Referat Tht Puput

22
DIAGNOSIS DAN PENANGANAN DISFAGIA PADA PEDIATRI I. PENDAHULUAN Keluhan sulit menelan (disfagia) merupakan salah satu gejala kelainan atau penyakit di orofaring dan esophagus. Keluhan ini akan timbul bila terdapat gangguan gerakan otot-otot menelan dan gangguan tansportasi makanan dari rongga mulut ke lambung. 1 Disfagia adalah kesulitan makan sebagai akibat gangguan dari salah satu tahapan dalam proses menelan. Walaupun sering menyertai disfagia, odinofagia (rasa nyeri pada saat menelan) harus dibedakan dengan disfagia. Perlu perhatian juga bahwa disfagia tidak dirancukan dengan globus. Globus adalah perasaan menetap seakan – akan ada gumpalan di kerongkongan walaupun sebenarnya tidak ada kerusakan organic ataupun gangguan menelan yang sebenarnya. 1,2 Disfagia merupakan ancaman yang serius karena merupakan resiko terhadap terjadinya pneumoni aspirasi, malnutrisi, dehidrasi penurunan berat badan dan obtruksi saluran napas. Penderita usia tua adalah yang paling beresiko terhadap disfagia dan komplikasinya, terutama silent aspiration. 2 Gangguan menelan pada anak–anak, berbeda dengan orang dewasa, mengakibatkan hal–hal khusus yang tidak dijumpai pada penderita dewasa. Anak-anak sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan dari organ–organ menelan serta

Transcript of Referat Tht Puput

Page 1: Referat Tht Puput

DIAGNOSIS DAN PENANGANAN DISFAGIA PADA PEDIATRI

I. PENDAHULUAN

Keluhan sulit menelan (disfagia) merupakan salah satu gejala kelainan atau

penyakit di orofaring dan esophagus. Keluhan ini akan timbul bila terdapat gangguan

gerakan otot-otot menelan dan gangguan tansportasi makanan dari rongga mulut ke

lambung. 1

Disfagia adalah kesulitan makan sebagai akibat gangguan dari salah satu tahapan

dalam proses menelan.  Walaupun sering menyertai disfagia, odinofagia (rasa

nyeri pada saat menelan) harus dibedakan dengan disfagia. Perlu perhatian juga bahwa

disfagia tidak dirancukan dengan globus. Globus adalah  perasaan menetap seakan –

akan ada gumpalan di kerongkongan walaupun sebenarnya tidak ada kerusakan organic

ataupun gangguan menelan yang sebenarnya.1,2

Disfagia merupakan ancaman yang serius karena merupakan resiko terhadap

terjadinya pneumoni aspirasi, malnutrisi, dehidrasi penurunan berat badan dan obtruksi

saluran napas.  Penderita usia tua adalah yang paling beresiko terhadap disfagia

dan komplikasinya, terutama silent aspiration. 2

Gangguan menelan pada anak–anak, berbeda dengan orang dewasa,

mengakibatkan hal–hal khusus yang tidak dijumpai pada penderita dewasa. Anak-anak

sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan dari organ–organ menelan serta

refleks–refleks oro-motorik. Anak–anak juga sedang mengalami pematangan dari

perilaku makan.2

Penyebab disfagia dapat merupakan kelainan–kelainan yang mengenai fase oral,

faringeal ataupun  esophageal dari proses menelan yang normal. Anamnesis yang teliti

dan pemeriksaan fisik yang cermat sengat penting dalam mendiagnosis dan

menatalaksanaan disfagia.3

Page 2: Referat Tht Puput

II. EPIDEMIOLOGI

Kesulitan makan merupakan ketidakmampuan anak untuk mengkonsumsi

sejumlah makanan yang diperlukannya, secara alamiah dan wajar, yaitu dengan

menggunakan mulutnya secara sukarela. Masalah kesulitan makan sering dihadapi baik

oleh para orangtua, dokter atau petugas kesehatan yang lain. Sekitar 25%-40% anak

dilaporkan mengalami kesulitan makan. Penelitian terhadap anak prasekolah usia 4-6

tahun di Jakarta didapatkan prevalensi kesulitan makan sebesar 33,6%, 44,5%

diantaranya menderita malnutrisi ringan-sedang, serta 79% telah berlangsung lebih dari

tiga bulan. Penelitian di Belgia menemukan 17% anak yang dirujuk dengan kesulitan

makan yang parah ditemukan mengalami esofagitis refuks tanpa disertai penyakit lain.4

