REFERAT THT

29
BAB I PENDAHULUAN Pendengaran, seperti halnya indera somatik lain, merupakan indera mekanoreseptor karena telinga memberikan respon terhadap getaran mekanik gelombang suara yang terdapat di udara. Reseptor untuk dua modalitas sensorik, pendengaran dan keseimbangan, berada di telinga. Telinga sendiri secara anatomi terbagi menjadi : telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam. Telinga tengah seperti halnya bagian telinga lainnya sangat penting dalam proses pendengaran. Telinga tengah terbagi lagi menjadi : membran tympani, ossicula auditivae, cavum tympani, tuba auditivia eustachii, otot-otot, ligamenti dan chorda tympani, plica, mastoideus dengan cellulae dan antrum. Cavum tympani kemudian terbagi lagi menjadi resessus epitympanum (attic), mesotympanum (atrium), resessus hypotympanum. Telinga luar mengumpulkan gelombang bunyi ke meatus auditorius eksternus. Dari meatus, canalis auditorius eksternus berjalan ke dalam menuju membran timpani (gendang telinga). Telinga tengah merupakan suatu rongga berisi udara di dalam tulang temporalis yang terbuka melalui tuba auditorius (eustachius) ke nasofaring dan melalui nasofaring ke luar. Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang hingga akhirnya sampai di koklea. Getaran tersebut

Transcript of REFERAT THT

Page 1: REFERAT THT

BAB IPENDAHULUAN

Pendengaran, seperti halnya indera somatik lain, merupakan indera

mekanoreseptor karena telinga memberikan respon terhadap getaran mekanik

gelombang suara yang terdapat di udara.

Reseptor untuk dua modalitas sensorik, pendengaran dan keseimbangan,

berada di telinga. Telinga sendiri secara anatomi terbagi menjadi : telinga luar, telinga

tengah dan telinga dalam. Telinga tengah seperti halnya bagian telinga lainnya sangat

penting dalam proses pendengaran. Telinga tengah terbagi lagi menjadi : membran

tympani, ossicula auditivae, cavum tympani, tuba auditivia eustachii, otot-otot,

ligamenti dan chorda tympani, plica, mastoideus dengan cellulae dan antrum. Cavum

tympani kemudian terbagi lagi menjadi resessus epitympanum (attic), mesotympanum

(atrium), resessus hypotympanum.

Telinga luar mengumpulkan gelombang bunyi ke meatus auditorius eksternus.

Dari meatus, canalis auditorius eksternus berjalan ke dalam menuju membran timpani

(gendang telinga). Telinga tengah merupakan suatu rongga berisi udara di dalam

tulang temporalis yang terbuka melalui tuba auditorius (eustachius) ke nasofaring dan

melalui nasofaring ke luar. Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi

bunyi oleh daun telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau

tulang hingga akhirnya sampai di koklea. Getaran tersebut menggetarkan membran

tympani diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang

akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian

perbandingan luas membrana tympani dan foramen ovale sehingga perilymphe dalam

skala vestibuli bergerak. Saat getaran sampai di organ corti, disini energi mekanik

akan mengalami perubahan menjadi energi listrik, untuk kemudian dilanjutkan ke

nukleus auditorius samapi ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis

hingga akhirnya terjadi presepsi suara.

Page 2: REFERAT THT

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Anatomi Cavum Tympani

Telinga tengah adalah ruang berisi udara di dalam pars petrosa ossis

temporalis yang dilapisi oleh membrane mucosa. Telinga tengah dapat dibayangkan

sebagai suatu kotak dengan enam sisi. Ruangan ini berisi tulang-tulang pendengaran

yang berfungsi meneruskan getaran membran tympani ke perilymphe telinga dalam.

Cavum tympani berbentuk celah sempit yang miring, dengan sumbu panjang terletak

lebih kurang sejajar dengan bidang membrane tympani. Besar ruangan ini ± 1/5 cc

dengan ukuran vertikal ± 15 mm dan ukuran lateral medial bagian atas ± 6 mm,

bagian tengah ± 2 mm, bagian bawah ± 4 mm. Di depan ruangan ini berhubungan

dengan nasopharynx melalui tuba auditiva dan di belakang dengan antrum

mastoideum.

Cavum tympani dilapisi oleh mucosa dengan sedikit vaskularisasi, sedangkan

epitelnya collumner bersilia pada dasar dan lainnya berepitel cuboid dan gepeng yang

Page 3: REFERAT THT

meliputi eminensia pyramidalis, ossiculae auditivae, dan membran tympani. Epitel ini

adalah lanjutan dari epitel tuba eustachii yang kemudian melanjutkan diri ke aditus ad

anthrum dan cellulae mostoidea. Telinga tengah mempunyai atap, lantai, dinding

anterior, dinding posterior, dinding lateral, dan dinding medial, yaitu :

1. Atap dibentuk oleh lempeng tipis tulang, yang disebut tegmen tympani, yang

merupakan bagian dari pars petrosa ossis temporalis. Lempeng ini memisahkan

cavum tympani dari meningens dan lobus temporalis otak di dalam fossa cranii

media.

