Refrat Katarak Edit

download Refrat Katarak Edit

of 33

Transcript of Refrat Katarak Edit

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Katarak adalah perubahan lensa mata yang tadinya jernih dan tembus cahaya menjadi keruh. Lensa mata yang normal adalah jernih. Bila terjadi proses katarak, lensa menjadi buram seperti kaca susu. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas. Lensa mata penderita menjadi keruh dan tak tembus cahaya sehingga cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina.1,2 Sebagian besar katarak terjadi akibat adanya perubahan komposisi kimia lensa mata yang mengakibatkan lensa mata menjadi keruh. Penyebabnya dapat faktor usia, paparan sinar ultra violet dan faktor gizi.2 Gejala gangguan penglihatan penderita katarak tergantung dari letak kekeruhan lensa mata. Bila katarak terdapat di bagian pinggir lensa, maka penderita akan merasa adanya gangguan penglihatan. Bila kekeruhan terdapat pada bagian tengah lensa, maka tajam penglihatan akan terganggu. Gejala awal biasanya ditandai adanya penglihatan ganda, peka atau silau terhadap cahaya sehingga mata hanya merasa nyaman bila melihat pada malam hari. Dan biasanya mata mengalami perubahan tajam penglihatan sehingga sering mengganti ukuran kaca mata.2 Penelitian-penelitian potong-lintang mengidentifikasi adanya katarak pada sekitar 10 % orang Amerika Serikat, dan prevalensi ini meningkat sampai sekitar 50 % untuk mereka yang berusia antara 65 dan 74 tahun dan sampai sekitar 70 % untuk mereka yang berusia lebih dari 75 tahun. Untuk katarak kongenital sendiri, dari hasil penelitian yang dilakukan di Inggris pada tahun 1995-1996, didapatkan hasil bahwa insidensi dari katarak kongenital dan infantil tertinggi pada tahun pertama kehidupan, yaitu 2,49 per 10.000 anak. Insidensi kumulatif selama 5 tahun adalah 3,18 per 10.000 , meningkat menjadi 3,46 per 10.000 dalam waktu 15 tahun. Insidensi

katarak bilateral lebih tinggi jika dibandingkan yang unilateral, akan tetapi juga didapatkan bahwa insidensi ini tidak diperbedakan oleh jenis kelamin dan tempat. 3,12 Lensa yang keruh dapat terlihat tanpa bantuan alat khusus dan tampak sebagai warna keputihan pada pupil yang seharusnya berwarna hitam. Bayi gagal menunjukkan kesadaran visual terhadap lingkungan di sekitarnya dan kadang terdapat nistagmus (gerakan mata yang cepat dan tidak biasa). Untuk menegakkan diagnosis, dilakukan pemeriksaan mata lengkap oleh seorang ahli mata. Untuk mencari kemungkinan penyebabnya, perlu dilakukan pemeriksan darah dan rontgen.4 1.2 Batasan masalah Refrat ini membahas definisi, etiologi, epidemiologi, patofisiologi, diagnosis dan penatalaksanaan pada katarak.

1.3 Tujuan Penulisan Penulisan refrat ini bertujuan untuk menambah pengetahuan mengenai definisi, etiologi, epidemiologi, patofisiologi, diagnosis dan penatalaksanaan pada katarak.

1.4 Metode Penulisan Metode yang dipakai adalah tinjauan kepustakaan dengan merujuk kepada beberapa literatur berupa buku teks, jurnal dan makalah ilmiah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI LENSA 2.1.1 Anatomi Lensa Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular tak berwarna dan transparan. Jaringan ini berasal dari ectoderm permukaan pada lensplate.1 Tebal sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Dibelakang iris lensa digantung oleh zonula Zinnii yang menghubungkan dengan korpus siliare. Disebelah anterior lensa terdapat humour aqueos dan disebelah posterior terdapat vitreus. Kapsul lensa adalah suatu membran semipermeabel yang dapat dilewati air dan elektrolit. Disebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular. Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-serat lamelar subepitel terus diproduksi, sehingga lensa lama-kelamaan menjadi kurang elastik.1 Lensa terdiri dari enam puluh lima persen air, 35% protein, dan sedikit sekali mineral yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada di kebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah atau pun saraf di lensa.1

2.1.2 Fisiologi Lensa Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina.Untuk memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi, menegangkan serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai ukurannya yang terkecil, daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya paralel atau terfokus ke retina.Untuk memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang.Kapsul lensa yang elastik kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh peningkatan daya biasnya.Kerjasama fisiologik tersebut antara korpus siliaris, zonula, dan lensa untuk

memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi. Seiring dengan pertambahan usia, kemampuan refraksi lensa perlahan-lahan berkurang. Selain itu juga terdapat fungsi refraksi, yang mana sebagai bagian optik bola mata untuk memfokuskan sinar ke bintik kuning, lensa menyumbang +18.0- Dioptri.1 2.1.3 Metabolisme Lensa Normal Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation (sodium dan kalium). Kedua kation berasal dari humour aqueous dan vitreous. Kadar kalium di bagian anterior lensa lebih tinggi di bandingkan posterior. Dan kadar natrium di bagian posterior lebih besar. Ion K bergerak ke bagian posterior dan keluar ke aqueous humour, dari luar Ion Na masuk secara difusi dan bergerak ke bagian anterior untuk menggantikan ion K dan keluar melalui pompa aktif Na-K ATPase, sedangkan kadar kalsium tetap dipertahankan di dalam oleh Ca-ATPase. Metabolisme lensa melalui glikolsis anaerob (95%) dan HMP-shunt (5%). Jalur HMP shunt menghasilkan NADPH untuk biosintesis asam lemak dan ribose, juga untuk aktivitas glutation reduktase dan aldose reduktase. Aldose reduktse adalah enzim yang merubah glukosa menjadi sorbitol, dan sorbitol dirubah menjadi fructose oleh enzim sorbitol dehidrogenase.

2.2. KATARAK Katarak berasal dari bahasa Yunani katarrhakies, Inggris cataract dan Latin cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa indonesia disebut bular, dimana penglihatan seperti tertutup air tejun. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat kedua-duanya. Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama.2 Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga akibat kelainan kongenital, atau penyulit penyakit mata lokal menahun. Berbagai macam penyakit mata dapat mengakibatkan katarak seperti glaukoma, ablasi, uveitis dan retinitis pigmentosa. Katarak juga dapat berhubungan dengan penyakit vascular lainnya.2

Katarak dapat ditemukan tanpa adanya kelainan mata atau sistemik ( katarak senilis, katarak juvenile, katarak herediter ) atau kelainan kongenital mata.katarak disebabkan oleh berbagai macam faktor seperti : Fisik Kimia Penyakit predisposisi Genetic dan gangguan perkembangan Infeksi virus dimasa pertumbuhan janin Usia

2.2.1. KLASIFIKASI KATARAK 2 Berdasarkan usia dapat diklasifikasikan dalam : 1. Katarak kongenital , Katarak yang sudah terlihat pada usia dibawah 1 tahun 2. Katarak juvenile, Katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun 3. Katarak senilis, katarak setelah usia 50 tahun Bila mata sehat dan tidak terdapat kelainan sistemik maka hal ini biasanya terdapat pada hamper semua katarak senil, katarak herediter dan katarak kongenital.

