Case Presbo Apri,Fifi,Mita,Yuli
-
Upload
pervinder-singh -
Category
Documents
-
view
124 -
download
58
description
Transcript of Case Presbo Apri,Fifi,Mita,Yuli
Presentasi Kasus
P R E S E N T A S I B O K O N G
Oleh :
M.Apriyanto, S.Ked
Fiona Widyasari, S.Ked
Tiara Rasmita, S.Ked
Yuliani, S.Ked
Pembimbing :
Prof. Dr. H. Mgs. Usman Said, SpOG(K)
BAGIAN KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR. MOHAMAD HOESIN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PALEMBANG
1
2010
2
HALAMAN PENGESAHAN
Presentasi kasus dengan judul
Presentasi Bokong
M.Apriyanto, S.Ked
Fiona Widyasari, S.Ked
Tiara Rasmita, S.Ked
Yuliani, S.Ked
Pembimbing :
Prof. Dr. H. Mgs. Usman Said, SpOG(K)
Telah dipresentasikan dan diterima sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Kebidanan dan Penyakit Kandungan
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohamad Hoesin
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
Palembang
Palembang, Desember 2010
Pembimbing,
Prof. Dr. H. Mgs. Usman Said, SpOG(K)
3
BAB I
REKAM MEDIS
IDENTIFIKASI
Nama : Ny I
Umur : 35 tahun
Alamat : Jl. Bali Palembang
Agama : Islam
Status : Menikah
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
MRS : 01-12-2010
ANAMNESIS
Anamnesis Umum (01-12-2010)
Riwayat Obstetri : G6P5A0
No Tempat Bersalin
Tahun Hasil Kehamilan
Jenis Persalinan
Sex BB
(gram)
Keadaan
1. Bidan 1997 Aterm Spontan ♀ 3500 Sehat
2. Bidan 2000 Aterm Spontan ♀ 3500 Sehat
3. Bidan 2001 Aterm Spontan ♂ 4000 Sehat
4. Bidan 2004 Aterm Spontan ♂ 4000 Sehat
5. Bidan 2007 Aterm Spontan ♀ 3500 Sehat
6. Hamil ini
Riwayat Kehamilan Lalu
Preeklampsi-eklampsia/hiperemesis (-)
perdarahan post partum (-)
Penyakit-penyakit lain (-)
Riwayat kehamilan sekarang
Haid : teratur, siklus 28 hari
Lamanya : 5 hari
Banyaknya : biasa
4
HPHT : 10-03-2010
Taksiran persalinan : 17-12-2010
Lama hamil : 38-39 minggu
Nafsu makan : baik
Miksi : normal
Defekasi : normal
Gerakan anak dirasakan: 5 bulan yang lalu
Periksa hamil : pada hamil ke 7 bulan ke bidan 1 kali dan pada bulan ke 8 ke
bidan 1 kali.
Riwayat Persalinan
Dikirim oleh : Bidan
His mulai sejak tanggal : 29-11-2010 (pasien lupa jam berapa his pertama kali
dirasakan)
Darah lendir sejak tanggal : -
Rasa mengedan sejak tanggal : -
Ketuban sudah pecah sejak tanggal : 1-12-2010 pukul 05.00 wib
Riwayat Perkawinan : 1 x menikah lamanya 14 tahun
Riwayat Sosial ekonomi : sedang
Riwayat gizi : sedang
Anamnesis Khusus
Keluhan Utama : Hamil cukup bulan dengan anak letak sungsang dan keluar air-air
Riwayat Perjalanan Persalinan :
Lebih kurang 14 jam sebelum masuk rumah sakit, os mengeluh perut mules yang
menjalar ke pinggang, hilang timbul, jarang. Riwayat keluar darah lendir (-), riwayat
keluar air-air (+), riwayat trauma (-), riwayat keputihan (-), riwayat post koital
bleeding (-), riwayat sering minum obat/jamu (-). Os berobat ke bidan dan dikatakan
anak sungsang dan ketuban sudah pecah, sehingga dirujuk ke RSMH. Os mengaku
hamil cukup bulan dan gerakan anak masih dirasakan.
