Reformasi Militer Di Bidang Bisnis, Kapan...

4
1 Reformasi Militer Di Bidang Bisnis, Kapan Dituntaskan? Bonnie Setiawan http://indoprogress.com/2016/10/reformasi-militer-di-bidang-bisnis-kapan-dituntaskan/ 24 October 2016 Harian Indoprogress MASUKNYA militer ke dalam bisnis sudah dimulai sejak lama. Bahkan bisa dilacak sejak dimulainya revolusi kemerdekaan tahun 1945, dimana para komandan militer melakukan penyelundupan candu dan komoditas lainnya untuk membiayai anggaran militer. Praktik penyelundupan kopra, karet, kopi dan lainnya terus terjadi sepanjang dekade 1950an. Kemudian bersamaan dengan memanasnya konflik dengan Belanda karena isu Irian Barat, maka diadakan keadaan darurat perang dan nasionalisasi atas perusahaan-perusahaan Belanda pada tahun 1957. Militer lalu mengambil-alih perusahaan-perusahaan tersebut ke tangannya. Ini merupakan pintu masuk bagi keterlibatan militer dalam bisnis skala besar. Sejak itu, para perwira Angkatan Darat mengelola berbagai perusahaan di bidang perkebunan, pertambangan, perbankan eks Belanda dan lain-lain. Peranan militer makin diperluas ketika perusahaan-perusahaan Inggris juga ditempatkan di bawah pengawasan militer pada tahun 1964 dan juga perusahaan-perusahaan Amerika pada tahun 1965. Setelah genosida 1965/66 yang dijalankan oleh militer untuk menghabisi pemerintahan Sukarno dan pendukung kuatnya yaitu PKI, maka keserakahan militer tidak bisa lagi dikontrol. Para komandan militer mulai menjalankan kegiatan bisnis mereka dengan mendirikan perusahaan-perusahaan milik militer. Muncullah “jenderal-jenderal finansial” yang berasal dari seksi Finek (Finansial dan Ekonomi) di Angkatan Darat. Mereka kini mempunyai akses hampir tak terbatas terhadap sumber-sumber daya dan fasilitas milik negara serta kekuasaan atas alokasi lisensi impor/ekspor, konsesi hutan dan kontrak-kontrak negara. Jend. Soedjono Hoemardhani, asisten pribadi (aspri) presiden, dari Finek Kodam Diponegoro, menjadi Direktur grup bisnis militer terbesar, yaitu PT

Transcript of Reformasi Militer Di Bidang Bisnis, Kapan...

Page 1: Reformasi Militer Di Bidang Bisnis, Kapan Dituntaskan?gelora45.com/news/ReformasiBisnisMiliterKapanDituntaskan.pdf · Reformasi Militer Di Bidang Bisnis, ... Direktur YDP dan grup

1

Reformasi Militer Di Bidang Bisnis, Kapan Dituntaskan?

Bonnie Setiawan

http://indoprogress.com/2016/10/reformasi-militer-di-bidang-bisnis-kapan-dituntaskan/

24 October 2016

Harian Indoprogress

MASUKNYA militer ke dalam bisnis sudah dimulai sejak lama. Bahkan bisa dilacak sejak

dimulainya revolusi kemerdekaan tahun 1945, dimana para komandan militer melakukan

penyelundupan candu dan komoditas lainnya untuk membiayai anggaran militer. Praktik

penyelundupan kopra, karet, kopi dan lainnya terus terjadi sepanjang dekade 1950an.

Kemudian bersamaan dengan memanasnya konflik dengan Belanda karena isu Irian Barat,

maka diadakan keadaan darurat perang dan nasionalisasi atas perusahaan-perusahaan

Belanda pada tahun 1957. Militer lalu mengambil-alih perusahaan-perusahaan tersebut

ke tangannya. Ini merupakan pintu masuk bagi keterlibatan militer dalam bisnis skala

besar. Sejak itu, para perwira Angkatan Darat mengelola berbagai perusahaan di bidang

perkebunan, pertambangan, perbankan eks Belanda dan lain-lain. Peranan militer makin

diperluas ketika perusahaan-perusahaan Inggris juga ditempatkan di bawah pengawasan

militer pada tahun 1964 dan juga perusahaan-perusahaan Amerika pada tahun 1965.

