refrat Hipertensi
-
Upload
vivi-hafizarni -
Category
Documents
-
view
31 -
download
1
Transcript of refrat Hipertensi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Hipertensi suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah di atas nilai
normal, dengan sistolik >140 mmHg dan atau diastolik >90 mmHg (Kriteria Join National
Commitee/ JNC VII, 2003).1 Saat ini hipertensi sudah menjadi masalah utama kesehatan
mesyarakat yang ada di Indonesia maupun di beberapa negara di dunia.2 Prevalensi hipertensi
di seluruh dunia 15–20%, sedangkan di Asia sudah mencapai 8–18%. Pada tahun 2025
diperkirakan terjadi kenaikan kasus hipertensi sekitar 80%, yaitu dari 639 juta kasus pada
tahun 2000, menjadi 1,15 miliar pada tahun 2025.3 Prevalensi hipertensi di Indonesia 17–
21%, sedangkan Depkes RI (2007) melaporkan sudah mencapai 29.8%.1 Prevalensi hipertensi
di Sumatera Barat ternyata cenderung meningkat. Pada tahun 1977 prevalensi hipertensi
hanya 7,3%,2,4 sedangkan hasil riset kesehatan dasar yang dilakukan Departemen Kesehatan
RI tahun 2007, prevalensi hipertensi di Sumatera Barat sudah mencapai 31,2%.5
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu
hipertensi primer (esensial) dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer meliputi lebih kurang
90% dari seluruh pasien hipertensi dan 10% lainnya disebabkan oleh disebabkan oleh
hipertensi sekunder. Hanya 50% dari golongan hipertensi primer dapat di ketahui
penyebabnya dan dari golongan ini hanya beberapa persen yang dapat diperbaiki
kelainannya. Oleh karena itu upaya penaggulanan hipertensi terhadap hipertensi primer baik
menggenai diagnosis maupun tentang penatalaksanaanya.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana diagnosis dan penatalaksanaan dari hipertensi esensial ?
1.3. TUJUAN
Untuk menegtahui diagnosis dan penatalaksanaan dari hipertensi esensial?
1.4. MANFAAT
Menambah ilmu pengetahian mengenai diagnosis dan penatalaksanaan hipertensi esensial
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI
The Joint National Community on Preventation, Detection evaluation and treatment
of High Blood Preassure dari Amerika Serikat dan badan dunia WHO dengan
International Society of Hipertention membuat definisi hipertensi yaituapabila tekanan
darah seseorang tekanan sistoliknya 140 mmHg atau lebih atau tekanan diastoliknya 90
mmHg atau lebih atau sedang memakai obat antihipertensi.
Menurut Hull1, hipertensi adalah desakan darah yang berlebihan dan hampir konstan
pada arteri. Tekanan dihasilkan oleh kekuatan jantung ketika memompa darah.
Hipertensi berkaitan dengan kenaikan tekanan diastolok, tekanan sistolok, atau kedua-
duanya secara terus-menerus.
Teknan sistolik berkaitan dengan tingginya tekanan pada ateri bila jantung
berkontraksi (denyut jantung). Ini adalah tekanan maksimum dalam arteri pada suatu saat
dan tercermin pada hasil pembacaan tekanan darah sebagai tekanan atas yang nilainya
lebih besar. Tekanan diastolik berkaitan dengan tekanan dalam arteri jantung berada
dalam keadaan relaksasi di antara dua denyutan. Ini adalah tekanan minimum dalam
arteri pada suatu saat dan tercermin dari hasil pemeriksaan tekanan darah sebagai
tekanan bawah yang nilainya lebih kecil.
2.2. EPIDEMIOLOGI
Data epidemiologis menunjukan bahwa dengan makin meningkatnya populasi usia
lanjut, maka jumlah pasien denga hipertensi kemungkinan besar juga akan bertambah,
diaman baik hipertensi sistolok maupun kombinasi keduanya sering timbul pada lebih
dari separuh orang yang berusia >65 tahun.
Data dari The National Health And Nutrition Examination Survey (NHENES)
menunjukan bahwa dari tahun 1990-2000, insiden hipertensi di Amerika, terjadi
peningkatan 15 juta dari data NHENES II tahun 1998-1991. Hipertensi esensial
merupakan 95% dari seluruh kasus hipertensi.