2. Lantai dibentuk dibawah oleh lempeng tipis tulang, yang mungkin tidak lengkap

dan mungkin sebagian diganti oleh jaringan fibrosa (paries jugularis). Lempeng

ini memisahkan cavum tympani dari bulbus superior Vena jugularis interna.

3. Bagian bawah dinding anterior dibentuk oleh lempeng tipis tulang yang

memisahkan cavum tympani dari a.carotis interna (paries carotica) . Pada bagian

atas dinding anterior terdapat dua buah saluran. Saluran yang lebih besar dan

terletak lebih bawah menuju tuba auditiva, dan yang terletak lebih atas dan lebih

kecil masuk ke dalam saluran untuk m.tensor tympani. Septum tulang tipis, yang

memisahkan saluran-saluran ini diperpanjang ke belakang pada dinding medial,

yang akan membentuk tonjolan mirip selat.

4. Di bagian atas dinding posterior terdapat sebuah lubang besar yang tidak

beraturan, yaitu aditus ad antrum. Di bawah ini terdapat penonjolan yang

berbentuk kerucut, sempit, kecil,disebut eminensia pyramidalis. Dari puncak

eminensia pyramidalis ini keluar tendo m.stapedius.

5. Sebagian besar dinding lateral dibentuk oleh membran tympani.

6. Dinding medial dibentuk oleh dinding lateral telinga dalam. Bagian terbesar dari

dinding memperlihatkan penonjolan bulat, disebut promontorium, yang

disebabkan oleh lengkung pertama cochlea yang ada di bawahnya. Di atas dan

belakang promontorium terdapat fenestra vestibuli/foramen ovale, yang berbentuk

lonjong dan ditutupi oleh basis stapedis. Pada sisi medial fenestra terdapat

perilymphe scala vestibuli telinga dalam. Di bawah ujung posterior promontorium

terdapat fenestra choclea, yang berbentuk bulat dan ditutupi oleh membran

tympani secundaria. Pada sisi medial dari fenestra ini terdapat perilymphe ujung

buntu scala tympani.Tonjolan tulang berkembang dari dinding anterior yang

meluas ke belakang pada dinding medial atas promontorium dan di atas fenestra

Page 4: REFERAT THT

vestibuli. Tonjolan ini menyokong m.tensor tympani. Ujung posteriornya

melengkung ke atas dan membentuk takik disebut processus cochleariformis. Di

sekeliling takik ini tendo m.tensor tympani membelok ke lateral untuk sampai ke

tempat insersionya yaitu manubrium mallei. Sebuah rigi bulat berjalan secara

horizontal ke belakang, di atas promontorium dan fenestra vestibuli dan dikenal

sebagai prominentia canalis nervi facialis. Sesampainnya di dinding posterior ,

prominentia ini melengkung ke bawah dibelakang pyramis.

Membran Tympani

Membran tympani adalah membrana fibrosa tipis yang berwarna kelabu

mutiara. Membran ini terletak miring, menghadap ke bawah, depan, dan lateral.

Permukaanya konkaf ke lateral. Pada dasar cekungannya terdapat lekukan kecil, yaitu

umbo, yang terbentuk oleh ujung manubrium mallei. Bila membran terkena cahaya

otoskop, bagian cekung ini menghasilkan kerucut cahaya, yang memancar ke anterior

dan inferior dari umbo. Membran tympani berbentuk hampir oval mengahadap

laterolventrokaudal dengan axis memanjang miring ± 55 derajat dan panjangnya ± 10

mm, sedangkan axis pendek panjangnya ± 10 mm. Pinggirnya tebal dan melekat di

dalam alur pada tulang. Alur itu, yaitu sulcus tympanicus, di bagian atasnya berbentuk

incisura. Dari sisi-sisi incisura ini berjalan dua plica, yaitu plica malearis anterior dan

posterior yang menuju ke procesus lateralis mallei. Daerah segitiga kecil pada

Page 5: REFERAT THT

membran tympani yang dibatasi oleh plica-plica tersebut lemas dan disebut pars

flaccida. Bagian lainnya tegang disebut pars tensa. Jadi membrana tympani dibagi

atas :

o Pars Flaccida

Merupakan bagian yang tidak tegang dan melekat pada incissura

tympanica antara spina tympanica major et minora. Bagian ini berada

di anterosuperior dan mempunyai banyak vaskularisasi sehingga

perforasi yang terjadi di daerah ini akan lebih cepat menutup

o Pars Tensa

Bagian yang agak kaku, menegang dan melekat pada anula

fibrocartilagineus yang terdapat di dalam sulcus tympanicus. Terdiri

atas 3 lapis :

Stratum cutaneum, bagian yang paling luar, lanjutan dari kulit

canalis auditorius externus

Stratum muscularum atau membrana propia, terdiri atas jaringan

ikat fibreus yang melekat erat pada manubrium mallei. Membrana

propia ini tidak dapat mengalami regenerasi , sehingga bila ada

perforasi terlihat jernih.