Setelah genosida 1965/66 yang dijalankan oleh militer untuk menghabisi pemerintahan

Sukarno dan pendukung kuatnya yaitu PKI, maka keserakahan militer tidak bisa lagi

dikontrol. Para komandan militer mulai menjalankan kegiatan bisnis mereka dengan

mendirikan perusahaan-perusahaan milik militer. Muncullah “jenderal-jenderal finansial”

yang berasal dari seksi Finek (Finansial dan Ekonomi) di Angkatan Darat. Mereka kini

mempunyai akses hampir tak terbatas terhadap sumber-sumber daya dan fasilitas milik

negara serta kekuasaan atas alokasi lisensi impor/ekspor, konsesi hutan dan

kontrak-kontrak negara. Jend. Soedjono Hoemardhani, asisten pribadi (aspri) presiden,

dari Finek Kodam Diponegoro, menjadi Direktur grup bisnis militer terbesar, yaitu PT

Page 2: Reformasi Militer Di Bidang Bisnis, Kapan Dituntaskan?gelora45.com/news/ReformasiBisnisMiliterKapanDituntaskan.pdf · Reformasi Militer Di Bidang Bisnis, ... Direktur YDP dan grup

2

Tri Usaha Bhakti (TUB). Lalu Jend. Sofjar, ketua KADIN (Indonesia Chamber of

Commerce) yang mengepalai grup bisnis Kostrad, Yayasan Dharma Putra (YDP); Jend.

Soerjo, Direktur YDP dan grup Hotel Indonesia, juga aspri presiden. Beberapa jenderal

lain yang menguasai bisnis dan sekaligus aspri presiden adalah Jend. Alamsyah, Jend.

Tirtosudiro dan Jend. Suhardiman.

Grup-grup bisnis militer terdiri dari ratusan perusahaan yang dimiliki militer, sejak dari

jenderal-jenderal di pusat hingga tingkat KODAM dan KODIM. Selanjutnya, bisnis

militer juga diwadahi di dalam empat koperasi militer: INKOPAD, INKOPAL, INKOPAU

dan INKOPAK (kemudian menjadi Inkoppol) yang masing-masing adalah milik AD, AL, AU

dan kepolisian. Grup bisnis militer yang terkemuka adalah dari KOSTRAD yaitu YDP;

grup bisnis Divisi Siliwangi yaitu PROPELAT; grup TUB yang didirikan HANKAM, dan

grup bisnis Divisi Diponegoro, tempat asal Jend. Suharto bekerjasama dengan

konglomerat terkaya Indonesia, Liem Sioe Liong dan Bob Hasan.

Menurut ICW (Indonesia Corruption Watch), bisnis militer sejak itu terdiri dari tiga

jenis. Pertama, bisnis institusional atau formal; kedua, bisnis non-institusional atau

non-formal, dan ketiga, bisnis criminal economy, yang tidak diakui keberadaannya tetapi

eksis. Bisnis formal adalah kategori bisnis yang melibatkan TNI secara kelembagaan.

Contohnya bisnis militer dengan bentuk yayasan dan koperasi. Susunan pengurus yayasan

mengikuti struktur komando. Bisnis dalam bentuk yayasan tidak hanya dijalankan di

tingkat kesatuan atau di tingkat Markas Besar. Pada hirarki militer di bawahnya, seperti

KODAM, juga memiliki yayasan sendiri. Sementara Koperasi di lingkungan militer juga

mengikuti struktur komando. Di tingkat markas besar (MABES), koperasi menggunakan

nama Induk. Sedangkan di tingkat KODAM, koperasi menggunakan nama Pusat

sementara di tingkat KOREM atau KODIM, menggunakan nama Primer.

