Referat Transfusi Darah
-
Upload
aldilazuardi -
Category
Documents
-
view
44 -
download
6
description
Transcript of Referat Transfusi Darah
Oleh : Aldi Fauzan Lazuardi1102009019
adalah pemberian darah atau komponen darah dari satu individu (donor) ke individu yang lain (resipien) (Haroen, 2009).
dapat menjadi penyelamat nyawa atau bisa berbahaya dengan berbagai komplikasi yang dapat terjadi
Jadi tranfusi darah hendaknya dilakukan sesuai indikasi yang
jelas dan tepat sehingga diperoleh manfaat yang jauh lebih besar dibandingkan resikonya.
Dapat dibedakan menjadi 2 kelompok berdasarkan sumber darah / komponen darah, yaitu:
Berdasarkan tujuan tersebut diatas saat ini transfusi darah cenderung untuk menggunakan komponen darah yang disesuaikan dengan kebutuhan penderita (Boediwarsono, 2007).
Dibagi menjadi 2: -AHTR (acute hemolityc Transfusion Reaction) Terjadi detruksi
eritrosit yang sangat cepat (< 24 jam) -DHTR (delayed hemolityc Transfusion Reaction) gejala timbul 3-
21 hari setelah transfusi (demam, Hematokrti menurun, bilirubin naik)
Penyebab kesalahan dalam identifikasi sampel darah resipien atau dalam pencocokan sampel darah resipien dan donor (crossmatch).
Insidensi Sering terjadi pada saat transfusi whole blood (WB) atau packed red cell (PRC). Angka kejadian diperkirakan 1 : 250 000 - 600 000
Proses hemolitik dibantu oleh reaksi komplemen sampai terbentuknya C5b6789 (membrane attack complex). Ikatan antigen-antibodi mengaktifasi reseptor Fc dari sel sitotoksik / sel K yg menghasilkan perforin mengakibatkan lisis dari eritrosit
Manajemen : -Curiga terjadi reaksi hemolitik hentikan transfusi segera lakukan hidrasi dg larutan salin normal (3000 ml/m2/hari)-Pantau TTV-Antihistamin (difenhidramin) dan kortikosteroid (prednisolon) untuk mengatasi gejala-Jika ada tanda DIC / perdarahan akut siap transfusi FFP, kriopresipitat/ trombosit-Darah harus di cek ulang dg slip darah dan identitas pasien
Reaksi Anafilaksis jarang terjadi (kurang lebih 1 dari 150,000 transfusi). Reaksi ini berat dan terjadi setelah hanya beberapa mililiter darah ditranfusi
Karena adanya defisiensi anti-IgA yang menerima tranfusi darah yang berisi IgA.
Prevalensi defisiensi IgA diperkirakan 1:600-800 pada populasi yang umum.
Reaksi ini diatasi dengan pemberian epinefrin, cairan, kortikosteroid, H1, dan H2 bloker. Pasien dengan defisiensi IgA perlu menerima Washed Packed Red Cells, deglycerolized frozen red cells, atau IgA-Free blood Unit.
Manajemen: hentikan transfusi sampai gejala menghilang selama 30 menit. Untuk menghilangkan gejala berikan antihistamin, misalnya chlorpheniramine 10 mg. Berikan chlorpheniramine sebelum transfusi berikutnya dilakukan.
Tandanya meliputi hipotensi, bronkospasme, periorbital dan laryngeal edema, mual & muntah, erythema, urtikaria, konjunctivitis, dyspnoea, nyeri dada, dan nyeri abdomen.
Terjadi pada 0,5-3% pasien yang diberikan transfusi, umunya yang sudah dengan multiple transfuse.
Gambaran khas menggigil lalu diikuti panas tanpa adanya hemolisis
Terjadi umumnya dalam beberapa jam setetalah transfusi. Sensitisasi leukosit atau platelet secara khas manifestasinya adalah reaksi febris.
Reaksi Urtikaria ditandai oleh eritema, penyakit gatal bintik merah dan bengkak, dan menimbulkan rasa gatal tanpa demam.
Pada umumnya ( 1% tentang transfusi) dan dipikirkan berkaitan dengan sensitisasi pasien terhadap transfusi protein plasma. Reaksi urtikaria dapat diatasi dengan obat antihistamin ( H, dan mungkin H2 blockers) dan steroid.
Sindrom acute lung injury (Transfusion-Related Acute Lung Injury [TRALI]) merupakan komplikasi yang jarang terjadi(<1:10,000).
