Referat Slide

20
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN WANITA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA RUMAH SAKIT UMUM DR.ABDUL AZIZ SINGKAWANG 2015 REFERAT BAKTERIAL VAGINOSIS 1 Oleh: DWI ERLINDA PUTRI NIM I 11110012 Pembimbing dr. Herling F. Junus, Sp.OG

description

FK

Transcript of Referat Slide

Page 1: Referat Slide

1

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN WANITA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

RUMAH SAKIT UMUM DR.ABDUL AZIZ

SINGKAWANG

2015

REFERAT

BAKTERIAL VAGINOSIS

Oleh:DWI ERLINDA PUTRI

NIM I 11110012

Pembimbing dr. Herling F. Junus, Sp.OG

Page 2: Referat Slide

2

BAB IPENDAHULUAN

Latar BelakangBakterial vaginosis adalah keadaan abnormal pada ekosistem vagina yang disebabkan bertambahnya pertumbuhan flora vagina bakteri anaerob menggantikan Lactobacillus Penelitian di AS pada 13747 wanita hamil yang dievaluasi bakterial vaginosis; 16,3% wanita menderita bakterial vaginosis terlihat prevalensi yang bervariasi berdasarkan etnis yaitu 6,1% wanita Asia, 8,8% wanita kaukasian, 15,9% wanita Hispanik, dan 22,7% wanita Afrika-AmerikaPenelitian yang dilakukan oleh Ocviyanti et al., (2009, 2010) di Puskesmas Kabupaten Karawang, Balai Kesehatan Batalyon 201 Cijantung, FKUI dan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo mendapatkan prevalensi BV pada wanita sebesar 30,7% berdasarkan Nugent score. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Joesoef et al. (2001) pada tahun 1999 di Klinik Keluarga Berencana di Manado menemukan 32,5% wanita dengan BV.

•Judanarso J. Vaginosis bakterial. In: Adhi djuanda, editor. Ilmu penyakit kulit dan kelamin 4th edition . Jakarta: Balai penerbit FKUI ; 2006. P.384-89•Schwebke, J.R. New Concepts in The Etiology of Bacterial Vaginosis. Current Infectious Disease Reports. Vol. 11. No. 2. Philadelphia. 2009. p.143-147.•Amsel R., Totten P.A., Spiegel C.A., Chen K.C., et al. "Nonspecific vaginitis. Diagnostic criteria and microbial and epidemiologic associations". Am. J. Med. 74 (1): p.14–22.

Page 3: Referat Slide

3Gejala utama bakterial vaginosis adalah keputihan homogen yang abnormal (terutama pasca sanggama) dengan bau tidak sedap

Bakterial vaginosis dapat timbul kembali pada 20-30% wanita walaupun tidak menunjukkan gejala.

Dengan pengobatan metronidazol dan klindamisin memberi angka kesembuhan yang tinggi (84-96%)

•Rahma S.N., Adriani A., Tabri F. Vaginosis bacterial. Penyakit menular seksual. Makassar: Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin; 2004. p. 147-60.•Hanson J.M., McGregor J.A., Hillier S.L., et al. Metronidazole For Bacterial Vaginosis. A Comparison of Vaginal Gel Vs. Oral Therapy. J Reprod Med 2000. p.889–896.

Page 4: Referat Slide

4

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

definisi

•keadaan abnormal pada ekosistem vagina yang disebabkan bertambahnya pertumbuhan flora vagina bakteri anaerob menggantikan Lactobacillus yang mempunyai konsentrasi tinggi sebagai flora normal vagina.

•Judanarso J. Vaginosis bakterial. In: Adhi djuanda, editor. Ilmu penyakit kulit dan kelamin 4 th edition . Jakarta: Balai penerbit FKUI ; 2006. P.384-89

Page 5: Referat Slide

5

Promotes growth of lactobacilli; inhibits growth of pathogenic organisms

Lactic acid

pH 3.5 – 4.5

Estrogen

Glycogen

Lactobacilli

The Vaginal Ecosystem

Page 6: Referat Slide

6

epidemiologi1/3-3/4 perempuan yang terinfeksi adalam

asimptomatik, serta paling sering pada wanita yang aktif melakukan aktifitas seksual.

