjadikan kawasan

dalam site sebagai suntikan akupuntur

kota berupa pengembangan fungsi

hunian yang juga memperhatikan

bangunan tepi air dan kawasan

pecinan.

Selain citra, kawasan juga harus

meningkatkan makna bagi penghuni

dalam site dan sekitarnya. Makna yang

perlu dipertahankan adalah

pengalaman dan aktivitas keseharian

penghuni. Pengalaman tersebut berupa

bentuk ruang dan bangunan yang ada,

terutama bangunan bertemakan

Arsitektur Cina yang dikembangkan,

aktivitas dan kegiatan yang ada serta

keadaan fisik site (seperti akses,

fasilitas, dan pembangunan yang

memperhatikan kondisi tapak yaitu

lanskap, vegetasi dan area hijau,

pembangunan kawasan tepi air dan

iklim pada tapak). Dari pembahasan

ini, konsep desain didasarkan pada

rancangan yang mengembangkan site

berdasarkan pengembangan fungsi

hunian yang memperhatikan

pengembangan bangunan tepi air dan

pengembangan kawasan Pecinan

sebagai identitas lokal kawasan.

Konsep Desain Makro: Zonasi dan

Hubungan antar Ruang

Solusi desain zonasi dan hubungan

antar ruang adalah membagi letak

kawasan berdasarkan jenis fungsi

(berhuni, komersil dan sosial) dan

public-private bangunan. Berdasarkan

solusi desain di atas, terdapat konsep

desain zonasi dan hubungan antar

ruang, yaitu:

Gambar 3. Noly map alternatif konsep

desain zonasi dan hubungan antar ruang

Sumber: Hasil analisis, 2019

Perletakan zonasi fungsi yang bersifat

publik berada di muka site hingga

bagian dalam site dan zonasi fungsi

yang bersifat privat berada di bagian

dalam site. Konsep desain di atas

adalah ingin menghidupkan aktivitas di

bagian luar hingga dalam site sehingga

lebih mengundang pengunjung/ orang

untuk singgah. Pada bagian muka site

diletakan aktivitas publik yang bersifat

komersil untuk menarik pengunjung

masuk hingga pada site yang terdalam.

Jika dilihat berdasarkan zonasi fungsi

kawasan di sekitar site, kawasan site

dari arah timur merupakan bagian

belakang bangunan dari area komersil

yaitu ruko-ruko komersil yang

menghadap Jl. Kisamaun. Maka, pada

bagian belakang adalah area hunian

dan area yang lebih privat bagi pemilik

rumah. Dari arah utara hingga barat,

zonasi fungsi kawasan sekitar site

merupakan hunian/ rumah tinggal

bersifat privat. Perletakan zonasi

fungsi privat yang tepat pada site

adalah pada bagian timur, utara dan

barat site sementara zonasi fungsi

publik seperti komersil/ sosial berada

dibagian selatan.

Page 8: PENGEMBANGAN FUNGSI HUNIAN BERDASARKAN …

ATRIUM, Vol. 4, No. 2, November 2018, 101-116

108

Konsep Desain Mikro: Aksesibilitas

Pada konsep desain mikro, perletakan

akses mobil hanya pada bagian selatan

site yang berada pada Jl. Kalipasir

Indah. Mobil tidak bisa memasuki area

di dalam site. Kedua alternatif sama-

sama memperbesar perletakan parkir

kendaraan bermotor di bagian selatan

site dan jalan pedestrian sebesar 6

meter pada Jl. Cilangkap. Pada konsep

desain perletakan akses juga memiliki

akses privat pada area hunian, akses

menuju badan air dan bersifat semi-

lattice dalam mengkoneksi antar

bangunan.

Gambar 4. Diagam potongan site

Sumber: Hasil analisis, 2019

Gambar 5. Noly map konsep desain

aksesibilitas

Sumber: Hasil analisis, 2019

Pada konsep desain ini, terdapat 2

akses masuk utama, 2 akses masuk

sekunder dan 2 akses service bagi area

komersil. Banyaknya akses masuk

kedalam site akan meningkatkan

kemudahan pencapaian ke dalam site

oleh pejalan kaki dan akses service

yang diperlukan untuk bangunan

komersil yang bersifat publik.