Startum mucosum, merupakan lanjutan dari mucosa cavum

tympani

Membran tympani melekat di akhiran canalis auditorius externus berupa

lekukan dna disebut sulcus tympanicus. Membran tympani disini mengadakan

penebalan dinamakan annulus fibrosus tympanicus. Sulcus tympanicus bagian atas

terdapat lekukan yang disebut incissura rivini. Manubrium mallei dilekatkan di bawah

pada permukaan dalam membrana tympani oleh membrana mucosa. Bentuk

manubrium datar dan bulat pada bagian inferior, berakhir pada apeks atau umbo

membran tympan. Bentuk gendang telinga seperti kerucut, maka suatu refleks cahaya

akan diprojeksikan ke arah anterior-inferior dari umbo. Membrana tympani sangat

peka terhadap nyeri dan permukaan luarnya dipersarafi oleh n.articulotemporalis dan

ramus auricularis n.vagus.

Page 6: REFERAT THT

Batas-batas superior dan inferior membran timpani membagi cavum timpani menjadi:

a) Recessus epitympanicus (atik)

Terdapat di bagian teratas di cavum timpani. Dalam epitimpanum terdapat caput

mallei dan corpus incudis. Dinding medial atik dibentuk oleh kapsul atik yang

ditandai oleh tonjolan kanalis semisirkuler lateral. Dinding anterior tepisah dari

maleus oleh suatu ruang yang sempit, dan di sini dapat dijumpai muara sel-sel

udara yang membuat pneumatisasi pangkal tulang pipi (zygoma). Dinding lateral

atik dibentuk oleh os skuama yang berlanjut ke arah lateral sebagai dinding liang

telinga luar bagian tulang sebelah atas. Di posterior, atik menyempit menjadi jalan

masuk ke antrum mastoid, yaitu aditus ad antrum.

b) Mesotympanum (atrium)

Bagian ini terdapat ditengah-tengah dari cavum tympani dan merupakan bagian

terbesar. Batas lateralnya adalah membran tympani terutama par tensa dan pars

flaccida sedikit pada bagian bawah, sehingga mesotympanum ini terletak tepat di

medial membran tympani. Bagian medial berbatasan dengan labyrinth pars

osesus. Dalam atrium terdapat tiga tulang pendengaran, tendo m.tensor tympani,

chorda tympani yang berjalan anatra malleolus dan inkus. Antara umbo dan

promontorium berjarak ± 2 mm, sehingga memudahkan terjadinya perlekatan

(adhesi).

Page 7: REFERAT THT

c) Recessus hypotympanum

Merupakan bagian terbawah dari cavum tympani sehingga juga terletak di bawah

sulcus tympanicus disebelah medioanterior bagian ini terdapat lubang yang

disebut ostium tympanum tuba auditiva yaitu muara tuba eustachii dalam cavum

tympani. Hipotimpanum adalah suatu ruang dangkal yang terletak lebih rendah

dari membran timpani. Permukaan tulang pada bagian ini tampak seperti

gambaran kerang karena adanya sel-sel udara berbentuk cangkir. Dinding ini

menutupi bulbus jugularis. Kadang-kadang suatu celah pada dinding ini

menyebabkan sebagian bulbus jugularis dapar masuk ke dalam hipotimpanum.

Sedangkan secara fisiologik cavum tympani dibagi atas :

Superior posterior : bagian ini berfungsi sebagai depot O2

Diafragma : tulang pendengaran dan lipatan mukosa

Inferior anterior

Page 8: REFERAT THT

Cavum tympani berisikan udara dengan tekanan yang sama dengan tekanan

yang sama. Bangunan-bangunan yang penting pada umumnya terdapat pada

dindingnya. Isi cavum tympani yaitu:

1. Viscera Tympani

Terdiri dari tulang-tulang pendengaran (maleus, incus, stapes), ligamentum

(lig malei lateralis, lig malei superior, lig incudis posterior), tendon dari otot-

otot (m.tensor tympani, dan m.stapedius), dan syaraf yaitu chorda tympani.

Tulang-tulang pendengaran bersama sebagian viscera tympani membentuk

diafragma tympani. Pada diafragma tympani terdapat lubang kecil yang

menghubungkan mesotympani dan epitympani yang disebut isthmus tympani

posterior dan isthmus tympani anterior.

2. Mesenterium Tympani

Merupakan lipatan mukosa yang berguna mengantung viscera tympani.

Namanya sesuai dengan perlengketan tulang-tulang pendengaran, yaitu maleus

(7), incus (3), stapes (5). Fungsi dari mesenterium tympani yaitu memberi

makan viscera dan memperluas daya serap resorbsi tambah besar.

Ossicula Auditus

Ossicula auditus adalah malleus, incus, dan stapes. Ketiga tulang ini

merupakan rangkaian tulang-tulang kecil yang bersendian. Oleh karena tulang-tulang

berfungsi sebagai penghantar getaran suara dari membran tympani sampai ke foramen

ovale dan akan diteruskan ke perilymphe yang merupakan hydrodynamic system

1. Malleus

Malleus adalah tulang pendengaran terbesar berbentuk seperti hammer dan terdiri

atas caput, collum, processus longum atau manubrium, sebuah processus anterior

dan processus lateralis.

