refrat cardio3
-
Upload
hardianti-agri -
Category
Documents
-
view
28 -
download
0
description
Transcript of refrat cardio3
BAB I
PENDAHULUAN
Di era dengan tekhnik pencitraan dan diagnostik yang meningkat dan
canggih, terdapat kecenderungan pemeriksaan klinis pasien yang dianggap kurang
relevan. Hal ini keliru karena nilai pemeriksaan klinis tidak dapat
dikesampingkan. Walaupun banyak sekali informasi yang dapat diperoleh dengan
berbagai peralatan penunjang, namun keputusan tentang tatalaksana yang tepat
untuk pasien tetap berdasar pada pemeriksaan klinis menyeluruh dan baik.1
Pemeriksaan klinis merupakan saat awal untuk menjalin hubungan dokter
pasien yang baik dan mendapat kepercayaan dari pasien yang sangat penting
buntuk tahap berikutnya. Pemeriksaan klinis terdiri dari anamnesis untuk
mengetahui gejala, dan melakukan pemeriksan fisik untuk melihat tanda-tanda
dari penyakit kardiovaskular.1
Seorang dokter harus melakukan wawancara yang seksama terhadap
pasiennya atau keluarga dekatnya mengenai masalah yang menyebabkan pasien
mendatangi pusat pelayanan kesehatan. Wawancara yang baik seringkali sudah
dapat mengarahkan masalah pasien ke diagnosis tertentu. Didalam ilmu
Kedokteran, wawancara terhadap pasien disebut anamnesis. Tekhnik anamnesis
yang baik disertai empati merupakan seni tersendiri dalam rangkaian pemeriksaan
pasien secara keseluruhan dalam usaha untuk membuka saluran komunikasi
dokter dengan pasien. Empati mendorong keinginan pasien agar sembuh karena
rasa percaya kepada dokter. Penting diperhatikan bahwa fakta yang terungkap
selama anamnesis harus dirahasiakan meskipun pada zaman yang modern ada
beberapa bagian yang dapat dikecualikan.1,2
Anamnesis dapat langsung dilakukan terhadap pasien (auto-anamnesis)
atau terhadap keluarga atau pengantarnya (alo-anamnesis) bila keadaan pasien
tidak memungkinkan untuk diwawancarai, misalnya keadaan gawatdarurat, afasia
akibat stroke dan lain sebagainya. Anamnesis harus dilakukan secara tenang,
ramah dan sabar, dalam suasana yang rahasia dengan menggunakan bahasa yang
1
mudah dimengerti oleh pasien. Dalam melakukan anamnesis penting untuk
membuat catatan penting sebelum ditulis secara lebih baik dalam status pasien.
Status pasien adalah catatan medic pasien yang memuat semua catatan mengenai
penyakit pasien dan perjalanan penyakit pasien.1,2
Perpaduan keahlian mewawancarai dan pengetahuan mendalam tentang
gejala dan tanda dari suatu penyakit akan memberikan hasil yang memuaskan
dalam menentukan diagnosis kemungkinan sehingga dapat menetukan langkah
pemeriksaan selanjutnya, termasuk pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang.2
Pemeriksaan fisis mempunyai nilai yang sangat penting untuk memperkuat
temuan-temuan dalam anamnesis. Tekhnik pemeriksaan fisis meliputi
pemeriksaan pandang (Inspeksi), pemeriksaan raba (Palpasi), pemeriksaan ketok
(Perkusi), dan pemeriksaan dengar (auskultasi).1,2
Pemeriksaan seorang pasien harus lengkap, tetapi jika dilaksanakan dalam
praktik rutin yang sibuk harus dilakuakan secara cepat. Tujuan pemeriksaan
adalah mendapatkan informasi klinis yang membantu diagnosis dan bukan hanya
sekedar pekerjaan mengulangi tugas-tugas rutin. Pemeriksaan seharusnya
memahami mengapa suatu pemriksaan sesuai dengan pasien tersebut dan
bagaimanan mengartikan kelainan-kelainan fisik yang ditemukan. Didalam
mendiagnosis penyakit kardiovaskular anamnesis dan pemeriksaan fisik memiliki
peran penting. Sehingga penulis akan menguraikan anamnesis dan pemeriksaan
fisik dalam mendiagnosis penyakit kardiovaskular.1
BAB II
2
PEMBAHASAN
A. ANAMNESIS
Anamnesis sangat penting dalam mendiagnosis penyakit kardiovaskular
(KV). Banyak gejala dapat bersumber dari kelainan kardiovaskular tetapi gejala
yang umumnya berkaitan dengan KV adalah nyeri dada, sesak napas yang dipicu
oleh aktifitas fisik, ortopneu, paroxysmal nocturnal dypsneu (PND), kaki
bengkak, palpitasi, sinkop, klaudikasio intermitten dan fatique (kelelahan).3
Pertanyaan sebaiinya membantu mengarahkan pada diagnosis tertentu,
sehingga gejala yang ditanyakan juga yang spesifik. Contoh pertanyaan yang
dapat digunakan untuk system kardiovaskular adalah :3
1. Adakah rasa nyeri/tertekan/tertindih didaerah dada ? (infark miokard)
2. Adakah terbangun pada malam hari karena sesak ? (gagal jantung )
3. Adakah sesak aktifitas ? seberapa berat aktifitas ang menimbulkan rasa
sesak ? (kelas fungsional gagal jantung)
4. Apakah dapat tidur terlentang tanpa merasa sesak ? (ortopneu)
5. Apakah ada bengkak dipergelangan kaki ? (gagal jantung)
6. Apakah ada rasa berdebar atau berdegup tidak teratur ? (aritmia)
7. Apakah pernah mengalami pingsan/gelap mata tanpa ada gejala pendahulu
(tiba-tiba) ? (serangan stokes adam)
8. Apakah pernah mengalami serangan pingsan/gelap mata saat aktivitas ?
(stenosis aorta berat/kardiomiopati hipertrofi)
9. Adakah nyeri di daerah tungkai bawah saat aktifitas ? (klaudikasio)
10. Pernahkah tangan atau kaki terasa dingin atau biru ? (sianosis)
11. Pernah dikatakan demam rematik, serangan jantung, tekanan darah tinggi ?
Riwayat penyakit dahulu yang penting untuk diketahui adalah riwayat
infark miokard, operasi by pass atau pemasangan stent koroner, kardiomiopati,
kelainan congenital, kelainan katup, sindrom marfan, demam rematik, chorea,
penyakit menular seksual, tindakan pada gigi, penyakit tiroid, kelaian jantung
pada pemeriksaan rutin sekolah atau asuransi obat-obat yang dikomsumsi.3
3
Riwayat social mencakup riwayat pekerjaan dan kebiasaan merokok dan
minum alcohol. Factor risiko untuk penyakit jantung koroner (PJK) harus
ditelusuri seperti hipertensi, diabetes, dislipidemia, obesitas, kurang latihan fisik,
riwayat sakit jantung pada keluarga dan merokok.3
Untuk setiap keluhan dan gejala yang ditemukan selalu ditanyakan:3
1. Bagaimana timbulnya gejala
2. Beratnya gejala
3. Lama gejala, termasuk kapan mulai timbul gejala, kapan gejala berakhir
dan seberapa sering gejala itu muncul
4. Faktor apa saja yang dapat memicu timbulnyagejala dan faktr yang dapat
menguranginya
5. Ada keluhan atau gejala yang sama sebelumnya
6. Berapa besar pengaruh gejala terhadap aktivitas sehari-hari
Hal-hal yang diuraikan berikut ini perlu ditanyakan kepada penderita.
