refrat amputasii

34
refrat AMPUTASI oleh: Pembimbing:

description

refrar

Transcript of refrat amputasii

refrat

AMPUTASI

oleh:

Pembimbing:

BAGIAN/SMF ILMU BEDAH

FAKULTAS KEDOKTERAN UNLAM RSUD ULIN

BANJARMASIN

Maret, 2015BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Amputasi adalah tindakan pembedahan dengan membuang bagian tubuh. Amputasi dapat terjadi oleh berbagai sebab, seperti trauma, kelainan bawaan, infeksi, keganasan, gangguan vaskuler dengan atau tanpa diabetes mellitus. Tipe amputasi berdasarkan tingkatan dibagi menjadi partial foot, syme, transtibial (below knee), knee disarticulation (through knee), hip disarticulation), transcondylar/supracondylar, transfemoral (above knee) transpelvic (hemipelvectomy), dan translumbar ( hemicorporectomy).1,2

Prevalensi dan insiden pasti amputasi tidak diketahui. Di United States, sekitar 43.000 amputasi baru terjadi setiap tahun. Kebanyakan terjadi karena penyakit vaskuler, dengan 90% melibatkan kaki. Sekitar 5% merupakan amputasi partial foot dan ankle, 50% merupakan below knee amputation, dan 35 % merupakan above knee, dan 7-10% merupakan amputasi pada hip.3

Hilangnya sebagian alat gerak akan menyebabkan ketidakmampuan seseorang dalam derajat yang bervariasi, tergantung dari luas hilangnya alat gerak, usia pasien, ketepatan operasi dan manajemen pasca operasi. Satu atau seluruh faktor ini bertanggung jawab atas kondisi ketidakmampuan pasien untuk kembali ke kemampuan fungsional seperti sebelumnya. Oleh karena itu, pengetahuan mengenai penanganan rehabilitasi medik pada amputasi sangat diperlukan oleh semua dokter.4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA2.1 Definisi

Amputasi berasal dari kata : amputare (latin) atau apocope (yunani), yang berarti : " pancung " (to cut away,.,to cut off). Pemancungan dalam arti tindakan bedah" membuang anggota gerak (extrernitas) seluruh / bagian dalam saja, sesuatu yang menonjol/tonjolan, atau alat (organ) tubuh.22.2 Prevalensi

Survei Kayne and Newman didapatkan 5830 amputasi baru yang disebabkan oleh berbagai sebab. Mereka menemukan 70% dari amputasi disebabkan oleh penyakit infeksi dan vaskuler, trauma, 22%; tumor, 5%; dan deformitas congenital, 3%. Kebanyakan amputasi karena penyakit terjadi pada usia 61-70 tahun, untuk trauma, 21-30 tahun, dan untuk tumor, 11-20 tahun. Perbandingan antara pria dan wanita adalah 2,1:1 pada penyakit, 7,2:1 pada trauma, 1,3:1 pada tumor, dan 1,5:1 pada deformitas congenital. Perbandingan antara amputasi ekstremitas bawah dan atas adalah 11:1. Distribusi dari amputasi bawah lutut berdasarkan tingkatan Syme, 3%; transtibial 9%; knee disarticulation, 1%; transfemoral, 35%; dan hip disarticulation, 2%.12.3 Etiologi

Penyebab amputasi sendiri secara umum dapat dibedakan menjadi :4a. Defek lahir kongenital (5%)

Mayoritas tampak pada usia dari lahir hingga 16 tahun.

b. Didapat (95%), terdiri dari :

1. Penyakit oklusi arterial (Occlusive Arterial Disease) 60%.

Penyakit vaskuler yang berhubungan dengan amputasi adalah diabetes mellitus, arteriosklerosis, dan Buergers Disease. Mempunyai insidensi pada usia sekitar 60-70 tahun. 90% kasus melibatkan alat gerak bawah; 5% partial foot and ankle amputations, 50% below knee amputation, 35% above knee amputation dan 7-10% hip amputation.1,42. Trauma - 30%

