Refrat Radiologi_Pneumoperitoneum

download Refrat Radiologi_Pneumoperitoneum

of 20

Transcript of Refrat Radiologi_Pneumoperitoneum

  • 8/13/2019 Refrat Radiologi_Pneumoperitoneum

    1/20

  • 8/13/2019 Refrat Radiologi_Pneumoperitoneum

    2/20

    2

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Definisi PneumoperitoneumPneumoperitoneum adalah adanya udara bebas dalam ruang peritoneum

    yang biasanya terkait dengan perforasi dari usus kecil (Breen et al., 2008; Longo et

    al., 2008).

    B. Anatomi PeritoneumPeritoneum adalah mesoderm lamina lateralis yang tetap bersifat epitelial.

    Pada permulaan, mesoderm merupakan dinding dari sepasang rongga yaitu coelom.

    Di antara kedua rongga terdapat entoderm yang merupakan dinding enteron.

    Enteron di daerah abdomen menjadi usus. Kedua rongga mesoderm, dorsal dan

    ventral usus saling mendekat, sehingga mesoderm tersebut kemudian menjadi

    peritoneum (Churchill & Begg, 2006).

    Lapisan peritoneum dibagi menjadi 3, yaitu (Churchill & Begg, 2006):

    1. Lembaran yang menutupi dinding usus, disebut lamina visceralis (tunika

    serosa).

    2. Lembaran yang melapisi dinding dalam abdomen disebut lamina parietalis.

    3. Lembaran yang menghubungkan lamina visceralis dan lamina parietalis.

    Gambar 1.Potongan transversal (kiri) dan sagital (kanan) dari abdomen dan pelvis

    yang menunjukkan refleksi peritoneum

  • 8/13/2019 Refrat Radiologi_Pneumoperitoneum

    3/20

    3

    Pada beberapa tempat, peritoneum visceral dan mesenterium dorsal

    mendekati peritoneum dorsal dan terjadi perlekatan. Akibat perlekatan ini, ada

    bagian-bagian usus yang tidak mempunyai alat-alat penggantung, dan akhirnya

    berada disebelah dorsal peritoneum sehingga disebut retroperitoneal. Bagian-bagian

    yang masih mempunyai alat penggantung terletak di dalam rongga yang dindingnya

    dibentuk oleh peritoneum parietal.Rongga tersebut disebut cavum peritonei, dengan

    demikian (Churchill & Begg, 2006):

    1. Duodenum terletak retroperitoneal;

    2. Jejenum dan ileum terletak intraperitoneal dengan alat penggantung

    mesenterium;

    3. Colon ascendens dan colon descendens terletak retroperitoneal;

    4. Colon transversum terletak intraperitoneal dan mempunyai alat penggantung

    disebut mesocolon transversum;

    5. Colon sigmoideum terletak intraperitoneal dengan alat penggatung

    mesosigmoideum; cecum terletak intraperitoneal;

    6. Processus vermiformis terletak intraperitoneal dengan alat penggantung

    mesenterium.

    C. Etiologi PneumoperitoneumPenyebab pneumoperitoneum sangat banyak dan bervariasi tergantung

    pada usia. Pada neonatus, penyebab yang paling mungkin adalah perforasi

    lambung sekunder enterocolitis necrotizing atau obstruksi usus.. Selain itu,

    mungkin ada penyebab iatrogenik, seperti perforasi dari tabung nasogastrik atau

    dari ventilasi mekanis (Daly et al., 1991; Silberberg, 2006).

    Pada bayi yang lebih tua dan anak-anak, penyebab terbanyak adalah

    trauma tumpul dengan pecahnya viskus berongga, trauma penetrasi, perforasi

    saluran pencernaan (dari ulkus lambung atau duodenum, ulkus stres, kolitis

    ulseratif dengan megakolon toksik, penyakit Crohns, obstruksi usus), pengobatan

    steroid, infeksi pada peritoneum dengan organisme gas membentuk atau

  • 8/13/2019 Refrat Radiologi_Pneumoperitoneum

    4/20

    4

    pecahnya abses, atau mungkin karena masalah dada seperti pneumomediastinum

    (Silberberg, 2006; Longo et al., 2008).

