REFERAT THT
-
Upload
marcel-reinhard-sibarani -
Category
Documents
-
view
397 -
download
16
Transcript of REFERAT THT
BAB IPENDAHULUAN
Pendengaran, seperti halnya indera somatik lain, merupakan indera
mekanoreseptor karena telinga memberikan respon terhadap getaran mekanik
gelombang suara yang terdapat di udara.
Reseptor untuk dua modalitas sensorik, pendengaran dan keseimbangan,
berada di telinga. Telinga sendiri secara anatomi terbagi menjadi : telinga luar, telinga
tengah dan telinga dalam. Telinga tengah seperti halnya bagian telinga lainnya sangat
penting dalam proses pendengaran. Telinga tengah terbagi lagi menjadi : membran
tympani, ossicula auditivae, cavum tympani, tuba auditivia eustachii, otot-otot,
ligamenti dan chorda tympani, plica, mastoideus dengan cellulae dan antrum. Cavum
tympani kemudian terbagi lagi menjadi resessus epitympanum (attic), mesotympanum
(atrium), resessus hypotympanum.
Telinga luar mengumpulkan gelombang bunyi ke meatus auditorius eksternus.
Dari meatus, canalis auditorius eksternus berjalan ke dalam menuju membran timpani
(gendang telinga). Telinga tengah merupakan suatu rongga berisi udara di dalam
tulang temporalis yang terbuka melalui tuba auditorius (eustachius) ke nasofaring dan
melalui nasofaring ke luar. Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi
bunyi oleh daun telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau
tulang hingga akhirnya sampai di koklea. Getaran tersebut menggetarkan membran
tympani diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang
akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian
perbandingan luas membrana tympani dan foramen ovale sehingga perilymphe dalam
skala vestibuli bergerak. Saat getaran sampai di organ corti, disini energi mekanik
akan mengalami perubahan menjadi energi listrik, untuk kemudian dilanjutkan ke
nukleus auditorius samapi ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis
hingga akhirnya terjadi presepsi suara.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Anatomi Cavum Tympani
Telinga tengah adalah ruang berisi udara di dalam pars petrosa ossis
temporalis yang dilapisi oleh membrane mucosa. Telinga tengah dapat dibayangkan
sebagai suatu kotak dengan enam sisi. Ruangan ini berisi tulang-tulang pendengaran
yang berfungsi meneruskan getaran membran tympani ke perilymphe telinga dalam.
Cavum tympani berbentuk celah sempit yang miring, dengan sumbu panjang terletak
lebih kurang sejajar dengan bidang membrane tympani. Besar ruangan ini ± 1/5 cc
dengan ukuran vertikal ± 15 mm dan ukuran lateral medial bagian atas ± 6 mm,
bagian tengah ± 2 mm, bagian bawah ± 4 mm. Di depan ruangan ini berhubungan
dengan nasopharynx melalui tuba auditiva dan di belakang dengan antrum
mastoideum.
Cavum tympani dilapisi oleh mucosa dengan sedikit vaskularisasi, sedangkan
epitelnya collumner bersilia pada dasar dan lainnya berepitel cuboid dan gepeng yang
meliputi eminensia pyramidalis, ossiculae auditivae, dan membran tympani. Epitel ini
adalah lanjutan dari epitel tuba eustachii yang kemudian melanjutkan diri ke aditus ad
anthrum dan cellulae mostoidea. Telinga tengah mempunyai atap, lantai, dinding
anterior, dinding posterior, dinding lateral, dan dinding medial, yaitu :
1. Atap dibentuk oleh lempeng tipis tulang, yang disebut tegmen tympani, yang
merupakan bagian dari pars petrosa ossis temporalis. Lempeng ini memisahkan
cavum tympani dari meningens dan lobus temporalis otak di dalam fossa cranii
media.
2. Lantai dibentuk dibawah oleh lempeng tipis tulang, yang mungkin tidak lengkap
dan mungkin sebagian diganti oleh jaringan fibrosa (paries jugularis). Lempeng
ini memisahkan cavum tympani dari bulbus superior Vena jugularis interna.
3. Bagian bawah dinding anterior dibentuk oleh lempeng tipis tulang yang
memisahkan cavum tympani dari a.carotis interna (paries carotica) . Pada bagian
atas dinding anterior terdapat dua buah saluran. Saluran yang lebih besar dan
terletak lebih bawah menuju tuba auditiva, dan yang terletak lebih atas dan lebih
kecil masuk ke dalam saluran untuk m.tensor tympani. Septum tulang tipis, yang
memisahkan saluran-saluran ini diperpanjang ke belakang pada dinding medial,
yang akan membentuk tonjolan mirip selat.
4. Di bagian atas dinding posterior terdapat sebuah lubang besar yang tidak
beraturan, yaitu aditus ad antrum. Di bawah ini terdapat penonjolan yang
berbentuk kerucut, sempit, kecil,disebut eminensia pyramidalis. Dari puncak
eminensia pyramidalis ini keluar tendo m.stapedius.
