Referat Kevin (1)

18
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya tidak pernah terlepas dari berbagai permasalahan, baik yang tergolong sederhana sampai yang kompleks. Semua itu membutuhkan kesiapan mental untuk menghadapinya. Pada kenyataannya terdapat gangguan mental yang sangat mengganggu dalam hidup manusia, yang salah satunya adalah depresi. Gangguan mental emosional ini bisa terjadi pada siapa saja, kapan saja, dari kelompok mana saja, dan pada segala rentang usia. Bagi penderita depresi ini selalu dibayangi ketakutan, kengerian, ketidakbahagiaan serta kebencian pada mereka sendiri. Hadi (2004), menyatakan secara sederhana dapat dikatakan bahwa depresi adalah suatu pengalaman yang menyakitkan, suatu perasaan tidak ada harapan lagi Individu yang mengalami depresi sering merasa dirinya tidak berharga dan merasa bersalah. Mereka tidak mampu memusatkan pikirannya dan tidak dapat membuat keputusan. Individu yang mengalami depresi selalu menyalahkan diri sendiri, merasakan kesedihan yang mendalam dan rasa putus asa tanpa sebab. Mereka mempersepsikan diri sendiri dan seluruh alam dunia dalam suasana yang gelap dan suram. Pandangan suram ini menciptakan perasaan tanpa harapan dan ketidakberdayaan yang berkelanjutan. 1

description

kn

Transcript of Referat Kevin (1)

BAB IPENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya tidak pernah terlepas dari berbagai permasalahan, baik yang tergolong sederhana sampai yang kompleks. Semua itu membutuhkan kesiapan mental untuk menghadapinya. Pada kenyataannya terdapat gangguan mental yang sangat mengganggu dalam hidup manusia, yang salah satunya adalah depresi. Gangguan mental emosional ini bisa terjadi pada siapa saja, kapan saja, dari kelompok mana saja, dan pada segala rentang usia. Bagi penderita depresi ini selalu dibayangi ketakutan, kengerian, ketidakbahagiaan serta kebencian pada mereka sendiri. Hadi (2004), menyatakan secara sederhana dapat dikatakan bahwa depresi adalah suatu pengalaman yang menyakitkan, suatu perasaan tidak ada harapan lagiIndividu yang mengalami depresi sering merasa dirinya tidak berharga dan merasa bersalah. Mereka tidak mampu memusatkan pikirannya dan tidak dapat membuat keputusan. Individu yang mengalami depresi selalu menyalahkan diri sendiri, merasakan kesedihan yang mendalam dan rasa putus asa tanpa sebab. Mereka mempersepsikan diri sendiri dan seluruh alam dunia dalam suasana yang gelap dan suram. Pandangan suram ini menciptakan perasaan tanpa harapan dan ketidakberdayaan yang berkelanjutan.Depresi post partum adalah depresi yang terjadi 7 (tujuh) hari setelah melahirkan dan berlangsung selama 30 (tiga puluh) hari, dapat terjadi kapan pun bahkan sampai 1 (satu) tahun kedepan. Depresi postpartum pertama kali ditemukan oleh Pitt pada tahun 1988. Pitt menyatakan bahwa depresi post parum adalah depresi yang bervariasi dari hari ke hari dengan menunjukkan kelelahan, mudah marah, gangguan nafsu makan dan kehilangan libido.Llewelly-Jones (1994) menyatakan wanita yang didiagnosa mengalami depresi 3 (tiga) bulan pertama setelah melahirkan yaitu wanita tersebut secara sosial dan emosional merasa terasingkan atau mudah tegang dalam setiap kejadian hidupnya. Dapat disimpulkan bahwa depresi post partum adalah gangguan emosional pasca persalinan yang bervariasi, terjadi pada 10 (sepuluh) hari pertama masa setelah melahirkan dan berlangsung terus-menerus sampai 6 (enam) bulan atau bahkan sampai 1 (satu) tahun. Tingkat keparahan depresi postpartum bervariasi. Keadaan ekstrem yang paling ringan yaitu saat ibu mengalami kesedihan sementara yang berlangsung sangat cepat pada masa awal postpartum, ini disebut dengan sindrom baby blues atau maternity blues. Gangguan postpartum yang paling berat disebut psikosis postpartum atau melankolia. Diantara 2 keadaan ekstrem tersebut terdapat kedaan yang relatif mempunyai tingkat keparahan sedang yang disebut neurosa depresi atau depresi postpartum.