    Penyebab utama terjadinya pneumoperitoneum adalah (Daly et al., 1991;

    Longo et al., 2008):

    1. Ruptur viskus berongga (yaitu perforasi ulkus peptikum, necrotizing

    enterocolitis, megakolon toksik, penyakit usus inflamasi)

    2. Faktor iatrogenik (yaitu pembedahan perut terakhir, trauma abdomen,

    perforasi endoskopi, dialisis peritoneal, paracentesis)

    3. Infeksi rongga peritoneum dengan organisme membentuk gas dan atau

    pecahnya abses yang berdekatan

    4. Pneumatosis intestinalis

    Tabel 1.Penyebab pneumoperitoneum

    Pneumoperitoneum dengan peritonitis

    - Perforated viskus

    - Necrotizing enterocolitis

    - Infark usus

    - Cedera perut

    Pneumoperitoneum tanpa peritonitis1. Thoracic - Ventilasi tekanan positif

    - Pneumomediastinum/pneumotoraks

    - Penyakit saluran napas obstruktif kronik

    - Asma

    2. Abdomen - Pasca laparotomi

    - Pneumatosis cystoides coli/ intestinalis

    - Divertikulosis jejunum

    - Endoskopi

    - Paracentesis/peritoneal dialisis / laparoskopi

    - Transplantasi sumsum tulang

    3.Female pelvis - Instrumentasi (mishysterosalpingography,Uji Rubin)

  • 8/13/2019 Refrat Radiologi_Pneumoperitoneum

    5/20

    5

    - Pemeriksaan panggul (esp. post-partum)

    - Post-partum

    - Oro-genital intercourse

    - Vagina douching

    - Senggama

    D. Patofisiologi PneumoperitoneumPrinsip terjadinya respon patofisiologis ini adalah peningkatan resistensi

    vaskular sistemik (SVR), tekanan pengisian miokardium, dengan perubahan yang

    kecil dari frekuensi denyut jantung (HR). Pneumoperitoneum menyebabkan

    perubahan hemodinamik yang lebih besar karena meningkatnya SVR sehinggameningkatkan afterload, akhirnya akan menurunkan cardiac output (Adnyana &

    Priyambodo, 2008; Cunningham & Nolan, 2006).

    Pneumoperitoneum juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra

    abdomen yangberhubungan dengan penekanan pembuluh darah vena yang awalnya

    menyebabkan peningkatan preload sesaat diikuti secara perlahan dengan penurunan

    preload. Penekanan pembuluh darah arteri meningkatkan afterload dan biasanya

    secara nyata mengakibatkan peningkatan SVR. Pneumoperitoneum dapat

    menyebabkan stimulasi sistem syaraf simpatis dan menstimulasi pengeluaran

    katekolamin yang akan menstimulasi fungsi renin dan aldosteron. Peningkatan 4

    kali lipat pada konsentrasi rennin dan aldosteron berhubungan dengan peningkatan

    MAP. Katekolamin, sistem renin angiotensin dan khususnya vasopressin semua

    dikeluarkan selama pneumoperitoneum dan mempunyai andil dalam meningkatkan

    afterload (Adnyana & Priyambodo, 2008).

    Pada pneumoperitoneum, fungsi dan komplians paru menurun dan dapat

    menyebabkan hipoksemia (Cunningham & Nolan, 2006).

    E. Gejala KlinisManifestasi klinis tergantung pada penyebab pneumoperitoneum. Penyebab

    yang ringan biasanya gejalanya asimtomatik, tetapi pasien mungkin mengalami

  • 8/13/2019 Refrat Radiologi_Pneumoperitoneum

    6/20

    6

    nyeri perut samar akibat perforasi viskus perut, tergantung pada perkembangan

    selanjutnya bisa berupa peritonitis..Tanda dan gejala berbagai penyebab perforasi

    peritoneum mungkin seperti kaku perut, tidak ada bising usus, nyeri epigastrium

    atau jatuh pada kondisi shock yang parah (Silberberg, 2006).