Di Indonesia, prevalensi vaginosis mencapai 10%. Bakterial vaginosis

ditemukan pada 15-19% pasien rawat inap bagian kandungan, 10-30% ibu

hamil dan 20-40% pada klinik kelamin.Penelitian di AS pada 13747 wanita

hamil yang dievaluasi bakterial vaginosis; 16,3% wanita menderita

bakterial vaginosis terlihat prevalensi yang bervariasi berdasarkan etnis yaitu

6,1% wanita Asia, 8,8% wanita kaukasian, 15,9% wanita Hispanik, dan

22,7% wanita Afrika-Amerika

Rahma S.N., Adriani A., Tabri F. Vaginosis bacterial. Penyakit menular seksual. Makassar: Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin; 2004. p. 147-60.Ocviyanti D., Yeva R., Shanty O., et al. Risk Factors For Bacterial Vaginosis Among Indonesian Women. In: Medical Journal Indonesia: Jakarta. 2010. p.130-5.

Penelitian yang dilakukan oleh Ocviyanti et al., (2009, 2010) di Puskesmas Kabupaten Karawang, Balai Kesehatan Batalyon 201 Cijantung, FKUI

dan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo mendapatkan prevalensi BV pada wanita sebesar 30,7% berdasarkan Nugent score. Sedangkan penelitian yang

dilakukan oleh Joesoef et al. (2001) pada tahun 1999 di Klinik Keluarga Berencana di Manado menemukan 32,5% wanita dengan BV.

Page 7: Referat Slide

7

Etiologi

G. vaginalis berinteraksi dengan bakteri anaerob dan hominis menyebabkan bakterial

vaginosis

Mycoplasma hominis

Bakteri anaerob : Mobilincus Spp dan Bacteriodes Spp

Anonymous. Mikroflora vagina. BMC Microbiology. 2005. Available from: http://www.biomedcentral.com/1471-2180/5/61 Anonymous. Clue Cell. The McGraw-Hill Companies,Inc. 2006. Available from: http://atlas-emergency-medicine.org.ua/ch.21.htm

Page 8: Referat Slide

8

PatogenesisG.vaginalis

Asam amino

Degenerasi sel +pelepasan

Sel epitel vagina

Amin

Kuman-kuman anaerob + bakteri vagina fakultatif

pH

Bau

Duh tubuh vagina

Judanarso J. Vaginosis bakterial. In: Adhi djuanda, editor. Ilmu penyakit kulit dan kelamin 4 th edition . Jakarta: Balai penerbit FKUI ; 2006. P.384-89Schwebke, J.R. New Concepts in The Etiology of Bacterial Vaginosis. Current Infectious Disease Reports. Vol. 11. No. 2. Philadelphia. 2009. p.143-147

Page 9: Referat Slide

9

Bakterial vaginosis rekurenInfeksi berulang dari pasangan yang telah ada mikroorganisme penyebab bakterial vaginosis.Kekambuhan disebabkan oleh mikroorganisme bakterial vaginosis yang hanya dihambat pertumbuhannya tetapi tidak dibunuh.Kegagalan selama pengobatan untuk mengembalikan Lactobacillus sebagai flora normal

Menetapnya mikroorganisme lain yang belum diidentifikasi faktor hostnya pada penderita

Anonymous. Mikroflora vagina. BMC Microbiology. 2005. Available from: http://www.biomedcentral.com/1471-2180/5/61 Amsel R., Totten P.A., Spiegel C.A., Chen K.C., et al. "Nonspecific vaginitis. Diagnostic criteria and microbial and epidemiologic associations" . Am. J. Med. 74 (1): p.14–22.

Page 10: Referat Slide

10

Gejala Klinis

cairan vagina yang abnormal (terutama setelah melakukan hubungan seksual) dengan adanya bau vagina yang khas yaitu

bau amis (fishy odor)

Iritasi daerah vagina atau sekitar vagina (gatal dan rasa terbakar)

kemerahan dan edema pada vulva

•Schwebke, J.R. New Concepts in The Etiology of Bacterial Vaginosis. Current Infectious Disease Reports. Vol. 11. No. 2. Philadelphia. 2009. p.143-147.•Hanson J.M., McGregor J.A., Hillier S.L., et al. Metronidazole For Bacterial Vaginosis. A Comparison of Vaginal Gel Vs. Oral Therapy. J Reprod Med 2000. p.889–896.•Anonymous. Mikroflora vagina. BMC Microbiology. 2005. Available from: http://www.biomedcentral.com/1471-2180/5/61

