REFERAT THT.docx

16
Kata Pengantar Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul “Trakeostomi”. Referat ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan kepaniteraan di bagian ilmu kedokteran Telinga, Hidung, dan Tenggorokan (THT) Rumah Sakit Marinir Cilandak periode _____ Penulis berterima kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu menyusun referat ini, yaitu : 1. Dr. Christian Harry, Sp THT, selaku dosen utama pembimbing penulisan referat ini. 2. Rekan-rekan dokter muda, serta pihak yang telah membantu dalam penulisan referat ini. Penulis berharap tulisan ini dapat memberikan kontribusi pembelajaran terhadap cara melakukan analisis kritis terhadap jurnal – jurnal yang ada, sehingga kedepannya dapat diterapkan analisis kritis yang tepat terhadap suatu jurnal yang membantu pengambilan keputusan berdasarkan evidence – based. Penulisjuga menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan – kesalahan di dalamnya. Penulis sangatmengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki kekurangan referat ini di kemudian hari. Jakarta, _____

Transcript of REFERAT THT.docx

Page 1: REFERAT THT.docx

Kata Pengantar

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul “Trakeostomi”. Referat ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan kepaniteraan di bagian ilmu kedokteran Telinga, Hidung, dan Tenggorokan (THT) Rumah Sakit Marinir Cilandak periode _____

Penulis berterima kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu menyusun referat ini, yaitu :

1. Dr. Christian Harry, Sp THT, selaku dosen utama pembimbing penulisan referat ini.2. Rekan-rekan dokter muda, serta pihak yang telah membantu dalam penulisan referat

ini.

Penulis berharap tulisan ini dapat memberikan kontribusi pembelajaran terhadap cara melakukan analisis kritis terhadap jurnal – jurnal yang ada, sehingga kedepannya dapat diterapkan analisis kritis yang tepat terhadap suatu jurnal yang membantu pengambilan keputusan berdasarkan evidence – based.

Penulisjuga menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan – kesalahan di dalamnya.

Penulis sangatmengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki kekurangan referat ini di kemudian hari.

Jakarta, _____

Penulis

Page 2: REFERAT THT.docx

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Trakeostomi adalah suatu prosedur meliputi pembuatan lubang permanen atausementara melalui tindakan bedah ke dalam trakea pada cincin trakea kedua, ketiga,atau keempat dan pemasangan selang indwelling  untuk memungkinkan ventilasi dan pembuangan sekresi. Indikasi trakeostomi meliputi edema trakea karena trauma ataurespons alergi, obstruksi jalan nafas mekanis, ketidakmampuan untuk membersihkansekresi trakeabronkial, pencegahan aspirasi pada klien tak sadar yang memerlukanventilasi mekanis jangka panjang, apnea tidur, perdarahan jalan nafas atas, fraktur  laring atau trakeal, dan luka bakar jalan nafas (Black, 1993).

B. Tujuan

Referat ini dibuat untuk beberapa tujuan, antara lain :

1. Mengetahui dan memahami anatomi dan fisiologi trakea.2. Mengetahui dan memahami definisi trakeostomi.3. Mengetahui dan memahami indikasi dan kontraindikasi prosedur trakeostomi.4. Mengetahui dan memahami klasifikasi dan jenis trakeostomi.5. Menge t ahu i   dan  memahami  kompl ika s i   yang   t imbu l   pada  

k l i en  dengan trakeostomi.6. Mengetahui dan memahami WOC trakeostomi.7. M e n g e t a h u i   d a n   m e m a h a m i   i n d i k a s i

d a n   k o n t r a i n d i k a s i   p e l e p a s a n trakeostomi.

Page 3: REFERAT THT.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI TRAKEA

Trakea (Gambar 1) merupakan organ sistem pernafasan bagian bawah yang terletak di bawah larink, bentuknya menyerupai pipa yang tersusun memanjang ke bawah dan berbatasan dengan percabangan bronkus. Pada manusia, panjang trakea mencapai 4 inchi (10-12 cm) dengan ukuran diameter ±2 cm.Dinding trakea tersusun atas tulang rawan yang menyerupai huruf C (C-shape), terdiri dari 16-20 cincin tulang rawan. Bagian belakang dari tulang rawan berbatasan dengan esofagus yang dihubungkan oleh serabut otot polos trakea (Marieb dan Hoehn, 2007).

Trakea bersifat fleksibel, sehingga mampu mengalami kontraksi dan kembali mengalami relaksasi ke ukuran semula.  Kontraksi otot polos trakea akan mengurangi ukuran diameter rongga trakea, dan pada keadaan ini dibutuhkan tenaga yang cukup besar untuk mengeluarkan udara dari paru-paru. Tulang rawan berfungsi mencegah terjadinya penyumbatan dan menjamin keberlangsungan jalannya udara, walaupun terjadi perubahan tekanan selama pernafasan. Trakea berfungsi sebagai tempat perlintasan udara setelah melewati saluran pernafasan bagian atas yang membawa udara bersih, hangat dan lembab (Marieb dan Hoehn, 2007).