5
PEMERIKSAAN FISIK
Status Present
Keadaan umum : sedang
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/mnt
Frekuensi pernafasan : 20 x/mnt
Suhu : 36,7 oC
Berat badan : 63kg
Tinggi badan : 148 cm
Konjunctiva palpebra pucat : -/-
Sklera ikterik : -/-
Gizi : sedang
Payudara hiperpigmentasi : (+/+)
Jantung : gallop (-), murmur (-)
Paru-paru : bising nafas vesikuler N, wheezing (-), ronkhi (-)
Hati dan lien : sulit dinilai
Edema pretibia : (-/-)
Varises : (-/-)
Refleks fisiologis : (+/+)
Refleks patologis : (-/-).
Status Obstetri
Pemeriksaan luar:
Tanggal : 01-10-2010 pukul 19.00 WIB
Tinggi fundus uteri 3 jari dibawah procesus xipoideus, letak janin memanjang,
punggung kiri, terbawah bokong. His 1x/10’/10”, DJJ 138 kali/menit, teratur, TBJ
3200 gr.
Pemeriksaan dalam vagina :
Tanggal : 01-12-2010 pukul 19.00 WIB
a. Vaginal toucher - Portio konsistensi lunak
6
- Posisi medial
- Pendataran 30%
- Pembukaan 2 Cm
- Selaput ketuban sudah pecah, keruh (-), kental (-), bau (-)
- Terbawah bokong
- Penurunan sejajar pintu atas panggul
- Penunjuk sacrum
b. Pemeriksaan panggul :
- Pintu atas panggul : Promontorium tidak dapat dinilai, Konjugata
diagonalis >13cm, Konjugata Vera >11,5cm, linea innominata teraba 1/3 –
1/3
- Pintu tengah panggul : Sakrum konkaf, spina ischiadika tidak
menonjol, dinding samping lurus
- Pintu bawah panggul : Arkus pubis >900
- Kesan panggul : Luas
Pemeriksaan laboratorium
Darah rutin
Hb : 9,7 g/dl
Eritrosit : 4,3 juta/mm3
Hematokrit : 30 vol%
Leukosit : 11.400/mm3
LED : 32 mm/jam
Trombosit : 217.000/mm3
Diff.count : 0/3/7/76/17/3
Urinalisa
Sel epitel : +
Leukosit : 2-3/LPB
Eritrosit : 0-1/LPB
Silinder : -
Kristal : -
7
Protein : -
Glukosa : -
Keton : -
Bilirubin : -
Urobilinogen : -
Nitrit : -
DIAGNOSA KERJA
G6P5A0 hamil aterm dengan KPSW 14 jam inpartu kala 1 fase laten janin tunggal
hidup presentasi bokong
PROGNOSIS
Ibu : dubia
Anak : dubia
PENATALAKSANAAN
Zatuchni-Andros skor : paritas = 1, masa gestasi = 1, TBJ = 0, riwayat presbo =
0, station = 1, pembukaan = 0. Total = 3
Rencana partus perabdominam
Observasi His, DJJ dan TVI
Kosongkan kandung kemih
8
LAPORAN OPERASI
Pukul 22.25 WIB Operasi dimulai
Penderita dalam posisi terlentang dalam keadaan anestesi spinal. Dilakukan tindakan
aseptik dan antiseptik pada daerah operasi dan sekitarnya. Lapangan operasi
dipersempit dengan doek steril. Dilakukan insisi mediana sepanjang 10 cm mulai
dari 2 jari di atas simpisis sampai 1 jari di bawah umbilikus. Insisi kemudian
diperdalam secara tajam dan tumpul sampai menembus peritonium. Setelah
peritoneum dibuka tampak uterus sebesar kehamilan aterm. Di putuskan untuk
melakukan SSTP sebagai berikut:
- Plika verikouterina dibuka secara tajam dan tumpul dan vesika urinaria
disisihkan ke bawah dan dilundungi oleh hak besar.
- Insisi SBR konkaf 9 cm secara tajam kemudian bagian tengah
ditembus secara tumpul dengan jari sampai menembus kavum uteri dan
diperlebar ke lateral. Didapatkan ketuban minimal keruh, bau (-)
- Anak dilahirkan dengan cara ekstraksi bokong.
Pukul 22.30 WIB Lahir hidup neonatus perempuan dengan BB 3500 gr, PB 47 cm,
AS 8/9 FT AGA.
Kedalam cairan infus dimasukkan piton 20 IU. Plasenta dilahirkan dengan tarikan
ringan pada tali pusat.