5. Sebagian besar dinding lateral dibentuk oleh membran tympani.
6. Dinding medial dibentuk oleh dinding lateral telinga dalam. Bagian terbesar dari
dinding memperlihatkan penonjolan bulat, disebut promontorium, yang
disebabkan oleh lengkung pertama cochlea yang ada di bawahnya. Di atas dan
belakang promontorium terdapat fenestra vestibuli/foramen ovale, yang berbentuk
lonjong dan ditutupi oleh basis stapedis. Pada sisi medial fenestra terdapat
perilymphe scala vestibuli telinga dalam. Di bawah ujung posterior promontorium
terdapat fenestra choclea, yang berbentuk bulat dan ditutupi oleh membran
tympani secundaria. Pada sisi medial dari fenestra ini terdapat perilymphe ujung
buntu scala tympani.Tonjolan tulang berkembang dari dinding anterior yang
meluas ke belakang pada dinding medial atas promontorium dan di atas fenestra
vestibuli. Tonjolan ini menyokong m.tensor tympani. Ujung posteriornya
melengkung ke atas dan membentuk takik disebut processus cochleariformis. Di
sekeliling takik ini tendo m.tensor tympani membelok ke lateral untuk sampai ke
tempat insersionya yaitu manubrium mallei. Sebuah rigi bulat berjalan secara
horizontal ke belakang, di atas promontorium dan fenestra vestibuli dan dikenal
sebagai prominentia canalis nervi facialis. Sesampainnya di dinding posterior ,
prominentia ini melengkung ke bawah dibelakang pyramis.
Membran Tympani
Membran tympani adalah membrana fibrosa tipis yang berwarna kelabu
mutiara. Membran ini terletak miring, menghadap ke bawah, depan, dan lateral.
Permukaanya konkaf ke lateral. Pada dasar cekungannya terdapat lekukan kecil, yaitu
umbo, yang terbentuk oleh ujung manubrium mallei. Bila membran terkena cahaya
otoskop, bagian cekung ini menghasilkan kerucut cahaya, yang memancar ke anterior
dan inferior dari umbo. Membran tympani berbentuk hampir oval mengahadap
laterolventrokaudal dengan axis memanjang miring ± 55 derajat dan panjangnya ± 10
mm, sedangkan axis pendek panjangnya ± 10 mm. Pinggirnya tebal dan melekat di
dalam alur pada tulang. Alur itu, yaitu sulcus tympanicus, di bagian atasnya berbentuk
incisura. Dari sisi-sisi incisura ini berjalan dua plica, yaitu plica malearis anterior dan
posterior yang menuju ke procesus lateralis mallei. Daerah segitiga kecil pada
membran tympani yang dibatasi oleh plica-plica tersebut lemas dan disebut pars
flaccida. Bagian lainnya tegang disebut pars tensa. Jadi membrana tympani dibagi
atas :
o Pars Flaccida
Merupakan bagian yang tidak tegang dan melekat pada incissura
tympanica antara spina tympanica major et minora. Bagian ini berada
di anterosuperior dan mempunyai banyak vaskularisasi sehingga
perforasi yang terjadi di daerah ini akan lebih cepat menutup
o Pars Tensa
Bagian yang agak kaku, menegang dan melekat pada anula
fibrocartilagineus yang terdapat di dalam sulcus tympanicus. Terdiri
atas 3 lapis :
Stratum cutaneum, bagian yang paling luar, lanjutan dari kulit
canalis auditorius externus
Stratum muscularum atau membrana propia, terdiri atas jaringan
ikat fibreus yang melekat erat pada manubrium mallei. Membrana
propia ini tidak dapat mengalami regenerasi , sehingga bila ada
perforasi terlihat jernih.
Startum mucosum, merupakan lanjutan dari mucosa cavum
tympani
Membran tympani melekat di akhiran canalis auditorius externus berupa
lekukan dna disebut sulcus tympanicus. Membran tympani disini mengadakan
penebalan dinamakan annulus fibrosus tympanicus. Sulcus tympanicus bagian atas
terdapat lekukan yang disebut incissura rivini. Manubrium mallei dilekatkan di bawah
pada permukaan dalam membrana tympani oleh membrana mucosa. Bentuk
manubrium datar dan bulat pada bagian inferior, berakhir pada apeks atau umbo
membran tympan. Bentuk gendang telinga seperti kerucut, maka suatu refleks cahaya
akan diprojeksikan ke arah anterior-inferior dari umbo. Membrana tympani sangat
peka terhadap nyeri dan permukaan luarnya dipersarafi oleh n.articulotemporalis dan
ramus auricularis n.vagus.