Penyebab kesulitan makanan secara garis besar di bedakan oleh faktor organik,

nutrisi, dan psikologis. Beberapa faktor tersebut dapat berdiri sendiri, namun sering kali

multifaktorial.4

III. FISIOLOGI PROSES MENELAN

Proses menelan merupakan proses yang kompleks. Setiap unsur yang berperan

dalam proses menelan harus bekerja secara terintegrasi dan berkesinambungan.

Keberhasilan mekanisme menelan ini tergantung dari beberapa factor, yaitu : ukuran

bolus makanan, diameter lumen esophagus yang dilalui bolus, kontraksi peristaltik

esophagus, fungsi sfingter esophagus, dan kerja otot rongga mulut dan lidah. 1

Proses menelan dapat dibagi dalam 3 fase: 1,3,7,8

1. Fase Oral

Fase oral terdiri  dari dua fase yaitu preparasi (persiapan) dan propulsive

(mendorong). Fase preparasi merupakan pemrosesan dari bolus agar dapat mudah

ditelan, sedangkan fase propulsive adalah pendorongan makanan dari rongga mulut ke

orofaring. 1,3,7,8

Page 3: Referat Tht Puput

Gambar 1: lidah membentuk bolus makanan kemudian mendorongnya ka arah palatum

durum.

Pada anak normal rongga mulut berfungsi sebagai organ sensoris dan motoris

yang merubah fisik makanan baik ukuran, bentuk, pH, suhu maupun konsistensinya agar

aman untuk ditelan dan agar makanan dapat sampai ke faring tanpa masuk ke dalam

laring. 1,3,7,8

Porses ini dimulai dengan kontraksi lidah dan otot–otot mastikasi. Otot mastikasi

bekerja dengan terkoordinasi untuk mencampur bolus makanan dengan savila dan

mendorongnya dari rongga mulut ke orofaring, dimana refleks menelan involunter

terpicu. 1,3,7,8

Serebelum bertanggung jawab mongontrol output untuk nucleus motorik dari

saraf – saraf cranial n. V (trigeminus), n. VII (fasialis), dan n, XII (hypoglosus). 1,3

Pada saat menelan cairan seluruh proses berlangsung sekitar 1 detik. Dalam hal

ini menelan makanan padat, dapat terjadi pelambatan 5 – 10 detik sementara makanan

terakumulasi di orofaring. 1,3,7,8

  

2. Fase Faringeal

Fase faringeal merupakan fase paling penting karena tanpa mekanisme protektif

laring yang utuh, aspirasi sangat mungkin terjadi pada fase ini. Faring merupakan daerah

pertemuan saluran pernapasan dan saluran cerna, perjalanan makanan melalui daerah ini

memerlukan mekanisme yang efisien untuk dengan aman mengarahkan makanan ke

esophagus. 1,3,7,8

Selama fase ini proses menelan adalah reflektif dan meliputi rangkaian kompleks

dari gerakan yang cepat, overlapping dan sangat terkoordinasi. Palatum molle terangkat

untuk menutup nasofaring. Kontraksi muskulus suprahyoid menarik tulang hyoid dan

laring bergerak ke atas dan depan. Lidah menekan ke belakang dan bawah ke arah faring

untuk mendorong makanan ke bawah. Pada saat ini lidah dibantu oleh dinding faring

yang bergerak kea rah dalam dengan gelombang kontraksi progresif dari atas ke bawah.