1. Sesak Nafas
Sesak nafas pada penderita jantung memberikan petunjuk adanya gangguan
fungsional jantung-paru. Ini dapat disebabkan oleh hipoksemia dengan asidosis,
misalnya pada penderita-penderita penyakit jantung bawaan biru (cyanotic
congenital heart disease) dan gangguan restriksi paru karena bertambahnya cairan
paru, misalnya pada penderita dekompensasi karena stenosis mitral atau infark
miokard yang menyebabkan bendungarn vena paru.4
Sesak nafas dapat merupakan bagian dari sindrom dekompensasi yang
manifestasinya dapat berupa takipneu (frekuensi nafas lebih cepat dari biasa)
dispneu (bernafas harus dengan usaha), ortopneu (kesukaran bernafas pada posisi
berbaring). 4
Pada penderita tertentu, terutama dengan gangguan miokard, sering gejala
sesak nafas timbul malam hari saat resorbsi cairan interstisiel masuk kedalam
sistem sirkulasi sehingga menimbulkan beban untuk jantung. Keadaan khas ini
dikenal sebagai paroxysmal nocturnal dyspnoe (PND). 4
4
Kesadaran untuk bernafas atau menarik nafas panjang lebih banyak
disebabkan oleh faktor psikogenik, namun dapat juga berkaitan dengan kelainan
jantung. 4
Kadang-kadang kesukaran nafas tidak disadari sepenuhnya oleh penderita
karena berlangsung secara perlahan-lahan dan secara tak sadar penderita
melakukan hal-hal yang sebetulnya adalah usaha untuk menghilangkan gejala,
misalnya menambah bantal waktu tidur, dan sebagainya. Jika kesukaran bernafas
timbul dengan aktifitas, penanya harus dengan tepat mengartikan pernyataan
penderita pada tingkat aktifitas mana sebetulnya hal ini terjadi. Istilah "kerja
berat” atau "kerja biasa" harus diuraikan lebih jauh karena istilah ini bagi tiap-tiap
individu mengandung makna berbeda-beda. 4
New York Heart Association (NYHA) membuat klasifikasi fungsional
seorang penderita atas 4 kelas, namun klasifikasi ini amat subjektif sifatnya
karena aktifitas sehari-hari berbeda bagi tiap individu, klasifikasinya yaitu : 4
Kelas 1 : bila penderita dapat melakukan aktifitas berat tanpa keluhan;
Kelas 2 : bila penderita tidak dapat melakukan aktifitas lebih berat dari sehari-
hari tanpa keluhan;
Kelas 3 : bila penderita tidak dapat melakukan aktifitas sehari-hari tanpa
keluhan
Kelas 4 : bila penderita sama sekali tidak dapat melakukan aktifitas apapun
harus tirah baring klasifikasi ini amat subjektif sifatnya karena aktifitas
sehari-hari berbeda bagi tiap individu.
2. Edema (sembab)
Edema merupakan salah satu tanda gagal jantung. Biasanya merupakan
edema dependen, terutama bagian-bagian yang terletak lama di bagian bawah. 4
Insufisiensi vena, terutama pada wanita, dapat pula menyebabkan edema.
Edema karena dekompensasi atau insufisiensi vena sering lebih menyolok siang
hari dimana penderita lebih banyak berdiri (ortastik) dan berkurang atau
menghilang jika waklu tidur tungkai dinaikkan. 4
5
Pada dekompensasi edema biasanya didahului dengan peningkatan berat
badan yang agak mencolok (2-5 kg). Edema yang unilateral dapat disebabkan
karena trombosis vena dalam. Edema setempat merupakan manifestasi bendungan
vena karena proses setempat (tumor, dan lain lain). Edema yang lebih menyeluruh
dapat merupakan tanda gangguan pengeluaran protein yang berlebihan seperti
pada sindrom nefrotik.
Dalam bahasa awam :
1. Apakah pernah menderita bengkak di kedua kaki ?
2. Apakah anda pernah tiba-tiba mengalami kenaikan berat badan yang tak
sepadan ?
3. Apakah anda tiba-tiba pernah merasakan celana atau sepatu andi jadi terlalu
sempit?
4. Apakah anda pernah mengalami edema disertai rasa nyeri pada salah satu
kaki ?
3. Sianosis
Sianosis merupakan tanda terjadinya pirau kanan ke kiri pada kelainan
jantung bawaan. Biasanya sianosis tlerlihat jika HHb (reduced Hb) mencapai
lebih dari 5 g%. Sianosis yang hanya terlihat pada sebagian ekstremitas (tangan
kiri dan kedua tungkai) dikenal sebagai differential cyanosis yang merupakan
tanda PDA (pesistant ductus arteriosus) dengan pirau kanan kekiri.
Kadang-kadang sianosis terjadi jjka penderita melakukan aktifitas. Pada
keadaan hipoksemia berat dapat juga terjadi sianosis yang terutama akan disertai
dengan ektremitas yang dingin dan basah. Sering terjadi penderita atau orang tua
penderita menganggap keadaan sianosis sebagai hal yang biasa terutama jika terjadi
perlahan dan lama. Kadang-kadang hal ini tidak disadari dan malah dianggap
merupakan salah satu ciri kecantikannya. 4
6
4. Nyeri dada
Nyeri dada dapat merupakan salah satu gejala iskemik miokard. Karena
sifatnya suatu nyeri alih (referred pain) maka lokasi dan kualitas nyeri dapat
bervariasi. 4
Keluhan yang termasuk nyeri khas dirasakan substernal dengan penjalaran
ke bagian medial lengan bawah kiri, kadang-kadang menjalar ke lengan kanan,
leher atau mandibula. Dapat pula terasa menjalar ke daerah punggung/belikat.
