Hanik-mita-ninda Permintaan Maaf Dialek Irak

26
PERMINTAAN MAAF DIALEK IRAK : SEBUAH STUDI SOSIOPRAGMATIK Oleh : Hussein Dhahi Muzhir dan Musaab Abdul-ZahraRaheem Universitas Kufa Abstrak Permintaan maaf telah menjadi fokus pembahasan dalam banyak kajian baik di Barat maupun di Timur. Beberapa studi ini fokus pada Bahasa Arab, tetapi belum ada yang membahas tentang penggunaan permintaan maaf dalam dialek Irak. Selain itu, tidak satupun yang berkonsentrasi pada nilai sosial atau perbedaan gender dalam penggunaan tindak tutur dalam bahasa Arab. Penelitian ini merupakan upaya untuk menguraikan perbedaan paling mendasar antara penutur Irak laki-laki dan perempuan betina dalam penggunaan strategi permintaan maaf. Korpus terdiri dari tanggapan wacana penyelesaian tes, yang meliputi tiga situasi yang berbeda. Informan yang menjadi subyek adalah 30, 15 laki-laki dan perempuan 15. Sampel secara acak dipilih dari tempat yang berbeda di Najaf yang dianggap sudah mewakili. Penelitian ini ditulis dalam bahasa Arab untuk memunculkan tanggapan tentang tuturan verbal Maaf untuk setiap situasi yang berbeda. Pendahuluan Persekutuan phatic, yang berhubungan dengan pemeliharaan hubungan sosial antara manusia adalah salah satu fungsi utama bahasa. Dalam berinteraksi, para peserta asumsi dan harapan orang-orang, peristiwa, tempat, dll memainkan peran penting dalam kinerja dan interpretasi ekspresi linguistik. Pilihan ekspresi tersebut untuk menyampaikan tujuan komunikatif tertentu yang dikendalikan oleh Konvensi sosial dan situasi individu (Nureddeen, 2008). Menurut Van Dijk (1977:155) pengguna bahasa menggunakan tindak tutur untuk mencapai tujuan komunikatif mereka.

description

hdfjcdjhcfjdcjdcjdbcjdncjdncjdnjcndjcndjcndjfnvjdfbnjdbnfjenvfjebnjencve

Transcript of Hanik-mita-ninda Permintaan Maaf Dialek Irak

PERMINTAAN MAAF DIALEK IRAK : SEBUAH STUDI SOSIOPRAGMATIKOleh: Hussein Dhahi Muzhir dan Musaab Abdul-ZahraRaheem

Universitas Kufa

Abstrak

Permintaan maaf telah menjadi fokus pembahasan dalam banyak kajian baik di Barat maupun di Timur. Beberapa studi ini fokus pada Bahasa Arab, tetapi belum ada yang membahas tentang penggunaan permintaan maaf dalam dialek Irak. Selain itu, tidak satupun yang berkonsentrasi pada nilai sosial atau perbedaan gender dalam penggunaan tindak tutur dalam bahasa Arab. Penelitian ini merupakan upaya untuk menguraikan perbedaan paling mendasar antara penutur Irak laki-laki dan perempuan betina dalam penggunaan strategi permintaan maaf. Korpus terdiri dari tanggapan wacana penyelesaian tes, yang meliputi tiga situasi yang berbeda. Informan yang menjadi subyek adalah 30, 15 laki-laki dan perempuan 15. Sampel secara acak dipilih dari tempat yang berbeda di Najaf yang dianggap sudah mewakili. Penelitian ini ditulis dalam bahasa Arab untuk memunculkan tanggapan tentang tuturan verbal Maaf untuk setiap situasi yang berbeda.Pendahuluan

Persekutuan phatic, yang berhubungan dengan pemeliharaan hubungan sosial antara manusia adalah salah satu fungsi utama bahasa. Dalam berinteraksi, para peserta asumsi dan harapan orang-orang, peristiwa, tempat, dll memainkan peran penting dalam kinerja dan interpretasi ekspresi linguistik. Pilihan ekspresi tersebut untuk menyampaikan tujuan komunikatif tertentu yang dikendalikan oleh Konvensi sosial dan situasi individu (Nureddeen, 2008). Menurut Van Dijk (1977:155) pengguna bahasa menggunakan tindak tutur untuk mencapai tujuan komunikatif mereka.