Bisnis informal adalah bisnis militer yang tidak melibatkan militer sebagai institusi

melainkan individu-individu pensiunan militer atau anggota yang sudah tidak aktif lagi.

Namun demikian, bisnis informal ini sudah dirintis sejak pejabat militer dikaryakan di

perusahaan swasta atau BUMN dan kemudian mengembangkan usaha mereka sendiri.

Dalam kategori bisnis informal ini dapat dilihat pada sejumlah kelompok-kelompok usaha

seperti Kelompok Usaha Nugra Santana (Ibnu Sutowo), Kelompok Usaha Krama Yudha

(Sjarnoebi Said), dan lain-lain.

Bentuk ketiga, criminal economy biasanya berupa perlindungan yang diberikan oleh

anggota militer terhadap praktik bisnis gelap yang melanggar hukum, misal perdagangan

narkoba, penyedia jasa tenaga demonstran, beking perjudian dan illegal logging.

Termasuk juga bentuk permintaan sumbangan keamanan atau tambahan uang servis

Page 3: Reformasi Militer Di Bidang Bisnis, Kapan Dituntaskan?gelora45.com/news/ReformasiBisnisMiliterKapanDituntaskan.pdf · Reformasi Militer Di Bidang Bisnis, ... Direktur YDP dan grup

3

apabila ada gejolak keamanan. Sampai sekarang bisnis militer ini sulit sekali untuk

dikontrol atau diawasi oleh negara.

Kejatuhan rejim Suharto pada 1998 bukanlah berarti kejatuhan Orde Baru yang

militeristik. Oligarki Orde Baru (Orba) tetap berlanjut hingga kini. Oligarki kapitalisme

rente tetap direproduksi dan mengalami regenerasi. Pusat-pusat kekuasaan politik dibagi

bersama di antara kekuatan-kekuatan oligarki tersebut. Nampaknya, baik anggota sipil

maupun militer berbagi kepentingan yang sama dalam mengamankan aset-aset ekonomi

dan bisnis yang sudah ada sejak Orde Baru. Karenanya mafia-mafia ini tetap mencoba

bertahan dan bahkan ingin terus dominan dalam kekuasaan hingga sekarang.

Era Reformasi sejak 1998 tidak terkecuali juga mengharuskan militer di-reformasi.

Reformasi TNI sesuai dengan UU no. 34 tahun 2004 tentang TNI, dimana ditetapkan

bahwa tentara yang profesional adalah tentara yang terlatih, terdidik, diperlengkapi

secara baik, tidak berpolitik praktis, tidak berbisnis, dan dijamin kesejahteraannya,

serta mengikuti kebijakan politik negara yang menganut prinsip demokrasi, supremasi

sipil, hak asasi manusia, ketentuan hukum nasional, dan hukum internasional yang telah

diratifikasi. Di dalam Pasal 39 ayat (3) juga ditegaskan bahwa prajurit dilarang terlibat

dalam kegiatan bisnis. Sementara Pasal 76 ayat (1) dikatakan bahwa dalam waktu 5 (lima)

tahun sejak berlakunya undang-undang ini, Pemerintah harus mengambilalih seluruh

aktivitas bisnis yang dimiliki dan dikelola oleh TNI baik secara langsung maupun tidak

langsung. Sementara dalam ayat (2) dikatakan bahwa tata cara dan ketentuan lebih

lanjut mengenai pelaksanaan ayat (1) diatur dengan keputusan presiden. Dalam

kenyataannya hingga kini, praktik bisnis militer sulit sekali disentuh, termasuk tiadanya

akuntabilitas dan transparansi atas anggaran militer.

