Refrat_Syok Hipovolemik
-
Upload
suci-rahmi -
Category
Documents
-
view
236 -
download
0
Transcript of Refrat_Syok Hipovolemik
8/11/2019 Refrat_Syok Hipovolemik
http://slidepdf.com/reader/full/refratsyok-hipovolemik 1/20
1
BAB I
PENDAHULUAN
Syok adalah suatu keadaan dimana pasokan darah tidak mencukupi untuk
kebutuhan organ-organ di dalam tubuh. Syok juga didefinisikan sebagai gangguan
sirkulasi yang mengakibatkan penurunan kritis perfusi jaringan vital atau
menurunnya volume darah yang bersirkulasi secara efektif. 1 Pada saat terjadi syok
terjadi penurunan perfusi jaringan, terhambatnya pengiriman oksigen, dan
kekacauan metabolisme sel sehingga produksi energi oleh sel tidak memadai.
Apabila sel tidak dapat menghasilkan energi secara adekuat, maka sel tidak akan
berfungsi dengan baik sehingga akan menimbulkan disfungsi dan kegagalan
berbagai organ, akhirnya dapat menimbulkan kematian. 2
Syok secara klasik dibagi menjadi tiga katagori, yaitu kardiogenik,
hipovolemik, dan distributif. Syok kardiogenik terjadi apabila jantung gagal
berfungsi sebagai pompa untuk mempertahankan curah jantung yang memadai.
Disfungsi dapat terjadi pada saat sistole atau diastole atau dapat merupakan akibat
dari obstruksi. Syok hipovolemik terjadi apabila ada defisit volume d arah ≥15%,
sehingga menimbulkan ketidakcukupan pengiriman oksigen dan nutrisi ke jaringan serta penumpukan sisa-sisa metabolisme sel. Berkurangnya volume
intravaskular dapat diakibatkan oleh kehilangan cairan tubuh secara akut atau
kronik, misalnya karena oligemia, hemoragik, atau luka bakar. Syok distributif
disebabkan oleh maldistribusi aliran darah karena adanya vasodilatasi perifer
sehingga volume darah yang bersirkulasi secara efektif tidak memadai untuk
perfusi jaringan. Vasodilatasi perifer menimbulkan hipovelemia relatif. Contoh
klasik dari syok distributif adalah syok septik. Akan tetapi, keadaan vasodilatasiakibat faktor lain juga dapat menimbulkan syok distributif, seperti pacuan panas
(heat stroke ), anafilaksis, syok neurogenik, dan systemic inflamatory response
syndrome (SIRS). 1,3
Perdarahan merupakan penyebab kematian dan kecacatan terbesar pada
trauma. Perdarahan yang hebat akan menyebabkan syok hipovolemik. Jika tanpa
diikuti penanganan awal yang cepat dan tepat akan mengakibatkan terjadinya
SIRS dan sepsis yang cepat sehingga memicu komplikasi gagal organ ganda
8/11/2019 Refrat_Syok Hipovolemik
http://slidepdf.com/reader/full/refratsyok-hipovolemik 2/20
2
Multiple Organ Failure (MOF). Hal itu merupakan penyebab kematian pada
kasus trauma. Berbagai faktor telah dikaitkan dengan kejadian MOF. Peran
oksigen sangat penting untuk metabolisme tubuh yang berlangsung secara
aerobik. 4
Tujuan penanganan syok tahap awal adalah mengembalikan perfusi dan
oksigenasi jaringan dengan mengembalikan volume dan tekanan darah. Terapi
cairan merupakan terapi yang paling penting terhadap pasien yang mengalami
syok hipovolemik dan distributif. Pemberian cairan secara IV akan memperbaiki
volume darah yang bersirkulasi, menurunkan viskositas darah, dan meningkatkan
aliran darah vena, sehingga membantu memperbaiki curah jantung. Akibat
selanjutnya adalah meningkatkan perfusi jaringan dan memberikan pasokan
oksigen kepada sel. Terapi awal dapat berupa pemberian cairan kristaloid atau
koloid. Cairan yang adekuat diperlukan untuk menjaga tekanan darah sistolik 80-
90 mmHg sampai prosedur pembedahan definitif untuk mengontrol perdarahan
dapat dicapai. 1,4
8/11/2019 Refrat_Syok Hipovolemik
http://slidepdf.com/reader/full/refratsyok-hipovolemik 3/20
3
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 DefinisiSyok hipovolemik merupakan syok yang terjadi akibat berkurangnya
volume plasma di intravaskuler atau kehilangan cairan tubuh, cairan ini dapat
berupa darah, plasma dan elektrolit. Syok hipovolemik merupakan suatu keadaan
dimana terjadi kehilangan cairan dengan cepat yang berakhir pada kegagalan
beberapa organ, disebabkan oleh volume sirkulasi yang tidak adekuat dan
berakibat pada perfusi yang tidak adekuat. Syok hipovolemik kebanyakan terjadi
akibat dari kehilangan darah akut sekitar 20% dari volume total. Tanpa darah yangcukup atau pergantian cairan, syok hipovolemik dapat menyebabkan kerusakaan
irreversible pada organ dan sistem. 1,5
2.2 Etiologi
Syok ini dapat terjadi akibat perdarahan hebat (hemoragik), trauma yang
menyebabkan perpindahan cairan (ekstravasasi) ke ruang tubuh non fungsional,
dan dehidrasi berat oleh berbagai sebab seperti luka bakar dan diare berat. Kasus-
kasus syok hipovolemik yang paling sering ditemukan disebabkan oleh
perdarahan sehingga syok hipovolemik dikenal juga dengan syok hemoragik.