Paling sering terjadi pada usia antara 17-55 tahun (71% pria). Lebih banyak mengenai alat gerak bawah, dengan ratio 10 : 1 dibandingkan dengan alat gerak atas. Trauma dari ekstremitas melibatkan kerusakan pada vaskuler atau nervus, luka bakar, dingin, dan fraktur yang tidak menyembuh. Ini dapat membuat ekstremitas secara permanen kurang fungsional. Dalam kasus tersebut. amputasi awal, dalam upaya menyelamatkan anggota badan, seringkali merupakan pilihan terbaik.1,43. Tumor 5%

Biasanya tampak pada usia sekitar 10-20 tahun. Dalam kasus keganasan, hal itu biasa di masa lalu untuk mengamputasi proksimal bagian yang baik ke lesi neoplastik. Kemajuan dibidang kemoterapi dan radiaoterapi dengan staging tumor lebih baik sekarang menjadi mungkin, dalam banyak kasus, untuk melakukan reseksi segmental ekstremitas dengan eksisi lokal luas dari tumor.1,42.4 Indikasi dan Tujuan Operasi Amputasi

Indikasi amputasi:2,4a. Live saving (menyelamatkan jiwa), contoh trauma disertai keadaan yang mengancam jiwa (perdarahan dan infeksi).b. Limb saving (memanfaatkan kembali kegagalan fungsi ekstremitas secara maksimal), seperti pada kelainan kongenital dan keganasan.

Tujuan utama amputasi ialah penyembuhan atau menghentikan penyakit, tetapi kebanyakan penderita juga berharap adanya perbaikan fungsi, hal ini tergantung pada 5 faktor : kemampuan keseluruhan, mental dan fisik penderita, ketingggian amputasi, puntung amputasi, prostetik, rehabilitasi.42.5 Metode Amputasi

Dilakukan sebagian kecil sampai dengan sebagian besar dari tubuh, dengan dua metode3 :1. Metode terbuka (guillotine amputasi).

Metode ini digunakan pada klien dengan infeksi yang mengembang. Bentuknya benar-benar terbuka dan dipasang drainage agar luka bersih, dan luka dapat ditutup setelah tidak terinfeksi.

2. Metode tertutup (flap amputasi)

Pada metode ini, kulit tepi ditarik pada atas ujung tulang dan dijahit pada daerah yang diamputasi.

Tidak semua amputasi dioperasi dengan terencana, klasifikasi yang lain adalah karena trauma amputasi.

2.6 Tingkatan Amputasi41. Ekstremitas atasAmputasi pada ekstremitas atas dapat mengenai tangan kanan atau kiri. Hal ini berkaitan dengan aktivitas sehari-hari seperti makan, minum, mandi, berpakaian dan aktivitas yang lainnya yang melibatkan tangan.2. Ekstremitas bawahAmputasi pada ekstremitas ini dapat mengenai semua atau sebagian dari jari-jari kaki yang menimbulkan seminimal mungkin kemampuannya.

Adapun amputasi yang sering terjadi pada ekstremitas ini dibagi menjadi dua letak amputasi yaitu :

a) Amputasi dibawah lutut (below knee amputation).Ada2 metode pada amputasi jenis ini yaitu amputasi pada nonischemic limb dan inschemic limb.b) Amputasi diatas lututAmputasi ini memegang angka penyembuhan tertinggi pada pasien dengan penyakit vaskuler perifer.3. Nekrosis

Pada keadaan nekrosis biasanya dilakukan dulu terapi konservatif, bila tidak berhasil dilakukan reamputasi dengan level yang lebih tinggi.

4. Kontraktur

Kontraktur sendi dapat dicegah dengan mengatur letak stump amputasi serta melakukan latihan sedini mungkin. Terjadinya kontraktur sendi karena sendi terlalu lama diistirahatkan atau tidak di gerakkan.

5. Neuroma

Terjadi pada ujung-ujung sarafyang dipotong terlalu rendah sehingga melengketdengan kulit ujung stump. Hal ini dapat dicegah dengan memotong saraf lebih proximal dari stump sehingga tertanam di dalam otot.

6. Phantom sensation

Hampir selalu terjadi dimana penderita merasakan masih utuhnya ekstremitas tersebut disertai rasa nyeri. Hal ini dapat diatasi dengan obat-obatan, stimulasi terhadap saraf dan juga dengan cara kombinasi.