Batas-batas superior dan inferior membran timpani membagi cavum timpani menjadi:
a) Recessus epitympanicus (atik)
Terdapat di bagian teratas di cavum timpani. Dalam epitimpanum terdapat caput
mallei dan corpus incudis. Dinding medial atik dibentuk oleh kapsul atik yang
ditandai oleh tonjolan kanalis semisirkuler lateral. Dinding anterior tepisah dari
maleus oleh suatu ruang yang sempit, dan di sini dapat dijumpai muara sel-sel
udara yang membuat pneumatisasi pangkal tulang pipi (zygoma). Dinding lateral
atik dibentuk oleh os skuama yang berlanjut ke arah lateral sebagai dinding liang
telinga luar bagian tulang sebelah atas. Di posterior, atik menyempit menjadi jalan
masuk ke antrum mastoid, yaitu aditus ad antrum.
b) Mesotympanum (atrium)
Bagian ini terdapat ditengah-tengah dari cavum tympani dan merupakan bagian
terbesar. Batas lateralnya adalah membran tympani terutama par tensa dan pars
flaccida sedikit pada bagian bawah, sehingga mesotympanum ini terletak tepat di
medial membran tympani. Bagian medial berbatasan dengan labyrinth pars
osesus. Dalam atrium terdapat tiga tulang pendengaran, tendo m.tensor tympani,
chorda tympani yang berjalan anatra malleolus dan inkus. Antara umbo dan
promontorium berjarak ± 2 mm, sehingga memudahkan terjadinya perlekatan
(adhesi).
c) Recessus hypotympanum
Merupakan bagian terbawah dari cavum tympani sehingga juga terletak di bawah
sulcus tympanicus disebelah medioanterior bagian ini terdapat lubang yang
disebut ostium tympanum tuba auditiva yaitu muara tuba eustachii dalam cavum
tympani. Hipotimpanum adalah suatu ruang dangkal yang terletak lebih rendah
dari membran timpani. Permukaan tulang pada bagian ini tampak seperti
gambaran kerang karena adanya sel-sel udara berbentuk cangkir. Dinding ini
menutupi bulbus jugularis. Kadang-kadang suatu celah pada dinding ini
menyebabkan sebagian bulbus jugularis dapar masuk ke dalam hipotimpanum.
Sedangkan secara fisiologik cavum tympani dibagi atas :
Superior posterior : bagian ini berfungsi sebagai depot O2
Diafragma : tulang pendengaran dan lipatan mukosa
Inferior anterior
Cavum tympani berisikan udara dengan tekanan yang sama dengan tekanan
yang sama. Bangunan-bangunan yang penting pada umumnya terdapat pada
dindingnya. Isi cavum tympani yaitu:
1. Viscera Tympani
Terdiri dari tulang-tulang pendengaran (maleus, incus, stapes), ligamentum
(lig malei lateralis, lig malei superior, lig incudis posterior), tendon dari otot-
otot (m.tensor tympani, dan m.stapedius), dan syaraf yaitu chorda tympani.
Tulang-tulang pendengaran bersama sebagian viscera tympani membentuk
diafragma tympani. Pada diafragma tympani terdapat lubang kecil yang
menghubungkan mesotympani dan epitympani yang disebut isthmus tympani
posterior dan isthmus tympani anterior.
2. Mesenterium Tympani
Merupakan lipatan mukosa yang berguna mengantung viscera tympani.
Namanya sesuai dengan perlengketan tulang-tulang pendengaran, yaitu maleus
(7), incus (3), stapes (5). Fungsi dari mesenterium tympani yaitu memberi
makan viscera dan memperluas daya serap resorbsi tambah besar.
Ossicula Auditus
Ossicula auditus adalah malleus, incus, dan stapes. Ketiga tulang ini
merupakan rangkaian tulang-tulang kecil yang bersendian. Oleh karena tulang-tulang
berfungsi sebagai penghantar getaran suara dari membran tympani sampai ke foramen
ovale dan akan diteruskan ke perilymphe yang merupakan hydrodynamic system
1. Malleus
Malleus adalah tulang pendengaran terbesar berbentuk seperti hammer dan terdiri
atas caput, collum, processus longum atau manubrium, sebuah processus anterior
dan processus lateralis.
Caput mallei berbentuk bulat dan bersendi diposterior dengan incus. Bagian
atasnya difixir oleh ligamentum suspensorium mallei yang tergantung di
tengah tegmen tympani.
Collum mallei adalah bagian sempit dibawah caput. Difixir bagian depan
lateral oleh ligamentum mallei externum (lateralis) dan bagian belakang
(medial) difixir oleh tendo dari m.tensor tympani yang berjalan dari proc.
chochleariformis. Di sebelah medial dari collum ini berjalan chorda tympani.
Manubrium mallei berjalan ke bawah dan belakang dan melekat dengan erat
pada permukaan medial membrana tympani. Manubrium ini dapat dilihat
melalui membrana tympani pada pemeriksaan dengan otoskop.