Pukul 22.35 WIB plasenta lahir lengkap dengan BP 600 gr, PTP 52 cm, ukuran 18 x
19 cm. Dilakukan pembersihan kavum uteri dengan kassa, dilanjutkan dengan
penjahitan sudut luka secara figure of eight. Kemudian dilakukan penjahitan dinding
uterus sebagai berikut:
- Dilakukan penjahitan SBR secara jelujur Feston dengan Vicryl 1.0
- Dilakukan retroperitonealisasi dengan plain catgut no 2.0
- Dilakukan tubektomi pomeroy pada kedua tuba
- Perdarahan dirawat sebagaimana mestinya
- Setelah diyakini tak ada perdarahan dilanjutkan pencucian kavum
abdomen dengan NaCl 0.9%
9
Dilanjutkan penutupan dinding abdomen lapis demi lapis dengan cara sebagai
berikut:
- Peritoneum dijahit jelujur dengan plain catgut no.2.0
- Lapisan otot dijahit terputus dengan plain catgut no. 2.0
- Fascia dijahit jelujur feston dengan vicryl no. 1.0
- Subkutis dijahit satu-satu dengan plain catgut no. 2.0
- Kutis dijahit subkutikuler dengan vicryl no 3.0
- Luka operasi ditutup denga sofratulle dan opsite
Pukul 23.10 WIB operasi selesai
Cairan masuk Cairan keluar
RL : 1500 Cc Urine : 400 Cc
NaCl : - Cc Darah : 500 Cc
Total : 1500 Cc total : 900 Cc
Diagnosis pra bedah : G6P5A0 hamil aterm dengan KPSW 14 jam inpartu kala 1 fase
laten janin tunggal hidup presentasi bokong
Diagnosis pasca bedah : partus kering
Tindakan bedah : Seksio Sesaria Transperitonealis Profunda + tubektomi pomeroy
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Letak Sungsang
Keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan
bokong berada di bagian bawah cavum uteri. Dikenal beberapa jenis yaitu1 :
1. Presentasi Bokong
2. Presentasi Bokong kaki sempurna
3. Presentasi Bokong kaki tidak sempurna
4. Presentasi Kaki
Letak sunsang ditemukan sekitar 2-4 %, Greenhill melaporkan 4-4,5%
Holland 2-3%, sedangkan Rumah Sakit dr. Pirngadi Medan terdapat 4,4 % dan
Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung terdapat 4,6%2
Etiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap
ruangan didalam uterus. Pada kehamilan lebih kurang 32 minggu, jumlah air ketuban
yang banyak sehingga memungkinkan bagi janin untuk bergerak dengan leluasa.
Janin dapat menempatkan diri pada presentasi kepala, letak lintang atau letak
sungsang. Namun pada kehamilan triwulan ketiga seiring dengan berkembangnya
janin semakin besar sehingga air ketuban relatif berkurang, bokong akan dipaksa
untuk menempati ruang yang lebih luas di fundus uterus. Dengan demikian dapat
dimengerti mengapa pada kehamilan kurang bulan presentasi bokong lebih sering
terjadi, sedangkan pada hamil cukup bulan dapat dipengaruhi beberapa faktor antara
lain : multiparitas, hamil kembar, hidramion, hidrosefalus, plasenta previa dan
panggul sempit, anomali uterus, tumor pelvis, implantasi plasenta di daerah kornu
fundus uteri, dan persalinan bokong pada kehamilan sebelumnya3,4,5.
Klasifikasi
Dikenal beberapa jenis presentasi bokong, yakni1,5:
Presentasi bokong (Frank breech presentation)
Presentasi bokong kaki sempurna
11
Presentasi bokong kaki tidak sempurna
Presentasi kaki
Diagnosis
1. Pemeriksaan luar (abdomen )5,6
Leopold I: Teraba keras dan bulat, dengan balotemen positif yang
menandakan kepala.
Leopold II: Menentukan punggung janin yang berada disalah satu sisi pada
abdomen dan bagian yang kecil di sisi yang lain.
Leopold III: Terabanya bokong menuju ke pintu atas panggul
Leopold IV: Menunjukan bagian yang turun pada pintu atas panggul
Bunyi jantung janin terdengar sangat jelas pada setinggi atau sedikit lebih
tinggi daripada umbilikus.
