Referat standar operasional prosedur pelaksanaan otopsi

17
REFERAT DESEMBER 2014 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR “OTOPSI” Oleh : PRISCILLIA VIVIAN FEYBE N 111 13 041 Pembimbing : dr. Annisa Anwar Muthaher. SH, M. Kes, Sp. F BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS TADULAKO DESEMBER

description

priscillia vivian feybe

Transcript of Referat standar operasional prosedur pelaksanaan otopsi

Page 1: Referat standar operasional prosedur pelaksanaan otopsi

REFERAT DESEMBER 2014

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

“OTOPSI”

Oleh :

PRISCILLIA VIVIAN FEYBE

N 111 13 041

Pembimbing :

dr. Annisa Anwar Muthaher. SH, M. Kes, Sp. F

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS TADULAKO

DESEMBER

2014

Page 2: Referat standar operasional prosedur pelaksanaan otopsi

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PELAKSANAAN OTOPSI

I. Definisi

Otopsi merupakan pemeriksaan lengkap pada jenazah meliputi

pemeriksaan luar, pemeriksaan dalam, pengeluaran, pemeriksaan organ

dengan atau tanpa pemeriksaan penunjang

Jenis-jenis otopsi:

a. Otopsi anatomi (dilakukan pada program pendidikan)

b. Otopsi klinis (pada pasien rawat inap RS yang meninggal namun

diagnosis belum ditegakkan)

c. Otopsi forensik (kecelakaan, pembunuhan, kriminal, bunuh diri)

Otopsi terhadap jenazah yg kematiannya dianggap tidak wajar (oleh

penyidik) untuk kepentingan peradilan.

Otopsi forensik adalah otopsi yang dilakukan atas dasar perintah yang

berwajib untuk kepentingan peradilan, karena peristiwa yang diduga

merupakan tindak pidana, yang dilakukan dengan cara pembedahan

terhadap jenazah untuk mengetahui dengan pasti penyakit atau kelainan

yang menjadi penyebab kematian.

II. Tujuan

Tujuan dilakukannya otopsi yaitu:

a. Mencari tahu penyebab kematian korban

b. Mencari tahun mekanisme kematian korban

c. Kemungkinan cara kematian korban

III. Syarat-syarat pelaksanaan otopsi

a. Surat permintaan dari penyidik

b. Ada persetujuan tertulis dari pihak keluarga/ ahli waris korban

Page 3: Referat standar operasional prosedur pelaksanaan otopsi

IV. Prosedur pelaksanaan otopsi

1. Melengkapi surat-surat yang dibutuhkan untuk otopsi seperti surat

Permintaan Visum (SPV) dari penyidik dan izin dari keluarga.

2. Memastikan mayat yang akan diotopsi adalah mayat yang dimaksud

delam surat tersebut.

3. Mengumpulkan keterangan yang berhubungan dengan terjadinya

kematian selengkap mungkin untuk membantu memberi petunjuk

pemeriksaan dan jenis pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan.

4. Memastikan alat-alat yang diperlukan.

5. Memulai dengan doa bersama.

6. Memeriksa label mayat (dari pihak kepolisian) yang biasanya

diikatkan pada jempol kaki mayat. Gunting pada tali pengikat, simpan

bersama berkas pemeriksaan. Catat warna bahan, dan isi label

selengkap mungkin. Sedangkan label rumah sakit untuk identifikasi

dikamar jenazah, harus tetap ada pada tubuh mayat.

7. Mencatat jenis/bahan, warna, corak, serta kondisi (ada tidaknya

bercak/pengotoran) dari bungkus mayat. Catat tali pengikatnya bila

ada.

8. Mencatat pakaian mayat dengan teliti mulai dari yang dikenakan diatas

sampai bawah, dari yang terluar sampai terdalam. Pencatatan meliputi

bahan, warna dasar, warna dan corak tekstil, bentuk/model pakaian,

ukuran, merk penjahit, cap binatu, monogram/inisial, dan tambalan

bila ada. Catat juga letak dan ukuran pakaian bila ada tidaknya

bercak/pengotoran atau robekan. Saku diperiksa dan dicatat isinya.

