referat moluskum kontagiosum

21
REFERAT MOLUSKUM KONTANGIOSUM DISUSUN OLEH : Vania Rinosaputri 030 11 293 PEMBIMBING : Dr. Rudi Sutarman,Sp.KK KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT KULIT & KELAMIN RSUD Cilegon PERIODE 29 Juni – 1 Agustus 2015 1

description

mk

Transcript of referat moluskum kontagiosum

REFERAT

MOLUSKUM KONTANGIOSUM

DISUSUN OLEH :

Vania Rinosaputri

030 11 293

PEMBIMBING :

Dr. Rudi Sutarman,Sp.KK

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT KULIT & KELAMINRSUD Cilegon

PERIODE 29 Juni – 1 Agustus 2015FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

1

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME atas berkat dan rahmat Nya penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul “Moluskum Kontagiosum”

Kami ingin menyampaikan terima kasih yang tidak terhingga kepada pembimbing, dr. Rudi Sutarman,Sp.KK atas bimbingan yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan referat ini.

Penulis menyusun referat ini sebagai salah satu tugas dalam mengikuti kepaniteraan klinik Ilmu Penyakit Kulit RSUD Cilegon. Penulis sangat menyadari bahwa referat ini masih banyak kekurangan baik mengenai isi, tata bahasa maupun informasi ilmiah yang terdapat di dalamnya. Oleh karena itu penulis menerima masukan saran dan kritik untuk perbaikan lebih lanjut. Semoga referat ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.

Jakarta, Juli 2015

2

MOLUSKUM KONTAGIOSUM

PENDAHULUAN

Moluskum kontagiosum adalah suatu penyakit infeksi kulit dan membran mukosa

yang bersifat ringan atau jinak, yang disebabkan oleh poxvirus dan biasanya menyerang

anak-anak dan juga pada orang dewasa. Penularan penyakit ini melalui kontak langsung,

otoinokulasi, dan fomites. Otoinokulasi adalah berpindahnya virus yang berasal dari

tubuh sendiri ke bagian tubuh yang lain. Kontak langsung dapat terjadi melalui kontak

kulit dengan penderita. Fomites merupakan benda-benda yang dipakai bersama dengan

penderita, seperti: handuk, perlengkapan olah raga. Penyakit ini pada orang dewasa

biasanya ditularkan melalui kontak seksual. Gejala klinis moluskum kontagiosum berupa

papul-papul yang berwarna putih seperti lilin, pada permukaannya terdapat lekukan dan

di bawah lekukan itu terdapat massa yang mengandung badan moluskum. Diameter lesi

berkisar antara 2-5 mm. Lesi moluskum kontagiosum yang sangat besar biasa ditemukan

pada penderita yang terinfeksi HIV.1,2,3,4,5,6,7,8,9,10

Pengobatan moluskum kontagiosum ini dapat dilakukan dengan cara

mengeluarkan badan moluskum. Cara mengeluarkan badan moluskum adalah dengan

kuretase, ekspresi fisik dengan menggunakan alat seperti: jarum suntik dan ekstraktor

komedo, elektrokauterisasi, dan bedah beku. Adapun cara lain yang dapat digunakan

adalah dengan pengobatan topikal dan oral.5,10,11,12

EPIDEMIOLOGI

Moluskum kontagiosum dapat ditemukan di seluruh dunia, tetapi relatif jarang

pada negara-negara industri. Tiga kelompok masyarakat yang sering terkena penyakit ini

adalah anak-anak, orang tua dengan aktivitas seksual yang tinggi, serta penderita

immunosupressed. Penyakit ini terutama menyerang anak dan kadang-kadang juga orang

dewasa. Jika pada orang dewasa digolongkan dalam Penyakit Akibat Hubungan Seksual.