Processus longus/ proc. anterior adalah tonjolan tulang kecil yang
dihubungkan dengan dinding anterior cavum tympani oleh sebuah ligamen.
Processus breves/ proc. lateralis menonjol ke lateral dan melekat pada plica
mallearis anterior dan posterior membrana tympani.
2. Incus
Incus berbentuk seperti landasan mempunyai corpus yang besar dan dua crus.
Corpus berbentuk bulat dan bersendi di anterior dengan caput mallei.
Articullatio ini adalah diarthrosis
Corpus incudis terletak di lateral canalis fasialis pars horizontalis, yang
dilapisi oleh epitel proc.brevis yang terletak tepat di bawah additus ad anthrum
Crus longus berjalan ke bawah di belakang dan sejajar dengan manubrium
mallei. Ujung bawahnya melengkung ke medial dan bersendi dengan caput
stapedis. Bayangannya pada membrana tympani kadang-kadang dapat dilihat
pada pemeriksaan dengan otoskop.
Crus bereve menonjol ke belakang dan dilekatkan pada dinding posterior
cavum tympani oleh sebuah ligamen.
3. Stapes
Stapes mempunyai caput, collum, dua lengan dan sebuah bassis.
Caput stapedis kecil dan bersendi dengan crus longum incudis.
Collum berukuran sempit dan merupakan tempat insersio m.stapedius.
Crus anterior dan posterior. Kedua lengan berjalan divergen dari collum
dan melekat pada basis yang lonjong.
Pinggir basis dilekatkan pada pinggir fenestra vestibuli oleh sebuah cincin
fibrosa, yang disebut ligamentum annulare. Basis ini terdiri atas tulang yang
tipis seperti kulit telur sehingga mudah retak
Tuba Auditiva Eustachii
Tuba Auditiva terbentang dari dinding anterior cavum tympani ke bawah, depan, dan
medial sampai ke nasopharynx, panjangnya ± 35 mm. Secara anatomi dibedakan atas:
1. Pars osseus ialah 1/3 bagian lateral, dmulai dari ostium tympanicum tubae auditivia
berjalan ke kaudomedial. Bagian ini berdinding tulang sehingga selalu terbuka.
2. Pars membraneuscartilagineus 2/3 bagian medial. Bagian ini selalu tertutup karena
adanya adhesi zat mucous, elastisitas tulang rawan, tekanan jaringan peituba dan
perbedaan tekanan. Namum bagian ini dapat terbuka karena adanay kontraksi dari
otot :
M.tensor vili palatini
M.levator vili palatini
M.salpingofaringeus
M.tensor tympani
Tuba berhubungan dengan nasopharynx dengan berjalan melalui pinggir atas
m.constrictor pharynges superior. Tuba auditiva eustachii ini dari cavum tympani
berjalan dari lateral atas ke medial bawah dan sedikit ke vantrax, sehingga
membentuk suatu sudut. Namun pada bayi relatif lebih pendek dan pars osseus lebih
panjang daripada membraneuscartilagineus. Mukosa yang melapisi bagian tulang
rawan sama dengan mukosa faring, mengandung banyak kelenjar mukus. Submukosa
mengandung banyak sekali agregat limfoid.Karena bagian yang tertutup lebih pendek,
maka seakan-akan tuba ini selalu terbuka. Jalannya yang masih horizontal
memudahkan terjadinya otitis media. Tuba berfungsi menyeimbangkan tekanan udara
di dalam cavum tympani dengan nasopharynx.
Otot-otot timpani
Di dalam telinga tengah terdapat tendon dari otot : m.tensor timpani dan
m.stapedius.
Tabel I. Otot-otot Telinga Tengah
Nama Otot Origo Insersio Persarafan Fungsi
m.tensor
tympani
cartilago tuba
auditiva
Manubrium
Mallei
Divisi
mandibularis
n.trigeminus
Meredam
getaran
membran
tympani
m.stapedius Eminensia
pyramid
Collum
stapes
N.facialis Meredam
getara stapes
M.tensor timpani melekat pada dinding semikanal tensor tympani. Kanal ini
terletak di atas liang telinga bagian tulang dan terbuka ke arah liang telinga sehingga
disebut semikanal. Serabut-serabut otot bergabung dan menjadi tendon pada ujung
timpani semikanal yang ditandai oleh prosesus kohleariform. Prosesus ini membuat
tendon tersebut membelok ke arah lateral ke dalam telinga tengah. Tendon ini
berinsersi pada bagian atas leher maleus. M.tensor timpani dipersarafi oleh satu
cabang saraf kranial ke-5. Kerja otot ini menyebabkan membran timpani tertarik ke
dalam sehingga menjadi lebih tegang dan meningkatkan frekuensi resonansi sistem
penghantar suara serta melemahkan suara dengan frekuensi rendah.