Perdarahan hebat dapat disebabkan oleh berbagai trauma hebat pada organ-organ
tubuh atau fraktur yang yang disertai dengan luka ataupun luka langsung pada
pembuluh arteri utama. 4
Syok hipovolemik juga dapat disebabkan oleh kehilangan cairan
ekstraseluler seperti muntah, dehidrasi, diare, diabetes insipidus, diuresis, atauintake cairan yang tidak adekuat. yang menyebabkan penurunan cardiac output
dan tidak adekuatnya perfusi jaringan. Kemudian jaringan yang anoksia
mendorong perubahan metabolisme dalam sel berubah dari aerob menjadi
anaerob. Hal ini menyebabkan akumulasi asam laktat yang menyebabkan asidosis
metabolik. 4
Penyebab syok hipovolemik non – trauma termasuk diabetes mellitus yang
tidak terkontrol dan insufisiensi akut korteks adrenal yang menyebabkan
8/11/2019 Refrat_Syok Hipovolemik
http://slidepdf.com/reader/full/refratsyok-hipovolemik 4/20
4
kehilangan cairan tubuh yang banyak melalui ginjal. Mual muntah hebat, diare,
dan luka bakar dapat menimbulkan kehilangan cairan plasma. 3 Berikut adalah
tabel 2.1 yang menggambarkan penyebab syok hipovolemik.
Tabel 2.1 penyebab syok hipovolemik 3
Causes of Hypovolemic Shock
Loss of Blood Internally- rupture of vessels, spleen,
liver, extrauterine pregnancy
Externally- Trauma, gastrointestinal,
pulmonary,renal blood loss
Loss of Plasma Burn Wound, gastrointestinal losses(diarrhea, ileus, pancreatitis)
Loss of Fluids and Electrolytes Gastrointestinal and renal losses
(uncontrolled diabetes mellitus,
adrenocortical insufficiency)
Terkadang hemoptisis massive yang timbul akibat dari suatu tumor,
tuberculosis, fungal infection atau bronkietasis dapat menjadi penyebab syok
hipovolemik. Kehilangan darah merupakan penyebab yang esensial dari syok
hipovolemik namun trauma itu sendiri menyebabkan pelepasan dari mediator
inflamasi yang menyebabkan perburukan syok. 4
2.3 Patofisiologi
Secara patofisiologi syok merupakan gangguan sirkulasi yang diartikan
sebagai kondisi tidak adekuatnya transport oksigen ke jaringan atau perfusi yang
diakibatkan oleh gangguan hemodinamik. Gangguan hemodinamik tersebut dapat
berupa penurunan tahanan vaskuler sistemik terutama di arteri, berkurangnya
darah balik, penurunan pengisian ventrikel dan sangat kecilnya curah jantung.
Berdasarkan bermacam-macam sebab dan kesamaan mekanisme terjadinya itu
syok dapat dikelompokkan menjadi beberapa empat macam yaitu syok
hipovolemik, syok distributif, syok obstruktif, dan syok kardiogenik. 4
Penurunan hebat volume plasma intravaskuler merupakan faktor utama
yang menyebabkan terjadinya syok. Dengan terjadinya penurunan hebat volume
8/11/2019 Refrat_Syok Hipovolemik
http://slidepdf.com/reader/full/refratsyok-hipovolemik 5/20
5
intravaskuler yang terjadi akibat perdarahan, dehidrasi atau karena sebab lain
maka darah yang balik ke jantung ( venous return ) juga berkurang dengan hebat,
sehingga curah jantung pun menurun. Pada akhirnya ambilan oksigen di paru juga
menurun dan asupan oksigen ke jaringan atau sel (perfusi) juga tidak dapat
dipenuhi. Begitu juga halnya bila terjadi gangguan primer di jantung, bila otot-
otot jantung melemah yang menyebabkan kontraktilitasnya tidak sempurna,
sehingga tidak dapat memompa darah dengan baik dan curah jantung menurun.
Pada kondisi ini meskipun volume sirkulasi cukup tetapi tidak ada tekanan yang
optimal untuk memompakan darah yang dapat memenuhi kebutuhan oksigen
jaringan, akibatnya perfusi juga tidak terpenuhi. 1,3
Gangguan pada pembuluh dapat terjadi pada berbagai tempat, baik arteri
(afterload ), vena ( preload ), kapiler dan venula. Penurunan hebat tahanan tahanan
vaskuler arteri atau arteriol akan menyebabkan tidak seimbangnya volume cairan
intravaskuler dengan pembuluh tersebut sehingga menyebabkan tekanan darah
menjadi sangat rendah yang akhirnya juga menyebabkan tidak terpenuhianya
perfusi jaringan. Peningkatan tahanan arteri juga dapat mengganggu sistim
sirkulasi yang mengakibatkan menurunya ejeksi ventrikel jantung sehingga
sirkulasi dan oksigenasi jaringan menjadi tidak optimal. Begitu juga bila terjadi peningkatan hebat pada tonus arteriol, yang secara langsung dapat menghambat
aliran sirkulasi ke jaringan. Gangguan pada vena dengan terjadinya penurunan
tahanan atau dilatasi yang berlebihan menyebabkan sistim darah balik menjadi
sehingga pengisian jantung menjadi berkurang pula. Akhirnya menyebabkan
volume sekuncup dan curah jantung juga menurun yang tidak mencukupi untuk
oksigenasi dan perfusi ke jaringan. Ganguan pada kapiler secara langsung seperti
terjadinya sumbatan atau kontriksi sistemik secara langsung menyebabkanterjadinya gangguan perfusi karena area kapiler adalah tempat terjadinya
pertukaran gas antara vaskuler dengan jaringan sel-sel tubuh. 1,3
Sistem kardiovaskuler pada awalnya berespon terhadap syok hipovolemik
dengan meningkatkan denyut jantung, meningkatkan kontraktilitas miokard, dan
vasokonstriksi pembuluh darah perifer. Respon ini terjadi akibat peningkatan
pelepasan norepinefrin dan penurunan ambang dasar tonus nervus vagus (diatur
oleh baroreseptor di arcus caroticus, arcus aorta, atrium kiri, dan penbuluh darah
8/11/2019 Refrat_Syok Hipovolemik
http://slidepdf.com/reader/full/refratsyok-hipovolemik 6/20
6
pulmonal). Sistem kardiovaskuler juga berespon dengan mengalirkan darah ke
otak, jantung, dan ginjal dengan mengurangi perfusi kulit, otot, dan traktus
gastrointestinal. Sistem renalis berespon terhadap syok hemoragik dengan
peningkatan sekresi renin dari apparatus juxtaglomeruler . Renin akan mengubah
angiotensinogen menjadi angiotensin I, yang selanjutnya akan dikonversi menjadi
angiotensin II di paru-paru dah hati. Angotensin II mempunyai 2 efek utama, yang
keduanya membantu perbaikan keadaan pada syok hemoragik, yaitu
vasokonstriksi arteriol otot polos, dan menstimulasi sekresi aldosteron dari
korteks adrenal. Aldosteron bertanggungjawab pada reabsorbsi aktif natrium dan
akhirnya akan menyebabkan retensi air. 6
Sistem neuroendokrin berespon terhadap syok hemoragik dengan
meningkatan Antidiuretik Hormon (ADH) dalam sirkulasi. ADH dilepaskan dari
glandula pituitari posterior sebagai respon terhadap penurunan tekanan darah
(dideteksi oleh baroreseptor) dan terhadap penurunan konsentrasi natrium (yang
dideteksi oleh osmoreseptor). Secara tidak langsung ADH menyebabkan
peningkatan reabsorbsi air dan garam (NaCl) pada tubulus distalis, duktus
kolektivus danb lengkung henle. 5,6
Ketika mekanisme kompensasi gagal, syok hipovolemik terjadi padarangkaian keadaan di bawah ini: 6
1. Penurunan volume cairan intravaskular
2. Pengurangan venous return , yang menyebabkan penurunan preload dan
stroke volume
3. Penurunan cardiac output
4. Penurunan Mean Arterial Pressure (MAP)
5.