2.3. KLASIFIKASI
The sixth Report of The joint national Committee on Prevention, detection, Evaluation
and Treatment of High Blood Presure (JNC VI) mengklasifikasikan tekanan darah untuk
orang dewasa menjadi enam kelompok yang terlihat seperti pada tabel 1 dibawah.
Kategori Sistor (mmHg) Dan / atau Diastol (mmHg)
Normal <120 Dan <80
Pre hipertensi 120-139 Atau 80-90
Hipertensi tahap 1 140-159 Atau 90-99
Hipertensi tahap 2 ≥160 Atau ≥100
Klasifikasi Hipertensi menurut joint National Committee 7
Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)
Optimal <120 <80
Normal <130 <85
Tingakat 1 = hipertensi
ringan
140-159 90-99
Sub grub : perbatasan 140-149 90-94
Tingkat 2 = hipertensi sedang 160-179 100-109
Tingkat 3 = hipertensi berat ≥180 ≥110
Hipertensi sistol terisolasi ≥140 <90
Sub grub : perbatasan 140-149 <90
Kalsifikasi Hipertensi menurut WHO
2.4. ETIOLOGI
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu: hipertensi esensial
atau hipertensi primer dan hipertensi sekunder atau hipertensi renal.
1. Hipertensi esensial
Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut juga
hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya
seperti genetik, lingkungan, hiperaktifitas sistem saraf simpatis, sistem renin angiotensin,
defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler dan faktor-faktor yang
meningkatkan risiko seperti obesitas,alkohol, merokok, serta polisitemia. Hipertensi primer
biasanya timbul pada umur 30 – 50 tahun.
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder atau hipertensi renal terdapat sekitar 5 % kasus. Penyebab spesifik
diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal,
hiperaldosteronisme primer, dan sindrom cushing, feokromositoma, koarktasio aorta,
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan, dan lain-lain.
2.5. FAKTOR RESIKO
Sampai saat ini penyebab hipertensi secara pasti belum dapat diketahui dengan
jelas. Secara umum, faktor risiko terjadinya hipertensi yang teridentifikasi antara lain:
1. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi
a. Keturunan
Dari hasil penelitian diungkapkan bahwa jika seseorang mempunyai orang tua
atau salah satunya menderita hipertensi maka orang tersebut mempunyai risiko lebih
besar untuk terkena hipertensi daripada orang yang kedua orang tuanya normal (tidak
menderita hipertensi). Adanya riwayat keluarga terhadap hipertensi dan penyakit
jantung secara signifikan akan meningkatkan risiko terjadinya hipertensi pada
perempuan dibawah 65 tahun dan laki – laki dibawah 55 tahun.
b. Jenis kelamin
Jenis kelamin mempunyai pengaruh penting dalam regulasi tekanan darah.
Sejumlah fakta menyatakan hormon sex mempengaruhi sistem renin angiotensin.
Secara umum tekanan darah pada laki – laki lebih tinggi daripada perempuan. Pada
perempuan risiko hipertensi akan meningkat setelah masa menopause yang
mununjukkan adanya pengaruh hormon.
c. Umur
Beberapa penelitian yang dilakukan, ternyata terbukti bahwa semakin tinggi umur
seseorang maka semakin tinggi tekanan darahnya. Hal ini disebabkan elastisitas
dinding pembuluh darah semakin menurun dengan bertambahnya umur. Sebagian
besar hipertensi terjadi pada umur lebih dari 65 tahun. Sebelum umur 55 tahun
tekanan darah pada laki – laki lebih tinggi daripada perempuan. Setelah umur 65
tekanan darah pada perempuan lebih tinggi daripada laki-laki. Dengan demikian,
risiko hipertensi bertambah dengan semakin bertambahnya umur.
2. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi
a. Merokok
Merokok dapat meningkatkan beban kerja jantung dan menaikkan tekanan darah.
Menurut penelitian, diungkapkan bahwa merokok dapat meningkatkan tekanan darah.