M.stapedius bermula dari dalam kanalnya di dalam eminensia piramid, serabut
ototnya melekat ke perios kanal tersebut. Serabut-serabutnya bergabung membentuk
tendon stapedius yang berinsersi pada aspek posterior leher stapes. M.stapedius
dipersarafi oleh suatu cabang saraf kranial ke-7 yang timbul ketika saraf tersebut
melewati m.stapedius tersebut pada perputarannya yang kedua. Kerja m.stapedius
menarik stapes ke posterior mengelilingi suatu pasak pada tepi posterior basis stapes.
Keadaan ini membuat stapes kaku, memperlemah transmisi suara dan meningkatkan
frekuensi resonansi tulang-tulang pendengaran.
Lipatan timpani
Pada saat mukosa memenuhi ruang timpani ketika perkembangan janin, berbagai
lipatan timbul yang berhubungan dengan ligamen, tendon dan pembuluh darah,
membentuk selaput-selaput menyerupai mesentrium yang berfungsi memisahkan
ruang-ruang penting di dalam telinga tengah.Ruang atik terpisah dari mesotimpanum
oleh lipatan-lipatan ini kecuali pada dua buah lubang, satu diantara stapes dan tendon
tensor, dan satu lagi diantara prosesus brevis inkus dan prosesus piramid. Di bagian
anterior, lipatan tensor berjalan ke arah depan , dari tensor timpani sepanjang
ligamentum maleus anteior dan semikanal tensor timpani untuk memisahkan atik
anterior dengan mesotimpanum anterior. Lipatan ini biasanya menghambat
kolesteatom atik memasuki mesotimpanum anterior. Lipatan maleus superior berjalan
melintang melalui ligamentum maleus superior, membagi dua ruang atik menjadi
ruang anterior dan ruang posterior. Di sebelah lateal leher maleus diantara
ligamentum maleus lateral dan membran Sharpnell terdapat ruang Prussak yaitu ruang
yang pertama kali ditemukan oleh kolesteatom muda. Lipatan inkudis lateral meluas
dari batas bawah inkus ke dinding laterla atik. Lipatan ini dapat mencegah perluasan
pertumbuhan skuamosa marginal posterosuperior ke dalam atik bersama akibat
terbentuknya kolesteatom sekunder yang didapat.
Antrum Mastoideum
Antrum mastoideum terletak di belakang cavum tympani di dalam pars petrosa
ossis temporalis, dan berhubungan dengan telinga tengah melalui aditus. Diameter
aditus lebih kurang 1 cm.
Dinding anterior : berhubungan dengan telinga tengah dan berisi aditus ad
antrum
Dinding posterior : memisahkan antrum dari sigmoideus dan cerebellum
Dinding lateral : tebalnya 1, 5 cm dan membentuk dasar trigonum suprameatus
Dinding medial : berhubungan dengan canalis semicircularis posterior
Dinding superior : merupakan lempeng tipis tulang, yaitu tegmen tympani
yang berhubungan dengan meningens pada fossa cranii media dan lobus
temporalis cerebri
Dinding inferior : berlubang-lubang menghubungkan antrum dengan cellulae
mastoideae.
Processus Mastoideus
Mastoid ini dibentuk oleh tonjolan tulang pars squamosa dan pars petrosus
ossis temporalis. Letaknya itu tepat di dorsal canalis auditorius externus dan cavum
tympani. Mastoid pada orang dewasa mengandung rongga-rongga udara terlapis oleh
mukosa yang disebut cellulae, sehingga pada foto rontgen terlihat seperti sarang
tawon atau disebut honey comb. Cellulae mastoidea adalah suatu seri rongga yang
saling berhubungan di dalam processus mastoideus, yang diatas berhubungan dengan
antrum dan cavum tympani. Rongga-rongga ini dilapisi oleh membrana mucosa.
Menurut letaknya dibedakan menjadi :
cellulae perianthral yang terletak di sekitar anthrum
cellulae punctum yang terletak di antara sinus transversus dan di dinding
belakang dari canalis auditorium externus
cellulae zygomaticus yang terletak di kranial dan ventral proc. zygomaticus.
Cellulae ini terbentuk oleh proses pneumatisasi yang terjadi saaat masa kanak-kanak,
kehidupan tahun pertama dan berhenti pada tahun keempat dan keenam. Sedangkan
anthrum sudah terbentuk sejak lahir. Jika ada radang kronik di cavum tympani saat
bayi akan menyebabkan tidak terbentuknya cellulae ini berarti tidak ada proses
pneumatisasi, sehingga mastoid tidak mengandung cellulae karena tulang membentuk
barier. Keadaan tersebut disebut sklerosis.
