REFERAT NIHL

27
REFERAT Noise Induced Hearing Loss Pembimbing: Dr. Asnominanda, sp THT-KL Disusun oleh: Diporapdwijoyo Sinoputro 11.2014.333 KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT THT PERIODE 14 September – 17 Oktober 2015 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA RUMAH SAKIT ANGKATAN UDARA dr. ESNAWAN ANTARIKSA 2015

description

referat nihl

Transcript of REFERAT NIHL

Page 1: REFERAT NIHL

REFERAT

Noise Induced Hearing Loss

Pembimbing:

Dr. Asnominanda, sp THT-KL

Disusun oleh:

Diporapdwijoyo Sinoputro

11.2014.333

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT THT

PERIODE 14 September – 17 Oktober 2015

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

RUMAH SAKIT ANGKATAN UDARA dr. ESNAWAN ANTARIKSA

2015

Page 2: REFERAT NIHL

BAB I

PENDAHULUAN

Kemajuan teknologi mesin yang semakin mutakhir telah menggeser perkembangan

industri ke arah penggunaan mesin-mesin, alat-alat transportasi berat, dan lain sebagainya.

Akibatnya kebisingan makin dirasakan mengganggu dan dapat memberikan dampak pada

kesehatan. Biaya yang harus ditanggung akibat kebisingan ini sangat besar. Misalnya, bila

terjadi di tempat-tempat bisnis dan pendidikan, maka bising dapat mengganggu komunikasi

yang berakibat menurunnya kualitas bisnis dan pendidikan. Sama halnya dengan akibat yang

ditimbulkan pada masyarakat yang lokasi tempat tinggalnya berdekatan dengan sumber

bising. Trauma akustik ataupun gangguan pendengaran lain yang timbul akibat bising,

gangguan sistemik yang timbul akibat kebisingan, penurunan kemampuan kerja, bila dihitung

kerugiannya secara nominal dapat mencapai milyaran rupiah.

Industri yang terutama membawa risiko kehilangan pendengaran antara lain

pertambangan, pembuatan terowongan, penggalian (peledakan, pengeboran), mesin-mesin

berat ( pencetakan besi, proses penempaan, dll), pekerjaan mengemudikan mesin dengan

mesin pembakaran yang kuat (pesawat terbang, truk, bajaj, kenderaan konstruksi, dll),

pekerjaan mesin tekstil ,uji coba mesin-mesin jet, serta pekerjaan tentara. Pada umumnya

gangguan pendengaran yang disebabkan bising timbul setelah bertahun-tahun pajanan.

Kecepatan kemunduran tergantung pada tingkat bising, komponen impulsif dan lamanya

pajanan, serta juga pada kepekaan individual yang sifat-sifatnya tetap tidak diketahui. (3)

Mengingat besarnya masalah tersebut dan pentingnya kesehatan indera pendengaran

sebagai salah satu faktor penting dalam meningkatkan mutu sumber daya manusia, maka

diperlukan adanya perhatian yang lebih terhadap masalah kesehatan indera pendengaran

khususnya tuli akibat pemajanan bising (TAB/NIHL)

Page 3: REFERAT NIHL

Bab II

Pembahasan

Anatomi Telinga

Telinga adalah alat indra yang memiliki fungsi untuk mendengar suara yang ada di

sekitar kita sehingga kita dapat mengetahui / mengidentifikasi apa yang terjadi di sekitar kita

tanpa harus melihatnya dengan mata kepala kita sendiri. Orang yang tidak bisa mendengar

disebut tuli. Telinga kita terdiri atas tiga bagian yaitu bagian luar, bagian tengah dan bagian

Telinga Luar

Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani. Daun

telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga berbentuk huruf S, dengan

rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian dalam

rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2,5 – 3 cm.

Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar serumen

(modifikasi kelenjar keringat) dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh kulit liang

telinga. Pada duapertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen. 2

Page 4: REFERAT NIHL

Gambar .1 Anatomi Telinga3

Sendi temporomandibularis dan kelenjar parotis terletak di depan terhadap liang telinga

sementara procesus mastoideus terletak dibelakangnya. Saraf fasialis meninggalkan foramen

stilomastoideus dan berjalam ke lateral menuju prosesus stilodeus di posteroinferior liang

telinga, dan berjalan dibawah liang telinga untuk memasuki kelenjar parotis. 4

Telinga Tengah

Telinga tengah adalah rongga berisi udara didalam tulang temporalis yang terbuka

melalui tuba auditorius (eustachius) ke nasofaring dan melalui nasofaring keluar. Tuba

biasanya tertutup, tetapi selama mengunyah, menelan, dan menguap saluran ini terbuka,

sehingga tekanan dikedua sisi gendang telinga seimbang. 5

Page 5: REFERAT NIHL

Gambar 2. Membran timpani6

Telinga tengah berbentuk kubus dengan batas luar yaitu membran timpani, batas depan

yaitu tuba eustachius, batas bawah yaitu vena jugularis (bulbus jugularis), batas belakang

yaitu aditus ad antrum, kanalis facialis pars vertikalis. Batas atas yaitu tegmen timpani

(meningen/ otak), dan batas dalam berturut-turut dari atas kebawah yaitu kanalis

semisirkularis horizontal, kanalis facialis, tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar

(round window) dan promomtorium.