Nikotin yang terdapat dalam rokok sangat membahayakan kesehatan, karena nikotin
dapat meningkatkan penggumpalan darah dalam pembuluh darah dan dapat
menyebabkan pengapuran pada dinding pembuluh darah. Nikotin bersifat toksik
terhadap jaringan saraf yang menyebabkan peningkatan tekanan darah baik sistolik
maupun diastolik, denyut jantung bertambah, kontraksi otot jantung seperti dipaksa,
pemakaian O2 bertambah, aliran darah pada koroner meningkat dan vasokontriksi
pada pembuluh darah perifer.
b. Obesitas
Kelebihan lemak tubuh, khususnya lemak abdominal erat kaitannya dengan
hipertensi. Tingginya peningkatan tekanan darah tergantung pada besarnya
penambahan berat badan. Peningkatan risiko semakin bertambah parahnya hipertensi
terjadi pada penambahan berat badan tingkat sedang. Tetapi tidak semua obesitas
dapat terkena hipertensi. Tergantung pada masing – masing individu. Peningkatan
tekanan darah di atas nilai optimal yaitu > 120 / 80 mmHg akan meningkatkan risiko
terjadinya penyakit kardiovaskuler. Penurunan berat
badan efektif untuk menurunkan hipertensi, Penurunan berat badan sekitar 5 kg dapat
menurunkan tekanan darah secara signifikan.
c. Stres
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalaui saraf simpatis yang
dapat meningkatkan tekanan darah secara intermiten. Apabila stres berlangsung lama
dapat mengakibatkan peninggian tekanan darah yang menetap. Pada binatang
percobaan dibuktikan bahwa pajanan terhadap stres menyebabkan binatang tersebut
menjadi hipertensi (Pickering, 1999).
d. Aktifitas Fisik
Orang dengan tekanan darah yang tinggi dan kurang aktifitas, besar kemungkinan
aktifitas fisik efektif menurunkan tekanan darah. Aktifitas fisik membantu dengan
mengontrol berat badan. Aerobik yang cukup seperti 30 – 45 menit berjalan cepat
setiap hari membantu menurunkan tekanan darah secara langsung. Olahraga secara
teratur dapat menurunkan tekanan darah pada semua kelompok, baik hipertensi
maupun normotensi.
e. Asupan
1) Asupan Natrium
Natrium adalah kation utama dalam cairan extraseluler konsentrasi
serum normal adalah 136 sampai 145 mEg / L, Natrium berfungsi menjaga
keseimbangan cairan dalam kompartemen tersebut dan keseimbangan asam
basa tubuh serta berperan dalam transfusi saraf dan kontraksi otot (Kaplan,
1999).
Perpindahan air diantara cairan ekstraseluler dan intraseluler
ditentukan oleh kekuatan osmotik. Osmosis adalah perpindahan air menembus
membran semipermiabel ke arah yang mempunyai konsentrasi partikel tak
berdifusinya lebih tinggi. Natrium klorida pada cairan ekstraseluler dan kalium
dengan zat – zat organik pada cairan intraseluler, adalah zat – zat terlarut yang
tidak dapat menembus dan sangat berperan dalam menentukan konsentrasi air
pada kedua sisi membran (Kaplan, 1999).
Hampir seluruh natrium yang dikonsumsi (3-7 gram sehari) diabsorpsi
terutama di usus halus. Mekanisme penngaturan keseimbangan volume
pertama – tama tergantung pada perubahan volume sirkulasi efektif. Volume
sirkulasi efektif adalah bagian dari volume cairan ekstraseluler pada ruang
vaskular yang melakukan perfusi aktif pada jaringan. Pada orang sehat volume
cairan ekstraseluler umumnya berubah – ubah sesuai dengan sirkulasi
efektifnya dan berbanding secara proporsional dengan natrium tubuh total.
Natrium diabsorpsi secara aktif setelah itu dibawa oleh aliran darah ke ginjal,
disini natrium disaring dan dikembalikan ke aliran darah dalam jumlah yang
cukup untuk mempertahankan taraf natrium dalam darah. Kelebihan natrium
yang jumlahnya mencapai 90-99 % dari yang dikonsumsi, dikeluarkan melalui
urin. Pengeluaran urin ini diatur oleh hormon aldosteron yng dikeluarkan
kelenjar adrenal bila kadar Na darah menurun. Aldosteron merangsang ginjal
untuk mengasorpsi Na kembali. Jumlah Na dalam urin tinggi bila konsumsi
tinggi dan rendah bila konsumsi rendah (Kaplan, 1999).