Caput mallei berbentuk bulat dan bersendi diposterior dengan incus. Bagian

atasnya difixir oleh ligamentum suspensorium mallei yang tergantung di

tengah tegmen tympani.

Collum mallei adalah bagian sempit dibawah caput. Difixir bagian depan

lateral oleh ligamentum mallei externum (lateralis) dan bagian belakang

Page 9: REFERAT THT

(medial) difixir oleh tendo dari m.tensor tympani yang berjalan dari proc.

chochleariformis. Di sebelah medial dari collum ini berjalan chorda tympani.

Manubrium mallei berjalan ke bawah dan belakang dan melekat dengan erat

pada permukaan medial membrana tympani. Manubrium ini dapat dilihat

melalui membrana tympani pada pemeriksaan dengan otoskop.

Processus longus/ proc. anterior adalah tonjolan tulang kecil yang

dihubungkan dengan dinding anterior cavum tympani oleh sebuah ligamen.

Processus breves/ proc. lateralis menonjol ke lateral dan melekat pada plica

mallearis anterior dan posterior membrana tympani.

2. Incus

Incus berbentuk seperti landasan mempunyai corpus yang besar dan dua crus.

Corpus berbentuk bulat dan bersendi di anterior dengan caput mallei.

Articullatio ini adalah diarthrosis

Corpus incudis terletak di lateral canalis fasialis pars horizontalis, yang

dilapisi oleh epitel proc.brevis yang terletak tepat di bawah additus ad anthrum

Crus longus berjalan ke bawah di belakang dan sejajar dengan manubrium

mallei. Ujung bawahnya melengkung ke medial dan bersendi dengan caput

stapedis. Bayangannya pada membrana tympani kadang-kadang dapat dilihat

pada pemeriksaan dengan otoskop.

Crus bereve menonjol ke belakang dan dilekatkan pada dinding posterior

cavum tympani oleh sebuah ligamen.

3. Stapes

Stapes mempunyai caput, collum, dua lengan dan sebuah bassis.

Caput stapedis kecil dan bersendi dengan crus longum incudis.

Collum berukuran sempit dan merupakan tempat insersio m.stapedius.

Crus anterior dan posterior. Kedua lengan berjalan divergen dari collum

dan melekat pada basis yang lonjong.

Pinggir basis dilekatkan pada pinggir fenestra vestibuli oleh sebuah cincin

fibrosa, yang disebut ligamentum annulare. Basis ini terdiri atas tulang yang

tipis seperti kulit telur sehingga mudah retak

Page 10: REFERAT THT

Tuba Auditiva Eustachii

Tuba Auditiva terbentang dari dinding anterior cavum tympani ke bawah, depan, dan

medial sampai ke nasopharynx, panjangnya ± 35 mm. Secara anatomi dibedakan atas:

1. Pars osseus ialah 1/3 bagian lateral, dmulai dari ostium tympanicum tubae auditivia

berjalan ke kaudomedial. Bagian ini berdinding tulang sehingga selalu terbuka.

2. Pars membraneuscartilagineus 2/3 bagian medial. Bagian ini selalu tertutup karena

adanya adhesi zat mucous, elastisitas tulang rawan, tekanan jaringan peituba dan

perbedaan tekanan. Namum bagian ini dapat terbuka karena adanay kontraksi dari

otot :

M.tensor vili palatini

M.levator vili palatini

M.salpingofaringeus

M.tensor tympani

Tuba berhubungan dengan nasopharynx dengan berjalan melalui pinggir atas

m.constrictor pharynges superior. Tuba auditiva eustachii ini dari cavum tympani

berjalan dari lateral atas ke medial bawah dan sedikit ke vantrax, sehingga

membentuk suatu sudut. Namun pada bayi relatif lebih pendek dan pars osseus lebih

panjang daripada membraneuscartilagineus. Mukosa yang melapisi bagian tulang

rawan sama dengan mukosa faring, mengandung banyak kelenjar mukus. Submukosa

mengandung banyak sekali agregat limfoid.Karena bagian yang tertutup lebih pendek,

Page 11: REFERAT THT

maka seakan-akan tuba ini selalu terbuka. Jalannya yang masih horizontal

memudahkan terjadinya otitis media. Tuba berfungsi menyeimbangkan tekanan udara

di dalam cavum tympani dengan nasopharynx.

Otot-otot timpani

Di dalam telinga tengah terdapat tendon dari otot : m.tensor timpani dan

m.stapedius.