2.2.2 KATARAK KONGENITAL Katarak kongenital adalah kekeruhan lensa yang terlihat saat lahir. Kekeruhan lensa yang terjadi pada tahun pertama kehidupan disebut katarak infantil. Katarak kongenital sering kali luput dari deteksi saat lahir sehingga baru diketahui pada tahun pertama kelahiran sehingga para klinisi sulit membedakan antara katarak kongenital dan katarak infantil. Tatalaksana yang

diterapkan tidak berbeda antara katarak kongenital dan infantil. kongenital dan katarak infantil sering disamakan.3,4

Oleh sebab itu katarak

Gambar 1 : Katarak Kongenital

Katarak kongenital merupakan penyebab hampir 10 % kebutaan pada anak-anak diseluruh dunia. Frekuensi atau jumlah kejadian total katarak kongenital di seluruh dunia belum diketahui pasti. Di Amerika Serikat disebutkan sekitar 500-1500 bayi lahir dengan katarak kongenital tiap tahunnya dengan insiden 1,2-6 kasus per 10.000 kelahiran. Sedangkan di Inggris, kurang lebih 200 bayi tiap tahunnya lahir dengan katarak kongenital dengan insiden 2,46 kasus per 10.000 kelahiran.5,6 Kemala S dan Hafid A dalam suatu penelitian di RSUP Dr. M Djamil Padang dari tahun 1993-1999, terdapat 30 pasien katarak kongenital yang telah dioperasi. Sebagian besar pasienpasien katarak kongenital ini dioperasi pada usia diatas 6 bulan (73 %). Katarak kongenital bilateral ditemukan lebih banyak dari pada katarak kongenital unilateral dengan perbandingan 63 % : 37 % . 2,7 Pada penelitian Khalilul R, katarak kongenital merupakan urutan 8 (16 kasus atau 3,4 %) dari 10 penyakit mata terbanyak pada anak-anak yang berobat ke Poliklinik Mata RSUP Dr. M Djamil Padang pada tahun 1994. 8

Kekeruhan lensa yang terjadi pada katarak kongenital dengan proses penyakit ibu yang sedang mengandung.3,4 Pada umumnya katarak kongenital bersifat

dapat akibat kelainan lokal

intraokular atau kelainan umum yang menampakan proses penyakit pada janin atau bersamaan

sporadik

dan

tidak

diketahui

penyebabnya.Dua puluh tiga persen dari katarak kongenital merupakan penyakit keturunan yang diwariskan secara autosomal dominan. Penyakit penyerta katarak kongenital yang merupakan penyakit herediter adalah mikroftalmus, aniridia, kolobama iris, keratokonus, lensa ektopik, displasia retina dan megalokornea. Selain itu katarak kongenital dapat ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita infeksi seperti rubella, rubeola, chiken pox, cytomegalo virus, herpes simpleks, herpes zoster, poliomyelitis, influenza, Epstein-Barr virus, sifilis dan toxoplasmosis saat kehamilan terutama pada trimester I. Sementara yang behubungan dengan penyakit metabolik5,6

adalah

galaktosemia,

homosisteinuria,

diabetes

mellitus

dan

hipoparatiroidisme.

Katarak kongenital juga ditemukan pada bayi prematur dan gangguan sistem saraf seperti retardasi mental. Katarak kongenital juga mungkin bisa disebabkan oleh Chondrodysplasia syndrome, Down syndrome (trisomi 21), Pierre-Robin syndrome, Hallerman-Streiff syndrome, Lowe syndrome, Trisomi 13, Conradi syndrome, Ectodermal dysplasia syndrome dan Marinesco-Sjogren syndrome.9,10 Dikenal bentuk-bentuk katarak kongenital sebagai berikut : a. Katarak Piramidalis Polaris Anterior Ada beberapa pendapat mengenai penyebab kekeruhan lensa pada polaris anterior. Mungkin terjadi akibat uveitis anterior intra uterin, ada juga yang berpendapat kekeruhan lensa terjadi akibat ketidaksempurnaan pelepasan kornea terhadap lensa dalam perkembangan embrional dan lainnya berpendapat terjadi akibat sisa dari vesikulosa lentis yang persisten. Letaknya terbatas pada polaris anterior. Biasanya ukurannya 1 mm, namun dapat lebih kecil tapi jarang lebih besar. Berbentuk piramid yang mempunyai dasar dan puncak karena ini disebut katarak piramidalis anterior. Puncaknya dapat kedalam atau keluar. Kekeruhan lensa dapat unilateral atau bilateral. Keluhan tidak berat, stasioner dan penglihatan kabur waktu terkena sinar. Karena pada waktu ini pupil

mengecil, sehingga sinar terhalang oleh kekeruhan di polus anterior. Sinar yang redup tidak terlalu mengganggu, karena pada saat cahaya redup, pupil melebar, sehingga lebih banyak cahaya yang dapat masuk. Pada umumnya tidak menimbulkan gangguan stasioner, sehingga tidak memerlukan tindakan operatif. Dengan pemberian midriatika seperti sulfas atropin 1 % atau homatropin 2% dapat memperbaiki visus, karena pupil menjadi lebih lebar. Bila timbul gangguan visus yang hebat dan tidak terlihat fundus pada pemeriksaan oftalmoskop maka dilakukan pembedahan. Dapat dipertimbangkan iridektomi optis yang dapat dilakukan pada daerah lensa yang masih jernih. Sering terjadi anisometropi, sehingga perlu diperhatikan refraksi pada penderita.11,12

Gambar 2 : Katarak Polaris Anterior b. Katarak Piramidalis Polaris Posterior Terjadi karena resorbsi selubung vaskuler yang tidak sempurna sehingga menimbulkan kekeruhan dibelakang lensa.Kadang-kadang terdapat arteri hialoiea menetap.Arteri hialoiea merupakan cabang dari arteri centralis yang memberi suplai nutrisi pada lensa.Pada umur 6 bulan dalam kandungan arteri ini mulai diserap, sehingga pada keadaan normal pada waktu lahir arteri ini sudah tak tampak lagi.Kadang-kadang penyerapan tidak berlangsung sempurna sehingga masih tertinggal bintik putih dibelakang lensa, berbentuk ekor di posterior lensa.Gangguan terhadap visus tak banyak, kekeruahannya stasioner sehingga tak memerlukan tindakan. Kelainan ini bersifat unilateral dan biasanya diikuti ukauran mata yang lebih kecil (mikroftalmia).13