Tindak tutur adalah ucapan yang menyajikan fungsi komunikatif seperti ucapan, permintaan maaf, peringatan, dan sejenisnya (Lihat Hatch, 1992:22). Dalam tulisan ini, tindak tutur permintaan maaf dalam bahasa Arab Irak akan diteliti. Permintaan maaf didefinisikan sebagai suatu tindak tutur yang ditujukan untuk memberikan dukungan pada mitra tutur yang sebenarnya atau berpotensi telah melakukan pelanggaran (Olshtain, 1989:156). Pada umumnya, permintaan maaf termasuk dalam tindak tutur ekspresif, dimana penutur mencoba untuk menunjukkan sikapnya sendiri. Agar permintaan maaf mempunyai efek, maka harus mencerminkan perasaan yang sebenarnya. Gooder dan Yakub (2000; 272) menunjukkan bahwa permintaan maaf yang tepat yaitu mengakui kenyataan atas perbuatan yang salah, menerima tanggung jawab utama, menyatakan penyesalan tulus dan kesedihan, dan berjanji untuk tidak mengulangi kesalahan.

Selain itu, efektivitas permintaan maaf mencakup prinsip-prinsip tertentu: keakraban/ keintiman dengan mitra tutur menentukan gaya permintaan maaf; intensitas aturan yang menjamin permintaan maaf karena memang lebih sepele; otoritas relatif penutur dan mitra tutur karena gaya permintaan maaf mencerminkan bagaimana adanya superior atau lebih rendah daripada mitra tutur adalah untuk peminta maaf; usia relatif dua peserta; jenis kelamin penutur karena perempuan cenderung lebih mudah meminta maaf daripada laki-laki; dan tempat asing karena pengaruh formalitas dan strategi permintaan maaf (Soliman, 2003). Karakteristik utama dari permintaan maaf dirangkum oleh Edmondson (1981:144) sebagai berikut (kunci: S = penutur; H = mitra tutur):

S ingin H percaya bahwa S tidak mendukung tindakan (A) dilakukan oleh S melawan kepentingan H.

S 'meminta maaf' telah melakukan tindakan A dan merasa menyesal guna mendiskreditkan dirinya yang melakukan hal itu. Strategi permintaan maaf dapat digunakan dalam tindak tutur dengan serangkaian tindakan lainnya seperti 'mengeluh' dan seterusnya. Selain itu, permintaan maaf yang jelas, sedemikian rupa sehingga strategi itu sangat konvensional.Strategi permintaan maaf

Kajian sosiolinguistik tentang permintaan maaf terbatas. Namun, kebanyakan studi bertujuan untuk menunjukkan bukti pragmatis dalam urutan, frekuensi, dan konten semantik rumus (atau strategi) yang digunakan dalam permintaan maaf. Dengan demikian, tujuannya adalah pedagogis. Secara bertahap akan dibahas dalam penelitian ini.

Fraser (1981:263) menyampaikan bahwa dalam rangka permintaan maaf untuk meyakinkan, penutur harus menggunakan kombinasi dua atau lebih dari strategi berikut: (1) mengumumkan bahwa permintaan maaf dicapai dengan klausa seperti saya (dengan ini) minta maaf...; (2) menyatakan kewajiban penutur meminta maaf dengan kata-kata seperti aku harus minta maaf; (3) menawarkan untuk meminta maaf untuk menunjukkan ketulusan bertindak dengan kalimat seperti apakah kau ingin aku minta maaf?; (4) meminta penerimaan permintaan maaf seperti berharap engkau menerima permintaan maaf ini; (5) menyatakan penyesalan atas kesalahan melalui penggunaan o intensifiers suka sangat, sangat, dan sangat; (6) meminta pengampunan pelanggaran; (7) mengakui tanggung jawab atas tindakan yang salah; (8) menjanjikan untuk tidak mengulangi tindakan; dan kesiapan menerima (9) untuk sanksi.

Olshtain dan Cohen (1983: 20-24) menunjukkan bahwa tindak tutur permintaan maaf berisi sebagai berikut: 1. ekspresi minta maaf (a. mengekspresikan menyesal; b. Tawaran permintaan maaf; c. permintaan pengampunan), 2. situasi, atau penjelasan, 3. Pengakuan (a. menerima menyalahkan b. mengekspresikan keadaan diri-sendiri; c. mengenali orang lain sebagai orang yang layak untuk memberi maaf; d. mengekspresikan kurangnya niat), 4. Menawarkan perbaikan, dan 5. Janji (Lihat Gass & Neu, 2006:193).

Demikian pula, Trosborg (1987:150) mengandaikan bahwa penutur menentukan strategi permintaan maaf yang digunakan sebagai berikut: (1) meminimalisir tingkat pelanggaran melalui (membahas prekondisi pelanggaran, dan menyalahkan orang lain untuk pelanggaran); (2) bertanggung jawab atas enam macam bentuk berikut tergantung pada tingkat penutur melakukan kesalahan: (implisit pengakuan, pengakuan eksplisit, ekspresi kurangnya niat, ekspresi diri-kekurangan, ekspresi malu, dan penerimaan eksplisit menyalahkan); (3) eksplisit atau implisit penjelasan sebagai bentuk mitigasi; (4) menawarkan perbaikan melalui (tawaran yang literal di mana pelaku menyatakan akan membayar kerusakan, dan kompensasi yang mungkin seimbang dengan pelanggaran yang dibuat); (5) berjanji tidak akan mengulangi tindakan; dan (6) ekspresi keprihatinan bagi orang yang tersinggung guna menenangkannya.