2.7 Komplikasi Amputasi dan Penatalaksanaannya

a. Masalah Kulit

Perawatan kulit merupakan hal yang penting karena adanya beberapa lapisan jaringan yang berdekatan di ujung akhir tulang seperti jaringan parut, termasuk kulit dan lapisan subkutan, yang mudah melekat pada tulang. Sehingga perlu diperhatikan adanya mobilisasi jaringan parut.4

Setelah insisi sembuh, lunakkan kulit dengan sebuah krim yang larut air atau preparat lanolin tiga kali sehari. Massage secara lembut pada jaringan lunak bagian distal akan membantu mempertahankan mobilitasnya di atas permukaan atau ujung tulang. Tapping jaringan parut dan bagian distal jaringan lunak sebanyak 4 kali sehari sering membantu untuk mendesensitasi area tersebut sebelum penggunaan prostetik. Tapping dilakukan dengan ujung jari, dimulai dengan sentuhan ringan dan kemudian tekanan ditingkatkan sekitar 5 menit hingga timbul rasa tidak nyaman yang ringan.4

Cara membersihkan kulit yang baik juga harus diajarkan, misalnya dengan

mempergunakan sabun yang bersifat ringan, cuci kulit hingga berbusa lalu basuh

dengan air hangat. Kulit dikeringkan dengan cara ditekan dengan lembut, tidak digosok. Pembersihan ini dilakukan setiap hari terutama pada sore hari.4b. Infeksi

Jika terjadi infeksi pada puntung, jika sifatnya terbuka, memerlukan terapi

antibiotik. Jika sifatnya tertutup, harus dilakukan insisi serta terapi antibiotik.3c. Masalah tulang

Penggunaan prostetik tidak memberikan pembebanan pada sistem skeletal (bypassing weight bearing) bisa menyebabkan osteoporosis. Sisa dari periosteum dapat berkembang menjadi bone spurs yang dapat menimbulkan tekanan pada kulit.3

Jenis yang paling umum dari pertumbuhan tulang yang berlebihan adalah bone spurs karena sisa-sisa periosteum kiri dipuntung pada saat operasi. Secara umum, modifikasi socket dapat mengkompensasinya. Penarikan socket kedalam diperlukan. Pembedahan pengangkatan spur dan periosteum kadang-kadang diperlukan. Xeroradiography dengan pembebanan dan tanpa pembebanan dengan prostetik akan menunjukkan kedua hubungan dari spur ke socket dan kulit dan tepatnya bagaimana "total kontak" socket sesungguhnya.3

Skoliosis timbul biasanya pada pasien dengan panjang kaki yang tidak sama. Dapat diterapidengan mengkoreksi panjang prostetik. Dengan tidak adanya latihan stretching harian, scoliosis bisa menjadi menetap. Oleh karena itu.latihan untuk range of motion disarankan untuk pertumbuhan anak.3 d. Neuroma

Setiap syaraf yang terpotong akan membentuk distal neuroma bila menyembuh. Pada beberapa kasus, nodular bundles dari akson ini di jaringan ikat

akan menyebabkan nyeri saat prostetik memberikan tekanan. Pada awalnya, nyeri

dapat dihilangkan dengan memodifikasi socket. Neuroma dapat pula diinjeksi secara lokal dengan 50 mg lidocaine hydrochloride (xylocaine) dan 40 mg triamcinolone actonide (Kenalog). Injeksi ini dapat dikombinasikan dengan terapi ultrasound.4e. Phantom Sensation

Normal terjadi setelah amputasi alat gerak. Didefinisikan sebagai suatu sensasi yang timbul tentang keberadaan bagian yang diamputasi. Pasien mengalami sensasi seperti dari alat gerak yang intak, yang saat ini telah hilang. Kondisi ini dapat disertai dengan perasaan tingling atau rasa baal yang tidak menyenangkan. Phantom sensation dapat juga terasa sangat nyata sehingga pasien dapat mencoba untuk berjalan dengan kaki yang telah diamputasi. Dengan berlalunya waktu, phantom sensation cenderung menghilang tetapi juga terkadang akan menetap untuk beberapa dekade. Biasanya sensasi terakhir yang hilang adalah yang berasal dari jari, jari telunjuk atau ibu jari, yang terasa seolah-olah masih menempel pada puntung.4