Kualitas nyeri dapat merupakan rasa berat di dada, rasa tertindih batu, rasa
ditusuk, dirobek dan sebagainya. Sering penderita tak dapat mengekspresikan rasa
nyeri tersebut dan mengatakannya sebagai "masuk angin". Oleh penderita tertentu
nyeri dada karena angina pektoris dapat pula diekspresikan sebagai rasa "sesak",
sering pula sebagai nyeri viseral berupa nyeri di daerah epigastrum, kembung,
mulas dan sebagainya. Pencetus timbulnya nyeri serta bagaimana hilangnya nyeri
harus pula ditanyakan untuk membedakan apakah nyeri tersebut betul-betul
merupakan suatu angina, infark atau diseksi aorta dan membedakannya dengan
nyeri non jantung. 4
Nyeri yang berhubungan dengan gerakan nafas lebih sering berasal dari
proses pleura, sedangkan nyeri dengan gerakan lengan dapat disebabkan karena
suatu gangguan saraf tepi (neuritis interkostal). Nyeri yang sifatnya sebentar
(beberapa detik), bergetar atau berdenyut, biasanya bukan merupakan nyeri
jantung. Nyeri pada angina sering dicetuskan oleh aktifitas fisik, mandi, makan
dan sebagainya atau oleh suatu perubahan emosional marah, kaget dan lain lain. 4
Yang perlu diperhatikan dalam evaluasi nyeri dada adalah lokasi dan
penjalaran nyeri, kualitas nyeri, lama nyeri, pencetus dan penghilang nyeri dan
respon terhadap nitrogliserin. 4
5. Berdebar (palpitasi)
Rasa berdebar merupakan manifestasi kesadaran adanya denyut jantung
yang dirasakan sebagai denyut jantung yang cepat (palpitasi), yang lambat
(bradikardi), suatu denyut yang tak teratur (fibrilasi), atau hilangnya suatu denyut
(ekstrasistol). 4
7
Pada ekstrasistol keluhan penderita dapat berupa rasa hilangnya suatu
denyut (karena hilangnya efek pompa dari denyut prematur) atau terasa sebagai
mengendarai pesawat pada gangguan udara (turbulen). Tergantung dari aktifitas
susunan saraf otonom, keluhan berdebar dapat disertai dengan rasa cemas,
keringat dingin atau lemas. 4
Pada beberapa keadaan rasa berdebar dapat disertai dengan rasa "sesak"
yang tergantung pada keadaan penyaklt jantung primernya. Pada takikarclia atau
tibrilasl yang sifatnya paroksismal, keluhan berdebar dapat timbul dan
menghilang dengan tiba-tiba. Pada aritmia yang sifatnya paroksismal, anamnesis
mungkin satu-satunya petunjuk yang dapat dipakai untuk mengarahkan
pemeriksaan lanjutan untuk menemukan kelainan yang cukup bermakna. 4
Dalam evaluasi berdebar perlu ditanyakan: 4
1. Kualitas berdebar (cepat, lambat, hilangnya denyut)
2. Saat dan sifat mulainya rasa berdebar (waktu kerja, waktu istirahat, tiba-
tiba, perlahan-lahan, dengan ancang-ancang, tanpa ancang-ancang)
3. Bagaimana hilangnya rasa berdebar (dengan sendirinya, dengan gerakan
tertentu)
4. Keluhan penyerta lain (keringat dingin, pingsan, muntah, pusing, dan lain-
lain)
6. Sinkop
Sinkop dapat merupakan gejala kelainan sistem kardiovaskuler. Sinkop
adalah keadaan kehilangan kesadaran karena aliran ke otak yang berkurang baik
karena hilangnya tonus vaskuler maupun menurunnya curah jantung. 4
Sinkop dapat merupakan gejala penting kelainan kardiovaskuler yang dapat dan
harus diobati. Di lain pihak sinkop sendiri dapat menyebabkan akibat-akibat yang
serius, misalnya trauma karena terjatuh saat sinkop, sinkop saat mengemudikan
kendaraan atau bekerja dengan alat-alat. 4
Anamnesis yang terarah dan teliti mungkin dapat mengarahkan kepada
kelainan yang dapat diobati, tanpa pemeriksaan lanjutan yang canggih. Dengan
anamnesis juga dapat dipisahkan penderita-penderita yang sebetulnya hahya
8
menderita sinkop karena hal yang sederhana, misalnya sinkop vasovagal pada
penderita muda, sinkop karena penggunaan obat-obat berlebihan/tak tepat, karena
diet rendah garam yang terlalu ketat atau dehidrasi yang tak teridentifikasikan. 4
7. Klaudikasio Inermitten dan Penyakit vaskuler perifer
Klaudikasio adalah nyeri pada tungkai yang timbul jika berjalan melebihi
jarak tertentu dan jarak ini disebut “jarak klaudikaso”. Jarak klaudikasio dapat
berubah dan menjadi lebih pendek bila menaiki tangga atau bukit. Gejala
klaudikasio menunjukkan penyakit vaskuler perifer yang menyebabkan kurangnya
suplai darah ke otot yang bersangkutan. Factor-faktor resiko penyakit vaskuler
perifer yang penting adaah merokok, diabetes, hipertensi dan adanya penyakit
vascular diorgan tubuh yang lain seperti stroke atau penyakit jantung koroner
(PJK). Penyakit vaskuler peruferyang lanjut dapat ditemukan gejala ekstremitas
dingin, kebas, dan nyeri bahkan pada saat yidak bergerak atau dalam keadaan
diam. Gejala penyakit vascular perifer perlu dievaluasi adalah nyeri, pucat, denyut
yang berkurang atau tidak ada, parastesia, dingin dan lemah. Beberapa hal yang
penting untuk dianamnesis pada penyakit vaskuler perifer. 3
1. Apakah ada rasa nyeri pada tungkai yang timbul saat berjalan
2. Lokasi nyeri
3. Berapa jauh berjalan sebelum timbulnya nyeri
4. Apakah nyeri berkurang bila berhenti berjalan
5. Apakah nyeri pernah timbul dalam keadaan diam
6. Apakah ada perubahan warna kulit pada tungkai
7. Apakah pernah timbul luka atau ulkus pada tungkai yang sukar sembuh
8. Apakahada riwayat stroke atau penyakit jantung koroner
9. Kebiasaan merokok
Factor resiko penyakit jantung koroner sangat penting untuk dievaluasi
pada anamnesis dan pemeriksaan fisik kardiovaskular. Selain riwayat angina dan
atau riwayat infark miokard akut sebelumnya, perlu ditanyakan mengenai adanya
DM, kadar kolestrol tinggi, hipertensi, kebiasaan merokok, riwayat penyakit