Pria lebih banyak tertular dibandingkan dengan wanita. Transmisinya melalui kontak

kulit langsung dan otoinokulasi. Penyebaran pada anak-anak sering terkait dengan

berenang di kolam berenang. Moluskum kontagiosum jarang ditemukan pada usia di

bawah 1 tahun.1,2,3,4,11,12,13

3

Insiden moluskum kontagiosum di dunia berkisar antara 2 % dan 8 %. Moluskum

Kontagiosum umumnya terjadi pada daerah tropis dan subtropis. Pada beberapa

kepulauan di daerah tropis, 5 % dari anak-anak di bawah 10 tahun memiliki kemungkinan

besar untuk terkena moluskum kontagiosum. Berdasarkan pada studi epidemiologi,

transmisi pada penyakit ini berkaitan dengan higiene yang buruk dan faktor iklim seperti

cuaca panas dan kelembaban.1,3,10

ETIOLOGI

Moluskum kontagiosum disebabkan oleh moluscum contagiosum virus (MCV)

adalah virus DNA tergolong poxvirus dengan ukuran diameter 200 – 300 nm yang secara

morfologi, serologi, dan patologi lebih jelas dari jenis poxvirus lainnya. Ada 3 tipe

poxvirus terkait dengan moluskum kontagiosum yaitu MCV-1, MCV-2, dan MCV-3.

Infeksi karena MCV-1 adalah yang terbanyak di dunia, meskipun proporsi infeksi dari

tipe lain bervariasi pada berbagai keadaan geografik. MCV-1 sering ditemukan pada

anak-anak, MCV-2 sering ditemukan pada orang dewasa yang ditularkan melalui

hubungan seksual, MCV-3 lebih jarang ditemukan.1,3,8,9,11,13

PATOGENESIS

Virus masuk ke jaringan epidermis melalui kulit yang tidak intak atau luka kecil,

kemudian mengalami repikasi dalam sel-sel stratum malphigi dan stratum granulare.

Pertumbuhan virus ini terbatas pada jaringan epidermis saja namun pada lesi yang

mengalami inflamasi, dapat ditemukan adanya infiltrasi sel-sel leukosit, limfosit,

histiosit, dan sel raksasa pada jaringan dermis sebagai hasil dari reaksi dari keratin atau

antigen virus.3,11,14

Sel-sel yang terinfeksi, diantara sel normal akan tumbuh dua kali lebih cepat

dibandingkan sel normal dan akan menembus epidermis ke atas membentuk suatu papul.

Masih belum jelas bagaimana infeksi MCV menyebabkan terjadinya hiperproliferasi dari

sel-sel yang terinfeksi. Diduga karena adanya inhibisi dari program diferensiasi apoptosis

keratinosit oleh protein MCV. 1,3,11

4

* Dikutip dari

kepustakaan no. 20

GEJALA KLINIS

Masa inkubasi rata-rata 2-7 minggu, namun dapat berkisar antara 1-6 bulan.

Kelainan kulit primer berupa papul miliar, kadang-kadang lentikular, dan berwarna putih

seperti lilin, berbentuk kubah yang kemudian di tengahnya terdapat lekukan (delle). Lesi

yang timbul bertumbuh sampai beberapa minggu dan mencapai ukuran dengan diameter

antara 3 – 6 mm. Ukuran lesi dapat mencapai 3 cm, keadaan ini disebut giant moluskum,

tetapi jarang dijumpai. Jika dipijat akan tampak keluar massa yang berwarna putih seperti

nasi. Lesi dapat berkelompok atau tersebar, halus, berbatas tegas, papul, berwarna putih.

