Referat Pityriasis Alba

16
PENDAHULUAN Pityriasis alba merupakan sebuah pola dermatitis dengan ciri yang paling mencolok berupa hipopigmentasi. 1 Pityriasis alba dianggap sebagai dermatitis subklinis atau bentuk yang ringan dari dermatitis atopik, karena seringkali disertai riwayat atopi. Gambaran klinisnya berupa makula atau bercak hipopigmentasi berskuama tipis, berbatas tegas maupun tidak tegas, terlokalisir, umumnya terdapat pada pipi, lengan atas, dan trunkus. 2,3 Meskipun dapat terjadi pada semua ras dan jenis kelamin, hipopigmentasi pityriasis alba lebih jelas terlihat pada individu berkulit gelap, terutama saat musim panas. Sedangkan pada musim dingin skuama jelas terlihat karena kulit kering. Penyakit ini umumnya mengenai penderita usia anak dan remaja. 1,4 Etiologi dan patogenesis pityriasis alba masih belum jelas. Pada umumnya digolongkan sebagai manifestasi dari dermatitis atopik ringan, tetapi tidak pasti mengenai seluruh individu yang atopik. 1 Selain itu, penyakit ini juga digolongkan sebagai penyakit yang timbul setelah terjadi inflamasi. Pajanan matahari yang berlebihan dan tanpa proteksi juga kebiasaan hidup bersih berkorelasi kuat terhadap 1

Transcript of Referat Pityriasis Alba

Page 1: Referat Pityriasis Alba

PENDAHULUAN

Pityriasis alba merupakan sebuah pola dermatitis dengan ciri yang paling

mencolok berupa hipopigmentasi.1 Pityriasis alba dianggap sebagai dermatitis subklinis

atau bentuk yang ringan dari dermatitis atopik, karena seringkali disertai riwayat atopi.

Gambaran klinisnya berupa makula atau bercak hipopigmentasi berskuama tipis, berbatas

tegas maupun tidak tegas, terlokalisir, umumnya terdapat pada pipi, lengan atas, dan

trunkus. 2,3

Meskipun dapat terjadi pada semua ras dan jenis kelamin, hipopigmentasi

pityriasis alba lebih jelas terlihat pada individu berkulit gelap, terutama saat musim

panas. Sedangkan pada musim dingin skuama jelas terlihat karena kulit kering. Penyakit

ini umumnya mengenai penderita usia anak dan remaja.1,4

Etiologi dan patogenesis pityriasis alba masih belum jelas. Pada umumnya

digolongkan sebagai manifestasi dari dermatitis atopik ringan, tetapi tidak pasti mengenai

seluruh individu yang atopik.1 Selain itu, penyakit ini juga digolongkan sebagai penyakit

yang timbul setelah terjadi inflamasi. Pajanan matahari yang berlebihan dan tanpa

proteksi juga kebiasaan hidup bersih berkorelasi kuat terhadap perkembangan PA.2 Hal

lain yang dapat mencetuskan pityriasis alba adalah gigitan serangga, iritasi mekanis dari

scrubbing, atau bentuk lain dari eczematous dermatitis.5

Sebagian besar kasus PA terdiagnosis secara klinis. Hipopigmentasi yang tampak

diakibatkan oleh berkurangnya jumlah melanosit dan melanosom. Pemeriksaan histologi

tidak spesifik, berupa akantosis yang tidak mencolok dan spongiosis ringan, dengan

hiperkeratosis sedang dan parakeratosis yang tidak sempurna.1,2

1

Page 2: Referat Pityriasis Alba

BAB 2

PEMBAHASAN

Pityriasis alba merupakan sebuah istilah yang berasal dari bahasa latin, yang

berarti sisik atau skuama (pityriasis) dan putih (alba).6,7 Pityriasis alba merupakan suatu

penyakit yang tidak menular dengan ciri yang paling mencolok berupa hipopigmentasi.1