ginjal kronik, riwayat keluarga dengan PJK. Untuk masing-masing factor resiko
9
PJK tersebut dapat ditanyakan secara lebih rinci hal-hal yang berkaitan sebagai
berikut :3
a. Hipertensi : kapan pertama kali didiagnosis hipertensi, obat-obatan anti
hipertensi apa saja yang dikomsumsi, keteraturan minum obat
b. Hiperlipidemia : kadar kolestrol bila telah diperiksa atau diketahui
sebelumnya, adanya obesitas, kebiasaan minum alkoho, oba-obat
antihiperlipidemia yang dikomsumsi
c. Diabetes : diabetes sudah dikenal sebagai factor resiko ekuivalen dengan
PJK, obat-obatan untuk diabetes, bagaimana control gula darah selama
pengobatan diabetes
d. Penyakit ginjal kronik (PGK) : mortalitas kardiovaskular tinggi pada
pasien PGK, sejak berapa lama mengidap PGK, obat-obat apa saja yang
telah dikomsumsi, terapi diakisis dan efektifitasnya
e. Kebiasaan meroko : berapa lama riwayat merokok, berapa lama sudah
berhenti merokok
f. Riwayat keluarga : ada keluarga yang meninggal mendadak, ada keluarga
yang mengalami serangan jantung dan diusia berapa
g. Gigi dan mulut : kebersihan gigi mulut berpengaruh pada kelainan jantung
terutama kelainan katup yaitu penyakit jantung reumatik, apakah ada
masalah pada gigi dan mulut, ada kah riwayat infeksi gigi atau gusi
8. Fatique
Fatique atau kelelahan adalah gejala yang sangat umum. Fatique dapat
disebabkan berkurangnya curah jantung seperti pada gagal jantung dan
berkurangnya aliran darah ke otot skeletal yang menyebabkan gejala lemah.3
B. PEMERIKSAAN FISIK
Pada saat melakukan pemeriksaan fisik kardiovaskular, pengetahun
mengenai anatomi dan fisiologi jantung dan system pembuluh darah sangat
penting. Letak topografi jantung adalah 2/3 bagian jantung terletak dirongga dada
kiri dan 1/3 sisanya terletak disebelah kanan. Dibagian bawah berbatas langsung
dengan diafragma. Sisi kanan dibatasi oleh atrium kanan dan sisi kiri dibatasi
10
sebagian besar vntrikel kiri dan sisanya oleh atrium kiri. Batas atrium kiri dan
ventrikel kiri adalah pinggang jantung. Dibagian atas terdapat vena cava superior,
aorta ascenden, arteri pulmonalis dengan percabangan kiri dan kanan. Bagian-
bagian jantung beserta posisi semua katup jantung harus diingat dengan benar.
Setiap siklus jantung akan menghasilkan gerakan kontraksi dan relaksasi jantung.
Katup jantung merupakan pintu pembatas antara atrium dan ventrikel atau
pembuluh darah besar dengan ventrikel. Adanya aliran darah yang tidak normal
yang melalui katup jantung dapat menghasilkan bunyi jantung yang abnormal.
Peningkatan tekanan di ventrikel kanan yang disebabkan oleh gagal jantung atau
peningkatan tekanan vena pulmonalis akan mengakibatkan peningkatan JVP.2,3
Pemeriksaan fisik pada kelainan kardiovaskuler dilakukan pada penderita
dengan gajala/keluhan kardiovaskuler atau penderita tanpa gejala/keluhan
kardiovaskuler.
Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk menemukan kelainan kardiovaskuler
primer, menemukan kelainan sistemik dengan akibat/ konsekuensi kardiovaskuler,
menemukan penderita dengan gejala/keluhan menyerupai, namun tanpa kelainan
kardiovaskuler dan untuk skrining kelainan kardiovaskuler.
Seperti juga pemeriksaan flsik pada umumnya yang harus dilakukan secara
teliti dan menyeluruh, beberapa hal penting untuk mencapai tujuan diatas perlu
diperhatikan, yaitu keadaan umum dan tanda-tahda vital, fundus okuli, keadaan
kulit, dada (toraks), jantung, abdomen, tungkai dan arteri-arteri perifer.
Keadaan umum dan tanda-tanda vital
Penderita dapat datang dengan keadaan cukup baik atau lemah, nampak sakit
berat, sesak, pucat, biru atau tak sadarkan diri. Penderita dapat juga datang tanpa
kelainan fisik berarti namun dengan riwayat / keluhan yang bermakna. Keadaan
umum yang baik sewaktu pemeriksaan tidak selalu berarti kelainan yang ada tidak
serius (misalnya pada episode takikardia ventrikel berulang), sedangkan keadaan
umum yang kurang baik mungkin hanya disebabkan suatu sinkop vasovagal atau
ekstrasistol yang tak bermakna. Pada beberapa kelainan jantung bawaan, keadaan
11
gizi atau pertumbuhan yang buruk mungkin merupakan satu-satunya manifestasi
kelainan hemodinamik yang bermakna. Pemeriksaan tanda-tanda vital seyogyanya
dilakukan sendiri.
Tekanan darah
Pemeriksaan tekanan darah dilakukan dengan cara yang betul, terutama jika
dilakukan terhadap anak-anak atau orang yang gemuk. Ukuran manset biasanya
13x20 cm (20% jebih lebar dari diameter, lengan). 4
Pada penderita-penderita dengan hipertensi disamping pengukuran pada
kedua lengan harus juga dilakukan pada kedua tungkai dengan manset yang cukup
lebar untuk menyingkirkan adanya koarktasio aorta atau penyakit Takayashu.
Manset yang digunakan pada anak harus yang sama. Ukuran lebar manset pada
usia dibawah 1 tahun lebar cekungnya kurang dari 2.5 cm, umur 1-4 tahun 5 cm,
dan umur 4-8 tahun 9 cm. 4
N a d i
Perabaan nadi dapat memberikan gambaran tenang aktivitas pompa
jantung maupu keadaan pembuluh itu sendiri. Kadang-kadarng nadi lebih jelas
jika diraba pada pembuluh yang lebih besar, misalnya arteri karotis.
Pada perabaan nadi harus diperhatikan: 4
- Jumlah frekuensi nadi (laju nadi permenit)
- Takikardia, bradikardia
- Keteraturan nadi
- Perbandingan dengan denyut jantung
- Pulsus defisit (misalnya pada fibrilasi atrium)
- Bentuk nadi
- Pulsus bisferiens (dicrotic pulse), terdapat aksentuasi dari regurgitasi aorta, AS,
tirotoksikosis, IHSS, ansietas.