Sejumlah teori telah diajukan untuk menjelaskan fenomena ini. Salah satunya adalah teori yang menyatakan bahwa karena alat gerak merupakan bagian integral dari tubuh, maka akan secara berkelanjutan memberikan sensory cortex rasa taktil, propriosepsi, dan terkadang stimuli nyeri yang diingat sebagian besar di bawah sadar sebagai bagian dari body image. Setelah amputasi, persepsi yang diingat tersebut akan menimbulkan phantom sensation.4f. Phantom Pain

Dapat timbul lebih lambat dibandingkan dengan phantom sensation. Sebagian besar phantom pain bersifat temporer dan akan berkurang intensitasnya secara bertahap serta menghilang dalam beberapa minggu hingga kurang lebih satu tahun. Bagaimanapun juga sejumlah ketidamampuan dapat timbul menyertai rasa nyeri pada beberapa pasien amputasi.4

Rasa nyeri yang timbul merupakan akibat memori bagian yang diamputasi dalam korteks dan impuls syaraf yang tetap menyebar karena hilangnya pengaruh inhibisi yang secara normal diinisiasi melalui impuls afferent dari alat gerak ke pusat. Sering dihubungkan dengan gangguan emosional, tetapi sulit menentukan apakan gangguan emosional mendahului atau merupakan akibat darinya.4

Phantom pain dapat dipresipitasi atau ditingkatkan oleh setiap kontak, tidak perlu dengan rasa nyeri saja, tetapi dapat juga dalam bentuk kontak dengan puntung atau dengan suatu trigger area pada batang tubuh, kontak dengan alat gerak kontralateral, atau kepala. Selain itu juga dapat dipicu oleh suatu fungsi otonomik seperti miksi, defekasi, ejakulasi, angina pectoris, atau merokok sigaret.4

Phantom pain secara bervariasi digambarkan sebagai nyeri yang berbentuk seperti cramping, electric shock like discomfort, crushing, burning, atau shooting dan dapat bersifat intermitten, berkelanjutan, hilang timbul dalam suatu siklus yang berdurasi beberapa menit. Sering pula digambarkan sebagai rasa nyeri seperti diputar atau distorsi dari bagian tubuh, contohnya seperti menggenggam tangan dengan kuku menekan ke dalam telapak tangan.4

Phantom pain berat yang menetap dapat dikurangi dengan terapi non invasif. Pasien sebaiknya diberikan analgesik yang adekuat preoperatif dan didorong untuk merawat puntungnya paska operasi untuk mengurangi sensitivitasnya. Sejumlah modalitas dan cara telah dicoba untuk mengurangi nyerinya seperti penggunaan prostetik, injeksi lokal pada trigger points, penggunaan transcutaneous nerve stimulation (TENS), interferential, akupunktur, dan ultrasound. 4

g. Edema

Edema pada puntung akan menyebabkan proses penyembuhan yang lambat dan akan membuat fitting prostetik menjadi sulit. Edema dapat dicegah dengan berbagai macam cara seperti mempergunakan total-contact sockets, terutama jika sifatnya inelastik, dengan penggunaan elastic bandaging, plaster cast, air bags atau Unna dressing (dibuat seperti cast dengan mempergunakan impregnated gauzed yang tersedia secara komersial) atau dapat pula dengan cara immediate fit rigid dressing. Latihan pada daerah puntung, penggunaan stump board serta peninggian ujung tempat tidur hingga bersudut kurang lebih 300 juga akan membantu mengontrol edema.4

Beberapa cara untuk mengontrol edema pada puntung:

a. Bandaging

Bandaging merupakan suatu cara yang kontroversial terutama pada pasien dengan penyakit vaskuler, karena bandaging yang buruk akan menyebabkan kerusakan pada puntung. Elastic bandages selain membantu mengontrol edema tetapi juga akan mengecilkan dan membentuk alat gerak yang tersisa untuk prostetik casting.4

