referat syok.docx
-
Upload
fauziah-muchtar -
Category
Documents
-
view
207 -
download
55
description
Transcript of referat syok.docx
BAB I
PENDAHULUAN
S y o k m e r u p a k a n s u a t u k e a d a a n p a t o f i s i o l o g i k d i n a m i k y a n g t e r j a d i b i l a
oxygen delivery ke mitokondria sel di seluruh tubuh manusia tidak mampu memenuhi kebutuhan oxygen
consumption.Sebagai respon terhadap pasokan oksigen yang tidak c u k u p i n i , metabolisme energi sel
menjadi anaerobik. Keadaan ini hanya dapatditoleransi tubuh untuk waktu yang terbatas, selanjutnya
dapat timbul kerusakan irreversible pada organ vital.1
P a d a tingkat multiseluler, tidak semua jaringan dan organ secara klinis terganggu akibat kurangnya
oksigen pada saat syok. Alfred Blalock membagi jenis syok menjadi 4 antara lain syok hipovolemik,
syok kardiogenik, syok septik, syok neurogenik. 2,3
Diseluruh dunia terdapat 6-20 juta kematian akibat syok tiap tahun, meskipun penyebabnya
berbeda tiap-tiap negara. 4 Diagnosa adanya syok harus didasarkan pada data-data baik klinis
maupun laboratorium yang jelas, yang merupakan akibat dari kurangnya perfusi jaringan.
S y o k b e r s i f a t p r o g r e s i f d a n t e r u s m e m b u r u k j i k a t i d a k s e g e r a d i t a n g a n i .
S y o k mempengaruhi kerja organ-organ vital dan penanganannya memerlukan pemahaman tentang
patofisiologi syok.5 Penatalaksanaan syok dilakukan seperti pada penderita t r a u m a
u m u m n y a y a i t u p r i m a r y s u r v e y A B C D E . T a t a l a k s a n a s y o k b e r t u j u a n memperbaiki
gangguan fisiologik dan menghilangkan faktor penyebab.4
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Syok merupakan keadaan darurat yang disebabkan oleh kegagalan perfusidarah ke
jaringan, sehingga mengakibatkan gangguan metabolisme sel. Kematian karena syok
terjadi bila keadaan ini menyebabkan gangguan nutrisi dan metabolism sel. Terapi syok
bertujuan memperbaiki gangguan fisiologik dan menghilangkan faktor penyebab. Syok
sirkulasi dianggap sebagai rangsang paling hebat dari hipofisisa drenalin sehingga menimbulkan akibat
fisiologi dan metabolism yang besar. Syok didefinisikan juga sebagai volume darah sirkulasi
tidak adekuat yang mengurangi p e r f u s i , p e r t a m a p a d a j a r i n g a n n o n v i t a l ( k u l i t ,
j a r i n g a n i k a t , t u l a n g , o t o t ) d a n kemudian ke organ vital (otak, jantung, paru- paru,
dan ginjal). Syok atau renjatanm e r u p a k a n s u a t u k e a d a a n p a t o f i s i o l o g i s d i n a m i k
y a n g m e n g a k i b a t k a n h i p o k s i a jaringan dan sel.5
2.2 Etiologi dan klasifikasi
Syok secara umum dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Syok hipovolemik, syok yang disebabkan karena tubuh kehilangan darah/syok hemoragik.
Hemoragik eksternal : trauma, perdarahan gastrointestinal. Hemoragik internal : hematoma,
hematotoraks Kehilangan plasma : luka bakar Kehilangan cairan dan elektrolit. Eksternal :
muntah, diare, keringat yang berlebih. Internal : asites, obstruksi usus
2. Syok kardiogenik, kegagalan kerja jantung. Gangguan perfusi jaringan yang disebabkan karena
disfungsi jantung misalnya : aritmia, AMI (Infark MiokardAkut)
3. Syok septik, terjadi karena penyebaran atau invasi kuman dan toksinnya didalam tubuh yang
berakibat vasodilatasi.
4. Syok anafilaktif, gangguan perfusi jaringan akibat adanya reaksi antigen antibody
yang mengeluarkan histamine dengan akibat peningkatan permeabilitas membrane kapiler dan
terjadi dilates arteriola sehingga venous return menurun. Misalnya: reaksi tranfusi,
sengatan serangga, gigitan ular berbisa.
2
5. Syok neurogenik, terjadi gangguan perfusi jaringan yang disebabkn karena
disfungsi sistem saraf simpatis sehingga terjadi vasodilatasi. Misalnya : trauma pada
tulang belakang, spinal syok.
2.3 Patofisiologi
Syok menunjukkan perfusi jaringan yang tidak adekuat. Hasil akhirnya berupa
l e m a h n y a a l i r a n d a r a h y a n g m e r u p a k a n p e t u n j u k y a n g u m u m , w a l a u p u n
a d a bermacam-macam penyebab. Syok dihasilkan oleh disfungsi empat system yang
t e r p i s a h n a m u n s a l i n g b e r k a i t a n y a i t u : j a n t u n g , v o l u m e d a r a h , r e s i s t e n s i
a r t e r i o l (beban akhir), dan kapasitas vena. Jika salah satu faktor ini bermasalah dan faktor lain tidak
dapat melakukan kompensasi maka akan terjadi syok. Awalnya tekanan darah a r t e r i
m u n g k i n n o r m a l s e b a g a i k o m p e n s a s i p e n i n g k a t a n i s i s e k u n c u p d a n
c u r a h j a n t u n g . J i k a s y o k b e r l a n j u t , c u r a h j a n t u n g m e n u r u n d a n v a s o k o n t r i k s i
p e r i f e r meningkat. Menurut patofisiologinya, syok terbagi atas 3 fase yaitu:5
Fase Kompensasi
Penurunan curah jantung (cardiac output ) terjadi sedemikian rupa sehingga timbul gangguan
perfusi jaringan tapi belum cukup untuk menimbulkan gangguan seluler. Mekanisme kompensasi
dilakukan melalui vasokonstriksi untuk menaikkan aliran darah ke jantung, otak dan otot skelet dan
penurunan aliran darah ke tempat yang kurang vital. Faktor humoral dilepaskan untuk menimbulkan
vasokonstriksi dan menaikkan volume darah dengan konservasi air.Ventilasi meningkat untuk mengatasi
adanya penurunan kadar oksigen didaerah arteri. Jadi pada fase kompensasi ini terjadi peningkatan
frekuensi dan kontraktilitas otot jantung untuk menaikkan curah jantung dan peningkatan respirasi untuk
memperbaiki ventilasi alveolar. Walau aliran darah ke ginjal menurun, tetapi ginjal mempunyai cara
regulasi sendiri untuk mempertahankan filtrasi glomeruler. Akan tetapi jika tekanan darah menurun,
maka filtrasi glomeruler juga menurun.
Fase Progresif
Terjadi jika tekanan darah arteri tidak lagi mampu mengkompensasi kebutuhan tubuh. Faktor
utama yang berperan adalah jantung. Curah jantung tidak lagi mencukupi sehingga terjadi gangguan
seluler di seluruh tubuh. Pada saat tekanan darah arteri menurun, aliran darah menurun, hipoksia
jaringan bertambah nyata, gangguan seluler, metabolisme, produk metabolisme menumpuk, dan akhirnya
3
terjadi kematian sel. Dinding pembuluh darah menjadi lemah, tak mampu berkonstriksi sehingga terjadi
bendungan vena, venous return menurun. Relaksasi sfinkter prekapiler diikuti dengan aliran
darah kejaringan tetapi tidak dapat kembali ke jantung. Peristiwa ini dapat menyebabkan
trombosis luas (DIC =Disseminated Intravascular Coagulation). Menurunnya aliran darah ke otak
menyebabkan kerusakan pusat vasomotor dan r e s p i r a s i d i o t a k . K e a d a a n i n i m e n a m b a h
h i p o k s i a jaringan. Hipoksia dan anoksia menyebabkan terlepasnya toksin dan bahan
lainnya dari jaringan (histamin dan bridikinin) yang ikut memperburuk syok (vasodilatasi
dan memperlemah fungsi jantung). Iskemia dan anoksia usus menimbulkan penurunan
integritas mukosa usus pelepasan toksin dan invasi bakteri usus ke sirkulasi. Invasi bakteri
dan penurunan fungsi detoksifikasi hepar memperburuk keadaan. Timbul sepsis, DIC bertambah
nyata, integritas system retikulo endotelial rusak, integritas mikrosirkulasi juga rusak. Hipoksia jaringan
juga menyebabkan perubahan metabolisme dari aerobik menjadi anaerobik. Akibatnya terjadi
asidosis metabolik, terjadi peningkatan asam laktat ekstraseluler dan timbunan asam karbonat di
jaringan.