Ini berkaitan dengan transfusi antileukositik atau anti-HLA antibodi yang saling berhubungan dan menyebabkan sel darah putih pasien teragregasi di sirkulasi pulmoner. Perawatan Awal TRALI adalah sama dengan Acute Respiratory distress syndrome (ARDS), tetapi dapat sembuh dalam 12-48 jam dengan terapi suportif .
Manajemen: atasi distres pernapasan dengan ventilator, dan berikan steroid.
Transfusi eritrosit atau plasma dapat menyebabkan kelebihan cairan di dalam sirkulasi
Pada anemia berat terjadi ekspansi volume sehingga volume cairan tetap normal, maka pada anemia dg gagal jantung, transfusi harus hati-hati edema paru
Pada orang tua transfusi diberikan dg ritme 2 ml darah/kgBB/jam
Infeksi Virus : Hepatitis A-B-C
90% tentang kasus ini hepatitis C virus, 10-20% berkembang menjadi cirrhosis
HIV Cytomegalovirus• Infeksi Bakteri• Infeksi Parasit malaria, chaga’s disease, toxoplasmosis
Transfusi Autologus Darah dikumpulkan 4-5 minggu sblm operasi. Syarat : Hematokrit sekitar 34% / Hb sekitar 11 gr/dl
Intraoperative Cell Salvagebiasanya dilakukan pada bedah jantung, vaskular, dan bedah tulang. Darah di aspirasi intraoperative bersamaan dg antikoagulan tampung di reservoir SDM dikonsentrasikan dan dicuci ditransfusikan lagi.Indikasi u/ kehilangan darah > 1000-1500 mlKI : pencemarah dr luka yg kotor dan tumor malignansi
Agen untuk menurunkan kehilangan darah :Asam traneksamat untuk pasien trauma dg perdatahan, mencetuskan kaskade pmbekuan. Baik bila diberikan 1 jam post trauma
Agen untuk meningkatkan Produksi darah:Eritropoietin pengobatan anemia karena penyakit kronis
Pemberian Fe
Tujuan resusitasi pasien syok mengembalikan perfusi dan transport oksigen yg adekuat.
Terapi piliham utama cairan kristaloid perbandingan 3:1 u/ setiap unit kehilangan SDM
Kristaloid lebih sering digunakan dr pada harus transfusi komponen darah murah, tidak perlu crossmatch, tidak menularkan penyakit
Dipertimbangkan untuk transfusi bila dg terapi cairan tidak adekuat
Indikasi paling umum untuk transfusi darah pada pasien yang menjalani pembedahan adalah pemulihan volume darah sirkulasi.
Kehilangan darah sampai sekitar 20% EBV (EBV = Estimated Blood Volume = taksiran volume darah) menimbulkan gejala hipotensi, takikardi dan penurunan tekanan vena sentral. Kompensasi tubuh ini akan menurun pada seseorang yang akan mengalami pembiusan (anestesi) gejala-gejala tersebut seringkali tidak begitu tampak karena depresi komponen vasoaktif.
Sebagai patokan kasar dalam pemberian transfusi darah: 1 unit sel darah merah (PRC = Packed Red Cell) dapat menaikkan
kadar hemoglobin sebesar 1gr% dan hematokrit 2-3% pada dewasa. Transfusi 10 cc/kgBB sel darah merah dapat menaikkan kadar
hemoglobin 3gr%, monitor organ-organ vital dan diuresis, berikan cairan secukupnya sehingga diuresis 1 ml/kgBB/jam.
Walaupun volume cairan intravaskuler dapat dipertahankan dengan larutan kristaloid, pemberian transfusi darah tetap harus menjadi bahan pertimbangan berdasarkan:
Keadaan umum penderita ( kadar Hb dan hematokrit) sebelum pembedahan
Jumlah/penaksiran perdarahan yang terjadi. Sumber perdarahan yang telah teratasi atau belum. Keadaan hemodinamik (tensi dan nadi) Jumlah cairan kristaloid dan koloid yang telah diberikan Kalau mungkin hasil serial pemeriksaan kadar hemoglobin
dan hematokrit. Usia penderita
Transfusi masif : penggantian sejumlah darah yang hilang atau lebih banyak dari total volume darah pasien dalam waktu <24 jam (dewasa: 70 ml/kg, anak/bayi: 80-90 ml/kg).
Morbiditas dan mortalitas cenderung meningkat bukan disebabkan oleh banyaknya volume darah yang ditransfusikan, tetapi karena trauma awal, kerusakan jaringan dan organ akibat perdarahan dan hipovolemia.
.
TERIMA KASIH