2. Pemeriksaan dalam5,6 :
Dapat diraba lebih jelas adanya bokong yang ditandai dengan adanya sakrum,
kedua tuber ossis ischii dan anus. Bila dapat diraba kaki, maka harus dibedakan
dengan tangan. Pada kaki terdapat tumit, sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari
yang letaknya tidak sejajar dengan jari-jari lain dan panjang jari kurang lebih sama
dengan telapak tangan. Pada persalinan lama, bokong janin mengalami edema,
sehingga kadang-kadang sulit membedakan bokong dengan muka karena jari yang
akan dimasukkan kedalam anus mengalami rintangan otot, sedangkan jari yang
dimasukkan mulut akan meraba tulang rahang dan alveola tanpa hambatan. Pada
presentasi bokong kaki sempurna, kedua kaki dapat diraba disamping bokong,
sedangkan pada presentasi bokong kaki tidak sempurna, hanya teraba satu kaki
disamping bokong.
3. Pemeriksaan penunjang :
Secara ideal, USG seharusnya dapat mengkonfirmasikan dugaan presentasi
bokong dan mengidentifikasikannya, dan jika mungkin memberikan informasi
mengenai :
Tipe dari presentasi bokong
Derajat fleksi dan ekstensi dari kepala
Perkiraan berat janin
12
Kelainan kongenital
Volume cairan amnion
Posisi tali pusat
Lokasi plasenta
Penatalaksanaan
Mengingat bahayanya persalinan letak sungsang sebaiknya persalinan ini
dihindari. Untuk itu pada pemeriksaan antenatal dan dijumpai letak sungsang maka
sebaiknya dilakukan versi luar sehingga menjadi presentasi kepala. Versi luar
sebaiknya dilakukan pada kehamilan antara 34-38 minggu. Dengan memperhatikan
indikasi dan kontraindikasinya. Sebelumnya diperiksa denyut jantung janin dalam
keadaan baik, apabila bokong telah turun, dipastikan apakah bokong dapat
dikeluarkan atau tidak dari rongga panggul, jika bokong tidak dapat dikeluarkan
maka versi luar tidak ada gunanya3,5.
Pada persalinan letak sungsang dibutuhkan kesabaran dan ketelitian. Selama
terjadi kemajuan pada persalinan dan tidak ada tanda-tanda bahya yang mengancam
kehidupan janin, maka penolong tidak perlu melakukan tindakan yang bertujuan
mempercepat kelahiran janin.
Zatuchni dan Andros telah membuat suatu indeks prognosis untuk menilai
lebih tepat apakah persalinan presentasi bokong dapat dilahirkan pervaginam atau
perabdominam, sebagai berikut7 :
0 1 2
Paritas Primi Multi
Umur kehamilan .>39 minggu 38 minggu <37 minggu
Taksiran berat anak >3630 3629-3176 <3176
Pernah presentasi
bokong (2500gram)
Tidak 1 kali > 2 kali
Pembukaan serviks < 2 cm 3 cm > 4 cm
Station < -3 < -2 -1 atau lebih
rendah
13
Interpretasi nilai :
≤ 3 : persalinan perabdominam
4 : evaluasi kembali secara cermat, khususnya berat badan janin, bila nilai tetap
dapat dilahirkan pervaginam
> 5 : dilahirkan pervaginam
Untuk melahirkan presentasi bokong ada beberapa cara1 :
1. Persalinan pervaginam
a. Persalinan Spontan secara Bracht
Janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri. Cara yang lazim
dipakai disebut cara Bracht:
1) Tahap pertama: yaitu mulai lahirnya bokong sampai pusat. Disebut fase
lambat karena fase ini hanya untuk melahirkan bokong, yaitu bagian janin
yang tidak berbahaya.
2) Tahap kedua: yaitu mulai dari lahirnya pusar sampai lahirnya mulut.
Disebut fase cepat karena pada fase ini kepala janin mulai masuk pintu atas
panggul, sehingga kemungkinan tali pusat terjepit. Oeh karena itu fase ini
harus segera diselesaikan dan tali pusat segera dilonggarkan.
3) Tahap ketiga: yaitu mulai lahirnya mulut sampai seluruh kepala lahir.