Di dalam telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran yang tersusun dari luar ke

dalam, yaitu maleus, inkus dan stapes. Tulang pendengaran di dalam telinga saling

berhubungan. Prosesus longus maleus melekat pada inkus, dan inkus melekat pada stapes.

Stapes terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan dengan koklea. Hubungan antar

tulang-tulang pendengaran merupakan persendian. Pada pars flaksida terdapat daerah yang

disebut atik. Di tempat ini terdapat aditus ad antrum, yaitu lubang yang menghubungkan

telinga tengah dengan antrum mastoid. 4

Telinga Dalam

Page 6: REFERAT NIHL

Labirin ( telinga dalam ) mengandung organ pendengaran dan keseimbangan, terletak

pada pars petrosa os temporal. Labirin terdiri dari labirin bagian tulang dan labirin bagian

membran. Labirin bagian tulang terdiri dari kanalis semisirkularis, vestibulum dan koklea.

Labirin bagian membran terletak didalam labirin bagian tulang, dan terdiri dari kanalis

semisirkularis, utrikulus, sakulus, sakus dan duktus endolimfatikus serta koklea.

Bagian vestibulum telinga dalam dibentuk oleh sakulus, utrikulus dan kanalis

semisirkularis. Utrikulus dan sakulus mengandung makula yang diliputi oleh sel-sel rambut.

Menutupi sel-sel rambut ini adalah suatu lapisan gelatinosa yang ditembus oleh silia, dan

pada lapisan ini terdapat pula otolit yang mengandung kalsium dan dengan berat jenis yang

lebih besar daripada endolimfe. Karena pengaruh gravitasi, maka gaya dari otolit akan

membengkokkan silia sel-sel rambut dan menimbulkan rangsangan pada reseptor.

Gambar 3 Vestibulum7

Sakulus berhubungan dengan utrikulus melalui suatu duktus sempit yang juga

merupakan saluran menuju sakus endolimfatikus. Makula utrikulus terletak pada bidang yang

tegak lurus terhadap makula sakulus. Ketiga kanalis semisirkularis bermuara pada utrikulus.

Masing-masing kanalis mempunyai suatu ujung yang melebar membentuk ampula dan

mengandung sel-sel rambut krista. Sel-sel rambut menonjol pada suatu kupula gelatinosa.

Gerakan endolimfe dalam kanalis semisirkularis akan menggerakkan kupula yang selanjutnya

akan membengkokkan silia sel-sel rambut krista dan merangsang sel rambut reseptor.

Page 7: REFERAT NIHL

Gambar 4 Anatomi Telinga Dalam8

Koklea melingkar seperti rumah siput dengan dua dan satu-setengah putaran. Aksis dari

spiral tersebut dikenal sebagai modiolus, berisi berkas saraf dan suplai arteri dari arteri

vertebralis. Serabut saraf kemudian berjalan menerobos suatu lamina tulang yaitu lamina

spiralis oseus untuk mencapai sel-sel sensorik organ corti. Rongga koklea bertulang dibagi

menjadi tiga bagian oleh duktus koklearis yang panjangnya 35 mm dan berisi endolimfe.

Bagian atas adalah skala vestibuli, berisi perilimfe dan dipisahkan dari duktus koklearis oleh

membrana Reissner yang tipis. Bagian bawah adalah skala timpani juga mengandung

perilimfe dan dipisahkan dari duktus koklearis oleh lamina spiralis oseus dan membrana

basilaris. Perilimfe pada kedua skala berhubungan pada apeks koklea spiralis tepat setelah

ujung buntu duktus koklearis melalui suatu celah yang dkenal sebagai helikotrema.