2.1 Epidemiologi

Terdapat laporan kejadian sebesar lebih dari 5% pada anak-anak di Amerika

Serikat, namun epidemiologinya belum pernah dijelaskan secara pasti. Pityriasis alba

tidak memiliki kecenderungan timbul pada ras tertentu, walaupun penyakit ini memang

terlihat lebih jelas pada penderita berkulit gelap karena nampak kontras.1,4,5,6

Penyakit ini tidak memiliki predileksi jenis kelamin tertentu, walaupun pernah

tercatat penderita laki-laki sedikit lebih banyak daripada perempuan. Pityriasis alba lebih

sering dijumpai pada penderita berusia kurang dari 20 tahun, terutama pada anak dan

remaja yang usianya berkisar antara 3-16 tahun.1,6,7

Penelitian yang dilakukan di daerah Karachi, Pakistan, menunjukkan persentase

kecil (6,1%) dari pityriasis alba dibandingkan penyakit kulit lainnya pada pasien di

Rumah Sakit Pendidikan Hamdard.8 Pada penelitian terhadap imigran Amerika Latin di

Spanyol, pityriasis alba merupakan penyakit kulit dengan gejala klinis terbesar (3,3%)

dari kelompok eczema (18,2%) yang lebih banyak mengenai pasien kulit hitam (24%)

dibandingkan kulit putih (13,5%) dan kulit coklat Indian Amerika (19,7%).15

2.2 Etiologi dan Patogenesis

2

Page 3: Referat Pityriasis Alba

Etiologi dan patogenesis pityriasis alba masih belum jelas.2 Tidak ada agen

definitif yang dapat dijelaskan untuk penyakit ini.3,6 Tidak terdapat data mengenai peran

faktor genetik dan riwayat keluarga yang berhubungan dengan penyakit ini.4

Hipopigmentasi yang terjadi diakibatkan oleh berkurangnya aktivitas melanosit dan

berkurangnya jumlah serta ukuran melanosom.1,7 Penyakit ini pada umumnya

digolongkan sebagai manifestasi dari dermatitis atopik ringan, namun individu yang

atopik belum tentu menderita pityriasis alba.1 Pada penelitian terhadap penderita

pityriasis alba di India, latar belakang atopi terdeteksi dalam 85,5% kasus.4

Penyakit ini juga dapat digolongkan sebagai kelainan kulit yang timbul setelah

inflamasi, diduga karena inflamasi dapat menyebabkan gangguan sel pigmen. Bakteri

Propionibacterium acnes yang hidup dalam folikel rambut, dianggap mampu

memproduksi faktor depigmentasi secara teoritis. Pada anak-anak dengan jerawat

komedo atau popular, Propionibacterium acnes memproduksi sejumlah faktor virulen

bioaktif yang merupakan agen inflamasi dan imunomodulatornya. Sejumlah enzim

ekstraseluler dan metabolit secara langsung dapat merusak jaringan host, termasuk

melanosit.2,7

Beberapa sumber menggolongkannya sebagai kelainan pigmentasi kulit.2

Hipopigmentasi diduga secara sekunder dapat disebabkan oleh pityriacitrin, suatu

substansi yang diproduksi oleh ragi Malassezia, yang berperan sebagai tabir surya alami.6

Hipopigmentasi juga dapat dijelaskan sebagai kerusakan terhadap melanosit dan inhibisi

dari tyrosinase by decarboxylic acid, azelic acid (inhibitor kompetitif dari tyrosinase),

dan atau metabolit yang diturunkan tryptophanyang diproduksi oleh ragi normal

Malassezia furfur,yang merupakan bagia dari permukaan kulit normal. Jadi, beberapa

pasien dengan pityriasis alba mengalami sensitivitas terhadap jamur ini. Berbeda dengan

tinea versicolor, organisme ini tidak berkembang dalam jumlah banyak pada pityriasis

alba. Jamur patogen juga tidak terlibat dalam kondisi ini.7

Pajanan matahari yang berlebihan dan tanpa proteksi diduga menyebabkan

penyakit ini jelas terlihat, meskipun penelitian fotobiologik untuk membuktikannya

3

Page 4: Referat Pityriasis Alba

belum dilakukan. Fakta bahwa radiasi ultraviolet dapat memicu kekeringan kulit mungkin

dapat menjelaskan hubungan dengan penyakit ini.3 Melanosit diduga menjadi lebih

sensitif pada pasien dengan penyakit ini.7 Berdasarkan musim, hpopigmentasi pityriasis

alba lebih jelas terlihat saat musim panas karena proses tanning pada kulit sekitarnya

yang normal membuatnya menjadi kontras. Sedangkan pada musim dingin, kulit menjadi

kering dan skuama jelas terlihat.1,2,4 Pada penelitian anak-anak di Turki yang menderita

pityriasis alba, sebagian besar (45,9%) mengalami eksaserbasi saat musim dingin.3

Kebiasaan hidup bersih berkorelasi kuat terhadap perkembangan pityriasis alba.

