referat vehikulum

download referat vehikulum

of 18

Transcript of referat vehikulum

PENDAHULUANObat topikal terdiri dari vehikulum (bahan pembawa) dan zat aktif. Saat ini banyaknya sediaan topikal yang tersedia ditujukan untuk mendapat efikasi maksimal zat aktif obat dan menyediakan alternatif pilihan bentuk sediaan yang terbaik. Obat topikal merupakan salah satu bentuk obat yang sering dipakai dalam terapi dermatologi.Kecermatan dalam memilih bentuk sediaan obat topikal yang sesuai dengan kondisi kelainan kulit diperlukan, karena merupakan salah satu faktor yang berperan dalam keberhasilan terapi topikal di samping faktor lain seperti : konsentrasi zat aktif obat, efek fisika dan kimia, cara pakai, lama penggunanaan obat agar memperoleh efikasi maksimal dengan efek samping minimal. Pengaruh fisik obat topikal antara lain mengeringkan, membasahi, melembutkan, lubrikasi, mendinginkan, memanaskan, dan melindungi dari pengaruh buruk dari luar. Semua hal itu bermaksud untuk mengadakan homeostasis yaitu mengembalikan kulit yang sakit dan jaringan di sekitarnya kembali ke keadaan fisiologi secepatnya. BENTUK SEDIAAN TOPIKALDefinisi TopikalKata topikal berasal dari bahasa Yunani yaitu topikos yang artinya berkaitan dengan daerah permukaan tertentu. Dalam literatur lain kata topikal berasal dari kata topos yang berarti lokasi atau tempat. Secara luas obat topikal didefinisikan sebagai obat yang dipakai di tempat lesi. Berbagai bentuk sediaan obat topikalObat topikal adalah obat yang mengandung dua komponen dasar yaitu zat pembawa (vehikulum) dan zat aktif. Zat aktif merupakan komponen yang memiliki efek terapeutik, sedangkan zat pembawa (vehikulum) adalah bagian inaktif dari sediaan topikal dapat berbentuk cair atau padat yang membawa bahan aktif berkontak dengan kulit. Idealnya zat pembawa mudah dioleskan, mudah dibersihkan, tidak mengiritasi, dan menyenangkan secara kosmetik. Selain itu, bahan aktif harus berada di dalam zat pembawa dan kemudian mudah dilepaskan. Untuk mendapatkan sifat zat pembawa yang demikian, maka ditambahkanlah bahan atau unsur senyawa tertentu yang berperan dalam memaksimalkan fungsi dari zat pembawa.

Tabel 1. Bahan pembawa yang umum digunakan dalam sediaan topikal.BAHAN DASAR (VEHIKULUM)Memilih bahan dasar (vehikulum) obat topikal merupakan langkah awal dan terpenting yang harus diambil pada pengobatan penyakit kulit. Pada umumnya sebagai pegangan ialah pada keadaan dermatosis yang membasah dipakai bahan dasar yang cair/basah, misalnya kompres; dan pada keadaan kering dipakai bahan dasar padat/kering, misalnya salep.Bahan dasar atau bahan pembawa yang banyak dipakai :1. LanolinDisebut juga adeps lanae, merupakan lemak bulu domba. Banyak digunakan pada produk kosmetik dan pelumas. Sebagai bahan dasar salep lanolin bersifat hipoalergik diserap oleh kulit, memfasilitasi bahan aktif obat yang dibawa.2. ParabenParaben (para-hidroksibenzoat) banyak digunakan sebagai pengawet sediaan topikal. Paraben dapat juga bersifat fungisid dan bakterisid lemah. Paraben banyak dipakai pada shampoo, sediaan pelembab, gel, pelumas, pasta gigi.3. PetrolatumMerupakan sediaan semisolid yang terdiri dari hidrokarbon (jumlah karbon lebih dari 25). Petrolatum (vaselin), misalnya vaselin album, diperoleh dari minyak bumi. Titik cair 10-50o C, dapat mengikat kira-kira 30% air.4. GliserinBerupa senyawa cairan kental, tidak berwarna, tidak berbau. Gliserin memiliki 3 kelompok hidroksil hidrofilik yang berperan sebagai pelarut dalam air.Secara umum, zat pembawa dibagi atas 3 kelompok yaitu cairan, bedak, dan salep. Ketiga pembagian tersebut merupakan bentuk dasar zat pembawa yang disebut juga sebagai bentuk monofase. Kombinasi bentuk monofase ini berupa krim, pasta, bedak kocok, dam pasta pendingin.