Fase Irrevesibel/Refrakter
Karena kerusakan seluler dan sirkulasi sedemikian luas sehingga tidak dapat diperbaiki.
Kekurangan oksigen mempercepat timbulnya irreversibilitas syok.Gagal sistem kardiorespirasi, jantung
tidak mampu lagi memompa darah yang cukup, paru menjadi kaku, timbul edema interstisial, daya
respirasi menurun,dan akhirnya anoksia dan hiperkapnea.1.
Patogenesis dan Patofisiologi Syok Hipovolemik
Penyebab syok hipovolemik yang paling umum adalah perdarahan mukosa saluran
cerna dan trauma berat. Penyebab perdarahan terselubung adalah antara laintrauma
abdomen dengan ruptur aneurisma aorta, ruptur limpa atau ileus obstruksi, dan peritonitis.
Secara klinis syok hipovolemik ditandai oleh volume cairan intravaskuler yang berkurang bersama-sama
penurunan tekanan vena sentral, hipotensi arterial, dan peningkatan tahanan vaskular sistemik. Respon
jantung yang umum adalah berupa takikardia, Respon ini dapat minimal pada orang tua atau
karena pengaruh obat-obatan. Gejala yang ditimbulkan bergantung pada tingkat kegawatan
syok.2.
Patogenesis dan Patofisiologi Syok Kardiogenik 5
4
Patofisiologi yang mendasari syok kardiogenik adalah depresi kontraktilitas miokard yang
mengakibatkan lingkaran setan penurunan curah jantung, tekanandarah rendah,insufisiensi koroner, dan
selanjutnya terjadi penurunan kontraktilitas dan curah jantung. Syok kardiogenik ditandai dengan
gangguan fungsi ventrikel kiri, yang mengakibatkan gangguan berat pada pefusi jaringan dan
penghantaran oksigen ke jaringan. Yang khas pada syok kardiogenik oleh infark miokardium akut adalah
hilangnya 40% atau lebih jaringan otot pada ventrikel kiri. Selain dari kehilangan masif jaringan otot
ventrikel kiri juga ditemukan daerah-daerah nekrosis fokal diseluruh ventrikel. Nekrosis fokal diduga
merupakan kibat dari ketidak seimbangan yang terus-menerus antara kebutuhan dan suplai
oksigen miokardium. Pembuluh koroner yang terserang juga tidak mampu meningkatkan alira darah
secara memadai sebagai respon terhadap peningkatan beban kerja dan kebutuhan oksigen jantung
olehaktivitas respon kompensatorik seperti perangsangan simpatik. Sebagai akibat
dari proses infark, kontraktilitas ventrikel kiri dan kinerjanya menjadi sangat terganggu.Ventrikel kiri
gagal bekerja sebagai pompa dan tidak mampu menyediakancurah jantung yang memadai untuk
mempertahankan perfusi jaringan. M a k a dimulailah siklus berulang. Siklus dimulai dengan
terjadinya infark yang berlanjut dengan gangguan fungsi miokardium. Gangguan fungsi
miokardium yang berat akan menyebabkan menurunnya curah jantung dan hipotensi arteria. Akibatnya
terjadinya asidosis metabolik dan menurunnya perfusi koroner, yang lebih lanjut mengganggu fungsi
ventrikel dan menyebabkan terjadinya aritmia.3.
Patogenesis Syok Septik
Pada umumnya penyebab syok septik adalah infeksi kuman gram negatif yang berada dalam
darah/endotoksin. Jamur dan jenis bakteri juga dapat menjadi penyebab septicemia. Syok septik
sering diikuti dengan hipovolemia dan hipotensi. Hal ini dapat disebabkan karena penimbunan
cairan disirkulasi mikro, pembentukan pintasan arterio venus dan penurunan tahanan vaskuler sistemik,
kebocoran kapiler menyeluruh, depresi fungsi miokardium. Beberapa faktor predisposisi syok septik
adalah trauma, diabetes, leukemia, granulositopenia berat, penyakit saluran kemih,terapi kortikosteroid
jangka panjang, imunosupresan atau radiasi. Syok septik sering terjadi pada bayi baru lahir, usia di atas
50 tahun, dan penderita gangguan system kekebalan.4.
Patogenesis Syok Neurogenik
5
Syok neurogenik disebut juga syok spinal merupakan bentuk dari syok distributif . Syok
neurogenik terjadi akibat kegagalan pusat vasomotor karena hilangnya tonus pembuluh darah secara
mendadak di seluruh tubuh sehingga terjadi hipotensi dan penimbunan darah pada pembuluh darah pada
capacitance vessels. Hasil dari perubahan resistensi pembuluh darah sistemik ini diakibatkan oleh
cidera pada sistem saraf (seperti : trauma kepala, cedera spinal atau anestesi umum yangdalam). Syok
neurogenik juga disebut sinkop. Syok neurogenik terjadi karena reaksi vasovagal berlebihan yang
mengakibatkan terjadinya vasodilatasi menyeluruh di daerah splangnikus sehingga aliran darah ke otak
berkurang. Reaksi vasovagal umumnya disebabkan oleh suhu lingkungan yang panas, terkejut, takut, atau
nyeri hebat. Pasien merasa pusing dan biasanya jatuh pingsan. Setelah pasien dibaringkan, umumnya
keadaan berubah menjadi baik kembali secara spontan. Trauma kepaa yang terisolasi tidak
akanmenyebabkan syok. Adanya syok pada trauma kepala harus dicari penyebab yang lain. Trauma pada
medulla spinalis akan menyebabkan hipotensi akibat hilangnyatonus simpatis. Gambaran klasik dari syok
neurogenik adalah hipotensi tanpa takikardi atau vasokonstriksi perifer.5.
Patogenesis Syok Neurogenik Coomb dan Gell (1963), anafilaksis dikelompokkan dalam
hipersensitivitas tipe 1 atau Immediate type reaction. Mekanisme anafilaksis melalui beberapa fase :
1. Fase Sensitisasi, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan IgE sampai diikatnya oleh
reseptor spesifik pada permukaan mastosit dan basofil. Alergen yang masuk lewat kulit, mukosa,
saluran napas atau saluran makan ditangkap oleh makrofag. Makrofag segera mempresentasikan
antigen tersebutkepada Limfosit T, dimana ia akan mensekresikan sitokin (IL-4, IL-13)
yangmenginduksi Limfosit B berproliferasi menjadi sel plasma (Plasmosit). Sel plasma
memproduksi Immunoglobulin E (IgE) spesifik untuk antigen tersebut.IgE ini kemudian terikat
pada reseptor permukaan sel Mast (Mastosit) dan basofil.
2. Fase Aktivasi, yaitu waktu selama terjadinya pemaparan ulang denganantigen yang sama.
Mastosit dan Basofil melepaskan isinya yang berupa granula yang menimbulkan reaksi pada
paparan ulang. Pada kesempatan lain masuk allergen yang sama ke dalam tubuh. Alergen yang
sama tadi akan diikat oleh IgE spesifik dan memicu terjadinya reaksi segera pelepasan mediator
vasoaktif antaralain histamin, serotonin, bradikinin dan beberapa bahan vasoaktif lain dari
granulayang disebut preformed mediators. Ikatan antigen-antibodi merangsang degradasiasam
arakidonat dari membran sel yang akan menghasilkan Leukotrien (LT) danProstaglandin (PG)
yang terjadi beberapa waktu setelah degranulasi yang disebut Newly formed mediators.
6
3. Fase Efektor, yaitu waktu terjadinya respon yang kompleks (anafilaksis)sebagai efek mediator
yang dilepas mastosit atau basofil dengan aktivitas farmakologik pada organ – organ tertentu.
Histamin memberikan efek bronko konstriksi, meningkatkan permeabilitas kapiler yang
nantinyamenyebabkan edema, sekresi mucus dan vasodilatasi. Serotonin
meningkatkan permeabilitas vaskuler dan bradikinin menyebabkan kontraksi otot polos.