Gambar 3 : Katarak Polaris Posterior c. Katarak Zonularis atau Lamelaris Mengenai daerah tertentu dan biasanya disertai kekeruhan yang lebih padat, tersususn sebagai garis-garis yang mengelilingi bagian yang keruh dan disebut riders, merupakan tanda khas untuk katarak zonularis. Katarak ini paling sering didapatkan pada anakanak.Kadang-kadang bersifat herediter. Kekeruhannya berupa cakram dengan diameter lebih dari nukleus lensa, biasanya 5 mm, mengelilingi bagian tengah yang jernih, korteks diluarnya juga jernih. Biasanya progresif tapi lambat.Kelainan ini selalu bilateral, tetapi dapat dengan kepadatan yang berbeda dan dapat menyebabkan ambliopia.Ukuran mata dan diameter kornea normal.Kadang-kadang keluhan sangat ringan tapi dapat juga kekeruhannya bertambah, sehingga visus sangat terganggu. Bila kekeruhan sangat tebal sehingga fundus tidak terlihat pada pemeriksaan ophtalmoskop maka perlu dilakukan aspirasi dan irigasi lensa.12

Gambar 4 : Katarak Lamelaris

d. Katarak Nukleus Katarak ini jarang ditemukan.Terjadi akibat adanya gangguan kehamilan pada 3 bulan pertama.Kekeruhan biasanya pada nukleus lensa, biasanya berdiameter 3 mm, dengan densitas yang bervariasi. Kepadatan biasanya bersifat stabil tetapi dapat juga bersifat progresif dan menjadi lebih besar dalam ukurannya.Dapat unilateral atau bilateral. Kelainan ini biasanya disertai oleh mikrokornea, terutama pada kasus yang unilateral.12

Gambar 5 : Katarak Nukleus

Tanda yang sangat mudah untuk mengenali katarak kongenital adalah bila pupil terlihat berwana putih atau abu-abu. Hal ini disebut dengan leukoria, pada setiap leukoria diperlukan pemeriksaan yang teliti untuk menyingkirkan diagnosis banding lainnya.Walaupun 60 % pasien dengan leukoria adalah katarak kongenital. Leukoria juga terdapat pada retiboblastoma, ablasio retina, fibroplasti retrolensa dan lain-lain.9,12 Pada katarak kongenital total penyulit yang dapat terjadi dalah makula lutea yang tidak cukup mendapatkan rangsangan. Proses masuknya sinar pada saraf mata sangat penting bagi penglihatan bayi pada masa mendatang, karena bila terdapat gangguan masuknya sinar setelah 2 bulan pertama kehidupan, maka saraf mata akan menjadi malas dan berkurang fungsinya. Makula tidak akan berkembang sempurna hingg walaupun dilakukan ekstraksi katarak maka biasanya visus tidak akan mencapai 5/5. Hal ini disebut ambliopia sensoris.6,11

Selain itu, katarak kongenital dapat menimbulkan gejala nistagmus, strabismus dan fotofobia. Apabila katarak dibiarkan, maka bayi akan mencari-cari sinar melalui lubang pupil yang gelap dan akhirnya bola mata akan bergerak-gerak terus karena sinar tetap tidak ditemukan.9

2.2. 3. KATARAK JUVENIL Katarak juvenil adalah katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda , yang mulai terbentuknya pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenil biasanya merupakan lanjutan katarak kongenital.1 Katarak juvenil biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun metabolik dan penyakit lainnya seperti1 : 1. Katarak metabolik katarak diabetik dan galaktosemik katarak hipokalsemik (tetani) katarak defisiensi gizi katarak aminoasiduria

2. Otot : distrofi miotonik 3. Katarak traumatik 4. Katarak komplikata kelainan kongenital dan herediter (mikroftalmia , aniridia , dll) katarak degeneratif (dengan miopia dan distrofi vitreoretinal) katarak anoksik toksik (kortikosteroid sistemik atau topikal , ergot , dll) katarak radiasi lain-lain kelainan kongenital , sindrom tertentu , disertai kelainan kulit , tulang , dan kromosom.

Katarak memberikan pengaruh yang berbeda pada anak yang berbeda. Katarak biasanya menyebabkan buramnya penglihatan. Semakin keruh lensa, semakin buramlah penglihatan.

Banyak anak dengan katarak pada satu mata mempunyai penglihatan yang baik pada mata lainnya. Anak ini tidak begitu mengeluhkan masalah penglihatannya1,2. Anak dengan katarak bilateral merasa bahwa penglihatan mereka normal. Awalnya mereka berpikir bahwa orang lain memiliki penglihatan yang sama dengan mereka. Kekeruhan penglihatan tergantung pada1,2 : kekeruhan lensa bagian lensa yang keruh apakah terdapat mata malas adanya kondisi lain pada mata yang menurunkan penglihatan

Jika hanya sebagian kecil lensa yang kabur , jauh dari bagian sentral , anak akan memiliki penglihatan yang bagus. Jika bagian sentral lensa yang keruh , sehingga sangat sedikit cahaya yang masuk , anak akan memiliki penglihatan yang buruk. Jika katarak telah timbul pada usia yang lebih kecil , anak kemungkinan akan mengalami ambliopia. Ambliopia mempengaruhi bagian penglihatan khusus pada otak. Otak hanya dapat melihat gambaran yang tajam yang diberikan ke mata. Jika otak tidak diberikan gambaran yang tajam karena katarak pada mata , otak tidak dapat belajar untuk melihat dengan jelas. Walaupun katarak telah diangkat dengan operasi , penglihatannya akan tetap kabur karena otak tidak mengembangkan kemampuannya untuk melihat dengan jelas1,2.