I.2 Rumusan Masalah1. Apa yang dimaksud dengan depresi Post-partum?2. Bagaimana klasifikasi depresi Post-partum?3. Siapa saja yang beresiko mengalami depresi Post-partum dan bagaimana gejala yang ditimbulkan?4. Bagaimana penatalaksanaan terhadap depresi Post-partum?5. Bagaimana mencegah terjadinya depresi Post-partum?

I.3Tujuan Penulisan1. Mengetahui definisi dan klasifikasi dari depresi Post-partum.2. Mengetahui faktor resiko dan gejala yang ditimbulkan pada depresi Post-partum.3. Mengetahui penatalaksaan terhadap depresi Post-partum. 4. Mengetahui cara mencegah terjadinya depresi Post-partum.5. Sebagai syarat ujian kepaniteraan klinik departemen Kebidanan dan Kandungan di RSUD Ambarawa periode 6 Januari s.d 15 Maret 2014

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

II.1Definisi Depresi Post-partumPost partum syndrome atau distress postpartum adalah suatu kondisi perubahan emosi segera setelah seorang wanita melahirkan anak di mana seorang ibu seringkali merasa uring-uringan, sedih, muram atau merasa tak bahagia dalam bentuk lainnya. Fase ini timbul dalam jangka waktu 2 (dua) hari sampai 2 (dua) minggu pasca persalinan. Sebenarnya sindrom ini masih tergolong normal dan sifatnya sementara. Seorang ibu yang berada pada periode pasca persalinan mengalami banyak perubahan baik perubahan fisik maupun psikologis.Perubahan psikologis pasca persalinan pada seorang ibu yang baru melahirkan terbagi dalam tiga fase:1. Taking in phase, periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Ibu pada umumnya pasif dan mengalami ketergantungan, perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan tubunya. Ibu akan mengulang-ulang pengalamannya waktu bersalin dan melahirkan. Peningkatan nutrisi mungkin dibutuhkan karena selera makan ibu biasanya bertambah. Nafsu makan yang kurang menandakan proses pengembalian kondisi ibu tidak berlangsung normal.2. Taking hold phase, Ibu menjadi perhatian pada kemampuannya menjadi orangtua yang sukses dan meningkatkan tanggung jawab terhadap bayi, perhatian terhadap fungsi-fungsi tubuhnya. Ibu berusaha keras untuk menguasai keterampilan merawat bayi, misalnya menggendong dan menyusui.3. Letting-go phase, Ibu mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi. Ia harus beradaptasi dengan kebutuhan bayi yang sangat tergantung, yang menyebabkan berkurangnya hak ibu dalam kebebasan dan berhubungan sosial. Pada periode ini umumnya terjadi depresi Post-partum.Faktor- faktor yang mempengaruhi suksesnya masa transisi ke masa menjadi orangtua pada masa post partum , yaitu : 1) Respon dan dukungan dari keluarga dan teman, 2) Hubungan antara pengalaman melahirkan dan harapan serta aspirasi, 3) Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lain, 4) Pengaruh budaya.II.2Klasifikasi Depresi Post-partumClydde (dalam Regina dkk, 2001), bentuk gangguan post-partum yang umum adalah depresi, mudah marah dan terutama mudah frustasi serta emosional. Gangguan mood selama periode postpartum merupakan salah satu gangguan yang paling sering terjadi pada wanita baik primipara maupun multipara. Menurut DSM-IV, gangguan pasca persalinan diklasifikasikan dalam 3 tipe yaitu:1. Baby blues syndrome, Merupakan bentuk yang paling ringan dan berlangsung hanya beberapa hari saja. Gejala berupa perasaan sedih, gelisah, seringkali uring-uringan dan khawatir tanpa alasan yang jelas. Tahapan baby blues ini hanya berlangsung dalam waktu beberapa hari saja. Pelan-pelan si ibu dapat pulih kembali dan mulai bisa menyesuaikan diri dengan kehidupan barunya.2. Depresi Post-partum, merupakan bentuk yang cukup berat tingkat keparahannya, yang membedakannya dengan Baby blues syndrome adalah ibu tidak bisa tidur atau sulit untuk tidur. Dapat terjadi dua minggu sampai setahun setelah melahirkan.3. Psychosis Post-partum, Jenis ini adalah yang paling berath. Ibu dapat mengalami halusinasi, memiliki keinginan untuk bunuh diri.