Pilka vokalis bergerak ke garis tengah dan epiglottis melipat ke belakang untuk

melindungi jalan napas. Sfingter esophagus  atas berelaksi selama fase ini dan menjadi

erbuka karena terikan tulang hyoid dan laring ke arah depan. 1,3,7,8

Page 4: Referat Tht Puput

Sfingter ini menutup setelah makanan melewatinya, dan struktur faring kemudian

kembali pada posisi semula. Refleks menelan ini berlangsung hanya 1 detik, dan

melibatkan jalur sensoris dan motoris saraf kanan n. IX (glosso-faringeus) dan n. X

(vagus). 1,3,7,8

Fase ini berjalan involunter dan refleksif sehingga tidak ada gerakan faring yang

terjadi sampai refleks menelan terpicu. 1,3,7,8

                       

Gambar 2: Pemindahan bolus makanan oleh lidah ke faring mengawali deglutisi.  

3. Fase Esofageal

Pada fase esophageal, bolus mekanan didorong ke bawah oleh gerakan

peristaltikm kontraksi involunter dari otot – otot skeletal esophagus bagian atas

mendorong bolus makanan ke bagian tengah dan distal. Sfingter esophagus bawah

berlaksasi pada awal menelan, dan relaksasi ini berlangsung sampai makanan telah

didorong ke dalam lambung. 1,3,7,8

Gambar 3: Relaksasi dari sfingter memungkinkan makanan bergerak ke esophagus

proksimal

Berbeda dengan sfingter esophagus atas, sfingter bawah tidak ditarik membuka

oleh muskulatur kestrinsik. Sfingter esophagus bawah mentup setelah bolus masuk ke

dalam lambung, sehingga mencagah refluks gastroesofagus. 1,3,7,8

Page 5: Referat Tht Puput

Medula spinalis mengendalikan gerakan menelan involunter ini. Mekipun

demikian gerakan menelan volunteer dapat terjadi karena pengaruh korteks serebri.

Kontraksi membutuhkan waktu 8 – 20 detik sehingga makanan masuk ke dalam

lambung. 1,3,7,8

Perkembangan Proses Menelan

Deglutisi prenatal terjadi pada sekitar usia kehamilan 16 -17 minggu, sedangkan

perubahan besar dan letak relative komponen rongga mulut dan faring terjadi pada masa

paska natal.

Perubahan perkembangan perilaku makan pada anak perlu diperhatikan. Pada

bayi normal fase oral proses menelan dtandai dengan gambaran yang dikenal dengan

suckle feeding yang disusul dengan perkembangan transitional feeding (usia 6 – 36

bulan) dan kemudian mature feeding yang ditandai dengan menggigit dan mengunyah.

Pematangan dari perilaku makan terjadi terutama sebagai hasil perkembangan system

saraf pusat, disertai aktifitas motor yang dikendalikan oleh pusat yang lebih tinggi

seperti thalamus dan korteks serebri.

IV. ETIOLOGI

Penyebab dari disfagia pada pediatri dapat dibagi atas dua kelompok pediatri,

yaitu newborn dan infants/children. 8

Atresia esophagus merupakan diagnosis yang paling mungkin pada newborn,

sebelum didapatkan aspirasi dari saliva. Untuk menyingkirkan atresia esophagus dapat

dilakukan dengan memasukkan NGT. Adapun beberapa etiologi yang dapat menjadi

penyebab dari disfagia pada newborn adalah: 8

Tabel: Klasifikasi penyebab gangguan menelan (disfagia)

I. Anatomic Defets

A. Malformasi orofaring:

Obstruksi nasal

Palatoskisis

Macroglosia

Divertikel/ tumor pada faring

Page 6: Referat Tht Puput

B. Gangguan esophagus

Atresia esophagus

Fistula tracheoesophageal

Stenosis esophagus

Kompresi external (vascular, tumor)

Tumor esophagus

II. Neuromuscular Brain Disorders

Retardasi mental

Cerebral palsy

Cranial nerv palsy (V, VII, IX, X, XI, XII)