Di tahun 2004, pemerintah memulai proses divestasi bisnis militer, baik melalui likuidasi

perusahaan-perusahaan militer ataupun menyerahkannya kepada Negara. Data resmi

dari tahun 2007 memperlihatkan bahwa militer mempunyai 23 yayasan dan sekitar 1000

koperasi, yang memiliki 55 perusahaan maupun menyewakan ribuan properti dan

bangunan pemerintah. Yayasan-yayasan dan koperasi-koperasi ini mempunyai aset kotor

sebesar Rp 3,2 trilyun dan menghasilkan keuntungan Rp 268 milyar di tahun itu. Setelah

tenggat-waktu tahun 2009, pihak militer menyatakan sudah tidak lagi mempunyai

bisnisnya sendiri secara langsung. Tetapi militer kini membuat kekayaan dengan cara lain,

seperti lewat penyewaan lahan kepada perusahaan-perusahaan swasta, memajaki

perusahaan-perusahaan dengan jasa keamanan, serta memiliki saham di

perusahaan-perusahaan secara tidak langsung lewat yayasan dan koperasi. Ini seperti

YAMABRI (Yayasan Markas Besar ABRI), YKEP (Yayasan Kartika Eka Paksi), YKSDP

(Yayasan Kesejahteraan Sosial Dharma Putra) Kostrad, YAKOBAME (Yayasan

Page 4: Reformasi Militer Di Bidang Bisnis, Kapan Dituntaskan?gelora45.com/news/ReformasiBisnisMiliterKapanDituntaskan.pdf · Reformasi Militer Di Bidang Bisnis, ... Direktur YDP dan grup

4

Kesejahteraan Korps Baret Merah), YASBHUM (Yayasan Bhumyamca) dari AL dan

YASAU (Yayasan Adi Upaya) dari AU.

Lewat yayasan dan koperasi inilah, militer kemudian bekerjasama dengan para pengusaha

dan konglomerat. Salah satu contoh adalah kerjasama mereka dengan Tommy Winata

(TW) alias Oe Suat Hong, pengusaha yang sukses menjalankan grup bisnis Artha Graha

yang bertalian erat dengan YKEP. Artha Graha menjadi besar karena koneksinya dengan

para pejabat militer dan polisi. Mereka menjalankan berbagai bisnis di bidang properti,

konstruksi, perdagangan, hotel, perbankan, transportasi dan telekomunikasi. Perusahaan

bisnis properti terkemukanya adalah grup Agung Sedayu yang menguasai banyak properti

strategis di Jabodetabek.

Kini di era pemerintahan Jokowi, pemerintah harus menuntaskan reformasi militer di

bidang bisnis tersebut. Kesulitannya, ketika bisnis militer (baca: milik para jendral)

merasa terganggu, maka mereka membuat suasana gaduh lewat isu lain yang mudah

dibakar, yaitu isu PKI. Sebenarnya ada hubungannya antara isu PKI dengan aset para

jendral. Yaitu banyak aset milik PKI, ormasnya dan perorangan korban 65 di seluruh

Indonesia yang dikuasai oleh mereka, baik secara perorangan dari para jenderal

tersebut maupun institusi TNI. Bila terjadi penyelesaian dan rekonsiliasi 65, maka

nantinya mereka harus mengembalikan atau mempertanggungjawabkan aset-aset

tersebut. Inilah yang tidak mereka kehendaki. Karena itu jangan-jangan seretnya

penyelesaian masalah 65 hanya karena soal sepele, yaitu mereka tidak mau kehilangan

aset-aset tersebut.

Inilah inti reformasi militer yang harus dituntaskan oleh pemerintahan sekarang.

Sebaiknya TNI harus berbesar hati, bijaksana dan melihat kepentingan bangsa

seluruhnya, karena ini menyangkut hak-hak keperdataan dan hak kepemilikan yang harus

dihormati oleh siapapun di Negara hukum ini. Bila tidak, maka Negara ini tidak bisa

menjamin hak paling asasi dari tiap-tiap orang: hak milik. Bukan kepastian hukum, tetapi

chaos hukum, yang akan terus lestari dalam Republik ini.

* * *