Disebut fase lambat karena kepala akan keluar dari ruangan yang bertekanan
tinggi, ke dunia luar yang tekanannya lebih rendah, sehingga kepala harus
dilahirkan secara perlahan-lahan untuk menghindari terjadinya perdarahan
intrakranial.
b. Manual Aid (Ekstraksi Partial)
Janin dilahirkan sebagian oleh kekuatan ibu dan selanjutnya dibantu dengan
tenaga penolong.
Indikasi :
1) Bila pertolongan cara bracht gagal
2) Elektif, karena sejak semula direncanakan pertolongan dengan manual
aid.
Tahapan dalam manual aid :
1) Tahap pertama : lahirnya bokong sampai umbilikus, spontan
14
2)Tahap kedua : lahirnya bahu dan lengan dengan tenaga penolong baik
secara klasik (Deventer), Mueller atau Lovset.
3)Tahap ketiga : Lahirnya kepala dengan cara Mauriceau (Veit-smellie),
Najouk, Wigand Martin-Winckel, Prague terbalik atau dengan cunam piper.
c. Ekstraksi Total
Janin dilahirkan sepenuhnya dengan kekuatan penolong. Cara ini dilakukan
hanya bila terjadi fetal distress atau ada indikasi untuk menolong persalinan
dengan ekstraksi total.
2. Persalinan perabdominam (Sectio Cesaria / SC).
Persalinan presentasi bokong dengan Sectio Cesaria merupakan cara
yang terbaik ditinjau dari janin. Banyak ahli melaporkan bahwa persalinan
presentasi bokong secara pervaginam, memberi trauma yang sangat berarti
bagi janin, yang gejala-gejalanya akan tampak pada waktu persalinan maupun
dikemudian hari. Namun hal ini tidak berarti bahwa semua presentasi bokong
harus dilahirkan secara perabdominam. Beberapa kriteria yang dapat dipakai
pegangan bahwa presentasi bokong harus dilahirkan secara perabdominam,
antara lain:
Persalinan perabdominam ( Caesarean ) dilakukan bila :
Janin sangat besar
Kepala hiperekstensi
Presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki
Pelvis kecil atau malformasi
Bekas seksio sesarea dengan indikasi disproporsi sefalopelvik
Riwayat infertilitas
Adanya kontraindikasi persalinan pervaginam (plasenta previa, gawat
janin, dll)
Memimpin persalinan dengan metode spontan Bracht. Cara ini merupakan
cara yang paling mendekati persalinan fisiologis sehingga mengurangi trauma pada
janin dan mengurangi kemungkinan infeksi karena tangan penolong tidak masuk ke
dalam jalan lahir.
Adapun teknik persalinan spontan bracht yang dilakukan pada janin yaitu dengan cara :
15
Segera setelah bokong lahir bokong dicekam secara Bracht yaitu kedua ibu jari
penolong sejajar dengan panjangnya paha sedangkan jari-jari lain memegang
daerah panggul.
Melonggarkan tali pusat saat tali pusat lahir dengan jari
Lakukan hiperlordosis janin pada saat angulus skapula inferior tampak di
bawah simphisis, dengan mengikuti gerak rotasi anterior yaitu punggung janin
didekatkan kearah perut ibu tanpa tarikan, hanya disesaikan dengan lahirnya
badan bayi. Dorongan Kristeler pada fundus uteri dimulai bersamaan dengan
tindakan hiperlordosis.
Letakkan bayi di atas perut ibu, bungkus bayi dengan handuk hangat, bersihkan
jalan nafas bayi oleh asisten, tali pusat dipotong
Selanjutnya bayi didekatkan pada ibu untuk menyusui
anak lahir sampai pusat tak maju lagi, metode Bracht dinyatakan gagal dan
bahu dapat dilahirkan secara klasik, Muler atau Lovset serta kepala bayi secara
Mauriceau
Untuk melahirkan bahu terdapat beberapa metode antara lain :
1. Cara Klasik
- prinsip melahirkan bahu dan lengan secara klasik ini ialah melahirkan lengan
belakang lebih dahulu, karena lengan belakang berada diruangan yang lebih
luas (sakrum), baru kemudian melahirkan lengan depan yang berada dibawah
simfisis. Tetapi bila lengan depan sukar dilahirkan, maka lengan depan
diputar menjadi lengan belakang, yaitu dengan memutar gelang bahu lalu
kearah belakang dan kemudian lengan belakang dilahirkan.