Peningkatan frekuensi mandi dan penggunaan air panas untuk mandi dihubungkan

dengan xeroderma atau kekeringan kulit yang diduga memicu timbulnya penyakit ini.2,3

Selain itu, seringnya mandi dapat mempengaruhi hilangnya daya tahan epidermis dan

substansi pelindung lainnya dari permukaan kulit.7 Hal lain yang dapat mencetuskan

pityriasis alba adalah gigitan serangga, iritasi mekanis dari scrubbing, atau bentuk lain

dari eczematous dermatitis.5

2.3 Gambaran klinis

Pitryasis alba sering dijumpai pada anak berumur 3-16 tahun ( 30-40%). Wanita dan pria sama banyak. 9

Lesi individual berbentuk makula atau bercak yang bulat, oval, ataupun irregular,

yang berwarna merah, pink, atau warna kulit, dan ditutupi lapisan sisik tipis. Batasnya

dapat tegas, tidak tegas, maupun meninggi.1,2,3 Pada awalnya, eritema dapat mencolok dan

mungkin terdapat krusta serous minimal. Selanjutnya, eritema reda sempurna, dan pada

stadium dimana lesi umumnya terlihat oleh dokter, lesi hanya menunjukkan

hipopigmentasi dan adanya sisik tipis. Hal ini yang pada umumnya mendorong pasien

untuk berobat. Hipopigmentasi lebih jelas terlihat pada kulit berwarna gelap, terutama

setelah berjemur.1

4

Page 5: Referat Pityriasis Alba

Gambar 1. Pityriasis alba pada wajah.5

Biasanya terdapat beberapa bercak dengan diameter berkisar antara 0.5-2 cm, tapi

dapat juga berukuran lebih besar, khususnya pada trunkus. Pada anak-anak, lesi

khususnya terdapat pada wajah (50-60%), dan paling banyak berada di sekitar mulut,

dagu,dahi, dan pipi.9 Pada 20% anak yang terkena, lokasi yang terlibat juga pada leher,

lengan, dan bahu.1 dapat simetris pada bokong, paha atas, punggung, dan esktensor

lengan, tanpa keluhan. Lesi umumnya menetap, terlihat sebagai leukoderma setelah

skuama menghilang.9

Penyakit ini dapat asimtomatik ataupun menimbulkan keluhan kosmetik.6

Perjalanan penyakit sangat beragam. Sebagian besar kasus muncul untuk beberapa bulan,

dan beberapa masih menunjukkan hipopigmentasi selama setahun atau lebih setelah sisik

menghilang. Lesi dapat timbul kembali dalam selang waktu tertentu. Durasi rata-rata

untuk lokasi umum di muka pada anak-anak adalah setahun atau lebih.1

Pityriasis Alba yang luas (extensive PA), lebih sering terlihat pada orang dewasa,

dengan ciri-ciri klasik yang sama, terdistribusi lebih luas yang seringkali melibatkan

ekstremitas bawah dalam pola yang simetris. Ketiadaan fase inflamasi yang mendahului

5

Page 6: Referat Pityriasis Alba

dan ketiadaan spongiosis membedakan dari bentuk yang klasik. Terdapat hipotesis

tumpang tindih dari bentuk khusus ini dengan hipomelanosia makular yang progresif,

yang terutama terjadi pada wanita dewasa muda, dengan bercak tanpa sisik,

hipopigmentasi, terjadi berulang, melibatkan punggung, khususnya setelah musim panas.2

Pityriasis Alba yang terpigmentasi dianggap sebagai varian dari pityriasis alba

yang klasik dengan infeksi dermatofit superfisial yang hampir selalu mengenai wajah.