9. Mencatat perhiasan mayat, meliputi jenis, bahan, warna, merek, bentuk

serta ukiran nama/inisial pada benda perhiasan tersebut.

10. Mencatat benda di samping mayat.

11. Mencatat perubahan tanatologi:

a. Lebam mayat; letak/distribusi, warna, dan intensitas lebam.

b. Kaku mayat; distribusi, derajat kekakuan pada beberapa sendi, dan

ada tidaknya spasme kadaverik.

Page 4: Referat standar operasional prosedur pelaksanaan otopsi

c. Suhu tubuh mayat; memakai termometer rektal dan dicatat juga

suhu ruangan pada saat tersebut.

d. Pembusukan.

e. Lain-lain; misalnya mumifikasi atau adiposera.

12. Mencatat identitas mayat, seperti jenis kelamin, bangsa/ras, perkiraan

umur, warna kulit, status gizi, tinggi badan, berat badan,

disirkumsisi/tidak, striae albicantes pada dinding perut.

13. Mencatat segala sesuatu yang dapat dipakai untuk penentuan identitas

khusus, meliputi rajah/tatoo, jaringan parut, kapalan, kelainan kulit,

anomali, dan cacat pada tubuh.

14. Memeriksa distribusi, warna, keadaan tumbuh, dan sifat dari rambut.

15. Memeriksa mata, meliputi :

a. Kelopak mata terbuka/ tertutup, perhatikan tanda-tanda kekerasan

serta kelainan lainnya

b. Selaput lendir kelopak mata, warna, pembuluh darah melebar,

bintik perdarahan/ bercak perdarahan

c. Bola mata, periksa tanda-tanda kekerasan, kelainan-kelainan

pthysis bulbi, mata palsu

d. Selaput lendir bola mata, pelebaran pembulu darah, bintik

perdarahan, kelainan lain

e. Kornea (selaput bening), jernih, kelainan fisiologis/patologis

f. Iris (tirai mata) warna à identifikasi

g. Pupil (teleng mata) à catat ukurannya, ka-ki

16. Mencatat bentuk dan kelainan/anomali daun telinga dan hidung, serta

tanda kekerasan yg ditemukan

17. Memeriksa dan mencatat keadaan bibir, lidah, rongga mulut,

kemungkinan ada benda asing (kasus penyumbatan), Gigi Geligi,

periksa dan catat : Jumlah, gigi geligi yg hilang/ patah/ tambalan/

bungkus logam, gigi palsu, kelainan letak, pewarnaan (staining), dll

18. Memeriksa dan mencatat alat kelamin (penis) sudah sirkumsisi atau

belum, adakah kelainan bawaan ( epispadia, hipospodia, phymosis,

dll). Mayat Wanita periksa selaput dara dan komisura posterior, adakah

Page 5: Referat standar operasional prosedur pelaksanaan otopsi

tanda kekerasan. Lakukan pemeriksaan laboratorium thd cairan vagina/

sekret liang senggama.

19. Memperhatikan bentuk lubang Pelepasan : korban sodomi à anus

bentuk corong, selaput lendir à lapisan epitel gepeng

20. Perlu diperhatikan kemungkinan terdapatnya tanda perbendungan,

ikterus, sianosis, edema, bekas pengobatan, bercak lumpur, atau

pengotoran lain pada tubuh.

21. Bila terdapat tanda-tanda kekerasan harus dicatat lengkap:

a. Letak luka : regio anatomis

b. Jenis luka : lecet/ memar/ robek

c. Bentuk luka : bulat/ persegi/ oval

d. Arah luka : melintang/ membujur/ miring

e. Tepi luka : rata/ teratur/ tidak beraturan

f. Sudut luka : runcing/ membulat/ bentuk lain

g. Dasar luka : jaringan bawah kulit/ otot/ rongga tubuh

h. Sekitar luka : kotor/ bersih, luka/ tanda kekerasan

i. Ukuran luka : ukur dengan teliti,

j. Saluran luka : pada luka tembakan/ tusukan

22. Memeriksaan ada tidaknya patah tulang

23. Memeriksa organ dalam, awalnya jenazah terletak telentang, bahu

ditinggikan, kepala dalam keadaan fleksi maksimal dan leher tampak

jelas.