Gambar 1. Formulasi vehikulum sediaan topikal

CairanCairan adalah bahan pembawa dengan komposisi air. Jika bahan pelarutnya murni air disebut sebagai solusio. Solusio dibagi dalam : kompres; rendam (bath), misalnya rendam kaki, rendam tangan; mandi (full bath). Jika bahan pelarutnya alkohol, eter, atau kloroform disebut tingtura. Cairan digunakan sebagai kompres dan antiseptic. Bahan aktif yang dipakai dalam kompres biasanya bersifat astringen dan antimikroba. Astringen mengurangi eksudat akibat presipitasi protein.Prinsip pengobatan cairan ialah membersihkan kulit yang sakit dari debris (pus, krusta, dan sebagainya) dan sisa-sisa obat topikal yang pernah dipakai. Di samping itu terjadi perlunakan dan pecahnya vesikel, bula, dan pustula. Hasil akhir pengobatan ialah keadaan yang membasah menjadi kering, permukaan menjadi bersih sehingga mikroorganisme tidak dapat tumbuh dan mulai terjadi proses epitelisasi. Pengobatan cairan berguna juga untuk menghilangkan gejala, misalnya rasa gatal, rasa terbakar, parestesi oleh bermacam-macam dermatosis.Harus diingat bahwa pengobatan dengan cairan dapat menyebabkan kulit menjadi terlalu kering. Jadi pengobatan cairan harus dipantau secara teliti, kalau keadaan sudah mulai kering pemakaiannya dikurangi dan kalau perlu dihentikan untuk diganti dengan bentuk pengobatan lainnya. Cara kompres lebih disukai daripada cara rendam dan mandi, karena pada kompres terdapat pendinginan dengan adanya penguapan, sedangkan pada rendam dan mandi terjadi proses maserasi. Dikenal 2 macam kompres, yaitu :a. Kompres terbukaDasarPenguapan cairan kompres disusul oleh absorbsi eksudat atau pus.Indikasi :1. Dermatosis madidans2. Infeksi kulit dengan eritema yang mencolok, misalnya erysipelas3. Ulkus kotor yang mengandung pus dan krustaEfek pada kulit :1. Kulit yang semula eksudatif menjadi kering2. Permukaan kulit menjadi dingin3. Vasokonstriksi4. Eritema berkurangCara :Digunakan kain kasa yang bersifat absorben dan non-iritasi serta tidak terlalu tebal (3 lapis). Balutan jangan terlalu ketat, tidak perlu steril, dan jangan menggunakan kapas karena lekat dan menghambat penguapan. Kasa dicelup ke dalam cairan kompres, diperas, lalu dibalutkan dan didiamkan, biasanya sehari dua kali selama 3 jam. Hendaknya jangan sampai terjadi maserasi. Bila kering dibasahkan lagi. Daerah yang dikompres luasnya 1/3 bagian tubuh agar tidak terjadi pendinginan. b. Kompres tertutupDasarVasodilatasi, bukan untuk penguapan.IndikasiKelainan yang dalam, misalnya limfogranuloma venerium.CaraDigunakan pembalut tebal dan ditutup dengan bahan impermiabel misalnya selofan atau plastik.BedakMerupakan sediaan topikal berbentuk padat terdiri dari talcum venetum dan oxydum zincicum dalam komposisi yang sama. Oxydum zincicum merupakan suatu bubuk halus berwarna putih bersifat hidrofob. Talcum venetum merupakan suatu magnesium polisilikat murni, sangat ringan. Dua bahan ini dipakai sebagai komponen bedak, bedak kocok dan pasta.Bedak yang dioleskan di atas kulit membuat lapisan tipis di kulit yang tidak melekat erat sehingga penetrasinya sedikit sekali.Efek bedak ialah : Mendinginkan Antiinflamasi ringan karena ada sedikit efek vasokonstriksi Anti-pruritus lemah Mengurangi pergeseran pada kulit yang berlipat Proteksi mekanisYang diharapkan dari bedak terutama ialah efek fisis. Biasanya bedak dicampur dengan seng oksida, sebab zat ini bersifat absorbsi air dan sebum, astringen, antiseptik lemah, dan anti-pruritus lemah.Indikasi 1. Dermatosis yang kering dan superfisial2. Mempertahankan vesikel atau bula agar tidak pecah misalnya pada varisela dan herpes zoster.KontraindikasiDermatitis yang basah terutama bila disertai dengan infeksi sekunder.