Membrana basilaris sempit pada basisnya (nada tinggi) dan melebar pada apeks (nada

rendah). 3

Organ corti adalah organ reseptor yang membangkitkan impuls saraf sebagai respon

terhadap getaran membrana basiler. Organ corti terletak pada permukaan serat basilar dan

membrana basilar. Terdapat dua tipe sel rambut yang merupakan reseptor sensorik yang

sebenarnya dalam organ corti yaitu baris tunggal sel rambut interna, berjumlah sekitar 3500

dan dengan diameter berukuran sekitar 12 mikrometer, dan tiga sampai empat baris rambut

eksterna, berjumlah 12.000 dan mempunyai diameter hanya sekitar 8 mikrometer. Basis dan

samping sel rambut bersinaps dengan jaringan akhir saraf koklearis. Sekitar 90 sampai 95

persen ujung-ujung ini berakhir di sel-sel rambut bagian dalam, yang memperkuat peran

Page 8: REFERAT NIHL

khusus sel ini untuk mendeteksi suara. Serat-serat saraf dari ujung-ujung ini mengarah ke

ganglion spiralis corti yang terletak didalam modiolus (pusat) koklea.

Fisiologi pendengaran

Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara. Reseptor-reseptor khusus

untuk suara terletak di telinga dalam yang berisi cairan. Dengan demikian, gelombang suara

hantaran udara harus disalurkan ke telinga dalam, dan dalam prosesnya melakukan

kompensasi terhadap berkurangnya energi suara yang terjadi secara alamiah sewaktu

gelombang suara berpindah dari udara ke air. Fungsi ini dilakukan oleh telinga luar dan

telinga tengah.9

Daun telinga, mengumpulkan gelombang suara dan menyalurkannya ke saluran

telinga luar.Karena bentuknya, daun telinga secara parsial menahan gelombang suara yang

mendekati telinga dari arah belakang dan, dengan demikian, membantu seseorang

membedakan apakah suara datang dari arah depan atau belakang.9

Membran timpani, yang teregang menutupi pintu masuk ke telinga tengah, bergetar

sewaktu terkena gelombang suara. Daerah-daerah gelombang suara yang bertekanan tinggi

dan rendah berselang-seling menyebabkan gendang telinga yang sangat peka tersebut

menekuk keluar-masuk seirama dengan frekuensi gelombang suara.9

Telinga tengah memindahkan gerakan bergetar membran timpani ke cairan di telinga

dalam. Pemindahan ini dipermudah oleh adanya tiga tulang pendengaran (maleus, inkus, dan

stapes) yang berjalan melintasi telinga tengah. Tulang pertama, maleus, melekat ke membran

timpani, dan tulang terakhir, stapes, melekat ke jendela oval, pintu masuk ke koklea yang

berisi cairan. Ketika membrana timpani bergetar sebagai respons terhadap gelombang suara,

tulang-tulang tersebut juga bergerak dengan frekuensi sama, memindahkan frekuensi gerakan

tersebut dan membran timpani ke jendela oval. Tekanan di jendela oval akibat setiap getaran

yang dihasilkan menimbulkan gerakan seperti gelombang pada cairan telinga dalam dengan

frekuensi yang sama dengan frekuensi gelombang suara semula. Namun, seperti dinyatakan

sebelumnya, diperlukan tekanan yang lebih besar untuk menggerakkan cairan. Terdapat dua

mekanisme yang berkaitan dengan sistem osikuler yang memperkuat tekanan gelombang

suara dan udara untuk menggetarkan cairan di koklea. Pertama, karena luas permukaan

membran timpani jauh lebih besar daripada luas permukaan jendela oval, terjadi peningkatan

tekanan ketika gaya yang bekerja di membrana timpani disalurkan ke jendela oval (tekanan

Page 9: REFERAT NIHL

gaya/satuan luas). Kedua, efek pengungkit tulang-tulang pendengaran menghasilkan

keuntungan mekanis tambahan. Kedua mekanisme ini bersama-sama meningkatkan gaya

yang timbul pada jendela oval sebesar dua puluh kali lipat dari gelombang suara yang

langsung mengenai jendela oval. Tekanan tambahan ini cukup untuk menyebabkan

pergerakan cairan koklea.

Bagian koklearis telinga dalam yang berbentuk seperti siput adalah suatu sistem

tubulus bergelung yang terletak di dalam tulang temporalis. Koklea dibagi menjadi tiga

kompartemen longitudinal yang berisi cairan. Duktus koklearis yang buntu, yang juga dikenal

sebagai skala media, membentuk kompartemen tengah. Saluran ini berjalan di sepanjang

bagian tengah koklea, hampir mencapai ujungnya. Kompartemen atas, yakni skala vestibuli,

mengikuti kontur bagian dalam spiral, dan skala timpani, kompartemen bawah, mengikuti

kontur luar spiral. Cairan di dalam duktus koklearis disebut endolimfe. Skala vestibuli dan