24. Melakukan Incisi: Mencapai kedalamaan setebal kulit saja

a. Insisi berbentuk huruf I

b. Indikasi kosmetik : incisi Y (terutama untuk kasus penggantungan

c. Mengikuti garis pertengahan tubuh, diawali dari bawah dagu

(kartilago tiroid) à turun ke arah umbilicus à melingkari

umbilicus à daerah simfisis pubis

d. Perhatikan : incisi di daerah abdomen , diawali dari epigastrium à

menembus peritoneum. Masukkan jari telunjuk & jari tengah

tangan kiri ke dalam lubang incisi à tarik dinding abdomen ke

Page 6: Referat standar operasional prosedur pelaksanaan otopsi

atasà Pisau diletakkan diantara dua jari à lanjutkan incisi sampai

ke simfisis pubis.

25. Melepaskan dinding perut bagian atas:

a. Pada daerah lengkung iga, dinding perut bagian atas dilepaskan

dari dinding dada. Perhatikan cara tangan memuntir

b. Dinding dada dilepaskan, ke atas à daerah tulang selangka.

Pengirisan otot tegak lurus antara bagian pisau dan bidang pisau

thd otot. Periksa tanda kekerasan

c. Dinding perut à perhatikan keadaan lemak di bawah kulit, otot

dinding perut, catat keadaannya.

26. Membuka rongga dada:

a. Iga dipotong mulai iga ke-2 sampai lengkung iga. Dengan bidang

pisau tegak pada iga-iga dan telapak tangan menekan punggung

pisau, iga-iga mudah terpotong.

b. Periksa keadaan rongga perut à organ dalam rongga perut à

periksa keadaan usus.

c. Tentukan sekat rongga badan (diafragma) à bandingkan tinggi

diafragma kanan dan kiri pada midclavicular line

- Kiri : iga dipotong mulai rawan iga ke-2 ke arah kaudo-lateral.

Iga pertama dipotong ke arah kraniolateral untuk menghindari

manubrium sterni.

- Kanan : setelah iga pertama terpotong, artikulatio sterno-

clavicularis dipotong juga

27. Melepaskan perlekatan antara paru-paru dgn dinding rongga dada

a. Tangan kanan pegang lidah, dua jari tangan kiri diletakkan pada

sisi kanan dan kiri hilus paru-paru, organ dalam rongga dada ditarik

ke arah kaudal sampai keluar dari rongga dada à lepaskan

oesophagus dari jaringan ikat, buat dua ikatan, gunting

b. Tangan kiri menggenggam bagian bawah organ dalam rongga

dada à lakukan pengirisan à seluruh organ dalam dada

dikeluarkan

Page 7: Referat standar operasional prosedur pelaksanaan otopsi

28. Pemeriksaan Kepala :

a. Membuat irisan pada kulit kepala, mastoidues à pucak kepala

(vertex) à mastoideus sisi lain

b. Irisan dibuat sampai pisau mencapai periosteum à kupas kulit

kepala ke arah depan setinggi 1-2 cm dari margo supraorbitalis

dan ke arah belakang sampai setinggi protuberantia oksipitalis

eksternaà catat kelainan yg didapatkan.

c. Buka rongga tengkorak à lakukan penggergajian tulang

tengkorak melingkar didaerah frontal sampai daerah temporal,

sampai kira-kira 2 cm diatas protuberantia oksipitalis eksterna.

agar tidak merusak jaringan otak à hati-hati & hentikan

setelah tebal tulang tengkorak terlampaui à tulang tengkorak

di cungkel dengan menggunakan pahat T.