Barr (1989) menunjukkan gagasan lain tentang permintaan maaf budaya Jepang. Permintaan maaf di sana menjadi penting dan harus tulus. Mereka bahkan melakukan ritual yang harus ditaati. Penjahat pun harus minta maaf untuk kesalahan mereka.

Rizk (1997) mengkaji strategi permintaan maaf yang digunakan di kalangan Arab non-penutur bahasa Inggris, berdasarkan jawaban dari 110 Mesir, Arab, Yordania, Palestina, Maroko, Libanon, Suriah, Tunisia, Yaman dan Lybia penutur bahasa Inggris untuk kuesioner yang ia dirancang. Hasilnya membuktikan kesesuaian permintaan maaf strategi antara o pembicara asli dan non-asli bahasa Inggris dalam segala situasi yang menjamin permintaan maaf kecuali satu. Tidak seperti pribumi, orang Arab tidak meminta maaf kepada anak-anak; Sebaliknya mereka mencoba untuk membuat anak memaafkan mereka melalui kalimat seperti yang dilakukan agar bayi tidak merasa sedih.

Hussein dan Hammouri (1998) telah menyelidiki penggunaan permintaan maaf oleh penutur bahasa Inggris Amerika dan Yordania. Mereka enyimpulkan bahwa Yordania menggunakan strategi yang lebih untuk minta maaf dibanding dengan penutur bahasa Inggris Amerika; Meskipun kedua kelompok resor untuk ekspresi o apology, yang menawarkan perbaikan, tanggung jawab o pengakuan dan sabar o janji, hanya Yordania yang menggunakan strategi permintaan maaf seperti memuji Allah (Tuhan) untuk apa yang terjadi, menyerang korban, meminimalisir tingkat pelanggaran (kesalahan).Studi lain permintaan maaf adalah Lev's (2001) di mana ia menunjukkan bahwa permintaan maaf di Cina kurang ritualistik dan lebih berorientasi pada tujuan. Dalam budaya Cina, permintaan maaf digunakan untuk memecahkan masalah. Jika seseorang bertindak salah, mereka pertama kali harus minta maaf, kemudian berbicara dengan korban tentang apa yang harus dilakukan selanjutnya. Permintaan maaf di Cina tidak selalu datang dengan o risiko kehilangan wajah atau merasa terhina. Tidak seperti Amerika, Cina tidak takut litigasi, Dengan demikian, mereka siap untuk minta maaf guna menghapus banyak dosa.

Soliman (2003), dalam studinya memperlihatkan perbedaan strategi permintaan maaf di Mesir dan Amerika. Ia juga menemukan persamaan dan perbedaan berikut: (1) keintesifan yang digunakan dalam kedua budaya tersebut untuk menunjukkan ketulusan;(2) seperti oh menjadi penting untuk menyampaikan kepedulian penutur tentang apa yang terjadi terhadap orang-orang;(3) dalam kedua budaya cenderung merasa malu atas tindakan yang salah; (4) orang Mesir cenderung menyerang korban ketika pelaku berpikir korban tidak dapat membenarkan posisinya dalam sebuah insiden, di mana kepala sekolah menyalahkan petugas kebersihan ketika ia menabraknya karena sebuah insiden tersebut, bukan minta maaf kepadanya. (5) orang Mesir memuji Allah (Tuhan) untuk segala sesuatu yang terjadi, Apakah baik atau buruk.1. Masalah dan Tujuan studi

Studi ini berkaitan dengan tindak tutur o permintaan maaf. Hal ini disebutkan bahwa seseorang tidak harus berbenturan terhadap semua negara-negara berbahasa Arab. Arab di Irak, seperti halnya Arab di seluruh dunia Arab adalah sifat diglosia yang. Ada dua varietas yang digunakan: bahasa formal' (Fusha) mirip dengan bahasa Arab klasik dan bahasa sehari-hari' (Ammiyya) yang digunakan dalam komunikasi sehari-hari. Berbagai dialek bahasa Arab di tempat-tempat mereka, mencerminkan norma-norma sosial yang spesifik untuk komunitas tindak tutur tersebut. Dengan demikian, dengan melihat tindak tutur permintaan maaf dalam bahasa Arab Irak mencerminkan nilai-nilai budaya yang fundamental yang khusus bagi masyarakat Irak.