Konsep Desain Mikro: Fungsi/ uses

and Activity

Konsep desain mikro mengenai fungsi/

uses and activity didasari oleh solusi

desain berupa penetapan dan

pengembangan jenis fungsi bangunan/

programming yang ada pada site dan

peningkatan intesitas aktivitas site

terutama kegiatan komersil agar

aktivitas dalam site menjadi hidup dan

beragam.

Berdasarkan solusi desain ini, jenis

fungsi pada site didominasi dengan

fungsi hunian yang menampung sekitar

132 jiwa, dengan 44 bangunan yang

berpadu antara fungsi hunian dan

hunian-komersil (ruko toko dan

restoran), fungsi sosial berupa Museum

Roemboer yang dipertahankan dan

dikembangan serta pengembangan

fungsi hunian pada site berupa fungsi

berhuni yaitu hostel. Persentase fungsi

hunian harus lebih besar dibandingkan

dengan fungsi bangunan yang lain

sehingga dalam perancangan mengenai

fungsi/ uses and activity, penyebaran

fungsi hunian pada bangunan menjadi

lebih merata dalam site. Berikut

merupakan programming dalam site,

yaitu:

1. Fungsi hunian berupa rumah

tinggal (22 unit) yang memiliki

fungsi tunggal yaitu berhuni.

Dalam rumah terdiri dari 3

penghuni dengan luas lahan 110

m2

dan luas bangunan 120 m2

setinggi 2 lantai.

2. Fungsi komersil berupa rumah

toko (restoran) (9 unit) yang

memiliki fungsi berhuni dan

komersil. Dalam rumah terdiri dari

3 penghuni dengan luas lahan 100

m2

dan luas bangunan 200 m2

setinggi 2 lantai.

Page 9: PENGEMBANGAN FUNGSI HUNIAN BERDASARKAN …

Xavier, Pengembangan Fungsi Hunian Berdasarkan Identitas Lokal

109

3. Fungsi komersil berupa rumah

toko (toko) (6 unit) yang memiliki

fungsi berhuni dan komersil.

Dalam rumah terdiri dari 3

penghuni dengan luas lahan 120

m2

dan luas bangunan 200 m2

setinggi 2 lantai.

4. Fungsi komersil berupa hostel

merupakan salah satu

pengembangan fungsi berhuni dan

komersil pada site. Hostel (1 unit)

dengan luas lahan 600 m2 dan luas

bangunan 900 m2 setinggi 3 lantai.

5. Fungsi sosial berupa Museum

Roemboer (1 unit) dengan luas

lahan 200 m2

dan luas bangunan

360 m2 setinggi 3 lantai.

Berdasarkan solusi desain mengenai

aktivitas yang hidup, jenis fungsi yang

bersifat publik seperti hostel, ruko dan

museum memiliki jam buka dari pagi

hingga malam. Diharapkan aktivitas di

dalam site menjadi lebih intens pada

area publik dibanding dengan keadaan

site saat ini yang kurang intensitas

aktivitasnya. Berikut konsep desain

perletakan program dalam site

bedasarkan konsep desain mengenai

program pada site, yaitu:

Gambar 6. Noly map konsep desain

program pada site

Sumber: Hasil analisis, 2019

Pada konsep desain program pada site,

perletakan fungsi komersil berupa ruko

dan Museum Roemboer dan hostel

berada di bagian selatan site

menghadap Sungai Cisadane.

Sementara ruko komersil berada

dibagian tengah site pada Jl.

Cilangkap. Pada bagian timur, utara

dan barat site dipenuhi oleh rumah

sebagai fungsi hunian. Konsep desain

juga memperhatikan kemerataan

orientasi bangunan yang merata pada

setiap fungsi. Seperti pada fungsi

komersil berupa ruko, Museum

Roemboer dan hostel berada di bagian

selatan site menghadap Sungai

Cisadane lebih memungkinkan

memiliki orientasi menghadap tepi air.

Konsep Desain Mikro: Fasilitas

Penunjang

Konsep desain mikro mengenai

fasilitas penunjang yang didasari oleh

beberapa solusi desain, yaitu:

pengadaan fasilitas transportasi berupa

halte angkutan umum diletakan dekat

dengan perimeter Jl. Kalipasir Indah

dekat dengan entrance jalur pedestrian

agar lebih mudah dicapai dengan

berjalan kaki dan penambahan fasilitas

penunjang di dalam site berupa wc

umum yang ditempatkan pada area

komersil dan sosial dalam site.