Lesi terletak di atas dasar kulit berwarna kemerahan dan terkadang timbul reaksi

eksematosa di sekitar lesi disertai rasa gatal. Lesi yang timbul bisa pecah secara spontan

disertai dengan atau tanpa radang.1,2,3,5,15,16

Predileksi penyakit ini pada kulit di daerah muka, badan, dan ekstremitas. Lesi

juga bisa terdapat pada membran mukosa. Pada orang dewasa lesi muncul di regio

femoris, inguinal, gluteus bagian bawah, gentalia eksterna dan perianal. Kadang-kadang

dapat timbul infeksi sekunder sehingga timbul supurasi. Pada anak-anak, lesi lebih sering

muncul pada daerah wajah, badan, dan ekstremitas, jarang sekali ditemukan pada telapak

tangan, kaki dan membran mukosa.1,2,3,15,18

LokasiAnak

Jumlah kasus (%)

Orang dewasa

Jumlah kasus (%)

Kepala dan leher 91 (66.4%) 7 (53.8%)

Badan 61 (44.5%) 6 (46.1%)

Ekstremitas superior 31 (22.6%) 5 (38.4%)

Ekstremitas inferior 8 (5.8%) 2 (15.3%)

Genitalia 20 (14.5%) 3 (23.0%)

Umumnya lesi yang timbul pada penderita kurang dari 20 lesi namun pada

kondisi tertentu dimana kekebalan tubuh menurun atau ada gangguan fungsi imunitas

jumlah lesinya dapat meningkat atau bahkan mencapai ratusan dengan ukuran yang lebih

5

Tabel 1. Perbandingan lokasi lesi moluskum kontagiosum pada anak-anak dan

orang dewasa*

*Dikutip dari kepustakaan no. 4

besar dan persisten. Pada anak-anak lesi biasanya mengenai seluruh tubuh (generalisata)

dengan jumlah dapat mencapai 100.1,3,12

HISTOPATOLOGIS

Dari hasil pemeriksaan histopatologis, ditemukan hipertrofi dan hiperplasia

lapisan epidermis. Virus masuk ke dalam stratum spinosum dan menyebabkan proliferasi

sel-sel stratum spinosum sehingga membentuk lobuli. Lobuli dipisahkan septa jaringan

ikat dan di dalam sel terdapat badan inklusi (Henderson-Paterson body). Badan inklusi

yang merupakan partikel virus yang ukurannya makin lama makin besar, menyebabkan

inti sel tertekan dan tergeser ke samping. Di dalam stratum korneum, sel ini dilingkari

oleh jaringan fibrosa yang tersebar pada bagian tengah lesi yang merupakan komponen

primer badan moluskum.3,12,14,15,16

6

Lesi moluskum kontagiosum papul dengan umbilikasi sentral*

Lesi moluskum kontagiosum multipel disertai dengan inflamasi*

Akantosis masif dengan badan inklusi eosinofilik. Kolum sentral dari sel terbuka ke permukaan sebagai puncak papul*

* Dikutip dari kepustakaan no. 19

DIAGNOSA

Diagnosa ditegakkan berdasarkan gambaran klinis yang jelas. Gambaran klinis

yang jelas itu adalah papul miliar, kadang-kadang lentikular, dan berwarna putih seperti

lilin, berbentuk kubah yang kemudian di tengahnya terdapat lekukan (delle). Meskipun

moluskum tidak dapat dikultur di laboratorium, pemeriksaan penunjang lain dapat

dilakukan. Pemeriksaan penunjang itu dapat berupa pemeriksaan histopatologis dari

biopsi kulit dengan pewarnaan Papanicolau atau Wright, Giemsa dan Gram.1,3,4,11,17

DIAGNOSIS BANDING

Moluskum kontagiosum dapat didiagnosis banding dengan varisela, veruka, dan

liken planus. Lesi yang besar dapat didiagnosis banding dengan keratoakantoma.3

Varisela

Nama lainnya adalah Cacar air atau chicken pox adalah Infeksi Akut

primer oleh virus varisela-zoster yang menyerang kulit dan mukosa, gejala klinis

didahului gejala konstitusi (demam yang tidak terlalu tinggi, malese, dan nyeri

kepala), lalu timbul kelainan kulit polimorf berupa papul eritematosa yang dalam

waktu beberapa jam berubah menjadi vesikel. Bentuk vesikel ini khas seperti

tetesan air mata (tear drop). Vesikel akan berubah menjadi pustul dan kemudian

menjadi krusta. Selama proses ini berlangsung, timbul lagi vesikel-vesikel baru.