- kedua kaki janin dipegang dengan tangan kanan penolong pada pergelangan
kakinya dan dielevasi keatas sejauh mungkin, sehingga perut janin mendekati
perut ibu.
- bersamaan dengan itu tangan kiri penolong dimasukkan kedalam jalan lahir
dan dengan jari tengah dan telunjuk menelusuri bahu janin sampa pada fossa
cubiti kemudian lengan dengan gerakan seolah-olah lengan bawah mengusap
muka janin.
16
- untuk melahirkan lengan depan, pegangan pada kaki janin diganti dengan
tangan kiri penolong, dan ditarik curam kebawah sehingga punggung janin
mendekati punggung ibu.
- dengan cara yang sama lengan depan dilahirkan.
- tetapi bila lengan depan sukar dilahirkan, maka lengan depan diputar menjadi
lengan belakang, yaitu dengan memutar gelang bahu lalu kearah belakang
dan kemudian lengan belakang dilahirkan.
2. Cara Muller
- melahirkan bahu depan dulu dengan ekstraksi lalu melahirkan bahu dan
lengan belakang.
- bokong dipegang secara femuro-pelviks yaitu kedua ibu jari diletakkan
sejajar spina sakralis dan jari telunjuk pada krista iliaka serta jari lain
memegang paha depan. Janin ditarik securam mungkin untuk melahirkan
bahu depan sampai bahu depan tampak dibawah simfisis, dan lengan depan
dilahirkan dengan mengait lengan bawahnya.
- setelah bahu depan lahir, maka badan janin yang masih dipegang secra
femuro-pelviks diangkat keatas, sehingga bahu belakang lahir. Bila tidak
lahir dengan sendirinya maka lengan belakang dikait dan dilahrirkan. Cara
muller ini memiliki keuntungan karena tangan penolong tidak masuk jauh
kedalam jalan lahir sehingga bahaya infeksi dapat diminimalisir.
3. Cara Lovset
- Prinsip persalinan Lovset ialah memutar badan janin dalam setengah
lingkaran bolak-balik sambil melakukan traksi curam ke bawah sehingga
bahu yang sebelumnya berada dibelakang akhirnya lahir di simfisis. Hal ini
disebabkan adanya inklinasi antar pintu panggul atas dengan sumbu panggul
dan bentuk kelengkungan panggul yang kelengkungan yang depan lebih
pendek dari yang belakang, sehingga bahu belakang selalu berada lebih
rendah dari bahu depan.
Melahirkan kepala dengan cara Mauriceau (Veit-Smellie) dengan cara:
- Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin dimasukkan kedalam jalan
lahir dan jari tengah dimasukkan kedalam mulut serta jari telunjuk dan jari
17
keempat mencengkram fossa kanina, sedangkan jari lain mencengkram leher.
Badan anak diletakkan diatas lengan bawah penolong seolah-olah janin
dalam posisi menunggan kuda. Jari telunjuk dan jari ketiga yang lain
memegang leher dari arah punggung.
- Kedua tangan penolong menarik kepala janin curam ke bawah disertai
dengan asisten melakukan ekspresi kristeller. Lalu berturut-turut lahir dagu,
muka, dahi dan ubun-ubun besar maka lahirlah kepala janin.
Penyulit
1. Sufokasi
Bila sebagian besar badan janin telah lahir, terjadilah pengecilan rahim
sehingga terjadi gangguan sirkulasi plasenta dan menimbulkan anoksia janin.
Keadaan ini menimbulkan rangsangan bayi untuk bernapas, sehingga darah,
mukosa, cairan amnion dan mekonium teraspirasi yang dapat menimbulkan
sufokasi. Keluarnya sebagian badan janin juga merangsang janin untuk
bernapas.
2.Asfiksia Fetalis
Bahaya terjepitnya tali pusat pada waktu kepala masuk ke panggul.