skala timpani keduanya mengandung cairan yang sedikit berbeda, yaitu perilimfe. Daerah di

luar ujung duktus koklearis tempat cairan di kompartemen atas dan bawah berhubungan

disebut helikotrema. Skala vestibuli disekat dare rongga telinga tengah oleh jendela oval,

tempat melekatnya stapes. Lubang kecil berlapis membran lainnya, yakni jendela bundar,

menyekat skala timpani dari telinga tengah. Membrana vestibularis yang tipis memisahkan

duktus koklearis dare skala vestibuli. Membrana basilaris membentuk lantai duktus koklearis,

memisahkannya dare skala timpani. Membrana basilaris sangat penting karena mengandung

organ Corti, organ untuk indera pendengaran.9

Transmisi Gelombang Suara (a) Gerakan cairan di dalam perilimfe ditimbulkan oleh

getaran jendela oval mengikuti dua jalur: (1) melalui skala vestibuli, mengitari helikotrema,

dan melalui skala timpani, menyebabkan jendela bundar bergetar; dan (2) "jalan pintas" dan

skala vestibuli melalui membrana basilaris ke skala timpani. Jalur pertama hanya

menyebabkan penghamburan energi suara, tetapi jalur kedua mencetuskan pengaktifan

reseptor untuk suara dengan membengkokkan rambut di sel-sel rambut sewaktu organ Corti

pada bagian atas membrana basilaris yang bergetar, mengalami perubahan posisi terhadap

membrana tektorial di atasnya. (b) Berbagai bagian dart membrana basilaris bergetar secara

maksimal pada frekuensi yang berbeda-beda. (c) Ujung membrana basilaris yang pendek dan

kaku, yang terletak paling dekat dengan jendela oval, bergetar maksimum pada nada

berfrekuensi tinggi. Membrana basilaris yang lebar dan lentur dekat helikotrema bergetar

maksimum pada nada-nada berfrekuensi rendah.

Organ Corti, yang terletak di atas membrana basilaris, di seluruh panjangnya

mengandung sel-sel rambut, yang merupakan reseptor untuk suara. Sel-sel rambut

Page 10: REFERAT NIHL

menghasilkan sinyal saraf jika rambut di permukaannya secara mekanis mengalami

perubahan bentuk berkaitan dengan gerakan cairan di telinga dalam. Rambut-rambut ini

secara mekanis terbenam di dalam membrana tektorial, suatu tonjolan mirip tenda-rumah

yang menggantung di atas, di sepanjang organ Corti.10

Gerakan stapes yang menyerupai piston terhadap jendela oval menyebabkan

timbulnya gelombang tekanan di kompartemen atas. Karena cairan tidak dapat ditekan,

tekanan dihamburkan melalui dua cara sewaktu stapes menyebabkan jendela oval menonjol

ke dalam: (1) perubahan posisi jendela bundar dan (2) defleksi membrana basilaris. Pada jalur

pertama, gelombang tekanan mendorong perilimfe ke depan di kompartemen atas, kemudian

mengelilingi helikotrema; dan ke kompartemen bawah, tempat gelombang tersebut

menyebabkan jendela bundar menonjol ke luar ke dalam rcngga telinga tengah untuk

mengkompensasi peningkatan tekanan. Ketika stapes bergerak mundur dan menarik jendela

oval ke luar ke arah telinga tengah, perilimfe mengalir dalam arah berlawanan, mengubah

posisi jendela bundar ke arah dalam. Jalur ini tidak menyebabkan timbulnya persepsi suara;

tetapi hanya menghamburkan tekanan.10

Gelombang tekanan frekuensi yang berkaitan dengan penerimaan suara mengambil

"jalan pintas". Gelombang tekanan di kompartemen atas dipindahkan melalui membrana

vestibularis yang tipis, ke dalam duktus koklearis, dan kemudian melalui membrana basilaris

ke kompartemen bawah, tempat gelombang tersebut menyebabkan jendela bundar menonjol

ke luar-masuk bergantian. Perbedaan utama pada jalur ini adalah bahwa transmisi gelombang

tekanan melalui membrana basilaris menyebabkan membran ini bergerak ke atas dan ke

bawah, atau bergetar, secara sinkron dengan gelombang tekanan. Karena organ Corti

menumpang pada membrana basilaris, sel-sel rambut juga bergerak naik turun sewaktu

membrana basilaris bergetar. Karena rambut-rambut dari sel reseptor terbenam di dalam

membrana tektorial yang kaku dan stasioner, rambutrambut tersebut akan membengkok ke

depan dan belakang sewaktu membrana basilaris menggeser posisinya terhadap membrana

tektorial. Perubahan bentuk mekanis rambut yang maju-mundur ini menyebabkan saluran-

saluran ion gerbang-mekanis di sel-sel rambut terbuka dan tertutup secara bergantian. Hal ini

menyebabkan perubahan potensial depolarisasi dan hiperpolarisasi yang bergantianpotensial

reseptor—dengan frekuensi yang sama dengan rangsangan suara semula.10

Sel-sel rambut adalah sel reseptor khusus yang berkomunikasi melalui sinaps kimiawi

dengan ujung-ujung serat saraf aferen yang membentuk saraf auditorius (koklearis).