SalepSalep merupakan sediaan semisolid berbahandasar lemak ditujukan untuk kulit dan mukosa. Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam 4 kwlompok yaitu :a. Dasar Salep HidrokarbonDasar salep ini dikenal sebagai dasar salep berlemak seperti vaselin album (petrolatum), paraffin liquidum. Vaselin album adalah golongan lemak mineral diperoleh dari minyak bumi. Titik cair sekitar 10-50o C, mengikat 30%, tidak berbau, transparan, konsistensi lunak.Hanya sejumlah kecil komponen air dapat dicampurkan kedalamnya. Sifat dasar salep hidrokarbon sukar dicuci, tidak mongering dan tidak berubah dalam waktu lama. Salep ini ditujukan untuk memperpanjang kontak bahan obat dengan kulit dan bertindak sebagai penutup. Dasar salep hidrokarbon terutama digunakan sebagai bahan emolien. b. Dasar Salep SerapDasar salep serap dibagi dalam dua tipe, yaitu bentuk anhidrat (parafin hidrofilik dan lanolin anhidrat ) dan bentuk emulsi (lanolin dan cold cream) yang dapat bercampur dengan sejumlah larutan tambahan.Adeps Lanae ialah lemak murni dari lemak bulu domba, keras dan melekat, sehingga sukar dioleskan, mudah mengikat air. Aedes lanae hydrosue atau lanolin ialah adeps lanae dengan aqua 25-27%. Salep ini dapat dicuci namun kemungkinan bahan sediaan yang tersisa masih ada walaupun telah dicuci dengan air, sehingga tidak cocok untuk sediaan kosmetik. Dasar salep serap juga bermanfaat sebagai emolien.c. Dasar Salep yang dapat dicuci dengan airDasar salep ini adalah emulsi minyak dalam air misalnya salep hidrofilik. Dasar ini dinyatakan dapat dicuci dengan air karena mudah dicuci dari kulit, sehingga lebih dapat diterima untuk dasar kosmetik. Dasar salep ini tampilannya menyerupai krim karena fase terluarnya adalah air. Keuntungan lain dari dasar salep ini adalah dapat diencerkan dengan air dan mudahme nyerap cairan yang terjadi pada kelainan dermatologi.d. Dasar salep larut dalam airKelompok ini disebut juga dasar salep tak berlemak terdiri dari komponen cair. Dasar salep jenis ini memberikan banyak keuntungaan seperti halnya dasar salep yang dapat dicuci dengan air karena tidak mengandung bahan tak larut dalam air seperti paraffin, lanolin anhidrat. Contoh dasar salep ini adalah polietilenglikol. Pemilihan dasar salep untuk dipakai dalam formulasi salep bergantung pada beberapa faktor, seperti kecepatan pelepasan bahan obat dari dasar salep, absorbsi obat, kemampuan mempertahankan kelembapan kulit oleh dasar salep, waktu obat stabil dalam dasar salep, pengaruh obat terhadap dasar salep.Pada dasarnya tidak ada dasar salep yang ideal. Namun, dengan pertimbangan faktor diatas diharapkan dapat diperoleh bentuk sediaan paling baik. Indikasi1. Dermatosis yang kering dan kronik2. Dermatosis yang dalam dan kronik, karena daya penetrasi salep paling kuat jika dibandingkan dengan bahan dasar lainnya.3. Dermatosis yang bersisik dan berkrusta.