Lesi terutama dimulai pada bagian tubuh sentral dan menyebar secara sentrifugal. 2,11

7

Papul kemerahan, vesikel pada varicella * Vesikel dengan dasar kemerahan, vesikel umbilikasi serta krusta *

* Dikutip dari kepustakaan no. 22

**Dikutip dari kepustakaan no. 15

Veruka Vulgaris

Hiperplasia epidermis yang disebabkan oleh papilloma virus tipe tertentu.

Tersebarnya kosmopolit dan transmisinya melelui kontak kulit dan otoinokulasi.

Bergantung pada jenis kulit yang ditemukan, ada yang terdapat terutama pada usia

anak atau pada usia dewasa. 2,11

Virus penyebab tergolong dalam virus papiloma (Grup papova), virus DNA

dengan karakteristik replikasi terjadi intranuklasi.2,11

Tempat predileksi terutama di ekstremitas bagian ekstensor, walaupun

penyebarannya dapat kebagian lain tubuh termasuk mukosa, mulut, dan hidung.

Kutil ini bentuknya bulat berwarna abu-abu, besarnya lentikular dan kalau

berkonfluensi berbentuk plakat, permukaan kasar (Verukosa). Dengan goresan

dapat timbul autoinokulasi sepanjang goresan.2,11

Liken planus

Liken planus merupakan inflamasi dari kulit dan membran mukosa dengan

etiologi yang belum diketahui. Gejala klinis dari liken planus dapat berupa papul

beratap rata yang berwarna merah kebiruan disertai rasa gatal dengan pinggiran

lesi yang tidak rata. Papul-papul berkilat dengan atap yang rata berdiameter 2-10

mm. Pada permukaannya dapat ditemukan suatu garis-garis putih yang

bersilangan yang disebut dengan stria Wickhams. 2,11

8

Veruka vulgaris: tampak beberapa papul dengan permukaan kasar**

* Dikutip dari kepustakaan no. 23

Keratoakantoma (Giant Massive Keratoakantoma)

Merupakan tumor jinak kulit yang berasal dari folikel rambut.

Keratoakantoma adalah suatu proses keratinisasi yang umum sebagai neoplasma

skuamosa yang ditandai dengan pertumbuhan cepat dari proliferasi yang diikuti

dengan involusi secara spontan. 21

Keratoakantoma lebih banyak berpredileksi pada daerah yang sering

terpapar sinar matahari, seperti wajah, dan leher. Karakteristik tumor ini ditandai

dengan pertumbuhannya yang cepat dengan ukuran mencapai 5 cm. Dalam

beberapa minggu yang diikuti oleh periode pertumbuhan stabil sekitar 2-6 bulan.

Tumor ini berwarna merah muda dan pada bagian tengahnya terdapat penebalan

dengan berbentuk kawah yang khas bersisik dan kadang-kadang dapat pecah

sehingga menimbulkan luka. 21

Gambaran Keratoakantoma: sel tumor berskuama serta sisa keratin pada daerah tengah nodul*

PENGOBATAN

9

Gambaran Liken Planus yang memperlihatkan plak, dan papul multipel dengan permukaan yang rata*

Moluskum kontagiosum adalah penyakit yang dapat sembuh sendiri. Karena

kondisi yang bisa sembuh sendiri dan lesi hilang tanpa meninggalkan bekas luka karena

tidak ada infeksi bakteri sekunder, maka pengobatan tidak selalu harus dilakukan. Prinsip

pengobatannya sendiri adalah mengeluarkan massa yang mengandung badan moluskum

dan pada orang dewasa juga harus dilakukan terapi terhadap pasangan seksualnya.