II.3Faktor Resiko Penderita Depresi Post-partumMenurut Kruckman (dalam Yanita, 2001), menyatakan terjadinya depresi pascasalin dipengaruhi oleh faktor :1. Biologis, Faktor biologis dijelaskan bahwa depresi postpartum sebagai akibat kadar hormon seperti estrogen, progesteron dan prolaktin yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dalam masa nifas atau mungkin perubahan hormon tersebut terlalu cepat atau terlalu lambat.2. Karakteristik ibu, yang meliputi :a. Faktor umurSebagian besar masyarakat percaya bahwa saat yang tepat bagi seseorang perempuan untuk melahirkan pada usia antara 2030 tahun, dan hal ini mendukung masalah periode yang optimal bagi perawatan bayi oleh seorang ibu. Faktor usia perempuan yang bersangkutan saat kehamilan dan persalinan seringkali dikaitkan dengan kesiapan mental perempuan tersebut untuk menjadi seorang ibu.b. Faktor pengalamanBeberapa penelitian diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Paykel dan Inwood (dalam Regina dkk, 2001) mengatakan bahwa depresi pasca persalinan ini lebih banyak ditemukan pada perempuan primipara, mengingat bahwa peran seorang ibu dan segala yang berkaitan dengan bayinya merupakan situasi yang sama sekali baru bagi dirinya dan dapat menimbulkan stres. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Le Masters yang melibatkan suami istri muda dari kelas sosial menengah mengajukan hipotesis bahwa 83% dari mereka mengalami krisis setelah kelahiran bayi pertama.c. Faktor pendidikanPerempuan yang berpendidikan tinggi menghadapi tekanan sosial dan konflik peran, antara tuntutan sebagai perempuan yang memiliki dorongan untuk bekerja atau melakukan aktivitasnya diluar rumah, dengan peran mereka sebagai ibu rumah tangga dan orang tua dari anakanak mereka (Kartono, 1992).d. Faktor selama proses persalinanHal ini mencakup lamanya persalinan, serta intervensi medis yang digunakan selama proses persalinan. Diduga semakin besar trauma fisik yang ditimbulkan pada saat persalinan, maka akan semakin besar pula trauma psikis yang muncul dan kemungkinan perempuan yang bersangkutan akan menghadapi depresi pasca persalinan.e. Faktor dukungan sosialBanyaknya kerabat yang membantu pada saat kehamilan, persalinan dan pasca persalinan, beban seorang ibu karena kehamilannya sedikit banyak berkurang.

