Referat GMP Fix aspek kesehatan kerja dalam bidang perkebunan

25
Bab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah Indonesia sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor-sektor ini memiliki memiliki arti yang sangat penting dalam menentukan pembentukan berbagai wilayah. Sebagain besar mata pencaharian masyarakat di Indonesia adalah sebagaiperkebunan dan petani , sehingga sektor-sektor ini sangat penting untuk dikembangkan di negara kita. Dalam perspektif kesehatan dan keselamatan kerja penerapan teknologi di perkebunan adalah health risk. Oleh karena itu, ketika terjadi sebuah pemilihan sebuah teknologi, secara implicit akan terjadi perubahan factor risiko kesehatan

description

referat gmp - aspek kesehatan kerja dalam bidang perkebunan

Transcript of Referat GMP Fix aspek kesehatan kerja dalam bidang perkebunan

Page 1: Referat GMP Fix aspek kesehatan kerja dalam bidang perkebunan

Bab I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah Indonesia sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari

sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor-sektor ini memiliki memiliki arti yang

sangat penting dalam menentukan pembentukan berbagai wilayah. Sebagain besar

mata pencaharian masyarakat di Indonesia adalah sebagaiperkebunan dan petani ,

sehingga sektor-sektor ini sangat penting untuk dikembangkan di negara kita.

Dalam perspektif kesehatan dan keselamatan kerja penerapan teknologi di perkebunan

adalah health risk. Oleh karena itu, ketika terjadi sebuah pemilihan sebuah teknologi,

secara implicit akan terjadi perubahan factor risiko kesehatan

Penerapan teknologi baru di perkebunan memerlukan adaptasi sekaligus keterampilan.

Demikian pula dengan penggunaan pestisida, seperti indikasi hama, takaran, teknik

penyemprotan, dan lain-lain. Ironisnya teknologi baru ini memiliki potensi bahaya

khususnya pada saat kritis pencampuran. Akibatnya, korban berjatuhan tanpa

intervensi program pencegahan dampak kesehatan yang seyogyanya dilakukan dinas

kesehatan tingkat lokal maupun tingkat pusat.

Page 2: Referat GMP Fix aspek kesehatan kerja dalam bidang perkebunan

Sektor perkebunan adalah yang paling berisiko dimana bahaya potensialnya cukup

kompleks dan beraneka ragam. Di Amerika Serikat, angka kematian 44/100.000

pekerja (lebih tinggi dari sektor konstruksi dan pertambangan maupun sektor

perhubungan). Angka morbiditas 56,4/10.000 pekerja, terdiri dari penyakit akibat

pestisida, kelainan kulit, gangguan muskuloskeletal, gangguan pernafasan, cedera, dan

gangguan pendengaran. Di Indonesia lebih dari 50% pekerja adalah sektor

perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan dimana proses kerjanya dari

teknologi tradisional sampai modern.

Berdasarkan penjelasan di atas, perlu dibahas kembali aspek kesehatan kerja dalam

bidang perkebunan karena program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di sektor

perkebunan masih tertinggal dari sektor industri. Negara maju sudah lama mempunyai

program K3 khusus untuk sektor perkebunan sedangkan Indonesia masih sangat

tertinggal.

B. Tujuan

Adapun tujuan penulisan referat ini adalah dalam rangka memenuhi tugas

kepaniteraan klinik dokter perusahaan di PT GMP Lampung Tengah Ilmu Kedokteran

Komunitas (IKKOM) FK Unila.

Page 3: Referat GMP Fix aspek kesehatan kerja dalam bidang perkebunan

Bab II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk

menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada

khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat

makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu

pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya

kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses produksi

baik jasa maupun industri. Perkembangan pembangunan setelah Indonesia merdeka

menimbulkan konsekwensi meningkatkan intensitas kerja yang mengakibatkan pula

meningkatnya resiko kecelakaan di lingkungan kerja.

Hal tersebut juga mengakibatkan meningkatnya tuntutan yang lebih tinggi dalam

mencegah terjadinya kecelakaan yang beraneka ragam bentuk maupun jenis

kecelakaannya. Sejalan dengan itu, perkembangan pembangunan yang dilaksanakan

tersebut maka disusunlah UU No.14 tahun 1969 tentang pokok-pokok mengenai tenaga

kerja yang selanjutnya mengalami perubahan menjadi UU No.12 tahun 2003 tentang

ketenaga kerjaan.

Page 4: Referat GMP Fix aspek kesehatan kerja dalam bidang perkebunan

Dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap pekerja atau buruh

mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja,

moral dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat serta nilai-

nilai agama.

Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, maka dikeluarkanlah peraturan

perundangan-undangan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja sebagai pengganti

peraturan sebelumnya yaitu Veiligheids Reglement, STBl No.406 tahun 1910 yang dinilai

sudah tidak memadai menghadapi kemajuan dan perkembangan yang ada.

Peraturan tersebut adalah Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja

yang ruang lingkupnya meliputi segala lingkungan kerja, baik di  darat, didalam tanah,

permukaan air, di dalam air maupun udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan

hukum Republik Indonesia.

Undang-undang tersebut juga mengatur syarat-syarat keselamatan kerja dimulai dari

perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan,

pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang produk tekhnis

dan aparat produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.

Walaupun sudah banyak peraturan yang diterbitkan, namun pada pelaksaannya masih

banyak kekurangan dan kelemahannya karena terbatasnya personil pengawasan, sumber

daya manusia K3 serta sarana yang ada. Oleh karena itu, masih diperlukan upaya untuk

memberdayakan lembaga-lembaga K3 yang ada di masyarakat, meningkatkan sosialisasi

dan kerjasama dengan mitra sosial guna membantu pelaksanaan pengawasan norma K3

agar terjalan dengan baik.

Page 5: Referat GMP Fix aspek kesehatan kerja dalam bidang perkebunan

B. Bahaya Spesifik di Sektor Perkebunan

1. Mekanisasi

- Angka kecelakaan kerja tertinggi di banyak negara dan belum menggambarkan

situasi sebenarnya.

- Beberapa survey menunjukkan angka kecelakaan dan kematiannya sama

dengan bidang tambang dan konstruksi.

- Penggunaan mesin terdapat bahaya potensial ergonomis, getaran, dan bising.

Masalah kesehatan yang ditimbulkan berupa :

o Gangguan muskuloskeletal misalnya

o BP/LPB

o Trauma injury

o Ischialgia dan brachialgia

o Artritis

- Gangguan pendengaran : SNHL

- Kecelakaan kerja

Solusi:

o Desain ergonomis

o Pemeliharaan mesin

o Pendidikan K3 bagi pekerja

o APD

o Manajemen yang handal

2. Bahan kimia

Page 6: Referat GMP Fix aspek kesehatan kerja dalam bidang perkebunan

Bahan kimia merupakan salah satu masalah utama kesehatan berkenaan dengan

pekerjaannya. Salah satunya adalah bahan kimia sintetik yang digunakan untuk

kepentingan dan keperluan luas produksi perkebunan. Bahan tersebut meliputi

hormone pemacu pertumbuhan, pupuk, pestisida, dan lain-lain.

a. Pestisida

Di Indonesia:

o peningkatan + 25%/tahun

o 265 jenis pestisida terdaftar

Bahan aktif pestisida yang banyak digunakan, yaitu

o Organopospat

o Golongan karbamat

o Organoklorin

o Piretroid

o Kelompok / Senyawa Bipiridilium

o Kelompok Arsen

o Kelompok antikoagulan

Page 7: Referat GMP Fix aspek kesehatan kerja dalam bidang perkebunan

Tabel 1. Klasifikasi pestisida

Klasifikasi Bentuk Kimia Bahan Aktif Keterangan

1. Insektisida Botani

Carbamat

Organophosphat

Organochlorin

Nikotine

Pyrethrine

Rotenon

Carbaryl

Carbofuran

Methiocorb

Thiocarb

Dichlorovos

Dimethoat

Palathion

Malathion

Diazinon

Chlorpyrifos

DDT

Lindane

Dieldrin

Eldrin

Endosulfan

gammaHCH

Tembakau

Pyrtrum

-

toksik kontak

toksik sistemik

bekerja pada lambung

juga moluskisida

toksik kontak

toksik kontak,

sistemik

toksik kontak

toksik kontak

kontak dan ingesti

kontak, ingesti

persisten

persisten

kontak, ingesti

kontak, ingesti

Herbisida Aset anilid Atachlor Sifat residu

Page 8: Referat GMP Fix aspek kesehatan kerja dalam bidang perkebunan

Amida

Diazinone

Carbamate

Triazine

Triazinone

Propachlor

Bentazaone

Chlorprophan

Asulam

Athrazin

Metribuzine

Metamitron

Kontak

Toksin kontak

Fungisida Inorganik

Benzimidazole

Hydrocarbon-

phenolik

Bordeaux mixture

Copper oxychlorid

Mercurous chloride

Sulfur

Thiabendazole

Tar oil

Protektan

Proteoktan

Protektan, sistemik

Protektan, kuratif

Pencegahan Keracunan Pestisida

a) Pencegahan Tingkat Pertama (Primary prevention)