Sedangkan semua studi pervious telah melihat interaksi antara non-penutur dan penutur asli bahasa Inggris dalam bentuk studi banding yang membahas perbedaan dalam kinerja tindak tutur, tidak ada satu studi yang dilakukan pada kinerja penutur bahasa Arab dan lebih khusus lagi rakyat Irak, sejauh tindak tutur permintaan maaf yang bersangkutan. Selain itu, studi ini akan melihat strategi yang digunakan dalam dialek bahasa, yaitu bahasa Arab-Irak. Selain itu, akan ada perbandingan tipe sosiolinguistik mengenai perbedaan gender dalam penggunaan permintaan maaf. Pertanyaan pada penelitian ini adalah:

1. strategi Apakah yang sering digunakan oleh warga Irak ketika meminta maaf?

2. Bagaimana masyarakat Irak menyadari tentang tindak tutur permintaan maaf dari segi tiga dimensi semantik rumus: urutan, frekuensi, dan konten dalam salah satu situasi tersebut?

3. Bagaimana masyarakat Irak laki-laki dan perempuan menyadari tindak tutur permintaan maaf bila pelaku lebih rendah, sama atau lebih tinggi dalam status korban?2. SubjekLima belas laki-laki dan perempuan Irak yang berasal dari kota al-Najaf dari berbagai sektor berpartisipasi dalam penelitian ini. Peserta adalah penutur asli bahasa Arab dan mereka dari salah satu komunitas di Irak. Semua peserta adalah penduduk asli Irak yang memiliki dialek yang sama. Usia mereka berkisar antara 25 sampai 40 tahun.

3.Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data primer pada penelitian ini adalah tes penyelesaian percakapan atau disebut Discourse Completion Test (DCT). DCT terdiri dari tiga perbedaan situasi yang dirancang untuk memperoleh tindak tutur permintaan maaf. Situasi yang ditetapkan untuk menjadi akrab dengan kehidupan dan budaya Irak. Setiap situasi bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara hubungan peserta, yaitu ketika pembicara berstatus lebih rendah, sama, atau lebih tinggi. Karena penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan tanggapan dari percakapan alami sebanyak mungkin, tampaknya lebih realistis dan berlaku untuk meminta informan agar menghasilkan tanggapan dalam bahasa percakapan sehari-hari mereka meskipun hal ini tidak digunakan secara tertulis. Dengan demikian, informan didorong untuk menulis dalam variasi yang rendah, dan menempatkan informan pada suasana hati yang diperlukan, situasi itu sendiri ditulis dalam bahasa Arab sehari-hari. Sebagian besar partisipan menjawab menggunakan dialek Najafi (Irak Arab).4.DataAnalisis

Data diklasifikasikan ke dalam rumus semantik dalam hal urutan (rangkaian), frekuensi, dan konten rumus semantik. Jumlahsetiaprumussemantikdihitungdansering digunakan rumus semantikdalamsetiapitem.

6.1KlasifikasiStrategi Permintaan Maaf

Dalam penelitian ini, Sugimotos (1997) Strategi akan digunakan sebagai sebuah model untuk analisis data karena strategi tersebut yang paling komprehensif walaupun hanya akan disimpan dalam ingatan bahwa strategi yang lain dalam penelitian di atas mungkin berguna meskipun hanya pada beberapa contoh. Hal itu tergantung pada bagaimana data akan mendorong analisis.

Strategiini adalahsebagaiberikut:

1. Strategi utama yaitu strategi-strategi yang sering digunakan oleh orang yang bersalah ketika mencoba untuk meminta maaf, yang meliputi:

a. pernyataan penyesalan (menyesal), dimana orang yang bersalah menunjukkan bahwa mereka telah melakukan sesuatu yang salah,

b. Cerita. Dimana orang yang bersalah menceritakan apa yang terjadi (dengan mempertimbangkan fakta bahwa ini sangat subjektif tergantung pada cara menceritakan cerita dan peran mereka yang dimainkan di dalamnya),

c. Deskripsi dampak dari kesalahan, dimana orang yang bersalah menjelaskan perubahan apa yang terjadi pada objek dalam diskusi atau dampak dari suatu perbuatan tertentu pada orang lain, dan

d. Reparasi/ perbaikan, dimana orang yang bersalah mencoba untuk memperbaiki kesalahan yang mereka perbuat pada orang lain dengan menawarkan kata-kata yang mungkin menyebabkan kesalahan yang dilakukan menjadi terlupakan.

2.Strategi keduayangmeliputi:a. Kompensasi, yang mana berbeda dari reparasi, orang yang bersalah menawarkan untuk mengganti objek yang dirusak atau membayar untuk itu, dan

b. Berjanji tidak akan mengulangi kesalahan, dimana orang yang bersalah mereka menanggung kesalahan sepenuhnya dari pihak yang dirugikan agar tidak akan terjadi di masa depan.