- Pulsus seler (bounding pulse, collapsing pulse, water-hammer pulse,
Corrigan's pulse),
12
disebabkan upstroke dan downstroke mencolok dari pulsus, misalnya pada
tirotoksikosis, regurgitasi aorta, hipertensi, PDA, fistula arteriovenousus.
- Pulsus tardus (plateau pulse) : disebabkan karena upstroke dan downstroke
yang perlahan, misalnya pada stenosis katup aorta berat.
- Perubahan volume nadi
-Pulsus alternan: perubahan kuatnya denyut nadi yang disebabkan oleh kelemahan
jantung, misalnya pada gagal jantung, kadang-kadang lebih nyata dengan
auskultasi saat mengukur tekanan darah.
-Pulsus bigeminus : nadi teraba berpasangan dengan interval tak sama dimana
nadi kedua biasanya lebih lemah dari nadi sebelumnya. Kadang-kadang malah
tak teraba sehingga seolah-olah merupakan suatu bradikardia atau pulsus defisit
jika dibandingkan denyut jantung.
-Pulsus paradoksus : melemah atau tak terabemya nadi saat inspirasi. Sering lebih
nyata pada auskultasi saat pengukuran tekanan darah, dimana pulsus terdengar
melemah saat inspirasi, dan biasanya tak melebiai 1 0 mmHg. Bisa pula
disertai penurunan tekanan vena jugularis saat inspirasi, misalnya pada
gangguan restriksi pada efusi perikardium, tamponade perikard, konstriksi
perikard, sindrom vena kava superior, atau emfisema paru.
Pemeriksaan vena
Pemeriksaan vena terutama vena jugularis dapat memberikan gambaran
tentang aktifitas jantung. Perubahan aktifitas jantung dapat memberikan gambaran
pada vena dengan cara menyebabkan perubahan tekanan vena-vena tepi,
bendungan pada vena-vena tepi dan perubahan pada bentuk pulsus vena.
Karena perubahan aktifitas jantung yang terlihat pada vena berlangsung pada
tekanan rendah maka penilaian perubahan vena harus djjakukan dengan teliti.
Vena-vena yang sering mudah dilihat dan dapat dinilai terutama adalah vena
jugularis. 4
Perubahan tekanan vena tepi biasa dinila. pada tekanan vena jugularis
eksterna. Kesulitan penilaian tekanan vena jugularis terjadi jika terdapat
peningkatan tekanan intratoraks yang menyebabkan penjalaran tekanan vena dari
13
jantung terhambat, misalnya pada saat tertawa, sesak, batuk, menangis, mengejan
(manuver Valsava), pada penderita-penderita dengan emfisema, struma, atau jika
terdapat sklerosis vena jugularis karena usia, pasca kanulasi, dan sebagainya. 4
Pengukuran tekanan vena jugularis dilakukan dengan cara tak langsung
sebagai berikut : mula-mula tentukan titik nol (zoro atau level flebostatik) yaitu
titik dimana kira-kira titik tengah atriurn kanan berada. Titik ini berada kira-kira
pada perpotongan antara garis mid aksiler dengan garis tegak lurus sternum pada
level angulus Ludovici. 4
Pada posisi tegak tekanan vena jugularis yang normal akan tersembunyi di
dalam rongga toraks. Pada posisi berbaring vena jugularis mungkin akan terisi
meskipun tekanan vena masih normal. 4
Pada posisi 1/2 duduk 45 aerajat (dalam keadaan rileks) titik perpotongan
vena jugularis dengan klavikula akan berada pada bidang horizontal kira-kira 5
cm diatas titik nol. Jika batas atas denyut vena terlihat diatas klavikula, maka
tekanan vena jugularis pasti meningkat. 4
Pada keadaan gagal jantung maka tekanan vena jugularis akan meningkat,
yang menunjukkan terhambatnya pengisian ventrikel. Pada keadaan yang lebih
dini dari gagal jantung akan terjadi konstriksi vena sebelum peningkatan tekanan
vena terjadi. Manifestasi gejala ini dapat terlihat pada refluks hepatojuguler yang
dapat dilakukan sebagai berikut: penderita dibiarkan bernafas biasa, kemudian
dilakukan penekanan pada daerah dibawah arkus kosta kanan yang menyebabkan
meningkatnya tekanan vena jugularis karena berpindahnya sebagian darah dari
hepar akibat penekanan tersebut. 4
Pulsasi vena dapat terlihat pada vena-vena yang dekat dengan jantung,
terutama pada vena-vena jugularis eksterna dan interna karena tekanannya yang
rendah pulsasi ini tak teraba namun dapat terlihat pada bagian atas dari kolom
darah yang rnerigjsinya. Seperti juga pulsus atrium, terdapat tiga komponen dari
pulsus vena yaitu gelornbang a disebabkan karena aktivitas atrium, gelombang c
karena menutupnya katup trikuspid, serta gelombang v yang merupakan desakan
katup waktu akhir sistol ventrikel. 4
14
Pada aritmia akan terlihat frekuensi gelombang a mungkin melebihi
gelombang v misalnya pada fluter atrium. Pada blok A-V total mungkin terlihat
gelombang meriam (cannon waves) yang timbul akibat gelombang tinggi yarig
terjadi saat atrium berkontraksi pada waktu katup trikuspid sedang menutup. 4
Nafas
Peningkatan frekuensi nafas (takipneu) dapat merupakan pertanda gagal
jantung karena berbagai sebab, dan asidosis karena penyakit jantung sianotik.
Pada bayi, gangguan ini mungkin hanya terlihat jika penderita melakukan kerja,
misalnya menyusui. Pasca peningkatan tekanan pengisian ventrikei kiri karena
penyakit jantung koroner misalnya, akan terlihat penderita memerlukan bantal
tinggi saat berbaring (ortopneu). 4
Pada keadaan yang lebih berat, kesulitan bernafas akibat gangguan jantung
sulit dibedakan dari kelainan paru primer terutama jika menyangkut adanya usaha
ekspirasi yang memanjang pada edema paru interstisial dan mungkin disertai pula
dengan wheezing ekspiratoir (asma kardial). 4
Fundus Okuli
Pemerlksaan fundus okull merupakan hal yang penting terutama untuk
menilai keadaan pembuluh-pembuluh arterfol dan venul. Perubahan-perubahan
yang terlihat pada arteri-arterl fundus biasanya mengenai juga arteri di tempat
lain. Perubahan-perubahan arterl dan vena karena hipertensi, arteriosklerosis,
diabetes, hiperkolesteroiemla, endokarditis mungkin dapat terlihat pada
pemeriksaan fundus okuli. 4
Keadaan kulit
Pemeriksaan/perabaan kulit dapat merupakan cermin dari keadaan
hemodinamik karena kelainan kardiovaskuler. Pada penderita dengan gambaran
asma (wheezing) keadaan kulit yang basah atau dingin dapat mencer-minkan
keadaan gagal jantung. Keadaan ini dapat dibedakan dari kelainan asma paru di-
mana biasanya kulit masih hangat. Keadaan perfusi perifer yang terganggu pada
15
sindrom curah jantung rendah (lowoutput) dapat diduga jika ekstremitas teraba
basah dan dingin, kadang-kadang disertai sianosis perifer pada kuku. Sianosis
yang lebih terlihat dibagian atas tubuh lebih mencerminkan adanya suatu pirau
intrakardial karena kelainan jantung bawaan. 4
Pada keadaan hiperlipidemia mungkin akan terlihat adanya santomata yang
merupakan penumpukan lemak pada nbdul-nodul dibawah kulit. Pada sindrom
vena kava superior mungkin akan terlihat adanya pelebaran vena-vena dibawah
kulit pada daerah toraks bagian atas sebagai garis-garis biru yang menyolok.