Chorda Tympani
Chorda tympani meninggalkan n.VII (nervus facialis pars decendens) tepat di
atas for.stylomastoideum masuk ke cavum tympani melalui lubang belakang (atau
inter chorda posterior) yang terletak di atas akhiran posterior dari incissure rivini dan
tepat di belakang membran tympani dan mengikuti tepi membrana tympani bagian
atas lalu ke medial masuk melintang cavum tympani yang berjalan tepat sebelah
medial maleolus dan lateral incus. Lalu dari fissura petrotympanica kemudian masuk
fossa infratemporalis bersatu dengan nervus lingualia cabang nervus maxillaries,
cabang dari nervus trigeminus.
II. Fisiologi Cavum Tympani
Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara. Proses pendengaran
ini merupakan kerjasama antara setiap bagian telinga. Daun telinga akan
memantulkan dan mengumpulkan gelombang suara. Setelah itu gelombang suara akan
masuk ke dalam liang telinga. Dalam liang telinga gelombang suara akan diteruskan,
mengalami resonansi, dan diperkeras menurut Teori Kun. Gendang telinga kemudian
akan menuruskan gelombang suara, selain perannya sebagai barier dan baroreseptor.
Kepala sendiri bertindak sebagai penghalang alami antara kedua telinga dan dengan
demikian sumber suara di satu sisi akan menghasilkan stimulus yang lebih intens
dengan telinga terdekat dan suara juga akan tiba di sana lebih cepat, sehingga
membantu mekanisme untuk lokalisasi suara berdasarkan intensitas dan waktu
kedatangan perbedaan suara.
Gelombang suara adalah getaran udara yang merambat dan terdiri dari
daerah-daerah bertekanan tinggi karena kompresi (pemampatan) molekul-molekul
udara yang berselang-seling dengan daerah-daerah bertekanan rendah karena
penjarangan (rarefaction) molekul tersebut. Alat yang mampu menghasilkan pola
gangguan udara seperti itu adalah sumber suara. Contoh, garpu tala, sewaktu
dipukulkan gigi garpu tala tersebut bergetar. Ketika gigi garpu tala bergerak ke satu
arah molekul-molekul udara didepannya terdorong bersama, atau tertekan, sehingga
terjadi peningkatan tekanan di daerah ini. Sedangkan molekul-molekul udara di
belakang gigi garpu tala mengalami pemampatan dan penjarangan yang berlawanan.
Gelombang pemampatan dan penjarangan yang berganti-ganti tersebut menyebar
dalam jarak yang cukup jauh seperti riak air. Energi suara akan secara berangsur-
angsur mereda ketika gelombang suara bergerak menjauhi sumber suara semula.
Intensitas gelombang suara berkurang, sampai akhirnya lenyap ketika gelombang
suara terakhir terlalu lemah untuk menimbulkan gangguan pada molekul-molekul
udara disekitarnya.
Daerah-daerah gelombang suara yang bertekanan tinggi dan rendah berselang-
seling menyebabkan gendang telinga yang sangat peka tersebut menekuk keluar
masuk seirama dengan frekuensi gelombang suara. Tekanan udara istirahat di kedua
sisi membran tympani harus setara agar membran dapat bergerak bebas sewaktu
gelombang suara mengenainya. Bagian luar membrane tympani terpajan ke tekanan
atmosfer yang mencapainya melalui saluran telinga. Bagian dalam membrane tympani
berhadapan dengan rongga telinga tengah juga terpajan ke tekanan atmosfer melalui
tuba Eustachius yang menghubungkan telinga tengah ke nasopharynx.Selama
perubahan tekanan eksternal yang berlangsung cepat, seperti saat pesawat lepas
landas, kedua gendang telinga menonjol keluar yang menyebabkan nyeri karena
tekanan di luar berubah sedangkan tekanan di telinga dalam tengah tidak berubah.
Membuka tuba eustachius dengan menguap, mengunyah, dan menelan
memungkinkan tekanan di kedua sisi menjadi seimbang, sehingga menghilangkan
distorsi tekanan dan gendang telinga kembali pada posisinya semula. Telinga tengah
biasanya steril, meskipun terdapat mikroba di nasofaring dan faring. Secara fisiologik,
terdapat mekanisme pencegahan masuknya mikroba ke dalam telinga tengah oleh silia
mukosa tuba eustachius, enzim, dan antibodi.
Bila membrana tympani bergerak ke medial, manubrium mallei juga ikut
bergerak ke medial. Manubrium mallei dan caput incudis bergerak ke lateral. Crus
longum incudis bergerak ke medial bersama stapes. Basis stapedis didorong ke medial
pada fenestra vestibuli, dan gerakan ini diteruskan ke perilymphe dalam skala
vestibuli. Cairan perilymphe tidak dapat dimampatkan sehingga menyebabkan
membrana tympani secundaria pada fenestra cochlea di ujung bawah scala tympani
menonjol ke luar. Gerakan sebaliknya terjadi bila membrana tympani bergerak ke
lateral. Gerak caput mallei ke lateral yang berlebihan, menyebabkan pemisahan
sementara dari facies articularis antara malleus dan stapes, dan ini menyebabkan basis
stapes tidak ditarik ke lateral dari fenestra vestibuli.