2.2.4 KATARAK SENILIS Katarak yang terjadi akibat proses penuaan dan bertambahnya umur disebut katarak senilis. Katarak senilis adalah kekeruhan lensa baik di korteks, nuklearis tanpa diketahui penyebabnya dengan jelas, dan muncul mulai usia 40 tahun.1 Beberapa penelitian mengatakan, bahwa katarak senilis dipercepat oleh beberapa faktor antara lain: penyakit diabetes melitus, hipertensi dengan sistole naik 20 mmHg, paparan sinar ultra violet B dengan panjang gelombang antara 280-315 m lebih dari 12 jam, indeks masa badan lebih dari 27, asap rokok lebih dari 10 batang/hari baik perokok aktif maupun pasif.1

Katarak senilis terjadi pada usia lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun. Insidensi katarak di dunia mencapai 5-10 juta kasus baru tiap tahunnya.Di Afrika katarak senile merupakan penyebab utama kebutaan. Katarak senilis sangat sering ditemukan pada manusia, bahkan dapat dikatakan sebagai suatu hal yang dapat dipastikan timbulnya dengan bertambahnya usia penderita. Horlacher mendapatkan bahwa 65% dari seluruh individu antara usia 51-60 tahun menderita katarak, sedangkan Barth menemukan bahwa 96% dari individu di atas usia 60 tahun mempunyai kekeruhan lensa yang dapat terlihat jelas pama pemeriksaan slitlamp. Di negara berkembang katarak merupakan 50-70% dari seluruh penyebab kebutaan, selain kasusnya banyak dan munculnya lebih awal. Di Indonesia tahun 1991 didapatkan prevalensi kebutaan 1,2% dengan kebutaan katarak sebesar 0,67%, dan tahun 1996 angka kebutaan meningkat 1,47%. Penyebab katarak senilis, antara lain : 1. Sebab-sebab biologik : usia tua, genetik 2. Sebab-sebab imunologik Badan manusia mempunyai kemampuan membentuk antibodi spesifik terhadap protein lensa 3. Sebab-sebab fungsional : intoksikasi ergot, tetani, aparathyroidism Akomodasi yang sangat kuat kekeruhan 4. Gangguan lokal pada lensa : gangguan nutrisi, gangguan permeabilitas kapsul, efek radiasi cahaya matahari 5. Gangguan metabolisme umum : defisiensi vitamin, gangguan endokrin Berdasarkan letaknya dikenal ada 3 bentuk katarak senilis, yaitu : katarak nuklear, kortikal dan subkapsularis posterior1,2,3.1. Katarak Nuklear

efek buruk terhadap serabut lensa

memudahkan

Katarak yang lokasinya terletak pada bagian tengah lensa atau nukleus.Nukleus cenderung menjadi gelap dan keras (sklerosis), berubah dari jernih menjadi kuning

sampai coklat. Biasanya mulai timbul sekitar usia 60-70 tahun dan progresivitasnya lambat. Bentuk ini merupakan bentuk yang paling banyak terjadi. Pandangan jauh lebih dipengaruhi daripada pandangan dekat (pandangan baca), bahkan pandangan baca dapat menjadi lebih baik, suli menyetir pada malam hari .Penderita juga mengalami kesulitan membedakan warna, terutama warna biru dan ungu.

2. Katarak Kortikal

Katarak menyerang lapisan yang mengelilingi nukleus atau korteks. Biasanya mulai timbul sekitar usia 40-60 tahun dan progresivitasnya lambat. Terdapat wedge-shape opacities/cortical spokes atau gambaran seperti ruji.Banyak pada penderita DM. Keluhan yang biasa terjadi yaitu penglihatan jauh dan dekat terganggu, penglihatan merasa silau.

3. Katarak Subkapsular Posterior atau Kupuliformis

Bentuk ini terletak pada bagian belakang dari kapsul lensa. Katarak subkapsularis posterior lebih sering pada kelompok usia lebih muda daripada katarak kortikal dan katarak nuklear. Biasanya mulai timbul sekitar usia 40-60 tahun dan progresivitasnya cepat. Bentuk ini lebih sering menyerang orang dengan diabetes, obesitas atau pemakaian steroid jangka panjang.Katarak ini menyebabkan kesulitan membaca, silau, pandangan kabur pada kondisi cahaya terang. Berdasarkan stadium perjalanan penyakitnya, katarak senilis digolongkan menjadi 4 stadium: Katarak insipien, katarak imatur, katarak matur,dan katarak hipermatur .

1. Katarak Insipien Pada stadium ini kekeruhan lensa tidak teratur, tampak seperti bercak-bercak yang membentuk gerigi dangan dasar di perifer dan daerah jernih di antaranya.Kekeruhan

biasanya terletak di korteks anterior dan posterior.Kekeruhan ini pada awalnya hanya nampak jika pupil dilebarkan. Pada stadium ini terdapat keluhan poliopia yang disebabkan oleh indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang menetap untuk waktu yang lama.

2. Katarak Imatur Pada katarak imatur terjadi kekeruhan yang lebih tebal, tetapi belum mengenai seluruh lapisan lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada lensa.Terjadi penambahan volume lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif. Pada keadaan lensa yang mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, mendorong iris ke depan, mengakibatkan bilik mata dangkal sehingga terjadi glaukoma sekunder. Pada pemeriksaan uji bayangan iris atau sahadaw test, maka akan terlihat bayangn iris pada lensa, sehingga hasil uji shadow test (+).

Gambar 6 : katarak immatur

Stadium Intumesen Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang degeneratif menyerap air. Masuknya air ke dalam lensa menyebabkan lensa menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dibandingkan dalam keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan penyulit glaucoma. Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan menyebabkan myopia lentikular. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga akan mencembung dan daya biasnya akan bertambah yang memberikan miopisasi. Pada pemerikasaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa disertai peregangan jarak lamel serat lensa.

3. Katarak Matur Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh lensa. Proses degenerasi yang berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama hasil disintegrasi melalui kapsul, sehingga lensa kembali ke ukuran normal. Bilik mata depan akan berukuran kedalaman normal kembali. Tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh, sehingga uji bayangan iris negatif.

Gambar 7 : kararak matur

4. Katarak Hipermatur Merupakan proses degenerasi lanjut lensa, sehingga masa lensa yang mengalami degenerasi akan mencair dan keluar melalui kapsul lensa. Lensa menjadi mengecil dan berwarna kuning. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai kapsul yang tebal, maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan sekantong susu dengan nukleus yang terbenam di korteks lensa. Keadaan ini disebut sebagai katarak Morgagni.Uji bayangan iris memberikan gambaran pseudopositif.Cairan / protein lensa yang keluar dari lensa tersebut menimbulkan reaksi inflamasi dalam bola mata karena di anggap sebagai benda asing. Akibatnya dapat timbul komplikasi uveitis dan glaukoma karena aliran melalui COA kembali terhambat akibat terdapatnya sel-sel radang dan cairan / protein lensa itu sendiri yang menghalangi aliran cairan bola mata.1

Gambar 8 : katarak hipermatur

Tanda dan Gejala pada katarak senilis 1,2: 1. Penglihatan kabur dan berkabut 2. Merasa silau terhadap sinar matahari, dan kadang merasa seperti ada film didepan mata 3. Seperti ada titik gelap di depan mata 4. Penglihatan ganda 5. Sukar melihat benda yang menyilaukan 6. Halo, warna disekitar sumber sinar 7. Warna manik mata berubah atau putih

8. Sukar mengerjakan pekerjaan sehari-hari 9. Penglihatan dimalam hari lebih berkurang 10. Sukar mengendarai kendaraan dimalam hari 11. Waktu membaca penerangan memerlukan sinar lebih cerah 12. Sering berganti kaca mata 13. Penglihatan menguning 14. Untuk sementara jelas melihat dekat Katarak senilis biasanya berkembang lambat selama beberapa tahun. Kekeruhan lensa dengan nucleus yang mengeras akibat usia lanjut yang biasanya mulai terjadi pada usia lebih dari 60 tahun.