KontraindikasiDermatitis madidans. Jika kelainan kulit terdapat pada bagian yang berambut, penggunaan salep tidak dianjurkan karena menyebabkan perlekatan, dan salep jangan dipakai diseluruh tubuh.

KrimKrim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Formulasi krim ada dua, yaitu sebagai emulsi air dalam minyak (W/O), misalnya cold cream, dan minyak dalam air (O/W) misalnya vanishing cream. Selain itu dipakai emulgator, dan biasanya dipakai bahan pengawet misalnya paraben dan juga dicampur dengan parfum. Berbagai bahan aktif dapat dimasukan di dalam krim. Dalam praktik, umumnya apotik tidak bersedia membuat krim karena tidak tersedia emulgator dan pembuatannya lebih sulit dari salep. Jadi, jika hendak menulis resep krim dan dibubuhi bahan aktif, dapat dipakai krim yang sudah jadi, misalnya biocream. Krim ini bersifat ambifilik artinya berhasiat sebagai W/O atau O/W. Krim dipakai pada kelainan yang kering, superfisial. Krim memiliki kelebihan disbanding salep karena nyaman, dapat dipakai di daerah lipatan dan kulit berambut. Indikasi1. Indikasi Kosmetik2. Dermatosis yang subakut dan luas, yang dikehendaki ialah penetrasi yang lebih besar daripada bedak kocok3. Krim boleh digunakan di daerah yang berambut4. Krim dipakai pada lesi kering dan superfisial.KontraindikasiDermatitis madidans.

PastaPasta ialah campuran salep dan bedak, sehingga komponen pasta terdiri dari bahan untu salep, misalnya vaselin dan bahan bedak seperti talcum, oxydum zincicum. Pasta merupakan salep padat, kaku yang tidak meleleh pada suhu tubuh dan berfungsi sebagai lapisan pelindung pada bagian yang diolesi.Efek pasta lebih melekat dibandingkan salep, mempunyai daya penetrasi dan daya maserasi lebih rendah dari salep. Pasta bersifat protektif dan mengeringkan. Indikasi1. Dermatosis yang agak basah.2. Lesi akut dan superfisialKontraindikasiDermatosis yang eksudatif dan daerah yang berambut. Untuk daerah genital eksterna dan lipatan-lipatan badan pasta tidak dianjurkan karena terlalu melekat.

Bedak KocokBedak kocok adalah suatu campuran air yang didalamnya ditambahkan komponen bedak dengan bahan perekat seperti gliserin. Supaya bedak tidak terlalu kental dan tidak cepat menjadi kering, maka jumlah zat padat maksimal 40% dan jumlah gliserin 10-15%. Hal ini berate bila beberapa zat aktif padat ditambahkan maka persentase tersebut jangan dilampaui.Bedak kocok ini ditujukan agar zat aktif dapat diaplikasikan secara luas di atas permukaan kulit dan berkontak lebih lama dari pada bentuk sediaan bedak serta berpenetrasi kelapisan kulit.Indikasi1. Dermatosis yang kering, superfisial, dan agak luas, yang diingkan adalah sedikit penetrasi.2. Pada keadaan subakutKontraindikasi1. Dermatitis Madidans2. Daerah badan yang berambutKeuntungan penambahn zat pelarut pada bedak kocok seperti spritus dilitus, ialah memberikan efek pendingin karena akan menguap, dapat melarutkan bahan aktif yang tidak larut dalam air, tetapi larut dalam alcohol, misalnya mentholium dan camphora. Kedua zat tersebut bersifat antipruritik. Jika hendak menambahkan bahan padat berupa bubuk hendaknya diperhitungkan sehingga berat bahan padat tetap 40%. Misalnya, jika ditambahkan sulfur precipitatum 20gr, maka berat oxydum zincicum dan talcum harus dikurangi.