Tabel I. Otot-otot Telinga Tengah

Nama Otot Origo Insersio Persarafan Fungsi

m.tensor

tympani

cartilago tuba

auditiva

Manubrium

Mallei

Divisi

mandibularis

n.trigeminus

Meredam

getaran

membran

tympani

m.stapedius Eminensia

pyramid

Collum

stapes

N.facialis Meredam

getara stapes

M.tensor timpani melekat pada dinding semikanal tensor tympani. Kanal ini

terletak di atas liang telinga bagian tulang dan terbuka ke arah liang telinga sehingga

disebut semikanal. Serabut-serabut otot bergabung dan menjadi tendon pada ujung

timpani semikanal yang ditandai oleh prosesus kohleariform. Prosesus ini membuat

tendon tersebut membelok ke arah lateral ke dalam telinga tengah. Tendon ini

berinsersi pada bagian atas leher maleus. M.tensor timpani dipersarafi oleh satu

cabang saraf kranial ke-5. Kerja otot ini menyebabkan membran timpani tertarik ke

dalam sehingga menjadi lebih tegang dan meningkatkan frekuensi resonansi sistem

penghantar suara serta melemahkan suara dengan frekuensi rendah.

M.stapedius bermula dari dalam kanalnya di dalam eminensia piramid, serabut

ototnya melekat ke perios kanal tersebut. Serabut-serabutnya bergabung membentuk

tendon stapedius yang berinsersi pada aspek posterior leher stapes. M.stapedius

dipersarafi oleh suatu cabang saraf kranial ke-7 yang timbul ketika saraf tersebut

melewati m.stapedius tersebut pada perputarannya yang kedua. Kerja m.stapedius

Page 12: REFERAT THT

menarik stapes ke posterior mengelilingi suatu pasak pada tepi posterior basis stapes.

Keadaan ini membuat stapes kaku, memperlemah transmisi suara dan meningkatkan

frekuensi resonansi tulang-tulang pendengaran.

Lipatan timpani

Pada saat mukosa memenuhi ruang timpani ketika perkembangan janin, berbagai

lipatan timbul yang berhubungan dengan ligamen, tendon dan pembuluh darah,

membentuk selaput-selaput menyerupai mesentrium yang berfungsi memisahkan

ruang-ruang penting di dalam telinga tengah.Ruang atik terpisah dari mesotimpanum

oleh lipatan-lipatan ini kecuali pada dua buah lubang, satu diantara stapes dan tendon

tensor, dan satu lagi diantara prosesus brevis inkus dan prosesus piramid. Di bagian

anterior, lipatan tensor berjalan ke arah depan , dari tensor timpani sepanjang

ligamentum maleus anteior dan semikanal tensor timpani untuk memisahkan atik

anterior dengan mesotimpanum anterior. Lipatan ini biasanya menghambat

kolesteatom atik memasuki mesotimpanum anterior. Lipatan maleus superior berjalan

melintang melalui ligamentum maleus superior, membagi dua ruang atik menjadi

ruang anterior dan ruang posterior. Di sebelah lateal leher maleus diantara

ligamentum maleus lateral dan membran Sharpnell terdapat ruang Prussak yaitu ruang

yang pertama kali ditemukan oleh kolesteatom muda. Lipatan inkudis lateral meluas

dari batas bawah inkus ke dinding laterla atik. Lipatan ini dapat mencegah perluasan

pertumbuhan skuamosa marginal posterosuperior ke dalam atik bersama akibat

terbentuknya kolesteatom sekunder yang didapat.

Antrum Mastoideum

Antrum mastoideum terletak di belakang cavum tympani di dalam pars petrosa

ossis temporalis, dan berhubungan dengan telinga tengah melalui aditus. Diameter

aditus lebih kurang 1 cm.

Dinding anterior : berhubungan dengan telinga tengah dan berisi aditus ad

antrum

Dinding posterior : memisahkan antrum dari sigmoideus dan cerebellum

Dinding lateral : tebalnya 1, 5 cm dan membentuk dasar trigonum suprameatus

Page 13: REFERAT THT

Dinding medial : berhubungan dengan canalis semicircularis posterior

Dinding superior : merupakan lempeng tipis tulang, yaitu tegmen tympani

yang berhubungan dengan meningens pada fossa cranii media dan lobus

temporalis cerebri

Dinding inferior : berlubang-lubang menghubungkan antrum dengan cellulae

mastoideae.

Processus Mastoideus

Mastoid ini dibentuk oleh tonjolan tulang pars squamosa dan pars petrosus

ossis temporalis. Letaknya itu tepat di dorsal canalis auditorius externus dan cavum

tympani. Mastoid pada orang dewasa mengandung rongga-rongga udara terlapis oleh

mukosa yang disebut cellulae, sehingga pada foto rontgen terlihat seperti sarang

tawon atau disebut honey comb. Cellulae mastoidea adalah suatu seri rongga yang

saling berhubungan di dalam processus mastoideus, yang diatas berhubungan dengan

antrum dan cavum tympani. Rongga-rongga ini dilapisi oleh membrana mucosa.

Menurut letaknya dibedakan menjadi :

cellulae perianthral yang terletak di sekitar anthrum

cellulae punctum yang terletak di antara sinus transversus dan di dinding

belakang dari canalis auditorium externus

cellulae zygomaticus yang terletak di kranial dan ventral proc. zygomaticus.

Cellulae ini terbentuk oleh proses pneumatisasi yang terjadi saaat masa kanak-kanak,

kehidupan tahun pertama dan berhenti pada tahun keempat dan keenam. Sedangkan

anthrum sudah terbentuk sejak lahir. Jika ada radang kronik di cavum tympani saat

bayi akan menyebabkan tidak terbentuknya cellulae ini berarti tidak ada proses

pneumatisasi, sehingga mastoid tidak mengandung cellulae karena tulang membentuk

barier. Keadaan tersebut disebut sklerosis.