II.4Gejala dalam Depresi Post-partumSetidaknya terdapat lima gejala berikut selama periode 2 minggu. Salah satu gejala harus berupa mood depresif atau hilangnya minat atau kesenangan hampir setiap hari: 1) Mood depresif hampir setiap hari, 2) Minat atau kesenangan yang sangat merosot terhadap semua, atau hampir semua kegiatan sepanjang hari, 3) Penurunan atau penambahan berat badan yang bermakna apabila tidak diet atau peningkatan atau penurunan nafsu makan, 4) Insomnia atau hiperinsomnia, 5) Agitasi atau retardasi psikomotor, 6) Kelelahan atau kehilangan energi, 7) Perasaan tidak berguna atau rasa bersalah yang berlebihan atau tidak sesuai, 8) Penurunan kemampuan berpikir atau memusatkan perhatian, 9) Sering berpikir tentang kematian, berulang-ulang memikirkan bunuh diri tanpa rencana spesifik atau upaya bunuh diri.Sedangkan pada tahap lebih lanjut yaitu pada psikosis post-partum, Ibu dapat mengalami halusinasi, memiliki keinginan untuk bunuh diri, bahkan ibu bisa saja jadi membahayakan keselamatan sang bayi itu sendiri. Wanita dengan psikosis post partum tidak berpijak pada realitas lagi. Mereka memperlihatkan masa waras yang berselang-seling dengan psikosis. Yang juga sering dijumpai adalah gejala-gejala kebingungan dan disorientasi yang sering tampak pada keadaan toksik atau delirium. Terdapat dua tipe wanita yang tampaknya rentan mengalami gangguan ini, yaitu wanita yang pada dasarnya telah memiliki gangguan depresif, manik, skizoprenik, atau skizoafektif, dan wanita yang pernah mengalami depresi atau kejadian kehidupan berat pada tahun sebelumnya (Kumar dkk, 1993).

II.5Penatalaksanaan Depresi Post-partumGondo (2012) menyatakan semua pasien depresi harus mendapatkan terapi berupa psikoterapi, farmakoterapi dan memerlukan terapi fisik. Jenis tergantung dari diagnosis, berat penyakit, dan respon terhadap terapi sebelumnya.Psikoterapi interpersonal, suatu terapi jangka pendek, merupakan terapi dengan sasaran masalah interpersonal seperti perubahan peran dalam rumah tangga, memperbaiki hubungan dalam pernikaha, dukungan sosial dan stress kehidupan. Bentuk dari psikoterapi ini berupa konseling baik kelompok maupun individu yang dipipin oleh professional dalam bidang kesehatan jiwa. Bagi wanita menyusui dapat memilih terapi ini dibandingkan dengan medikamentosa dalam penanganan depresi post-partum ringan.Antidepresan, merupakan suatu indikasi bagi depresi post-partum berat. Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRI) merupakan regimen obat pilihan yang dapat diberikan. Dalam pemberian antidepresan, pemantauan dilakukan bersama ahli psikiatri. Jika gejala depresi mulai membaik dalam waktu 6 minggu pemberian, pengobatan sebaiknya dilanjutkan paling sedikit selama 6 bulan untuk mencegah relaps, dilakukan tapering-off dalam waktu 2-4 minggu setelah pemberian full course. Harus dipertimbangkan keuntungan dan kerugian pemberian antidepresan karena SSRI dieksresi sebagian kecil melalui ASI, dan dapat memberikan efek sampig pada bayi.Terapi elektrokonvulsif (ECT) merupakan metode penatalaksanaan wanita dengan depresi mayor pasca persalinan yang tidak memberikan respon terhadap terapi farmakologi, walaupun efek terapi ECT 78% efektif, namun efek samping ECT terhadap ibu dan janin tidak bisa dibilang. Pemberian estradiol merupakan salah satu metode penanganan depresi post-partum. Namun pada beberapa penelitian menunjukan bahwa pemberian estrogen pada paska persalinan berhubungan dengan penurunan produksi ASI dan peningkatan tromboemboli.