Pasta PendinginPasta pendingin disebut juga linimen merupakan campuran bedak, salep, dan cairan. Sediaan ini telah jarang digunakan karena efeknya sama seperti krim.Indikasi1. Dermatosis yang subakut.2. Dipakai pada lesi kulit yang keringKontraindikasiDermatosis Madidans.

Beberapa vehikulum yang merupakan pengembangan dari bentuk dasar monofase sediaan lain, yaitu gel, aerosol foam, cat, jelly, losion.

GelGel merupakan sediaan setengah padat yang terdiri dari suspense yang dibuat dari partikel organic dan anorganik. Gel dikelompokan kedalam gel fase tunggal dan fase ganda. Gel fase tunggal terdiri dari makromolekul organic yang tersebar dalam suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan molekul besar yang terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dari makromolekul sintetik (misalnya karbomer) atau dari gom alam (seperti tragakan). Karbomer membuat gel menjadi sangat jernih dan halus. Gel fase ganda yaitu gel yang terdiri dari jaringan partikel yang terpisah misalnya gel aluminium hidroksida. Gel ini merupakan suatu suspensi yang terdiri dari aluminium hidroksida yang tidak larut dan aluminium oksida hidrat. Sediaan ini berbentuk kental, berwarna putih, yang efektif untuk menetralkan asam klorida dalam lambung.Gel segera mencair jika berkontak dengan kulit dan membentuk satu lapisan. Absorbsi pada kulit lebih baik daripada krim. Gel juga baik dipakai pada lesi kulit yang berambut.Berdasarkan sifat dan komposisinya, sediaan gel memiliki keistimewaan :a) Mampu berpenetrasi lebih jauh dari krim.b) Sangat baik dipakai untuk area berambutc) Disukai secara kosmetika

JellyJelly merupakan dasar sediaan yang larut dalam air, terbuat dari getah alami seperti tragakan, pektin, alginate, borak gliserin.

LosionLosion merupakan sediaan yang terdiri dari komponen obat tidak dapat larut terdispersi dalam cairan dengan konsentrasi mencapai 20%. Komponen yang tidak tergabung ini menyebabkan dalam pemakaian losion dikocok terlebih dahulu. Pemakaian losion meninggalkan rasa dingin oleh karena evaporasi komponen air.Beberapa keistimewaan losion yaitu mudah diaplikasikan, tersebar rata, favorit pada anak. Contoh losion yang tersedia seperti losion calamin, losion steroid, losion faberi.

Foam aerosolAerosol merupakan sediaan yang dikemas di bawah tekanan, mengandung zat aktif yang dilepas pada saat sistem katup yang sesuai ditekan. Sediaan ini digunakan untuk pemakaian lokal pada kulit, hidung, mulut, dan paru. Komponen dasar aerosol adalah wadah, propelen, konsentrasi zat aktif, katup, dan penyemprot. Foam aerosol merupakan emulsi yang mengandung satu atau lebih zat aktif menggunakan propelen untuk mengeluarkan sediaan obat dari wadah. Foam aerosol merupakan sediaan baru obat topikal. Foam dapat berisi zat aktif dalam formulasi emulsi dan surfaktan serta pelarut. Sediaan foam yang pernah dilaporkan antara lain ketokonazol foam dan betametason foam.Keistimewaan foam :1. Foam saat diaplikasikan cepat mengalami evaporasi, sehingga zat aktif tersisa cepat berpenetrasi.2. Sediaan foam memberikan efek iritasi minimal

CatPada dasarnya cat merupakan bentuk lain solusio yang berisi komponen air dan alkohol. Penggabungan komponen alkohol dan air menjadikan sediaan ini mampu bertahan lama. Sediaan baru pernah dilaporkan berupa solusio ciclopirox 8% sebagai cat kuku untuk terapi onikomikosis.