3.Kerusakan jaringan otak
Trauma pada otak janin dapat terjadi karena panggul sempit, servik yang belum
terbuka lengkap, kepala janin yang lahir secara mendadak sehingga
dekompresii
4. Fraktur pada tulang-tulang janin
Kerusakan dapat berupa :
- Fraktur tulang-tulang kepala
- Fraktur tulang humerus ketika menarik lengan
- Fraktur tulang klavikula ketika melahirkan bahu
- Paralisis brachialis
- Fraktur femur
- Dislokasi bahu
- Dislokasi panggul
- Hematoma otot-otot
18
Mengingat faktor penyulit pada persalinan pervaginam maka perlu dievaluasi
dengan teliti, sebelum memutuskan untuk melahirkan janin pervaginam. Jika
memutuskan untuk menolong persalinan pervaginam penolong dituntut memiliki
ketrampilan yang baik. Cara ekstraksi total merupakan cara persalinan dengan resiko
3 kali lebih besar dari persalinan spontan. Kematian perinatal pada presentasi bokong
lebih besar 5 kali dibandingkan presentasi kepala1.
Prognosis
Angka kematian bayi pada persalinan letak sungsang lebih tinggi
dibandingkan pada letak kepala. Sebab kematian perinatal yang terpenting ialah
prematuritas dan penanganan persalinan yang kurang sempurna, dengan akibat
hipoksia atau perdarahan di dalam tengkorak. Sedangkan hipoksia terjadi akibat
terjepitnya tali pusat antara kepala dan panggul pada waktu kepala memasuki rongga
panggul, serta akibat retraksi uterus yang dapat menyebabkan lepasnya plasenta
sebelum kepala lahir. Komplikasi lain yang dapat terjadi yaitu luka dan perdarahan
pada kepala akibat kompresi dan dekompresi yang terjadi dengan cepat1,4,5,9,10.
.
19
BAB III
PERMASALAHAN
1. Apakah diagnosis pada kasus ini sudah tepat?
2. Apakah penatalaksanaan pada kasus ini sudah tepat?
20
BAB IV
ANALISA KASUS
Pada tanggal 01 Desember 2010, Ny. I berusia 35 tahun, alamat dalam kota,
berkebangsaan Indonesia, pekerjaan ibu rumah tangga, datang ke RSMH dengan
keluhan hamil cukup bulan dengan anak letak sungsang dan keluar air-air. Lebih
kurang 14 jam sebelum masuk rumah sakit, os mengeluh perut mules yang menjalar
ke pinggang, hilang timbul, jarang. Riwayat keluar darah lendir (-), riwayat keluar
air-air (+), riwayat trauma (-), riwayat keputihan (-), riwayat post koital bleeding (-),
riwayat sering minum obat/jamu (-). Os berobat ke bidan dan dikatakan anak
sungsang dan ketuban sudah pecah, sehingga dirujuk ke RSMH. Os mengaku hamil
cukup bulan dan gerakan anak masih dirasakan.
Os menikah satu kali dan lamanya 14 tahun. Os menars pada usia 14 tahun,
dengan siklus teratur, 28 hari, lamanya 5 hari. Hari pertama haid terakhir tanggal 10
Maret 2010. Riwayat penyakit yang pernah diderita tidak ada. Riwayat operasi tidak
ada, riwayat abortus tidak ada. Riwayat sosial ekonomi cukup.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, kesadaran kompos
mentis, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 x/m, respirasi 20 x/m, suhu 36,7◦C,
dan keadaan organ lain dalam batas normal. Pada pemeriksaan luar obstetri
didapatkan tinggi fundus uteri 3 jari dibawah procesus xipoideus, letak janin
memanjang, punggung kiri, bagian terbawah bokong yang ditandai dengan tidak
dapat dirabanya bagian yang keras dan bulat, yakni kepala pada bagian bawah uterus,
dan kepala teraba di fundus uteri. Detak jantung janin 138 kali/menit teratur, his satu
kali dalam 10 menit lamanya 10 detik kualitas sedang, taksiran berat janin 3200
gram. Pada pemeriksaan dalam obstetri didapatkan portio dengan konsistensi lunak,
posisi medial, pendataran 30%, pembukaan 2cm, terbawah bokong, penurunan
sejajar pimtu atas panggul, penunjuk sacrum belakang. Nilai Zatuchni Andros 3.
Pada pemeriksaan panggul didapatkan promontorium tidak teraba, KD >13cm, linea
innominata teraba 1/3-1/3, sakrum konkaf, spina iskiadika tidak menonjol, arkus
pubis >90%, dinding samping lurus, kesan panggul luas. Pada pemeriksaan
penunjang laboratorium didapatkan hasil dalam batas normal.