Kerusakan perfusi jaringan6. Penurunan oksigen dan pengiriman nutrisi ke sel
7. Kegagalan multisistem organ
8/11/2019 Refrat_Syok Hipovolemik
http://slidepdf.com/reader/full/refratsyok-hipovolemik 7/20
7
2.4 Manifestasi Klinis
Tanda klinis syok bervariasi tergantung pada penyebabnya. Gejala-gejala
klinis pada suatu perdarahan bisa belum terlihat jika kekurangan darah kurang
dari 10% dari total volume darah karena pada saat ini masih dapat dikompensasi
oleh tubuh dengan meningkatkan tahanan pembuluh dan frekuensi dan
kontraktilitas otot jantung. Bila perdarahan terus berlangsung maka tubuh tidak
mampu lagi mengkompensasinya dan menimbulkan gejala-gejala klinis. Secara
umum syok hipovolemik menimbulkan gejala peningkatan frekuensi jantung dan
nadi (takikardi), pengisian nadi yang lemah, kulit dingin dengan turgor yang jelek,
ujung-ujung ektremitas yang dingin dan pengisian kapiler yang lambat. 4
Tabel 2.1 Klasifikasi derajat Syok Berdasarkan ATLS (Advanced Traumatic
LifeSupport) 7
Tabel 2.2 Tanda dan Gejala Kehilangan Cairan dalam Tubuh 8
Kehilangan cairanminimal
Kehilangan cairansedang:
Kehilangan cairanberat:
Kehilangan volume cairanintravaskular 10% - 15%
Kehilangan volumecairan intravaskularsekitar 25%
Kehilangan volumecairan40% atau lebih
Tanda gejala: Tanda gejala Tanda gejala tachycardia ringan tekanan darah supinasi
normal
nadi cepat dan lemah hipotensi supinasi
tachycardia yangnyata
hipotensi yang nyata
8/11/2019 Refrat_Syok Hipovolemik
http://slidepdf.com/reader/full/refratsyok-hipovolemik 8/20
8
penurunan sistol lebihdari 16 mm Hg atau
peningkatan denyutnadi lebih dari 20x/m,
peningkatan capillaryrefill lebih dari 3 detik,
urin output lebih dari30ml/jam
kulit pucat dan dingin
kulit dingin urin output sekitar 10 sampai 30% ml/jam sangat kehausan gelisah, bingung, cepat marah
hipotensi yang nyata kulit dingin dan
sianosis urin output kurang
dari 10% Penurunan
kesadarann
2.5 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan dari
manifestasi klinik yang muncul. Pemeriksaan fisis seharusnya selalu dimulai ABCdengan penanganan jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi. Ketiganya dievaluasi
dan distabilkan secara bersamaan, sistem sirkulasi harus dievaluasi untuk tanda-
tanda dan gejala-gejala syok. Jangan hanya berpatokan pada tekanan darah sistolik
sebagai indikator utama syok. Mekanisme kompensasi mencegah penurunan
tekanan darah sistolik secara signifikan hingga pasien kehilangan 30% dari
volume darah. Sebaiknya nadi, frekuensi pernapasan, dan perfusi kulit lebih
diperhatikan. Klasifikasi perdarahan telah ditetapkan, berdasarkan persentasevolume darah yang hilang. Namun, perbedaan antara klasifikasi tersebut pada
pasien hipovolemik sering tidak nyata. Penanganan sebaiknya agresif dan
langsung lebih berkaitan pada respon terapi dibandingkan klasifikasi awal. 7
Setelah anamnesis dan pemeriksaan fisis dilakukan, langkah diagnosis
selanjutnya tergantung pada penyebab yang mungkin pada hipovolemik, dan
stabilitas dari kondisi pasien itu sendiri. Pemeriksaan laboratorium awal yang
sebaiknya dilakukan antara lain: analisis Complete Blood Count (CBC), kadar
elektrolit (Na, K, Cl, HCO3, BUN, kreatinin, kadar glukosa), PT, APTT, AGD,
urinalisis (pada pasien yang mengalami trauma), dan tes kehamilan. Darah
sebaiknya ditentukan tipenya dan dilakukan pencocokan. Pasien dengan hipotensi
dan/atau kondisi tidak stabil harus pertama kali diresusitasi secara adekuat.