29. Memeriksa organ-organ tubuh:

a. Lidah. Periksa permukaan lidah à bekas gigitan ?

b. Tonsil. Perhatikan permukaan/ penampang tonsil.

c. Kelenjar Gondok. Otot-otot leher dilepaskan à periksa

ukuran, berat, dan keadaannya à lakukan pengirisan.

d. Oesophagus. Buka dengan gunting dinding belakang à

periksa kelainan yg ditemukan

e. Trachea. Dimulai dari mulut atas trachea (epiglottis) à buka

dgn gunting dinding belakang sampai percabangan bronkhus.

f. Os hyoid, kartilago thyroidea, kartilago cricoidea à patah atau

tidak

g. Arteria carotis interna à perhatikan adakah kekerasan, tanda :

resapan darah di daerah intima

h. Kelenjar thymus à lihat permukaan, adakah bintik

perdarahan?

i. Paru-paru. Kanan / kiri diperiksa tersendiri. catat : permukaan

paru, warna & bintik perdarahan, resapan darah, luka-luka/

memar, dsb. Pada perabaan, normal : seperti spons, anomali :

Page 8: Referat standar operasional prosedur pelaksanaan otopsi

padat/ keras. Pengirisan dari apek à basal , catat warna &

kelainan-kelainan yg mungkin ditemukan.

30. Melakukan pembedahan jantung yaitu dengan memotong mengikuti

alirah darah dalam jantung.

a. Menggunting dinding belakang vena cava.

b. Mengiris ke arah lateral bilik kanan.

c. Menggunting dinding depan bilik kanan ke arah a. pulmonalis.

d. membuka vv. pulmonalis.

e. Mengiris ke arah lateral bilik kiri dan

f. Menggunting dinding depan bilik kiri ke arah aorta.

g. Setelah jantung terlepas, periksa: Berat dan ukuran jantung à

bandingkan dengan kepalan tangan kanan jenazah. Resapan darah,

luka, bintik perdarahan, dan kelainan lainnya (atherosklerosis,

infark myocard, dsb)

h. Aorta thorakalis. Gunting dinding saluran, periksa permukaan

dalam aorta.

i. Aorta abdominalis. Periksa dinding pembuluh darah à timbunan

perkapuran, suspect hipertensi renal

j. Glandula suprarenalis. Pertama kali dicari terlebih dahulu, baru

dilanjutkan organ-organ lainnya.

k. Ginjal, ureter, vesica urinaria. Perhatikan ginjal kanan & kiri à

periksa resapan darah pd kapsulanya. Iris pada lateral kapsula à

ginjal dilepaskan

l. Hati & kandung empedu. Periksa : tepi (tajam, tumpul),

permukaannya (licin/ berbenjol), warna, perabaan. Buat 2-3 irisan

melintang à lihat penampang hati. Kandung empedu diraba à

adakah batu empedu/ tidak

m. Limpa & kelenjar limfe. Ukuran & berat, permukaan, warna,

perabaan.

n. Lambung & usus. Lambung dibuka dengan gunting pada kurvatura

mayor, periksa isi dalam lambungà simpan dlm botol/ plastikà

Page 9: Referat standar operasional prosedur pelaksanaan otopsi

pemeriksaan toksikologi. Selaput dinding diperiksa à erosi,

ulserasi/ resapan darah.

o. Kelenjar pankreas. Periksa à Ukuran & beratnya, warna, keadaan

permukaan, perabaan

31. Memeriksa otak besar, otak kecil dan batang otak. Memperhatikan

permukaan luar, catat kelainan yg ditemukan.

a. Mengukur dan menimbang berat otak. Pada edema cerebri, gyrus

otak tampak mendatar & sulkus tampak menyempit, perhatikan

tanda penekanan.