    F. DiagnosisTemuan gas bebas intraperitoneal biasanya diasosiasikan dengan perforasi

    dari viskus berongga dan membutuhkan intervensi bedah dengan segera. anamnesis

    menyeluruh dan pemeriksaan fisik tetap yang paling penting dalam menegakkan

    diagnosa pneumoperitoneum.

    Cara terbaik untuk mendiagnosis udara bebas adalah dengan cara foto polos

    Thorax erect. Udara akan terlihat tepat di bawah hemidiaphragma, sela antara

    diafragma dan hati. Jika foto polos Thorax erect tidak dapat dilakukan, maka pasien

    ditempatkan di sisi kanan posisi dekubitus dan udara dapat dilihat sela antara hati

    dan dinding perut. Foto polos, jika benar dilakukan, dapat mendiagnosa udara bebas

    di peritoneum. Computed Tomography bahkan lebih sensitif dalam diagnosis

    pneumoperitoneum.CT dianggap sebagai standar kriteria dalam penilaian

    pneumoperitoneum.CT dapat memvisualisasikan jumlah 5 cm udara atau gas

    (Khan, 2011).

    G. Pencitraan1) Gambaran foto polos radiologis

    Teknik radiografi yang optimal penting pada kecurigaan preforasi

    abdomen. Paling tidak diambil 2 foto , meliputi foto abdomen posisi supine dan

    foto Thorax posisi erect atau left lateral dekubitus. Udara bebas walaupun dalam

    jumlah yang sedikit dapat terdeteksi pada foto polos. Pasien tetap berada pada

    posisi tersebut selama 5-10 menit sebelum foto diambil (Khan AN, 2011;

    Silberberg P, 2006; Fuller MJ, 2011).

  • 8/13/2019 Refrat Radiologi_Pneumoperitoneum

    7/20

    7

    Gambar 2.Foto abdomen posisi supine, foto dada posisi erectdan left lateraldekubitus(LLD)

    Pada foto polos abdomen atau foto toraks posisi erect, terdapat gambaran

    udara (radiolusen) berupa daerah berbentuk bulan sabit (Semilunar Shadow)

    diantara diafragma kanan dan hepar atau diafragma kiri dan lien. Juga bisa

    tampak area lusen bentuk oval (perihepatik) di anterior hepar. Pada posisi lateral

    dekubitus kiri, didapatkan radiolusen antara batas lateral kanan dari hepar dan

    permukaan peritoneum. Pada posisi lateral dekubitus kanan, tampak Triangular

    Signseperti segitiga yang kecil-kecil dan berjumlah banyak karena pada posisi

    miring udara cenderung bergerak ke atas sehingga udara mengisi ruang-ruang di

    antara incisura dan dinding abdomen lateral. Pada proyeksi abdomen supine,

    berbagai gambaran radiologi dapat terlihat yang meliputi Falciform Ligament

    Sign danRigler`S Sign(Khan, 2011; Fuller, 2011).Proyeksi yang paling baik adalah lateral dekubitus kiri,rujuk gambar 3,

    dimana udara bebas dapat terlihat antara batas lateral kanan dari hepar dan

    permukaan peritoneum. Posisi ini dapat digunakan untuk setiap pasien yang

    sangat kesakitan (Fuller, 2011).

  • 8/13/2019 Refrat Radiologi_Pneumoperitoneum

    8/20

    8

    Gambar 3.

    Kiri: Posisi Lateral dekunitus kiri. Terdapat udara bebas diantara dindingabdomen dengan hepar (panah putih). Ada cairan bebas di rongga

    peritoneum (panah hitam).Kanan: Gambaran linier (anterior subhepatic space air)

    Gambar 4. Kiri: Foto posteriorsubhepatic space air(Morrisons pouch,gambaran triangular). Kanan: Foto anterior ke permukaan ventral dari hepar

    Tanda peritoneum pada foto polos diklasifikasikan menjadi

    pneumoperitoneum dalam jumlah kecil dan pneumoperitoneum dalam jumlah

  • 8/13/2019 Refrat Radiologi_Pneumoperitoneum

    9/20

    9

    besar yang dengan >1000 mL udara bebas. Gambaran pneumoperitoneum

    dengan udara dalam jumlah besar antara lain (Fuller, 2011; Churchill & Begg,

    2006; Khan, 2011):

    a) Football Sign, rujuk gambar 7,yang biasanya menggambarkan pengumpulan

    udara di dalam kantung dalam jumlah besar sehingga udara tampak

    membungkus seluruh kavum abdomen, mengelilingi ligamen falsiformis

    sehingga memberi jejak seperti gambaran bola kaki.