Sebuah balutan selebar 4 inchi biasanya dipergunakan untuk puntung di bawah lutut. Untuk mempertahankan bandage, sebuah balutan berbentuk angka delapan biasanya membalut sendi proksimal yang terdekat dengan puntung. Balutan dimulai dari proksimal (langkah 1) lalu dibawa ke ujung distal puntung (langkah 2). Balutan lalu dibawa lagi ke proksimal (langkah 3) dan dibalutkan membungkus sisa ujung distal (langkah 4). Tekanan yang diberikan sebaiknya sama rata dan menurun ke arah lipat paha. Putaran harus dilakukan secara diagonal, hindari putaran sirkuler untuk menghindari efek tourniquet yang dapat menimbulkan edema di bagian distal.4

Gambar 2.1 Figure of eight.6

Puntung sebaiknya dibalut ulang sedikitnya tiga kali sehari (paling baik setiap 3-4 jam sekali) dan pada kondisi bandage melonggar, menggeser atau menggulung. Bandage harus dipergunakan sepanjang hari tetapi dilepaskan jika mempergunakan sebuah prostetik. Pemakaiannya kurang lebih satu tahun dan pasien beserta keluarganya harus diajarkan cara mempergunakannya secara mandiri. Pemeriksaan kulit secara teratur harus dilakukan demikian pula dengan pencucian kaus kaki dan bandage. Jika lutut dalam resiko terjadinya flexion contracture, sebuah posterior plaster mid-thigh length splint dapat dipergunakan. Pembalutan yang lebih keras secara progresif dilakukan jika luka sudah sembuh, walaupun masih sutura belum diangkat. Penggunaan material pembalut diatas luka harus dihentikan secepat mungkin bila pembentukan puntung yang baik telah dicapai.4b. Massage puntung

Centripetal massage membantu mengurangi edema, memperbaiki sirkulasi

dan mencegah adhesi serta mengurangi ketakutan pasien untuk melatih puntungnya.4

h. Kontraktur sendi/deformitas

Pada alat gerak bawah, adanya kontraktur panggul sangat mengganggu karena membuat pasien kesulitan untuk mengekstensikan panggulnya dan mempertahankan pusat gravitasi di lokasi normalnya. Sementara itu jika pusat gravitasi mengalami perubahan, maka akan semakin banyak energi yang diperlukan untuk melakukan ambulasi. Adanya tendensi kontraktur fleksi lutut terdapat pada amputasi bawah lutut yang dapat membatasi keberhasilan fitting sebuah prostetik. Deformitas ini dapat timbul karena nyeri, kerja otot dan pasien yang duduk untuk jangka waktu lama dalam kursi roda.4

Hal tersebut diatas dapat dicegah dengan cara :

a. Positioning

Kontraktur mudah untuk dicegah tetapi sulit untuk koreksi. Pasien amputasi tidak boleh tidur pada kasur yang terlalu lembut, menggunakanbantal di bawah bagian belakang atau paha, atau kepala tempat tidurditinggikan. Berdiri dengan sisa ekstremitas transfemoral beristirahat pada tongkat penopang harus dihindari. Semua posisi ini dapat menyebabkan kontraktur fleksi hip. Pasien amputasi tidak boleh meletakkan bantal di antara kedua kaki, karena ini menyebabkan kontraktur hip abduction. Pasien amputasi below knee tidak boleh meletakkan ekstremitas yang tersisa menggantung di tepi ranjang, bantal ditempatkan di bawah lutut, atau dengan lutut tertekuk, dan tidak boleh duduk di kursi roda dengan lutut tertekuk, karena posisi ini menyebabkan kontraktur fleksi genu. Pada pasien dengan amputasi di bawah lutut yang mempergunakan kursi roda maka puntung harus disandarkan pada sebuah stump board saat pasien duduk.1

Berjalan dengan kruk dengan atau tanpa prostetik berbagai gerak yang baik dan, jika memungkinkan, lebih dipilih dibandingkan dengan mobilitas menggunakan kursi roda. Pasien amputasi harus berbaring telungkup selama 15 menit tiga kali sehari untuk membantu mencegah kontraktur fleksi hip1