b. Memperhatikan bentuk serebelum, pada peningkatan TIK akibat

edema cerebri à herniasi serebelum ke FOM, bag. Depan bawah

serebelum menonjol à pisahkan otak besar & otak kecil

c. Otak besar diletakkan bagian ventral ke pemeriksa à pemotongan

otak secara koronal/ melintang, catat kelainan-kelainan :

perdarahan korteks akibat cc, perdarahan berbintik akibat emboli,

keracunan barbiturat, dll

d. Otak kecil diperiksa penampang à irisan melintang

e. Batang otak diiris melintang mulai pons, medulla oblongata à

proksimal medulla spinalis à kemungkinan perdarahan

32. Memeriksa alat kelamin

a. untuk mayat laki-laki : Testis dikeluarkan dari rongga perut à

tidak menyayat scrotum. Perhatikan : ukuran, konsistensi, resapan

darah, dll. Perhatikan bentuk & ukuran epidermis, kelenjar prostat

cek ukuran & konsistensi

b. untuk mayat wanita : Perhatikan bentuk & ukuran ovarium, saluran

telur, dan rahim. Pada uterus perhatikan kemungkinan perdarahan,

resapan darah, ataupun luka akibat tindakan tertentui. Uterus

dibuka dengan irisan bentuk huruf “T” melalui servix dan bermuara

pada fundus uteri.

33. Sebelum organ-organ dikembalikan ke dalam tubuh mayat,

pertimbangkan kemungkinan diperlukan pemeriksaan penunjang

(histopatologi/ toksikologi

Page 10: Referat standar operasional prosedur pelaksanaan otopsi

34. Pengambilan potongan jaringan , minimal dengan tebal 5 mm

35. Usahakan tempat pengambilan potongan organ didaerah perbatasan

antara yg normal dengan yg ada kelainan.

36. Potongan tersebut dimasukkan ke dalam cairan fiksasi (larutan

formalin 10% atau alkohol 70% - 80%) dengan volume cairan fiksasi

sekitar 20-30 kali volume potongan jaringan

37. Setiap jenis organ ditaruh dalam botol tersendiri

38. Bila perlu pengawetan, gunakan alkohol 90%.

39. Pada pengiriman sampel untuk toksikologi maupun histopatologi,

contoh bahan pengawet juga ikut dikirimkan

40. Memasukan kembali semua organ tubuh kedalam rongga tubuh. Lidah

dikembalikan ke dalam tongga mulut, sedangkan otak dikembalikan

kedalam rongga tengkorak.

41. Menjahit kembali tulang dada dan iga yang dilepaskan pada saat

membuka rongga dada.

42. Menjahit kulit dengan rapi menggunakan benang yang kuat, mulai dari

bawah dagu sampai ke daerah simpisis pubis.

43. Meletakan kembali atap tengkorak pada tempatnya dan difiksasi

dengan menjahit otot temporalis, baru kemudian kulit kepala dijahit

dengan rapi.

44. Membesihkan tubuh mayat dari darah sebelum mayat diserahkan

kembali pada pihak keluarga dan penyidik.

Page 11: Referat standar operasional prosedur pelaksanaan otopsi

Jenazah Forensik

Pemeriksaan luar Pemeriksaan dalam

Seksi, buka, periksa ronggaPeriksa apa adanya, menyeluruh (mis.penutup, kain, selimut, pakaian, dll)

Lepaskan seluruh penutup, periksa menyeluruh keadaan tubuh, ukuran2 tubuh, tanda kematian sekunder

Periksa bagian per bagian secara teliti

Dada dan perut

Leher

Kepala

Surat permintaan dari penyidik atau surat persetujuan dari keluarga

Pelvis

Extremitas

Ambil organ

Kulit

Thorax

Abdomen

Kepala dan otak

Trakea dan esofagus

Jantung

Paru paru

Lambung

Usus

Hepar

Pankreas

Ren dan glandula supra renal

Vesika urinaria

Ovarium

Tuba uterina

Prostat

Uterus

Testis

Inspeksi dan deskripsi: jumlah, jenis, ukuran, dan raba sekitar luka

Kesan intravitalis

+ -

Patologi anatomi

SKEMA

Page 12: Referat standar operasional prosedur pelaksanaan otopsi

DAFTAR PUSTAKA

Widagdo, H. 2010. Otopsi Forensik dan Ekhsumasi. Departemen forensik

Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Tim Penyusun Panduan Belajar FK UGM, 2014. Panduan Belajar Ilmu

Kedokteran forensik dan Medikolegal. Departemen forensik Fakultas Kedokteran

Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Masjoer A, dkk, 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi 3. FK UI. Media

aesculapius. Jakarta