Terdapat taman pada kawasan tepian

air sebagai area publik untuk

pengunjung. Pembahasan taman akan

lebih detail dibahas pada pembahasan

lanskap. Tempat-tempat duduk akan

ditempatkan di area komersil dan

sosial. Berdasarkan pemaparan solusi

desain di atas, berikut adalah konsep

desain mengenai fasilitas penunjang

dan fasilitas transportasi, yaitu:

pada alternatif ini, penyebaran

perletakan tempat duduk lebih merata

baik pada area-area komersil dan area

taman pada tepi sungai dan taman

dalam site. Konsep desain pada setiap

Page 10: PENGEMBANGAN FUNGSI HUNIAN BERDASARKAN …

ATRIUM, Vol. 4, No. 2, November 2018, 101-116

110

bangunan komersil di dalam site

memiliki wc yang dapat digunakan

secara umum. Taman pada kawasan

merupakan fasilitas rekreasi bagi

pengunjung termasuk pada tepian air.

Gambar 7. Noly map konsep desain fasilitas

penunjang pada site

Sumber: Hasil analisis, 2019

Konsep Desain Mikro: Lanskap

Konsep desian lanksap mengenai

penempatan courtyard dalam

bangunan akan dibahas lebih dalam

pada pembahasan konsep bangunan.

Setiap bangunan yang ada di dalam

site harus memiliki courtyard sebagai

salah satu kriteria dalam bangunan

Arsitektur Cina. Sehingga, hanya

ukuran courtyard saja yang

disesuaikan pada perletakan dalam

bangunan terutama disesuaikan dengan

KDH pada jenis fungsi bangunan

tersebut. Sementara courtyard pada

bagian luar bangunan yang berupa area

RTH/ bukan area pengerasan

ditempatkan sebagai ruang transisi

antar bangunan/ tempat. Berikut

konsep desain mengenai courtyard

bagian luar bangunan dan lanksap tepi

air, yaitu:

Gambar 8. Noly map konsep desain lanskap

Sumber: Hasil analisis, 2019

Konsep desain lanskap, courtyard dan

RTH yang ada pada sisi bangunan

digunakan untuk memberi penguat

orientasi dari jalur pedestrian, ruang

transisi menuju suatu tempat dan

menjadi batas antara bangunan dengan

jalan. Pada bagian taman terdapat

penggunaan elemen air sebagai

penyatu softscape dengan bangunan

sekitarnya. Selain itu, terdapat

beberapa titik area hijau yang berupa

taman untuk dijadikan ruang duduk.

Dalam pengembangan lanksap tepi air

terdapat area perkerasan sejauh 5 meter

yang memiliki beberapa ruang duduk

dan vegetasi. Selain itu, akses menuju

tempat tersebut dapat menggunakan

ramp, jembatan maupun tangga. Area

courtyard dan RTH merupakan ruang

transisi antar bangunan/ tempat dan

Page 11: PENGEMBANGAN FUNGSI HUNIAN BERDASARKAN …

Xavier, Pengembangan Fungsi Hunian Berdasarkan Identitas Lokal

111

terdapat area perkerasan di sepanjang

tepi air pada site yang dapat dicapai

hanya menggunakan tangga.

Konsep desain mengenai area peneduh

pada bagian luar bangunan bertujuan

untuk menjaga kenyamanan suhu

thermal dengan cara mendapatkan

shading maupun terhindar dari air

hujan. Bentuk dari konsep desain di

atas dapat dibagi menjadi area peneduh

alami berupa pohon dan man-made,

yaitu koridor peneduh dan atap

bangunan. Pada konsep desain di atas,

vegetasi diletakkan secara konsisten

pada courtyard tiap bangunan dan pada

area RTH, serta tidak membangun

bangunan pada sempadan bangunan

dalam jarak 20 meter dari badan air.

Vegetasi diletakkan berjarak kurang

lebih 10 meter agar tidak menghalangi

view. Selain itu, pada site digunakan

dinding pada perimeter batas kavling

pada tepi bangunan dengan jalan yang

berfungsi sebagai pembatas antar zona

hunian dan zona komersil. Dinding

tersebut diberi atap dengan lebar

sekitar 100 cm. Bentuk dinding dan

atap dinding tersebut memiliki

alternatif yang disesuaikan dengan

abstraksi dalam perancangan.