Platelet Activating Factor (PAF) berefek bronkospasme dan meningkatkan
permeabilitasvaskuler, agregasi dan aktivasi trombosit. Beberapa faktor kemotaktik
menarik eosinofil dan neutrofil. Prostaglandin yang dihasilkan menyebabkan bronkokonstriksi,
demikian juga dengan leukotrien.Stadium-Stadium Syok Syok memiliki beberapa stadium
sebelum kondisi menjadi dekompensasi atau irreversibel sebagaimana dilukiskan dalam gambar
berikut:6
2.4 Diagnosis
2.4.1 Syok hipovolemia
Anamnesis
Pada pasien dengan kemungkinan syok akibat hipovolemik, riwayat penyakit penting untuk
menentukan penyebab yang mungkin dan untuk penanganan lansung. Syok hipovolemik akibat
kehilangan darah dari luar biasanya nyata dan mudah di diagnosis. Perdarahan dalam kemungkinan tidak
nyata, seperti pasien hanyamengeluhkan kelemahan, letargi, atau perubahan status mental.7 Gejala-gejala
syok seperti kelemahan, penglihatan kabur, dan kebingungan,sebaiknya dinilai pada semua pasien. Pada
pasien trauma, menentukan mekanisme cedera dan beberapa informasi lain akan memperkuat kecurigaan
terhadap cederatertentu (misalnya, cedera akibat tertumbuk kemudi kendaraan, gangguan kompartemen
pada pengemudi akibat kecelakaan kendaraan bermotor). Jika sadar, pasien mungkin dapat menunjukkan
lokasi nyeri. Tanda vital, sebelum dibawa ke unit gawat darurat sebaiknya dicatat. Nyeri dada, perut, atau
punggung mungkin menunjukkan gangguan pada pembuluh darah. Tanda klasik pada aneurisma arteri
torakalis adalah nyeri yang menjalar ke punggung. Aneurisma aorta abdominalis biasanya
menyebabkan nyeri perut, nyeri punggung, atau nyeri panggul.7,8 Pada pasien dengan perdarahan
gastrointestinal, mengumpulan keterangan tentang hematemesis, melena, riwayat minum alkohol,
penggunaan obat anti inflamasi non steroid yang lama, dan koagulopati (iatrogenik atau selainnya) adalah
sangat penting.9 Kronologi muntah dan hematemesis harus ditentukan. Pada pasien dengan hematemesis
setelah episode berulang muntah yang hebat kemungkinan mengalami Sindrom Boerhaave atau Mallory
7
Weiss tear, sedangkan pasien dengan riwayat hematemesis sejak sejak awal kemungkinan mengalami
ulkus peptik atau varises esophagus. Jika suatu penyebab ginekologik dipertimbangkan, perlu
dikumpukan informasi mengenai hal berikut: periode terakhir menstruasi, faktor risiko kehamilan
ektopik, perdarahan pervaginam (termasuk jumlah dan durasinya), produk konsepsi pada saluran vagina,
dan nyeri. Semua wanita usia subur sebaiknya menjalani tes kehamilan, untuk meyakinkan apakah
mereka hamil. Tes kehamilan negatif bermakna untuk menyingkirkan diagnosis kehamilan ektopik.7
Pemeriksaan Fisis
Pemeriksaan fisis seharusnya selalu dimulai dengan penanganan jalan napas, pernapasan, dan
sirkulasi. Ketiganya dievaluasi dan distabilkan secara bersamaan,sistem sirkulasi harus dievaluasi untuk
tanda-tanda dan gejala-gejala syok. Jangan hanya berpatokan pada tekanan darah sistolik sebagai
indikator utama syok; hal ini m e n y e b a b k a n d i a g n o s i s l a m b a t . M e k a n i s m e k o m p e n s a s i
m e n c e g a h p e n u r u n a n tekanan darah sistolik secara signifikan hingga pasien kehilangan 30% dari
volume darah. Sebaiknya nadi, frekuensi pernapasan, dan perfusi kulit lebih diperhatikan. Juga, pasien
yang mengkonsumsi beta bloker mungkin tidak mengalami takikardi, tanpa memperhatikan derajat
syoknya.10 Klasifikasi perdarahan telah ditetapkan, berdasarkan persentase volume darahyang hilang.
Namun, perbedaan antara klasifikasi tersebut pada pasien hipovolemik sering tidak nyata. Penanganan
sebaiknya agresif dan langsung lebih berkaitan pada respon terapi dibandingkan klasifikasi awal. 10. Pada
pasien dengan trauma, perdarahan biasanya dicurigai sebagai penyebab dari syok. Namun, hal ini harus
dibedakan dengan penyebab syok yang lain.Diantaranya tamponade jantung (bunyi jantung melemah,
distensi vena leher), tension pneumothorax (deviasi trakea, suara napas melemah unilateral), dan trauma
medulla spinalis (kulit hangat, jarang takikardi, dan defisit neurologis).8
Ada empat daerah perdarahan yang mengancam jiwa meliputi: dada, perut, paha, dan bagian luar
tubuh.7,8
1. Dada sebaiknya diauskultasi untuk mendengar bunyi pernapasan yang melemah, karena
perdarahan yang mengancam hidup dapat berasal dari miokard, pembuluh darah, atau laserasi
paru.
2. Abdomen seharusnya diperiksa untuk menemukan jika ada nyeri atau distensi, yang
menunjukkan cedera intraabdominal.
3. Kedua paha harus diperiksa jika terjadi deformitas atau pembesaran (tanda-tanda fraktur femur
dan perdarahan dalam paha).
8
4. Seluruh tubuh pasien seharusnya diperiksa untuk melihat jika ada perdarahan luar. Pada pasien
tanpa trauma, sebagian besar perdarahan berasal dari abdomen.Abdomen harus diperiksa untuk
mengetahui adanya nyeri, distensi, atau bruit. Mencari bukti adanya aneurisma aorta, ulkus
peptikum, atau kongesti hepar. Juga periksa tanda-tanda memar atau perdarahan.7
Pada pasien hamil, dilakukan pemeriksaan dengan speculum steril. Meskipun, pada perdarahan
trimester ketiga, pemeriksaan harus dilakukan sebagai double set up di ruang operasi. Periksa abdomen,
uterus, atau adneksa.7 Penyebab-penyebab syok hemoragik adalah trauma, pembuluh darah,
gastrointestinal, atau berhubungan dengan kehamilan.11
1. Penyebab trauma dapat terjadi oleh karena trauma tembus atau trauma bendatumpul. Trauma
yang sering menyebabkan syok hemoragik adalah sebagai berikut: laserasi dan ruptur miokard,
laserasi pembuluh darah besar, dan perlukaan organ padat abdomen, fraktur pelvis dan femur, dan
laserasi pada tengkorak.
2. Kelainan pada pembuluh darah yang mengakibatkan banyak kehilangan darah antara
lain aneurisma, diseksi, dan malformasi arteri vena.
3. Kelainan pada gastrointestinal yang dapat menyebabkan syok hemoragik antara lain: perdarahan
varises oesofagus, perdarahan ulkus peptikum, Mallory Weiss tears, dan fistula aorta intestinal.
4. Kelainan yang berhubungan dengan kehamilan, yaitu kehamilan ektopik terganggu, plasenta
previa, dan solutio plasenta. Syok hipovolemik akibat kehamilan ektopik umum terjadi. Syok
hipovolemik akibat kehamilan ektopik pada pasien dengan tes kehamilan negatif jarang terjadi,
tetapi pernahdilaporkan.16
Pemeriksaan Laboratorium
Setelah anamnesis dan pemeriksaan fisis dlakukan, langkah diagnosi sselanjutnya tergantung
pada penyebab yang mungkin pada hipovolemik, danstabilitas dari kondisi pasien itu sendiri.7
Pemeriksaan laboratorium awal yang sebaiknya dilakukan antara lain:8,10
1. Hemoglobin dan hematokrit. Pada fase awal renjatan syok karena perdarahan kadar Hb dan
hematokrit masih tidak berubah, kadar Hb dan hematokrit akan menurun sesudah perdarahan
berlangsung lama, karena proses autotransfusi. Hal ini tergantung dari kecepatan hilangnya darah
yang terjadi. Pada syok karena kehilangan plasma atau cairan tubuh seperti pada dengue
fever atau diare dengan dehidrasi akan terjadi haemokonsentrasi.
9
2. Urin Produksi urin akan menurun, lebih gelap dan pekat. Berat jenis urinmenigkat >1,020. Sering
didapat adanya proteinuria.
3. Pemeriksaan analisa gas darah pH, PaO2, PaCO2 dan HCO3 darah menurun. Bila proses
berlangsung terus maka proses kompensasi tidak mampu lagi dan akan mulai tampak tanda-tanda
kegagalan dengan makin menurunnya pH dan PaO2 danmeningkatnya PaCO2 dan HCO3.
Terdapat perbedaan yang jelas antaraPO2 dan PCO2 arterial dan vena.
4. Pemeriksaan elektrolit serumPada renjatan sering kali didapat adanya gangguan keseimbangan
elektrolit seperti hiponatremi, hiperkalemia, dan hipokalsemia terutama pada penderita dengan
asidosis.
5. Pemeriksaan fungsi ginjal pemeriksaan BUN ( Blood urea nitrogen)dan serum kreatinin penting
pada renjatan terutama bila ada tanda-tanda gagal ginjal.