3.Strategi yang jarang digunakan,mencakup:a. Penilaian eksplisit terhadap tanggung jawab, dimana orang yang bersalah mencoba untuk menggambarkan perannya terhadap apayang telah terjadi dan apakah mereka bertanggung jawab atau tidak.

b. Kontekstualisasi, dimana orang yang bersalah memberikan seluruh konteks dari kesalahan dan apa yang telah terjadi pada rangkaian untuk membuat orang yang bersalah melihat seluruh penggambaran,

c. Kecaman diri, dimana orang yang bersalah mengklaim tanggung jawab mereka terhadap perlakuan kasar yang terjadi dan mereka menampakkan karakter mereka, dan

d. Berterima kasih, dimana orang yang bersalah menunjukkan betapa ia berterima kasih bahwa mereka adalah orang yang terluka yang tetap memberikan waktu untuk berbicara dan mengetahui bahwa rasa untuk memaafkan telah ada pada dirinya.

5.HasildanDiskusiBagian ini menyajikan hasil dan diskusi yang diperoleh dalam tiga situasi permintaan maaf. Hasil dan diskusi akan mencakup realisasi tindak tutur permintaan maaf laki-laki dan perempuan dalam istilah tiga dimensi rumus semantik: urutan, frekuensi, dan konten di salah satu dari tiga situasi akan dianalisa. Sebagai tambahan untuk itu, realisasi tindak tutur permintaan maaf ketika penutur lebih rendah, sama, atau lebih tinggi dalam statusnya kepada mitra tutur juga akan diteliti.

7.1Rumus Semantik

Tabel (1) menunjukkan jumlah deskriptif rumus utama semantik yang digunakan oleh sebjek (laki-laki dan perempuan) di tiga situasi. Rumus semantik yang paling terkenal digunakan oleh perempuan adalah kompensasi (45). Fitur lain yang dibedakan adalah bahwa perempuan memanfaatkan pernyataan penyesalan (menyesal) (30) di posisi pertama pada permintaan maaf mereka. Di sisi lain, laki-laki menggunakan strategi penilaian eksplisit terhadap tanggung jawab (50) dan reparasi (33) lebih dari strategi lain. Selain itu, penutur menggunakan sejumlah strategi langsung dan tidak langsung mengenai pencapaian permintaan maaf mereka. Strategi(rumus semantik)

Laki-lakiPerempuan

pernyataanpenyesalan

(menyesal)

2030

Cerita68

Deskripsidampak kesalahan75

Reparasi3310

Kompensasi1045

janjitidak

mengulangikesalahan69

penilaianeksplisit

terhadap tanggung jawab23

Kontektualisasi46

Kecaman diri32

Berterima kasih43

Tabel(1):Frekuensipermintaan maaforumus semantikyangdigunakandalamsemua situasi

7.1.1 StrategiUtama.

Ada empat strategi, dua diantaranya (pernyataan penyesalan (menyesal) dan reparasi) lebih sering digunakan dari pada strategi utama yang lain. Beberapa contoh akan diberikan di bawah ini untuk menggambarkan kasus:

a.pernyataanpenyesalan(menyesal):

Aaniaasef jiddanlillisaar

Sayasangatmenyesalatasapayangterjadi

Maaaghdara'abberlakanasafi wi'tethaari

Akutidak bisamengungkapkanpenyesalankudan meminta maafkepadamu

Wallahaanihealmit'asfa

DemiAllah,sayasangatmenyesal

Aqaddemliche'itithaari

Sayamemohon maafkepadamu

Aatither wallah anilli hesal

DemiAllah,akuminta maafatasapayangterjadi

Shmaaatithera'teqidmayekfi

Semuapermintaan maafkutidakcukup

Aasifassifhwaayaaasif

Maaf,Maaf,sayabenar-benar minta maaf

Mitasfaaeni

Maaf,sayangku

Penyesalan sering dinyatakan dalam bahasa Arab Irak dengan frase Aasef atau Aatither. Dengan kata lain, tampak bahwa penutur Irak cenderung menggunakan permintaan maaf langsung dengan menggunakan kata-kata yang diterjemahkan maaf dan permintaan maaf untuk mengungkapkan penyesalan mereka. Strategi ini merujuk pada pesan verbal yang mewujudkan dan melibatkan penutur dalam hal keinginan, kebutuhan, dan proses percakapan. Hal ini terkait dengan Brown dan Levinson pada penggunaan strategi kesopanan (1987) sehubungan dengan kualitas dan kejelasan dari niat komunikatif. Selain itu, satu yang dapat dicatat bahwa perempuan menggunakan vokatif yang lebih ramah dari laki-laki untuk menjadi lebih bijaksana dan dekat.

b.cerita:

Strategi ini jarang digunakan dari pada strategi yang lain. Beberapa ilustrasi dari data yang diberikan adalah sebagai berikut:

Ilkahrabaachaanatmusheefakharbateljihaaz

Kekuatanadalahjalanmaka halinimelumpuhkan alat.

Melgeathadiyyazeana

Akutidakmenemukanhadiahyangbaik.

