Referat Mita

download Referat Mita

of 8

Transcript of Referat Mita

  • 7/26/2019 Referat Mita

    1/8

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Definisi dan mekanisme kejang

    Kejang didefinisikan secara klinis sebagai perubahan paroksismal dari

    fungsi neorologis seperti fungsi perilaku, motorik atau otonomik. Definisi ini

    meliputi fenomena klinis yang berkaitan maupun tidak berkaitan dengan aktivitas

    kejang pada elektroensefalografi (EEG).

    !ekanisme dasar terjadinya kejang pada neonatus belum sepenuhnya

    dipahami. "tudi yang ada saat ini menyimpulkan bah#a kejang terjadi akibat

    bangkitan listrik sinkron (mis. Depolarisasi) yang berlebihan di antara neoron

    susunan saraf pusat. Depolarisasi berlebihan tersebut terjadi akibat beberapa

    kondisi seperti yang dapat dilihat pada tabel .

    Tabel 1. !ekanisme yang diperkirakan terjadi pada kejang neonatal

    Mekanisme Kelainan

    Kegagalan pompa sodium potasium

    akibat penurunan adenosin trifosfat

    $ipoksemia, iskemia, dan hipoglikemia

    %eorotransmiter eksitatorik yang

    berlebihan

    $ipoksemia, iskemia, dan hipoglikemia

    Defisit neorotransmiter inhibitorik

    (akibat relatif neurotransmiter

    eksitatorik yang berlebihan)

    Ketergantungan piridoksin

    &eningkatan permeabilitas sodium

    membran

    $ipokalsemia dan hipomagnesemia

    2.2 Klasifikasi Kejang pada Neona!s1

    Kriteria klinis kejang terbagi menjadi ' kategori yaitu subtle, tonik, klonik, dan

    mioklonik.

    Subtleipe kejang ini lebih sering ditemui pada neonatus kurang bulan (%K)

    dibanding neonatus cukup bulan (%*). Ditandai dengan mata yang terus

    terbuka, gerakan okular, gerakan ekskremitas yang aneh (menyerupai

    gerakan mendayung, berenang, mengayuh sepeda bertinju), pergerakan

    mulut dan apneu. !anifestasi kejang subtlepada %K dan %* paling

    sering berupa fenomena okular. &ada %K fenomena okular didominasi

    dengan mata yang terbuka disertai fiksasi okular, sedangkan pada %*

  • 7/26/2019 Referat Mita

    2/8

    berupa deviasi mata horisontal. +ang perlu mendapat perhatian adalah

    apneu sebagai manifestasi kejangsubtle. pneu terkait kejang (convulsive

    apneu) jarang menimbulkan bradikardi dibandingkan nonconvulsive

    apneu, kecuali jika berlangsung lama -/0 detik). Keadaan ini lebih sering

    ditemukan pada %*. Kejang subtle umumnya dapat diprovokasi atau

    diperkuat dengan stimulasi.

    onik

    1 onik fokal

    Ditandai dengan kekakuan pada salah satu ekstremitas atau kekauan

    asimetris pada batang tubuh2leher. ipe kejang ini tidak dapat

    diprovokasi dengan stimulasi atau dihentikan dengan peregangan.

    1 onik generalisataDitandai dengan kekakuan ekstremitas atas dan ba#ah dalam keadaan

    ekstensi (menyerupai postur deserebrasi) atau kekakuan ekstremita atas

    dalam keadaan fleksi dan ektremitas ba#ah dalam keadaan ekstensi

    (menyerupai postur dekortikasi). ipe kejang ini dapat diprovokasi

    atau diperkuat dengan stimulasi serta dihentikan dengan peregangan

    atau reposisi.

    Klonik

    1 Klonik fokalDitandai dengan kontraksi ritmik otot1otot pada #ajah, ekstremitas

    atas2ba#ah pada satu sisi tubuh, atau struktur aksial (leher atau batang

    tubuh). ipe kejang ini umumnya menunjukkan kondisi neuropatologik

    yang bersifat fokal serta tidak dapat dihentikan dengan peregangan.

    Kejang klonik fokal juga terjadi pada ensefalopati metabolik.

    1 Klonik multifokal

    !elibatkan beberapa bagian tubuh secara bergantian namun tidak

    berurutan (nonjacksionan manner).1

    !ioklonik

    Ditandai dengan kontraksi cepat (lebih cepat dibanding tipe klonik) dan

    acak dari otot1otot pada ekstremitas, #ajah, atau batang tubuh serta

    cenderung melibatkan otot fleksor. ipe kejang ini dapat bersifat fokal,

    multifokal, atau generalisata. !ioklonik umumnya dapat diprovokasi

    dengan stimulasi.

    "elain itu juga perlu dibedakan antara kejang klinis (nonepileptik) dengan

    kejang yang dikonfirmasi EEG (epileptik) terkait intervensi yang perlu dilakukan.

  • 7/26/2019 Referat Mita

    3/8

    Tabel 2. Klasifikasi kejang neonatus terkait bangkitan kejang pada

    elektroensefalografi (EEG)

    Klasifikasi

    Kejang

    ""#

    Se$ing Ja$angSubtle 34

    Klonik

    5okal 3

    !ultifokal 3

    onik

    5okal 3

    Generalisata 3

    !ioklonik

    5okal, multifokal 3

    Generalisata 34$anya sedikit kejangsubtleyang berkaitan dengan aktivitas kejang pada EEG

    2.% "TI&'I

    &enelusuran etiologi kejang yang tepat harus diupayakan terkait terapi

    spesifik dan prognosis. Diantara sejumlah etiologi, hanya sedikit yang menjadi

    penyebab sebagian besar kasus kejang pada neonatus. Delapan puluh hingga

    delapan delapan puluh lima persen kasus disebabkan oleh hypoxic-ischemic

    encephalopathy, perdarahan intrakranial, infeksi intrakranial, dan defek

    perkembangan. erbagai penyebab kejang utama pada neonatus, beserta onset dan

    frekuensi terjadinya dapat dilihat pada tabel 6. eberapa etiologi dapat terjadi

    bersamaan pada seorang bayi.

    Tabel %.&enyebab utama kejang neonatal terkait onset dan frekuensi relatif

    Pen(ebab &nse )$ek!ensi $elaif

    016 $ari 6 $ari Kurang bulan *ukup bulan

    Hypoxic-ischemic

    encephalopathy

    3 333 333

    &edarahanintrakranial

    3 3 33 3

    7nfeksi intrakranial 3 3 33 33

    Defek perkembangan 3 3 33 33

    $ipoglikemia 3 3 3

    $ipokalsemia 3 3 3 3

    Kelainan metabolik

    lainnya

    3 3

    "indrom epileptik 3 3 3

    48sia paska kelahiran saat kejang paling sering terjadi

  • 7/26/2019 Referat Mita

    4/8

    95rekuensi relatif kejang diantara seluruh penyebab : 333, paling sering; 33, tidak

    terlalu sering; 3, paling jarang

    Hypoxic-ischemic encephalopathy1,2,3

    Hypoxic-ischemic encephalopathy ($7E) merupakan penyebab tersering

    kejang neonatal pada bayi cukup bulan maupun kurang bulan. Kurang lebih /0