Referat Syok Hipovolemik
-
Upload
anthony-chandra -
Category
Documents
-
view
178 -
download
13
Transcript of Referat Syok Hipovolemik
SYOK HIPOVOLEMIK
1. DEFINISI
Menurut Worthley (2000), syok adalah sindrom klinis dengan karakteristik berupa
hipotensi (tekanan darah sistolik kurang dari 90 mmHg atau MAP kurang dari 60 mmHg
atau terjadinya penurunan tekanan darah lebih dari 30% dalam waktu 30 menit),
oligouria (output urin kurang dari 20 mL/jam atau 0.3 mL/kg/jam selama 2 jam
berurutan, dan perfusi perifer yang buruk (kulit yang dingin dan berkeringat yang di
tunjukkan dengan CRT yang buruk).1
Menurut Kobayashi et al (2012), syok adalah ketidakmampuan tubuh untuk
mempertahankan perfusi organ akhir secara adekuat. Indikator dari syok berupa
peningkatan denyut jantung, penurunan tekanan darah, tekanan nadi melemah,
penurunan CRT, ekstremitas yang dingin dan berkeringat, kulit pucat, peningkatan turgor
kulit, penurunan output urin, membran mukus yang kering, dan perubahan status mental.2
Syok hipovolemik adalah keadaan dimana terjadi kehilangan cairan yang banyak
akibat kegagalan banyak organ tubuh oleh karena volume sirkulasi yang inadekuat dan
kemudian diikuti oleh perfusi yang inadekuat.3 Syok hipovolemik disebabkan oleh
kehilangan darah yang banyak setelah trauma yang berat.2,3 Syok hipovolemik
merupakan keadaan medis karena terjadi penurunan volume yang banyak pada cairan
intravaskuler sehingga mengakibatkan perfusi yang tidak adekuat pada jaringan dan pada
akhirnya akan mengakibatkan terjadinya kegagalan organ-organ tubuh.4
2. ETIOLOGI
Penyebab utama dari syok hipovolemik adalah perdarahan yang berat pada orang dewasa
dan diare pada anak-anak. Penyebab dari keadaan hipovolemik yang dapat menimbulkan
syok hipovolemik adalah:4
1) Kehilangan darah
a. Pendarahan eksternal: Trauma tembus, menstruasi yang banyak mengaluarkan
darah, robeknya kulit kepala.
b. Pendarahan gastrointestinal atau rectal (darah bercampur kotoran):
Rupturnya varises esophagus (pada peminum alkohol yang lama dengan
sirosis hepatis)
Robeknya esophagus oleh karena muntah yang hebat, tersering pada
peminum alkohol (Sindrom Mallary-Weiss)
1
Fistel pada aorta atau organ intestinal
Pendarahan ulkus peptikum (gaster atau duodenum) atau perforasi gaster
(Kanker pada daerah abdomen) atau divertikulum Meckel.
Kolitis ulseratif
Kolitis iskemik
Perforasi organ intestinal (contohnya: divertikulitis)
Keracunan Fe
Kanker colorectal (usia > 50 tahun)
Penyakit perdarahan seperti hemofilia
c. Pendarahan dalam oleh karena penyebab lain:
Ruptur lien pada kecelakaan
Rupturnya aneurisme aorta atau diseksi aorta
Rupturnya hemangioma hepatis
Pendarahan retroperitoneal (terapi antikoagulan dengan warfarin atau
heparin pada pasien DVT)
Fraktur pelvis atau femur
Pendarahan oleh karena pancreatitis
DIC atau malaria
Trauma ringan pada pasien hemofilia
Pendarahan selama atau setelah operasi
d. Pendarahan oleh karena kehamilan:
Rupturnya kehamilan ektopik
Plasenta previa
Abrupsio plasenta
Ruptur uterus
Pendarahan setelah partus
2) Kehilangan plasma darah
Luka bakar yang berat yang mengenai > 15% permukaan kulit
3) Penurunan konsumsi cairan
4) Kehilangan cairan
Keringat yang berlebihan
Muntah yang berulang
Diare berat: gastroenteritis oleh karena rotavirus pada anak-anak, penyakit
kolera
2
Urin yang berlebihan atau poliuria:
o Diabetes Mellitus, Ketoasidosis diabetic
o Diabetes Insipidus
o Penggunaan obat diuretik
o Polikistik renalis
o Hiperkalemia
5) Kelainan endokrin
6) Pindahnya cairan ke ruang ekstraseluler atau ruang intertisiel yang menyebabkan
terjadinya edema:
Hiponatremia
Gagal jantung kongestif
Syok anafilaktik dan syok sepsis
7) Akumulasi cairan pada ruangan tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada atau
hanya ada sedikit cairan (Cavitas abdomen, ruang retroperitoneal, paru-paru, ruang
pleura, kantung perikard):
Diseksi aorta
Luka bakar
Trauma jaringan lunak
Pankreatitis
Peritonitis
Edema pulmonal
Efusi pleura
Obstruksi organ intestinal, ileus paralitik, volvulus
Peningkatan tekanan onkotik (sindrom nefrotik, kwashiorkor, sirosis hepatik)
8) Kebocoran pembuluh darah kapiler secara sistemik
3. PATOFISIOLOGI3,4,5
Penyebab dan faktor-faktor yang mencetuskan terjadinya pendarahan atau pemindahan
darah daring ruang intravaskuler ke ruang intersisiel dapat mengakibatkan terjadinya
penurunan volume cairan bagi jantung untuk memompakan darah. Inilah yang disebut
dengan syok hipovolemik. Tubuh secara fisiologis akan melakukan kompensasi terhadap
keadaan tersebut mulai dari kulit, otak, jantung, ginjal dan seluruh jaringan tubuh.