Konsep Desain Mikro: Bangunan

Konsep desain mikro mengenai

bangunan didasari oleh solusi desain

yang dibahas pada analisis site.Tinggi

dan bentuk bangunan pada site setinggi

2-3 lantai (antara 6 -10 meter) dan

bentuk bangunan pada site berupa

linear, L ataupun persegi/ memusat

yang merupakan single building.

Penetapan tinggi dan bentuk bangunan

disesuaikan dengan fungsi bangunan

pada keadaan bangunan eksisting

(ruko, museum dan rumah) maupun

perancangan bangunan baru seperti

hostel.

Berdasarkan analisis site dan solusi

desain yang sebelumnya telah dibahas

pada bagian analisis site, konsep

desain pada bangunan akan kepadatan

bangunan pada kawasan tepi air

maksimal 25%, tujuannya adalah agar

kawasan tepi air tetap memberikan

ruang untuk melihat view badan air.

Hal ini sebelumnya, pada bagian

konsep desain mengenai bentuk

bangunan, telah ditetapkan

berdasarkan fungsi bangunan. Maka,

pembangunan pada area tepian air pada

site harus memperhatikan kepadatan

bangunan dan bentuk bangunan.

Terdapat dua alternatif mengenai

konsep desain mengenai perletakan

bangunan, yaitu:

Gambar 9. Noly map konsep desain

bangunan: perletakan bangunan

Sumber: Hasil analisis, 2019

Dari perletakan bangunan pada konsep

desain diatas terlihat penempatan

bangunan sesuai dengan area/zonasi

fungsinya masing masing. Area privat

yang berupa hunian dilingkupi oleh

dinding yang berfungsi sebagai

pembatas antara area publik dan privat

sehingga zonasi antar ruang publik dan

privat lebih jelas. Kepadatan bangunan

pada tepian air pada kedua alternatif

sudah dibawah 25% karena pada

bangunan tepi air, beberapa bangunan

Page 12: PENGEMBANGAN FUNGSI HUNIAN BERDASARKAN …

ATRIUM, Vol. 4, No. 2, November 2018, 101-116

112

memberikan jarak antar bangunan

sebelahnya sehingga masih dapat

melihat view kepada badan air dari

dalam site. Kedua alternatif

memberikan setback sebesar 3 meter

dari tepi Jl. Kalipasir Indah sehingga

dapat digunakan untuk memudahkan

ketercapaian pejalan kaki menuju site.

Massa bangunan hostel dan museum

dipisahkan oleh lanksap sehingga

selain tidak massive juga dapat

memberikan view untuk bangian hostel

di bagaian tengah site dan memberikan

jalur akses khusus untuk pengunjung

yang ingin ke hostel/museum.

Solusi desain dalam keterbukaan

struktur pada eksterior bangunan dan

warna, juga material alami pada fasad

dibuat berdasarkan karakteristik

bangunan Arsitektur Cina, yaitu

memperlihatkan struktur utama

bangunan yang dibahas di atas.

Gambar 10. Konsep desain fasad bangunan

Sumber: Hasil analisis, 2019

Pada konsep desain fasad ini, fasad

pada bangunan mengekspos

pembalokan dari kayu dan

mengunakan cat warna putih sebagai

warna natural/alami dan material batu

alam sebagai fasad dinding. Kemudian

di bagian dalam, kolom kayu

digunakan pada koridor dalam

bangunan dan mengekspos

pembalokan kayu dalam bangunan.

Pada struktur bangunan, kolom dalam

bangunan digantikan dengan bearing

wall dengan material precast concrete

dan material dindingnya berupa batu

bata.

Gambar 11. Konsep desain bukaan

eksterior bangunan

Sumber: Hasil analisis, 2019

Solusi desain mengenai kenyamanan

ruang dalam bangunan, yaitu strategi

penghawaan ruang dalam bangunan

menggunakan void dan penghawaan

vertikal untuk mengeluarkan udara

panas, memperbanyak bukaan pada

eksterior bangunan untuk

memperbanyak intensitas cahaya

matahari masuk ke dalam ruang dalam

bangunan (minmal: atap dan fasad).