    b) Gas-Relief Sign, Rigler Sign, danDouble Wall Sign yang memvisualisasikandinding terluar lingkaran usus disebabkan udara di luar lingkaran usus dan

    udara normal intralumen.

    c) Urachus merupakan refleksi peritoneal vestigial yang biasanya tidak terlihat

    pada foto polos abdomen. Urachus memiliki opasitas yang sama dengan

    struktur jaringan lunak intraabdomen lainnya, tapi ketika terjadi

    pneumoperitoneum, udara tampak melapisi urachus. Urachus tampak seperti

    garis tipis linier di tengah bagian bawah abdomen yang berjalan dari kubah

    vesika urinaria ke arah kepala. Dasar urachus tampak sedikit lebih tebal

    daripada apeks.

    Gambar 5.Football sign(kiri),Rigler Sign(tengah), gambaran urachus

    (kanan)

    d) Ligamen umbilical lateral yang mengandung pembuluh darah epigastrik

    inferior dapat terlihat sebagai huruf V terbalik di daerah pelvis sebagai

    akibat pneumoperitoneum dalam jumlah banyak.

    http://refimgshow%289%29/http://refimgshow%289%29/http://refimgshow%289%29/
  • 8/13/2019 Refrat Radiologi_Pneumoperitoneum

    10/20

  • 8/13/2019 Refrat Radiologi_Pneumoperitoneum

    11/20

    11

    i) Tanda obstruksi usus besar parsial dengan perforasi divertikulum sigmoid

    dapat terjadi yang berkaitan dengan tanda pneumoperitoneum.

    Udara bebas intraperitoneal tidak terlihat pada sekitar 20-30% yang lebih

    disebabkan karena standardisasi yang rendah dan teknik yang tidak adekuat. Foto

    polos abdomen menjadi pencitraan utama pada akut abdomen, termasuk pada

    perforasi viskus abdomen (Khan, 2011).

    Tidak jarang pasien dengan akut abdomen dan dicurigai mengalami

    perforasi tidak menunjukkan udara bebas pada foto polos abdomen. Diagnosis

    banding biasanya meliputi kolesistitis akut, pankreatitis, dan perforasi ulkus.

    Sebagai tambahan pemeriksaan untuk mengopasitaskan saluran cerna, sekitar

    50mL kontras terlarut air diberikan secara oral atau lewat NGT pada pasien

    dengan posisi berbaring miring ke kanan (Breen et al., 2008).

    2) CT (Computed Tomography) Scan

    CT scan merupakan pemeriksaan standar untuk mendeteksi

    pneumoperitoneum dikarenakan lebih sensitif dibanding foto polos abdomen,

    tetapi CT scan tidak selalu dibutuhkan jika dicurigai pneumoperitoneum karena

    lebih mahal dan memiliki efek radiasi yang besar. CT scan berguna untuk

    mengidentifikasi udara intraluminal meskipun terdapat dalam jumlah yang

    minimal, terutama ketika temuan foto polos abdomen tidak spesifik. CT scan

    tidak terlalu dipengaruhi oleh posisi pasien pada pemeriksaan dan teknik yang

    digunakan (Khan, 2011).

    Kelemahan lain, dengan CT scan sulit untuk melokalisasi perforasi,

    lagipula adanya udara bebas pada peritoneum merupakan temuan yang

    nonspesifik, antara lain dapat disebabkan oleh perforasi usus, paska operasi, atau

    dialisis peritoneal ((Breen et al., 2008).

    Pada posisi supine, dengan CT Scan udara yang terletak di anterior dapat

    dibedakan dengan udara di dalam usus. Jika ada perforasi, cairan inflamasi yang

    bocor juga dapat diamati di dalam peritoneum. Penyebab perforasi kadang dapat

    didiagnosis dengan CT scan (Khan, 2011).