Secara klinis dicirikan oleh hiperpigmentasi kebiru-biruan yang dikelilingi oleh daerah

hipopigmentasi bersisik. Area yang terpigmentasi menunjukkan deposit melanin dalam

dermis. Sepertiga dari pasien secara bersamaan mengalami pityriasis alba klasik.2

2.4 Pemeriksaan penunjang

Bila ditemukan gambaran klinis yang sesuai, dapat dilakukan pemeriksaan

penunjang menggunakan lampu Wood, yang menunjukkan gambaran hipopigmentasi.2

Pemeriksaan histologi dari penelitian biopsi menunjukkan ciri-ciri hiperkeratosis

(33.33%), parakeratosis (40%), akantosis (53.33%), spongiosis (80%), dan infiltrat

perivaskuler (100%). Bagaimanapun, penemuan ini tidak cukup spesifik untuk

menegakkan diagnosis. Ditemukan pula atropi glandula sebasea pada hampir separuh

kasus dalam satu penelitian.1,6

Hasil pemeriksaan struktur ultra menemukan bahwa selain pengurangan pigmen

pada lesi kulit, tidak terdapat  terdapat perbedaan pada melanosit antara kulit yang

memiliki lesi dan normal pada pasien yang sama, walaupun penemuan ini masih

diperdebatkan. Perubahan degeneratif berupa menurunnya jumlah melanosit dan

berkurangnya jumlah dan ukuran melanosom keratinosit juga ditemukan melalui

mikroskop cahaya dan elektron pada lesi. Secara keseluruhan kelainan ini dianggap

diakibatkan oleh penurunan melanin.1,6

6

Page 7: Referat Pityriasis Alba

2. 5 Diagnosis dan Diagnosis Banding

Berdasarkan anamnesis, harus ditanyakan usia timbulnya penyakit, untuk

menyingkirkan penyakit kongenital. Setelah itu ditanyakan faktor resiko yang dapat

menimbulkan pityriasis alba, seperti riwayat atopi, riwayat pajanan sinar matahari,

riwayat inflamasi sebelumnya, hingga kebiasaan mandi untuk menunjang diagnosis.

Dari gambaran klinis, sisik yang tipis dan distribusi lesi biasanya mengarahkan

diagnosis. Diagnosis banding meliputi bentuk hipopigmentasi terlokalisir, khususnya

kondisi kulit yang setelah mengalami inflamasi.2 Pityriasis versicolor juga berbatas tegas

dan biasanya bersisik. Pemeriksaan potassium hydroxide (KOH) dari kerokan skuama

harus didapatkan jika timbul keraguan. Pada vitiligo, bercaknya lebih putih, dengan batas

yang lebih jelas dan selalu tidak disertai sisik.5

Bila pada pemeriksaan lampu Wood ditemukan hipopigmentasi, diagnosis

menjadi semakin sempit. Untuk mempermudah penegakan diagnosis, algoritma di bawah

ini dapat digunakan sebagai pedoman:

7

Page 8: Referat Pityriasis Alba

Gambar 2. Algoritma Penegakan Diagnosis2

Hipopigmentasi yang jelas terkadang salah didiagnosis dengan vitiligo. Pada

vitiligo, bercaknya lebih putih, dengan batas yang lebih jelas dan selalu tidak disertai

sisik.7 Pada anak yang lebih besar dan dewasa, lesi pada trunkus, sepanjang fase

8

Page 9: Referat Pityriasis Alba

eritematosa, mungkin salah didiagnosis dengan psoriasis tetapi distribusi dan sisik yang

relatif ringan dapat menyingkirkan diagnosis ini. Mycosis fungoides, walaupun relatif

jarang, dapat menirukan lesi pityriasis alba. Kondisi ini sulit dibedakan secara histologis,

sehingga tindak lanjut dan biopsi ulangan kadang diperlukan.1

2.6 Tatalaksana

Hindari hal-hal yang menjadi faktor resiko seperti pajanan matahari dan mandi

berlebihan dan menggunakan air panas, serta cukupi kebutuhan nutrisi. Jika faktor

pencetusnya adalah eczema ringan, terapi dengan kortikosteroid lemah seperti

hidrokortison 0.5% atau 1%, atau krim yang mengandung calcineurin inhibitor seperti

tacrolimus dan pimecrolimus, juga sering diresepkan. Sisik dapat dikurangi dengan krim

emollient lunak, dan untuk lesi kronik pada trunkus pasta tar ringan mungkin berguna.