Sebagian besar dari terapi yang umum dilakukan terdiri dari berbagai macam cara untuk

menghilangkan lesi. 1,2,10

Berikut ini adalah beberapa macam terapi yang biasa dilakukan untuk

menghilangkan lesi pada moluskum kontagiosum :

1. Mengeluarkan badan moluskum, yang terdiri dari beberapa cara yaitu :

Kuretase

Kuretase merupakan salah satu metode pengeluaran badan moluskum.

Namun metode ini lebih sakit dan dianjurkan penggunaan krim anastesi topikal

yang dioleskan pada lesi untuk mengurangi nyeri sebelum kuretase dilakukan.

Eviserasi

Sebuah metode yang sederhana untuk mengeluarkan lesi. Adapun alat-alat

yang dapat digunakan untuk metode ini adalah skalpel, ujung dari kaca benda

ataupun alat lain yang dapat mengluarkan inti yang terdapat pada lesi.

Elektrokauterisasi

Merupakan suatu tindakan medis yang bertujuan untuk mengangkat,

mengeringkan lesi melalui proses kerusakan jaringan.

Bedah beku

Bedah beku dengan menggunakan nitrogen cair adalah salah satu pengobatan

yang cepat, efisien dan sangat efektif yang biasa dilakukan. Pengobatan diulangi

dengan interval waktu 2 – 3 minggu. Efek samping yang dapat terjadi meliputi

rasa nyeri saat pemberian terapi,erosi,ulserasi serta terbentuknya jaringan parut

hipopigmentasi maupun hiperpigmentasi.3,5,12

2. Selain dari beberapa pengobatan yang telah disebutkan diatas, pengobatan dapat

juga dilakukan dengan pemberian pengobatan topikal. Adapun beberapa macam

pengobatan topikal yang dapat diberikan antara lain, adalah :

1. Cantharidin 1 %

10

2. Salicylic acid 30 %

3. Podophylin 5 %

4. Tretinoin 0,1 %

5. KOH 10 % 5,10

3. Sedangkan untuk pengobatan sistemik dapat diberikan cidofovir dengan dosis 5

mg/kg.1,15

PENCEGAHAN

a) Menghentikan semua penggunaan obat penekan imun topical

(misalnya,tacrolimus)

b) Tidak memakai peralatan secara bergantian

c) Menghindari kontak langsung dengan penderita moluskum kontagiosum

d) Menghindari berganti-ganti pasangan seksual

PROGNOSIS

Umumnya baik, dapat sembuh spontan

Dengan menghilangkan semua lesi yang ada, penyakit ini tidak atau jarang

residif.

Terapi efektif jika pasien patuh dalam menjalani pengobatan.2,15

KESIMPULAN

Moluskum kontagiosum adalah suatu penyakit infeksi kulit dan membran mukosa

yang bersifat ringan atau jinak, yang disebabkan oleh poxvirus. Biasanya ditemukan pada

anak-anak, orang tua dengan aktifitas seksual berlebih dan pasien dengan keadaan

imunodefisiensi Penularan penyakit ini melalui kontak langsung, otoinokulasi, dan

fomites. Gejala klinis moluskum kontagiosum berupa papul-papul yang berwarna putih

seperti lilin, pada permukaannya terdapat lekukan dan di bawah lekukan itu terdapat

massa yang mengandung badan moluskum. Moluskum kontagiosum adalah penyakit

yang dapat sembuh sendiri, namun ketika dibutuhkan terapi untuk mempercepat

penyembuhan tersedia berbagai macam pengobatan. Pengobatan moluskum kontagiosum

ini dapat dilakukan dengan cara mengeluarkan badan moluskum. Cara mengeluarkan

badan moluskum adalah dengan kuretase, ekspresi fisik dengan menggunakan alat

seperti: jarum suntik dan ekstraktor komedo, elektrokauterisasi, dan bedah beku. Adapun

11

cara lain yang dapat digunakan adalah dengan pengobatan topikal misalnya : Cantharidin

1 %, Salicylic acid 30 %, Podophylin 5 %, Tretinoin 0,1 % dan KOH 10 % dan oral

yaitu dengan cidofovir.10

DAFTAR PUSTAKA

12

1. Lowy DR, Androphy EJ. Molluscum contagiosum. In: Freedberg IM, Eisen AZ, Wolff K, Austen KF, Goldsmith LA, Katz SI. editors. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. 6th ed. New York : McGraw-Hill; 2003. Vol.1. p.2114-2117.