Ketika membran timpani bergetar sebagai respons terhadap gelombang suara,
rantai tulang-tulang tersebut juga bergerak dengan frekuensi sama, memindahkan
frekuensi gerakan tersebut dari membrana timpani ke fenestra vestibuli. Tekanan di
fenestra vestibuli akibat setiap getaran yang dihasilkan menimbulkan gerakan seperti
gelombang pada cairan telinga dalam dengan frekuensi yang sama dengan frekuensi
gelombang suara semula. Namun, diperlukan tekanan yang lebih besar untuk
menggerakkan cairan. Terdapat dua mekanisme yang berkaitan dengan sistem
osikuler yang memperkuat tekanan gelombang suara dari udara untuk menggetarkan
cairan di koklea.
Pertama, karena luas permukaan membran tympani jauh lebih besar
daripada luas permukaan fenestra vestibuli, terjadi peningkatan tekanan
ketika gaya yang bekerja di membrana tympani disalurkan ke fenestra
vestibuli
Kedua, efek pengungkit tulang-tulang pendengaran menghasilkan
keuntungan mekanis tambahan
Menurut teori Von Bekesy dikatakan bahwa semakin jauh axis, makin besar
kemampuan gendang telinga untuk meneruskan gelombang suara, dimana axis
gerakan gendang telinga terbentang antara spina tympani posterior dan spina tympani
anterior. Kirikae berpendapat bahwa ukuran gendang telinga yang besar lebih baik,
namun jika terlalu besar akan ada efek yang melawan.
Setelah membran timpani bergerak keluar masuk sebagai respon terhadap
perubahan tekanan yang dihasilkan oleh gelombang bunyi di permukaan luarnya
(fungsi membran tympani sebagai resonator yang mengulang getaran dari sumber
bunyi), membran ini akan berhenti bergetar hampir segera setelah gelombang bunyi
berhenti; yaitu saat dimana membran tympani mengalami peredaman kritis (critically
damped) yang hampir sempurna.
Tulang-tulang pendengaran berfungsi sebagai sistem pengungkit yang
mengubah getaran resonansi membran timpani menjadi gerakan stapes pada skala
vestibuli koklea yang berisi perilimfe. Sistem ini memperbesar tekanan bunyi yang
tiba di fenestra oval, karena efek pengungkit maleus dan inkus melipatgandakan gaya
1,3 kali lebih kuat dan luas membran timpani jauh lebih besar daripada luas lempeng
kaki stapes. Akibat adanya resistensi terjadi penurunan energi bunyi, tetapi menurut
perhitungan, pada frekuensi di bawah 3000 Hz, 60% energi bunyi yang sampai di
membran timpani akan diteruskan ke cairan dalam koklea.
Pada suara dengan intensitas tinggi (sekitar 100 sampai 110 dB SPL), bentuk
vibrasi rangkaian tulang pendengaran akan berubah, tidak lagi berotasi terhadap
sumbu pendeknya, tetapi lempeng kaki stapes berotasi terhadap sumbu panjangnya.
Perubahan tersebut dapat menyebabkan berkurangnya efisiensi transmisi suara
melalui telinga tengah, yang mungkin berfungsi untuk proteksi. Hal yang menarik
adalah, perubahan bentuk getaran terjadi pada ambang rasa. Hal ini membuktikan
bahwa sensasi somatik yang disebabkan oleh suara keras ditimbulkan oleh perubahan
getaran tulang-tulang pendengaran dan kontraksi tendo-tendo reseptor.
Beberapa otot halus di telinga tengah berkontraksi secara refleks sebagai
respons terhadap suara keras (lebih dari 70 dB), menyebabkan membrana tympani
menegang dan pergerakan tulang-tulang di telinga tengah dibatasi. Pengurangan
gerakan struktur-struktur telinga tengah ini menghilangkan transmisi gelombang suara
keras ke telinga dalam untuk melindungi perangkat sensorik yang sangat peka dari
kerusakan. Namun, respons ini relatif lebih lambat, timbul paling sedikit 40 mdet
setelah pajanan suatu suara keras. Dengan demikian refleks ini hanya memberikan
perlindungan terhadap suara keras yang berkepanjangan, bukan terhadap suara keras
yang timbul mendadak, misalnya suara ledakan.