Muscle disorders

III. Inflammatory Disorders

Crocopharingeal spasme

Swallowed corrosives

Infeksi (kandidiasis, herpes stomatitis, SJS)

IV. Trauma

Benda asing

Perforasi esophagus

V. PATOFISIOLOGI

Pada pediatri gangguan menelan jarang merupakan kelainan yang tersendiri,

tetapi lebih sering pada bayi dan anak–anak dengan gangguan yang multipel. Keadaan

yang mendasari terjadinya disfagia pada anak meliputi system saraf pusat dan perifer,

penbyakit otot, dan anomaly structural rongga mulutm faring dan esophagus.1,8

Kelompok dengan risiko terjadinya disfagia dan komplikasinya meliputi bayi

prematur dengan fungsi koordinasi menelan dan pernapasan yang kurang baik, bayi yang

lama tidak mendapatkan nutrisi peroral dan bayi dengan penyakit paru menahun. 1,8

Gangguan menelan dapat dikategorikan menurut fase menelan yang terganggu.

Gangguan fase oral yang mengenai fase preparasi dan fase propulsive biasanya

disebabkan kerusakan control dari lidah. Penderita mungkin mengalami kesulitan

mengunyah mekanan padat dan mengawali menelan. Ketika minum cairan penderita

Page 7: Referat Tht Puput

dapat menampung cairan dalam ronggo mulut sebelum menelan. Akibatnya cairan

masuk sebelum waktunya ke faring yang belum siap, sehingga sering menyababkan

aspirasi. 8

Bila fase faringeal mengalami ganggaun yang berat, penderita mungkin tidak

dapat menelan makanan dan minuman dalam jumlah yang cukup  untuk

mempertahankan hidup. Dalam hal kelemahan otot – otot faring atau gangguan

koordinasi pergerakan atau kurang terbukanya sfingter esophagus atas, penderita

mungkin menahan makanan dalam jumlah berlebihan falam faring dan mengalami

overflow aspiration setela menelan. Gangguan pada fase ini  mungkin disebabkan

penyakit neuromoskular. Obstruksi dapat disebabakan oleh tumor, masa keradangan,

trauma/reseksi bedah, diverticulum Zenker’s, web esophagus, lesi structural ekstrinsik,

massa mediatinal anterior, spondilosis servikal. 8

Fungsi esophagus yang terganggu dapat menyebabkan retensi makanan dan

cairan dalam esophagus setelah pembesaran limfonode mediastinal atau subkarnial, yang

disebabkan oleh infeksi (turbekolosis, histoplasmosis) atau keganasan seperti limfoma.

Anomaly vskular juga dapat menekan esophagus, dimana paling sering disebabkan arteri

subklavia kanan aberans atau arkus aorta ganda yang bertempat di sisi kanan. 8

VI. GEJALA KLINIS

Gejala yang paling sering terjadi dan sangat khas pada disfagia yaitu aspirasi.

yang diikuti oleh batuk yang keras, apnea, atau sianosis pada setiap kali makan atau

dengan adanya batuk keras dan infeksi bronco alveolar yang disebabkan oleh aspirasi

saliva kronik. 3,7,8,9,10

Gejala lainnya adalah dispnea yang berlangsung ataupun cenderung bertambah

saat anak makan. Dispnea berlangsung jika terdapat sumbatan jalan napas yang

disebabkan karena tersedak atau proses menelan itu sendiri. Dapat pula terjadi nasal

reflux. Hal ini tidak patologis jika berlansung bersama dengan muntah, namun menjadi

hal patologis jika terjadi selama proses menelan. Penyebab utamanya biasanya adalah

palatum yang abnormal atau paralisis dari palatum molle, tapi dapat pula disebabkan

karena akalsia pada sfingter esophagus superior. 7,8,9,10

Biasa pula tidak terlihat gerakan menelan karena tidak adanya isapan pada fase

kedua proses menelan karena laring tidak mengalami elevasi selama memasukkan

Page 8: Referat Tht Puput

makanan. Gejala ini sering terlihat pada anak dengan pertumbuhan yang terlambat atau

pada anak dengan cerebral palsy. 7,8,9,10

VII. DIAGNOSIS

Anamnesis

Anamnesis yang teliti akan memungkinkan dokter untuk mengidentifikasi 80-85

persen penyebab disfagia. Hrus dibedakan kesulitan menelan ataukah nyeri saat menelan