II.5.1Penatalaksanaan pada Sindrom Baby BluesDiindikasikan terapi suportif, dan pada wanita tersebut dapat diyakinkan bahwa disforia yang dialaminya bersifat sementara dan kemungkinan besar disebabkan oleh perubahan hormonal. Mereka harus dipantau untuk mendeteksi kemungkinan timbulnya gangguan jiwa yang lebih parah termasuk depresi atau psikosis postpartum.Diluar negeri skrining untuk mendeteksi gangguan mood/depresi sudah merupakan acuan pelayanan pasca persalinan yang rutin dilakukan . Untuk skrining ini dapat dipergunakan beberapa kuesioner sebagai alat Bantu. Edinburgh Postnatal Depression Scale (EDPS) merupakan kuesioner dengan validitas yang teruji yang dapat mengukur intensitas perubahan suasana depresi selama 7 hari pasca persalinan. Pertanyaan-pertanyaan berhubungan dengan labilitas persaaaan kecemasan, perasaan bersalah serta mencakup hal-hal yang terdapat pada post-partum blues . Kuesioner ini terdiri dari 10 pertanyaan dimana setiap pertanyaan memiliki 4 pilihan jawabannya yang mempunyai nilai skor dan harus dipilih satu sesuai dengan gradasi perasaan yang dirasakan ibu pasca salin saat ini. Pertanyaan harus dijawab sendiri oleh ibu dan rata-rata dapat diselesaikan dalam waktu 5 menit. Co dkk mendapati bahwa nilai scoring lebih besar dari 12 memiliki sensitifitas 86 % dan nilai predikasi positif 73 % untuk mendiagnosa kejadian sindrom baby blues. EDPS juga telah teruji validitasnya di beberapa negara seperti Belanda, Swedia, Australia, Italia dan Indonesia. EDPS dapat dipergunakan dalam minggu pertama pasca persalinan dan bila hasilnya meragukan dapat diulangi pengisiannya 2 minggu kemudian.

Gambar 1 : Skrining Ediburgh Postnatal Depression Scale (Gondo, 2012)

II.5.2Penatalaksanaan pada Depresi Post-partumPemberian obat bukan merupakan prioritas bahkan dihindari sedapat mungkin oleh dokter mengingat ibu perlu menyusui bayinya. Obat hanya diberikan pada keadaan mendesak dan berbahaya, misalnya ibu tersebut sangat gelisah, atau ingin bunuh diri, atau ingin membunuh anaknya. Pada keadaan ini biasanya dianjurkan untuk dirawat di rumah sakit untuk beberapa hari sampai kondisinya tenang, stabil, dan tidak membahayakan, baik bagi dirinya maupun orang lain di sekitarnya. Program pengobatan dibagi 2 (dua) yaitu: untuk sang ibu dan terhadap hubungan ibu bayi. 1. Terhadap ibu diberikan antara lain: a. Latihan relaksasi ( diajarkan oleh dokter pada saat konsultasi dan diminta dilatih sendiri di rumah) atau dapat pula diarahkan melakukan relaksasi sederhana yang sudah biasa dilakukan oleh ibu tersebut dalam kehidupan sehari-hari seperti olahraga (senam, renang, dll), rekreasi.b. Restrukturisasi kognitif, terdiri atas menantang perilaku dan pikiran negatif (dengan cara berdialog dalam hati dengan pikiran sendiri yang bersifat negative yang timbul pada saat-saat tertentu), menghilangkan pikiran-pikiran yang mempengaruhi perilaku kearah negative.c. Pemecahan masalah, yaitu pemecahan atau pemberian alternatif pemecahan masalah saat ini. d. Komunikasi, yaitu melatih si ibu memperbaiki komunikasinya dengan suami dan anggota keluarga yang laine. Bila gejala berat biasanya baru diberikan obat anti depresi

2. Untuk memelihara dan memperkuat hubungan ibu-bayi, sang ibu dianjurkan untuk:a. Merawat bayinya sesering mungkin, b. Menyediakan tempat istirahat yang nyaman bagi bayi dan dirinya sendiri; ibu juga dianjurkan beristirahat ketika bayi beristirahat.c. Peluk bayi dan ajak berbicara bayi secara lembut. d. Melibatkan anggota keluarga yang lain dalam merawat bayi.e. Ajak bayi keluar rumah sesekali.f. Bila timbul perasaan-perasaan negatif seperti kesepian, lelah, marah, frustasi, sebaiknya tinggalkan bayi sejenak, minta orang lain yang dipercaya untuk menjaga sementara waktu.