Perdarahan-perdarahan kecil pada kulit, kuku atau jarihgan mukosa .dapat
merupakan pertanda dari suatu endokarditis (splinter hemorrhages). 4
Dada (toraks)
Pemeriksaan dada (toraks) harus dilakukan dengan sistematika mulai
dari inspeksi, palpasi, perkusi kemudian auskultasi.4
Pada pemeriksaan jantung seperti juga pada organ lain, menerapkan urutan
sebagai berikut :2
1. Inspeksi
Secara umum hal-hal yang berkaitan dengan akibat penyakit jantung harus
diamati, misal tampak capek, kelelahan karena akibat cardiac output rendah,
frekuensi napas meningkat, sesak yang menunjukkan adanya bendungan paru atau
edema paru. Sianosis sentral dengan clubbing finger dan kaki berkaitan dengan
adanya aliran shunt kanan ke kiri. Begitu juga dengan ada tidaknya edema.2
Inspeksi dilakukan dengan melihat dinding dada dan mengamati adanya
lesi pada dinding dada, kelaianan bentuk dada, menilai frekuensi, sifat dan pola
pernafasan. Khusus inspeksi pada organ jantung adalah dengan melihat pulsasi
diarea apeks, trikuspidal, pulmonal, aorta.2
Nilailah kecepatan pernafasan dan perhatikan deformasi thoraks, seperti
ekskavatum (sternum cekung), yang dapat menggeser apeks jantung ke kiri dan
memberikan kesan palsu adanya kardiomegali atau menyebabkan murmur aliran
ejeksi’inosen’ akibat kompresi ringan alur keluar ventrikel kanan. Pectus
karinatum (dada merpati) dan kifoskoliosis dapat berkaitan dengan sindrom
16
Marfan. Adanya skar sternotomi median menunjukkan adanya operasi jantung
sebelumnya (operasi grafting katup atau pintas koroner) atau ascendden
(aneurisma, diseksi aorta). Aneurisma ventrikel atau aorta yang besar dapat
menyebabkan pulsasi yang terlihat, dan obstruksi v.cava superior atau inferior
dapat menghasilkan saluran kontralateral vena dinding dada yang terlihat jelas.1
2. Palpasi
Dengan memperugunakan ujung jari dan telapak tangan, tergantung
sensitivitasnya, meraba area-area apeks, trikuspidal, septal, pulmonal, dan aorta.2
Yang diperiksa adalah :2
1) Pulsasi
2) Thrill yaitu getaran yang terasa pada tangan pemeriksa tadi. Hal ini dapat
teraba karena adanya bising yang minimal derajat 3. Dibedakan thrill sistolik
thrill diastolic tergantung difase mana berada
3) Heaving yaitu rasa gelombang yang kita rasakan di tangan kita. Hal ini
karena overload ventrikel kiri, misal pada insufiensi mitral
4) Lift yaitu dorongan terhadap tangan pemeriksa. Hal ini karena adanya
peningkatan tekana diventrikel misal pada stenosis mitral
5) Ictus cordis yaitu pulsasi apeks. Diukur berapa cm diameter, dimana
normalnya adalah 2cm dan ditentukan lokasinya yang biasanya terletak 2 jari
medial dari garis midclavicularis kiri.
3. Perkusi
Telapak tangan kiri berikut jari-jari diletakkan di dinding dada, dengan jari
tengah sebagai landasan ketok, sedangkan telapak tangan dan keempat jari lain
agak diangkat. Tujuannya adalah supaya tidak meredam suara ketukan. Sebagai
jari pengetuk adalah jari tengah tangan kanan. Pada waktu pengetukan hanya
menggerakkan sendi pergelangan tangan dan tidak menggerakkan sendi siku.2
Dengan perkusi dapat ditentukan batas-batas jantung, pinggang jantung
dan counter jantung.2
1) Batas Jantung Kanan
Mula-mula ditentukan terlebih dahulu itik tengah garis midclavicula
kanan. Jari-jari kanan diletakkan sejajar dengan iga. Kemudian dilakuakan perkusi
17
mulai dari titik tengah tadi, dari cranial kea rah kaudal. Suara normal yang didapat
adalah bunyi sonor yang berasal dari paru. Perkusi diteruskan sampai timbul
suara redup, biasanya pada sela iga IV kanan. Bunyi redup ini adalah berasal dari
batas antara dan puncak hati. Puncak hati ini ditutupi oleh diafragma dan masih
ada jaringan paru diatas jaringan puncak hati itu, sehingga terdapat gabungan
antara massa padat dan sedikit udara dari paru. Setelah didapat titik batas sonor-
redup, diukur dua jari kearah cranial. Pada titik yang baru ini diletakkan kembali
telapak tangan dan jari-jarinya diposisikan dengan arah jari tegak lurus terhadap
iga. Kemudian dilakuakan perkusi kearah medial untuk mencari perubahan suara
dari sonor ke redup yang merupakan batas relative kanan jantung dan normal
adalah pada garis sternal kanan. Dari titik batas ini selanjutnya dilakukan perkusi
sampai mendapat suara pekak, yang merupakan batas absolute jantung kanan,
biasanya pada garis midsternal.2
2) Batas Jantung Kiri
Mula-mula ditentukan garis aksila anterior kiri. Bila terdapat pembesaran
jantung kekiri, perkusi dapat dimulai dari garis aksila medial. Kemudian jari
tengah kiri diletakkan pada titik teratas garis aksila anterior dengan arah jari
sejajar dengan iga. Perkusi dari cranial ke kaudal untuk mencari perubahan bunyi
dari sonor ke tympani yang merupakan batas paru-lambung, biasanaya sela iga
VIII kiri. Dari titik ini diukur dua jari kea rah cranial. Dari titik yang baru ini,
dilakukan perkusi lagi kearah medial dengan posisi jari kiri tegak lurus terhadap
iga, sampai timbul perubahan suara dari sonor ke redup, yang merupakan batas
relative jantung kiri dan biasanya terletak pada 2 jari medial garis midcalicularis
kiri. Perkusi diteruskan kea rah medial, sampai terjadi perubahan suara dari redup
ke pekak yang merupakan batas absolute jantung kiri. Pada keadaan emfisema
paru batas-batas jantung absolute akan mengecil.2
Seandainya pasien sudah makan yang banyak, bunyi timpani yang
merupakan batas paru lambung tidak muncul, maka dilakuakan tekhnik