(odinofagia). Odinofagia menendakan proses inflamasi atau proses keganasan. 1

Pada anamnesis penting untuk diketahui onset,lamanya dan keparahan disfagia.

Bermacam gejala yang berkaitan dengan disfagia dapat membantu mengarahkan

diagnosis banding ke arah diagnosis yang spesifik atau ke diagnosis yang berkaitan

anatomis-patofisiologis. Disfagia terhadap makanan padat menunjukkan obstruksi

esophageal atau structural. Disfagia terhadap cairan menunjukkan kelainan faring seperti

penyakit neuromuscular.

Anak dengan disfagia dapat mengalami gejala tersedak, batuk, sesak atau menjadi 

biru (sianosis) pada saat makan atau minum. Apabila gejala ini terjadi pada saat

menelan, letak gangguan biasanya orofaringeal, apabila batuk segera setelah menelan

mungkin suatu gangguan faring esofagial. Gejala yang muncul setelah makan mungkin

menunjukkan suatu refluks gastro esofagial atau suatu retensi bahan makanan dalam

suatu divertikulum atau esophagus yang mengalami dilatasi. 4,5

Penurunan berat badan dan gangguan pertumbuhan pada penderita disfagia

merupakan indicator derajat dan lamanya penyakit. Riawayat pembedahan atau trauma

pada faring, dada atau abdomen harus digali. Penderita juga harus ditanya apakah

menelan bahan kaustik atau obat –obatan medikamentosa yang dapat merusak mukosa.

Pemakaian obat–obatan seperti antihistamin, antikolinergik dapat mempengaruhi fungsi

kelenjar air liur atau persarafan pada proses menelan.4,5

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik umum dan pemeriksaan yang difokuskan pada organ atau gejala

khusus dengan berdasarkan pada riwayat penyakit sering dapat mengidentifikasi

penyebab disfagia.

Sptula lidah dan kaca dapat membantu melihat palatum molle dan mobilitas pita

suara, tentunya pada anak pemeriksaan ini hanya dapat dilakukan bila anak kooperatif.

Page 9: Referat Tht Puput

Bila memungkinkan palpasi bimanual dengan mememakai sarung tangan dapat

dilakukan untuk memeriksa lantai dasar mulut, lidah dan bibir untuk mendeteksi massa

atau fungsi motorik abnormal. Palpasi juga dilakukan didaerah leher untuk meraba

adanya massa atau limfadenopati yang dapat menyebabkan disfagia obtruktif.

Pemeriksaan neurologist harus meliputi penilaian status mental penderita, fungsi

motorik dan sensorik, refleks tendon dalam dan saraf cranial dan pemeriksaan serebelar.

Penderita dengan ganugguan kognitif  harus dinilai dengan hati –hati. Saraf cranial harus

diperhaitkan khusus terutama yang berhubungan dengan proses menelan yaitu

komponen motorik saraf V, VII, IX, X dan XII dan komponen sensorik saraf  V, VII, IX,

X dan XII. Penurunan refleks gag berhubungan dengan peningkatan resiko aspirasi.

Suara yang basah mungkin berkaitan dengan aspirasi laryngeal jangka panjang,

sedangkan suara yang mendesah lemah menandakan gangguan pada pita suara.

Pengamatan pada saat pemberian makan meliputi pengamatan ada tidaknya

kemampuan dan ketrampilan motorilk oral pada saat makan yaitu penutupan bibir,

dorongan rahang, dorongan lidah, refleks gigitan, penutupan rahang dan sebagainya.