MEKANISME KERJAFarmakokinetik UmumFarmakokinetik sediaan topikal secara umum menggambarkan perjalanan bahan aktif dalam konsentrasi tertentu yang diaplikasikan pada kulit dan kemudian diserap ke lapisan kulit, selanjutnya didistribusikan secara sistemik. Mekanisme ini penting dipahami untuk membantu memilih sediaan topikal yang akan digunakan dalam terapi. Secara umum perjalanan sediaan topikal setelah diaplikasikan melewati tiga kompartemen yaitu : permukaan kulit, stratum korneum, dan jaringan sehat. Stratum korneum dapat berperan sebagai reservoir bagi vehikulum tempat sejumlah unsur pada obat masih berkontak dalam permukaan kulit namun belum berpenetrasi tetapi tidak dapat dihilangkan dengan cara digosok atau terhapus oleh pakaian.Unsur vehikulum sediaan topikal dapat mengalami evaporasi, selanjutnya zat aktif berikatan pada lapisan yang dilewati seperti pada epidermis dan dermis. Pada kondisi tertentu sediaan obat dapat membawa bahan aktif menembus hipodermis. Sementara itu, zat aktif pada sediaan topikal akan diserap oleh vascular kulit pada dermis dan hypodermis. Saat sediaan topikal diaplikasikan pada kulit, terjadi tiga interaksi :1. Solute vehicle interaction : interaksi bahan aktif terlarut dalam vehikulum. Idealnya zat aktif terlarut dalam vehikulum tetap stabil dan mudah dilepaskan. Interaksi ini telah ada dalam sediaan.2. Vehicle skin interaction : merupakan interaksi vehikulum dengan kulit. Saat awal aplikasi fungsi reservoir kulit terhadap vehikulum.3. Solute skin interaction : interaksi bahan aktif terlarut dengan kulit.

Mekanisme kerja sediaan topikalBeberapa perbadaan mekanisme kerja disebabkan komponen sediaan yang larut dalam lemak dan larut dalam air.1. CairanPada saat diaplikasikan di permukaan kulit, efek dominan cairan akan berperan melunakkan karena difusi cairan tersebut ke masa asing yang terdapat di atas permukaan kulit; sebagian kecil akan mengalami evaporasi.Dibandingkan dengan solusio, penetrasi tingtura jauh lebih kuat. Namun sediaan tingtura telah jarang dipakai karena efeknya mengiritasi kulit. Bentuk sediaan yang pernah ada antara lain : tingtura iodi dan tingtura spiritosa.2. BedakOxydium zincicum sebagai komponen bedak berkerja menyerap air, sehingga memberi efek mendinginkan. Komponen talcum mempunyai daya lekat dan daya slip yang cukup besar. Bedak tidak dapat berpenetrasi ke lapisan kulit karena komposisinya yang terdiri dari partikel padat, sehingga digunakan sebagai penutup permukaan kulit, mencegah, dan mengurangi pergeseran pada daerah intertriginosa.3. SalepSalep dengan bahan dasar hidrokarbon seperti vaselin, berada lama di atas permukaan kulit dan kemudian berpenetrasi. Oleh karena itu salep berbahan dasar hidrokarbon digunakan sebagai penutup.Salep berbahan dasar salep serap (salep absorbsi) kerjanya terutama untuk mempercepat penetrasi karena komponen airnya yang besar.Dasar salep yang dapat dicuci dengan air dan dasar salep larut dalam air mampu berpenetrasi jauh ke hypodermis sehingga banyak dipakai pada kondisi yang memerlukan penetrasi yang dalam.4. KrimPenetrasi krim jenis W/O jauh lebih kuat dibandingkan dengan O/W karena komponen minyak menjadikan bentuk sediaan bertahan lama di atas permukaan kulit dan mampu menembus lapisan kulit lebih jauh. Naum krim W/O kurang disukai secara kosmetik karena komponen minyak yang lama tertinggal di atas permukaan kulit. Krim O/W memiliki daya pendingin lebih baik dari krim W/O, sementara daya emolien W/O lebih besar dari O/W.5. PastaSediaan berbentuk pasta berpenetrasi ke lapisan kulit. Bentuk sediaan ini lebih dominan sebagai pelindung karena sifatnya yang tidak meleleh pada suhu tubuh. Pasta berlemak saat diaplikasikan di atas lesi mampu menyerap lesi yang basah seperti serum. 6. Bedak KocokMekanisme kerja bedak kocok ini lebih utama pada permukaan kulit. Penambahan komponen cairan dan gliserin bertujuan agar komponen bedak melekat lama di atas permukaan kulit dan efek zat aktif dapat maksimal.7. Pasta PendinginSedikit berbeda dengan pasta, penambahan komponen cairan membuat sediaan ini lebih mudah berpenetrasi ke dalam lapisan kulit, namun bentuknya yang lengket menjadikan sediaan ini tidak nyaman digunakan dan telah jarang dipakai.8. GelPenetrasi gel mampu menembus lapisan hypodermis sehingga banyak digunakan pada kondisi yang memerlukan penetrasi seperti sediaan gel analgesik. Rute difusi jalur transfolikuler gel juga baik, disebabkan kemampuan gel membentuk lapisan absorbsi.