6. Pemeriksaan faal hemostasi.
7. Pemeriksaan yang lain untuk menentukan penyebab penyakit primer
Pemeriksaan Radiologi
Pasien dengan hipotensi dan/atau kondisi tidak stabil harus pertama kali diresusitasi secara
adekuat. Penanganan ini lebih utama daripada pemeriksaan radiologi dan menjadi intervensi segera dan
membawa pasien cepat ke ruang operasi.1 Langkah diagnosis pasien dengan trauma, dan tanda serta
gejala hipovolemia langsung dapat ditemukan kehilangan darah pada sumber perdarahan. Pasien trauma
dengan syok hipovolemik membutuhkan pemeriksaan ultrasonografi di unit gawat darurat jika dicurigai
terjadi aneurisma aorta abdominalis. J i k a dicurigai terjadi perdarahan gastrointestinal, sebaiknya
dipasang selang nasogastrik, dan gastric lavage harus dilakukan. Foto polos dada posisi tegak dilakukan
jika dicurigai ulkus perforasiatau Sindrom Boerhaave. Endoskopi dapat dilakukan (biasanya setelah
pasientertangani) untuk selanjutnya mencari sumber perdarahan.7 Jika dicurigai terjadi diseksi dada
karena mekanisme dan penemuan dari foto polos dada awal, dapat dilakukan transesofageal
echocardiography, aortografi, atauCT-scan dada. Jika dicurigai terjadi cedera abdomen, dapat dilakukan
pemeriksaan FAST(Focused Abdominal Sonography for Trauma) yang bisa dilakukan pada pasien
yangstabil atau tidak stabil. CT-Scan umumnya dilakukan pada Pasien yang stabil. Jika dicurigai fraktur
tulang panjang, harus dilakukan pemeriksaan radiologi.8 Tes kehamilan sebaiknya dilakukan pada semua
pasien perempuan usia subur.Jika pasien hamil dan sementara mengalami syok, konsultasi bedah d a n
ultrasonografi pelvis harus segera dilakukan pada pelayanan kesehatan yang memiliki fasilitas
tersebut. Syok hipovolemik akibat kehamilan ektopik sering terjadi. Syok hipovolemik akibat
kehamilan ektopik pada pasien dengan hasil tes kehamilan negatif jarang, namun pernah dilaporkan.8
10
Differensial diagnosis8
1. Solusio plasenta Kehamilan ektopik
2. Aneurisma abdominal Perdarahan post partum
3. Aneurisma thoracis Trauma pada kehamilan
4. Fraktur femur Syok hemoragik
5. Fraktur pelvis Syok hipovolemik
6. Gastritis dan ulkus peptikum Toksik
7. Plasenta previa
2.4.2 Syok anafilaktik
Anamnesis
Pada anamnesis didapatkan zat penyebab anafilaksis (injeksi, minum obat, disengat hewan,
makan sesuatu atau setelah test kulit ), timbul biduran mendadak, gatal dikulit, suara parau
sesak ,sekarnafas, lemas, pusing, mual, muntah sakit perut setelah terpapar sesuatu.9,10
Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : baik sampai buruk
2. Kesadaran: compos mentis sampai koma
3. Tensi : hipotensi
4. Nadi :takikardi
5. Kepala dan leher : sianosis, dispneu, konjungtivitis, lakrimasi, edema periorbita, perioral, rinitis
6. Thorax aritmia sampai arrest pulmo bronkospasme, stridor, rhonki dan wheezing ,abdomen:
nyeri tekan, bising usus meningkat.
7. Ekstremitas : urtikaria, edema.Pemeriksaan Penunjang1.Pemeriksaan Tambahan Hematologi :
Pemeriksaan darah menunjukkan jumlah sel darah putih yang banyak atau sedikit, dan jumlah
faktor pembekuan yang menurun. Jika terjadi gagal ginjal, kadar hasil buangan metabolik (seperti
ureanitrogen) dalam darah akan meningkat. Hitung sel meningkat
hemokonsentrasi,trombositopenia eosinofilia naik/ normal / turun. Biakan darah dibuat
untuk menentukan bakteri penyebab infeksi.19
11
2. Analisa gas darah menunjukkan adanya asidosis dan rendahnya konsentrasi oksigen.
3. X foto : Hiperinflasi dengan atau tanpa atelektasis karena mukus plug,
4.EKG :Gangguan konduksi, atrial dan ventrikular disritmia atau menunjukkanketidakteraturan irama
jantung, menunjukkan suplai darah yang tidak memadai keotot jantung. 10
Diferensial Diagnosis
Beberapa keadaan dapat menyerupai reaksi anafilaktik, seperti :
1. Reaksi vasovagal
Reaksi vasovagal sering dijumpai setelah pasien mandapat suntikan. Pasien tampak pingsan,
pucat dan berkeringat. T e t a p i d i b a n d i n g k a n d e n g a n r e a k s i anafilaktik, pada reaksi
vasovagal nadinya lambat dan tidak terjadi sianosis. Meskipun tekanan darahnya turun
tetapi masih mudah diukur dan biasanya tidak terlalu rendah seperti anafilaktik.7
2. Infark miokard akut
Pada infark miokard akut gejala yang menonjol adalah nyeri dada, dengan atautanpa
penjalaran. Gejala tersebut sering diikuti rasa sesak tetapi tidak tampak tanda-tanda
obstruksi saluran napas. Sedangkan pada anafilaktik tidak ada nyeri dada.7
3. Reaksi hipoglikemik
Reaksi hipoglikemik disebabkan oleh pemakaian obat antidiabetes atau sebab lain.
Pasien tampak lemah, pucat, berkeringat, sampai tidak sadar. Tekanan darah k a d a n g - k a d a n g
m e n u r u n t e t a p i t i d a k d i j u m p a i t a n d a - t a n d a o b s t r u k s i s a l u r a n napas.
Sedangkan pada reaksi anafilaktik ditemui obstruksi saluran napas.7
4. Reaksi histeris
Pada reaksi histeris tidak dijumpai adanya tanda-tanda gagal napas, hipotensi, atau sianosis.
Pasien kadang-kadang pingsan meskipun hanya sementara.Sedangkan tanda-tanda diatas dijumpai
pada reaksi anafilaksis.7
5. Carsinoid syndrome
Pada sindrom ini dijumpai gejala-gejala seperti muka kemerahan, nyeri kepala,
diare, serangan sesak napas seperti asma.7
6. Chinese restaurant syndrome.
Dapat dijumpai beberapa keadaan seperti mual, pusing, dan muntah pada beberapa menit setelah
mengkonsumsi MSG (monosodium glutamat) lebih dari1gr, bila penggunaan lebih dari 5gr bisa
12
menyebabkan asma. N a m u n t e k a n a n darah, kecepatan denyut nadi, dan pernapasan tidak
berbeda nyata dengan mereka yang diberi makanan tanpa MSG.7
7. Asma bronchial
Gejala-gejalanya dapat berupa sesak napas, batuk berdahak, dan suara napas yang berbunyi
ngik-ngik. Dan biasanya timbul karena faktor pencetus seperti debu, aktivitas fisik,
dan makanan, dan lebih sering terjadi pada pagi hari.7
8. Rinitis alergika
Penyakit ini menyebabkan gejala seperti pilek, bersin, buntu hidung, gatal hidungyang hilang-
timbul, mata berair yang disebabkan karena faktor pencetus, mis.debu, terutama di
udara dingin.dan hampir semua kasus asma diawali dengan RA.7
2.4.3 Syok neurogenik
Anamnesis
Hampir sama dengan syok pada umumnya tetapi pada syok neurogenik dari
anamnesis biasanya terdapat cedera pada sistem saraf (seperti: trauma kepala, cideraspinal, atau anestesi
umum yang dalam).7
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik terdapat tanda tekanan darah turun, nadi tidak bertambah cepat, bahkan
dapat lebih lambat (bradikardi) kadang disertai dengan adanya defisit neurologis berupa quadriplegia
atau paraplegia.7
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan antara lain:7,21
1. Darah (Hb, Ht, leukosit, golongan darah), kadar elektrolit, kadar ureum, kreatinin, glukosa darah.
2. Analisa gas darah
3. EKG
Diferensial Diagnosis
1. Semua jenis syok.
2. Sinkop (pingsan)
3. Hipoglikemia
2.4.4 Syok kardiogenik
13
Syok kardiogenik dapat didiagnosa dengan mengetahui adanya tanda-tanda syok dan dijumpai
adanya penyakit jantung, seperti infark miokard yang luas,gangguan irama jantung, rasa nyeri daerah
torak, atau adanya emboli p a r u , tamponade jantung, kelainan katub atau sekat jantung.10 Syok
kardiogenik ditandai dengan tekanan sistolik rendah (kurang dari 90 mmHg), diikuti