Berdasarkan pembahasan mengenai

void dan penghawaan vertical, maka

terdapat dua alternatif konsep desain

dalam kenyamanan penghawaan dan

pencayaan, yaitu:

Gambar 12. Konsep desain kenyamanan

penghawaan dan pencahayaan dalam

bangunan

Sumber: Hasil analisis, 2019

Konsep desain kenyamanan

penghawaan dan pencahayaan dalam

bangunan memiliki void pada bagian

dalam bangunan, sehingga dapat

mengeluarkan hawa panas dari lantai

dasar menuju lantai atas. Void juga

berfungsi untuk memberikan ruang

Page 13: PENGEMBANGAN FUNGSI HUNIAN BERDASARKAN …

Xavier, Pengembangan Fungsi Hunian Berdasarkan Identitas Lokal

113

untuk pencahayaan yang lebih banyak

di lantai dasar. Konsep desain di atas

memiliki bukaan pada atap dan dinding

bangunan sehingga pencahayaan dan

strategi penghawaan lebih banyak. Hal

tersebut bertujuan agar cahaya yang

didapatkan pada ruang dalam dapat

lebih banyak dan terdapat strategi

penghawaan cross ventilation yang

memungkinkan udara keluar lebih

cepat dari sisi-sisi bangunan.

Pada perletakan ruang dalam bangunan

berdasarkan solusi desain, penempatan

ruang harus memperhatikan aksis

bangunan. Fungsi ruang dalam

dikelompokan berdasarkan modul-

modul ruang dan perletakan modul-

modul ruang berdasarkan hierarki

ruang, yaitu public-private. Ruangan

yang dekat pintu masuk adalah ruang

yang lebih publik dan semakin dalam

ruangannya maka semakin privat.

Pembahasan akan dibagi sesuai dengan

konsep desain fungsi dan bentuk

bangunan yang ada pada perancangan,

yaitu: hunian, rumah toko, hostel dan

Museum Roemboer.

1. Pada hunian yang memiliki 2

lantai bangunan dan berbentuk L

untuk 3 penghuni.

Gambar 13. Konsep desain program ruang

hunian

Sumber: Hasil analisis, 2019

2. Rumah toko (restoran) memiliki

2-3 lantai bangunan dengan 3

penghuni dan memiliki alternatif

bentuk linear dan persegi/

memusat.

Gambar 14. Konsep desain program ruang

rumah toko (restoran)

Sumber: Hasil analisis, 2019

3. Rumah toko (toko) memiliki 2-3

lantai bangunan dengan 3

penghuni dan memiliki alternatif

bentuk linear dan

persegi/memusat.

Gambar 15. Konsep desain program ruang

rumah toko (toko)

Sumber: Hasil analisis, 2019

4. Hostel dan Museum Roemboer

memiliki 3 lantai bangunan dan

memiliki bentuk memusat serta

memiliki 3 massa bangunan yang

disesuaikan dengan perbandingan

luas bangunan dengan luas tanah.

Gambar 16. Konsep desain program ruang

hostel dan museum

Sumber: Hasil analisis, 2019

Page 14: PENGEMBANGAN FUNGSI HUNIAN BERDASARKAN …

ATRIUM, Vol. 4, No. 2, November 2018, 101-116

114

Konsep desain mengenai abstraksi

bentuk terhadap konteks Sungai

Cisadane adalah bentuk lengkung dan

arc. Sehingga, penggunaan lengkung

dan arc akan diterapkan pada elemen

bangunan seperti pada atap dan badan

bangunan. Terdapat dua alternatif

konsep desain mengenai abstraksi

bentuk terutama pada bagian atap

bangunan yang diadaptasi dari atap

renzi roof, yaitu:

Gambar 17. Konsep desain abstraksi

bentuk 1

Sumber: Hasil analisis, 2019

Gambar 18. Konsep desain abstraksi

bentuk 2

Sumber: Hasil analisis, 2019

Kedua alternatif konsep abstraksi

bentuk atap dan badan bangunan akan

diterapkan dalam perancangan

bangunan hunian, rumah toko, hostel

dan museum. Pembahasan selanjutnya

mengenai konsep desain mikro yaitu

lanskap pada site.

Hasil Penelitian

Hasil Perancangan penelitian didasari

oleh evaluasi konsep desain yang

sudah dibahas pada subbab

pembahasan sebelumnya. Berikut

merupakan hasil perancangan

penelitian.