Gambar 2.2 Posisi yang tidak boleh dilakukan pada pasien amputasi.5b. Latihan

Latihan luas gerak sendi dilakukan sedini mungkin pada sendi di bagian proksimal alat gerak yang diamputasi. Latihan isometrik pada bagian otot quadriceps dapat dilakukan untuk mencegah deformitas pada amputasi di bawah lutut. Latihan ini dimulai saat drain telah dilepas dalam 2-3 hari paska operasi. Tingkatkan latihan mejadi aktif secara bertahap, dari latihan tanpa tekanan kemudian menjadi latihan dengan tahanan pada puntung. Pada awalnya puntung sangat sensitif dan pasien didorong untuk berusaha mengurangi sensitifitasnya. Hal ini juga akan membantu pasien untuk mulai mengatasi keterkejutan menghadapi kenyataan bahwa alat geraknya sudah tidak ada.4i. Komplikasi Respirasi dan Sirkulasi

Latihan pernafasan dan kaki (brisk foot exercise) untuk bagian yang tidak

diamputasi dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi pada fungsi respirasi dan

sirkulasinya. Diberikan pada hari-hari pertama paska operasi dan dilanjutkan sampai tidak terdapat dahak dan pasien dapat berambulasi.42.8 Rehabilitasi Prostetik

Keberhasilan rehabilitasi prostetik tergantung dari banyak faktor. Satu yang paling penting dan sering diperhatikan adalah keinginan dan motivasi pasien. Hal ini tidak membuat perbedaan bagaimanapun sederhana atau berpengalamannya prostesis jika pasien tidak memiliki usaha untuk menggunakannya. Kebanyakan pasien pada awalnya ingin memakai prostetik setelah amputasi; namun, setelah mereka benar-benar melihat dan menyentuhnya dan merasa berat, mereka menjadi kurang antusias. Oleh karena itu, pasien amputasi harus diberi kesempatan mengenal tipe prostetik dan mungkin perlu berbicara dengan orang yang menggunakannya. Jika setelah hal ini dilakukan, mereka termotivasi mengikuti rehabilitasi prostetik, semua faktor lainnnya harus dipertimbangkan. Hal ini termasuk cardiovaskuler, masalah vaskuler pada puntung, deficit cerebrovaskuler, dan masalah sensasi, penglihatan atau pendengaran. Dengan melihat respon fisiologis pasien yang sebenarnya dalam mengeluarkan energi dari penggunaan prosthesis, hal ini diperlukan mengukur vital sign, heart rate, dan EKG selama dan setelah latihan dengan sepeda atau treadmill dan mengumpulkan udara ekspirasi untuk segera dianalisis.3

Penilaian untuk peresepan prostetik ditentukan saat puntung telah sembuh, sekitar 2-3 minggu paska operasi. Keputusan pemesanan prosthesis adalah tanggungjawab seorang dokter, tetapi jika memungkinkan pemesanan harusnya dilakukan oleh sebuah tim kesehatan professional yang ahli sehingga dapat membantu dalam pemesanan. Jika telah diputuskan untuk memesan prosthesis, peresepan yang benar harus ditulis sehingga tidak ada kesalahan atau kesalahpahaman tentang pemesanan. Penulisan resep yang detail harus dilakukan meliputi semua komponen termasuk bahan yang digunakan dipabrik, bentuk socket, metode penyangga, tipe dari mekanisme lutut, cetakan, dan pemasangan sendi ankle.3

Kategori kaki transtibia :71. SACH (Solid Ankle, Cushioned Heel): sederhana, aktivitas rendah/fungsi, rigid2. Single Axis : kaki datar cepat, meningkatkan stabilitas lutut

3. Multi-Axis : beradaptasi dengan tanah yang tidak rata, baik untuk berjalan di luar ruangan, dapat mengurangi dampak pada kulit

4. Elastic Keel/Dynamic : smooth rollover, nyaman, responsif, tidak mungkin mendorong

5. Energy storing : carbon keel, menyimpan energi dalam posisi awal, memberikan kembali saat kaki diangkat, baik untuk tingkat aktivitas yang lebih tinggi.