Depolarisasi sel-sel rambut (sewaktu membrana basilaris bergeser ke atas) meningkatkan

kecepatan pengeluaran zat perantara mereka, yang menaikkan kecepatan potensial aksi di

Page 11: REFERAT NIHL

serat-serat aferen. Sebaliknya, kecepatan pembentukan potensial aksi berkurang ketika sel-sel

rambut mengeluarkan sedikit zat perantara karena mengalami hiperpolarisasi (sewaktu

membrana basilaris bergerak ke bawah).9

Dengan demikian, telinga mengubah gelombang suara di udara menjadi gerakan-

gerakan berosilasi membrana basilaris yang membengkokkan pergerakan maju-mundur

rambut-rambut di sel reseptor. Perubahan bentuk mekanis rambut-rambut tersebut

menyebabkan pembukaan dan penutupan (secara bergantian) saluran di sel, reseptor, yang

menimbulkan perubahan potensial berjenjang di reseptor, sehingga mengakibatkan perubahan

kecepatan pembentukan potensial aksi yang merambat ke otak. Dengan cara ini, gelombang

suara diterjemahkan menjadi sinyal saraf yang dapat dipersepsikan oleh otak sebagai sensasi

suara.10

Bising

Definisi

Kebisingan diartikan sebagai suara yang tidak dikehendaki, misalnya yang merintangi

terdengarnya suara-suara, musik dan sebagainya atau yang menyebabkan rasa sakit atau yang

menghalangi gaya hidup. Kebisingan yaitu bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau

kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan

manusia dan kenyamanan lingkungan atau semua suara yang tidak dikehendaki yang

bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja pada tingkat tertentu dapat

menimbulkan gangguan pendengaran.

Tuli Akibat Bising

Definisi:

Tuli akibat bising / Noise Induced Hearing Loss (NIHL) adalah hilangnya sebagian

atau seluruh pendengaran seseorang yang bersifat permanen, mengenai satu atau kedua

telinga yang disebabkan oleh paparan bising yang terus menerus.

Patogenesis

Tuli akibat bising mempengaruhi organ Corti di koklea terutama sel-sel rambut.

Daerah yang pertama terkena adalah sel-sel rambut luar yang menunjukkan adanya

degenerasi yang meningkat sesuai dengan intensitas dan lama paparan. Stereosilia pada sel-

Page 12: REFERAT NIHL

sel rambut luar menjadi kurang kaku sehingga mengurangi respon terhadap stimulasi. Dengan

bertambahnya intensitas dan durasi paparan akan dijumpai lebih banyak kerusakan seperti

hilangnya stereosilia. Daerah yang pertama kali terkena adalah daerah basal. Dengan

hilangnya stereosilia, sel-sel rambut mati dan digantikan oleh jaringan parut. Semakin tinggi

intensitas paparan bunyi, sel-sel rambut dalam dan sel-sel penunjang juga rusak. Dengan

semakin luasnya kerusakan pada sel-sel rambut, dapat timbul degenerasi pada saraf yang juga

dapat dijumpai di nukleus pendengaran pada batang otak. 10

Gambaran Klinis

Tuli akibat bising dapat mempengaruhi diskriminasi dalam berbicara ( speech

discrimination ) dan fungsi sosial. Gangguan pada frekwensi tinggi dapat menyebabkan

kesulitan dalam menerima dan membedakan bunyi konsonan. Bunyi dengan nada tinggi,

seperti suara bayi menangis atau deringan telepon dapat tidak didengar sama sekali. Ketulian

biasanya bilateral. Selain itu tinitus merupakan gejala yang sering dikeluhkan dan akhirnya

dapat mengganggu ketajaman pendengaran dan konsentrasi. 10

Secara umum gambaran ketulian pada tuli akibat bising ( noise induced hearing loss )

adalah bersifat sensorineural, hampir selalu bilateral, jarang menyebabkan tuli derajat sangat

berat ( profound hearing loss ). 10, 11

Secara klinis pajanan bising pada organ pendengaran dapat menimbulkan reaksi

adaptasi, peningkatan ambang dengar sementara (temporary threshold shift) dan peningkatan