Elkitaabchanbeediw-matrat

Hujanketikabukuditanganku.

Strategi ini disebut penjelasan, pembenaran atau motivasi oleh beberapa ahli pragmatik. Usaha untuk motivasi atau pembenaran untuk menghasilkan tindak tutur biasanya dianggap sebagai tanda kesopanan (Lihat Brown dan Levison, 1978: 194, Van Dijk, 1977: 215). Demikian pula, Ferrara (1980: 240) berpendapat bahwa pembenaran memiliki peran ekstrakondisional yang penting dimana subordinat dari tindak tutur harus berhubungan dengan keadaan dari urusan yang dianggap memadai, alasan yang masuk akal untuk kinerja utama (komponen) tindak tutur.

Di sisi lain, kata-kata, fungi tindak tutur itu suatu keadaan yang sewajarnya atau efektif yang mengantarkan kepada tindak tutur berikutnya. Ini adalah fungsi utama dari cerita-cerita.

c.Deskripsidampak kesalahan:

Strategi ini juga tidak sering digunakan oleh laki-laki dan perempuan dibanding dengan beberapa strategi yang lain. Di sini, penutur menggambarkan sifat kerusakan atau perbuatan salah, pada umumnya. Berikut adalah beberapa contoh:

Elkitaabshwayyait'ethar

Bukusedikitdibuat-buat

Eljihaazbasgaamyit'ekharbilshughul

Perangkathanya menjadi agaklambatdalam pekerjaan.

Hal ini dapat dilihat bahwa fungsi dari strategi ini adalah pengutaraan. Tindak tutur pengutaraan adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh penutur untuk menunjukkan bahwa dia lebih eksplisit dalam menunjukkan peraturan tuturan tertentu yang dia buat (Van Dijk,1980: 61-62). Singkatnya, bisa disimpulkan bahwa penutur mendefinisikan konteks pragmatis menjadi lebih spesifik dan lebih umum dengan tindak tutur berikutnya.

d.perbaikan:

Data menunjukkan bahwa laki-laki menggunakan strategi ini untuk memperkuat tingkat permintaan maaf. Laki-laki cenderung mengubah hal-hal dari pada kompensasi. Beberapa contohnya adalah sebagai berikut:

Inshaa'allahasallehlakeljihaaz

Insya Allah,sayaakanmemperbaiki peralatanmu.

Awe'dakaaniraahejallidelkitaab

(dengan ini),akuberjanjibahwaaku akanmenjilidbuku.

Indiadawaatetfeedeljihaaz

Akupunya perkakas yangdapatbergunauntukperlengkapan.

Dapat dikatakan bahwa banyak contoh tentang strategi yang menunjukkan penggunaan tindak tutur langsung janji. Tindakan ini dapat dianggap sebagai realisasi pragmatis perbaikan.

7.1.2Strategi Kedua

Ada dua strategi. Analisis menunjukkan bahwa kompensasi (45) adalah strategi yang banyak digunakan oleh perempuan. Berikut ini adalah contoh ilustrasi.

a.kompensasi:

Insya Allaha'awthakbkitaabjideed

Insya Allah,sayaakanmengganti buku baru kepadamu.

Raahashtereelakjihaazgheara

Sayaakanmembeliperlengkapanlainuntukmu.

Aaniawe'dakbhadiyyakullishhilwa

Akuberjanjiakanmembawakanhadiahyang sangatbagus kepadmu.

Raahajeebjihaaznaw'eetaafdhal

Akuakanmembawakankepadamuperlengkapanyang memiliki kualitas lebih baik.

Dalam strategi ini, ditemukan bahwa tindak tutur janji juga merupakan salah satu realisasi. Selain itu, penggunaan 'Insya Allah mencerminkan konteks budaya dari kebiasaan orang Irak sebagai cerminan komunitas Islam.

b.berjanjitidakakanmengulangikesalahan:

Strategi ini menyampaikan permintaan maaf yang dapat dicapai dengan janji. Strategi ini lebih sering digunakan oleh perempuan dari pada laki-laki. Ini mungkin berarti bahwa wanita menganggap ini sebagai praktek-pengamatan atau tanda kesopanan.

Contohberikutmenggambarkansituasi tersebut;

Halshiba'admayitkarrar

Initidakakanterjadilagi.

Elsaarba'admaiseer

Apayangterjaditidak akandiulang.