Bagaimanapun, abnormalitas pigmentasi membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk

mengalami perbaikan. Syndets (synthetic balanced detergents) dapat digunakan untuk

mencucui muka karena kurang bersifat iritatif dibandingkan sabun alkali. Pelembab dapat

digunakan dua kali sehari, dan setelah mencuci wajah. Tanning tidak membantu, malah

semakin menonjolkan perbedaan bila terlalu sering dilakukan.1,5

2.7 Prognosis

Pityriasis alba merupakan penyakit yang sembuh sendiri dan tidak menimbulkan

mortalitas. Pada umumnya penyakit ini menghilang menjelang usia pubertas.6

9

Page 10: Referat Pityriasis Alba

BAB 3

KESIMPULAN

Pityriasis alba merupakan penyakit kulit yang tidak menular, ditandai dengan

makula atau bercak dengan hipopigmentasi dan sisik tipis. Penyakit ini lebih banyak

mengenai anak dan remaja, tanpa kecenderungan terhadap ras dan jenis kelamin tertentu.

Etiologi dan patogenesisnya belum jelas, diduga berkaitan dengan riwayat atopi, paska

inflamasi kulit, pajanan sinar matahari, kebiasaan mandi, maupun nutrisi. Proses

hipopigmentasi diduga terkait dengan gangguan pada sel pigmen kulit.

Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis faktor resiko, pemeriksaan fisik

dan penunjang untuk menyingkirkan diagnosis banding. Distribusi lesi, pemeriksaan

lampu Wood, dan riwayat inflamasi sebelumnya merupakan hal yang penting dalam

mempersempit diagnosis banding.

Pityriasis alba merupakan penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinya,

bahkan tanpa intervensi. Pemberian emollient dinilai efektif untuk tatalaksana bila tidak

disertai inflamasi. Tidak pernah dilaporkan adanya mortalitas akibat penyakit ini.

10

Page 11: Referat Pityriasis Alba

DAFTAR PUSTAKA

1. Holden CA and Jones BJ. Eczema, Lichenification, Prurigo and Erythroderma. In:

Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C, editors. Rook’s Textbook of

Dermatology. 7th ed. Massachusetts: Blackwell; 2004. p. 737-738.

2. Lapeere H, et.al. Hypomelanoses and Hypermelanoses. In: Wolff K, Goldsmith LA,

Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editors. Fitzpatrick’s Dermatology in

General Medicine. 7th ed. New York: McGraw-Hill Companies, Inc; 2008, vol: 1. p.

623-624

3. 3Balci DD, Sangun O, Duran N, Peker E. Etiopathogenic Factors and Clinical

Findings of Pityriasis Alba.Turkiye Klinikleri J Dermatol [serial online] 2009); 19

(1): 5-8. Diunduh dari http://tipbilimleri.turkiyeklinikleri.com/abstract_53406.html

4. 4Vinod S, Singh G, Dash K, Grover S. Clinico epidemiological study of pityriasis

alba. Indian J Dermatol Venereol Leprol [serial online] 2002; 68: 338-340.

Diunduh dari http://www.ijdvl.com/text.asp?2002/68/6/338/11182

5. Wellew R, Hunter J, Savin J, Dahl M, editors. Racially Pigmented Skin. In: Clinical

Dermatology. 4th ed. Massachusetts: Blackwell; 2003. p.207.

6. 6Rashid RM, Miller AC, Silverberg MA. Pityriasis Alba. [serial online] Diunduh

dari emedicine.medscape.com/article/762656.htm

7. J Burkhart CG dan Burkhart CN. Pityriasis Alba: A condition with Possibly

Multiple Etiologies. The open dermatology Journal [serial online] 2009; 3: 7-8.

Diunduhdarihttp://www.benthamopen.org/pages/content.php?TODJ/2009/0000000/

00000001/TODJ. PDF

8. Javed M, Jairamani C. Pediatric Dermatology: An Audit at Hamdard University

Hospital Karachi. Journal of Pakistan Association of Dermatologists [serial online]

2006 (13 Agustus 2010); 16: 93-96. diunduh dari http://www.jpad.org.pk/april%20-

%20june%20%202006/6%20pediatric%20dermatoogy.pdf.

9. Djuanda A, Hamzah M, dkk. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin Edisi Kelima.

2007. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

11