3
Sistem hematologi merespon pada keadaan kehilangan darah yang berat dengan
mengaktivasikan kaskade koagulasi dan menimbulkan kontraksi dari pembuluh
darah (pelepasan tromboksan A2). Platelet juga diaktifkan dan membentuk
bekuan yang belum matang pada sumber pendarahan. Kerusakan pembuluh-
pembuluh darah menimbulkan pelepasan kolagen sehingga menimbulkan
penimbunan dari fibrin dan mentabilkan bekuan. Kurang lebih 24 jam dibutuhkan
untuk membentuk bekuan yang sempurna.
Sistem kardiovaskuler merespon dengan meningkatkan denyut jantung,
meningkatkan kontraktilitas miokard dan konstriksi pembuluh-pembuluh darah.
Respon ini menimbulkan pelepasan norepinefrin dan penurunan reflex vagal
(diregulasi oleh baroreseptor dari arkus karotis, arkus aorta, atrium kiri, dan
pembuluh darah paru).
Sistem pulmonal merespon dengan bbronkodilatasi dan hiperventilasi yang di
picu oleh aktivitas simpatis oleh karena peningkatak kebutuhan oksigen pada
jaringan.
Sistem renal merespon dengan menstimulasi peningkatan sekresi renin dari
apparatus justaglomerular. Renin akan mengonversi angiotensinogan menjadi
angiotensin I, yang selanjutnya diubah menjadi angiotensin II oleh paru dan
hepar. Angiotesin II memberikan dua efek berupa vasokonstriksi otot polos arteri
dan menstimulasi aldosteron oleh korteks adrenal yang bertanggung jawab
menahan air dan natrium.
Sistem neuroendokrin merespon dengan meningkatkan ADH yang di
keluarkanoleh kelenjar pituitary posterior untuk meningkatkan tekanan darah dan
menurunkan konsentrasi sodium. ADH menyebabkan terjadinya peningkatan
reabsorpsi dari air dan garam oleh tubulus distal, duktus kolektivus, dan ansa
Henle.
Keadaan dimana terjadi ketidakmampuan tubuh untuk mengompensasi syok
dikatakan apabila cardiac output dan tekanan darah turun pada titik terendah dimana
tidak dapat mempertahankan perfusi jaringan lagi. Hal ini dapat menurunkan penyaluran
oksigen ke jaringan dan dapat menimbulkan terjadinya perubahan metabolisme dari
aerobik ke anaerobik sehingga terjadi produksi laktat dan menimbulkan keadaan
asidosis.
Berikut ini bagan patomekanisme dari syok hipovolemik.
4
Gambar 1. Dikutip dari kepustakaan 5
4. GEJALA KLINIS4
Gejala dan Tanda awal yang muncul dari keadaan Syok Hipovolemik
Gejala Tanda
Haus
Nausea
Gelisah, irritable, agitasi,
mengantuk, bingung
Kulit pucat, berkeringat
Gejala pendarahan: hematemesis,
melena, urin bercampur darah,
luka memar, nyeri dada atau
punggung, nyeri abdomen,
pendarahan pervaginam.
Pucat, keringat berlebihan
(diaphoresis)
Peningkatan denyut nadi
Lemah, denyut nadi melambat,
vasokonstriksi pembuluh darah
perifer, dan peningkatan tekanan
darah diastolik
Takipnea
Pemanjangan CRT
Penurunan berat badan
Tanda awal dehidrasi: penurunan
turgor kulit, ubun-ubun cekung
5
pada bayi, penurunan berat badan.