Membran tympani dibagi menjadi dua bagian yang berbeda. Pars flaccida atau
membran Sharpnel terletak diatas plica mallearis anterior dan posterior. Sedangkan
pars tensa merupakan sisa lainya dari membran timpani. Pada pemeriksaan otoskopi
dapat terlihat processus lateralis malleus, yang membentuk penonjolan tulang pada
persimpangan antara membran Sharpnel dengan pars tensa ; manubrium mallei; dan
umbo dimana pars tensa melekat pada ujung malleus. Pada anak-anak membran
tympani tembus cahaya, crus longum incus , bangunan bagian atasa dari stapes, dan
chorda tympani mungkin dapat terlihat. Refleks cahaya merupakan refleksi dari
cahaya yang dilihat dengan otoskop berasal dar umbo dan menyebar ke daerah
anterior inferior ke tepi membran tympani. Membran tympani memiliki beberapa
fungsi penting. Pertama, menutup rongga telinga tengah dari canalis auditorius
externus. Kedua, mengumpulkan dan mentransmisikan suara ke formaen ovale telinga
dalam melalui ossicula auditiva.
Apabila otot-otot telinga tengah - tensor timpani dan stapedius - berkontraksi,
manubrium maleus akan tertarik ke dalam dan lempeng kaki stapes ke luar. Hal ini
akan menurunkan penerusan bunyi. Bunyi keras akan menimbulkan kontraksi reflex
otot-otot ini yang secara umum disebut reflex timpani. Fungsinya bersifat protektif,
mencegah rangsang berlebihan pada reseptor-reseptor pendengaran yang dihasilkan
oleh gelombang bunyi yang kuat. Namun, waktu reaksi untuk refleks ini adalah
adalah 40-160 mdet, sehingga refleks ini tidak dapat melindungi terhadap rangsangan
kuat yang cepat seperti yang dihasilkan oleh bunyi tembakan.
Akan tetapi Simmons meragukan fungsi protektif tersebut dengan
mengemukakan bahwa pada suara keras yang terus menerus, refleks yang seharusnya
berfungsi protektif ternyata tidak berlangsung.
Fungsi otot telinga tengah yang lain mungkin mengurangi masking nada
rendah yang dapat mempengaruhi fungsi pendengaran. Kontraksi otot pada waktu
mengunyah, pada gerakan wajah dan anggota badan yang lain dapat mengurangi
keseluruhan suara dari dalam tubuh (yang sebagian besar adalah frekuensi rendah)
sambil mempertahankan sensitivitas terhadap suara nada tinggi dari luar.
Pengurangan transmisi suara frekuensi rendah yang disebabkan oleh kontraksi
sebelum vokalisasi secara fungsional cukup penting. Beberapa hasil pengamatan yang
dapat menyokong peranan otot-otot telinga tengah dalam vokalisasi antara lain :
1. pasien dengan otosklerosis menunjukkan kekurangan yang mencolok apabila
menjalani tes delayed feedback untuk malingering, (kemunduran waktu antara
subyek menirukan suara misalnya kata-kata dan daya dengarnya terhadap
suara)
2. orang yang gagap menunjukkan kekurang-mampuan otot telinga tengah
pravokalisasi.
Selama penghantaran getaran dari membrana tympani ke perilymphe melalui
ossicula, getaran ditingkatkan sebesar 1,3 kali. Ditambah lagi, luas membrana
tympani lebih kurang 17 kali lebih besar daripada luas basis stapedis, hal ini
mengakibatkan tekanan efektif pada perilymphe meningkat sebesar 22 kali.
Secara rinci, amplitudo gerakan permukaan wajah stapes pada setiap getaran
suara, hanya tiga perempat dari amplitudo tangkai maleus. Oleh karena itu, sistem
pengungkit osikular tidak memperbesar jarak pergerakan dari stapes, seperti pada
umumnya dipercaya. Sebaliknya sistem tersebut sebenarnya mengurangi jarak tetapi
meningkatkan tenaga pergerakan sebesar 1,3 kali. Selain itu luas permukaan dari
membran timpani sekitar 55 milimeter kuadrat, sedangkan daerah permukaan stapes
rata-rata 3,2 milimeter kuadrat. Rasio 17 kali lipat ini dibandingkan 1,3 kali dari
sistem pengungkit, meyebabkan penekanan sekitar 22 kali pada cairan koklea, seperti
yang dilakukan gelombang suara terhadap membran timpani. Karena cairan
mempunyai inersia yang jauh lebih besar daripada udara, maka mudah dimengerti
bahwa peningkatan jumlah tekanan dibutuhkan untuk menimbulkan getaran pada
cairan. Berdasarkan teori Kirikae, incus dan maleus merupakan satu unit cara
meneruskan gelombang dengan sistem pengungkit, sehingga dapat memperbesar ± 25
dB. Gerakan stapes bersifat multikompleks. Pada frekuensi rendah bergerak pada
axis dekat crus posterior, pada frekuensi axis pindah ke basis stapes. Hal ini
dikemukakan oleh Von Bekesy. Lawrence dalam teorinya juga mengemukakan bahwa
membrana timpani dan ossis audi dapat menaikkan ± 25 dB karena perbandingan
membran tympani dengan foramen ovale adalah 17 : 1, manubrium mallei dengan
crus longus incus adalah 1,3 : 1.