 Permukaan trakea dilapisi oleh epitel respirasi. Terdapat kelenjar serosa pada lamina propria dan tulang rawan hialin berbentuk C (tapal kuda), yang mana ujung bebasnya berada di bagian posterior trakea. Cairan mukosa yang dihasilkan oleh sel goblet dan sel kelenjar membentuk lapisan yang memungkinkan pergerakan silia untuk mendorong partikel asing. Sedangkan tulang rawan hialin berfungsi untuk menjaga lumen trakea tetap terbuka. Pada ujung terbuka (ujung bebas) tulang rawan hialin yang berbentuk tapal kuda tersebut terdapat ligamentum fibroelastis dan berkas otot polos yang memungkinkan pengaturan lumen dan mencegah distensi berlebihan.

Page 4: REFERAT THT.docx

epitel trakea dipotong memanjang

epitel trakea, khas berupa adanya tulang rawan hialin yang berbentuk tapal kuda ("c-shaped")

Page 5: REFERAT THT.docx

BAB III

A. DEFINISI TRAKEOSTOMI

Trakeostomi adalah tindakan membuat stoma atau lubang agar udara dapat masuk ke paru-paru dengan memintas jalan nafas bagian atas (Adams, 1997).

Trakeostomi adalah suatu tindakan dengan membuka dinding depan/anterior trakea untuk mempertahankan jalan nafas agar udara dapat masuk ke paru-paru dan memintas jalan nafas bagian atas. (Hadikawarta, Rusmarjono,Soepardi, 2004).

Trakeostomi merupakan suatu teknik yang digunakan untuk mengatasi pasien dengan ventilasi yang tidak adekuat dan obstruksi jalan pernafasan bagian atas. Insisi yang dilakukan pada trakea disebut dengan trakeotomi, sedangkan tindakan yang membuat stroma selanjutnya diikuti dengan pemasangan kanul trakea agar udara dapat masuk ke dalam paru-paru dengan menggunakan jalan pintas jalan nafas bagian atas disebut dengan trakeotomi (Robert, 1997).

Istilah trakeotomi dan trakeostomi dengan maksud membuat hubungan antara leher bagian anterior dengan lumen trakea, sering saling tertukar. Definisi yang tepat untuk trakeotomi ialah membuat insisi pada trakea, sedang trakeostomi ialah membuat stroma pada trakea.

Dapat disimpulkan, trakeostomi adalah tindakan operasi membuat jalan udara melalui leher dengan membuat stroma atau lubang di dinding depan/anterior trakea cincin katrilago trakea ketiga dan keempat, dilanjutkan dengan membuat stroma, diikuti pemasangan kanul. Bertujuan mempertahankan jalan nafas agar udara dapat masuk ke paru-paru dan memintas jalan nafas bagian atas saat pasien mengalami ventilasi yang tidak adekuat dan gangguan lalulintas udara pernafasan karena obstruksi jalan nafas bagian atas.

Page 6: REFERAT THT.docx

B. FUNGSI TRAKEOSTOMI

1. Mengurang i   t ahanan   a l i r an  uda ra  pe rna fa san  yang   s e l an ju tnya  mengurang i kekuatan yang diperlukan untuk memindahkan udara sehingga mengakibatkan peningkatan regangan total dan ventilasi alveolus yang lebih efektif. Asal lubangtrakheostomi cukup besar (paling sedikit pipa 7)

2. Proteksi terhadap aspirasi

3. Memungkinkan pasien menelan tanpa reflek apnea, yang sangat penting pada pasien dengan gangguan pernafasan

4. Memungkinkan jalan masuk langsung ke trachea untuk pembersihan

5. Memungkinkan pemberian obat-obatan dan humidifikasi ke traktus respiratorius

6. Mengurangi kekuatan batuk sehingga mencegah pemindahan secret ke perifer o l eh t ekanan nega t i ve i n t r a to r aks yang t i ngg i pada f a se i n sp i r a s i ba tuk yang normal.