Garam dapat memperburuk hipertensi pada orang secara genetik
sensitif terhadap natrium, misalnya seperti: orang Afrika-Amerika, lansia, dan
orang hipertensi atau diabetes. Asosiasi jantung Amerika menganjurkan setiap
orang untuk membatasi asupan garam tidak lebih dari 6 gram per hari. Pada
populasi dengan asupan natrium lebih dari 6 gram per hari, tekanan darahnya
meningkat lebih cepat dengan meningkatnya umur, serta kejadian hipertensi
lebih sering ditemukan (Kaplan, 1999).
Hubungan antara retriksi garam dan pencegahan hipertensi masih
belum jelas. Namun berdasarkan studi epidemiologi diketahui terjadi kenaikan
tekanan darah ketika asupan garam ditambah (Kaplan, 1999).
2) Asupan Kalium
Kalium merupakan ion utama dalam cairan intraseluler, cara kerja
kalium adalah kebalikan dari Na. konsumsi kalium yang banyak akan
meningkatkan konsentrasinya di dalam cairan intraseluler, sehingga cenderung
menarik cairan dari bagian ekstraseluler dan menurunkan tekanan darah.
Sekresi kalium pada nefron ginjal dikendalikan oleh aldosteron.
Peningkatan sekresi aldosteron menyebabkan reabsorbsi natrium dan air juga
ekskresi kalium. Sebaliknya penurunan sekresi aldosteron menyebabkan
ekskresi natrium dan air juga penyimpanan kalium. Rangsangan utama bagi
sekresi aldosteron adalah penurunan volume sirkulasi efektif atau penurunan
kalium serum. Ekskresi kalium juga dipengaruhi oleh keadaan asam basa dan
kecepatan aliran di tubulus distal.
Penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa asupan rendah kalium
akan mengakibatkan peningkatan tekanan darah dan renal vascular remodeling
yang mengindikasikan terjadinya resistansi pembuluh darah pada ginjal. Pada
populasi dengan asupan tinggi kalium tekanan darah dan prevalensi hipertensi
lebih rendah dibanding dengan populasi yang mengkonsumsi rendah kalium.
3) Asupan Magnesium
Magnesium merupakan inhibitor yang kuat terhadap kontraksi vaskuler
otot halus dan diduga berperan sebagai vasodilator dalam regulasi tekanan
darah. The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and
Treatment of High Blood Presure (JNC) melaporkan bahwa terdapat hubungan
timbal balik antara magnesium dan tekanan darah.
Sebagian besar penelitian klinis menyebutkan, suplementasi
magnesium tidak efektif untuk mengubah tekanan darah. Hal ini
dimungkinkan karena adanya efek pengganggu dari obat anti hipertensi.
Meskipun demikian, suplementasi magnesium direkomendasikan untuk
mencegah kejadian hipertensi .
DAFTAR PUSTAKA
Yang di latar belakang
1. Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation,
and Treatment of High Blood Pres 1. Seventh Report of the Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7),
MKB, Volume 43 No. 1, Tahun 2011 9 2003.
2. Armilawaty, Amalia H, Amiruddin. Hipertensi dan faktor risikonya dalam kajian
epidemiologi. Makassar: Bagian Epidemiologi FKM Unhas; 2007
3. Hadi H. Beban ganda masalah gizi dan implikasinya terhadap kebijakan pembangunan
kesehatan nasional. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar. Yogyakarta: Fakultas
Kedokteran UGM; 2005.
4. Boedi-Darmojo. Mengamati perjalanan epidemiologi hipertensi di Indonesia. Medika.
2001;XXVII(7):442–8.
5. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat. Padang: Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
Barat; 2007.sure (JNC 7).
Yang di faktor resiko
1. Kaplan NM. Primary hypertension: pathogenesis. Kaplan’s clinical hypertension. 8 th
edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2002. P. 56-135
2. Pickering TG, Laragh JH, Sos TA. Renovascular hypertension. Disease of the kidney. 5 th
edition. In: Schrier EW, Gottschalk CW, editor. London: little, Brown and Company;
1993. P. 1457-74