Page 11: Referat Slide

11

Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan preparat basah•meneteskan satu atau dua tetes cairan NaCl 0,9% pada sekret vagina diatas objek glass•Clue cells adalah penanda bakterial vaginosis

Whiff test•positif bila bau amis atau bau amin terdeteksi dengan penambahan satu tetes KOH 10-20% pada sekret vagina

Tes lakmus untuk pH•Kertas lakmus ditempatkan pada dinding lateral vagina. Warna kertas dibandingkan dengan warna standar pH vagina normal (3,8 - 4,2).

•Judanarso J. Vaginosis bakterial. In: Adhi djuanda, editor. Ilmu penyakit kulit dan kelamin 4 th edition . Jakarta: Balai penerbit FKUI ; 2006. P.384-89•Schwebke, J.R. New Concepts in The Etiology of Bacterial Vaginosis. Current Infectious Disease Reports. Vol. 11. No. 2. Philadelphia. 2009. p.143-147.•Anonymous. Mikroflora vagina. BMC Microbiology. 2005. Available from: http://www.biomedcentral.com/1471-2180/5/61

Page 12: Referat Slide

12

Nugent Gram Stain test•menggunakan quantitative Nugent Gram Stain test untuk mendiagnosa bacterial vaginosis.

Kultur Vagina

Deteksi Hasil Metabolik

Variety DNA Based Testing Methods

•Judanarso J. Vaginosis bakterial. In: Adhi djuanda, editor. Ilmu penyakit kulit dan kelamin 4 th edition . Jakarta: Balai penerbit FKUI ; 2006. P.384-89•Schwebke, J.R. New Concepts in The Etiology of Bacterial Vaginosis. Current Infectious Disease Reports. Vol. 11. No. 2. Philadelphia. 2009. p.143-147.•Anonymous. Mikroflora vagina. BMC Microbiology. 2005. Available from: http://www.biomedcentral.com/1471-2180/5/61

Page 13: Referat Slide

13

Diagnosis

Dengan hanya mendapat satu gejala, tidak dapat menegakkan suatu diagnosis, oleh sebab itu didapatkan kriteria klinis untuk bakterial vaginosis yang sering disebut sebagai kriteria Amsel (1983) yang berpendapat bahwa terdapat tiga dari empat gejala, yaitu :Adanya sekret

vagina yang homogen, tipis, putih,

melekat pada

dinding vagina dan abnormal

pH vagina > 4,5

Adanya clue cells pada sediaan basah

Tes amin yang positif, yang mana

sekret vagina yang berbau amis

sebelum atau setelah penambahan KOH 10% (Whiff test).

Schwebke, J.R. New Concepts in The Etiology of Bacterial Vaginosis. Current Infectious Disease Reports. Vol. 11. No. 2. Philadelphia. 2009. p.143-147.Amsel R., Totten P.A., Spiegel C.A., Chen K.C., et al. "Nonspecific vaginitis. Diagnostic criteria and microbial and epidemiologic associations" . Am. J. Med. 74 (1): p.14–22.Hanson J.M., McGregor J.A., Hillier S.L., et al. Metronidazole For Bacterial Vaginosis. A Comparison of Vaginal Gel Vs. Oral Therapy. J Reprod Med 2000. p.889–896.Anonymous. Mikroflora vagina. BMC Microbiology. 2005. Available from: http://www.biomedcentral.com/1471-2180/5/61

Page 14: Referat Slide

14

Diagnosis Banding

Kandidiasis Trikomoniasis BVGejala Gatal,iritasi Nyeri,iritasi BerbauWarna Putih kental Kuning/hijau Abu-abuKonsistensi Tebal Berbusa CairBau Jamur Amis/bau busuk Amis pH <4,5 >5,0 >4,5Mikroskopis Leukosit80% Leukosit trikomonas

Leukosit,Clue cellKultur Perlu Bermanfaat Tidak

perlu

Judanarso J. Vaginosis bakterial. In: Adhi djuanda, editor. Ilmu penyakit kulit dan kelamin 4 th edition . Jakarta: Balai penerbit FKUI ; 2006. P.384-89Schwebke, J.R. New Concepts in The Etiology of Bacterial Vaginosis. Current Infectious Disease Reports. Vol. 11. No. 2. Philadelphia. 2009. p.143-147Rahma S.N., Adriani A., Tabri F. Vaginosis bacterial. Penyakit menular seksual. Makassar: Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin; 2004. p. 147-60.