2. Handoko RP. Penyakit virus. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. editor. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Ed.4. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2005: 114-115.

3. Amiruddin DM. Penyakit menular seksual. Makassar: Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin; 2004: 211-215.

4. Fitzpatrick TB, Johnson RA, Polano MK, Suurmond D, Wolf K. Color atlas and synopsis of clinical dermatology : common and serious disease. 2nd ed. New York: McGraw-Hill; 1983.p. 68-69.

5. Sauer GC, Hall JC. Manual of skin diseases. 7th ed. Philadelphia: Lippincott-Raven; 1996. p. 199-200.

6. Taillac PP. Molluscum contangiosum [online].2006 June 6.[cited 2015 Juli 21]. Available from: URL:http://www.emedicine.com

7. Kauffman CL. Molluscum contangiosum [online].2007 May 31.[cited 2015 Juli 21]. Available from: URL:http://www.emedicine.com

8. Crowe MA. Molluscum contangiosum [online].2005 December 17.[cited 2015 Juli 21]. Available from: URL:http://www.emedicine.com

9. Bhatia A. Molluscum contangiosum [online].2005 October 21.[cited 2015 Juli 21]. Available from: URL:http://www.emedicine.com

10. Hanson D, Diven DG. Molluscum contangiosum. Dermatology Online Journal [serial online] 2003 March [cited 2015 Juli 21]: volume 9(2) 2. Available from http://dermatology.cdlib.org/92/reviews/molluscum/diven.html

11. Hartadi, Sumaryo S. Infeksi virus. Dalam: Harahap M. editor. Ilmu penyakit kulit. Jakarta: Hipokrates; 2000: 88-103.

12. Odom RB, James WD, Berger TG. Andrew’s diseases of the skin – clinical dermatology. 9th ed. Philadelphia: WB Saunders Company; 2000. p. 501-503.

13

13. Champion RH, Burton JL, Ebling FJG. Rook’s textbook of dermatology. 5th ed. London: Blackwell Science; 1992. p. 376-378.

14. Pinkus H, Mehregan AH. A guide to dermatohistopathology. 3rd ed. Norwalk: Appleton-Century-Crofts; 1981. p. 339-340.

15. Siregar RS. Atlas berwarna saripati penyakit kulit. Ed.2. Jakarta: EGC; 2002: 79-80.

16. Murphy GF. Dermatopathology-a practical guide to common disorder. Philadelphia: W.B.Saunders Company; 1995. p. 198-199.

17. Dover JS. editor. Pocket guide to cutaneous medicine and surgery. Philadelphia: W.B.Saunders Company; 1996. p. 407-408.

18. Damon I, Jahrling P, LeDuc J. Poxviruses. In: Principles and practice of clinical virology. 5th ed. Chichester: John Wiley and Sons Ltd; 2004. p. 502-503.

19. Singh M. Tropical dermatopathology. New Delhi: Jaypee Brothers; 2003. p. 34.

20. Laxmisha C, Thapp DM, Jaisankar TJ. Clinical profile of molluscum contangiosum in children versus adults. Dermatology Online Journal [serial online] 2003 March [cited 2015 Juli 22]: volume 9(5) 1. Available from http://dermatology.cdlib.org/95/original/molluscum/thappa.html

21. Bachtiar MM, Tabri F. Keratoakantoma. Dalam : Amiruddin DM. Tumor dan bedah kulit. Makassar: Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin; 2003: 47-53.

22. Harrison’s 15th edition [CD ROM]. Version 2.0. [cited 2015 Juli 22]

23. Habif: Clinical Dermatology [CD ROM]. Version 2.0. [cited 2015 Juli 22]

14