menurunnya aliran darah ke organ vital :8,10
1. Produksi urin kurang dari 20 ml/jam
2. Gangguan mental, gelisah, sopourus
3. Akral dingin
4. Aritmia yang serius, berkurangnya aliran darah koroner, meningkatnya laktatkardial.
5. Meningkatnya adrenalin, glukosa,free fatty acid cortisol , rennin, angiotensin plasma serta
menurunnya kadar insulin plasma.Pada keadaan lanjut akan diikuti hipoksemia primer ataupun
sekunder, terjadi karena ketidakseimbangan ventilasi-perfusi, hipovolemia, dan asidosis
metabolic .Hipovolemia merupakan komplikasi yang sering terjadi pada syok
kardiogenik,disebabkan oleh meningkatnya redistribusi cairan dari intravaskular ke
interstitiel,stres akut, ataupun penggunaan diuretika.10
Kriteria hemodiamik syok kardiogenik adalah hipotensi terus menerus(tekanan darah sistolik < 90
mmHg lebih dari 90 menit) dan bekurangnyacardia cindex (<2,2/menit per m2) dan meningginya tekanan
kapiler paru (>15 mmHg).10 Diagnosis dapat juga ditegakkan sebagai berikut: 10
1. Tensi turun : sistolik < 90 mmHg atau menurun lebih dari 30-60 mmHg dari semula,
sedangkan tekanan nadi < 30 mmHg.
2. Curah jantung, indeks jantung < 2,1 liter/menit/m2.
3. Tekanan di atrium kanan (tekanan vena sentral) biasanya tidak turun, normal,rendah sampai
meninggi.
4. Tekanan diatrium kiri (tekanan kapiler baji paru) rendah sampai meninggi.
5. Resistensi sistemis.
6. Asidosis.
Pemeriksaan Penunjang
14
Pemeriksaan yang segera dilakukan :10
1. .Serum elektrolit, fungsi ginjal dan fungsi hepar.
2. Jumlah sel darah merah, leukosit (infeksi), trombosit (koagulopati)
3. Enzim Jantung (Creatinine Kinase, troponin, myoglobin, LDH)
4. Analisa gas darah arteri, dapat menggambarkan keseimbangan asam-basa dan k a d a r o k s i g e n .
D e f i s i t b a s a p e n t i n g , m e n g g a m b a r k a n k e j a d i a n d a n d e r a j a t renjatan, harus
dipantau terus selama resusitasi.
5. .Pemeriksaan serial kadar laktat, menggambarkan hipoperfusi dan prognosis.
6. Pemeriksaan yang harus direncanakan adalah EKG, ekokardiografi. foto polos dada.
2.4.5 Syok sepsis
Pada anamnesis sering didapatkan riwayat demam tinggi yang berkepanjangan, sering berkeringat
dan menggigil, menilai faktor resiko menderita 23 penyakit menahun, mengkonsumsi antibiotik jangka
panjang, pernah mendapatkan tindakan medis/pemebedahan.11
Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan demam tinggi, akral dingin, tekanan darah
turun < 80 mmHg dan disertai penurunan kesadaran. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan darah
menunjukkan jumlah sel darah putih yang banyak atau sedikit, dan jumlah faktor pembekuan
yang menurun. Jika terjadi gagal ginjal, kadar hasil buangan metabolik (seperti urea nitrogen) dalam
darah akan meningkat. Analisa gas darah menunjukkan adanya asidosis dan rendahnya konsentrasi
oksigen.Pemeriksaan EKG jantung menunjukkan ketidakteraturan irama jantung, menunjukkan suplai
darah yang tidak memadai ke otot jantung. Biakan darah dibuat untuk menentukan bakteri penyebab
infeksi.11
Diferensial Diagnosis
Semua penyakit infeksi
2.5 Tatalaksana dan komplikasi
15
2.5.1 Syok hipovolemia
Keadaan syok hipovolemia biasanya terjadi berbarengan dengan kecelakaan sehingga diperlukan
tatalaksana prehospital untuk mencegah timbulnya komplikasi,transfer pasien ke rumah sakit harus cepat,
tatalaksana awal di tempat kejadian harus segera dikerjakan. Pada perdarahan eksternal yang jelas, dapat
dilakukan penekanan langsung untuk mencegah kehilangan darah yang lebih banyak lagi. 12
Prinsip pengelolaan dasar adalah menghentikan perdarahan dan mengganti kehilanganvolume.13
I.Penatalaksanaan awal
A. Pemeriksaan jasmani 13,14
Meliputi penilaian ABCDE, serta respon penderita terhadap terapi, yakni melalui tanda-tanda
vital, produksi urin dan tingkat kesadaran.
1. Airway dan Breathing
Tujuan: menjamin airway yang paten dengan cukupnya pertukaranventilasi dan oksigenasi.
Diberikan tambahan oksigen untuk mempertahankan saturasi >95%. Pada pasien cedera servikal
p e r l u dilakukan imobilisasi. Pada pasien dengan syok hipovolemik memberikan ventilasi
tekanan positif dapat mengakibatkan terjadinya penurunan aliran balik vena, cardiac output,
dan memperburuk syok. Untuk memfasilitasiventilasi maka dapat diberikan oksigen
yang sifat alirannya high flow. Dapat diberikan dengan menggunakan non rebreathing mask
sebanyak 10-12 L/menit.12
2. Sirkulasi
Kontrol pendarahan dengan, mengendalikan pendarahan memperoleh akses intravena yang
cukup, menilai perfusi jaringanPengendalian pendarahan, dari luka luar tekanan langsung pada
tempat pendarahan (balut tekan). Pendarahan patah tulang pelvis dan ekstremitas bawah. PASG
( Pneumatic Anti Shock Garment ).Pendarahan internal operasi. Posisi pasien juga dapat
mempengaruhi sirkulasi. Pada pasien dengan hipotensi dengan menaikkan kakinya lebih tinggi
dari kepala dan badannya akan meningkatkan venous return. Pada pasien hipotensi yang hamil
dengan cara memiringkan posisinya ke sebelah kiri juga meningkatkan aliran darah balik ke
jantung.
3. Disability
16
pemeriksaan neurolog. Menentukan tingkat kesadaran, pergerakan mata dan respon pupil, fungsi
motorik dan sensorik. Manfaat: menilai perfusi otak, mengikuti perkembangan kelainan neurologi
dan meramalkan pemulihan.
4. Exposure
Pemeriksaan lengkap terhadap cedera lain yang mengancam jiwa serta pencegahan terjadi
hipotermi pada penderita.
5. Dilatasi Lambung: dekompresi Dilatasi lambung pada penderita trauma, terutama anak-
anak mengakibatkan terjadinya hipotensi dan disritmia jantung yang tidak dapatditerangkan.
Distensi lambung menyebabkan terapi syok menjadi sulit. Pada penderita yang tidak sadar,
distensi lambung menyebabkan resiko aspirasi isi lambung. Dekompresi dilakukan dengan
memasukkan selang melalui mulut atau hidung dan memasangnya pada penyedot
untuk mengeluarkan isi lambung.
6. Pemasangan kateter urin memudahkan penilaian adanya hematuria dan evaluasi perfusi ginjal
dengan memantau produksi urin. Kontraindikasi: darah pada uretra, prostat letak tinggi, mudah
bergerak.
B. Akses pembuluh darah
Harus segera didapatkan akses ke pembuluh darah. Paling baik dengan2 kateter intravena ukuran
besar, sebelum dipertimbangkan jalur vena sentral. Kateter yang digunakan adalah kateter pendek
dan kaliber besar agar dapatmemasukkan cairan dalam jumlah besar. Tempat terbaik jalur intravena
orangd e w a s a a d a l a h l e n g a n b a w a h . B i l a t i d a k m e m u n g k i n k a n d i g u n a k a n
a k s e s pembuluh sentral atau melakukan venaseksi. Pada anak-anak < 6 tahun, teknik penempatan
jarum intraosseus harus dicoba sebelum menggunakan jalur vena sentral. Selain itu, teknik intraoseus juga
dapat dilakukan pada pasien dewasa dengan hipotensi. 12 Jika kateter vena telah terpasang,
diambil darah untuk crossmatc, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan toksikologi, serta
tes kehamilan pada wanita subur serta analisis gas darah arteri.13
C.Terapi Awal Cairan
Larutan elektrolit isotonik digunakan sebagai terapi cairan awal. Jenis cairan ini mengisi
intravaskuler dalam waktu singkat dan juga menstabilkanvolume vaskuler dengan
mengganti volume darah yang hilang berikutnya kedalam ruang intersisial dan intraseluler.