ambang dengar menetap ( permanent threshold shift). Reaksi adaptasi merupakan respons

kelelahan akibat rangsangan oleh bunyi dengan intensitas 70 dB SPL atau kurang, keadaan

ini merupakan fenomena fisiologis pada saraf telinga yang terpajan bising. Peningkatan

ambang dengar sementara, merupakan keadaan terdapatnya peningkatan ambang dengar

akibat pajanan bising dengan intensitas yang cukup tinggi. Pemulihan dapat terjadi dalam

beberapa menit atau jam. Jarang terjadi pemulihan dalam satuan hari. Peningkatan ambang

dengar menetap, merupakan keadaan dimana terjadi peningkatan ambang dengar menetap

akibat pajanan bising dengan intensitas sangat tinggi (explosif) atau berlangsung lama yang

menyebabkan kerusakan pada berbagai struktur koklea, antara lain kerusakan organ Corti,

sel-sel rambut, stria vaskularis, dan lainnya.11

Derajat ketulian berkisar antara 40 s/d 75 dB. Apabila paparan bising dihentikan, tidak

dijumpai lagi penurunan pendengaran yang signifikan, kerusakan telinga dalam mula-mula

Page 13: REFERAT NIHL

terjadi pada frekwensi 3000, 4000 dan 6000 Hz, dimana kerusakan yang paling berat terjadi

pada frekwensi 4000 Hz, dengan paparan bising yang konstan, ketulian pada frekwensi 3000,

4000 dan 6000 Hz akan mencapai tingkat yang maksimal dalam 10 – 15 tahun.

Selain pengaruh terhadap pendengaran ( auditory ), bising yang berlebihan juga

mempunyai pengaruh non auditory seperti pengaruh terhadap komunikasi wicara, gangguan

konsentrasi, gangguan tidur sampai memicu stress akibat gangguan pendengaran yang terjadi. 10

Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik termasuk otoskopi,

dan pemeriksaan penunjang seperti audiometri. Pada anamnesis ditemukan adanya tanda

pernah berada di tempat dengan bising tinggi dalam jangka waktu lama atau intensitas tinggi.

Bising intensitas tinggi tidak hanya didapat dari tempat bekerja, tetapi dapat juga didapat di

lingkungan tempat tinggal sehari-hari, contohnya riwayat penggunaan pemutar musik yang

berlebihan, aktifitas ke pusat hiburan yang terlalu sering, berada di lalu lintas padat dalam

jangka waktu lama dan lain-lain.

Bila memenuhi kriteria terpajan bising lebih dari 85dB dalam waktu kurang lebih 8,5

jam perhari, selama 5 hari dalam seminggu selama lebih dari 10 tahun dapat menunjang

diagnosis dari NIHL.

Pada pemeriksaan otoskopi biasanya tidak ditemukan adanya kelainan. Pemeriksaan

audiologi didapatkan tanda-tanda tuli sensori neural pada tes penala. Pemeriksaan audiometri

nada murni didapatkan tuli sensorineural pada frekuensi antara 3000-6000 Hz dan pada

frekuensi 4000 Hz sering didapatkan takik (notch) yang patognomonik untuk jenis ketulian

ini10.

Pemeriksaan audiologi khusus seperti SISI (Short Increment Sensitivity Index),

ABLB (Alternate Binaural loudness balance), MLB (monoaural Loudness Balance),

audiometri tutur, hasil menunjukkan adanya fenomena rekrutmen yang patognomonik untuk

tuli saraf koklea. Rekrutmen adalah suatu fenomena dimana telinga yang tuli menjadi lebih

sensitif terhadap kenaikan intensitas bunyi yang kecil pada frekuensi tertentu setelah

melewati ambang dengarnya10. Sebagai contoh, orang yang pendengarannya normal tidak

dapat mendeteksi kenaikan intensitas bunyi sebesar 1 dB bila sedang mendengarkan bunyi

Page 14: REFERAT NIHL

nada murni yang kontinyu, sedangkan bila ada rekrutmen maka akan dapat mendeteksi

kenaikan bunyi tersebut.

Penatalaksanaan

Sesuai dengan penyebab ketulian, penderita sebaiknya dipindahkan kerjanya dari

lingkungan bising. Bila tidak mungkin dipindahkan dapt dipergunakan alat pelindung telinga

terhadap bising, seperti sumbat telinga (ear plug), tutup telinga (ear muff) dan pelindung

kepala (helmet).