pemeriksaan lain untuk menentukan batas jantung kiri. Mula-mula dilakukan
penentuan batas paru hati lebih dahulu seperti diatas, kemudian diukurkan 2 jari
kearah cranial. Dari titik garis lurus sejajar iga, memotong garis aksila anterior
18
kiri. Dari titik ini dilakuakan perkusi tegak lurus iga, kea rah medial untuk
menemukan titik perubahan bunyi sonor ke redup yang merupakan baas jantung
kiri.2
3) Batas Jantung Atas
Tentukan garis sterna kiri lebih dahulu. Dari titik teratas dilakuakn perkusi
dengan arah sejajar iga kea rah kaudal, sampai terjadi perubahan suara dari sonor
ke redup. Normal adalah sela iga II kiri.2
4) Pinggang Jantung
Ditentukan lebih dahulu garis parasternal kiri. Kemudian dilakuakan
perkusi kearah caudal mulai dari titik teratas garis tersebut, dengan posisi jari
tengah sejajar iga. Yang dicari adalah perubahan bunyi sonor-redup. Batas ini
normal terletak pada sela iga III kiri.2
Bila titik batas misal ada sela iga II, berarti pinggang jantung menghilang.
Hal ini terjadi karena pembesaran atrium kiri, misalnya pada kasus mitral vitium.2
4. Contour Jantung
Tujuannya untuk menggambarkan bentuk jantung, memamtikan besarnya
jantung dan apakah masih ada pinggang jantung dan aoakah masih ada pinggang
jantung.2
Dimulai dari sela iga I kanan dilakuakn dari lateral ke medial denga posisi
jari tengah sejajar iga sampai terjadi perubahan suara dari sonor ke redup.
Kemudian dilakuakan perkusi dari sela iga II kanan dengan cara yang sama dan
seterusnya sampai ke kaudal. Titik-titik batas tadi ditentukan dan kemudian
“ditarik” garis sehingga terdapat garis batas jantung kanan. Begitu juga
dilakuakan pada sisi jantung kiri dengan cara yang sama. Akhirnya didapatkan
gambaran garis batas jantung kanan dan kiri dan juga terlihat gambaran pinggang
jantung.2
5. Auskultasi
Auskultasi memberikan kesempatan mendengarkan (dan menginterpretasi)
perubahan-perubahan bahan-bahan dinamis akibat aktivitas nafas dan jantung.4
19
Pernafasan yang tenang dan dangkal akan menimbulkan bising vesikuler
yang dalam keadaan normal terdengar diseluruh permukaan paru kecuali
dibelakang sternum dan diantara kedua skapula dimana bising nnfas adalah
bronkovesikuler. Bising vesikuler ditandai dengan masa inspirasi panjang dan
masa ekspirasi pendek. 4
Apabila ada konsolidasi paru atau penekanan bronkus akan terdengar bising
bronkial karena bunyi bronkus dihantarkan lebih baik ke permukaan. Bising
bronkovasikuler, merupakan bising antara dari bising vesikuler dengan bronkhial
dimana konsolidasi paru biasanya baru sedikit. 4
Pada bising asmatis fase ekspiratoir lebih panjang daripada bising bronkhial
dan sering disertai dengan musical rales karena adanya getaran dari sekret pada
bronkus. Bunyi yang timbul yang bukan diakibatkan oleh pernafasan atau bicara
disebut rales; disebabkan karena bunyi akibat gerakan cairan pada bronkus atau
alveolus atau aliran udara lewat penyempitan pada jalan nafas. Rales basah
disebabkan karena bunyi aklbat sekret yang tipis sedangkan rales kering
diakibatkan karena sekret yang kasar. Rales basah yang kasar disebut juga ronki,
terjadi pada bronkus yang besar biasanya pada penderita-penderita yang tak sadar
yang tak berusaha untuk mengeluarkan sekret yang ada, sedangkan rales basah
yang sedang atau krepitan disebabkan karena cairan halus yang bergerak pada
saluran nafas. 4
Rales basah yang halus atau subkrepitan mempunyai sebab dan arti sama
dengan rales basah medium. Rales kering (namayang salah) disebabkan gerakan
dari eksudat kasar atau getaran dari membran yang sembab. Jika terdengar dengan
nada tinggi disebut musical rales sedang jika nada rehdah disebut sonorous rales. 4
Bunyi akibat gesekan pleura atau perikardium dapat terdengar dengan
auskultasi dan disebut friction rub. Sering terdengar jika ada peradangan pada
pleura atau perikard (atau dua-duanya). Kadang-kadang terdengar bunyi
pembuluh yang disebut bruit pada paru yang memberikan petunjuk adanya fistula
arteriovenousus pembuluh paru. 4
20
Auskultasi jantung dan pembuluh dasar diuraikan di bawah ini: 4
Auskultasi jantung berguna untuk menemukan bunyi-bunyi yang diakibatkan
oleh adanya kelainan pada struktur jantung dengan perubahan-perubahan aliran
darah yang ditimbulkan selama siklus jantung. Untuk dapat mengenal dan
menginterpretasikan bunyi jantung dengan tepat perlu dikenal dengan baik siklus
jantung.4
Bunyi jantung diakibatkan karena getaran dengan masa amat pendek. Bunyi
yang timbul akibat aktifitas jantung dapat dibagi dalam :4
a. Bunyi jantung 1 : disebabkan karena getaran menutupnya katup
atrioventrikuler terutamakatup mitral, getaran karena kontraksi otot miokard
serta aliran cepat saat katup semiluner mulai terbuka. Pada keadaan normal
terdengar tunggal.
b. Bunyi jantung 2 : disebabkan karena gerakann menutupnya katup semiluner
aorta maupun pulmonal. Pada keadaan normal terdengar pemisahan (splitting)
dari kedua komponen yang bervariasi dengan pernafasan pada anak-anak atau
orang muda.
c. Bunyi Jantung 3 : disebabkan karena getaran cepat dari aliran dar saat pengisian
cepat (rapid filling phase) dari ventrikel. Hanya terdengar pada anak-anak atau
orang dewasa muda atau keadaan dimana komplians otot ventrikel menurun
(hipertrofi atau dilatasi).
d. Bunyi jantung 4: disebabkan kontraksi atrium yang mengalirkan darah ke
ventrikel yang kompliansnya menurun. Jika atrium tak berkontraksi dengan
efisien misalnya fibrilasi atrium maka bunyi jantung 4 tak terdengar.