Larutan Ringer Laktat adalah cairan pilihan pertama sedangkan NaCl fisologis adalah pilihan
17
kedua. Jumlah cairan yang diberikan adalah berdasarkan hukum 3 untuk 1, yaitu memerlukansebanyak
300 ml larutan elektrolit untuk 100 ml darah yang hilang. Sebagai contoh, pasien dewasa dengan berat
badan 70 kg dengan derajat perdarahan III membutuhkan jumlah cairan sebanyak 4.410 cairan kristaloid.
Hal inididapat dari perhitungan [(BB x % darah untuk masing-masing usia x % perdarahan) x 3], yaitu
[70 x 7% x 30% x 3].13 Jumlah darah pada dewasa adalah sekitar 7% dari berat badan, anak-anak sekitar
8-9% dari berat badan. Bayi sekitar 9-10% dari berat badan. 16 Pemberian cairan ini tidak bersifat
mutlak, sehingga perlu dinilai respon penderita untuk mencegah kelebihan atau
kekurangan cairan.13,17 B i l a s e w a k t u r e s u s i t a s i , j u m l a h c a i r a n y a n g diperlukan
melebihi perkiraan, maka diperlukan penilaian ulang yang teliti dan perlu mencari cedera yang
belum diketahui atau penyebab syok yang lain. Singkatnya untuk bolus cairan inisial dapat diberikan 1-2
L cairan kristaloid, pada pasien anak diberikan 20 cc/kg BBII. Evaluasi Resusitasi Cairan dan Perfusi
Organ.13,15
A. Umum p u l i h n y a t e k a n a n d a r a h m e n j a d i n o r m a l , t e k a n a n n a d i d a n
d e n y u t n a d i merupakan tanda positif yang menandakan bahwa perfusi sedang
kembali kekeadaan normal, tetapi tidak memberi informasi tentang perfusi organ.
B. Produksi urin J u m l a h p r o d u k s i u r i n m e r u p a k a n i n d i k a t o r p e n t i n g u n t u k
p e r f u s i g i n j a l . Penggantian volume yang memadai menghasilkan pengeluaran urin
sekitar 0,5 ml/kgBB/jam pada orang dewasa, 1 ml/kgBB/jam pada anak-anak dan
227 ml/kgBB/jam pada bayi. Jika jumlahnya kurang atau makin turunnya produksi dengan berat
jenis yang naik menandakan resusitasi yang tidak cukup.
C. Keseimbangan Asam-Basa penderita syok hipovolemik dini akan mengalami alkalosis pernafasan
karena takipneu. Alkalosis respiratorik disusul dengan asidosis metabolik ringan dalam tahap
syok dini tidak perlu diterapi. Asidosis metabolik yang berat dapat terjadi pada syok yang terlalu
lama atau berat. Asidosis yang persisten pada penderita syok yang normo thermic harus diobati
dengan cairan darah dan dipertimbangkan intervensi operasi untuk mengendalikan pendarahan.
Defisit basa yang diperoleh dari analisa gas darah arteri dapat memperkirakan beratnya defisit
perfusi yang akut.
Keberhasilan manajemen syok hemoragik atau lebih khusus lagi resusitasi cairan bias dinilai dari
parameter-parameter berikut: Capilary refill time < 2 detik, MAP 65-70 mmHg, O2 sat >95%,Urine
output >0.5 ml/kg/jam (dewasa) ; > 1 ml/kg/jam (anak), Shock index = HR/SBP (normal 0.5-0.7),CVP 8
to12 mm Hg, ScvO2 > 70%IV.
Transfusi Darah
18
Tujuan utama transfusi darah adalah memperbaiki kemampuan mengangkutoksigen dari volume darah.
Pemberian darah juga tergantung respon penderitaterhadap pemberian cairan.13
a. Pemberian darah packed cell vs darah biasa. Tujuan utama transfusi darah: memperbaiki
kemampuan mengangkut oksigen dari volume darah. Dapat diberikan darah biasa maupun packed
cell.Pemberian cairan adekuat dapat memperbaikicardiac output tetapi tidak
memperbaiki oksigensi sebab tidak ada penambahan jumlah dari mediatransport
oksigen yaitu hemoglobin. Pada keadaan tersebut perlu dilakukan tranfusi. Beberapa
indikasi pemberian tranfusi PRC adalah:16
1. J u m l a h p e r d a r a h a n d i p e r k i r a k a n > 3 0 % d a r i v o l u m e t o t a l a t a u p e r d a r a h a n
derajat III
2. Pasien hipotensi yang tidak berespon terhadap 2 L kristaloid
3. Memperbaiki delivery oksigen
4. P a s i e n k r i t i s d e n g a n k a d a r h e m o g l o b i n 6 - 8 g r / d l . Fresh frozen plasma
diberikan apabila terjadi kehilangan darah lebih dari 20-25% atau terdapat koagulopati
dan dianjurkan pada pasien yang telahm e n d a p a t 5 - 1 0 u n i t P R C . T r a n f u s i
p l a t e l e t d i b e r i k a n a p a d a k e a d a a n trombositopenia (trombosit
<20.000-50.000/mm 15) dan perdarahan yang terus berlangsung. Berikut indikasi dan unit
pemberian:18
Tabel 2.3. Indikasi dan unit pemberian tranfusi produk darah18
b. Darah crossmatch, jenis spesifik dan tipe O30
-Lebih baik darah yang sepenuhnya crossmatched.
- D a r a h t i p e s p e s i f i k d i p i l i h u n t u k p e n d e r i t a y a n g r e s p o n n y a s e m e n t a r a atau
singkat.
19
-Jika darah tipe spesifik tidak ada, maka packed cell tipe O dianjurkan untuk penderita dengan
pendarahan
exsanguinating
c . P e m a n a s a n c a i r a n p l a s m a d a n k r i s t a l o i d
Hipotermia harus dihindari dan dikoreksi bila penderita saat tiba di RS dalam keadaan hipotermi.
Untuk mencegah hipotermi pada penderita yang menerima volume kristaloid adalah
menghangatkan cairannya sampai 39˚C sebelumdigunakan.
d. A u t o t r a n s f u s i Pengumpulan darah keluar untuk autotransfusi sebaiknya
dipertimbangkan untuk penderita dengan hemothoraks berat.
e. KoagulopatiKoagulopati jarang ditemukan pada jam pertama. Penyebab koagulopati:
-Transfusi masif akan menghasilkan dilusi platelet dan faktor-faktor pembekuan
-Hipotermi menyebabkan gangguan agregasi platelet dan clotting cascade
f. Pemberian kalsium tambahan dan berlebihan dapat berbahaya.
Komplikasi paling umum pada syok hemoragik adalah penggantian volume yang tidak adekuat.
1. Pendarahan yang berlanjut , pendarahan yang tidak terlihat adalah penyebab paling umum dari
respon buruk penderita terhadap cairan, dan termasuk kategori respon sementara.
2. Kebanyakan cairan (overload ) dan pemantauan CVP (central venous pressure) Setelah penilaian
penderita dan pengelolaan awal, resiko kebanyakan cairandiperkecil dengan memantau respon
penderita terhadap resusitasi, salahsatunya dengan CVP. CVP merupakan pedoman standar untuk
menilai kemampuan sisi kanan jantung untuk menerima beban cairan.