Oleh karena itu akibat bising adalah tuli sensorineural yang bersifat menetap, bila gangguan

pendengaran sudah mengakibatkan kesulitan berkomunikasi dengan volume percakapan

biasa, dapat dicoba pemsangan alat bantu dengar/ ABD (hearing aid). Apabila pendengaran

sudah sedemikian buruk, sehingga dengan memakai ABD pun tidak dapat berkomunikasi

denga adekuat perlu dilakukan psikoterapiagar dapat menerima keadaannya. Latihan

pendengaran (auditory training) agar dapat menggunakan sisa pendengara dengan ABD

secara efisien dibantu dengan membaca ucapan bibir (lip reading), mimik dan gerakan

anggota badan, serta bahasa isyarat untuk dapat berkomunikasi. Di samping itu, oleh karena

pasien mendengar suaranya sendiri sangat lemah, rehabilitasi suara juga diperlukan agar

dapat mengendalikan volume, tinggi rendah dan irama percakapan. Pada pasien yang telah

mengalami tuli total bilateral dapat dipertimbangkan untuk pemasangan implan koklea

(cochlear implant).11

Pencegahan

Untuk mengurangi angka terjadinya NIHL, diperlukan usaha-usaha baik secara

promotif preventif dan rehabilitatif. Dalam mengupayakan usaha tersebut diperlukan

kerjasama  yang baik dari masyarakat dan pemerintah melalui tenaga kesehatan.

Tindakan pencegahan merupakan hal paling bijak yang dapat kita lakukan dalam

menghadapi masalah GPAB ini. Sejalan dengan ini, Departemen Tenaga Kerja berdasarkan

Keputusan Menteri Tenaga Kerja nomor: KEP-51/MEN/1999 telah menentukan batas

paparan suara bising yang diperkenankan.

Lama Pajanan Intensitas dlm dB

Jam 24 80

Page 15: REFERAT NIHL

16

8

4

2

1

82

85

88

91

94

Menit 30

15

7.50

3.75

1.88

0.94

97

100

103

106

109

112

Detik 28.12

14.06

7.03

3.52

1.76

0.88

0.44

0.22

0.11

115

118

121

124

127

130

133

136

139

Tabel 1. Batas pajanan bising yang diperkenankan sesuai kepmenaker 1999 11

Pembatasan pemaparan bising dapat dilakukan dengan mengontrol lingkungan mesin

atau perlindungan diri pekerja yang terpapar. Program konservasi pendengaran yang ideal

Page 16: REFERAT NIHL

adalah dapat mengurangi atau menghilangkan bising yang berbahaya tepat pada sumbernya4.

Sayangnya kondisi ideal ini sukar dicapai ditinjau dari pengaturan teknis dan ekonomi.

Apabila pengontrolan sumber bising tersebut masih tetap mebahayakan, maka dapat

diberikan Alat Pelindung Diri (APD) pekerja berupa sumbat telinga4.

Usaha-usaha diatas merupakan pencegahan terjadinya NIHL di tempat kerja, yang

disebut dengan Occupational Hearing Loss. Tetapi ada yang tidak kalah pentingnya yaitu

tindakan pencegahan GPAB diluar lingkungan kerja, yang disebut dengan non-Occupational

Hearing Loss.

Komnas PGPKT (Komite Nasional Penanggulangan Gangguan Pendengaran dan

Ketulian) telah melakukan penelitian menggunakan sound level meter di 10 kota besar

Indonesia pada tempat bermain anak, balita dan remaja. Hasilnya sangat mengejutkan dimana

tingkat kebisingan di area tersebut mencapai 90-97,9 dB. Komisi ini juga mengukur pemutar

musik portabel, dimana didapatkan angka 80 dB pada volume suara 50-60%6. Sumber-

sumber bising ini rupanya belum mendapat perhatian lebih sehingga belum ada peraturan

yang mengikatnya. Padahal sumber bising ini tidak kalah berbahaya dibanding dengan

kebisingan di tempat kerja, baik dari segi intensitas bising dan durasi paparan yang sulit

terkontrol.

Untuk dapat menghindari terjadinya ketulian akibat bising terutama diluar lingkungan

kerja ini perlu kiranya kita mendorong pemerintah melalui dinas terkait untuk membuat

peraturan tentang ‘Intensitas Bising’ yang diijinkan di tempat hiburan, arena bermain anak,

dan pengontrolan penggunaan alat musik digital dan lain-lain6

Selain itu kontrol orang tua terhadap anaknya juga tidak kalah pentingnya. Kontrol ini

diperlukan sebagai benteng keluarga, sementara pemerintah membuat peraturan yang

melindungi masyarakat dari paparan bising diluar tempat kerja. Orangtua hendaknya

memberikan arahan tentang penggunaan alat pemutar musik kepada anaknya, dengan tidak

memutar volume melebihi 50%. Proteksi juga dilakukan dengan membatasi waktu kunjungan

anak ke pusat perbelanjaan dan arena bermain anak. Karena tempat-tempat tersebut

berdasarkan penelitian memiliki intensitas bunyi sebesar 90-97 dB, sehingga kita tidak boleh

lebih dari satu jam disana.