Bunyi jantung sering dinamakan berdasarkan daerah katup dimana bunyi
tersebut didengar. M1 berarti bunyi jantung satu di daerah mitral. P2 berarti bunyi
jantung kedua daerah pulmonal. Bunyi jantung 1 normal akan terdengar jelas di
daerah apeks sedang bunyi jantung 2 dikatakan mengeras jika intensitasnya
terdengar sama keras dengan bunyi jantung 1 di daerah apeks. Bunyi jantung
1dapat terdengar terpisah (split) jika asinkroni penutupan katup mitral dan
trikuspid lebih mencolok misalnya pada RBBB (Right Bundle Branch Block) atau
21
hipertensi pulmonal. Bunyi jantung 2 akan terdengar terpisah pada anak-anak dan
dewasa muda. Pada orang dewasa bunyi jantung 2 akan terdengar tunggal karena
komponen pulmonalnya tak terdengar disebabkan aerasi paru yang bertambah
pada orang tua. Jika bunyi jantung 2 terdengar terpisah pada orang dewasa ini
menunjukkan adanya hipertensi pulmonal atau RBBB. Bunyi jantung 2 yang
terdengar tunggal pada anak-anak mungkin merupakan tanda adanya stenosis pul-
monal.4
a. Bunyi tambahan : merupakan bunyi yang terdengar akibat adanya
kelainan anatomis atau aliran darah yang dalam keadaan normal tak
menimbulkan bunyi atau getaran.
b. Klik ejeksi : disebabkan karena pembukaan katup semilunar
pada stenosis/menyempit.
c. Ketukan pericardial : bunyi ekstrakardial yang terdengar akibat
getaran/gerakan perikard pada perikarditis/efusi perikard.
d. Bising jantung : merupakan bunyi akibat getaran yang timbul da-
lam masa lebih lama. Jadi perbedaan antara bunyi dan bising terutama
berkaitan dengan lamanya bunyi/getaran berlangsung.
Bising dapat terdengar berdasarkan saatnya.:4
a. mengisi seluruh fase siklus jantung : bising holosistolik pada MI atau
VSD
b. mengisi baik fase sistolik maupun diastolik siklus jantung: bising sistolik-
diastolik atau bising to and fro
c. mengisi hanya sebagian dan salah satu fase jantung : bising sistolik pada
AS, PS, VSD, MI bising diastolik pada AI
d. terdengar terus menerus, baik pada fase sistolik maupun diastolik : bising
menerus atau continuous murmur pada PDA. terdengar hanya pada
sebagian dari suatu fase siklus jantung : bising late systolic pada prolaps
katup mitral
bising early diastolic pada AI atau PI
bising middiastolic pada mitral stenosis
22
bising late diastolic pada mitral stenosis
Bising dapat juga mempunyai kualitas menyerupai bising yang lazim
terdengar dalam keadaan sehari-hari. Bising sea gull, rumbling, musical, high
pitched, blowing.4
23
BAB III
KESIMPULAN
Pemeriksaan klinis merupakan saat awal untuk menjalin hubungan dokter
pasien yang baik dan mendapat kepercayaan dari pasien yang sangat penting
buntuk tahap berikutnya. Pemeriksaan klinis terdiri dari anamnesis untuk
mengetahui gejala, dan melakukan pemeriksan fisik untuk melihat tanda-tanda
dari penyakit kardiovaskular.1
Anamnesis dan pemeriksaan fisik merupakan langkah awal yang teramat
penting namun sering dilupakan kearah pembentukan diagnosis. Anamnesis yang
terarah serta mendalam dan pemeriksaan fisik yang teliti akan memberikan arah
diagnosis yang tepat pada sebagian besar penderita.4
Anamnesis merupakan wawancara yang seksama terhadap pasiennya
(autoanamnesis) atau keluarga dekatnya (alloanamnesis) bila keadaan pasien
tidak memungkinkan untuk diwawancarai, misalnya keadaan gawatdarurat, afasia
akibat stroke dan lain sebagainya mengenai masalah yang menyebabkan pasien
mendatangi pusat pelayanan kesehatan. Banyak gejala dapat bersumber dari
kelainan kardiovaskular tetapi gejala yang umumnya berkaitan dengan KV adalah
nyeri dada, sesak napas yang dipicu oleh aktifitas fisik, ortopneu, paroxysmal
nocturnal dypsneu (PND), kaki bengkak, palpitasi, sinkop, klaudikasio intermitten
dan fatique (kelelahan). Dalam melakukan anamnesis penting untuk membuat
catatan penting sebelum ditulis secara lebih baik dalam status pasien. Status
pasien adalah catatan medic pasien yang memuat semua catatan mengenai
penyakit pasien dan perjalanan penyakit pasien.1,2,3
Pemeriksaan fisis mempunyai nilai yang sangat penting untuk memperkuat
temuan-temuan dalam anamnesis. Tekhnik pemeriksaan fisis meliputi
pemeriksaan pandang (Inspeksi), pemeriksaan raba (Palpasi), pemeriksaan ketok
(Perkusi), dan pemeriksaan dengar (auskultasi).1,2
24
Perpaduan keahlian mewawancarai dan pengetahuan mendalam tentang
gejala dan tanda dari suatu penyakit serta pengetahuan tentang pemeriksaan fisik
yang baik akan memberikan hasil yang memuaskan dalam menentukan diagnosis
kemungkinan sehingga dapat menetukan langkah pemeriksaan selanjutnya.2
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Simpson IA, Gray H Huon, dkk. Lecture Notes Kardiologi Ed.4. Erlangga
Medical Series. Jakarta:2005
2. Sudoyo W Aru, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Ed.5 Jilid 1.
InternaPublishing. Jakarta:2009
3. Setiati S, Simadibrata M, dkk. Paduan Sistematis untuk Diagnosis Fisis
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis Komprehensif. InternaPublishing. Jakarta
Pusat.2013
4. Lily Ismudiati R, dkk. Buku Ajar Kardiologi. FKUI. Jakarta:1998
26