2.2.5. DIAGNOSIS Tanda yang sangat mudah untuk mengenali katarak congenital adalah bila pupil atau bulatan hitam pada mata terlihat berwana putih atau abu-abu. Hal ini disebut dengan leukokoria, pada setiap leukokoria diperlukan pemeriksaan yang teliti untuk menyingkirkan diagnosis banding lainnya. Walaupun 60 % pasien dengan leukoria adalah katarak congenital. Leukoria juga terdapat pada retinoblastoma, ablasio retina, fibroplasti retrolensa dan lain-lain.2,3

Anamnesa: Penurunan ketajaman penglihatan secara progresif (gejala utama katarak) Mata tidak merasa sakit, gatal atau merah Gambaran umum gejala katarak yang lain,seperti: a. Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film b. Perubahan daya lihat warna c. Gangguan mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar sangat menyilaukan mata d. Lampu dan matahari sangat mengganggu e. Sering meminta ganti resep kaca mata

f. Lihat ganda g. Baik melihat dekat pada pasien rabun dekat ( hipermetropia) h. Gejala lain juga dapat terjadi pada kelainan mata lain

Pemeriksaan klinis: Pemeriksaan ketajaman penglihatan dan dengan melihat lensa melalui senter tangan, kaca pembesar, slit lamp, dan oftalmoskop sebaiknya saat pupil berdilatasi. Dengan penyinaran miring ( 45 derajat dari poros mata) dapat dinilai kekeruhan lensa dengan mengamati lebar pinggir iris pada lensa yang keruh ( iris shadow ).

2.2.6. PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan pada katarak adalah tindakan pembedahan. Pengobatan yang diberikan biasanya hanya memperlambat proses, tetapi tidak menghentikan proses degenerasi lensa. Beberapa obat-obatan yang digunakan untuk menghambat proses katarak adalah vitamin dosis tinggi, kalsium sistein, iodium tetes 2,3. Tindakan pembedahan dilakukan dengan indikasi: 1. Indikasi optik : pasien mengeluh gangguan penglihatan yang mengganggu kehidupan sehari-hari , dapat dilakukan operasi katarak. 2. Indikasi medis : Kondisi katark harus dioperasi diantaranya katarak hipermatur, lensa yang menginduksi glaukoma, lensa yang menginduksi uveitis, dislokasi/subluksasi lensa, benda asing intraretikuler, retinopati diabetik, ablasio retina atau patologi segmen posterior lainnya. 3. Indikasi kosmetik : Jika kehilangan penglihatan bersifat permanen karena kelainan retina atau saraf optik, tetapi leukokoria yang diakibatkan katarak tidak dapat diterima pasien, operasi dapat dilkukan meskipun tidak dapat mengembalikan penglihatan. Pada katarak kongenital , sebaiknya operasi dilakukan sebelum pasien berumur 17 minggu guna meminimalkan atau meniadakan deprivasi. Para ahli mata memilih untuk

melakukan operasi lebih awal, idealnya sebelum pasien berumur 2 bulan, untuk mencegah terjadinya ambliopia yang reversible dan nistagmus sensoris.2

2.3.1

Sejarah perkembangan operasi katarak16,17

Sejak zaman kedokteran purba katarak telah dikenal oleh para tabib kuno. Dengan berkembangnya teknologi dan ilmu kedokteran maka teknik dan cara operasi katarak pun mengalami perubahan demi perubahan. Susruta dan Characa ahli pengobatan India kuno melakukan operasi penusukan katarak dengan jarum dan mendorong lensa yang katarak tersebut ke rongga vitreous sehingga pupil menjadi bebas. Demikian juga Celsus seorang tabib Yunani kuno dalam bukunya "De Medicina libri octo" mengemukakan teknik operasi yang hampir sama dengan yang dikemukakan oleh Susruta. Cara ini masih tetap dianut berabab-abad kemudian misalnya oleh Johann Christian Juengken di Charite Hospital Berlin (1863). Awal dari pembedahan katarak modern dimulai oleh Jaques Daviel (1696 - 1762) dimana ia memperkenalkan teknik sayatan pada limbus kornea bagian bawah dan dengan pinset yang halus katarak tersebut diekstraksi keluar. Iridektomi hanya dilakukannya jika lensa dianggapnya terlalu besar. Hal ini dilakukan tanpa mengindahkan dasar-dasar aseptic maupun antiseptik sehingga sudah tentu banyak terjadi penyulit-penyulit pasca bedah. Cara-cara pembedahan yang asepsis dan penggunaan obat-obat antiseptik pada pembedahan katarak pertama kali diperkenalkan oleh Alfred Carl Graefe (1830 - 1899) seorang kemenakan dari Prof. Albrecht von Graefe. Dari 1074 operasi katarak yang dilakukannya hanya ditemukan 10 kasus dengan penyulit infeksi pasca bedah. Sangat sulit mengetahui siapa yang sesungguhnya menjadi pelopor pembedahan katarak intrakapsuler, sebab pada masa sebelumnya biasanya operasi katarak intra- maupun ekstra-kapsuler dilakukan para pembedah tergantung pada keadaan dan ketrampilan pembedahnya. Georg Joseph Beer (1795) secara rutin melakukan pembedahan katarak intrakapsuler. Albert Terson (1870) adalah yang pertama menggunakan forceps lensa untuk mengeluarkan lensa. Alat ini diperbaiki oleh berbagai ahli yang kemudian disempurnakan oleh Arruga sehingga menjadi sangat terkenal di Eropa pada saat itu. Ignacio Barraquer memperkenalkan alat yang dinamakannya erisiphake yaitu suatu alat yang memegang lensa dengan daya vakum. Lensa yang terhisap dengan cara ini dapat ditarik keluar. Operasi