Setiap orang yang dalam pekerjaannya sering berhubungan dengan pestisida seperti

petani penyemprot, harus mengenali dengan baik gejala dan tanda keracunan

pestisida. Tindakan pencegahan lebih penting daripada pengobatan. Sebagai upaya

pencegahan terjadinya keracunan pestisida sampai ke tingkat yang membahayakan

kesehatan.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia telah membuat dan mensosialisasikan

sebuah pedoman bagi masyarakat yang memanfaatkan Pestisida

Page 9: Referat GMP Fix aspek kesehatan kerja dalam bidang perkebunan

PEDOMAN PENCEGAHAN KERACUNAN PESTISIDA

PESTISIDA atau bahan pembasmi serangga kini digunakan secara luas oleh masyarakat petani. Pestisida, selain merupakan alat pembasmi serangga, juga merupakan racun yang dapat membahayakan kesehatan manusia. Karena itu perlu ditangani dengan baik dan hati-hati. Pestisida yang biasa kita dapat di pasaradalah dalam bentuk cair, tepung atau butiran. Ketiganya sama berbahayanyabagi kesehatan. Pestisida dapat masuk ke dalam tubuh melalui kulit, pernapasan, mulut, dan mata.

MEMBELI PESTISIDA1. Belilah pestisida di tempat penjualan resmi2. Belilah pestisida yang masih mempunyai label. “LABEL” adalah merek dan keterangan singkat tentang pemakaian dan bahayanya. 3. Belilah pestisida yang wadahnya masih utuh, tidak bocor.

MENGANGKUT PESTISIDA1. Sewaktu membawa pestisida, wadahnya harus tertutup kuat 2. Dalam membawa harus ditempatkan terpisah dari makanan, dan pakaian bersih.

MENYIMPAN PESTISIDA1. Pestisida harus disimpan dalam wadah atau pembungkus aslinya, yang labelnya masih utuh dan jelas.2. Letakkan tidak terbalik, bagian yang dapat dibuka berada disebelah atas3. Simpan ditempat khusus yang jauh dari jangkauan anak-anak, jauh darimakanan, bahan makan dan alat-alat makan, jauh dari sumur, serta terkunci.4. Wadah pestisida harus tertutup rapat, dan tidak bocor5. Ruang tempat menyimpan pestisida harus mempunyai ventilasi (pertukaranudara ).6. Wadah pestisida tidak boleh kena sinar matahari langsung7. Wadah pestisida tidak boleh terkena air hujan.8. Jika pada suatu saat pestisida yang tersedia di rumah lebih dari satuwadah dan satu macam, dalam penyimpanannya harus dikelompokan menurut jenisnya dan menurut ukuran wadahnya.

MENYIAPKAN PESTISIDA1. Sewaktu menyiapkan pestisida untuk dipakai, semua kulit, mulut, hidung dan kepala harus tertutup. Karena itu, pakailah baju lengan panjang, celanapanjang, masker (penutup hidung) yang menutupi leher, dab sarung tangankaret. 2. Gunakan alat khusus untuk menakar dan mengaduk larutan pestisida yangakan dipakai. Jangan gunakan tangan

b) Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)

Dalam penanggulangan keracunan pestisida penting dilakukan untuk kasus eracunan

akut dengan tujuan menyelamatkan penderita dari kematian yang disebabkan oleh

keracunan akut. Adapun penanggulangan keracunan pestisida adalah sebagai berikut:

Organofosfat, bila penderita tak bernafas segara beri nafas buatan , bila racun terlelan

lakukan pencucian lambung dengan air, bila kontaminasi dari kulit, cuci dengan sabun

dan air selama 15 menit. Bila ada berikan antidot: pralidoxime(Contrathion). Pengobatan

Page 10: Referat GMP Fix aspek kesehatan kerja dalam bidang perkebunan

keracunan organofosfat harus cepat dilakukan. Bila dilakukan terlambat dalam beberapa

menit akan dapat menyebabkan kematian. Diagnosis keracunan dilakukan berdasarkan

terjadinya gejala penyakit dan sejarah kejadiannya yang saling berhubungan. Pada

keracunan yang berat, pseudokholinesterase dan aktifits erytrocyt cholinesterase harus

diukur dan bila kandungannya jauh dibawah normal, keracunan mesti terjadi dan gejala

segera timbul. Beri atropine 2mg iv/sc tiap sepuluh menit sampai terlihat atropinisasi

yaitu: muka kemerahan, pupil dilatasi, denyut nadi meningkat sampai 140 x/menit.