Pada anak dengan gangguan menelan refleks dan gerakan menelan mungkin akan

memanjang. Posisi leher, kepala dan tubuh pada saat menelan juga harus diperhatikan,

demikian pula perilaku makan seperti gerakan lidah, ketidaksesuaian mulut. Gejala

tersedak, hambatan (gagging), perubahan kualitas suara juga dapat diamati satu menit

atau lebih untuk melihat adanya respon batuk yang terjadi lambat. Pengamatan langsung

diawali dengan penderita mencoba menelan sedikit (segelas) air. Bila mungkin penderita

kemudian diminta mencoba menelan berbagai jenis makanan.

Pemeriksaan Laboratorium

Pada dasarnya pemeriksaan laboratorium yang dilakukan harus berdasarkan

arahan dari anamnesis yang seksama dan pemeriksaan fisik yang teliti. Pemeriksaan

darah lengkap dapat meunnjukkan adanya infeksi atau inflamasi yang menyebabkan

disgfagia. Adanya melnutirsi mengindikasikan perlunya pemeriksaan protein serum.

Pemeriksaan kadar tiroid dapat membantu mencari penyebab disfagia berkaitan dengan

hipotiroidisme atau hipertiroidisme.

Pemeriksaan Radiologi

Page 10: Referat Tht Puput

Pemeriksaan lanjutan biasanya diperlukan untuk mengkonfirmasi diagnosis dan

menentukan resiko terhadap aspirasi, walaupun anamnesis dan pemeriksaan fisik cukup

untuk mengidentifikasi etiologi disfagia. 7

Imaging

Pemeriksaan foto polos leher merupakan pemeriksaan yang cepat dan murah

tetapi tidak dapat memperlihatkan mekanika menelan dan kealinan mukosa, oleh karena

itu hanya diindikasikan pada kecurigaan adanya penyebab disfagia yang spesifik seperti

keradangan (epiglotitis, abses retrofaring), atau benda asing yang radio opak. 7,9,10

Ultrasonografi

Ultrasonografi lidah dan faring dapat mengevaluasi lidah posterior dari tulang

hyoid dan dapat membantu melihat adanya lesi ekstramural dan submukosal dari

esophagus.  Keuntungan lain adalah pemeriksaan ini dapat memperlihatkan

mobilitas dan transit bolus dan mengidentifikasi adanya statis. Pemeriksaan ini tidak

memakai radiasi, portable, dan dapat mengevaluasi gerakan makan. Akan tetapi

ultrasonografi ini tidak dapat digunakan untuk mengevaluasi faring dan laring karena

adanya otot-otot di sekeliling. 7,9,10

Fluoroskopi

Cineradiografi dan videofluoroskopi adalah tehnik pencitraan primer yang dapat

dilakukan untuk mengivestigasi kesulitan menelan. Barium-contrast liquid (dalam gelas

atau botol) atau bentuk padat (kue, pudding) digunakan untuk anak-anak. Metode ini

dapat mengevaluasi fase faringeal dan esophageal. Videofuoroskopi menjadi pilihan

karena biayanya yang murah dan rendah radiasi. Informasi utama yang didapatkan

adalah adanya nasal reflux (velofaringeal inkompeten), elevasi laryngeal, dan ketepatan

waktu dari proses menelan. 7,8,9,10

Endoskopi

Endoskopi dilakukan dengan memasukkan flexible fiberoptic secara transnasal

yang digunakan untuk mengevaluasi beberapa aspek menelan. Fase oral tidak terlihat

pada endoskopi, dan selama menelan, karena kontraksi faring dan tertutupnya lapangan

pandang. 7,9,10

Transnasal laringoskop digunakan untuk menilai proses menelan fase faringeal.