Chorda Tympani

Page 14: REFERAT THT

Chorda tympani meninggalkan n.VII (nervus facialis pars decendens) tepat di

atas for.stylomastoideum masuk ke cavum tympani melalui lubang belakang (atau

inter chorda posterior) yang terletak di atas akhiran posterior dari incissure rivini dan

tepat di belakang membran tympani dan mengikuti tepi membrana tympani bagian

atas lalu ke medial masuk melintang cavum tympani yang berjalan tepat sebelah

medial maleolus dan lateral incus. Lalu dari fissura petrotympanica kemudian masuk

fossa infratemporalis bersatu dengan nervus lingualia cabang nervus maxillaries,

cabang dari nervus trigeminus.

II. Fisiologi Cavum Tympani

Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara. Proses pendengaran

ini merupakan kerjasama antara setiap bagian telinga. Daun telinga akan

memantulkan dan mengumpulkan gelombang suara. Setelah itu gelombang suara akan

masuk ke dalam liang telinga. Dalam liang telinga gelombang suara akan diteruskan,

mengalami resonansi, dan diperkeras menurut Teori Kun. Gendang telinga kemudian

akan menuruskan gelombang suara, selain perannya sebagai barier dan baroreseptor.

Kepala sendiri bertindak sebagai penghalang alami antara kedua telinga dan dengan

demikian sumber suara di satu sisi akan menghasilkan stimulus yang lebih intens

dengan telinga terdekat dan suara juga akan tiba di sana lebih cepat, sehingga

membantu mekanisme untuk lokalisasi suara berdasarkan intensitas dan waktu

kedatangan perbedaan suara.

Gelombang suara adalah getaran udara yang merambat dan terdiri dari

daerah-daerah bertekanan tinggi karena kompresi (pemampatan) molekul-molekul

udara yang berselang-seling dengan daerah-daerah bertekanan rendah karena

penjarangan (rarefaction) molekul tersebut. Alat yang mampu menghasilkan pola

gangguan udara seperti itu adalah sumber suara. Contoh, garpu tala, sewaktu

dipukulkan gigi garpu tala tersebut bergetar. Ketika gigi garpu tala bergerak ke satu

arah molekul-molekul udara didepannya terdorong bersama, atau tertekan, sehingga

terjadi peningkatan tekanan di daerah ini. Sedangkan molekul-molekul udara di

belakang gigi garpu tala mengalami pemampatan dan penjarangan yang berlawanan.

Gelombang pemampatan dan penjarangan yang berganti-ganti tersebut menyebar

dalam jarak yang cukup jauh seperti riak air. Energi suara akan secara berangsur-

angsur mereda ketika gelombang suara bergerak menjauhi sumber suara semula.

Page 15: REFERAT THT

Intensitas gelombang suara berkurang, sampai akhirnya lenyap ketika gelombang

suara terakhir terlalu lemah untuk menimbulkan gangguan pada molekul-molekul

udara disekitarnya.

Daerah-daerah gelombang suara yang bertekanan tinggi dan rendah berselang-

seling menyebabkan gendang telinga yang sangat peka tersebut menekuk keluar

masuk seirama dengan frekuensi gelombang suara. Tekanan udara istirahat di kedua

sisi membran tympani harus setara agar membran dapat bergerak bebas sewaktu

gelombang suara mengenainya. Bagian luar membrane tympani terpajan ke tekanan

atmosfer yang mencapainya melalui saluran telinga. Bagian dalam membrane tympani

berhadapan dengan rongga telinga tengah juga terpajan ke tekanan atmosfer melalui

tuba Eustachius yang menghubungkan telinga tengah ke nasopharynx.Selama

perubahan tekanan eksternal yang berlangsung cepat, seperti saat pesawat lepas

landas, kedua gendang telinga menonjol keluar yang menyebabkan nyeri karena

tekanan di luar berubah sedangkan tekanan di telinga dalam tengah tidak berubah.

Membuka tuba eustachius dengan menguap, mengunyah, dan menelan

memungkinkan tekanan di kedua sisi menjadi seimbang, sehingga menghilangkan

distorsi tekanan dan gendang telinga kembali pada posisinya semula. Telinga tengah

biasanya steril, meskipun terdapat mikroba di nasofaring dan faring. Secara fisiologik,

terdapat mekanisme pencegahan masuknya mikroba ke dalam telinga tengah oleh silia

mukosa tuba eustachius, enzim, dan antibodi.