Penanganan ini lebih utama daripada pemeriksaan radiologi dan menjadi
intervensi segera dan membawa pasien cepat ke ruang operasi. Langkah diagnosis
8/11/2019 Refrat_Syok Hipovolemik
http://slidepdf.com/reader/full/refratsyok-hipovolemik 9/20
9
pasien dengan trauma, dan tanda serta gejala hipovolemia langsung dapat
ditemukan kehilangan darah pada sumber perdarahan. 7,9
Jika dicurigai terjadi diseksi dada karena mekanisme dan penemuan dari
foto polos dada awal, dapat dilakukan transesofageal echocardiography,
aortografi, atau CT-scan dada. Hasil pemeriksaan yang dapat mendukung
diagnosis, diantaranya: penurunan hematokrit (HCT), penurunan hemoglobin
(Hb), penurunan eritorsit dan jumlah trombosit, peningkatan serum potassium,
sodium, lactate dehydrogenase , kreatinin, dan BUN, peningkatan berat jenis urin
(> 1,020) dan osmolalitas urin; sodium urin < 50 mEq/L, penurunan pH darah,
peningkatan PaCO2, pemeriksaan koagulasi pada disseminated intravaskular
coagulation (DIC). 4
2.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan syok hipovolemik meliputi mengembalikan tanda-tanda
vital dan hemodinamik kepada kondisi dalam batas normal. Selanjutnya kondisi
tersebut dipertahankan dan dijaga agar tetap pada kondisi satabil. Penatalaksanaan
syok hipovolemik tersebut yang utama terapi cairan sebagai pengganti cairan
tubuh atau darah yang hilang.5
Tujuan utama dalam mengatasi syok hipovolemik adalah memulihkan
volume intravaskular untuk memperbaiki perfusi jaringan yang tidak adekuat,
meredistribusi volume cairan, dan memperbaiki penyebab yang mendasari
kehilangan cairan secepat mungkin. Jika pasien sedang mengalami hemoragik,
upaya dilakukan untuk menghentikan perdarahan. Tiga tujuan penanganan
kegawatdaruratan pasien dengan syok hipovolemik antara lain: 10
1.
Memaksimalkan pengantaran oksigen-dilengkapi dengan ventilasi yangadekuat, peningkatan saturasi oksigen darah, dan memperbaiki aliran darah.
Jalan napas pasien sebaiknya dibebaskan segera dan stabilisasi jika perlu.
Kedalaman dan frekuensi pernapasan, dan juga suara napas, harus
diperhatikan. Jika terjadi keadaan patologi (seperti pneumothoraks,
hemothoraks, dan flail chest) yang mengganggu pernapasan, harus segera
ditangani. Tambahan oksigen dalam jumlah besar dan bantuan ventilator
harus diberikan pada semua pasien. Ventilasi tekanan positif yang berlebihan
8/11/2019 Refrat_Syok Hipovolemik
http://slidepdf.com/reader/full/refratsyok-hipovolemik 10/20
10
dapat berbahaya pada pasien yang mengalami syok hipovolemik dan
sebaiknya dihindari. Sebaiknya dibuat dua jalur intravena berdiameter besar.
Hukum Poeseuille mengatakan bahwa aliran berbanding terbalik dengan
panjang kateter infus dan berhubungan langsung dengan diameter. Sehingga
kateter infus intravena yang ideal adalah pendek dan diameternya lebar;
diameter lebih penting daripada panjangnya. Jalur intravena dapat
ditempatkan pada vena antecubiti, vena sphena, atau vena tangan, atau pada
vena sentralis dengan menggunakan teknik Seldinger. Jika digunakan jalur
utama vena sentralis maka digunakan kateter infus berdiameter lebar. Pada
anak kurang dari 6 tahun dapat digunakan jalur intraosseus. Faktor yang
paling penting dalam melakukannya adalah skill dan pengalaman. Pengadaan
infus arteri perlu dipertimbangkan pada pasien dengan perdarahan hebat.
Untuk pasien ini, infus arteri akan memonitoring tekanan darah secara berkala
dan juga analisa gas darah.
Pada jalur intravena, cairan yang pertama digunakan untuk resusitasi adalah
kristaloid isotonik, seperti Ringer Laktat atau Saline Normal. Bolus awal 1-2
liter pada orang dewasa (20 ml/kgBB pada pasien anak), dan respon pasien
dinilai. Jika tanda vital sudah kembali normal, pasien diawasi agar tetap stabildan darah pasien perlu dikirim untuk dicocokkan. Jika tanda vital membaik
sementara, infus kristaloid dilanjutkan dan dipersiapkan darah yang cocok.
Jika perbaikan yang terjadi tidak bermakna atau tidak ada, infus kristaloid
harus dilanjutkan, dan darah O diberikan (darah tipe O rhesus (-) harus
diberikan kepada pasien wanita usia subur untuk mencegah sensitasi dan
komplikasi lanjut). Jika pasien sekarat dan hipotensi berat (syok derajat IV),
diberikan cairan kristaloid dan darah tipe O. Pedoman pemberian kristaloiddan darah tidak diatur, terapi yang diberikan harus berdasarkan kondisi
pasien. Posisi pasien dapat digunakan untuk memperbaiki sirkulasi; salah satu
contohnya menaikkan kedua kaki pasien sementara cairan diberikan. Contoh
lain dari posisi yang bermanfaat adalah memiringkan pasien yang sementara
hamil dengan trauma kearah kirinya, dengan tujuan memposisikan janin
menjauhi vena cava inferior dan meningkatkan sirkulasi. Posisi
Trendelenburg tidak dianjurkan untuk pasien dengan hipotensi karena
8/11/2019 Refrat_Syok Hipovolemik
http://slidepdf.com/reader/full/refratsyok-hipovolemik 11/20
11
dikhawatirkan terjadi aspirasi. Posisi Trendelenburg juga tidak memperbaiki
keadaan kardiopulmonal dan dapat mengganggu pertukaran udara.