Page 15: Referat Slide

15

Penatalaksanaan

Judanarso J. Vaginosis bakterial. In: Adhi djuanda, editor. Ilmu penyakit kulit dan kelamin 4 th edition . Jakarta: Balai penerbit FKUI ; 2006. P.384-89Schwebke, J.R. New Concepts in The Etiology of Bacterial Vaginosis. Current Infectious Disease Reports. Vol. 11. No. 2. Philadelphia. 2009. p.143-147Rahma S.N., Adriani A., Tabri F. Vaginosis bacterial. Penyakit menular seksual. Makassar: Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin; 2004. p. 147-60.

Terapi sistemikMetronidazol

dengan dosis 2 x 400 mg atau 500 mg setiap hari selama 7 hari

Klindamisin 300 mg, 2 x sehari selama 7 hari

Amoksilav (500 mg amoksisilin dan 125 mg asam klavulanat) 3 x sehari selama 7 hari.

Page 16: Referat Slide

16

Komplikasi

(Pelvic Inflamatory Disease/PID) Pada penderita bakterial vaginosis yang

sedang hamil: kelahiran prematur, ketuban pecah dini, bayi berat lahir rendah, dan endometritis post partum.

resiko infeksi traktus urinarius Endometritis

Judanarso J. Vaginosis bakterial. In: Adhi djuanda, editor. Ilmu penyakit kulit dan kelamin 4 th edition . Jakarta: Balai penerbit FKUI ; 2006. P.384-89Schwebke, J.R. New Concepts in The Etiology of Bacterial Vaginosis. Current Infectious Disease Reports. Vol. 11. No. 2. Philadelphia. 2009. p.143-147.Dewi AW. Studi prevalensi dan keberhasilan terapi vaginosis bakterialis pada ibu hamil (dissertation). Semarang: Universitas Diponegoro; 2003

Page 17: Referat Slide

17

Prognosis

Prognosis bakterial vaginosis dapat timbul kembali pada 20-30% wanita walaupun tidak menunjukkan gejala.

Prognosis bakterial vaginosis sangat baik, karena infeksinya dapat disembuhkan.

Dengan pengobatan metronidazol dan klindamisin memberi angka kesembuhan yang tinggi (84-96%)

Ugwumadu A. Bacterial Vaginosis. In: Oxford Desk Reference Obstetrics and Gynaecology. Oxford University Press : Oxford. 2011. p.184-5.Wong, Tom. Vaginal Discharge (Bacterial Vaginosis, Vulvovaginal Candidiasis, Trichomoniasis). Canadian Guidelines on Sexually Transmitted Infections. 2010.

Page 18: Referat Slide

18

BAB IIIPENUTUP

KesimpulanBakterial vaginosis adalah suatu keadaan yang abnormal pada vagina yang disebabkan oleh pertumbuhan bakteri anaerob dalam konsentrasi tinggi menggantikan flora normal vagina (Lactobacillus Spp) yang menghasilkan hidrogen peroksida sehingga vagina yang tadinya bersifat asam (pH normal vagina 3,8 – 4,2) berubah menjadi bersifat basa.Menurut Amsel, untuk menegakkan diagnosa dengan ditemukannya tiga dari empat gejala, yakni : sekret vagina yang homogen, tipis, putih dan melekat, pH vagina > 4,5, tes amin yang positif; adanya clue cells pada sediaan basah (sedikitnya 20% dari seluruh epitel) yang merupakan penanda bakterial vaginosis.

Page 19: Referat Slide

19Pengobatan bakterial vaginosis biasanya menggunakan antibiotik seperti metronidazol dan klindamisin. Untuk keputihan yang ditularkan melalui hubungan seksual terapi juga diberikan kepada pasangan seksual dan dianjurkan tidak berhubungan selama masih dalam pengobatan.

Pada penderita bakterial vaginosis yang sedang hamil, dapat menimbulkan komplikasi antara lain : kelahiran prematur, ketuban pecah dini, bayi berat lahir rendah, dan endometritis post partum.

Page 20: Referat Slide

20