Bila membrana tympani bergerak ke medial, manubrium mallei juga ikut

bergerak ke medial. Manubrium mallei dan caput incudis bergerak ke lateral. Crus

longum incudis bergerak ke medial bersama stapes. Basis stapedis didorong ke medial

pada fenestra vestibuli, dan gerakan ini diteruskan ke perilymphe dalam skala

vestibuli. Cairan perilymphe tidak dapat dimampatkan sehingga menyebabkan

membrana tympani secundaria pada fenestra cochlea di ujung bawah scala tympani

menonjol ke luar. Gerakan sebaliknya terjadi bila membrana tympani bergerak ke

lateral. Gerak caput mallei ke lateral yang berlebihan, menyebabkan pemisahan

sementara dari facies articularis antara malleus dan stapes, dan ini menyebabkan basis

stapes tidak ditarik ke lateral dari fenestra vestibuli.

Ketika membran timpani bergetar sebagai respons terhadap gelombang suara,

rantai tulang-tulang tersebut juga bergerak dengan frekuensi sama, memindahkan

frekuensi gerakan tersebut dari membrana timpani ke fenestra vestibuli. Tekanan di

fenestra vestibuli akibat setiap getaran yang dihasilkan menimbulkan gerakan seperti

Page 16: REFERAT THT

gelombang pada cairan telinga dalam dengan frekuensi yang sama dengan frekuensi

gelombang suara semula. Namun, diperlukan tekanan yang lebih besar untuk

menggerakkan cairan. Terdapat dua mekanisme yang berkaitan dengan sistem

osikuler yang memperkuat tekanan gelombang suara dari udara untuk menggetarkan

cairan di koklea.

Pertama, karena luas permukaan membran tympani jauh lebih besar

daripada luas permukaan fenestra vestibuli, terjadi peningkatan tekanan

ketika gaya yang bekerja di membrana tympani disalurkan ke fenestra

vestibuli

Kedua, efek pengungkit tulang-tulang pendengaran menghasilkan

keuntungan mekanis tambahan

Menurut teori Von Bekesy dikatakan bahwa semakin jauh axis, makin besar

kemampuan gendang telinga untuk meneruskan gelombang suara, dimana axis

gerakan gendang telinga terbentang antara spina tympani posterior dan spina tympani

anterior. Kirikae berpendapat bahwa ukuran gendang telinga yang besar lebih baik,

namun jika terlalu besar akan ada efek yang melawan.

Setelah membran timpani bergerak keluar masuk sebagai respon terhadap

perubahan tekanan yang dihasilkan oleh gelombang bunyi di permukaan luarnya

(fungsi membran tympani sebagai resonator yang mengulang getaran dari sumber

bunyi), membran ini akan berhenti bergetar hampir segera setelah gelombang bunyi

berhenti; yaitu saat dimana membran tympani mengalami peredaman kritis (critically

damped) yang hampir sempurna.

Tulang-tulang pendengaran berfungsi sebagai sistem pengungkit yang

mengubah getaran resonansi membran timpani menjadi gerakan stapes pada skala

vestibuli koklea yang berisi perilimfe. Sistem ini memperbesar tekanan bunyi yang

tiba di fenestra oval, karena efek pengungkit maleus dan inkus melipatgandakan gaya

1,3 kali lebih kuat dan luas membran timpani jauh lebih besar daripada luas lempeng

kaki stapes. Akibat adanya resistensi terjadi penurunan energi bunyi, tetapi menurut

perhitungan, pada frekuensi di bawah 3000 Hz, 60% energi bunyi yang sampai di

membran timpani akan diteruskan ke cairan dalam koklea.

Pada suara dengan intensitas tinggi (sekitar 100 sampai 110 dB SPL), bentuk

vibrasi rangkaian tulang pendengaran akan berubah, tidak lagi berotasi terhadap

sumbu pendeknya, tetapi lempeng kaki stapes berotasi terhadap sumbu panjangnya.

Perubahan tersebut dapat menyebabkan berkurangnya efisiensi transmisi suara

Page 17: REFERAT THT

melalui telinga tengah, yang mungkin berfungsi untuk proteksi. Hal yang menarik

adalah, perubahan bentuk getaran terjadi pada ambang rasa. Hal ini membuktikan

bahwa sensasi somatik yang disebabkan oleh suara keras ditimbulkan oleh perubahan

getaran tulang-tulang pendengaran dan kontraksi tendo-tendo reseptor.

Beberapa otot halus di telinga tengah berkontraksi secara refleks sebagai

respons terhadap suara keras (lebih dari 70 dB), menyebabkan membrana tympani

menegang dan pergerakan tulang-tulang di telinga tengah dibatasi. Pengurangan

gerakan struktur-struktur telinga tengah ini menghilangkan transmisi gelombang suara

keras ke telinga dalam untuk melindungi perangkat sensorik yang sangat peka dari

kerusakan. Namun, respons ini relatif lebih lambat, timbul paling sedikit 40 mdet

setelah pajanan suatu suara keras. Dengan demikian refleks ini hanya memberikan

perlindungan terhadap suara keras yang berkepanjangan, bukan terhadap suara keras

yang timbul mendadak, misalnya suara ledakan.