2. Mengontrol kehilangan darah lebih lanjut
Kontrol perdarahan tergantung sumber perdarahan dan sering memerlukan
intervensi bedah. Pada pasien dengan trauma, perdarahan luar harus diatasi
dengan menekan sumber perdarahan secara langsung, perdarahan dalam
membutuhkan intervensi bedah. Fraktur tulang panjang ditangani dengan
traksi untuk mengurangi kehilangan darah. Pada pasien dengan nadi yang
tidak teraba di unit gawat darurat atau awal tibanya, dapat diindikasikan
torakotomi emergensi dengan klem menyilang pada aorta diindikasikan untuk
menjaga suplai darah ke otak. Tindakan ini hanya bersifat paliatif dan butuh
segera dibawa di ruang operasi.
Pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal, vasopressin intravena dan H2
bloker telah digunakan. Vasopressin umumnya dihubungkan dengan reaksi
negatif, seperti hipertensi, aritmia, gangren, dan iskemia miokard atau
splanikus. Oleh karena itu, harus dipertimbangkan untuk penggunaanya
secara tetap. H2 Bloker relatif aman, tetapi tidak terlalu menguntungkan.
Infus somatostatin dan ocreotide telah menunjukkan adanya pengurangan perdarahan gastrointestinal yang bersumber dari varises dan ulkus peptikum.
Obat ini membantu kerja vasopressin tanpa efek samping yang signifikan.
Pada pasien dengan perdarahan varises, penggunaan Sengstaken-Blakemore
tube dapat dipertimbangkan. Alat ini memiliki balon gaster dan balon
esofagus. Balon gaster pertama dikembangkan dan dilanjutkan balon
esofagus bila perdarahan berlanjut. Penggunaan selang ini dikaitkan dengan
akibat yang buruk, seperti ruptur esofagus, asfiksi, aspirasi, dan ulserasimukosa. Oleh karena alasan tersebut, penggunaan ini dipertimbangkan hanya
sebagai alat sementara pada keadaan yang ekstrim. Pada dasarnya penyebab
perdarahan akut pada sistem reproduksi (contohnya kehamilan ektopik,
plasenta previa, solusio plasenta, ruptur kista, keguguran) memerlukan
intervensi bedah.Konsultasi segera dan penanganan yang tepat adalah
kuncinya. Tujuan penanganan kegawatdaruratan adalah untuk menstabilkan
keadaan pasien hipovolemik, menentukan penyebab perdarahan, dan
8/11/2019 Refrat_Syok Hipovolemik
http://slidepdf.com/reader/full/refratsyok-hipovolemik 12/20
12
menyediakan penanganan yang tepat sesegera mungkin. Jika perlu untuk
membawa pasien ke rumah sakit lain, hal ini harus dilakukan segera. Pada
pasien trauma, jika petugas unit gawat darurat mengindikasikan telah terjadi
cedera yang serius, ahli bedah (tim trauma) harus diberitahukan segera
tentang kedatangan pasien. Pada pasien yang berusia 55 tahun dengan nyeri
abdomen, sebagai contohnya, ultrasonografi abdomen darurat perlu utnuk
mengidentifikasi adanya aneurisma aorta abdominalis sebelum ahli bedahnya
diberitahu. Setiap pasien harus dievaluasi ketat karena keterlambatan
penanganan yang tepat dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas.
3. Resusitasi Cairan.
Pasang kanul intravena ukuran besar, lakukan pemeriksaan laboratorium
(croosmatch, hemoglobin, hematocrit, thrombosit, elektrolit, creatinin,
analisis gas darah dan pH, laktat, parameter koagulasi, transamine, albumin).
Nilai kebutuhan oksigen, intubasi, atau ventilasi (PO 2 > 60 mmHg dan
saturasi oksigen > 90%). Resusitasi cairan dilakukan dengan perbandingan
kristaloid dan koloid sebesar 3:1. Bila kehilangan darah>25% maka perlu
diberikan eritrosit konsentrat, sementara kehilangan darah > 60% maka perlu
juga diberikan fresh frozen plasma (setelah 1 jam pemberian konsentrasi
eritrosit atau lebih cepat jika fungsi hati terganggu). Tujuan utama terapi syok
hipovolemik adalah penggantian volume sirkulasi darah. Penggantian volume
intravascular sangat penting untuk kebutuhan cardiac output dan suplai
oksigen ke jaringan. Syok hipovolemik yang disebabkan oleh kehilangan
darah dalam jumlah besar sering perlu dilakukan transfusi darah. Adapun
indikasi transfusi darah atau komponen darah pada syok hipovolemik yaitu:
8/11/2019 Refrat_Syok Hipovolemik
http://slidepdf.com/reader/full/refratsyok-hipovolemik 13/20
13
Tabel 2.3 indikasi transfusi komponen darahIndication for blood component therapy
Component Indication Usual strating dose
Packed RBC Replacement ofOxygen-carrying
capacity
2-4 units IV
Platelets Thrombocytopenia with
bleeding
6-10 units IV
Fresh frozen plasma Coagulopaty 2-6 units IV
Crycoprecipitate Coagulopaty with
fibrinogen
10-20 units IV
Pemilihan cairan sebaiknya didasarkan atas status hidrasi pasien,
konsentrasi elektrolit dan kelainan metabolic yang ada. Berbagai larutan
parenteral telah dikembangkan menurut kebutuhan fisiologis berbagai kondisi
medis. Terapi cairan intravena atau infus merupakan salah satu aspek terpenting
yang menentukan dalam penanganan dan perawatan pasien. Terdapat beberapa
jenis cairan resusitasi yaitu cairan koloid, kristaloid dan darah. koloid merupakan
cairan dengan tekanan osmotik yang lebih tinggi dibandingkan plasma (cairan
hiperonkotik). Hipertonik dan hiperonkotik adalah cairan plasma expander karena
kemampuan untuk memindahkan cairan intrselular dan interstisial selama
resusitasi dan dengan cepat menggantikan volume plasma (seperti albumin,
dextran, dan starch). Cairan kristaloid adalah cairan yang mengandung air,
elektrolit dan atau gula dengan berbagai campuran. Cairan ini bisa isotonik,
hipotonik, dan hipertonik terhadap cairan plasma. Sedangkan cairan koloid yaitucairan yang berat Molekulnya tinggi. Cairan kristaloid terdiri dari:
1. Cairan Hipotonik
Cairan ini didistribusikan ke ekstraseluler dan intraseluluer. Oleh karena itu
penggunaannya ditujukan kepada kehilangan cairan intraseluler seperti pada
dehidrasi kronik dan pada kelainan keseimbangan elektrolit terutama pada
keadaan hipernatremi yang disebabkan oleh kehilangan cairan pada diabetes
8/11/2019 Refrat_Syok Hipovolemik
http://slidepdf.com/reader/full/refratsyok-hipovolemik 14/20
14
insipidus. Cairan ini tidak dapat digunakan sebagai cairan resusitasi pada
kegawatan (dextrosa 5%).