3. Menilai masalah lain. Jika penderita tidak memberi respon terhadap terapi, maka
perludipertimbangkan adanya tamponade jantung, penumothoraks tekanan, masalah ventilator,
kehilangan cairan yang tidak diketahui, distensi akut lambung, infark miokard, asidosis
diabetikum, hipoadrenalisme dan syok neurogenik.Beberapa medikasi lain yang diperlukan
adalah pemberian antibiotik dan antasida atau H2 blocker . Pasien syok perdarahan memiliki 32
20
resiko terjadinya sepsis akibat iskemi pada sistem saluran cerna. Pemberi anantasida atau H2
blocker bertujuan untuk mengurangi stress ulcer 18
1. Sekuele neurologis
2. Kematian
2.5.2 Syok kardiogenik
P r e h o s p i t a l c a r e : b e r t u j u a n u n t u k m e m i n i m a l i s i r i s k e m i k d a n s y o k y a n g
sedang terjadi. Pasien dipasang akses intravena, oksigen h i g h f l o w , d a n
m o n i t o r jantung/ EKG. Dengan EKG dapat segera dideteksi terjadinya ST elevasi yang terjadi pada
infark miokard. Obat-obatan inortropik sebaiknya dipersiapkan. Bila perlu, dapat dilakukan
pemberian ventilasi tekanan positif dan intubasi. Pemasangan CPAP (Continuous positive airway
pressure) atau BIPAP (bilevel positive airway pressure) dapat dipertimbangkan. Berikut adalah
algoritme sindroma koroner akut.gambar 2.7
21
B e r d a s a r k a n p e n e l i t i a n y a n g t e r d a h u l u , t e r a p i p i l i h a n u n t u k s y o k t i p e i n i
adalah percutaneus coronary intervention (PCI) atau bypass arteri koroner. Dengan t e r a p i i n i
m a k a a n g k a k e m a t i a n d a p a t t u r u n d a l a m 1 t a h u n p e r t a m a . P C I t e r b a i k dilakukan
saat onset dengan kejadian infark sekitar 90 menit sampai 12 jam pertama. Jika fasilitas seperti ini tidak
ada, maka terapi dengan trombolitik dapat dipertimbangkan. Beberapa penelitian menunjukkan
pemberian trombolitik pada tekanan darah yang rendah tidak dapat mengakibatkan lisis thrombus di
pembuluh darah. Tatalaksana dimulai dengan manajemen ABC. Pada pasien yang sangat sesak dapat
dipertimbangkan intubasi dan ventilasi mekanik. P e m b e r i a n v a s o p r e s o r i n t r a v e n a b a i k
u n t u k m e n i n g k a t k a n i n o r t r o p i k d a n m e m a k s i m a l k a n p e r f u s i k e miokardium yang
iskemik. Yang perlu diperhatikan, pemberian vasopresor itu sendiri dapat berakibat peningkatan
denyut jantung yang pada akhirnya akan memperluas infark yang telah terjadi. Sehingga
22
penggunaan vasopresor di sini harus digunakansecara hati-hati. Beberapa vasopresor yang dapat
diberikan seperti:20, 21
1. Dopamin, dengan dosis tinggi mengakibatkan peningkatan konsumsioksigen miokard, dosis yang
digunakan 5-10 mcg/kg/min.
2. Dobutamin selain memiliki sifat inortropik tetapi juga memiliki efek vasodilatasi sehingga dapat
mengurangi preload dan afterload
3. Norepinefrin per infus dapat diberikan pada syok kardiogenik yang refrakter, obat ini dapat
mengakibatkan peningkatan afterload, dosis yang dapat digunakan 0.5 mcg/kg/min Preparat nitrat
atau morfin digunakan untuk analgetik, tetapi perlu diingat bahwa keduanya dapat mengakibatkan
hipotensi sehingga jangan sampai memperparah keadaan syok pasien dengan pemberian preparat
ini. Alat yang dapat membantu pasien dalam syok kardiogenik secara mekanis yakni
intraaortic balloon pump (IABP) bermanfaat terutama pada syok kardiogenik yang
sudah tidak dapat ditangani dengan obat-obatan.20 Anti agregasi trombosit seperti aspirin
tersedia dalam 81 mg, 325 mg, 500 mg, dapat menurunkan mortalitas akibat infark
miokard. Vasodilator yang juga dapatdigunakan adalah nitrogliserin IV yang
bekerja dengan merelaksasikan otot polos pembuluh darah sehingga menurunkan resistensi
perifer.20
Beberapa komplikasi syok kardiogenik:
-Henti jantung
-Disritmia
-Gagal ginjal
-Kegagalan multiorgan
-Aneurisma ventrikel
-Sekuele tromboembolik
-Stroke
-Kematian.20
2.5.3 Syok neurogenik
Konsep dasar untuk syok distributif adalah dengan pemberian vasoaktif seperti fenilefrin dan efedrin,
untuk mengurangi daerah vaskuler dengan penyempitansfingter prekapiler dan vena kapasitan untuk
mendorong keluar darah yang berkumpul ditempat tersebut. 4,9
1. Baringkan pasien dengan posisi kepala lebih rendah dari kaki (posisiTrendelenburg).
23
2. Pertahankan jalan nafas dengan memberikan oksigen, sebaiknya dengan menggunakan masker.
Pada pasien dengan distress respirasi dan hipotensi yang berat, penggunaan endotracheal tube dan
ventilator mekanik sangat dianjurkan. Langkah ini untuk menghindari pemasangan endotracheal
yang darurat jikaterjadi distres respirasi yang berulang. Ventilator mekanik juga dapat menolong
menstabilkan hemodinamik dengan menurunkan penggunaan oksigen dari otot-otot respirasi.13
3. Untuk keseimbangan hemodinamik, sebaiknya ditunjang dengan resusitasicairan. Cairan
kristaloid seperti NaCl 0,9% atau Ringer Laktat sebaiknya diberikan per infus secara cepat 250-
500 cc bolus dengan pengawasan yang cermat terhadap tekanan darah, akral, turgor kulit, dan
urin output untuk menilairespon terhadap terapi
4. Bila tekanan darah dan perfusi perifer tidak segera pulih, berikan obat-obat vasoaktif
(adrenergik; agonis alfa yang indikasi kontra bila ada perdarahan sepertiruptur lien) :3,14,15
Dopamin Merupakan obat pilihan pertama. Pada dosis > 10 mcg/kg/menit, berefek serupa
dengan norepinefrin. Jarang terjadi takikardi.· Norepinefrin efektif jika dopamin tidak adekuat dalam
menaikkan tekanan darah. Monitor terjadinya hipovolemi atau cardiac output yang rendah jika
norepinefrin gagal dalam menaikkan tekanan darah secara adekuat. Pada pemberian subkutan,diserap
tidak sempurna jadi sebaiknya diberikan per infus. Obat ini merupakan obat yang terbaik karena pengaruh
vasokonstriksi perifernya lebih besar dari pengaruh terhadap jantung (palpitasi). Pemberian obat ini
dihentikan bila tekanan darah sudah normal kembali. Awasi pemberian obat ini pada wanita hamil, karena
dapat menimbulkan kontraksi otot-otot uterus. Epinefrin pada pemberian subkutan atau im, diserap
dengan sempurna dan dimetabolisme cepat dalam badan. Efek vasokonstriksi perifer sama kuat dengan
pengaruhnya terhadap jantung Sebelum pemberian obat ini harus diperhatikan dulu bahwa pasien tidak
mengalami syok hipovolemik. Perlu diingat obat yang dapat menyebabkan vasodilatasi perifer tidak boleh
diberikan pada pasien syok neurogenik · Dobutamin Berguna jika tekanan darah rendah yang diakibatkan
oleh menurunnya cardiacoutput . Dobutamin dapat menurunkan tekanan darah melalui vasodilatasi
perifer.
2.5.4 Syok septik
Pada SIRS ( systemic inflammation response syndrome)dan sepsis, bila terjadisyok ini karena
toksin atau mediator penyebab vasodilatasi. Prinsip utama semua s y o k t e t a p A B C .
P e n g o b a t a n b e r u p a r e s u s i t a s i c a i r a n s e g e r a d a n s e t e l a h k o n d i s i cairan terkoreksi,
dapat diberikan vasopressor untuk mencapai MAP optimal. Perfusi jaringan dan oksigenasi sel
tidak akan optimal kecuali bila ada perbaikan preload.Dapat dipakai dopamin,
24
norepinephrine dan vasopressin. Untuk menurunkan suhu tubuh yang hiperpireksia dapat
diberikan antipiretik. Pengobatan lainnya bersifat simtomatik. Pengobatan kausal dari sepsis.22
Pemilihan antibiotik untuk sepsis biasanya secara empiris dapat digunakan :vankomisin, ceftazidim,
cefepime, ticarcilin, pipercilin, imipenem, meropenem, cefotaxim, klindamisin, metronidazol.
2.5.5 Syok anafilaktik
Penanggulangan syok anafilaktik memerlukan tindakan cepat sebab penderita berada pada
keadaan gawat. Sebenarnya, pengobatan syok anafilaktik tidaklah sulit, asal tersedia obat-obat emergensi
dan alat bantu resusitasi gawat darurat serta
dilakukan secepat mungkin. Hal ini diperlukan karena kita berpacu dengan waktu yang
singkat agar tidak terjadi kematian atau cacat organ tubuh menetap.14 Kalau terjadi komplikasi syok
anafilaktik setelah kemasukan obat atau zat kimia, baik peroral maupun parenteral, maka tindakan
yang perlu dilakukan, adalah:14
25
1. Segera baringkan penderita pada alas yang keras. Kaki diangkat lebih tinggidari kepala untuk
meningkatkan aliran darah balik vena, dalam usaha memperbaiki curah jantung dan menaikkan
tekanan darah.
2. Penilaian A, B, C dari tahapan resusitasi jantung paru, yaitu:
A. Airway
'penilaian jalan napas'. Jalan napas harus dijaga tetap bebas, tidak ada sumbatan sama sekali.
Untuk penderita yang tidak sadar, posisi kepala dan leher diatur agar lidah tidak jatuh ke
belakang menutupi jalan napas, yaitu dengan melakukan ekstensi kepala, tarik mandibula ke
depan, dan buka mulut.