Prosedur ini sensitive untuk mendeteksi premature bolus loss, penetrasi pada laring,

aspirasi trakea, dan residu pada faring. Dikarenakan kontraksi dari faring dapat

Page 11: Referat Tht Puput

menyumbat lumen faring, maka Fiberoptic endoscopic examination of swallowing

(FEES) tidak dilakukan untuk melihat pergerakan makanan pada saluran pencernaanatau

melihat bolus makanan selama proses menelan. (medscape)

Esofagaskopi

Esofagaskopi bertujuan untuk melihat langsung isi lumen esophagus dan

mukosanya. Diperlukan alat esofagoskop yang kaku atau yang lentur (Flexible fiberoptic

esophagoscope). Karena pemeriksaan ini bersifat invasive, maka perlu persiapan yang

baik. 1, 7,9,10

Manometri

Pemeriksaan manometrik bertujuan untuk menilai fungsi motorik esophagus.

Dengan mengukur tekanan dalam lumen esophagus dan tekanan sfingter esophagus

dapat dinilai gerakan peristaltic secara kualitatif dan kuantitatif. 1,7,9,10

Diagram diagnosis disfagia pada pediatri

Disfagia pada anak – anak juga dapat disebabkan karena menelan benda asing,

dimana pada keadaan ini keluhan disfagia mungkin beralih menjadi keluhan pernapasan.

Benda asing dalam esophagus akan mudah menekan membrane posterior trakea atau

laring sehingga mengahasilkan batuk, stidor, wheezing atau choking.8

Tabel: Kondisi yang menyebabkan disfagia pada pediatri

Page 12: Referat Tht Puput

KondisiDisfagia yang progresifDisfagia yang mendadakKesulitan memulau menelanMakanan cekat waktu menelan

BatukPada awal menelanPada akhir menelan

Kehilangan berat badanDengan regurgitasi

Gejala – gejala yang intermitenNyeri dengan disfagia

Nyeri diperparahHanya makanan padatMakanan padat dan cair

Regurgirtasi dari makanan lamaKelemahan dan disfagia

HalitosisDisfagia membaik dengan menelan berulangDisfagia diperperah dengan makanan dingin

Diagnosis yang dipertimbangkanDisfagia neuromuscularDisfagia obtructif, esofagitasDisfagia orofaringealDisfagia esofangeal

Disfagia neuromuscularDisfagia obstructif

KarsinomaAkalisasi

Struktur Peptik slerodermaCincin dan web spasme esophagus difus, Nutcracker esophagusEsofagitisPaska radiationInfeksi:herpes simplex viru monilia

Pill-induced

Disfagia obstructifDisfagia neuromuscularDiverkulum ZenkerStroke, distrofi muscular, myastheniagravisSkelrosis multiple

Divertikulum ZenkerAkalasiaGangguan modalitas neuromuscular

VIII. PENANGANAN

Disfagia pada anak kebanyakan terjadi bersama perkembangan yang abnormal

atau lambat, yaitu perkembangan kognitif, motorik oral, ketrampilan motorik halus dan

kasar. Penatalaksanaan harus mempertimbangkan umur perkembangan anak, tingkat

Page 13: Referat Tht Puput

fungsional kemampuan menelan saat itu, contohnya kemampuan mengunyah,

kemampuan untuk mengendalikan memenipulasi bolus  Disfagia membutuhkan

penanganan ahli dari  multidisiplin yang terdri dari dokter, fisioterpis, ahli diet, perawat.

Asupan nutrisi yang tidak adekuat dapat disebabkan karena fungsi motor oral,

kesulitan mengkomunikasikan keinginan untuk makan atau kesukaannya.

Ketidakmampuan makan mandiri, fefluks gastro esofangeal dan aspirasi. Penilaian diet

oleh ahli diet yang berengalaman di bidang pediatric dapat membantu mengatasi

masalah nutrisi. Disamping itu perlu untuk mencatat asupan dan kehilangan cairan,

mancatat asupan makanan anak dan pertmabahan berat badannya dan memantau

lamanya makan

Pemeriksaan VFSS dapat membantu untuk menentukan tekstur makanan mana

yang paling aman. Modifikasi makanan dapat berfariasi tergantung berdasar tekstur

makanan yang berbeda dan kemampuan anak untuk mengunyah. Biasanya

direkomendasikan seukuran gigitan kecil. Pada beberapa meningkatkan kepakaan

sensoris dalam rongga mulut, membantu pembentukan bolus dan mengurangi waktu

transit di faring.