Tanda pendarahan internal:
abdomen menegang,
pembengkakan, perubahan warna,
memar, Turner sign dan Cullen
sign
Tanda pendarahan
gastrointestinal: pendarahan
hidung, mulut, leher atau rektum
(pemeriksaan rektal)
Tabel 1
Gejala dan tanda klinis mungkin tidak akan tampak sampai terjadi kehilangan volume
darah sebesar 10-20% pada orang dewasa dan 30% pada bayi.
Gejala dan Tanda yang lambat muncul dari keadaan Syok Hipovolemik
Gejala Tanda
Gejala-gejala awal diikuti dengan:
Pusing
Pingsan
Kelemahan
Kebingungan
Letargi
Tanda-tanda awal diikuti dengan:
Sianosis pada kulit
Takikardia meningkat atau terjadi
bradikardi; aritmia
Peningkatan frekuensi napas atau
penurunan frekuensi napas
CRT > 5 detik atau tidak ada
Hipotermia
Penurunan tekanan darah secara
drastis
Penurunan atau tidak ada
pengeluaran urin (< 20 mL/jam)
Koma
Tabel 2
5. KLASIFIKASI
6
Klasifikasi derajat syok hipovolemik4
Derajat 1 Derajat 2 Derajat 3 Derajat 4
Jumlah
kehilangan
darah
<15% (<750
mL)
15-30% (750-
1500 mL)
30-40% (1500-
2000 mL)
>40% (> 2000
mL)
Cardiac
output
Kompensasi
dengan
vasokonstriksi
pembuluh darah
Rendah Rendah Rendah
Tekanan
darah sistolik
Normal Normal <100 mmHg <70 mmHg
Tekanan
darah
diastolik
Normal Meningkat Sering sulit di
dapatkan
karena
perbedaan
sistolik dan
diastolik jauh.
Jumlah
pernapasan
Normal Meningkat
(Takipnea)
>30 kali per
menit
Takipnea
meningkat
Denyut
jantung
Meningkat
tetapi <100 kali
per menit
>100
kali/menit
>120 kali/menit >140
kali/menit
Tekanan
nadi
Normal Lemah Lemah Lemah atau
tidak ada
CRT Normal (<2
detik)
Lambat (>2
detik)
Lambat (>2
detik)
Tidak ada
Urin output Normal (>30
mL/jam)
20-30 mL/jam 20 mL/jam Tidak ada
Kulit Pucat Pucat,
berkeringat
Dingin, pucat,
berkeringat
Dingin,
ekstremitas
pucat,
berkeringat
Status mental Normal, sedikit Sedikit gelisah, Kebingungan, Letargi, koma
7
gelisah lemah agitasi
Tabel 3
Klasifikasi syok hipovolemik berdasarkan derajat beratnya4
Ringan : Tekanan darah normal
Sedang : Tekanan darah turun dan merespon terhadap terapi cairan
Berat : Tekanan darah turun dan tidak merespon terhadap terapi cairan
Berat sekali : >40% kehilangan darah atau penurunan fungsi otak atau jantung
(koma, bradikardia)
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG3,4
Tes Laboratorium: Darah lengkap (Hb, HCT), analisa gas darah (Na, K, Cl),
elektrolit darah, BUN, kreatinin, urea, BT, PT, APTT, urinalisis, serta tes kehamilan.
Radiologi
- Pasien non-trauma suspek aneurisma aorta dengan syok hipovolemik dilakukan
pemeriksaan USG. Suspek pendarahan gastrointestinal harus dilakukan
pemasangan NGT, dan gastric lavage harus dilakukan. Endoskopi dilakukan
pada pasien yang dicuriga mengalami ulkus peptikum.
- Tes kehamilan dilakukan pada pasien perempuan yang hamil. Bila pasien hamil
mengalami syok hipovolemik harus dilakukan pemeriksaan USG. Tersering pada
kehamilan ektopik.
- Pada pasien dengan diseksi thorax yang terdiagnosa dengan radiografi dada,
pemeriksaan lanjutan berupa ekokardiografi transesofageal, aortografi, atau CT
scan thorax.
- Jika pasien didiagnosa dengan trauma abdomen, dilakukan pemeriksaan focused
abdominal sonography for trauma (FAST) dan USG. CT-Scan abdomen
dilakukan pada pasien dengan keadaan yang stabil.
- Jila pasien didiagnosa dengan fraktur tulang panjang, radiografi harus dilakukan.
7. DIAGNOSIS BANDING3,4
8
Syok distributif oleh karena vasodilatasi yang massif dengan peningkatan volume
ruang intravaskuler disertai dengan ketersediaan volume darah yang tidak cukup
untuk mengisi ruangan tersebut sehingga terjadi penurunan tekanan darah.