B. Breathing support,
segera memberikan bantuan napas buatan bila tidak ada tanda-tanda bernapas, baik melalui mulut
ke mulut atau mulut kehidung. Pada syok anafilaktik yang disertai udem laring, dapat
mengakibatkan terjadinya obstruksi jalan napas total atau parsial.Penderita yang mengalami
sumbatan jalan napas parsial, selain ditolong dengan obat-obatan, juga harus diberikan bantuan
napas danoksigen. Penderita dengan sumbatan jalan napas total, harus segera ditolong
dengan lebih aktif, melalui intubasi endotrakea, krikotirotomi,atau trakeotomi.
C. Circulation support
yaitu bila tidak teraba nadi pada arteri besar (a.karotis, atau a. femoralis), segera lakukan
kompresi jantung luar.Penilaian A, B, C ini merupakan penilaian terhadap kebutuhan bantuan
hidupdasar yang penatalaksanaannya sesuai dengan protokol resusitasi jantung paru.
3. Segera berikan adrenalin 0.3--0.5 mg larutan 1 : 1000 untuk penderita dewasaatau 0.01 mk/kg
untuk penderita anak-anak, intramuskular. Pemberian ini dapat diulang tiap 15 menit sampai
keadaan membaik. Beberapa penulis menganjurkan pemberian infus kontinyu adrenalin 2-4
ug/menit.
4. Dalam hal terjadi spasme bronkus di mana pemberian adrenalin kurang memberi respons, dapat
ditambahkan aminofilin 5-6 mg/kgBB intravenadosis awal yang diteruskan 0.4-0.9
mg/kgBB/menit dalam cairan infus.
5. Dapat diberikan kortikosteroid, misalnya hidrokortison 100 mg atau deksametason 5--10 mg
intravena sebagai terapi penunjang untuk mengatasi efek lanjut dari syok anafilaktik atau syok
yang membandel.
26
6. Bila tekanan darah tetap rendah, diperlukan pemasangan jalur intravena
untuk koreksi hipovolemia akibat kehilangan cairan ke ruang ekstravaskular sebagai t u j u a n
utama dalam mengatasi syok anafilaktik. Pemberian cairan akan meningkatkan tekanan darah dan
curah jantung serta mengatasi asidosis laktat. Pemilihan jenis cairan antara larutan kristaloid dan
koloid tetapmerupakan perdebatan didasarkan atas keuntungan dan kerugian mengingat
terjadinya peningkatan permeabilitas atau kebocoran kapiler. Pada dasarnya, bila memberikan
larutan kristaloid, maka diperlukan jumlah 3-4 kali dari perkiraan kekurangan volume plasma.
Biasanya, pada syok anafilaktik berat diperkirakan terdapat kehilangan cairan 20-40% dari
volume plasma. Sedangkan bila diberikan larutan koloid, dapat diberikan dengan jumlah
yangsama dengan perkiraan kehilangan volume plasma. Tetapi, perlu dipikirkan juga
bahwa larutan koloid plasma protein atau dextran juga bisa melepaskan histamin.
7. Dalam keadaan gawat, sangat tidak bijaksana bila penderita syok anafilaktik dikirim ke rumah
sakit, karena dapat meninggal dalam perjalanan. Kalau terpaksa dilakukan, maka penanganan
penderita di tempat kejadian sudah harus semaksimal mungkin sesuai dengan fasilitas yang
tersedia dan transportasi penderita harus dikawal oleh dokter. Posisi waktu dibawa harus tetap
dalam posisi telentang dengan kaki lebih tinggi dari jantung.
8. Kalau syok sudah teratasi, penderita jangan cepat-cepat dipulangkan, tetapi harus
diawasi/diobservasi dulu selama kurang lebih 4 jam. Sedangkan 40 penderita yang telah
mendapat terapi adrenalin lebih dari 2-3 kali suntikan, harus dirawat di rumah sakit
semalam untuk observasi.Komplikasi syok anafilaktik: Pada syok anafilaktik, bisa terjadi
bronkospasme yangmenurunkan ventilasi.14
2.6 Prognosis
Prognosis syok hipovolemik tergantung derajat kehilangan cairan. Bila keadaan klinis pasien
dengan syok anafilaktik masih ringan dan penanganan cepat dilakukan maka hasilnya akan memuaskan.
Prognosis pada syok neurogenik tergantung penyebab syok tersebut. Sedangkan pada syok sepsis baik
apabila penatalaksaan hemodinamik cepat dan segera mengetahui bakteri/virus penyebab infeksi. 11
BAB III
KESIMPULAN
27
Syok bukan merupakan suatu diagnosis, syok merupakan suatu sindrom klinis yang
mencakup sekelompok keadaan dengan manifestasi hemodinamik yang bervariasi tetapi
petunjuk yang umum adalah tidak memadainya perfusi jaringan. Syok terdiri dari beberapa
tahapan, diantaranya tahapan kompensasi, tahapan dekompensasi, dan tahapan irreversible.
Berdasarkan etiologinya, syok terdiri dari, syok hipovolemik, syok kardiogenik, dan syok
distributif. Syok distributif meliputi syok anafilaktik, syok neurogenik, dan syok sepsis.
Penanganan syok berbeda-beda sesuai dengan kelainan atau penyebab syok tersebut. Adapun
gejala dari syok adalah pucat (pallor ),hipotensi (tekanan sistol < 90 mmHg),terkadang tekanan darah
tak terdeteksi, takikardi (frekuensi jantung > 100x/menit), takipneu (nafas cepat),berkeringat, Akral
dingin, Oliguria.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidayat, Jong WD. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC; 2005. 119- 24.
2. Udeani J. Shock, Hemorrhagic. 2008 [cited November 26
28
Th 2011].http://emedicine.medscape.com/article/432650-overview
3. Krausz. Initial Resuscitation Of Hemorrhagic Shock. World Jurnal of Emergency Surgery. 2006.
1-144.
4. American College of Surgeons Committe On Trauma. Advanced Trauma Lif eSupport
Untuk Dokter. 1997. 89-1155 .
5. Anderson SP, Wilson LM. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit jilid 1, edisi 4.1995.
Jakarta: EGC.
6. Stern SA. Low-volume fluid resuscitation for presumed hemorrhagic shock:Helpful or harmful
Curr Opin Crit Care 7:422, 2001
7. Japardi,Iskandar.2002.ManifestasiNeurologikShock
Sepsis. http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar%20japardi20.pdf
8. Franklin C M, Darovic G O, Dan B B. Monitoring the Patient in Shock.Dalam buku: Darovic G
O, ed,Hemodynamic Monitoring: Invasive and Noninvasive Clinical Application. USA : EB.
Saunders Co. 1995 ; 441 - 499.9 .
9. SchwarzA, Hilfiker ML.Shock. update October 2004http:/www/emedicine.com/ped/topic30471 0
10. Patrick D. At a Glance Medicine, Norththampon : Blackwell Science Ltd,2003
11. Bartholomeusz L, Shock, dalam buku:Safe Anaesthesia, 1996 ; 408-413
12. Kolecki P, author. Hypovolemic shock [monograph on the Internet].Washington:Medscape
reference;2010[cited2011Nov29]. Available from:http://emedicine.medscape.com/article/760145-
treatment
13. American College of Surgeons Committe On Trauma. Advanced Trauma LifeSupport Untuk
Dokter. 1997. 89-11543
14. Rifki. Syok dan penanggulangannya. FKUA. Padang.1999
15. Krausz. Initial Resuscitation Of Hemorrhagic Shock. World Jurnal of Emergency Surgery. 2006.
1-141 6 .
16. Martel MJ. Hemorrhagic shock. J Obstet Gynaecol Can. Vol 24 (6). 2002.504-11
17. Stern SA. Low-volume fluid resuscitation for presumed hemorrhagic shock:Helpful
or harmful? Curr Opin Crit Care 7:422, 2001
18. Bozeman P WShock, Hemorrhagic. 2007 [cited Mei 10 th2011].http://www.emedicine.com
19. Demling RH, Wilson RF. Decision making in surgical care. B.C. Decker Inc. 1988.64
20. Brandler ES, editor. Cardiogenic shock in emergency medicine [monograph on the
Internet]. Washington:Medscape reference; 2010 [cited 2011 Nov 29].Available
from:http://emedicine.medscape.com/article/759992-treatment
29
21. Lenneman A, Ooi HH, editors. Cardiogenic shock. [monograph on theInternet].
Washington:Medscape reference; 2010 [cited 2011 Nov 29].Available
from:http://emedicine.medscape.com/article/152191-treatment
22. Suryono B. Diagnosis dan pengelolaan syok pada dewasa. [Clinical
updatesemergency case]. FK UGM: RSUP dr. Sadjito, 2008
30