Anak dengan gangguan neuromuscular disertai kelemahan dam hillangnya

koordinasi menelan lebih mudah menelan makanan dengan mengurangi aspirasi. Pada

anak – anak harus diberikan bermacam – macam rasa dari ditolerir harus dicatat untuk

menentukan mana yang paling efektif.

Anak – anak dengan control kepala dan stabilitas badan  yang jelek memerlukan

teknik positioning yang sesuai dan individual. Anak dengan serebal palsi berat dan

gangguan makan, posisi makan tergantung derajat disfagia dan apakah disfagia terutama

faringeal atau oral. Pada anak dengan kelainan utama pada fase faringeal,

direkomendasikan posisi tegak dengan leher dan panggul fleksi. Penilaian secara visual

saja tenang posisi menelan yang aman dan efektif tidak cukup, sehingga diperlukan

pemeriksaan VFSS.

KOMPLIKASI DISFAGIA

Disfagia menyebabkan penderita mudah mengalami aspirasi, dimana aspirasi

selanjutnya akan menybabkan pneumonia. Beberapa factor yang mempengaruhi

Page 14: Referat Tht Puput

terjadinya aspirasi ini diantaranya adalah jumlah, sifat fisik dan letak kedalaman aspirasi

serta meknisme pembersihan oleh paru. Aspirasi  semakin berbahaya pada aspirasi

dalam jumlah yang lebih besar, letak yang semakin distal dan sifat yang lebih asam. Bila

aspirasi diikuti organisme infeksius atau bahkan flora normal mulut sekalipun, maka

akan dapat menbyebabkan pneumonitis.

Malnutrisi dan dehidrasi sendiri merupakan factor resiko untuk terjadinya

pneumonia. Malnutrisi menyebabkan seseorang rentan terhadap perubahan kolonisasi

bakteri di orofaring dan menurunkan pertahankan terhadap infeksi dengan menekan

system imunitas. Malnutrisi juga menyebabkan letargi, kelemahan dan penurunan

kesadaran yang pada gilirannya meningkatkan kemungkinan terjadinya aspirasi.

Tambahan pula bahwa manutrisi mengurangi kekuatan batuk dan mekanisme

pembersihan paru sebagai factor pertahanan terhadap aspirasi.

Disfagia dapat menyebabkan dehidrasi karena asupan cairan yang kurang.

Sebaliknya, dehirasi juga merupakan factor resiko terjadinya pneumonia. Hal ini

disebabkan pertama karena berkurangnya aliran air liur yang dapat perubahan kolonisasi

di orofaring, kedua karena letargi dan perubahan status mental yang dapat meningkatkan

aspirasi, dan ketiga karena menurunnya system imunitas.

DAFTAR PUSTAKA

1. Eflaty Arsyad, Nurbaiti Iskandar, Jonny B, dkk. Kesulitan Menelan in: Buku ajar

ilmu kesehatan THT-KL, edisi keenam. Jakarta: FK-UI; 2007,p.277-84.

Page 15: Referat Tht Puput

2. Pp

3. Cumming Charles, et.all. Oral Cavity/ Pharings/ Esophagus in: Cumming

otholarhyngolongi, head, and neck surgery 4th edition.USA: Elsevier,2007,part

six chapters 62-3.

4. Anatomi

5. anatomi

6. Kesulitan makan pada pasien :survey di unit pediatric rawat jalan

7. Cummings chapter 80

8. Cumming Charles, et.all. Aspiration and swallowing in: Cumming

otholarhyngolongi, head, and neck surgery 4th edition.USA: Elsevier,2007,part

seventeen chapter 189.

9. Medscape

10. mayo