II.5.3Penatalaksanaan pada Psikosis Post-partumSegera merujuk kepada bantuan spesialis kejiwaan. Bila dibiarkan berlarut-larut, tak saja keadaan psikologis ibu yang nantinya jadi terganggu secara keseluruhan, tapi juga teramat membahayakan bagi perkembangan bayi dan hubungan sosial dengan yang lain akan terganggu pula.

II.6Pencegahan Depresi Pot-partumUntuk mencegah terjadinya depresi post-partum libatkan anggota keluarga untuk memberikan dukungan emosional kepada ibu dan jangan mengabaikan ibu bila terlihat sedang sedih, dan sarankan pada ibu untuk:1. Beristirahat dengan baik2. Berolahraga yang ringan3. Berbagi cerita dengan orang lain4. Bersikap fleksible5. Bergabung dengan orang-orang baru6. Sarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga medis secara rutin

BAB IIIPENUTUP3.1 KesimpulanDepresi post-partum terdiri dari 3 jenis yaitu: sindrom baby blues, depresi post-partum, dan psikosis post-partum. Sindrom baby blues adalah gangguan suasana hati yang dialami oleh sekitar 50 % wanita dalam 3 sampai 6 hari setelah melahirkan terdapat bukti bahwa kemurungan (blues) ini dipicu oleh turunnya progesterone. Yang terjadi untuk sementara waktu dan akan hilang dengan sendirinya tanpa pengobatan. Depresi post partum adalah adalah suatu depresi yang ditemukan pada perempuan setelah melahirkan, yang terjadi dalam kurun waktu 4 (empat) minggu. Hal ini dapat berlangsung hingga beberapa bulan bahkan beberapa tahun bila tidak diatasi. Yang membedakannya dengan baby blues ada pada frekuensi, intensitas, dan durasi waktu gejalanya. Depresi post partum dapat ditolong dan diatasi bila tanda dan gejalanya dikenali, baik oleh ibu yang mengalami maupun oleh keluarga terdekat yaitu suami, orang tua maupun saudara. Wanita dengan psikosis post-partum tidak berpijak pada realitas lagi. Mereka memperlihatkan masa waras yang berselang-seling dengan psikosis. Yang juga sering dijumpai adalah gejala-gejala kebingungan dan disorientasi yang sering tampak pada keadaan toksik atau delirium.

3.2SaranDepresi post partum dapat ditolong dan diatasi bila tanda dan gejalanya dikenali, baik oleh ibu yang mengalami maupun oleh keluarga terdekat yaitu suami, orang tua maupun saudara. Diperlukan skrining bagi ibu paska persalinan yang dilakukan bagi setiap ibu dalam beberapa minggu paska persalinan, sehingga dapat dilakukan pencegahan agar gangguan depresi tidak menjadi gangguan kejiwaan yang lebih buruk lagi.

DAFTAR PUSTAKAAmbarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Suherni, 2007. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya.Wilkinson, G. 1992. Buku Pintar Kesehatan : Depresi. Jakarta : Arcan.Yanita, A, dan Zamralita. 2001. Persepsi Perempuan Primipara Tentang Dukungan Suami Dalam Usaha Menanggulangi Gejala Depresi Pascasalin. Phronesis. Vol.3. No : 5. 34 50.Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta : EGCSemium, Y . 2006. Kesehatan Mental 2. Yogyakarta : KanisiusGondo, H. 2012. Skrining Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) Pada Post Partum Blues. Jurnal UWKS. Vol 2. Surabaya: UWKS

11