2. Cairan IsotonikCairan isotonik terdiri dari cairan garam faali (NaCl 0,9%), ringer laktat dan
plasmalyte. Ketiga jenis cairan ini efektif untuk meningkatkan isi intravaskuler
yang adekuat dan diperlukan jumlah cairan ini 4x lebih besar dari kehilangannya.
Cairan ini cukup efektif sebagai cairan resusitasi dan waktu yang diperlukan
relatif lebih pendek dibanding dengan cairan koloid.
3. Cairan Hipertonik
Cairan ini mengandung natrium yang merupakan ion ekstraseluler utama.
Oleh karena itu pemberian natrium hipertonik akan menarik cairan intraseluler ke
dalam ekstraseluler.Peristiwa ini dikenal dengan infus internal. Disamping itu
cairan natrium hipertonik mempunyai efek inotropik positif antara lain
memvasodilatasi pembuluh darah paru dan sistemik. Cairan ini bermanfaat untuk
luka bakar karena dapat mengurangi edema pada luka bakar, edema perifer dan
mengurangi jumlah cairan yang dibutuhkan, contohnya NaCl 3%. Beberapa
contoh cairan kristaloid :
a. Ringer Laktat (RL)
Larutan yang mengandung konsentrasi Natrium 130 mEq/L, Kalium 4
mEq/l, Klorida 109mEq/l, Kalsium 3 mEq/l dan Laktat 28 mEq/L. Laktat pada
larutan ini dimetabolisme didalam hati dan sebagian kecil metabolisme juga
terjadi dalam ginjal. Metabolisme ini akan terganggu pada penyakit yang
menyebabkan gangguan fungsi hati. Laktat dimetabolisme menjadi piruvat
kemudian dikonversi menjadi CO2 dan H2O (80% dikatalisis oleh enzimpiruvat
dehidrogenase) atau glukosa (20% dikatalisis oleh piruvat karboksilase). Kedua
proses ini akan membentuk HCO3. Sejauh ini Ringer Laktat masih merupakan
terapi pilihan karena komposisi elektrolitnya lebih mendekati komposisi elektrolit
plasma. Cairan ini digunakan untuk mengatasi kehilangan cairan ekstra seluler
yang akut. Cairan ini diberikan pada dehidrasi berat karena diare murni dan
8/11/2019 Refrat_Syok Hipovolemik
http://slidepdf.com/reader/full/refratsyok-hipovolemik 15/20
15
demam berdarah dengue. Pada keadaan syok, dehidrasi atau DSS pemberiannya
bisa diguyur.
b.
Ringer AsetatCairan ini mengandung Natrium 130 mEq/l, Klorida 109 mEq/l, Kalium 4
mEq/l, Kalsium 3mEq/l dan Asetat 28 mEq/l. Cairan ini lebih cepat mengoreksi
keadaan asidosis metabolik dibandingkan Ringer Laktat, karena asetat
dimetabolisir di dalam otot, sedangkan laktat didalam hati. Laju metabolisme
asetat 250 ± 400 mEq/jam, sedangkan laktat 100 mEq/jam.Asetat akan
dimetabolisme menjadi bikarbonat dengan cara asetat bergabung dengan ko-
enzim A untuk membentuk asetil ko-A., reaksi ini dikatalisis oleh asetil ko-A
sintetase danmengkonsumsi ion hidrogen dalam prosesnya. Cairan ini bisa
mengganti pemakaian Ringer Laktat.‡ Glukosa 5%, 10% dan 20%Larutan yang
berisi Dextrosa 50 gr/liter , 100 gr/liter , 200 gr/liter.9 Glukosa 5% digunakanpada
keadaan gagal jantung sedangkan Glukosa 10% dan 20% digunakan pada keadaan
hipoglikemi , gagal ginjal akut dengan anuria dan gagal ginjal akut dengan
oliguria.
c. NaCl 0,9%Cairan fisiologis ini terdiri dari 154 mEq/L Natrium dan 154 mEq/L
Klorida, yang digunakan sebagai cairan pengganti dan dianjurkan sebagai awal
untuk penatalaksanaan hipovolemia yang disertai dengan hiponatremia,
hipokloremia atau alkalosis metabolik. Cairan ini digunakan pada demam
berdarah dengue dan renjatan kardiogenik juga pada sindrom yang berkaitan
dengan kehilangan natrium seperti asidosis diabetikum, insufisiensi
adrenokortikaldan luka bakar. Pada anak dan bayi sakit penggunaan NaCl biasanya dikombinasikan dengancairan lain, seperti NaCl 0,9% dengan Glukosa
5%.
Adapun Jenis-jenis cairan koloid adalah :
1) Albumin.Terdiri dari 2 jenis yaitu:
Albumin endogen. Albumin endogen merupakan protein utama yang
dihasilkan dihasilkan di hati dengan BM antara 66.000 sampai dengan
69.000, terdiri dari 584 asam amino. Albumin merupakanprotein serum
8/11/2019 Refrat_Syok Hipovolemik
http://slidepdf.com/reader/full/refratsyok-hipovolemik 16/20
16
utama dan berperan 80% terhadap tekanan onkotik plasma. Penurunan
kadar Albumin 50 % akan menurunkan tekanan onkotik plasmanya
1/3nya.