  • 8/13/2019 Refrat Radiologi_Pneumoperitoneum

    12/20

    12

    Pada CT scan, kontras oral digunakan untuk mengopasitaskan lumen

    saluran pencernaan dan memperlihatkan adanya perforasi. Pemeriksaan kontras

    dapat mendeteksi adanya ekstravasasi kontras melalui dinding usus yang

    mengalami perforasi. Tetapi dengan kondisi adanya ulkus duodenum perforasi

    dengan cepat ditutupi oleh omentum sehingga bisa tidak terjadi ekstravasasi

    kontras (Lee, 2010).

    Gambar 8.Gambaran udara bebas padaCT scan abdomen

    3)Magnetic Resonance Imaging(MRI)

    Pneumoperitoneum dapat terlihat sebagai area dengan gambaran

    hipointens pada semua potongan. Pneumoperitoneum dapat secara tidak sengaja

    ditemukan dengan MRI, karena MRI bukan modalitas pencitraan pertama.Adanya gerakan peristaltis usus dapat mengaburkan gambaran abdomen (Khan,

    2011).

    Gambar 9.Gambaran udara bebas pada peritoneum (panah kuning)

  • 8/13/2019 Refrat Radiologi_Pneumoperitoneum

    13/20

    13

    4) USG

    Pada pencitraan USG, pneumoperitoneum tampak sebagai daerah linier

    peningkatan ekogenisitas dengan artifak reverberasi atau Distal Ring Down.

    Pengumpulan udara terlokalisir akibat perforasi usus dapat dideteksi, terutama

    jika berdekatan dengan abnormalitas lainnya, seperti penebalan dinding usus.

    Dibandingkan dengan foto polos abdomen, ultrasonografi memiliki keuntungan

    dalam mendeteksi kelainan lain, seperti cairan bebas intraabdomen dan massa

    inflamasi (Khan, 2011).

    USG tersedia hampir di semua tempat pelayanan kesehatan, lebih murah

    dibanding CT scan , dan penggunaannya aman terutama pada pasien yang

    bermasalah terhadap radiasi seperti pada anak-anak, wanita hamil, dan usia

    reproduktif. Namun, USG sangat tergantung pada kepandaian operator, dan

    terbatas penggunaannya pada orang obesitas dan udara intra abdomen dalam

    jumlah besar. USG tidak dipertimbangkan sebagai pemeriksaan definitif untuk

    menyingkirkan pneumoperitoneum (Lee, 2010).

    Gambaran USG pada pneumoperitoneum antara lain bayangan sebuah

    costa, artifak Ring Down dari paru yang terisi udara dan udara kolon anterior

    yang berhimpitan dengan hepar. Udara di kuadran kanan atas dapat keliru dengan

    Kolesistitis Emfisematosa, kalsifikasi Mural, kalsifikasi Vesika Fellea, Vesika

    Fellea porselen, Adenomiosis, udara di dalam abses, tumor, udara bilier, atau

    udara di dalam vena porta. Udara intraperitoneal sering sulit dideteksi. Namun,

    udara bebas dalam jumlah kecil dapat dideteksi dengan pemeriksaan dari anterior

    atau anterolateral diantara dinding abdomen dan dekat hepar, dimana lingkaran

    usus biasanya tidak ditemukan. Sulit untuk membedakan udara ekstralumen

    dengan udara intramural atau intraluminal (Khan, 2011).

  • 8/13/2019 Refrat Radiologi_Pneumoperitoneum

    14/20

    14

    Gambar 10.Pneumoperitoneum pada USG

    H. Diagnosis BandingDiagnosis banding pneumoperitoneum (Khan, 2011; Churchill & Begg, 2006):1. Sindrom Chilaiditi

    Interposisi dari usus (berhimpitnya usus dan hepar) antara hepar dan

    hemidiaphragm (kanan) hingga menyebabkan terlihat adanya udara yang berada

    di subphrenik, padahal itu adalah udara yang ada dalam usus besar, ditandai

    dengan terlihatnya haustra.

    2. Subphrenic AbscessAbses Subphrenik adalah dilokalisirnya pengumpulan nanah, biasanya di

    bawah kanan atau kiri hemi-diaphragm, terdapat akumulasi cairan yang

    terinfeksi antara diafragma, hepar dan limpa.