Prognosis

Page 17: REFERAT NIHL

Tuli akibat terpapar bising adalah tuli sensorineural koklea yang sifatnya menetap, dan

tidak dapat diobati dengan obat maupun pembedahan. Penggunaan alat bantu dengar hanya

sedikit manfaatnya bagi pasien, bahkan alat tersebut hanya memberikan rangsangan

vibrotaktil dan bukannya perbaikan diskriminasi bicara pada pasien tersebut. Untuk sebagian

pasien dianjurkan pemakaian implan koklearis. Implan koklearis dirancang untuk pasien-

pasien dengan tuli sensorineural.

BAB III

KESIMPULAN

Gangguan Mendengar akibat suasana bising atau dikenal dengan Noise Induced

Hearing Loss merupakan problem yang akan sering ditemukan di zaman sekarang. Hal ini

diakibatkan banyaknya kebisingan, bising adalah bunyi yang tidak diinginkan, dimana bunyi

ini memiliki frekuensi atapun decibel yang tinggi. Dalam proses penurunan kemampuan

mendengar dipengaruhi oleh Faktor-faktor yang mempengaruhi pemaparan kebisingan :

1. Intensitas kebisingan

2. Frekwensi kebisingan

3. Lamanya waktu pemaparan bising

4. Kerentanan individu

5. Jenis kelamin

6. Usia

Dalam penegakan diagnosis anamnesis merupakan faktor penting karen dapat

mengetahui faktor – faktor utama yang menjadi penyebab penurunan kemampuan

mendengar. Selain itu Pemeriksaan audiologi dapat membantu memastikan diagnosis. Dalam

penelitian terakhir untuk mengatasi keadaan gangguan pendengaran akibat bising sukar

dilakukan, yang dapat dilakukan adalah pencegahan, mulai dari penggunaan perlindungan

ataupun pemindahan dan mengurangi kebisingan, akan tetapi untuk mengatasi penurunan

kemampuan ini dapat digunakan alat bantu dengar.

Page 18: REFERAT NIHL

Daftar pustaka

1. Snell Richard : Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi 6. Penerbit: EGC. Jakarta

2006.

2. Soetirto, I.,Hendarmin, H., Bashiruddin, J. Gangguan Pendengaran dan Kelainan Telinga

dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher Edisi VI.

Jakarta : Balai Penerbit FKUI;2007

3. Diunduh dari:

http://jendeladuniaini.weebly.com/uploads/1/5/6/1/15615462/6021186_orig.gif?282 pada

tanggal 6-10-2015 pada jam 22:20

4. Moore,keith L. Anatomi Klinis Dasar.EGC. Jakarta .2002

5. Ganong WF. Fisiologi Kedokteran (Review of Medical Physiology) Edisi 22. Jakarta: EGC;

2008

6. Diunduh dari:

https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/5/5e/Mars_Face_Imagined_to_fit_w

ith_Auriscopic_view_of_Tympanic_Membrane_of_the_Ear_by_Dr._Emad_Kayyam_-2.jpg/

1024px-

Mars_Face_Imagined_to_fit_with_Auriscopic_view_of_Tympanic_Membrane_of_the_Ear_b

y_Dr._Emad_Kayyam_-2.jpg pada tanggal 6-10-2015 pada jam 22:20

7. Diunduh dari:

http://3.bp.blogspot.com/-W_2wkL4YqDQ/ThgIT3PFA-I/AAAAAAAAAhA/tcNaJ0Ee0Ys/

s1600/labirin+membranosa.png pada tanggal 6-10-2015 pada jam 22:20

8. Diunduh dari: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/0/0c/Cochlea-

crosssection.png/250px-Cochlea-crosssection.png pada tanggal 6-10-2015 pada jam 22:20

Page 19: REFERAT NIHL

9. Hall, John E. Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology. Publisher: Saunders 2010.

10. Yunita Andrina. Gangguan Pendengaran Akibat Bising. Bagian Bedah Fakultas Kedokteran

Umum Universitas Sumatera Utara;2003

11. Bashiruddin, J., Soetirto, I.Gangguan Pendengaran Akibat Bising (Noise Induced Hearing

Loss) dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan, editor Soepardi, E, et al.

Edisi VI. Balai Penerbitan FKUI, Jakarta; 2010