C. INDIKASI TRAKEOSTOMI

1. Obstruksi mekanis saluran nafas atas.Pasien yang mengalami obstruksi dan atau pun penyumbatan jalan nafas dan

mengalami kegagalan dalam pemakaian intubasi endotrakeal. Antara lain akibat ;

No Penyebab Contoh

1 Kongenital/bawaan Stenosis subglotis atau trakea bagian atas Anomali trakeoesofagus Hemangioma pada dagu, rahang, atau leher

2 Infeksi Epiglotitis akut Angina Ludwig (radang berat disertai dengan

supurasi di daerah bawah mulut) Laryngotracheobronchitis

3 Keganasan Tumor laring, laring, lidah, atau trakea atas tingkat lanjut dengan stridor.

4 Trauma Di maksilofasial Luka tembak atau tusuk di leher Menghirup asap Menelan cairan korosif

Page 7: REFERAT THT.docx

5 Kelumpuhan pita suara Operasi esofagus Operasi jantung, cerebral bulbar Postoperasi kompolikasi tiroidektomi

6 Benda asing Terhirup objek di saluran nafas bagian atas yang menyebabkan stridor

Adanya benda asing di subglotis

Obstruksi Jalan Nafas (Bradley, 1997)

2. Perlindungan Trakeobronkial Tree dari Aspirasi.Dalam kondisi kronis dimana adanya ketidak mampuan laring atau faring dapat

memungkinakan aspirasi dan menghirup air liur atau isi lambung, trakeostomi harus dilakukan. Kondisi itu dialami karena ;

No Penyebab Contoh1 Penyakit Neurologis Polyneuritis

Tetanus Multiple sclerosis Myasthenia Gravis

2 Koma Cedera kepala Overdosis Keracunan Tumor otak Stroke

3 Trauma Patah tulang wajah yang parah dapat menyebabkan aspirasi darah dari saluran nafas atas.

Page 8: REFERAT THT.docx

3. Gagal Nafas

No Penyebab Contoh1 Kerusakan paru Menyebabkan kapasitas vitalnya berkurang ndan trakeostomi

mengurangi dead air space (ruang rugi) di saluran nafas seperti rongga mulut, sekitar lidah dan faring.

2 Penyakit paru Emfisema Bronkitis kronis Asma berat Pneumonia berat

3 Penyakit neurologis Multiple sclerosis4 Luka dada Dapat menyebabkan pneumotoraks yang menyebabkan gagal

nafas

4. Retensi Sekresi Bronkial

No Penyebab Contoh1 Penyakit paru Infeksi saluran nafas akut2 Penurunan kesadaran3 Trauma di otot toraks

D. KONTRAINDIKASI TAKEOSTOMI1. Antisipasi adanya penyumbatan karena karsinoma (sejenis kanker).2. Infeksi pada tempat pemasangan.3. Gangguan pembekuan darah yang tidak terkontrol, contoh ; Hemofili.

E. KLASIFIKASI TRAKEOSTOMI

Menurut lama penggunaannya, trakeostomi dibagi menjadi penggunaan permanen dan penggunaan sementara, sedangkan menurut letak insisinya, trakeostomi di bedakan letak yang tinggi dan letak yang rendah dan batas letak ini adalah cincin trakea ke tiga. Jika dibagi menurut waktu dilakukan tindakan, maka trakeostomi dibagi kepada trakeostomi darurat dengan persiapan sarana sangat kurang dan trakeostomi elektif (persiapan sarana cukup) yang dilakukan secara baik (Soetjipto, Mangunkusomu,2001).

1. Lama pemasangan Permanen (Tracheal Stoma Post Laryngectomy)

- Tracheal cartilage diarahkan kepermukaan kulit, dilekatkan pada leher. Rigiditas cartilage mempertahankan stoma tetap terbuka sehingga tidak diperlukan tracheostomy tube (canule).

Sementara (Tracheal Stoma without Laryngectomy)

Page 9: REFERAT THT.docx

- Trachea dan jalan nafas bagian atas masih intak tetapi terdapat obstruksi. Digunakan tracheostomi tube (canule) terbuat dari metal atau Non metal (terutama pada penderita yang sedang mendapat radiasi dan selama pelaksanaan MRI Scanning.

2. Letak Insisi Insisi vertikal Dilakukan dalam keadaan darurat. Insisi horizontal Dilakukan pada keadaan elektif.

3. Waktu Dilakukan Tindakan Darurat

- Tipe ini hanya bersifat sementara dan dilakukan di Unit Gawat Darurat. Dilakukan pembuatan lubang diantara cincin trakea satu dan dua atau dua dan tiga. Karena lubang dibuat lebih kecil, maka penyembuhan lukanya juga lebih cepat dan tidak meninggalkan scar. Selain itu, kejadian timbulnya infeksi juga lebih kecil. Menbggunakan teknik insisi vertikal.

Non Darurat- Tipe ini dapat bersifat sementara dan permanen. Dilakukan di

ruangan operasi. Insisi dibuat diantara cincin trakea kedua dan ketiga sepanjang 4-5 cm. Menggunakan insisi horizontal.