    Perbedaan gambaran udara pada abses subphrenik dan

    pneumoperitoneum adalah pada foto lateral dekubitus; akan terlihat udara

    terkumpul dalam suatu kantong abses dan ada air fluid level.

    3. Linear atelektasis pada dasar paru

    Atelektasis adalah runtuhnya sebagian atau penutupan alveoli sehingga

    pertukaran gas berkurang atau tidak ada.

    http://refimgshow%2817%29/
  • 8/13/2019 Refrat Radiologi_Pneumoperitoneum

    15/20

    15

    Gambar 11.Chilaiditis syndrome(kiri), linear atelektasis (kanan)

    I. Penatalaksanaan dan PrognosisPrinsip tatalaksana dan prognosis tergantung dari penyebab utamanya.

    Ketika seorang pasien diduga mengalami pneumoperitoneum, langkah pertama

    dalam pengobatan adalah mencari tahu penyebabnya, untuk pendekatan

    pengobatan yang tepat. Ini membutuhkan pemeriksaan diagnostik tambahan selain

    anamnesa pasien. Dalam beberapa kasus, pengobatan konservatif adalah yang

    terbaik, dengan dokter menunggu dan melihat lebih teliti untuk melihat apakah

    tubuh pasien mampu menghilangkan gas sendiri. Jika pneumoperitoneum adalah

    komplikasi dari infeksi, maka operasi untuk memperbaiki masalah ini diperlukan

    secepat mungkin. Perforasi dan infeksi dengan cepat dapat menyebabkan kematian

    dengan segera (Pitiakoudis, 2011).

    J. KomplikasiPeningkatan tekanan intraabdominal dapat mengakibatkan iskemia usus, omentum,

    herniasi usus, regurgitasi gaster, penekanan pada vena cava, menurunnya venous

    return, stasis pada vena di ekstremitas bawah, hipotensi, meningkatnya tekanan

  • 8/13/2019 Refrat Radiologi_Pneumoperitoneum

    16/20

    16

    intratoraks, emfisema mediastinum dan emfisema subkutan, pneumotoraks,

    barotrauma, emboli gas CO2, atelektasis, mual dan muntah, bradiaritmia, nyeri bahu

    dari retensi CO2(Girish & Joshi, 2002).

  • 8/13/2019 Refrat Radiologi_Pneumoperitoneum

    17/20

    17

    BAB III

    PENUTUP

    Pneumoperitoneum adalah adanya udara bebas dalam ruang peritoneum yang

    biasanya terkait dengan perforasi dari usus kecil. Pneumoperitoneum dideteksi dengan

    pemeriksaan radiologis foto polos abdomen, CT scan, MRI, dan ultrasonografi. Pada

    foto polos abdomen, pneumoperitoneum paling baik terlihat dengan posisi lateral

    dekubitus kiri yang menunjukkan gambaran radiolusen antara batas lateral kanan dari

    hepar dan permukaan peritoneum.

    CT scan merupakan kriteria standar untuk mendeteksi pneumoperitoneum,

    namun tidak selalu dibutuhkan jika dicurigai pneumoperitoneum dan lebih mahal serta

    memiliki efek radiasi yang besar. Dengan MRI, pneumoperitoneum terlihat sebagai area

    dengan hipointens pada semua potongan. Dengan USG, pneumoperitoneum tampak

    sebagai daerah linier peningkatan ekogenisitas dengan artifak reverberasi atau distal ring

    down.

    Foto polos abdomen menjadi pencitraan utama pada akut abdomen, termasuk

    pada perforasi viskus abdomen, walaupun pencitraan standar adalah dengan CT scan.