Ulangi pemberian atropin bila gejala-gejala keracunan timbul kembali. Awasi penderita

selama 48 jam dimana diharapkan sudah ada recovery yang komplit dan gejala tidak

timbul kembali. Kejang dapat diatasi dengan pemberian diazepam 5 mg iv, jangan

diberikan barbiturat atau sedativ yang lain.

Carbamat, penderita yang gelisah harus ditenangkan, recoverery akan terjadi dengan

cepat. Bila keracunan hebat, beri atropin 2 mg oral/sc dosis tunggal dan tak perlu

diberikan obat-obat lain.

c) Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention)

Upaya yang dilakukan pada pencegahan keracunan pestisida adalah:

1) Hentikan paparan dengan memindahkan korban dari sumber paparan, lepaskan

pakaian korban dan cuci/mandikan korban.

2) Jika terjadi kesulitan pernafasan maka korban diberi pernafasan buatan. Korban

diinstruksikan agar tetap tenang. Dampak serius tidak terjadi segera, ada waktu

untuk menolong korban.

3) Korban segera dibawa ke rumah sakit atau dokter terdekat. Berikan informasi

tentang pestisida yang memepari korban dengan membawa label kemasan pestisida.

Page 11: Referat GMP Fix aspek kesehatan kerja dalam bidang perkebunan

4) Keluarga seharusnya diberi pengetahuan/penyuluhan tentang tentang pestisida

sehingga jika terjadi keracunan maka keluarga dapat memberikan pertolongan

pertama.

Semua aspek yang berhubungan dengan penggunaan serta aspek manusia pekerja itu

sendiri seperti, pendidikan, keterampilan, perilaku, umur, tinggi tanaman, pakaian

pelindung, dan lain-lain.

C. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah :

1. Alat Pelindung Diri

Satu hal yang sering dilupakan oleh pekerja pada penggunaan pestisida adalah

contact poison. Oleh karena itu route of entry melalui kulit sangat efektif. Apalagi

kalau ada defect kelainan kulit atau bersama keringat, penyerapan akan lebih

efektif. Pekerja umumnya kurang mengetahui hal ini, mereka umumnya suka

menggunakan masker dan sarung tangan seadanya, ketimbang menutupi dirinya

dengan pakaian pelindung.

2. Faktor yang mempengaruhi perilaku pemajanan (behavioral exposure)

Apabila seseorang bekerja menyemprot pestisida di lapangan maka jumlah

pestisida yang kontak dengan badan akan dipengaruhi oleh :

Tinggi tanaman

Umur

Pengalaman

Pendidikan dan Keterampilan

Arah dan kecepatan angin

Sedangkan fase kritis yang harus diperhatikan adalah :

Page 12: Referat GMP Fix aspek kesehatan kerja dalam bidang perkebunan

Pencampuran

Penyemprotan/penggunaan

Pasca penyemprotan

3. Fisik dan Debu Organik

Fisik : sinar ultraviolet, suhu panas, suhu dingin, cuaca, hujan, angin.

Debu bagas, bahan berjamur.

Finlandia: 40-50 persen kematian pada petani karena penyakit penyakit

saluran nafas –seperti debu alergenik signifikan.

Diperkirakan 20% petani terkena penyakit allergi.

4. Kontak dengan organisme hidup

a. Virus, gigitan ular, sengatan serangga seperti laba-laba, hymenoptera (lebah,

tawon dan semut), gigitan kutu.

b. Gangguan kesehatan: + 50% (baik infeksi seperti malaria dan infestasi seperti

cacing atau parasit lainnya).

D. Masalah Kesehatan di Sektor Pertanian

Masalah kesehatan yang muncul antara lain :

1. Gangguan Muskuloskeletal, seperti:

a. Terutama LBP

b. Trauma

2. Penyakit kulit

3. Penyakit saluran pernafasan

4. Zoonoses dan penyakit parasit, seperti : malaria, scabies, dll.

5. Tuli akibat bising

6. Arthritis

Page 13: Referat GMP Fix aspek kesehatan kerja dalam bidang perkebunan

7. Masalah psikis

8. Trauma tumpul dan tajam

9. Benda asing di tubuh

Gangguan Saluran Pernafasan

Gangguan Kulit

Asma: IgEAsma: non-imunologisInflamasi membrana mucosaBronkitis akut & kronisHipersensitivity PneumonitisBagassosisFarmer’s LungTuberkulosisGangg. Resp. akut