Gambar 19. Visualisasi suasana site pada

mata burung 1

Sumber: Hasil analisis, 2019

Gambar 20. Visualisasi suasana rumah 1

Sumber: Hasil analisis, 2019

Gambar 21. Visualisasi suasana rumah 2

Sumber: Hasil analisis, 2019

Gambar 22. Diagram perancangan hunian

Sumber: Hasil analisis, 2019

Page 15: PENGEMBANGAN FUNGSI HUNIAN BERDASARKAN …

Xavier, Pengembangan Fungsi Hunian Berdasarkan Identitas Lokal

115

Gambar 23. Diagram perancangan ruko

restoran

Sumber: Hasil analisis, 2019

Gambar 24. Diagram perancangan ruko

toko

Sumber: Hasil analisis, 2019

Gambar 25. Diagram perancangan hostel

dan museum

Sumber: Hasil analisis, 2019

Kesimpulan

Dalam merancang suatu kawasan yang

memperhatikan pengembangan fungsi

hunian yang beridentitas pada area

waterfront perlu diketahui fungsi apa

saja yang ada pada hunian. Oleh

karena itu, diperlukan beberapa kajian

teori terlebih dahulu mengenai ragam

fungsi hunian sebelum masuk dalam

proses perancangan bangunan dan

kawasan.

Pembahasan kajian teori mengenai

fungsi hunian, bangunan waterfront

dan kawasan yang beridentitas akan

menjadi dasar bagi penulis untuk

membuat kesimpulan kriteria untuk

penelitian. Dalam kriteria penelitian

perlu diperhatikan citra dan makna

(pengalaman ruang), bangunan

(kepadatan bangunan, penataan

bangunan, orientasi bangunan, fasad

bangunan, kenyamanan, penataan dan

organisasi ruang dan abstraksi bentuk

berdasarkan konteks), uses and activity

(jenis fungsi, keberagaman aktivitas,

aktivitas hidup dan dinamis, dan zonasi

dan hubungan antar ruang),

aksesibilitas dan lingkage

(pengembangan akses, pola jalan dan

pembagian akses), sosial budaya

(fasilitas penunjang) dan letak

geografis dan lanskap (kualitas

lanskap, sempadan bangunan,

kenyamanan dan kondisi tapak). Selain

itu, terdapat studi preseden rancangan

untuk penelitian sebagai contoh

penerapan pengembangan fungsi

hunian yang beridentitas pada area

waterfront.

Setiap perancangan pada penelitian

baik makro dan mikro pada kawasan

akan menjadi salah satu solusi

rancangan untuk mengatasi

permasalahan perancangan hunian dan

perelatakan fungsi ruang yang tidak

tertata pada area waterfront di Pasar

Lama. Perancangan kawasan dalam

penelitian memperhatikan dan

meningkatkan citra dari karakter

kawasan dan identitas lokal setempat

dengan merancang akses kawasan,

Page 16: PENGEMBANGAN FUNGSI HUNIAN BERDASARKAN …

ATRIUM, Vol. 4, No. 2, November 2018, 101-116

116

fungsi bangunan, fasilitas penunjang,

lanskap tepi air dan bangunan.

Ucapan Terima Kasih

Penelitian ini merupakan penelitian

internal Tugas Akhir yang didanai oleh

LPPM UPH dengan kontrak

No.114/LPPM-UPH/III/2019.

Daftar Pustaka

Carmona, M., Heath, T., Oc, Taner,

Tiesdell, S. (2003). Public places

urban spaces: The dimensions of

urban design. London:

Architectural Press.

Dwitama, Daryl. (2017). Perancangan

waterfront city pada kawasan

Waduk Sunter Barat. Tangerang:

Universitas Pelita Harapan.

Khaliesh, Hamdil. (2014). Arsitektur

tradisional Tionghoa: Tinjauan

terhadap identitas, karakter

budaya dan eksistensinya. Jurnal

Arsitektur Langkau Betang, Vol.

1, No.1, 86-99.

Ligo, Larry L. (1984). The concept of

function in twentieth-century

architectural criticism. New

York: UMI Research Press.

Liu, Laurence G. (1989). Chinese

architecture. London: Academy

Edition.

Lynch, Kevin. (1960). The image of

the city. London: The MIT Press.