  • 8/13/2019 Refrat Radiologi_Pneumoperitoneum

    18/20

    18

    DAFTAR PUSTAKA

    Adnyana IGN, Pryambodo. 2008. Anestesia pada prosedur laparoskopi. Majalah

    Anestesi dan Critical Care; 26(2): 22539

    Breen ME , Dorfman M, Chan SB. 2008. Pneumoperitoneum without peritonitis: A case

    report.Am J Emerg Med; 26:841e1-2

    Churchill , Begg JD. 2006. Abdominal X-rays Made Easy2nd

    Edition. Elsevier

    Cunningham AJ, Nolan C. 2006. Anesthesia for minimally invasif procedures. Clinical

    Anesthesia, 5th Edition; 38:2204-28

    Daly, Barry DJ, Guthrie A, Neville F. 1991. Cause of pneumoperitoneum: A case

    report.United Kingdom

    Fuller MJ. 2011. Pneumoperitoneum.

    http://www.wikiradiography.com/page/Pneumoperitoneum. Diunduh pada 7

    Mei 2013

    Girish P, Joshi MB. 2002. Anesthesia for laparoscopic surgery. Can J Anaesth; 49: 1-5

    Khan AN. 2011. Pneumoperitoneum Imaging.

    http://emedicine.medscape.com/article/372053-overview . Diunduh pada 7 Mei

    2013

    Lee CH. 2010. Imaging pneumoperitoneum: A journal.http://www.meddean.luc.edu/lumen/MedEd/Radio/curriculum/Surgery/pneumo

    peritoneum.htm.Diunduh pada 7 Mei 2013

    Longo DL, Fauci AS, Kasper DL, Hauser SL, Jameson JL, Loscalzo J, eds. 2008.

    Harrisonsprinciple of internal medicine 17th

    edition. USA : The McGraw-Hill

    Companies

    Pitiakoudis. 2011. Spontaneus idiophatic pneumoperitoneum presenting as an acute

    abdomen:A case reports. USA: National Library of Medicine

    Silberberg P. 2006.Pneumoperitoneum. Kentucky, USA

    http://www.wikiradiography.com/page/Pneumoperitoneumhttp://emedicine.medscape.com/article/372053-overviewhttp://www.meddean.luc.edu/lumen/MedEd/Radio/curriculum/Surgery/pneumoperitoneum.htmhttp://www.meddean.luc.edu/lumen/MedEd/Radio/curriculum/Surgery/pneumoperitoneum.htmhttp://www.meddean.luc.edu/lumen/MedEd/Radio/curriculum/Surgery/pneumoperitoneum.htmhttp://www.meddean.luc.edu/lumen/MedEd/Radio/curriculum/Surgery/pneumoperitoneum.htmhttp://emedicine.medscape.com/article/372053-overviewhttp://www.wikiradiography.com/page/Pneumoperitoneum
  • 8/13/2019 Refrat Radiologi_Pneumoperitoneum

    19/20

    19

    REFRAT

    PNEUMOPERITONEUM

    Disusun oleh:

    Rizka Solehah G99122101

    Lucia Pancani A. G99122066Hanif Mustikasari G99122056

    Sofi Wardati G99122105

    Muvida G99122080

    Periode 6 Mei s.d. 19 Mei 2013

    KEPANITERAAN KLINIK ILMU RADIOLOGI

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI

    SURAKARTA

    2013

  • 8/13/2019 Refrat Radiologi_Pneumoperitoneum

    20/20

    20

    DAFTAR ISI

    Halaman Judul..............................................................................................................i

    Daftar Isi......................................................................................................................ii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1

    B. Batasan Masalah ................ ....................................................................................2

    C. Tujuan Penulisan ................................................................................................... 2

    D. Metode Penulisan ....................... ...........................................................................2

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    A. Definisi Pneumoperitoneum ................................................................................. 3

    B.Anatomi Peritoneum ............................................................................................. 5

    C. Etiologi Pneumoperitoneum.................................................................................. 6

    D. Patofisiologi Pneumoperitoneum...................................................................... .. 12

    E. Gejala Klinis..............................................................................................12

    F. Diagnosis ............................................................................................................... 3

    G.Pemeriksaan Fisik ................................................................................................. 5

    H. Diagnosis Banding........................................................................................... ..... 6

    I. Pemeriksaan Penunjang...................................................................................... .. 12

    J. Penatalaksanaan..........................................................................................12

    K. Pencegahan........................................................................................................ ... 6

    L. Edukasi Pasien.................................................................................................. ... 12

    M. Komplikasi................................................................................................12

    N. Prognosis...................................................................................................12

    BAB III PENUTUP

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 23