ini dinamakannya phacoerisis. Pada tahun 1961 terjadi revolusi dalam cara melakukan ekstraksi katarak. Tadeuz Krwawics memperkenalkan cara ekstraksi dengan pendinginan ("cryoextraction"). Alat ini disempurnakan oleh Dutch Bellow. Mula-mula pendinginan dilakukan dengan CO2 kemudian dipergunakan juga N2 cair dan Freon, sebagai gas pendingin. Cara ekstraksi lensa ini banyak dipakai oleh dokter mata saat ini dalam melakukan pembedahan katarak. Alat ini terdiri dari suatu tabung berisi gas pendingin dengan pipa yang menyalurkan gas pendingin tersebut ke sebuah jarum ekstraksi. Sesudah dilakukan sayatan sehingga kornea terbuka, maka jarum pendingin dilekatkan pada permukaan lensa sambil gas pendingin dialirkan. Beberapa saat kemudian sebagian lensa yang bersentuhan dengan jarum menjadi turut membeku dan lekat pada jarum. Dengan cara ini lensa tersebut diekstraksi keluar. Metoda pembedahan katarak yang paling mutakhir dan masih terus diteliti hingga saat ini adalah penggunaan getaran suara ultra untuk menghancurkan nukleus lensa, dikombinasi dengan penghisapan atau irigasi massa lensa. Cara ini dikenal dengan nama "Phaco emulsification and aspiration" atau Cermin Dunia Kedokteran No. 21, 1981 27 "Phacofragmentation and irrigation". Pelopor teknik operasi ini antara lain Kelman di Amerika Serikat dan Dardenne di Eropa. Mereka menggunakan jarum yang dapat menimbulkan getaran ultra sonik yang dapat menghancurkan nukleus lensa yang padat. Sebelum itu dengan pisau yang tajam, kapsul anterior lensa dikoyak. Lalu jarum ultrasonik ditusukkan ke dalam lensa, sekaligus menghancurkan dan menghisap massa lensa keluar. Cara ini dapat dilakukan sedemikian halus dan teliti sehingga kapsul posterior lensa dapat dibiarkan tanpa cacat. Dengan teknik ini maka luka sayatan dapat dibuat sekecil mungkin sehingga penyulit maupun iritasi pasca bedah sangat kecil. Berbagai teknik telah dikembangkan oleh para ahli sesuai dengan kemajuan teknologi, dimana semakin lama operasi katarak semakin baik hasilnya. Kelak pada suatu ketika mungkin operasi katarak hanyalah merupakan- operasi ringan dimana penderita setelah dioperasi dapat langsung pulang dan dapat bekerja kembali tanpa perawatan di rumah sakit

2.3.2 Teknik operasi katarak y Intra Capsular Cataract Extraction (ICCE) ICCE adalah suatu bentuk operasi katarak yang berkembang pada awal 1980an tapi jarang digunakan sekarang karena banyak kemajuan teknik yang tersedia.18

Pada operasi ini, keseluruhan lensa mata pasien termasuk kapsulnya dikeluarkan. Prosedurnya mewajibkan insisi yang lebih lebar dibandingkan teknik yang berkembang saat ini.18 Pada ICCE, operator membuat suatu insisi yang lebar pada perifer kornea atau insisi limbus sebesar 1600 - 1800 (12-14 mm) dan menginjeksikan obat ke dalam bola mata yang menyebabkan serat zonular yang menggantung lensa hancur. Probe khusus kemudian ditempatkan pada lensa dan nitrogen liquid digunakan untuk membekukan lensa. Selagi probenya dikeluarkan dari mata, lensa matanya juga dikeluarkan bersamaan. Setelah lensa dikeluarkan, intraocular lense implant diletakkan di depan iris. Beberapa jahitan dilakukan untuk menutup insisi hingga sembuh yang mana penyembuhan membutuhkan waktu 6 minggu.18 Teknik operasi ini sudah lama ditinggalkan karena banyaknya penyulit yang dapat timbul setelah operasi, seperti 18 : Penyembuhan luka yang lama Pengembalian penglihatan yang lama Astigmatisme Inkarserasi iris Inkarserasi vitreus

y Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE) with IOL implantation 6,19 ECCE adalah suatu teknik pembedahan pada lensa mata yang keruh dimana keseluruhan lensa dikeluarkan dengan menyisakan kapsul posterior untuk implantasi IOL nantinya. Walaupun fakoemulsifikasi sudah menjadi salah satu metoda yang diplih untuk ekstrakapsular ekstraksi untuk seluruh katarak di Unitid States 1990, konvensional atau ECCE standar masih dipertimbangkan karena memiliki resiko yang kecil pada pasien dengan katarak yang berat atau adanya kelemahan jaringan epitel kornea. Getaran ultrasound yang digunakan pada fakoemulsifikasi cenderung akan menekan kornea.

ECCE membutuhkan waktu kurang dari 1 jam untuk pengerjaannya. Setelah daerah sekitar mata dibersihkan dengan antiseptic, kemudian duk steril diletakkan diatas wajahnya. Pasien diberikan anastesi local untuk membuat jaringan disekitar mata menjadi mati rasa atau anastesi topical untuk membuat mata itu sendiri mati rasa. Sebuah penahan kelopak mata digunakan untuk mata agar tetap terbuka. Jika pasien gugup, dokter dapat memberikan injeksi obat penenang. Setelah anastesi memberikan efek, ahli bedah membuat insisi pada titik pertemuan kornea dan sclera. Insisi ini bergantung pada besarnya nucleus atau lensa yang akan dikeluarkan dari kapsulnya. Setelah insisi selesai dibuat, kemudian dibuat sebuah lubang di depan kapsul lensa, teknik ini dinamakan capsulorhexis. Ahli bedah kemudian dengan hatihati membuka kapsul lensa dan mengeluarkan nucleus pada lensa dengan menggunakan alat khusus. Setelah nucleus terlihat, ahli bedah menggunakan alat hisap untuk membuang kortekas yang halus pada lensa. Sebuah material viskoelastis khusus disuntikkan ke kapsul lensa yang kosong untuk mempertahankan bentuk sampai ahli bedah memasukkan IOL. Setelah IOL diletakkan pada posisi yang tepat, substansi viskoelastis itu dibuang lali insisi ditutup dengan 2 atau 3 jahitan.