Albumin eksogen. Albumin eksogen ada 2 jenis yaitu human serum
albumin, albumin eksogen yang diproduksiberasal dari serum manusia
dan albumin eksogen yang dimurnikan (Purified protein fraction)dibuat
dari plasma manusia yang dimurnikan.8Albumin ini tersedia dengan
kadar 5% atau 25% dalam garam fisiologis. Albumin 25% biladiberikan
intravaskuler akan meningkatkan isi intravaskuler mendekati 5x jumlah
yangdiberikan.Hal ini disebabkan karena peningkatan tekanan onkotik
plasma. Peningkatan inimenyebabkan translokasi cairan intersisial ke
intravaskuler sepanjang jumlah cairan intersisial mencukupi.
Komplikasi albumin adalah hipokalsemia yang dapat menyebabkan
depresi fungsi miokardium, reaksi alegi terutama pada jenis yang dibuat
dari fraksi protein yangdimurnikan. Hal ini karena factor aktivator
prekalkrein yang cukup tinggi dan disamping ituharganya pun lebih
mahal dibanding dengan kristaloid. Larutan ini digunakan
padasindroma nefrotik dan dengue syok sindrom.2) HES (Hidroxy Ethyl Starch). Merupaka senyawa kimia sintetis yang
menyerupai glikogen. Cairan ini mengandung partikel denganBM beragam
dan merupakan campuran yang sangat heterogen.Tersedia dalam bentuk
larutan 6% dalam garam fisiologis. Tekanan onkotiknya adalah 30 mmHg
dan osmolaritasnya 310 mosm/l. HES dibentuk dari hidroksilasi
aminopektin, salah satu cabang polimer glukosa. Pada penelitian klinis
dilaporkan bahwa HES merupakan volume ekspander yang cukup efektif.Efek intarvaskulernya dapat berlangsung 3-24 jam. Pengikatan cairan
intravasuler melebihi jumlah cairan yang diberikan oleh karena tekanan
onkotiknya yang lebih tinggi. Komplikasi yang dijumpai adalah adanya
gangguan mekanisme pembekuan darah. Hal ini terjadi bila dosisnya
melebihi 20ml/ kgBB/ hari.
3) Dextran. Merupakan campuran dari polimer glukosa dengan berbagai
macam ukuran dan berat molekul. Dihasilkan oleh bakteri Leucomostoc
8/11/2019 Refrat_Syok Hipovolemik
http://slidepdf.com/reader/full/refratsyok-hipovolemik 17/20
17
mesenteriodes yang dikembangbiakkan di mediasucrose. BM bervariasi
dari beberapa ribu sampai jutaan Dalton.Ada 2 jenis dextran yaitu dextran
40 dan 70. dextran 70 mempunyai BM 70.000 (25.000-125.000).
Sediaannya terdapat dalam konsentrasi 6% dalam garam fisiologis.
Dextran ini lebih lambat dieksresikan dibandingkan dextran 40. Oleh
karena itu dextran 70 lebih efektif sebagai volume ekspander dan
merupakan pilihan terbaik dibadingkan dengan dextran 40. Dextran 40
mempunyai BM 40.000 tersedia dalam konsentrasi 10% dalam garam
fisiologis atau glukosa 5%. Molekul kecil ini difiltrasi cepat oleh ginjal
dan dapat memberikan efek diuretik ringan. Sebagian kecil dapat
menembus membran kapiler dan masuk ke ruang intertisial dan sebagian
lagi melalui sistim limfatik kembali ke intravaskuler. Pemberian dextran
untuk resusitasi cairan pada syok dan kegawatan menghasilkan perubahan
hemodinamik berupa peningkatan transpor oksigen. Cairan ini digunakan
pada penyakit sindroma nefrotik dan dengue syok sindrom. Komplikasi
antara lain payah ginjal akut, reaksi anafilaktik dan gangguan pembekuan
darah.
4) Gelatin. Cairan ini banyak digunakan sebagai cairan resusitasi terutama pada orang dewasa. Terdapat 2 bentuk sediaan yaitu:1.Modified Fluid
Gelatin (MFG) 2.Urea Bridged Gelatin (UBG). Kedua cairan ini punya
BM 35.000. Kedua jenis gelatin ini punya efek volume expander yang
baik pada kegawatan. Komplikasi yang sering terjadi adalah reaksi
anafilaksis. Cairan ini digunakan sebagai cairan rumatan pada penyakit
bronkopneumonia, status asmatikus dan bronkiolitis.
Pemilihan cairan resusitasi pada syok hipovolemik hingga saat ini masihmenjadi perdebatan. Pemberian infus koloid (plasma/albumin) pada syok
hipovolemik post operative dapat meningkatkan pengambilan okisgen lebih cepat
dibandingkan infus kristaloid. Inisial resusitasi pada syok hipovolemik sering
dimulai dengan hypertonic dan isotonic kristaloid yang kemudian dilanjutkan
dengan cairan koloid dan infuse eritrosit dan plasma.
Pemberian oksigen merupakan penanganan yang sangat umum, tanpa
memperhatikan penyebab syok. Terapi cairan merupakan terapi yang paling
8/11/2019 Refrat_Syok Hipovolemik
http://slidepdf.com/reader/full/refratsyok-hipovolemik 18/20
18
penting terhadap pasien yang mengalami syok hipovolemik dan distributif.
Pemberian cairan secara IV akan memperbaiki volume darah yang bersirkulasi,
menurunkan viskositas darah, dan meningkatkan aliran darah vena, sehingga
membantu memperbaiki curah jantung. Akibat selanjutnya adalah meningkatkan
perfusi jaringan dan memberikan pasokan oksigen kepada sel. 11
Ketika syok hipovolemik diketahui maka tindakan yang harus dilakukan
adalah menempatkan pasien dalam posisi kaki lebih tinggi, menjaga jalur
pernapasan dan diberikan resusitasi cairan dengan cepat lewat akses intravena.