Debu padi2an, binatang, OPDebu organikEndotoksin, MycotoksinInsektisida, amoniaSpora jamur, actinomycetesTebu berjamurPupuk, padi-padian berjamurM. tuberkulosisGas pembusukan: amonia, H2S, CO

Dermatiis kontak iritanGrain ItchDermatitis kontak allergik

Photo-contact dermatitis, dermatitis UV, melanomaCedera gigitan binatangCutaneus Larva Migrans

Amonia, pestisida, pupuk krgTungauTanaman, pestisida, fuorocumarin (tanaman)Sinar matahari/UV

Berbagai binatangCacing Ancylostoma

Page 14: Referat GMP Fix aspek kesehatan kerja dalam bidang perkebunan

E. Masalah Kesehatan Dan Keselamatan Kerja

Kinerja (performen) setiap petugas kesehatan dan non kesehatan merupakan resultante

dari tiga komponen kesehatan kerja yaitu kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan

kerja yang dapat merupakan beban tambahan pada pekerja. Bila ketiga komponen tersebut

serasi maka bisa dicapai suatu derajat kesehatan kerja yang optimal dan peningkatan

produktivitas. Sebaliknya bila terdapat ketidak serasian dapat menimbulkan masalah

kesehatan kerja berupa penyakit ataupun kecelakaan akibat kerja yang pada akhirnya akan

menurunkan produktivitas kerja.

1. Kapasitas Kerja

Status kesehatan masyarakat pekerja di Indonesia pada umumnya belum

memuaskan. Dari beberapa hasil penelitian didapat gambaran bahwa 30-40%

masyarakat pekerja kurang kalori protein, 30% menderita anemia gizi dan 35%

kekurangan zat besi tanpa anemia. Kondisi kesehatan seperti ini tidak

memungkinkan bagi para pekerja untuk bekerja dengan produktivitas yang

optimal. Hal ini diperberat lagi dengan kenyataan bahwa angkatan kerja yang ada

sebagian besar masih di isi oleh petugas kesehatan dan non kesehatan yang

mempunyai banyak keterbatasan, sehingga untuk dalam melakukan tugasnya

mungkin sering mendapat kendala terutama menyangkut masalah PAHK dan

kecelakaan kerja.

2. Beban Kerja

Sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan maupun yang bersifat teknis beroperasi

8 - 24 jam sehari, dan adanya pola kerja bergilirdan tugas/jaga malam. Pola kerja

yang berubah-ubah dapat menyebabkan kelelahan yang meningkat, akibat

terjadinya perubahan pada bioritmik (irama tubuh). Faktor lain yang turut

memperberat beban kerja antara lain tingkat gaji dan jaminan sosial bagi pekerja

Page 15: Referat GMP Fix aspek kesehatan kerja dalam bidang perkebunan

yang masih relatif rendah, yang berdampak pekerja terpaksa melakukan kerja

tambahan secara berlebihan. Beban psikis ini dalam jangka waktu lama dapat

menimbulkan stres.

3. Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja bila tidak memenuhi persyaratan dapat mempengaruhi kesehatan

kerja dapat menimbulkan Kecelakaan Kerja (Occupational Accident), Penyakit

Akibat Kerja dan Penyakit Akibat Hubungan Kerja (Occupational Disease & Work

Related Diseases).

Page 16: Referat GMP Fix aspek kesehatan kerja dalam bidang perkebunan

Bab III

PENUTUP

Kesimpulan

1. Sebagain besar mata pencaharian masyarakat di Indonesia adalah sebagai

perkebunan dan petani

2. Sektor perkebunan adalah yang paling berisiko dimana bahaya potensialnya cukup

kompleks dan beraneka ragam .

3. Bahaya spesifik bidang perkebunan diantaranya adalah mekanisasi, pemakaian

bahan kimia, fisik dan debu organik, dan kontak dengan organisme hidup.

4. Untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja dapat

dilakukan metode edukasi, design ergonomis, pemeiharaan mesin, pendidikan K3

bagi pekerja, APD dan managemen yang handal

Page 17: Referat GMP Fix aspek kesehatan kerja dalam bidang perkebunan

DAFTAR PUSTAKA

Sulistomo, Astrid. 2011. Aplikasi Kedokteran Okupasi dalam Bidang Perkebunan. FK UI.

Jakarta.

Pimentel D.,D. Khan (ed), 2007. Environment Aspects of “Cosmetics Satandard” Of Foods

and Pesticide, “Tecniques for Reducing Pesticide Use”. John Wiley and Sons Ltd. New

York.

Untung K. 2003. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gadjah Mada University Press.

Yogyakarta.