Persiapan ECCE merupakan suatu tindakan bedah elektif, pembuangan katarak darurat hanya dilakukan jika katarak menyebabkan glaucoma atau mata terluka atau infeksi. Setelah pembedahan dijadwalkan pasien membutuhkan pemeriksaan keratometri jika IOL akan dipasang. Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui kekuatan IOl yang akan dipasang. IOL adalah pengganti untuk lensa pasien bukan untuk memperbaiki lensa pasien. Jika pasien menggunakan kaca mata atau kontak lens sebelum katarak muncul, ia akan tetap menggunakannya setelah IOL dipasang. Resiko ECCE termasuk : y Edema kornea y Peningkatan Tekanan Intra Okuler(TIO)

y Uveitis y Infeksi y Hifema bergantung pada munculnya darah pada COA dan biasanya sering terjadi 1, 2 atau 3

hari setelah operasi katarak y Ablatio retina y Malposisi dari IOL y Cistoid macular Edema

Gambar 9 : ekstracapsular cataract extraction

y Fakoemulsifikasi ,6,20,21 Fakoemulsifikasi berasal dari 2 kata phako yang artinya lensa dan emulsification yang artinya menghancurkan menjadi bentuk yang lebih lunak. Cara kerja system fakoemulsifikasi untuk menghancurkan lensa adalah melalui ultrasonic probe yang mempunyai tip jarum (needle) yang mampu bergetar dengan frekuensi yang sangat tinggi (28-60 kHz), setara dengan frekuensi gelombang ultrasound. Tujuan utama fakoemulsifikasi pada bedah katarak adalah untuk menghancurkan nucleus lensa agar dapat dikeluarkan dari mata melalui sayatan yang sangat kecil, yaitu dengan cara menyedot massa lensa yang sudah hancur tersebut ke dalam mesin

dengan memanfaatkan aliran cairan. Operasi katarak dengan fakoemulsifikasi hanya memerlukan luka insisi dengan lebar 2,5 3,0 mm, sehingga diupayakan agar IOL dapat dimasukkan pada luka tersebut. Luka sayatan tidak perlu dijahit karena diharapkan tetap kedap dan sembuh dengan sendirinya. A. Penilaian Pre Operatif Penilaian yang dilakukan adalah : y Penurunan visus harus sesuai dengan kataraknya. Prognosis prbaikan visus harus dijelaskan pada pasien terutama jika terdapat penyakit lain seperti glaucoma maupun Age Related Macular Degeneration. y Tekanan Intra Okuler (TIO) harus normal. Jika terdapat glaucoma TIO harus terkontrol dengan obat. y Pupil harus dilebarkan dengan menggunakan tetes mata.

B. Prosedur Operasi Terdapat beberapa langkah prosedur operasi fakoemulsifikasi. Masing-masing langkah harus dikuasai agar memperoleh hasil yang diinginkan. Langkah-langkah tersebut antara lain : 1. Anastesi Anastesi yang dipakai dapat tetes mata topical maupun melalui injeksi peribulber dan retrobulber. Anastesi umum jarang dipakai kecuali pada pasien anak maupun dewasa yang memiliki masalah medis tertentu maupun masalah psikiatri. Anastesi topical berupa tetes lidokain merupakan pilihan anastesi paling aman dan ekonomis tetapi tidak bisa dilakukan oleh dokter bedah pemula karena efek anastesinya lebih singkat. 2. Buat jalan masuk melalui insisi minimal Insisi yang baik adalah insisi yang memenuhi syarat untuk fakodinamik system tertutup. Luka insisi yang terlalu lebar akan menimbulkan kebocoran sehingga akan terjadi turbulensi cairan dalam bilik mata depan akan mengakibatkan trauma terhadap endotel kornea. Terdapat beberapa insisi pada fakoemulsifikasi diantaranya insisi

kornea, insisi sklra yang mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Disamping itu pada fakoemulsifikasi dibutuhkan insisi untuk second instrument. 3. Injeksi zat viskoelastis Viskoelastik sangat diperlukan dalam fakoemulsifikasi untuk melindungi endotel kornea (bersifat cohesive) maupun memperdalam kamera okuli anterior untuk capsulorhexis ataupun ketika memasukkan IOL. 4. Capsulorhexis Capsulorhexis adalah tindakan merobek kapsul anterior lensa. Untuk memudahkan prosedur ini kadang digunakan trypan blue untuk mewarnai kapsul anterior. Pada fakoemulsifikasi digunakan teknik continuous circular capsulorhexis (CCC) yang mempunyai banyak sekali keuntungan diantaranya elastisitas yang kuat karena tidak mempunyai titik lemah yang menyebabkan robekan radial ke posterior. Posisi IOL pun akan lebih sentral pada CCC 5. Hidrodiseksi Adalah cara untuk memisahkan kapsul dari korteks lensa dengan memanfaatkan dorongan tenaga dari air yang disemprotkan melalui kanula hidrodiseksi. Hidrodiseksi akan memberikan tekanan yang bisa menyebabkan robekan kearah posterior. Hal ini dapat dicegah bila kita melakukan CCC. 6. Hidro-delineasi Adalah cara untuk memisahkan nucleus dari epinukleus dengan memanfaatkan dorongan tenaga dari air yang disemprotkan melalui kanula hidrodelineasi. Tindakan ini berhasil dilakukan bila terdapat golden ring yang menunjukkan seluruh nucleus terpisah dari epinukleus. Tindakan ini tidak mutlak dilakukan pada fakoemulsifikasi. 7. Destruksi ultrasonic atau emulsifikasi katarak setelah membelah nucleus kemudian dilakukan aspirasi sisa materi lensa yang tertinggal. Mesin fakoemulsifikasi mempunyai 2 fungsi utama yaitu adalah menghancurkan lensa melalui ultrasonic probe yang mampu bergetar dengan frekuensi yang sangat tinggi yang setara dengan gelombang ultrasound dan kemampuan mengatur aliran cairan.

8. Implantasi Intra Ocular Lense Karena fakoemulsifikasi menggunakan teknik insisi yang lebih kecil maka implantasi IOL yang dipilih adalah foldable IOL yang bisa dilipat sehingga mudah melewati insisi yang kecil. 9. Pembuangan zat viskoelastis 10. Wound sealing / hidrasi

C. Komplikasi Intra Operasi y Perdarahan retrobulber y Komplikasi saat mebuat insisi y Lepasnya membrane Descemet y Masalah yang berkaitan dengan iris y Perdarahan intra okuler y Robekan kapsul posterior y Prolaps vitreus y Expulsive hemorargik

D. Komplikasi Pasca Operasi Ada beberapa komplikasi pasca operasi yang perlu diperhatikan, mulai dari yang ringan seperti luka yang tidak baik penyembuhannya, sampai pada komplikasi berat seperti endoftalmitis, ablatio retina, dll. Komplikasi tersebut antara lain : y Luka yang tidak sempurna menutup y Edema kormea y Inflamasi dan uveitis

y Atonik pupil y Kekeruhan kapsul posterior y Toxic Anterior Segmen Syndrome (TASS) y Cistoid macular edema y Choroidal detachment y Ablatio retina y Endoftalmitis

Gambar 10 : Phacoemulsification for cataracts

Pada suatu prosedur phacoemulsification, suatu insisi mula-mula dibuat di limbus (A). Suatu alat phacoemulsification menggunakan gelombang ultrasonic untuk mengurai komponen katarak (B).

Komponen katarak tersebut kemudian disedot keluar (C). Untuk memperbaiki penglihatan pasien, suatu lensa intraokuler yang terlipat dimasukkan melalui insisi pertama (D) dan lipatan kemudian dibuka (E).

