REFERAT PSIKIATRI ARLA BAB 1.docx
-
Upload
kolot-kolot-kasep -
Category
Documents
-
view
12 -
download
3
Transcript of REFERAT PSIKIATRI ARLA BAB 1.docx
BAB 1
PENDAHULUAN
Gangguan mood bipolar sudah dikenal sejak zaman Yunani kuno. Bipolaritas
artinya pergantian antara episode manik dengan depresi. Kadang-kadang pasien bisa
memperlihatkan dua demensi emosi yang muncul bersamaan pada derajat berat
tertentu, keadaan ini disebut dengan episode campuran. Sekitar 40% pasien dengan
gangguan bipolar memperlihatkan dua campuran emosi. Keadaan campuran yaitu
suatu kondisi dengan dua emosi tersebut dapat muncul bersamaan atau pergantian
emosi tersebut (mania dan depresif) sangat cepat sehingga disebut juga manic
disforik.1
Gangguan bipolar merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik dan
ditandai oleh gejala-gejala manik, depresi, dan campuran, biasanya rekuren serta
dapat berlangsung seumur hidup. Angka morbiditas dan mortalitasnya cukup tinggi.
Tingginya angka mortalitas disebabkan aleh seringnya terjadi komorbiditas antara
gangguan bipolar dengan penyakit fisik, misalnya, dengan diabetes melitus, penyakit
jantung koroner, dan kanker. Komorbiditas dapat pula terjadi dengan penyakit
psikiatrik lainnya misalnya, dengan ketergangtungan zat dan alcohol yang juga yang
juga turut berkontribusi dalam meningkatkan mortalitas. Selain itu, tingginya
mortalitas juga dapat disebabkan oleh bunuh diri. Sekitar 25% penderita gangguan
bipolar pernah melakukan percobaan bunuh diri, paling sedikit satu kali dalam
kehidupannya. Oleh karena itu, penderita gangguan bipolar harus diobati dengan
segera.2
Gangguan bipolar merupakan gangguan jiwa berat yang etiologinya adalah
multifaktor. Pasien yang depresi merasa hilangnya energi, perasaan bersalah, mudah
tersinggung, hilangnya nafsu makan, dan penarikan diri dari lingkungan sosial.
Sedangkan pasien yang manik menunjukkan kebahagiaan yang luar biasa, gagasan
yang meloncat-loncat, peninggian harga diri, emosi yang labil, hiperaktivitas, dll.2
1
2
Penurunan serotonin dapat mencetuskan depresi tetapi peningkatan kadar
serotonin dalam celah sinaps neuron, pada sistem limbik, yang berdampak terhadap
dopamine receptor supersensitivity dapat mencetuskan manik.1