A'akkidlakhaathiaakhirmarra

Sayameyakinkanmubahwainitidakakanterjadi lagi.7.1.3 Strategi yang jarang digunakan

Strategi ini adalah strategi yang paling jarang digunakan baik oleh laki-laki maupun perempuan

a. Penilaian tegas terhadap tanggung jawab

Strategi ini biasa diucapkan untuk fungsi penjelasan atau pembenaran

Tab'an maa chaan qasdi

Tentu, aku tidak melakukannya dengan sengaja

Issabab mu minni

Ini bukan kesalahanku

Mu aani illi attal eljihaaz

Bukan aku yang telah merusak peralatan ini

b. menyesuaikan konteks keadaanIni adalah bentuk lain dari pembenaran. Bentuk ini memperlihatkan keadaan fisik dari sebuah kejahatan untuk mengurangi situasi dan mendukung ungapa permintaan maaf. Kita perhatikan bahwa penutur menggunakan tindak tutur bercerita yang menampakkan keistimewaan (simbol: S= Penutur, H= Pendengar)

1). S mengharap H untuk mendapat informasi tentang dirinya dan hal itu menjadikan hubungan antara S dan H semakin erat.

2). Saat menuturkan cerita, S bisa saja memiliki asumsi bahwa H merasa tertarik untuk bisa berkenalan atau menjadi lebih akrab dengan orang tersebut

3). S percaya bahwa H tidak bisa diharapkan untuk mengetahui informasi tersebut benar atau salah. Ketika H beranggapan bahwa yang dikatakan adalah salah, maka ia akan menganggap S sebagai pembohong bukan sebagai orang yang salah informasi. Bercerita bisa dikategorikan pada bentuk tuturan lain seperti penjelasan.

(Edmondson, 1981: 144-45)

Akhuya shaghal eljihaaz w-sakat

Saudaraku memencet sebuah alat dan alat itu sudah tidak berfungsi

Ilmahallaat chaanet m'ezla

Toko itu tutup

Ilkitaab chaan bjanitti illi niset-ha bissayyaara

buku yang aku lupa meninggalkannya di mobil itu berada di dalam tasku

c. menghukum diri sendiri

Di sini, penutur bertindak dalam bentuk pengakuan sebagai bentuk celaan pada tanggung jawab diri sendiri atas sebuah pelanggaran.

Issuch minni

Ini adalah salahku

Aanissabab bil'atal

Aku adalah sebab dari kemalasan ini

d. Ungkapan terimakasihHal ini ditemukan dari hasil analisa bahwa penutur menggunakan tindak tutur terimakasih sebagai tanda terimakasih. Bentuk tindak tutur terimakasih memiliki keistimewaan khusus (simbol: S: penutur, H= pendengar)

1. S berharap pada H untuk percaya bahwa S itu telah bermurah hati pada si A, dibuktikan dengan sikap simpati H padanya.

2. Dalam berterimakasih, S bisa membuat percaya H seolah H tahu apa yang telah ia lakukan terhadap si A, dan keuntungannya bagi S adalah diketahuinya oleh si H tentang apa yang telah dilakukan oleh A

3. Ungkapan terimakasih akan memberi penjelasan jelas terhadap si H, dan strategi secara verbal dari tindak tutur ini sangat tegas. (ibid: 144)

Ashkurak li'an qbalit I'itithaari

Terimakasih telah menerima permintaan maaf saya

Shukran li'an sma'itni

Terimakasih telah mendengarkanku

7.2 Rumus semantik berdasarkan status pemohon maafUngkapan bentuk permohonan maaf itu ada berbeda-beda berdasarkan status dan kedekatan hubungan antara penutur dengan mitra tutur. Dalam meminta maaf pada orang yang berstatus rendah, para pria Iraq yang berstatus tinggi tidak menggunakan ungkapan maaf secara langsung atau dengan penyesalan yang dalam. Namun sebaliknya, para perempuan meggunakan strategi permohonan maaf ini pada masyarakat rendahan. Di samping itu, dalam meminta maaf pada orang yang berstatus tinggi, orang Iraq baik laki-laki maupun perempuan, menggunakan lebih banyak strategi peringanan daripada berpura-pura memiliki hubungan dekat. Tabel (2) menunjukkan frekuwensi rumus semantik berdasarkan status pemohon maaf

Strategi (rumus semantik) Pria status tinggi Pria status sedangPria status rendahPerempuan status tinggiPerempuan status sedangPerempuan status rendah