2.3.3 PROGNOSIS Prognosis penglihatan pasien katarak anak anak yang memerlukan pembedahan tidak sebaik prognosis pasien katarak terkait usia. Adanya ambliopia dan terkadang anomali pada nervus optikus atau retina membatasi tingkat pencapaian penglihatan pada kelompok pasien tersebut. Angka keberhasihan operasi bedah katark mencapai 98%. Prognosis untuk perbaikan ketajaman penglihatan pascaoperasi paling buruk pada katarak kongenital unilateral dan paling baik pada katarak kongenital bilateral inkomplit yang progresif lambat. Pada umumnya komplikasi dapat diatasi dengan baik Pemulihan pasca operasi dapat tercapai dalam waktu beberapa bulan. Sedangkan aktivitas sehari hari sudah dapat dilakukan dalam beberapa hari setelah operasi. Penggunaan kacamata dibutuhkan untuk mengoreksi kelaian visus residual, contohnya tidak mempunyai kemampuan untuk membaca dekat 7,22.

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat kedua-duanya. Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama.2 Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga akibat kelainan kongenital, atau penyulit penyakit mata lokal menahun. Berbagai macam penyakit mata dapat mengakibatkan katarak seperti glaukoma, ablasi, uveitis dan retinitis pigmentosa. Katarak juga dapat berhubungan dengan penyakit vascular lanilla.Berdasarkan usia dapat diklasifikasikan dalam : Katarak kongenital , Katarak yang sudah terlihat pada usia dibawah 1 tahun, Katarak juvenile, Katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun, dan Katarak

senilis, katarak setelah usia 50 tahun Gambaran umum gejala katarak yang lain,seperti: Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film, perubahan daya lihat warna, gangguan mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar sangat menyilaukan mata, lampu dan matahari sangat mengganggu, sering meminta ganti resep kaca mata, melihat ganda, baik melihat dekat pada pasien rabun dekat ( hipermetropia), gejala lain juga dapat terjadi pada kelainan mata ini.

Pada pemeriksaan klinis, ketajaman penglihatan dan dengan melihat lensa melalui senter tangan, kaca pembesar, slit lamp, dan oftalmoskop sebaiknya saat pupil berdilatasi. Dengan penyinaran miring ( 45 derajat dari poros mata) dapat dinilai kekeruhan lensa dengan mengamati lebar pinggir iris pada lensa yang keruh ( iris shadow ). Penatalaksanaan pada katarak adalah tindakan pembedahan. Pengobatan yang diberikan biasanya hanya memperlambat proses, tetapi tidak menghentikan proses degenerasi lensa. Beberapa obatobatan yang digunakan untuk menghambat proses katarak adalah vitamin dosis tinggi, kalsium sistein, iodium tetes.

Prognosis penglihatan pasien katarak anak anak yang memerlukan pembedahan tidak sebaik prognosis pasien katarak terkait usia.

3.2 SARAN Diharapkan dengan adanya refrat ini, dapat menambah wawasan pembaca tentang katarak dan juga dapat menjadi referensi untuk pembelajaran lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas, Sidarta. Katarak (Lensa Mata Keruh). Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2003 Wijana S.D, Nana. Ilmu Penyakit Mata 2. Ilyas Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2007. Hlm 172-3, 199, 200-13. 3. Rahl JS. Congenital and Infantile Cataract. Evidence Based Ophtalmology. Chapter 8. Wormald. Diakses dari www.wormaldChapter8/htm pada tanggal 14 september 2011. 4751. 4. Subramanian Manju. Cataract Congenital. Diakses dari http:// www.MedlinePlus MedicalEncyclopedia.htm, 2011. 5. Sayuti K , Ardy H . Katarak Kongenital di RSUP Dr M Djamil Padang. FKUA . Padang .2000. 6. Royal National Institute of Blind People (RNIB). Cataract Congenital. Diakses dari http : // [email protected]. 2007. 7. Vaughan DG, Asbury T, Riordan-Eva P. Lensa (dalam: Oftalmologi Umum, Suyono JK, ed). Ed 14. Jakarta: Widya Medika. 2000: 175-184. 8. Lee David A . Higginbotham Eve J . Clinical Guide to Comprehensive Ophthalmology.Thieme.New York. 1999 : 303-331. 9. Bashour M. Cataract Congenital. Diakses dari

www.emedicine.Com/oph/TopicCataractCongenital . 2006. 10. Wong TY . The Ophthalmology Examination Review. World Scientific. Singapore. 2001 : 9-12 11. Wright KW et al . Pediatric Opthalmology and Strabismus. Mosby. St Louis. : 367-384 12. AmericanAcademy of Opthalmology . Pediatric and Strabismus, Basic and Clinical Science Course, Section 6. The Foundation of The AAO .San Francisco. 2004 : 21-32, 96-37, 153-154 , 282 13. Kanski J.J Congenital Cataract chapter 8.Clinical Ophthalmology Fifth edition.

Butterworth Heinemann. Edinburgh, London,New Yurk, Oxford, Philadelpia, Sydney, Toronto. 2003. 183 189

14. Chia A, Balakhrisnan V.Congenital Cataract Chapter 9.7 .Clinical Ophthalmology An Asia Perspective.Ed Ang CL, Chee SP, Jap AH, Tan D, Wong TY.Sauders.Singapore, Edinburgh,London,New Delhi,New York, Oxford,

Philadelphia,Sydney,Tokyo,Toronto.2005. 699 70 15. Braham U Pendit; Editor, Y. Joko suyono. Oftalmologi Umum. Ed 14. Jakarta: Widya Medika.2000.hal 175-83

16. Akman, S.M., Azhar, Zainal. Katarak dan Perkembangan operasinya dalam Cermin dunia Kedokteran No.21, 1981. 17. Pesudovs, Konrad, dan David B. Elliott. "The Evolution of Cataract Surgery." Optometry Today (Oktober 19, 2001): 30-32.

18. Intra Capsular Cataract Extraction di akses darihttp://www.visionrx.com/library/enc/enc.inextraction.asp

19. Frey, Rebecca. Extracapsular Cataract Extraction. Encyclopedia of Surgery. A Guide forPatients and Caregivers. 2007 20. Grinbaum, A., M. Blumenthal, and E. Assia. "Comparison of Intraocular Pressure Profiles During Cataract Surgery by Phacoemulsification and Extracapsular Cataract Extraction." Ophthalmic Surgery, Lasers and Imaging 34 (Mei-Juni 2003): 182-186 21. Minassian, D. C., et al. "Extracapsular Cataract Extraction Compared with Small Incision Surgery by Phacoemulsification: A Randomised Trial." British Journal of Ophthalmology 85 (Juli 2001): 822-829. 22. cataract surgery diakses dari http:/www.mdguidelines.com/cataract /surgery/prognosis