4. Penatalaksanaan Trakeostomia) Jenis tindakan Darurat (Percutaneous Tracheostomy)

- Tipe ini hanya bersifat sementara dan dilakukan di Unit Gawat Darurat. Dilakukan pembuatan lubang diantara cincin trakea satu dan dua atau dua dan tiga. Karena lubang dibuat lebih kecil, maka penyembuhan lukanya juga lebih cepat dan tidak meninggalkan scar. Selain itu, kejadian timbulnya infeksi juga lebih kecil. Menbggunakan teknik insisi vertikal.

Non Darurat (Surgical Tracheostomy)- Tipe ini dapat bersifat sementara dan permanen. Dilakukan di

ruangan operasi. Insisi dibuat diantara cincin trakea kedua dan ketiga sepanjang 4-5 cm. Selain itu, terdapat Mini traceostomy , yaitu pada tipe ini dilakukan insisi pada pertengahan membran krikotiroid dan trakeostomi mini ini dimasukan dengan kawat dan dilator (Bradley, 1997)

b) Persiapan Alat1. Alat-alat ;

a. Spuit yang berisi analgesiab. Pisau bedahc. Pinset anatomi

Page 10: REFERAT THT.docx

d. Gunting panjang tumpule. Sepasang pengait tumpulf. Benang bedahg. Klem arteri, gunting kecil yang tajamh. Kanul trakea dengan ukuran yang sesuai

2. Jenis pipaa. Cuffed Tubes : selang dilengkapi dengan balon yang dapat diatur

sehingga memperkecil timbulnya resiko aspirasi

b. Uncuffed Tubes : digunakap pada pasien yang tidak memiliki resiko aspirasi

3. Silver Negus Tubes : terdiri dari dua bagian pipa yang digunakan untuk trakeostomi jangka panjang. Tidak terlalu sering dibersihkan dan penderita dapat merawat dirisendiri.

Page 11: REFERAT THT.docx

4. Fenestrated Tubes : mempunyai bagian yang terbuka di sebelah posteriornyasehingga penderita masih merasa bernafas melalui hidungnya. Selain itu, penderita masih dapat berbicara (Kenneth, 2004)

BAB IV

Page 12: REFERAT THT.docx

PENUTUP

Kesimpulan

Trakeostomi ialah tindakan tindakan operatif untuk membuat jalan udara melalui leher dengan membuat stoma atau lubang di dinding depan/anterior trakea cincin kartilago ketiga dan keempat, dilanjutkan dengan membuat stoma, diikuti pemasangan kanul. Bertujuan untuk mempertahankan jalan nafas bagian atas saat pasien mangalami ventuilasi yang tidak adekuat dan gangguan lalu lintas udara pernafasan karena obstruksi jalan nafas bagian atas.

Menurut lama penggunaannya, trakeostomi dibagi menjadi penggunaan permanen dan 0penggunaan sementara, sedangkan menurut letak insisinya, trakeostomi dibedakan letak yang tinggi dan letak yang rendah dan batas letak ini adalah cincin trakea ke tiga. Jika dibagi menurut waktu dilakukannya tindakan, maka trakeostomi dibagi kepada trakeostomi darurat dengan persiapan sarana sangat kurang dan trakeostomi elektif (persiapan sarana cukup) yang dapat dilakukan secara baik (Soetjipto, Mangunkusomu, 2001).

DAFTAR PUSTAKA

1. Bryce, P.J., Mathias, C.B., Harrison, K.L., Watanabe, T., Geha, R.S. and Oettgen, H.C., 2006, The H1 Histamine Receptor Regulates Allergic Lung Responses, J. Clin. Invest, 116(6) : 1624-1632

2. Johnson, M., 1998, The Beta-adrenoceptor, Am. J. Respir. Crit. Care Med, 158(5 Pt 3) : 146-153

3. Marieb, E.N. and Hoehn, K., 2007, Human Anatomy & Physiology, 7thed., Benjamin-Cummings Publishing Company, San Francisco

4. Roffel, A.F., Davids, J.H., Elzinga, C.R., Wolf, D., Zaagsma, J. and Kilbinger, H., 1997, Characterization of the Muscarinic Receptor Subtype(s) Mediating Contraction of the Guinea-pig Lung Strip and Inhibition of Acetylcholine Release in the Guinea-pig Trachea with the Selective Muscarinic Receptor Antagonist Tripitramine, Br. J. Pharmacol, 122(1) : 133-141

5. Bry an t ,  LR . ,  T r i nk l e ,   J . ,  Dub l i e r  L . (197 1 )  Rea pp ra i s a l   o f   t r a chea l  i n ju ry   f rom  cu f f ed tracheostomy tubes. Journal of the American Medical Association 215:4

6. C la ud i a  Rus se l l . ,&Bas i l  Ma t t a .   ( 20 04 ) .  T rache os tomy ,  A  Mul t i p ro f e s iona l  Handbook . London San Fransisco:GMM.

7. Davis, FA. Understanding The Respiratory System. 2007