KESIMPULAN

1. Sediaan topikal terdiri atas zat pembawa dan zat aktif.2. Vehikulum (bahan dasar/pembawa) adalah bagian inaktif dari sediaan topikal, dapat berbentuk cair atau padat yang membawa bahan aktif berkontak dengan kulit.3. Idealnya suatu zat pembawa mudah dioleskan, mudah dibersihkan, tidak mengiritasi, menyenangkan secara kosmetik, dan zat aktif dalam pembawa mudah dilepaskan.4. Terdapat berbagai sediaan topikal seperti : cairan, bedak, salep, krim, bedak kocok, pasta, dan pasta pendingin.5. Beberapa sediaan baru obat topikal : foam aerosol, cat, dan gel.6. Pada kulit tidak berambut, secara umum dapat dipakai sediaan salep, krim, emulsi. Krim dipakai pada lesi kulit yang kering dan superfisial. Salep dipakai pada lesi yang tebal.7. Pada daerah berambut, losion dan gel merupakan pilihan yang cocok.8. Pada lipatan kulit, formulasi bersifat oklusif seperti salep, emulsi W/O dapat menyebabkan maserasi sehingga harus dihindari.9. Sediaan cairan dipakai untuk kompres pada lesi basah, mengandung pus, dan berkrusta.

DAFTAR PUSTAKA

Hamzah M. Dermatoterapi. IN: Hamzah M, Aishah S, Eds. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-5. Jakarta:FKUI, 2007:342-52.Wyatt EL, Sutter SH, Drake LA. Dermatological Pharmacology. In: Hardman JG, Limbird IE, EDS. Goodman and Gillmans the pharmacological basis of therapeutic. 10th ed. New York : McGraw Hill, 2001:1795-814.Djuanda A. Pengobatan Topikal Dalam Bidang Dermatologi. Yayasan Penerbitan IDI. Jakarta, 1994.Milani M, Mofetta SAD, Gramazio R, Fiorella C, Frisario C, Fuzio E, Marzocca V, Zurili M, Turi GD, Felice G. Efficacy of betamethasone valerat 0,1% thermophobic foam in seborrhoeic dermatitis of the scalp: An open label, multicentre, prospective trial on 180 patients. Curr Med Res Opin 2003;19:342-5.Sharma S. Topikal Drug Delivery System: A review. Pharmaceut. Rev. 2008; 6:1-29.