Infeksi yang menimbulkan syok sepsis
Sindrom syok toksik
Syok anafilaktik
Syok neurogenik oleh karena trauma spinal cord diatas Th 4 atau Th 6
(penurunan tekanan darah, tidak ada takikardia, kulit hangat, paraplegia atau
tetraplegia, rasa kebal)
Syok toksik (keracunan karena nitropuside, bretilium)
Syok kardiogenik karena gagal jantung
Syok obstruktif:
Tamponade jantung
Tension pneumothorax
Hemoragik pneumothorax
Emboli pulomal
Malformasi arterivena
Vasodilatasi oleh karena efek samping dari obat-obatan seperti barbiturat, nitrat,
opiate, antihipertensi (ß-bloker, vasodilator)
Disfungsi anatomi sementara:
Hipotensi orthostatic
Sinkop vasovagal
Abrupsio plasenta
Aneurisma abdominal
Aneurisma thorax
Fraktur femur
Fraktur pelvis
Penyakit ulkus peptikum dan gastritis
Plasenta previa
Kehamilan ektopik
Pendarahan postpartum
Trauma
Keracunan besi
9
8. PENATALAKSANAAN3,4,6
Prinsip penanganan syok hipovolemik:
a. Mengetahui diagnosa dan etiologi syok hipovolemik yang terjadi.
b. Mengembalikan perfusi jaringan secepat mungkin.
c. Mencegah terjadinya kegagalan organ.
Terapi yang diberikan bertujuan untuk:
a. Memaksimalkan penyaluran oksigen, melalui ventilasi yang adekuat, peningkatan
saturasi oksigen darah dan mengembalikan aliran darah.
b. Mengontrol banyaknya kehilangan darah, dan
c. Resusitasi cairan.
Cairan yang dapat diberikan:
Kristaloid (3 liter dibutuhkan untuk mengembalikan kehilangan darah 1 liter)
NaCl 0.9%
Ringer Laktat
Koloid (1 liter dibutuhkan untuk mengembalikan kehilangan darah 1 liter)
Hetastarch
Pentastarch
Albumin
Dextran
Darah (ketika 2.000 mL kristaloid tidak membaik)
Fresh Frozen Plasma (FFP)
Packed Red Blood Cells (PRBCs)
Whole Blood transfusion
Farmakoterapi diberikan untuk mencegah terjadinya komplikasi. Obat yang digunakan:
Norepinefrin
Epinefrin
Dopamin dosis tinggi
Phenylephrine
Dobutamin
Isoproterenol
Milrinone
Bila terjadi pendarahan internal, seperti pendarahan gastrointestinal, maka dapat
penanganan yang dilakukan berupa bedah atau non bedah berupa pemberian obat seperti
H2R bloker, vasopressin, somatostatin, octreotide.
10
9. KOMPLIKASI3,4
Sindrom disfungsi multi organ ( Multipke Organ Dysfunction Syndrome)
Paru-paru: Sindrom gangguan pernapasan akut (Acute Respiratory Distress
Syndrome)
Ginjal: Nekrosis tubular akut sehingga menimbulkan gagal ginjal akut
Jantung: Infark miokard
Otak: Kejang
Darah: DIC oleh karena hiponatremia dan asidosis
Traktus gastrointestinal: Ulkus, ileus, sindrom kompartemen abdomen
Nekrosis hepar
Ekstremitas: gangrene
Hiponatremia
Hipernatremia
Pendarahan dan encephalopathy pada bayi dan anak-anak (jarang): demam tinggi
dan kejang.
Kelainan neurologis
Kematian
10. PROGNOSIS3,4
Prognosis bergantung pada derajat dari kehilangan cairan, kecepatan mengganti cairan
yang hilang dan kondisi kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Worthley, L.I.G. 2000. Shock: A Review of Pathophysiology and Management. Part
1. Critical Care and Resuscitation: South Australia. 2: 55-65
11
2. Kobayashi et al. 2012. Hypovolemic Shock Resuscitation. Division of Trauma,
Surgical Critical Care, and Burns, Department of Surgery, University of California
San Diego School of Medicine: USA. 1404-1416
3. Kolecki, P. et al. 2012. Hypovolemic Shock. Medscape Reference:
http://emedicine.medscape.com/article/760145. Dinduh tanggal: 3 Januari 2014
4. eHealthStar.2013. Hypovolemic Shock, Including Hemorrhagic Shock.
http://www.ehealthstar.com/hypovolemia/hypovolemic-shock. Diunduh tanggal: 3
Januari 2014
5. Cheatham, M.L. et al. 2012 Shock: An Overview. Orlando Regional Medical Center:
Florida
6. Percy, D. 2014. Hypovolemic Shock: Pathogenesis, Complications and Clinical
Findings. http://www.thecalgaryguide.com. Diunduh tanggal: 4 Januari 2014
12