21
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik-obstetri dan pemeriksaan penunjang,
pasien ini didiagnosa dengan G6P5A0 hamil aterm dengan KPSW 14 jam inpartu kala
1 fase laten janin tunggal hidup presentasi bokong + oligohidramnion.
Prognosis ibu dan anak adalah dubia mengingat angka kematian bayi pada
persalinan letak sungsang lebih tinggi bila dibandingkan dengan letak kepala. Sebab
kematian perinatal yang terpenting ialah prematuritas dan penanganan persalinan
yang kurang sempurna, dengan akibat hipoksia atau perdarahan di dalam tengkorak.
Sedangkan hipoksia terjadi akibat terjepitnya tali pusat antara kepala dan panggul
pada waktu kepala memasuki rongga panggul, serta akibat retraksi uterus yang dapat
menyebabkan lepasnya plasenta sebelum kepala lahir. Komplikasi lain yang dapat
terjadi yaitu luka dan perdarahan pada kepala akibat kompresi dan dekompresi yang
terjadi dengan cepat.
Dari penilaian didapatkan skor Zatuchni Andros adalah 3 sehingga pada
penatalaksanaannya pasien ini direncanakan partus perabdominam.
22
BAB IV
KESIMPULAN
1. Diagnosis pada kasus ini sudah tepat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik umum dan obstetri yang meliputi pemeriksaaan luar dan dalam,
pemeriksaan penunjang.
2. Beberapa kriteria yang dapat dipakai pegangan bawa presentasi bokong harus
dilahirkan secara perabdominam, antara lain :
Janin sangat besar
Kepala hiperekstensi
Presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki
Pelvis kecil atau malformasi
Bekas seksio sesarea dengan indikasi disproporsi sefalopelvik
Riwayat infertilitas
Adanya kontraindikasi persalinan pervaginam (plasenta previa, gawat
janin, dll)
3. Sebelum melakukan pertolongan persalinan sebaiknya dilakukan penilaian
persalinan sungsang. Metode penilaian yang lazim dipakai adalah dari
Zatuchni-Andros. Berdasarkan dari hasil perhitungan Zatuchni-Andros Score
(3) maka persalinan dilakukan secara perabdominal.
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Angsar,M.D., Setjalilakusuma,L., Persalinan sungsang, dalam Ilmu Bedah Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2000, hal;104-122
2. Mortooesodo S. Distosia karena Kelainan Letak serta Bentuk Janin dalam Ilmu Kebidanan. Edisi ketiga. Yayasan Bina Pustaka, 2002. Jakarta.
3. Cunningham FG, Grant NF, Leveno KJ, et al. Breech presentation dan delivery. In William’s obstetric 21st Ed, McGraw Hill, New York;2001; 24:565-583
4. International Caesarian Awarness Network. Breech presentation fact sheet. ICAN. 2008.
5. B, Shirisena T. Et al. Management of breech presentation. SLOG National Guidline. 2008
6. Yuliawati, S., Analisis Faktor-Faktor Resiko Yang Mempengaruhi Terjadinya Kematian Perinatal di Rumah Sakit Pandan Arang Boyolali tahun 1998-2000, Tesis FK UGM, Yogyakarta, 2001
7. Semarawisma, I ketut Gusti Alit. Skor zatuchni - andros dalam menentukan keberhasilan persalinan sungsang genap bulan. Masters thesis, Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. 1999.
8. saifuddin A.B. Modul “safe motherhood” dalam Kurikulum Inti Pendidikan Dokter di Indonesia. 1997
9. National Collaborating Centre for Women’s and Children’s Health Commissioned by the National Institute for Clinical Excellence. Antenatal care : routine care for the healthy pregnant woman. Antenatal_Care.Pdf; 2003 October. Available from : http://www.guideline.gov/summary/summary.aspx?doc_id=6187&nbr=3986&ss=6&xl=999
10. Fischer M. Breech presentation; instant access to minds of medicine. Emedicine.com,inc (serial online) ;2005 May 5;1(1):(9 screens). Available from : http://www.emedicine.com/emerg/topic3272.htm
11. Royal College of Obstetricians and Gynecologists. Royal College of Obstetricians and Gynecologists Guideline No. 20b; 2006 December. Available from : http://www.rcog.org.uk/resources/Public/pdf/green_top20b_breech.pdf
24