2.10 Prognosis

Setelah periode segera untuk kematian secara langsung berkaitan dengan operasi, Roon dan rekan kerja menemukan 5 tahun diharapkan tingkat kelangsungan hidup setelah amputasi ekstremitas bawah menjadi 45% dibandingkan dengan 85% populasi normal untuk usia yang disesuaikan. Mereka juga melaporkan bahwa kelangsungan hidup 5 tahun untuk amputasi nondiabetic hampir normal sekitar 75%, sedangkan kelangsungan hidup 5 tahun untuk amputasi diabetes hanya 39%. Laporan lainnya tingkat kematian 30%, 50% dan, 70%, setelah 5, 10, dan 15 tahun, masing-masing, pada mereka dengan ekstremitas kritis iskemia. Kematian ini terutama disebabkan oleh komorbiditas penyakit jantung dan otak. Faktor resiko meliputi merokok, diabetes, dan hypertension. Dari pasien yang selamat, iskemia tungkai kritis akan berkembang pada sisa ekstremitas dalam l8% - 28% dalam waktu 2 tahun amputasi. Penderita diabetes tidak hanya mengalami gangguan vaskuler, tetapi juga menderita neuropati sensorik menuju ulserasi. Tindak lanjut perawatan ekstremitas kontralateral disvasculer termasuk pemotongan kuku dan kalus, konseling tentang perawatan kulit kaki, hanya menggunakan pisau cukur listrik untuk mencukur kaki, dan kontrol ketat dari diabetes.1

Pada tahun 1960, ketahanan hidup 5 tahun untuk osteogenic sarkoma adalah kurang dari 20%, tapi bertahan hidup 3 tahun telah ditingkatkan menjadi 60%-85%, dengan perbaikan hidup yang sama untuk sarcoma tulang dan jaringan lunak lainnya.1BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Tindakan Amputasi ini merupakan tindakan yang dilakukan dalam kondisi pilihan terakhir manakala masalah organ yang terjadi pada ekstremitas sudah tidak mungkin dapat diperbaiki dengan menggunakan teknik lain, atau manakala kondisi organ dapat membahayakan keselamatan tubuh pasiewn secara utuh atau merusak organ tubuh yang lain seperti dapat menimbulkan komplikasi infeksi.

Tindakan Amputasi ini juga dapat berpengaruh pada beberapa sistem dalam tubuh. Komplikasi amputasi : masalah kulit, infeksi, tulang, neuroma, phantom sensation, phantom pain, edema, kontraktur, respirasi & sirkulasi. Hal yang harus diperhatikan pada pasien yang ingin menggunakan prostetik : kardiovaskuler, masalah vaskuler pada puntung, defisit serebrovaskuler, dan masalah sensasi, penglihatan dan pendengaranDAFTAR PUSTAKA

1. McAnelly, RD., & Virgil W. Faulker. 1996. Lower Limb Prostheses. Randall L. Braddom, et al (Eds.). Physical Medicine & Rehabilitation. Philadelphia: W.B Saunders Company. P.289-297.2. Reksoprodjo, S. 1988. Indikasi dan Kondisi Pra/Pasca Amputasi. Naskah Lengkap Simposium Kedokteran Fisik & Rehabilitasi Medik Dalam Klinik. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal.48-49.3. Friedmann, LW. 1990. Rehabilitation of The Lower Extremity Amputee. Frederic J. Kottke, et al (Eds.). Krusens Handbook of Physical Medicine and Rehabilitation. 4th Edition. Philadelphia: W.B Saunders Company. P.1024-1068.4. Vitriana. 2002. Rehabilitasi Pasien Amputasi Bawah Lutut dengan Menggunakan Immediate Post Operative Prosthetic. 5. Cumming, V. et al. 1984. Management of The Amputee. Asa P.Ruskin, et al (Eds.). Current Therapy In Physiatry Physical Medicine and Rehabilitation. Philadelphia: W.B Saunders Company. P.214-2186. Garrison, S.J.. 1995. Handbook of Physical Medicine and Rehabilitation Basics. Philadelphia: J.B Lippincolt Company.7. Mead D, & Sharon G. 2007. Lower Extremity Amputations. http//www.fhs.mcmaster.ca/surgery/ documents/lower_extremity_amputations.pdf1,7

Gambar 2.3

1

1

Gambar 2.5

Gambar 2.4

1,7

Gambar 2.7 Energy storing.7

Gambar 2.6