Cairan yang diberikan adalah garam isotonis yang yang ditetes dengan cepat
seperti RL (Ringer’s Laktat) atau Normal Saline. Pemberian awal adalah dengan
tetesan cepat sekitar 20 ml/KgBB pada anak atau sekitar 1-2 liter pada orang
dewasa dalam 20-30 menit. Pemberian cairan terus dilanjutkan bersamaan dengan
pemantauan tanda vital dan hemodinamiknya. Jika terdapat perbaikan
hemodinamik, maka pemberian kristaloid terus dilanjutnya. Jika tidak terjadi
perbaikan hemodinamik maka pilihannya adalah dengan pemberian koloid. Bila
hemodinamik tetap tidak stabil, berarti perdarahan atau kehilangan cairan belum
teratasi. Kehilangan darah yang berlanjut dengan kadar hemoglobin 10 gr/dl perlu
pergantian darah dengan transfusi.11
Pada keadaan yang berat atau hipovolemia yang berkepanjangan,
dukungan inotropik dengan dopamin, vasopressin atau dobutamin dapat
dipertimbangkan untuk mendapatkan kekuatan ventrikel yang cukup setelah
volume darah dicukupi terlebih dahulu. Pemberian norefinefrin infus tidak banyak
memberikan manfaat pada hipovolemik. Pemberian nalokson bolus 30 mcg/kg
dalam 3-5 menit dilanjutkan 60 mcg/kg dalam 1 jam dalam dekstrose 5% dapat
membantu meningkatkan MAP.11
2.7 Prognosis
Syok hipovolemik merupakan kondisi yang mengancam jiwa dan bila tidak
ditangani segera maka dapat menjadi ireversibel. Resusitasi yang cepat dan
adekuat dibutuhkan untuk menyelamatkan hidup.
8/11/2019 Refrat_Syok Hipovolemik
http://slidepdf.com/reader/full/refratsyok-hipovolemik 19/20
19
BAB III
KESIMPULAN
Syok hipovolemik adalah suatu keadaan akut dimana tubuh kehilangan
cairan tubuh, cairan ini dapat berupa darah, palsma, dan elektrolit. Syok
hipovolemik merupakan suatu keadaan dimana terjadi kehilangan cairan dengan
cepat yang berakhir pada kegagalan beberapa organ, disebabkan oleh volume
sirkulasi yang tidak adekuat dan berakibat pada perfusi yang tidak adekuat. Syok
hipovolemik kebanyakan akibat dari kehilangan darah akut sekitar 20% dari
volume total. Tanpa darah yang cukup atau pergantian cairan, syok hipovolemik
dapat menyebabkan kerusakaan irreversible pada organ dan sistem.
Syok hipovolemik paling banyak disebabkan karena kehilangan darah
yang cepat (syok hemoragik). Syok hipovolemik dapat disebabkan oleh
perdarahan seperti hematom subkapsular hati, aneurisma aorta pecah, perdarahan
gastrointestinal, dan perlukaan berganda, yang disebabkan oleh kehilangan plasma
seperti luka bakar yang luas, pankreasitis, deskuamasi kulit, sindrom dumping,
yang disebabkan oleh kehilangan cairan ekstraseluler seperti muntah, dehidrasi,
diare, diabetes insipidus, diuresis, atau intake cairan yang tidak adekuat.Penatalaksanaan syok hipovolemik bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan
sirkulasi dan oksigenasi jaringan. Hal ini lebih cepat terpenuhi dengan pemberian
koloid dibandingkan cairan kristaloid. Transfusi darah diindikasikan pada keadaan
kehilangan darah seperti pada trauma.
8/11/2019 Refrat_Syok Hipovolemik
http://slidepdf.com/reader/full/refratsyok-hipovolemik 20/20
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Thaib, R. 2006. Syok Hipovolemik dan Terapi Cairan. Kumpulan Naskah
Temu Nasional Dokter PPT FKUI: Jakarta. Hal 17-32
2. Wirjoatmodjo. 1987. Rehidrasi – Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I Edisi Kedua,
Ed: Soeparman. Balai Penerbit FKUI: Jakarta. Hal 8-12
3. Haupt, MT and Carlson, RW. Anaphylactic and Anaphylactoid Reactions.
Dalam buku: Shoemaker W C, Ayres S, Grenvik A eds, Texbook of Critical
Care. Philadelphia, 1989 ; 993 – 1002.
4. Santoso, KH; Eddy, R; dan Harjanto. 2012. Apoptosis Pneumosit Tipe I & II
pada Syok Hipovolemik Perdarahan yang Diresusitasi dengan LSBT Studi
Eksperimental pada Rattus Sprague Dawley. JBP 14 (1): 40-47.
5. Hardisman,. 2013. Memahami Patofisiologi dan Aspek Klinis Syok
Hipovolemik. Jurnal Kesehatan Andalas. 2(3): 178-182
6. Sherwood L. 2001. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem. EGC. Jakarta. Hal:
115-120.
7. Cherkas, D; Marie, CE; Eric, JW; Xun, Z FACEP. 2011. Traumatic
Hemorrhagic Shock:Advances In Fluid Management. Emergency Medicine Practice 13 (11): 1-20.
8. Sjamsuhidayat R dan Wilm De Jong. 2007. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC.
Jakarta.
9. Bougle, A; Anatole, H dan Jacques, D. 2013. Resuscitative strategies in
traumatic hemorrhagic Shock. Springer: Annals of Intensive Care 3 (1): 1-9.
10. Hobson, MJ dan Ranjit, SC. 2013. Pediatric Hypovolemic Shock. The Open
Pediatric Medicine Journal 7: 10-15.11. Sudoyo, AW, Setiyohadi, B, Alwi, I, Marcellus, S, Setiati, S. 2007. Buku Ajar
Penyakit Dalam Jilid I. Edisi ke-4. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia.