refrat
-
Upload
ayu-rindwitia-indah-peanasari -
Category
Documents
-
view
52 -
download
4
description
Transcript of refrat
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Otak mengendalikan semua fungsi tubuh. Otak merupakan pusat dari
keseluruhan tubuh, Jika otak sehat, maka akan mendorong kesehatan tubuh
serta menunjang kesehatan mental. Sebaliknya, apabila otak terganggu, maka
kesehatan tubuh dan mental bisa ikut terganggu. otak juga merupakan organ
yang paling rumit. 1
Tumor otak merupakan salah satu penyakit yang menyerang otak.
Dikarenakan otak merupakan salah satu organ tubuh yang paling penting,
organ lainnya dapat terganggu, sehingga kematian dapat terjadi. Tumor otak
bisa menyerang siapa saja, bahkan anak-anak dan remaja, namun pada
umumnya tumor menyerang orang usia produktif atau dewasa. 3
Tumor otak tidak selalu mengakibatkan kematian. Namun pada kasus
tumor otak jinak, saat mereka tumbuh, mereka dapat menghancurkan dan
menekan jaringan otak yang normal lainnya, yang dapat berakibat pada
kelumpuhan ataupun fatal. Saat ini ilmu kedokteran telah berkembang pesat,
teknik diagnostik dan pengobatan telah memberikan harapan hidup bagi para
pasien tumor otak. yang menjadi concern utama pada pasien kanker otak
maupun tumor otak ini adalah seberapa cepat mereka menyebar melalui
bagian otak/ syaraf tulang belakang lainnya dan apakah mereka bisa diangkat
dan tidak kambuh lagi. 6
Beberapa faktor yang memengaruhi Prognosa (harapan hidup) penderita
tumor otak antara lain; kemampuan deteksi dini; kemampuan mengetahui
dengan tepat lokasi tumor di otak; keunggulan teknologi diagnostik dan terapi
(operasi) seperti CT-Scan, MRI (Magnetic Resonance Image)
1 | P a g e
2. Tujuan
2.1 Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang tumor otak
2.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui dan memahami definisi tumor otak.
2. Mengetahui dan memahami manifestasi klinis dari tumor otak.
3. Mengetahui dan memahami etiologi/ faktor pencetus tumor otak.
4. Mengetahui dan memahami patofisiologi tumor otak.
5. Mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang pada tumor otak.
6. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan klien dengan tumor otak.
7. Mengetahui dan memahami komplikasi dari tumor otak.
8. Mengetahui dan memahami prognosis dari tumor otak.
3. Manfaat
Dengan adanya makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami
dan menjelaskan pada pasien dan keluarganya dengan tumor otak, serta
mampu mengimplementasikannya dalam klinik
2 | P a g e
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Otak 1,2
Otak, merupakan merupakan bagian dari susunan saraf pusat yang terletak
di cavum cranii. Berat otak saat lahir 350 gram, dan berkembang hingga saat
dewasa seberat 1400-1500 gram.
Gambar 1. Anatomi otak
Otak dibagi menjadi empat bagian, yaitu:
1. Cerebrum (Otak Besar)
2. Cerebellum (Otak Kecil)
3. Brainstem (Batang Otak)
4. Limbic System (Sistem Limbik)
3 | P a g e
1. Cerebrum (Otak Besar)
Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia yang juga disebut dengan nama
Cerebral Cortex, Forebrain atau Otak Depan. Cerebrum merupakan bagian otak yang
membedakan manusia dengan binatang. Cerebrum membuat manusia memiliki
kemampuan berpikir, analisa, logika, bahasa, kesadaran, perencanaan, memori dan
kemampuan visual.
Cerebrum secara terbagi menjadi 4 (empat) bagian yang disebut Lobus. Bagian
lobus yang menonjol disebut gyrus dan bagian lekukan yang menyerupai parit disebut
sulcus. Keempat Lobus tersebut masing-masing adalah: Lobus Frontal, Lobus
Parietal, Lobus Occipital dan Lobus Temporal.
Gambar 2. Anatomi lobus
• Lobus Frontal merupakan bagian lobus yang ada dipaling depan dari Otak Besar.
Mulai dari sulcus sentralis sampai kapolus centralis, terdiri dari gyrus precentralis,
girus frontalis superior, girus frontalis media, girus frontalis inferior,girus recrus,
dirus orbitalis, dan lobulus paracentralis superior
4 | P a g e
Lobus ini berhubungan dengan kemampuan membuat alasan, kemampuan gerak,
kognisi, perencanaan, penyelesaian masalah, memberi penilaian, kreativitas, kontrol
perasaan, kontrol perilaku seksual dan kemampuan bahasa secara umum.
• Lobus Parietal berada di tengah, mulai dari sulcus centralis menuju lobus
occipitalis dan cranialis dari lobus temporalis, terdiri dari girus post centralis, lobulus
parietalis superior,dan lobulus parietalis inferior-inferior-posterior. berhubungan
dengan proses sensor perasaan seperti tekanan, sentuhan dan rasa sakit.
• Lobus Temporal berada di bagian bawah terletak antara polus temporalis dan
polus occipitalis dibawah sulcus lateralis berhubungan dengan kemampuan
pendengaran, pemaknaan informasi dan bahasa dalam bentuk suara.
• Lobus Occipital ada di bagian paling belakang, terletak antara sulcus parieto
occipital dengan sulcus preoccipitalis, memiliki dua bangunan, cuneus dan girus
lingualis, berhubungan dengan rangsangan visual yang memungkinkan manusia
mampu melakukan interpretasi terhadap objek yang ditangkap oleh retina mata.
Area Broca yang betanggungjawab untuk kemampuan berbicara, terletak di
lobus frontalis kiri dan berkaitan erat dengan daerah motorik korteks yang
mengontrol otot-otot penting untuk artikulasi.
Daerah Wernicke yang terletak di korteks kiri pada pertemuan lobus-lobus
parietalis, temporalis, dan oksipitalis berhubungan dengan pemahaman bahasa.
Daerah ini berperan penting dalam pemahaman bahasa baik tertulis maupun lisan.
Selain itu, daerah ini bertanggung jawab untuk memformulasikan pola pembicaraan
koheren yang disalurkan melalui seberkas saraf ke daerah Broca, kemudian
mengontrol artikulasi pembicaraan.
Daerah motorik, sensorik, dan bahasa menyusun hanya sekitar separuh dari
luas korteks serebrum keseluruhan. Daerah sisanya, yang disebut daerah asosiasi
berperan dalam fungsi yang lebih tinggi (fungsi luhur).
Korteks asosiasi prafrontalis adalah bagian depan dari lobus frontalis tepat di
anterior korteks motorik. Peran sebagai: (1) perencanaan aktivitas volunteer
5 | P a g e
(2) pertimbangan konsekuensi-konsekuensi tindakan mendatang dan penentuan
pilihan (3) sifat-sifat kepribadian.
Korteks asosiasi parietalis-temporalis-oksipitalis dijumpai pada peetemuan
ketiga lobus. Di lokasi ini dikumpulkan dan diintegrasikan sensasi-sensasi somatic,
auditorik, dan visual yang berasal dari ketiga lobus untuk pengolahan persepsi yang
kompleks.
Korteks asosiasi limbic di bawah dan dalam antara kedua lobus temporal.
Daerah ini berkaitan dengan motivasi dan emosi.
2. Cerebellum (Otak Kecil)
Otak Kecil atau Cerebellum terletak di bagian belakang kepala, dekat dengan ujung
leher bagian atas. Cerebellum mengontrol banyak fungsi otomatis otak, diantaranya:
mengatur sikap atau posisi tubuh, mengkontrol keseimbangan, koordinasi otot dan
gerakan tubuh. Otak Kecil juga menyimpan dan melaksanakan serangkaian gerakan
otomatis yang dipelajari seperti gerakan mengendarai mobil, gerakan tangan saat
menulis, gerakan mengunci pintu dan sebagainya.
Jika terjadi cedera pada otak kecil, dapat mengakibatkan gangguan pada sikap dan
koordinasi gerak otot. Gerakan menjadi tidak terkoordinasi, misalnya orang tersebut
tidak mampu memasukkan makanan ke dalam mulutnya atau tidak mampu
mengancingkan baju
3. Brainstem (Batang Otak)
Batang otak (brainstem) berada di dalam tulang tengkorak atau rongga kepala
bagian dasar dan memanjang sampai ke tulang punggung atau sumsum tulang
belakang. Bagian otak ini mengatur fungsi dasar manusia termasuk pernapasan,
denyut jantung, mengatur suhu tubuh, mengatur proses pencernaan, dan merupakan
sumber insting dasar manusia yaitu fight or flight (lawan atau lari) saat datangnya
bahaya.
Batang otak dijumpai juga pada hewan seperti kadal dan buaya. Oleh karena itu,
batang otak sering juga disebut dengan otak reptil. Otak reptil mengatur “perasaan
6 | P a g e
teritorial” sebagai insting primitif. Contohnya anda akan merasa tidak nyaman atau
terancam ketika orang yang tidak kita kenal terlalu dekat .
Batang Otak terdiri dari tiga bagian, yaitu:
• Mesencephalon atau Otak Tengah (disebut juga Mid Brain) adalah bagian teratas
dari batang otak yang menghubungkan Otak Besar dan Otak Kecil. Otak tengah
berfungsi dalam hal mengontrol respon penglihatan, gerakan mata, pembesaran pupil
mata, mengatur gerakan tubuh dan pendengaran.
• Medulla oblongata adalah titik awal saraf tulang belakang dari sebelah kiri badan
menuju bagian kanan badan, begitu juga sebaliknya. Medulla mengontrol funsi
otomatis otak, seperti detak jantung, sirkulasi darah, pernafasan, dan pencernaan.
• Pons merupakan stasiun pemancar yang mengirimkan data ke pusat otak bersama
dengan formasi reticular. Pons yang menentukan apakah kita terjaga atau tertidur.
4. Limbic System (Sistem Limbik)
Gambar 3. Anatomi sistim limbik
Sistem limbik terletak di bagian tengah otak, membungkus batang otak ibarat kerah
baju. Limbik berasal dari bahasa latin yang berarti kerah. Bagian otak ini sama
dimiliki juga oleh hewan mamalia sehingga sering disebut dengan otak mamalia.
Komponen limbik antara lain hipotalamus, thalamus, amigdala, hipocampus dan
korteks limbik. Sistem limbik berfungsi menghasilkan perasaan, mengatur produksi
hormon, memelihara homeostasis, rasa haus, rasa lapar, dorongan seks, pusat rasa
senang, metabolisme dan juga memori jangka panjang.
7 | P a g e
Bagian terpenting dari Limbik Sistem adalah Hipotalamus yang salah satu
fungsinya adalah bagian memutuskan mana yang perlu mendapat perhatian dan mana
yang tidak. Sistem limbik menyimpan banyak informasi yang tak tersentuh oleh
indera. Dialah yang lazim disebut sebagai otak emosi atau tempat bersemayamnya
rasa cinta dan kejujuran. Carl Gustav Jung menyebutnya sebagai "Alam Bawah
Sadar" atau ketidaksadaran kolektif, yang diwujudkan dalam perilaku baik seperti
menolong orang dan perilaku tulus lainnya. LeDoux mengistilahkan sistem limbik ini
sebagai tempat duduk bagi semua nafsu manusia, tempat bermuaranya cinta,
penghargaan dan kejujuran.
B. Definisi 6
Tumor otak merupakan pertumbuhan jaringan abnormal yang berasal dari sel-sel otak
atau dari struktur di sekelilingnya. Sama seperti tumor lainnya tumor otak dapat
dibagi menjadi tumor otak jinak (benigna) dan ganas (maligna).
Tumor otak benigna adalah pertumbuhan jaringan abnormal di dalam otak, tetapi
tidak ganas.
Tumor otak maligna adalah kanker di dalam otak yang berpotensi menyusup dan
menghancurkan jaringan di sebelahnya atau yang telah menyebar (metastase) ke
otak dari bagian tubuh lainnya melalui aliran darah.
Terdapat 2 kategori tumor otak, yaitu :
1. Tumor otak primer - tumor ini berasal dari otak itu sendiri.
2. Tumor otak sekunder (dikenali sebagai metastatik) – tumor ini berasal atau
penyebaran dari organ tubuh yang lain seperti paru-paru, ginjal, payudara,
tulang, kulit dan organ tubuh lainnya.
Tumor otak primer bermula dan terbentuk di dalam otak. Tumor tersebut mungkin
tumbuh dan terbentuk di suatu tempat yang kecil atau ia dapat meluas ke daerah-
daerah sekitar yang berdekatan. Tumor sekunder (metastatik) bermula atau tumbuh di
tempat lain dan kemudiannya menyebar melalui saluran darah ke otak untuk
membentuk tumor otak sekunder (tempat asalnya ialah kanker paru-paru, payudara,
8 | P a g e
usus, kulit dan lain-lain). Tumor otak metastasis merupakan komplikasi neurologis
yang paling sering dari kanker sistemik.
C. Insidensi dan prevalensi 5,7
Tumor susunan saraf pusat ditemukan sebanyak ± 10% dari neoplasma seluruh
tubuh, dengan frekwensi 80% terletak pada intrakranial dan 20% di dalam kanalis
spinalis. Di Amerika didapat 35.000 kasus baru dari tumor otak setiap tahun, sedang
menurut Bertelone, tumor primer susunan saraf pusat dijumpai 10% dari seluruh
penyakit neurologi yang ditemukan di Rumah Sakit Umum.
Di Indonesia data tentang tumor susunan saraf pusat belum dilaporkan. Insiden
tumor otak pada anak-anak terbanyak dekade 1 (3-12 tahun), sedangkan pada dewasa
pada usia 30-70 dengan puncak usia 40-65 tahun. Tumor otak primer terjadi pada
sekitar enam kasus per 100.000 populasi per tahun. Lebih sedikit pasien dengan
tumor metastatik yang datang ke pusat bedah saraf,walau insidens sebenarnya harus
sebanding, bahkan melebihi tumor primer. Sekitar 1 dari tumor otak primer terjadi
pada anak-anak di bawah usia 15 tahun.
Sekitar 15-20% pasien kanker akan didiagnosis dengan tumor otak metastasis.
Insiden dari tumor ini + 4.1-11.1 per 100.000 populasi/tahun. Insiden tumor otak
metastasis meningkat sejalan dengan semakin majunya terapi sistemik yang
memperpanjang angka harapan hidup, semakin banyaknya populasi lanjut usia,
meningkatnya insiden kanker paru dan melanoma dan kemampuan MRI dalam
mendeteksi metastasis berukuran kecil. Saat ini tumor otak metastasis dianggap
sebagai tumor intrakranial yang tersering dengan ratio 10:1 dibandingkan dengan
tumor otak primer.
Enampuluh sampai 80% tumor otak metastasis pada orang dewasa berasal dari
paru, payudara, melanoma, kolon dan ginjal. Tumor primer yang tersering adalah
paru (40-60%), diikuti oleh payudara, melanoma, kolon dan ginjal dengan insiden
relatif 10%, 3.5%, 2.8% dan 1.2% Umur saat didiagnosis tumor otak metastasis
9 | P a g e
berkorelasi dengan umur saat tumor primernya didiagnosis. Paling sering ditemukan
pada dekade ke 5 sampai dekade ke 7
Tabel 1. Insidensi tumor otak (Schwartz, Prinsip-prinsip Bedah) 8
Jenis Tumor Persentase
Glioma Astrositoma stadium 1
Astrositoma stadium 2Astrositoma stadium 3 dan 4 (glioblastoma multiformis)MedulloblastomaOligodendrogliomaEpendimoma stadium 1-4
40-505-102-520-303-51-41-3
Meningioma 12-20Tumor hipofise 5-15Neurolemoma (terutama saraf VII) 3-10
Tumor metastatik 5-10
Tumor pembuluh darahMalformasi arteriovenosa, hemangioblastoma, endothelioma
0,5-1
Tumor defek-defek yang berkembangDermoid, epidermoid, teratomaKordoma, kista parafiseal
2-3
Kraniofaringioma 3-8Pinealoma 0,5-0,8Lain-lain
Sarkoma, papiloma dari pleksus koroid, lipoma, tak terklasifikasi, dan lain-lain
1-3
Meningioma dapat dijumpai pada semua umur, namun paling banyak pada usia
pertengahan. Meningioma intrakranial merupakan 15-20% dari semua tumor primer
di regio ini. Meningioma juga bisa timbul di sepanjang kanalis spinalis, dan
frekuensinya relatif lebih tinggi dibandingkan dengan tumor lain yang tumbuh di
regio ini.
Di rongga kepala, meningioma banyak ditemukan pada wanita dibanding pria
(2:1), sedangkan pada kanalis spinalis lebih tinggi lagi (4 : 1).
10 | P a g e
Meningioma pada bayi lebih banyak pada pria , Ependimoma banyak ditemukan pada
anak-anak dan dewasa muda
D. Etiologi 2, 6,7
Penyebab dari kebanyakan tumor otak tetap tidak diketahui, namun beberapa tumor,
faktor predisposisinya diketahui:
Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada
meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota
sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap
sebagai manifestasi pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor familial yang jelas.
Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-buakti yang kuat untuk
memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.
Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan yang
mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada kalanya
sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas dan
merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada
kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.
Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami
perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya suatu
glioma. Pernah dilaporkan bahwa meningioma terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.
Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang
dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses
terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara infeksi
virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.
11 | P a g e
Substansi-substansi Karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini
telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti methylcholanthrone,
nitrosoethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewana
E. Patofisiologi 2,3,4
Tumor secara langsung dapat memusnahkan sel-sel otak dan secara tidak
langsung memusnahkan sel-sel apabila terjadi peradangan, penyumbatan akibat
pertumbuhan tumor, pembengkakan dan peningkatan tekanan dalam otak (tekanan
intrakranium). Tumor ini dapat menyerang baik serebrum, serebelum ataupun
brainsterm.
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologik progresif. Gangguan neurologik
pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh dua faktor: gangguan fokal
disebabkan oleh tumor dan kenaikan tekanan intrakranial. Gangguan fokal terjadi
apabila terdapat penekanan pada jaringan otak, dan infiltrasi atau invasi langsung
pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron, misalnya glioblastoma
multiforme.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang bertumbuh
menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya
bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan
dengan gangguan cerebrovaskular primer. Serangan kejang sebagai manifestasi
perubahan kepekaan neuron dihubungkan dengan kompresi, invasi, dan perubahan
suplai darah ke jaringan otak. Beberapa tumor membentuk kista yang juga menekan
parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat gangguan neurologis fokal.
Peningkatan tekanan kranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor :
1. massa dalam tengkorak
2. terbentuknya edema sekitar tumor, dan
3. perubahan sirkulasi cairan serebrospinal.
12 | P a g e
Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya massa karena tumor akan
mengambil tempat dalam ruang yang relatif tetap dari ruangan tengkorak yang kaku.
Tumor ganas menimbulkan edema dalam jaringan otak sekitarnya. Mekanismenya
belum seluruhnya dipahami, tetapi diduga disebabkan oleh selisih osmotik yang
menyebabkan penyerapan cairan tumor. Beberapa tumor dapat menyebabkan
perdarahan. Obstruksi vena dan edema yang disebabkan oleh kerusakan sawar darah
otak, semuanya menimbulkan kenaikan volume intrakranial. Obstruksi sirkulasi
cairan serebrospinal dari ventrikal lateral ke ruangan subaraknoid menimbulkan
hidrosefalus.
Peningkatan tekanan intrakranial akan membahayakan jiwa bila terjadi cepat
akibat salah satu penyebab yang telah dibicarakan sebelumnya. Mekanisme
kompensasi memerlukan waktu berhari–hari atau berbulan–bulan untuk menjadi
efekif dan oleh karena itu tidak berguna apabila tekanan intrakranial timbul cepat.
Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume darah
intrakranial, volume cairan serebrospinal, kandungan cairan intrasel dan mengurangi
sel–sel parenkim. Kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasi unkus
atau serebelum.
Herniasi unkus timbul bila girus medialis lobus temporalis tergeser ke inferior
melalui insisura tentorial oleh massa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan
mesensefalon, menyebabkan hilangnya kesadaran, dan menekan saraf otak ketiga.
Pada herniasi serebelum, tonsi serebelum tergeser ke bawah melalui foramen
magnum oleh suatu massa posterior. Kompresi medula oblongata dan henti
pernapasan terjadi dengan cepat. Perubahan fisiologis lain yang terjadi akibat
peningkatan intrakranial yang cepat adalah bradikardia progresif, hipertensi sistemik
(pelebaran tekanan nadi) dan gangguan pernapasan.
13 | P a g e
F. Klasifikasi 5,6,7
Tumor otak dapat diklasifikasikan menurut lokasi, asal sel dan WHO.
Berdasarkan lokasi
Tabel 2. Prediksi dan topografi tumor otak
Tumor
Supratentorial
Cerebral lobe and deep
hemispheric tumor
Gliomas
(astrocytoma & glioblastoma)
Sella turcica tumor Meningioma
Metastase
Pitutary adenoma
Craniopharyngioma
Tumor
Infratentorial
Dewasa
anak-
anak
Cerebellopontine angle
tumor
Bagian otak lain
Midline tumor
Tumor lobus cerebellum
Acoustic schwannoma
Brainstem glioma
Metastases
Hemangioblastoma
Meningioma
Medulloblastoma
Ependymoma
Astrocytoma
Dapat pula kita bagi menjadi letaknya di bagian otak :
1. Hemisfer Serebral
- ekstrinsik : meningioma, sista (dermoid, epidermoid, arakhnoid)
- intrinsik : astrositoma, glioblastoma, oligodendroglioma, ganglioglioma,
linfoma, metastasis
2. Hipotalamus
Astrositoma
3. Daerah Seller/Supraseller
14 | P a g e
Adenoma pituitaria, kraniofaringioma *, meningioma, glioma saraf optik *,
sista episermoid/dermoid
4. Dasar Tengkorak dan Sinus
Karsinoma: nasofaringeal / bisa berakibat sinus, telinga /meningitis-
karsinomatosa, khordoma, tumor glomus jugulare, osteoma (mukosel)
5. Sistema ventrikuler
Kista koloid, papiloma pleksus khoroid, ependimoma, germinoma, teratoma,
meningioma, pineositoma/pineoblastoma, astrositoma
6. Daerah Pineal
Ependimoma, germinoma, teratoma, meningioma, astrositoma,
pineositoma/pineoblastoma
7. Fossa Posterior
-Ekstrinsik : neurilemmoma (VIII, V), meningioma , kista
epidermoid/dermoid, kista arakhnoid
-Intrinsik : metastasis, hemangioblastoma, medulloblastoma , astrositoma
serebelum, batang otak
Berdasarkan asal sel/ jaringan tumor :
Tahun 1979, WHO mengajukan dan disetujui secara internasional, klasifikasi
tumor intrakranial berdasarkan pada jaringan asal tumornya. Ini mencegah
pemakaian istilah 'glioma', yang sebelumnya mencakup astrositoma,
oligodendroglioma, ependimoma, dan glioblastoma multiforme. Karena sel asal
glioblastoma yang sangat ganas tidak diketahui, ia diklasifikasikan ke dalam
tumor yang berasal embrionik.
Neuroepitelial
15 | P a g e
1. Astrosit
Astrositoma adalah tumor otak primer yang paling sering terjadi. Gambaran
histologis memungkinkan pemisahan ke dalam empat tingkat tergantung
tingkat keganasan. Penderajatan ini ketepatannya terbatas dan hanya
menunjukkan gambaran contoh biopsi dan tidak selalu mewakili tumor
keseluruhan. Jenis paling ganas, astrositoma anaplastik (derajat IV), terjadi
paling sering dan menginfiltrasi jaringan sekitarnya secara luas. Astrositoma
derajat rendah yang lebih jarang terjadi, antaranya jenis pilositik (juvenil)
dan fibriler, protoplasmik dan gemistositik.
2. Oligodendrosit
Oligodendroglioma: Biasanya tumbuh lambat, tumor berbatas tegas.
Variannya antara lain bentuk anaplastik (ganas) dan 'campuran' astrositoma
oligodendroglioma.
3. Sel ependimal dan pleksus khoroid
-Ependimoma: Terjadi dimana saja sepanjang sistem ventrikuler dan kanal
spinal, namun terutama terjadi pada ventrikel keempat dan kauda ekuina. Ia
menginfiltrasi jaringan sekitarnya dan mungkin menyebar melalui jalur
CSS. Variannya antara lain jenis anaplastik dan subependimoma yang
berasal dari astrosit subependimal.
-Papiloma pleksus khoroid: Tumor yang jarang dan terkadang sebagai
penyebab hidrosefalus akibat produksi CSS berlebihan. Biasanya jinak
namun terkadang dalam bentuk ganas.
4. Sel saraf
Ganglioglioma/Gangliositoma/Neuroblastoma: Tumor jarang berisi sel
ganglion dan neuron abnormal. Terjadi dalam berbagai tingkat keganasan.
5. Sel pineal
16 | P a g e
Pineositoma/Pineoblastoma: Tumor yang sangat jarang. Yang disebut
terakhir kurang berdiferensiasi dengan baik dan memperlihatkan pertumbuhan
yang lebih ganas.
6. Sel berdiferensiasi buruk dan sel embrionik
Glioblastoma multiforme: Tumor sangat ganas. Dengan tidak adanya
diferensiasi sel, mencegah identifikasi jaringan asal.
Medulloblastoma: Tumor ganas anak-anak berasal dari vermis serebellar.
Kelompok kecil sel yang terkumpul padat membentuk roset sekeliling akson
yang rusak. Mungkin menyebar melalui jalur cerebrospinal.
7. Meningen
Meningioma: Berasal dari granulasi arakhnoid, biasanya sangat dekat dengan
sinus venosa namun juga ditemukan di atas konveksitas hemisferik. Tumor
lebih bersifat menekan daripada menginvasi otak sekitarnya. Ia juga terjadi
pada orbita dan tulang belakang. Kebanyakan jinak (walau cenderung
menginvasi tulang berdekatan) namun beberapa mengalami perubahan
sarkomatosa. Secara histologis memperlihatkan whorls jaringan fibrosa serta
sel kumparan. Tampak badan psammoma dan kalsifikasi. Histologis terdiri
jenis sinsitial, transisional, fibroblastik, dan angioblastik.
Sarkoma meningeal dan Melanoma meningeal primer: Tumor yang sangat
jarang.
8. Sel Selubung Saraf
Tumor intrakranial sel selubung saraf yang biasanya mengenai saraf akustik,
dan terkadang saraf trigeminal.
Neurinoma (sin. shwannoma, neurilemmoma): Tumor tumbuh lambat, non
invasif, terletak erat pada sisi saraf asalnya. Histologis terdiri dari Antoni jenis
A; kelompok padat sel yang dangkal atau berbentuk lingkaran 'whorl'),
berkelompok atau membentuk pallisade, dan
17 | P a g e
Antoni jenis B; jaringan kelompok sel stelata yang berhubungan secara
renggang.
Neurofibroma: Tumor difusa, meluas keseluruh saraf, melalui mana serabut
saraf lewat. Tumor ini berhubungan dengan sindroma von Recklinghausen
dan mempunyai kecenderungan yang besar menjadi
ganas dibanding neurinoma.
9. Pembuluh Darah
Hemangioblastoma: Terjadi di dalam parenkhima serebellar atau cord
spinal. 1926, Lindau menguraikan sindroma yang berkaitan dengan
hemangioblastoma serebeler dan atau spinal dengan tumor serupa pada retina
(penyakit von Hippel) serta lesi sistik dipankreas dan ginjal.
10. Sel Germinal
Germinoma: tumor sel sferoid primitif sejenis seminoma testis.
Teratoma: Tumor mengandung campuran jaringan berdiferensiasi baik;
dermis,otot,tulang.
Keduanya adalah tumor jarang pada regio pineal (yang tidak berasal dari sel
pineal).
11. Tumor Karena Gangguan Perkembangan
Kraniofaringioma: Asal dari sisa sel epitel bukal dan terletak dalam
hubungan yang erat dengan tangkai pituitari. Biasanya non-noduler dengan
daerah kistik berisi cairan kehijauan serta material kholesteatomatosa.
Kista epidermoid/dermoid: Tumor kistik jarang, berasal dari sisa sel yang
akan membentuk epidermis/dermis.
Kista koloid: Tumor sistik berasal dari sisa embriologis pada atap
ventrikel ketiga.
12. Kelenjar Pituitari Anterior
Adenoma pituitari: Tumor jinak, biasanya mengsekresikan jumlah yang
berlebihan dari hormon prolaktin, pertumbuhan dan adrenokortikotropik.
18 | P a g e
Adenokarsinoma: Tumor ganas yang terkadang terjadi pada pituitari.
13. Ekstensi Lokal Dari Tumor Berdekatan
-Khordoma: Tumor jarang, berasal dari sisa sel notokhord. Mungkin terjadi
di mana saja dari sfenoid hingga koksiks, namun tersering di daerah basi-
oksipital dan sakrokoksigeal, menginvasi dan menghancurkan tulang
sekitarnya.
-Tumor glomus jugulare (sin. khemodektoma): Tumor vaskuler berasal dari
jaringan glomus jugulare yang terletak baik pada bulbus vena jugular internal
atau pada mukosa telinga tengah. Tumor menginvasi tulang petrosa dan bisa
meluas kefossa posteior atau leher.
Tumor lokal lainnya: Antara lain khondroma, khondrosarkoma, dan
silindroma.
Limfoma Maligna Primer (sin. mikrogliomatosis): Terbentuk sekitar
pembuluh darah parenkhimal. Bisa soliter atau multifokal. Sebagian pasien
kelainannya mengenai ekstrakranial; yang mana yang merupakan fokus
primer (intra atau ekstrakranial) tetap belum diketahui.
14. Tumor metastatik: Bisa berasal dari semua fokus primer, namun paling
sering berasal dari brokhus atau mammae.
19 | P a g e
Tabel 3. Klasifikasi berdasarkan tumor primer
Jenis Tumor Asal Status Keganasan
Persentase Dari Semua Tumor Otak
Yang Sering Terkena
Kordoma Sel saraf dari kolumna spinalis
Jinak tetapi invasif
<> Dewasa
Tumor sel germ Sel-sel embrionik Ganas atau jinak
1% Anak-anak
Glioma (glioblastoma multiformis, astrositoma, oligodendtrositoma)
Sel-sel penyokong otak, termasuk astrosit & oligodendrosit
Ganas atau relatif jinak
65% Anak-anak & dewasa
Hemangioblastoma Pembuluh darah Jinak 1-2% Anak-anak & dewasa
Meduloblastoma Sel-sel embrionik Ganas Anak-anakMeningioma Sel-sel dari
selaput yg membungkus otak
Jinak 20% Dewasa
Osteoma Tulang tengkorak Jinak 2% Anak-anak & dewasa
Osteosarkoma Tulang tengkorak Ganas <> Anak-anak & dewasa
Pinealoma Sel-sel di kelenjar pinealis
Jinak 1% Anak-anak
Adenoma hipofisa Sel-sel epitel hipofisa
Jinak 2% Anak-anak & dewasa
Schwannoma Sel Schwann yg membungkus persarafan
Jinak 3% Dewasa
G. Gejala Klinis 2,3,5
Tumor otak merupakan penyakit yang sukar terdiagnosa secara dini, karena pada
awalnya menunjukkan berbagai gejala yang menyesatkan dan meragukan tapi
umumnya berjalan progresif. Baik pada tumor jinak maupun ganas, gejalanya timbul
jika jaringan otak mengalami kerusakan atau otak mendapat penekanan.
Jika tumor otak merupakan penyebaran dari tumor lain, maka akan timbul gejala
yang berhubungan dengan kanker asalnya. Misalnya batu berlendir dan berdarah
terjadi pada kanker paru-paru, benjolan di payudara bisa terjadi pada kanker
payudara.
20 | P a g e
Gejala dari tumor otak tergantung kepada ukuran, kecepatan pertumbuhan dan
lokasinya.Tumor di beberapa bagian otak bisa tumbuh sampai mencapai ukuran yang
cukup besar sebelum timbulnya gejala; sedangkan pada bagian otak lainnya, tumor
yang berukuran kecilpun bisa menimbulkan efek yang fatal.
Manifestasi klinis tumor otak dapat berupa:
1. Gejala serebral umum, nyeri kepala, kejang
2. Gejala tekanan tinggi intrakranial
3. Gejala tumor otak yang spesifik
1. Gejala serebral umum
Dapat berupa perubahan mental yang ringan (Psikomotor asthenia), yang dapat
dirasakan oleh keluarga dekat penderita berupa: mudah tersinggung, emosi, labil,
pelupa, perlambatan aktivitas mental dan sosial, kehilangan inisiatif dan spontanitas,
mungkin diketemukan ansietas dan depresi. Gejala ini berjalan progresif dan dapat
dijumpai pada 2/3 kasus.
a. Nyeri Kepala
Diperkirakan 1% penyebab nyeri kepala adalah tumor otak dan 30% gejala awal
tumor otak adalah nyeri kepala. Sedangkan gejala lanjut diketemukan 70% kasus.
Sifat nyeri kepala bervariasi dari ringan dan episodik sampai berat dan berdenyut,
umumnya bertambah berat pada malam hari dan pada saat bangun tidur pagi serta
pada keadaan dimana terjadi peninggian tekanan tinggi intrakranial. Nyeri kepala
terutama terjadi pada waktu bangun tidur, karena selama tidur PCO2 arteri serebral
meningkat, sehingga mengakibatkan peningkatan dari serebral blood flow dan dengan
demikian mempertinggi lagi tekanan intrakranium. Juga lonjakan tekanan
intrakranium sejenak karena batuk, bersin, coitus dan mengejan akan memperberat
nyeri kepala.
Nyeri kepala juga bertambah berat waktu posisi berbaring, dan berkurang bila
duduk. Adanya nyeri kepala dengan psicomotor asthenia perlu dicurigai tumor otak.
21 | P a g e
Nyeri kepala pada tumor otak, terutama ditemukan pada orang dewasa dan kurang
sering pada anak-anak. Pada anak kurang dari 10-12 tahun, nyeri kepala dapat hilang
sementara dan biasanya nyeri kepala terasa di daerah bifrontal serta jarang didaerah
yang sesuai dengan lokasi tumor. Pada tumor di daerah fossa posterior, nyeri kepala
terasa dibagian belakang dan leher.Penyebab nyeri kepala ini diduga akibat tarikan
(traksi) pada pain sensitive structure seperti dura, pembuluh darah atau serabut saraf.
Nyeri kepala merupakan gejala permulaan dari tumor otak yang berlokasi di daerah
lobus oksipitalis.
b. Muntah
Muntah dijumpai pada 1/3 penderita dengan gejala tumor otak dan biasanya
disertai dengan nyeri kepala. Muntah tersering adalah akibat tumor di fossa posterior.
Muntah tersebut dapat bersifat proyektil atau tidak dan sering tidak disertai dengan
perasaan mual serta dapat hilang untuk sementara waktu.
c. Kejang
Bangkitan kejang dapat merupakan gejala awal dari tumor otak pada 25% kasus,
dan lebih dari 35% kasus pada stadium lanjut. Diperkirakan 2% penyebab bangkitan
kejang adalah tumor otak.
Perlu dicurigai penyebab bangkitan kejang adalah tumor otak bila:
- Bangkitan kejang pertama kali pada usia lebih dari 25 tahun
- Mengalami post iktal paralisis
- Mengalami status epilepsi
- Resisten terhadap obat-obat epilepsi
- Bangkitan disertai dengan gejala TTIK lain
Frekwensi kejang akan meningkat sesuai dengan pertumbuhan tumor. Pada tumor di
fossa posterior kejang hanya terlihat pada stadium yang lebih lanjut. Schmidt dan
Wilder (1968) mengemukakan bahwa gejala kejang lebih sering pada tumor yang
letaknya dekat korteks serebri dan jarang ditemukan bila tumor terletak dibagian yang
lebih dalam dari himisfer, batang otak dan difossa posterior. Bangkitan kejang
22 | P a g e
ditemukan pada 70% tumor otak di korteks, 50% pasien dengan astrositoma, 40%
pada pasien meningioma, dan 25% pada glioblastoma.
2. Gejala Tekanan Tinggi Intrakranial
Muntah. Juga gejala muntah sering timbul pada pagi hari setelah bangun tidur. Hal
ini disebabkan oleh tekanan intrakranial nyang menjadi lebih tinggi selama tidur
malam.sifat muntah penderita dengan tekanan intrakranial yang meninggi adalah khas
yaitu proyektil atau muncrat dan tidak didahului oleh mual.
Nyeri kepala di daerah frontal dan oksipital yang timbul pada pagi hari dan malam
hari, muntah proyektil dan penurunan kesadaran. Pada pemeriksaan diketemukan.
Keadaan ini perlu tindakan segera karena setiap saat dapat timbul ancaman herniasi.
Selain itu dapat dijumpai parese N.VI akibat teregangnya N.VI oleh TTIK. Tumor-
tumor yang sering memberikan gejala TTIK anpa gejala-gejala fokal maupun
lateralisasi adalah meduloblatoma, spendimoma dari ventrikel III,
haemangioblastoma serebelum dan craniopharingioma.
Papil edema. Keadaan ini bisa terlihat dengan pemeriksaan funduskopi
menggunakan oftalmoskop. Gambarannya berupa kaburnya batas papil, warna papil
berubah menjadi lebih kemerahan dan pucat, pembuluh darah melebar atau kadang-
kadang tampak terputus-putus. Untuk mengetahui gambaran edema papil seharusnya
kita sudah mengetahui gambaran papil normal terlebih dahulu. Penyebab edema papil
ini masih diperdebatkan, tapi diduga akibat penekanan terhadap vena sentralis retinae.
Biasanya terjadi bila tumor yang lokasi atau pembesarannya menckan jalan aliran
likuor sehingga mengakibatkan bendungan dan terjadi hidrosefalus interim.
3. Gejala spesifik tumor otak
Berhubungan dengan lokasi:
a. Lobus frontal
- Menimbulkan gejala perubahan kepribadian apatis dan masa bodoh euphoria,
tetapi lebih sering ditemukan adalah gabungan dari kedua tipe tersebut.
23 | P a g e
- Bila tumor menekan jaras motorik menimbulkan hemiparese kontralateral,
kejang fokal
- Bila menekan permukaan media dapat menyebabkan inkontinentia
- Bila tumor terletak pada basis frontal menimbulkan sindrom foster- kennedy
- Pada lobus dominan menimbulkan gejala afasia motorik dan disartria.
b. Lobus parietal
- Dapat menimbulkan gejala modalitas sensori kortikal hemianopsi homonymus
- Bila terletak dekat area motorik dapat timbul kejang fokal dan pada gyrus
angularis menimbulkan gejala sindrom gerstmann’s. Bangkitan kejang dapat
umum atau fokal, hemianopsia homonim, apraksia. Bila tumor terletak pada
lobus yang dominan dapat menyebabkan afasia sensorik atau afasia sensorik
motorik, agrafia dan finger agnosia.
c. Lobus temporal
- Akan menimbulkan gejala hemianopsia kontralateral, bangkitan
psikomotor atau kejang yang didahului dengan aura atau halusinasi
(auraolfaktorius)
- Bila letak tumor lebih dalam menimbulkan gejala afasia sensorik motorik atau
disfasia serta hemiparese.
- Pada tumor yang terletak sekitar basal ganglia dapat diketemukan gejala
choreoathetosis, parkinsonism.
d. Lobus oksipital
- Menimbulkan bangkitan kejang yang dahului dengan gangguan penglihatan
(aura berupa kilatan sinar yang tidak berbentuk) dimana makula masih baik.
- Gangguan penglihatan yang permulaan bersifat quadranopia berkembang
menjadi hemianopsia, objeckagnosia.
e. Tumor di ventrikel ke III
- Tumor biasanya bertangkai sehingga pada pergerakan kepala menimbulkan
obstruksi dari cairan serebrospinal dan terjadi peninggian tekanan intrakranial
24 | P a g e
mendadak, pasen tiba-tiba nyeri kepala, penglihatan kabur, dan penurunan
kesadaran
f. Tumor di cerebello pontin angie
- Tersering berasal dari N VIII yaitu acustic neurinoma
- Dapat dibedakan dengan tumor jenis lain karena gejala awalnya berupa
gangguan fungsi pendengaran
- Gejala lain timbul bila tumor membesar dan keluar dari daerah pontin angel
g. Tumor Hipotalamus
- Menyebabkan gejala TTIK akibat oklusi dari foramen Monroe
- Gangguan fungsi hipotalamus menyebabkan gejala: gangguan perkembangan
seksuil pada anak-anak, amenorrhoe, dwarfism, gangguan cairan dan elektrolit,
bangkitan
h. Tumor di cerebelum
- Umumnya didapat gangguan berjalan dan gejala TTIK akan cepat terjadi
disertai dengan papil udem
- Nyeri kepala khas didaerah oksipital yang menjalar keleher dan spasme dari
otot-otot servikal
Tabel 4.tabel gangguan gerak pada tumor serebelum
Gangguan Keterangan
Tremor intensional Tremor osilasi yang paling jelas pada akhir
gerakan halus
Asinergia Kurangnya kerjasama antara otot-otot
Dekomposisi gerakan Gerakan dilakukan secara terpisah-pisah bukan
sebagai satu gerakan yang utuh
Dismetria Kesalahan dalam mengarahkan gerakan
Deviasi dari jalur gerakan Salah tujuan gerakan
Disdiadokokinesis Tidak dapat melakukan gerkan yang bergantian
Nistagmus Osilasi mata yang cepat saat memandang atau
meilah suatu benda
25 | P a g e
i. Tumor fosa posterior
Ditemukan gangguan berjalan, nyeri kepala dan muntah disertai dengan nystacmus,
biasanya merupakan gejala awal dari medulloblastoma.Tumor pada ventrikel IV dan
serebelum akan menggangu sirkulasi cairan serebrospinalis sehingga memperlihatkan
gejala tekanan tinggi intrakranial. Keluhan nyeri kepala, muntah dan papil edem akan
terlihat secara akut, sedangkan tanda-tanda lain dari serebelum akan mengikuti
kemudian.
False localizing sign: yaitu parese N.VI bilateral/unilateral, respons ekstensor
yang bilateral, kelainan mental dan gangguan endokrin
Gejala neurologis fokal, dapat ditemukan sesuai dengan lokalisasi tumor.
Efek Klinis
Peninggian TIK: nyeri kepala, muntah, edema papil.
Pergeseran otak: perburukan tingkat kesadaran, dilatasi pupil.
Epilepsi: terjadi pada 30 persen pasien dengan tumor otak. Bisa umum, fokal, atau
fokal berkembang menjadi umum.
1. Bangkitan parsial membantu lokalisasi lokasi tumor:
2. Bangkitan motor Jacksonian timbul dari korteks motor, tonik atau
klonik,dimuka atau anggota kontralateral.
3. Bangkitan sensori timbul dari korteks sensori dan menyebabkan baal dan
tingling muka dan anggota kontralateral.
4. Bangkitan visual atau auditori sejati jarang.
5. Bangkitan partial kompleks (lobus temporal) timbul dari lobus temporal
medial, membentuk halusinasi visual atau auditori, perasaan rasa abnormal,
perasaan cemas, deja vu, tidak familier atau depersonalisasi serta
automatisme.
26 | P a g e
Gejala yang berhubungan dengan Gangguan Fungsi:
1. Supratentorial
a) Lobus Frontal:
- Kelemahan muka, lengan, tungkai kontralateral
- Disfasia ekspresif (hemisfer dominan)
- Perubahan personalitas:
tabiat antisosial, kehilangan inhibisi, kehilangan inisiatif, gangguan intelektual,
ditemukan demensia terutama bila korpus kalosum terkena (terkenanya jalur
fronto-ponto-serebeler mungkin menyerupai penyakit serebeler)
b) Lobus Temporal:
- Disfasia reseptif (hemisfer dominan)
- Defek lapang pandang, kuadrantanopia homonim atas
c) Lobus Oksipital:
- Defek lapang pandang, hemianopia homonim
d) Korpus Kalosum:
- Sindroma diskoneksi, Apraksia, Buta kata-kata
e) Lobus Parietal:
- Gangguan sensasi:
lokalisasi sentuh, diskriminasi dua titik, gerak pasif, astereognosis, inatensi sensori
- Gangguan lapang pandang, kuadrantanopia homonim bawah
Hemisfer dominan: disfasia reseptif, konfusi kiri/kanan, agnosia jari, akalkulia,
agrafia
Hemisfer nondominan: apraksia, agnosia
f) Hipotalamus/Pituitari:
- Disfungsi endokrin
Tumor supratentorial mungkin langsung merusak saraf kranial I dan II.
Penekanan atau invasi pada sinus kavernosus mungkin mengenai saraf kranial III-VI.
27 | P a g e
2. Infratentorial
a) Otak Tengah/Batang Otak:
- Lesi saraf kranial III-XII
Tanda traktus panjang, motor dan sensori, Perburukan tingkat kesadaran, Tremor
(nukleus merah), Gangguan gerak mata, Abnormalitas pupilMuntah, tersedu
(medulla)
b) Serebelum:
Langkah ataksik, Tremor intensi, Inkoordinasi, Disartri, Nistagmus
-Tumor batang otak intrinsik berlawanan dengan yang ekstrinsik, lebih sering
menimbulkan tanda traktus panjang (motor dan sensori) pada awal perjalanan
penyakit.
-Gejala Astrositoma & Oligodendroglioma
Astrositoma dan oligodendroglioma merupakan tumor yang pertumbuhannya lambat
dan mungkin hanya menyebabkan kejang. Jika lebih ganas (astrositoma anaplastik
dan oligodendroglioma anaplastik) bisa menyebabkan kelainan fungsi otak, seperti
kelemahan, hilangnya rasa dan langkah yang goyah.
Astrositoma yang paling ganas adalah glioblastoma multiformis, yang tumbuh sangat
cepat sehingga menyebabkan meningkatnya tekanan di dalam otak dan menyebabkan
sakit kepala, berfikir menjadi lambat dan rasa ngantuk atau bahkan koma.
-Gejala Meningioma
Tumor jinak yang berasal dari selaput yang membungkus otak (meningen) bisa
menyebabkan berbagai gejala yang tergantung kepada lokasi pertumbuhannya. Bisa
terjadi kelemahan atau mati rasa, kejang, gangguan penciuman, penonjolan mata dan
gangguan penglihatan. Pada penderita lanjut usia bisa menyebabkan hilang ingatan
dan kesulitan dalam berfikir, mirip dengan yang terjadi pada penyakit Alzheimer.
-Gejala Tumor Pinealis
28 | P a g e
Kelenjar pinealis terletak di pertengahan otak, yang berfungsi mengatur jam
biologis tubuh, terutama pada siklus normal diantara bangun dan tidur.
Tumor pinealis atipikal (tumor sel germ) paling sering terjadi pada masa
kanak-kanak dan seringkali menyebabkan pubertas dini.
Tumor ini bisa merusak pengaliran cairan di sekitar otak, sehingga terjadi
pembesaran otak dan tengkorak (hidrosefalus) dan kelainan fungsi otak yang
serius.
-Tumor Kelenjar Hipofisa
Kelenjar hipofisa terletak di dasar tengkorak, berfungsi mengatur sistem endokrin
tubuh. Tumor kelenjar hipofisa biasanya jinak dan secara abnormal menghasilkan
sejumlah besar hormon hipofisa:
Peningkatan kadar hormon pertumbuhan yang berlebihan menyebabkan
gigantisme (tumbuh sangat tinggi) atau akromegali (pembesaran yang tidak
proporsional dari kepala, wajah, tangan, kaki dan dada)
Peningkatan kadar kortikotropin menyebabkan sindroma Cushing
Peningkatan kadar TSH (thyroid-stimulating hormone) menyebabkan
hipertiroidisme
Peningkatan kadar prolaktin menyebabkan amenore (terhentinya siklus
menstruasi), galaktore (pembentukan ASI pada wanita yang tidak sedang
menyusui) dan ginekomastia (pembesaran payudara pada pria).
Tumor kelenjar hipofisa juga bisa merusak jaringan yang menghasilkan
hormon, yang pada akhirnya akan menyebabkan kekurangan hormon dalam
tubuh. Gejala lainnya bisa berupa sakit kepala dan hilangnya lapang pandang
luar pada kedua mata.
H. Diagnosa 5,6
29 | P a g e
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Rontgen
tulang tengkorak dan otak hanya memberikan sedikit gambaran mengenai tumor otak.
Semua jenis tumor otak biasanya bisa terlihat pada CT scan atau MRI, yang juga bisa
menentukan ukuran dan letaknya yang pasti. Tumor hipofisa biasanya ditemukan jika
telah menekan saraf penglihatan. Pemeriksaan darah menunjukkan kadar hormon
hipofisa yang abnormal dan tumor biasanya bisa didiagnosis dengan CT scan atau
MRI.
Biopsi dilakukan untuk menentukan jenis tumor dan sifatnya (ganas atau jinak).
Kadang pemeriksaan mikroskopik dari cairan serebrospinal yang diperoleh melalui
pungsi lumbal, bisa menunjukkan adanya sel-sel kanker.
Jika terdapat peningkatan tekanan di dalam tengkorak, maka tidak dapat dilakukan
pungsi lumbal karena perubahan tekanan yang tiba-tiba bisa menyebabkan herniasi.
Pada herniasi, tekanan yang meningkat di dalam tengkorak mendorong jaringan otak
ke bawah melalui lubang sempit di dasar tengkorak, sehingga menekan otak bagian
bawah (batang otak). Sebagai akibatnya, fungsi yang dikendalikan oleh batang otak
(pernafasan, denyut jantung dan tekanan darah) akan mengalami gangguan. Jika tidak
segera diatasi, herniasi bisa menyebabkan koma dan kematian.
I. Pemeriksaan Penunjang 6,7
Setelah diagnosa klinik ditentukan, harus dilakukan pemeriksaan yang spesifik untuk
memperkuat diagnosa dan mengetahui letak tumor.
1) Elektroensefalografi (EEG)
Mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati tumor dan
dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang.
2) Foto polos kepala
Foto toraks dan LED: Tingginya insidens tumor metastatik menyebabkan
pemeriksaan ini diwajibkan pada pasien yang diduga dengan tumor intrakranial.
- Lesi Osteolitik
30 | P a g e
tumor tulang primer atau sekunder, dermoid/epidermoid, khordoma,
karsinoma nasofaringeal, mieloma, retikulosis
- Tanda Peninggian TIK
diastasis sutura (pada bayi), gambaran 'beaten brass', nilainya terbatas
karena bisa terjadi secara normal pada anak-anak dan beberapa orang
dewasa, erosi klinoid posterior (mungkin juga terjadi akibat tekanan lokal,
misalnya kraniofaringioma, pergeseran pineal (pastikan bukan karena rotasi
film)
3) CT scanning dan
4) Magnetic Resonance Imaging (MRI)
CT scan dan MRI memperlihatkan semua tumor intrakranial dan menjadi
prosedur investigasi awal ketika penderita menunjukkan gejala yang progresif
atau tanda-tanda penyakit otak yang difus atau fokal, atau salah satu tanda
spesifik dari sindrom atau gejala-gejala tumor. Kadang sulit membedakan tumor
dari abses ataupun proses lainnya. Gambaran CT Scan pada tumor otak,
umumnya tampak sebagai lesi abnormal berupa massa yang mendorong struktur
otak isekitarnya. Biasanya tumor otak dikelilingi jaringan udem yang terlihat
jelas karena densitasnya lebih rendah. Adanya kalsifikasi, perdarahan atau invasi
mudah dibedakan dengan jaringan sekitarnya karena sifatnya yang hiperdens.
Beberapa jenis tumor akan terlihat lebih nyata bila pada waktu pemeriksaan CT
Scan disertai dengan pemberian zat kontras.
Penilaian CT Scan pada tumor otak
· Tanda proses desak ruang yaitu adanya pendorongan struktur garis tengah
dan penekanan dan perubahan bentuk ventrikel
· Kelainan densitas pada lesi: hipodens, hiperdens atau kombinasi,
kalsifikasi, perdarahan
· Udem perifokal
5) Arteriografi
31 | P a g e
Walau angiografi bisa menampilkan blush tumor atau pergeseran
pembuluh, hanya kadang-kadang diperlukan untuk melengkapi hasil CT
scan. Pada beberapa kasus diperlukan untuk informasi prabedah seperti
mengetahui pembuluh pencatu tumor, atau terkenanya atau konstriksi
pembuluh utama oleh tumor.
6) Pemeriksaan CSS
Pungsi lumbar kontra indikasi bila ada dugaan tumor intrakranial. Bila CSS
didapat dari sumber lain, misal drainase ventrikuler atau saat operasi pintas,
pemeriksaan sitologis mungkin akan menampilkan sel tumor.
Penanda Tumor
Usaha untuk mencari substansi yang menunjukkan pertumbuhan tumor
spesifik dari darah atau CSS terbatas pada hubungan antara peninggian alfa
feto protein dan gonadotrofin khorionik manusia dengan germinoma
ventrikel ketiga yang membantu diagnosis. Perkembangan antibodi
monoklonal, dengan perbaikan pada sensitivitasnya mungkin memberikan
pendekatan yang bermanfaat untuk lokalisasi tumor serta identifikasinya
dimasa yang akan datang.
J. Penatalaksanaan 5,6.7
Pengobatan tumor otak tergantung kepada lokasi dan jenisnya.Jika
memungkinkan, maka tumor diangkat melalui pembedahan.Pembedahan
kadang menyebabkan kerusakan otak yang bisa menimbulkan kelumpuhan
parsial, perubahan rasa, kelemahan dan gangguan intelektual.
Tetapi pembedahan harus dilakukan jika pertumbuhannya mengancam
struktur otak yang penting.
Meskipun pengangkatan tumor tidak dapat menyembuhkan kanker, tetapi
bisa mengurangi ukuran tumor, meringankan gejala dan membantu
menentukan jenis tumor serta pengobatan lainnya. Beberapa tumor jinak harus
32 | P a g e
diangkat melalui pembedahan karena mereka terus tumbuh di dalam rongga
sempit dan bisa menyebabkan kerusakan yang lebih parah atau kematian.
Meningioma, schwannoma dan ependimoma biasanya diangkat melalui
pembedahan. Setelah pembedahan kadang dilakukan terapi penyinaran untuk
menghancurkan sel-sel tumor yang tersisa.
Tumor ganas diobati dengan pembedahan, terapi penyinaran dan
kemoterapi.Terapi penyinaran dimulai setelah sebanyak mungkin bagian
tumor diangkat melalui pembedahan. Terapi penyinaran tidak dapat
menyembuhkan tumor, tetapi membantu memperkecil ukuran tumor sehingga
tumor dapat dikendalikan.Kemoterapi digunakan untuk mengobati beberapa
jenis kanker otak. Kanker otak primer maupun kanker otak metastatik
memberikan respon yang baik terhadap kemoterapi. Jika terjadi peningkatan
tekanan di dalam otak, diberikan suntikan mannitol dan kortikosteroid untuk
mengurangi tekanan dan mencegah herniasi.
Pengobatan kanker metastatik tergantung kepada sumber kankernya.
Sering dilakukan terapi penyinaran.Jika penyebarannya hanya satu area, maka
bisa dilakukan pembedahan.
1) Terapi Steroid
Steroid secara dramatis mengurangi edema sekeliling tumor intrakranial,
namun tidak berefek langsung terhadap tumor. Dosis pembebanan
dekasametason 12 mg. iv, diikuti 4 mg. q.i.d. sering mengurangi perburukan
klinis yang progresif dalam beberapa jam. Setelah beberapa hari
pengobatan, dosis dikurangi bertahap untuk menekan risiko efek samping
yang tak diharapkan.
Tumor seller atau paraseller kadang-kadang tampil dengan insufisiensi
steroid. Pada pasien ini perlindungan steroid merupakan sarat mutlak
tindakan anestetik atau operatif.
2) Tindakan Operatif
33 | P a g e
Kebanyakan pasien dengan tumor intrakranial memerlukan satu atau lebih
pendekatan bedah-saraf. Contohnya antara lain sebagai berikut:
Kraniotomi: Flap tulang dipotong dan dibuka dengan melipat.
Burr hole: Untuk biopsi langsung atau stereotaktik.
Pendekatan Transsfenoid: Melalui sinus sfenoid kefossa pituitari.
Pendekatan Transoral: Membuang arkus atlas, peg odontoid dan klivus
memberikan jalan mencapai aspek anterior batang otak dan cord servikal atas.
Jarang digunakan. Biasanya untuk tumor letak depan seperti neurofibroma,
khordoma.
Kraniektomi: Burr hole diikuti pengangkatan tulang sekitarnya untuk
memperluas bukaan, rutin digunakan untuk pendekatan pada fossa posterior.
Prosedur biopsi, pengangkatan tumor parsial/ dekompresi internal atau
pengangkatan total tumor tergantung asal dan lokasi tumor. Tumor ganas
primer yang infiltratif mencegah pengangkatan total dan sering operasi
dilakukan terbatas untuk biopsi atau dekompresi tumor. Prospek
pengangkatan total membaik pada tumor jinak seperti meningioma atau
kraniofaringioma; bila banyak tumor yang terabaikan, atau bagian tumor
mengenai struktur dalam, bisa berakibat rekurensi.
3) Radioterapi
Saat ini tindakan terhadap tumor intrakranial menggunakan salah satu dari
cara berikut:
- sinar-x megavoltase
- sinar gama dari kobalt60
- berkas elektron dari akselerator linear
- partikel yang dipercepat dari siklotron, seperti neutron, nuklei dari
helium, proton
Sebagai alternatif, tumor ditindak dari dalam (brakhiterapi) dengan
mengimplantasikan butir radioaktif seperti ytrium90. Kontras dengan metoda
34 | P a g e
tua dengan 'terapi sinar-x dalam', tehnik modern memberikan penetrasi
jaringan lebih dalam dan mencegah kerusakan radiasi terhadap permukaan
kulit. Efek radioterapi tergantung dosis total, biasanya hingga 6.000 rad, dan
durasi pengobatan. Harus terdapat keseimbangan terhadap risiko pada
struktur normal sekitar. Umumnya, makin cepat sel membelah, makin besar
sensitivitasnya. Radioterapi terutama bernilai pada pengelolaan tumor ganas;
astrositoma maligna, metastasis, medulloblastoma dan germinoma, namun
juga berperan penting pada beberapa tumor jinak; adenoma pituitari,
kraniofaringioma. Karena beberapa tumor menyebar melalui jalur CSS
seperti medulloblastoma, iradiasi seluruh aksis neural menekan risiko
terjadinya rekurensi dalam selang waktu singkat.
Komplikasi Radioterapi: Setelah tindakan, perburukan pasien bisa terjadi
karena beberapa hal:
- selama tindakan: peningkatan edema, reversible
- setelah beberapa minggu/bulan: demielinasi
- enam bulan-10 tahun: radionekrosis, irreversible (biasanya satu hingga
dua tahun)
Komplikasi serupa mungkin mengenai cord spinal setelah iradiasi tumor
spinal.
Sensitiser sel hipoksik: Saat radioterapi, bagian dari proses destruktif adalah
konversi oksigen ke ion hidroksil. Adanya area hipoksik didalam jaringan
tumor menambah radioresistensi. Penggunaan sensitiser sel hipoksik seperti
misonidazol, bertujuan meningkatkan sensitivitas didalam regio ini. Manfaat
zat ini masih dalam pengamatan.
4) Khemoterapi
35 | P a g e
Manfaatnya belum jelas. Yang biasanya digunakan adalah BCNU, CCNU,
metil CCNU, prokarbazin, vinkristin dan metotreksat.
Obat khemoterapeutik ideal adalah membunuh sel tumor secara selektif;
namun respon sel tumor berkaitan langsung dengan dosis. Tak dapat
dihindarkan, dosis tinggi menyebabkan toksisitas 'bone marrow'. Dalam
praktek, kegagalan menimbulkan tanda depresi 'marrow' (antara lain
leukopenia) menunjukkan dosis yang tidak adekuat.
Efek samping merintangi pemakaian khemoterapi pada tumor jinak atau
'derajat rendah'. Pada pasien dengan tumor ganas, beberapa penelitian
menunjukkan terapi tunggal atau kombinasi menghasilkan beberapa remisi
tumor, namun penelitian terkontrol acak memperlihatkan hasil yang tak
sesuai. Pada astrositoma maligna, BCNU mungkin bermanfaat sedang. Pada
medulloblastoma, terapi kombinasi CCNU dan vinkristin mungkin
memperlambat rekurensi.
5) Kombinasi radio-kemoterapi
Kombinasi radio-kemoterapi mulai dikembangkan. Peningkatan
ketahanan hidup selama 1 tahun sebanyak 10% dan 2 tahun sebanyak 8,6%.
Nitrosourea (BCNU) merupakan regimen yang paling efektif.
6) Rehabilitasi
- Merupakan bagian yang sangat penting pada bagian terapi
- Tergantung pada kebutuhan pasien dan bagaimana tumor mempengaruhi
aktivitas kerja
- Occupational terapi, untuk mengatasi kesulitan dalam aktivitas untuk
kehidupan sehari-hari seperti makan, mandi, berpakaian dan pergi ke
toilet
- Physical terapi terutama pada lengan yang lemah atau paralyse dan pada
gangguan keseimbangan
- Speech terapi terutama pada pasien dengan gangguan bicara.
36 | P a g e
Efek samping terapi :
- Efek samping yang timbul karena pengobatan untuk menghancurkan
tumor juga merusak sel yang sehat
- Efek samping tergantung pada jenis terapi yang digunakan
- Efek samping kraniotomi:
Merusak sel otak yang normal, udem otak, lemah, gangguan fungsi
koordinasi, perubahan personaliti, gangguan bahasa dan gangguan
memori, kejang, gejala kanan bertambah berat dari sebelumnya, tetapi
akan hilang atau berkurang dengan berjalannya waktu.
- Efek samping radioterapi :
Nausea, rambut rontok, reaksi kulit pada daerah terapi, sakit kepala,
gangguan memori, kejang
- Efek samping kemoterapi:
Antikanker mempengaruhi pertumbuhan sel secara cepat sehingga pasien
mudah terserang infeksi, nafsu makan berkurang, vomitus, sakit
tenggorokan, rambut rontok, infertilitas, menopause dini, kerusakan
ginjal, tinitus, gangguan pendengaran
K. Diagnosa Banding 3,6,7
Gejala yang paling sering dari tumor otak adalah peningkatan tekanan
intrakranial, kejang dan tanda deficit neurologik fokal yang progresif. Setiap
proses desak ruang di otak dapat menimbulkan gejala di atas, sehingga agak
sukar membedakan tumor otak dengan beberapa hal berikut :
Abses intraserebral
Epidural hematom
Hipertensi intrakranial benigna
Meningitis kronik.
37 | P a g e
L. Prognosis 5,7
Tergantung jenis tumor spesifik. Meskipun diobati, hanya sekitar 25%
penderita kanker otak yang bertahan hidup setelah 2 tahun.
Prognosis yang lebih baik ditemukan pada astrositoma dan
oligodendroglioma, dimana kanker biasanya tidak kambuh dalam waktu 3-5
tahun setelah pengobatan. Sekitar 50% penderita meduloblastoma yang
diobati bertahan hidup lebih dari 5 tahun. Pengobatan untuk kanker otak lebih
efektif dilakukan pada:
- penderita yang berusia dibawah 45 tahun
- penderita astrositoma anaplastik
- penderita yang sebagian atau hampir seluruh tumornya telah diangkat
melalui pembedahan.
Tabel 5. Rata-rata lama bertahan hidup pada berbagai jenis tumor otak
Tumor type Median survival
Glioblastoma
multiforme
12 bulan (1.0 tahun)
Anaplastic astrocytoma 25 bulan (2.1 tahun)
Astrocytoma (low grade) 95 bulan (7.9 tahun)
Oligodendroglioma 74 bulan (6.2 tahun)
Mixed glioma 65 bulan (5.4 tahun)
Medulloblastoma 109 bulan (9.1 tahun)
Brain stem tumors 9 bulan (0.8 tahun)
Pineal region tumors 60 bulan (5.0 tahun)
BAB III
38 | P a g e
KESIMPULAN
Tumor otak adalah lesi oleh karena ada desakan ruang baik jinak maupun
ganas yang tumbuh di otak, meningen dan tengkorak. Tumor otak terjadi
karena adanya proliferasi atau pertumbuhan sel abnormal secara sangat cepat
pada daerah central nervous system (CNS). Sel ini akan terus berkembang
mendesak jaringan otak yang sehat di sekitarnya, mengakibatkan terjadi
gangguan neurologis (gangguan fokal akibat tumor dan peningkatan tekanan
intrakranial).
Nyeri bersifat dalam, terus – menerus, tumpul dan kadang – kadang
bersifat hebat sekali. Biasanya paling hebat pada pagi hari dan diperberat saat
beraktifitas, yang biasanya menyebabkan peningkatan TIK yaitu batuk,
membungkuk dan mengejan.
Tumor otak termasuk penyakit yang sulit terdiagnosa secara dini. Secara
klinis sukar membedakan antara tumor otak yang benigna atau yang maligna,
karena gejala yang timbul ditentukan pula oleh lokasi tumor, kecepatan
tumbuhnya, kecepatan terjadi tekanan tinggi intrakranial dan efek masa tumor
ke jaringan otak. Dipikirkan menderita tumor otak bila didapat adanya
gangguan cerebral umum yang bersifat progresif, adanya gejala tekanan tinggi
intrakranial dan adanya gejala sindrom otak yang spesifik Pemeriksaan
radiologi, dalam hal ini CT Scan berperan dalam diagnosa tumor otak, sedang
diagnosa pasti tumor otak benigna atau maligna dengan pemeriksaan patologi-
anatomi
DAFTAR PUSTAKA
39 | P a g e
1. Arthur C. Guyton and John E. Hall ( 1997), Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran Edisi 9, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
2. Price, Sylvia A dan Lorrane M. Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit Vol 2. Jakarta: EGC
3. Kegawatdaruratan saraf dan bedah, PT Delta Citra Grafinda, 2002,FK
uph lippo karawaci
4. Robins, Kumar, Cotran. Buku Ajar Patologi. Volume 2. Edisi 7. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2002 h. 928-30.
5. Satyanegara M.D. Ilmu Bedah Saraf Edisi IV, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, 2010 h 265-301
6. Taufik Maulana. Kumpulan Makalah Kedokteran. Astrositoma. [online].
Available from
URL:http://kumpulanmakalahkedokteran.blogspot.com/2010/04/astrosito
ma_16.html
7. Kennedy Benjamin. Astrocytoma. [online] 2011. Available from URL:
http://emedicine.medscape.com/article/283453-overview
40 | P a g e