Membran tympani dibagi menjadi dua bagian yang berbeda. Pars flaccida atau

membran Sharpnel terletak diatas plica mallearis anterior dan posterior. Sedangkan

pars tensa merupakan sisa lainya dari membran timpani. Pada pemeriksaan otoskopi

dapat terlihat processus lateralis malleus, yang membentuk penonjolan tulang pada

persimpangan antara membran Sharpnel dengan pars tensa ; manubrium mallei; dan

umbo dimana pars tensa melekat pada ujung malleus. Pada anak-anak membran

tympani tembus cahaya, crus longum incus , bangunan bagian atasa dari stapes, dan

chorda tympani mungkin dapat terlihat. Refleks cahaya merupakan refleksi dari

cahaya yang dilihat dengan otoskop berasal dar umbo dan menyebar ke daerah

anterior inferior ke tepi membran tympani. Membran tympani memiliki beberapa

fungsi penting. Pertama, menutup rongga telinga tengah dari canalis auditorius

externus. Kedua, mengumpulkan dan mentransmisikan suara ke formaen ovale telinga

dalam melalui ossicula auditiva.

Apabila otot-otot telinga tengah - tensor timpani dan stapedius - berkontraksi,

manubrium maleus akan tertarik ke dalam dan lempeng kaki stapes ke luar. Hal ini

akan menurunkan penerusan bunyi. Bunyi keras akan menimbulkan kontraksi reflex

otot-otot ini yang secara umum disebut reflex timpani. Fungsinya bersifat protektif,

mencegah rangsang berlebihan pada reseptor-reseptor pendengaran yang dihasilkan

oleh gelombang bunyi yang kuat. Namun, waktu reaksi untuk refleks ini adalah

adalah 40-160 mdet, sehingga refleks ini tidak dapat melindungi terhadap rangsangan

kuat yang cepat seperti yang dihasilkan oleh bunyi tembakan.

Page 18: REFERAT THT

Akan tetapi Simmons meragukan fungsi protektif tersebut dengan

mengemukakan bahwa pada suara keras yang terus menerus, refleks yang seharusnya

berfungsi protektif ternyata tidak berlangsung.

Fungsi otot telinga tengah yang lain mungkin mengurangi masking nada

rendah yang dapat mempengaruhi fungsi pendengaran. Kontraksi otot pada waktu

mengunyah, pada gerakan wajah dan anggota badan yang lain dapat mengurangi

keseluruhan suara dari dalam tubuh (yang sebagian besar adalah frekuensi rendah)

sambil mempertahankan sensitivitas terhadap suara nada tinggi dari luar.

Pengurangan transmisi suara frekuensi rendah yang disebabkan oleh kontraksi

sebelum vokalisasi secara fungsional cukup penting. Beberapa hasil pengamatan yang

dapat menyokong peranan otot-otot telinga tengah dalam vokalisasi antara lain :

1. pasien dengan otosklerosis menunjukkan kekurangan yang mencolok apabila

menjalani tes delayed feedback untuk malingering, (kemunduran waktu antara

subyek menirukan suara misalnya kata-kata dan daya dengarnya terhadap

suara)

2. orang yang gagap menunjukkan kekurang-mampuan otot telinga tengah

pravokalisasi.

Selama penghantaran getaran dari membrana tympani ke perilymphe melalui

ossicula, getaran ditingkatkan sebesar 1,3 kali. Ditambah lagi, luas membrana

tympani lebih kurang 17 kali lebih besar daripada luas basis stapedis, hal ini

mengakibatkan tekanan efektif pada perilymphe meningkat sebesar 22 kali.

Secara rinci, amplitudo gerakan permukaan wajah stapes pada setiap getaran

suara, hanya tiga perempat dari amplitudo tangkai maleus. Oleh karena itu, sistem

pengungkit osikular tidak memperbesar jarak pergerakan dari stapes, seperti pada

umumnya dipercaya. Sebaliknya sistem tersebut sebenarnya mengurangi jarak tetapi

meningkatkan tenaga pergerakan sebesar 1,3 kali. Selain itu luas permukaan dari

membran timpani sekitar 55 milimeter kuadrat, sedangkan daerah permukaan stapes

rata-rata 3,2 milimeter kuadrat. Rasio 17 kali lipat ini dibandingkan 1,3 kali dari

sistem pengungkit, meyebabkan penekanan sekitar 22 kali pada cairan koklea, seperti

yang dilakukan gelombang suara terhadap membran timpani. Karena cairan

mempunyai inersia yang jauh lebih besar daripada udara, maka mudah dimengerti

bahwa peningkatan jumlah tekanan dibutuhkan untuk menimbulkan getaran pada

cairan. Berdasarkan teori Kirikae, incus dan maleus merupakan satu unit cara

meneruskan gelombang dengan sistem pengungkit, sehingga dapat memperbesar ± 25

Page 19: REFERAT THT

dB. Gerakan stapes bersifat multikompleks. Pada frekuensi rendah bergerak pada

axis dekat crus posterior, pada frekuensi axis pindah ke basis stapes. Hal ini

dikemukakan oleh Von Bekesy. Lawrence dalam teorinya juga mengemukakan bahwa

membrana timpani dan ossis audi dapat menaikkan ± 25 dB karena perbandingan

membran tympani dengan foramen ovale adalah 17 : 1, manubrium mallei dengan

crus longus incus adalah 1,3 : 1.