Ungkapan penyesalan 4610101010

Laporan kesalahan213224

Menceritakan wujud cedera 223311

Memperbaiki kesalahan81213154

Penggantian rugi127151020

Janji untuk tidak mengulangi lagi123234

Penilaian tegas terhadap suatu tanggung jawab002003

Tergantung konteks112411

Menghukum diri sendiri 003002

Ungkapan terimakasih022012

Tabel (2): Frekuwensi rumus semantik berdasarkan status pemohon maaf

Status peran dalam hubungan terhadap realisasi dari tindak tutur adalah tersebutnya pertanyaan penelitian yang ketiga bagaimana orang Iraq baik laki-laki maupun perempuan dalam merealisasikan tindak tutur permohonan maaf ketika orang yang bersalah itu berstatus rendah, sedang, atau tinggi?. Berdasarkan tabel (2), dapat dilihat bahwa ketika pemohon maaf lebih tinggi statusnya daripada yang bersalah, laki-laki cenderung menggunakan strategi memperbaiki kesalahan (8), ungkapan penyesalan (4), laporan kesalahan (2), dan memperbaiki kesalahan (2). Tidak ada usaha untuk tegas bertanggung jawab, menghukum diri sendiri, tidak juga berterimakasih. Pada perempuan dengan kasus yang sama seperti laki-laki, tetapi penggunaan strategi penyesalan lebih banyak dari laki-laki (10). Secara menyeluruh, perempuan menggunakan strategi ganti rugi (15) daripada memperbaiki kesalahan seperti laki-laki. Spontanitas ini merupakan bukti bahwa perempuan memiliki naluri emosi lebih peduli. Ketika pemohon maaf sebanding statusnya dengan yang bersalah, hasil analisis menunjukkan bahwa laki-laki menggunakan strategi memperbaiki kesalahan (12), ungkapan penyesalan (6), menggambarkan kesalahan (2), penggantian rugi (2), berjanji untuk tidak mengulangi (2) dan strategi terimakasih (2). Perempuan cenderung menggunakan strategi ungkapan penyesalan (10), penggantian rugi (10), memperbaiki kesalahan (5), berjanji untuk tidak mengulangi (3), dan melaporkan kesalahan (2). Hal ini nampaknya perempuan kebanyakan menggunakan strategi penggantian rugi daripada laki-laki ketika yang bersalah itu berstatus sama. Secara total, ada kesamaan dalam ketidak adanya penggunaan strategi tegas bertanggung jawab dan menghukum diri sendiri alam permohonan maaf mereka. Lebih-lebih dapat dikatakan bahwa strategi yang sering digunakan perempuan yaitu ungkapan penyesalan (10) itu menunjukkan pendapat dan perhatian mereka yang bernilai lebih sopan daripada laki-laki. Yang terakhir, ketika orang yang memohon maaf itu berstatus sama dengan yang dimintai maaf, maka laki-laki kebanyakan menggunakan strategi memperbaiki kesalahan (13), ungkapan penyesalan (10), mengganti rugi (7), melaporkan kesalahan (3), menggambarkan kesalahan (3), berjanji untuk tidak mengulangi (3), dan menghukum diri (0). Di sisi lain, perempuan keanyakan menggunakan strategi mengganti rugi (20), ungkapan penyesalan (10), melaporkan kesalahan (4), memeprbaiki kesalahan (4), berjanti untuk tidak mengulangi (4), tegas bertanggung jawab (3), menghukum diri sendiri (2), ungkapan terimakasih (2), dan sesuai konteks (1). Hasil akhir menunjukkan bahwa perempuan Iraq berusaha menggunakan semua strategi permohonan maaf dengan seluruh lapisan status. Namun sebaliknya, laki-laki justru lebih banyak menggunakan banyak tipe strategi permohonan maaf pada yang berstatus tinggi, seperti dengan menggunakan strategi memperbaiki kesalahan, ganti rugi, dan ungkapan penyesalan.

7.3 urutan rumusan semantik

Berdasarkan hasil analisis ditemukan bahwa urutan penggunaan strategi permohonan maaf dari yang paling banyak digunakan adalah sebagai berikut: ungkapan penyesalan + memeperbaiki kesalahan + mengganti kerugian. Hal ini berarti bahwa tindak tutur atau rumus semantik ini adalah strategi yang kebanyakan digunakan baik oleh laki-laki maupun perempuan.

6. Kesimpulan

Kesimpulan dari penjelasan di atas adalah bahwa baik laki-laki maupun perempuan telah melakukan sikap bijaksana terhadap orang yang dimintai maaf dalam berbagai situasi permohonan maaf, tetapi perempuan justru berusaha lebih bersikap bijak dengan menggunakan strategi penggantian rugi daripada memperbaiki kesalahan. Di samping itu, dapat digaris bawahi bahwa perempuan menggunakan kedekatan pertemanan erat daripada laki-laki. Secara keseluruhan, perempuan mencoba untuk menggunakan strategi yang sama tanpa memandang status orang yag dimintai maaf. Namun sebaliknya, laki-laki lebih meilih-milih dan membedakan status. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa laki-laki itu selektif sesuai dengan maksud dan situasi. Mengenai rumus semantik yang bisa disebut dengan persandingan kata pragmatik, tindak tutur dapat digunakan dalam situasi tertentu, sebagaimana dapat digunakanmenyeluruh baik untuk laki-laki maupun perempuan. Rumus ini menunjukkan persamaan seimbang dari tingkat kepedulian hingga ketegasan penggunaan ungkapan penyesalan dan ditambah dukungan strategi pembenaran serta penjelasan seperti dengan pemberian ganti rugi dan perbaikan kesalahan.