Referat Gangguan Penyesuaian

24
BAB I PENDAHULUAN Gangguan penyesuaian merupakan gangguan jiwa yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien yang dirawat di rumah sakit untuk penyakit medik ataupun operasi, namun jarang ada penelitiannya. 1 Gangguan penyesuaian, berhubungan dengan stress, jangka pendek, gangguan non-psikotik. Berdasarkan ICD X dan DSM-IV mendefenisikan gangguan penyesuaian sebagai keadaan sementara dari tekanan dan gangguan emosional, yang timbul dalam proses beradaptasi dengan perubahan hidup yang signifikan , kehidupan yang stress, penyakit fisik yang serius, atau kemungkinan penyakit serius. Stressor dapat hanya melibatkan individu bahkan mempengaruhi masyarakat luas. 2,3 Pasien dengan gangguan penyesuaian biasanya terlihat seperti terbebani atau terlalu berlebihan dalam memberikan respon terhadap stimulus yang diberikan. Manifestasi respon dapat berupa reaksi emosional atau perilaku terhadap suatu peristiwa stress atau perubahan dalam hidup seseorang; misalnya pada populasi anak, peristiwa dapat berupa perceraian kedua orang tua, kelahiran angota keluarga baru, atau kehilangan figur atau benda (mis. Hewan peliharaan ). Gangguan ini memiliki batas waktu, biasanya mulai dalam waktu 3 bulan dari peristiwa stress. Gejala akan berkurang dalam waktu 6 bulan setelah stressor menghilang atau ketika adaptasi baru terjadi. 3 1

description

Referat Gangguan Penyesuaian

Transcript of Referat Gangguan Penyesuaian

Page 1: Referat Gangguan Penyesuaian

BAB I

PENDAHULUAN

Gangguan penyesuaian merupakan gangguan jiwa yang paling sering dijumpai pada

pasien-pasien yang dirawat di rumah sakit untuk penyakit medik ataupun operasi, namun

jarang ada penelitiannya.1

Gangguan penyesuaian, berhubungan dengan stress, jangka pendek, gangguan non-

psikotik. Berdasarkan ICD X dan DSM-IV mendefenisikan gangguan penyesuaian sebagai

keadaan sementara dari tekanan dan gangguan emosional, yang timbul dalam proses

beradaptasi dengan perubahan hidup yang signifikan , kehidupan yang stress, penyakit fisik

yang serius, atau kemungkinan penyakit serius. Stressor dapat hanya melibatkan individu

bahkan mempengaruhi masyarakat luas.2,3

Pasien dengan gangguan penyesuaian biasanya terlihat seperti terbebani atau terlalu

berlebihan dalam memberikan respon terhadap stimulus yang diberikan. Manifestasi respon

dapat berupa reaksi emosional atau perilaku terhadap suatu peristiwa stress atau perubahan

dalam hidup seseorang; misalnya pada populasi anak, peristiwa dapat berupa perceraian

kedua orang tua, kelahiran angota keluarga baru, atau kehilangan figur atau benda (mis.

Hewan peliharaan ). Gangguan ini memiliki batas waktu, biasanya mulai dalam waktu 3

bulan dari peristiwa stress. Gejala akan berkurang dalam waktu 6 bulan setelah stressor

menghilang atau ketika adaptasi baru terjadi. 3

Gangguan ini dapat ada pada semua usia dan lebih sering pada remaja.1

1

Page 2: Referat Gangguan Penyesuaian

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Gangguan penyesuaian (adjustment disorder) merupakan reaksi maladaptif jangka

pendek terhadap stressor yang dapat diidentifikasi, yang muncul selama tiga bulan dari

munculnya stressor tersebut. Gangguan ini merupakan respon patologis terhadap apa yang

oleh orang awam disebut sebagai kekurang beruntungan, atau yang menurut para psikiater

disebut sebagai stressor psikososial. Gangguan ini bukan merupakan kondisi lebih buruk dari

gangguan psikiatrik yang sudah ada. 1

Halgin & Whitbourne (1994) mengungkapkan bahwa gangguan penyesuaian diri

adalah reaksi terhadap satu atau beberapa perubahan (stressor) dalam kehidupan seseorang

yang lebih ekstrem dibandingkan dengan reaksi normal orang pada umumnya, terhadap

perubahan (stressor) yang sama.

Reaksi maladaptif terlihat dari adanya hendaya yang bermakna (signifikan) dalam

fungsi sosial, pekerjaan, akademis, atau adanya kondisi distress emosional yang melebihi

batas normal. Hendaya tersebut muncul dalam 3 bulan setelah adanya stressor. Reaksi

maladaptif dalam bentuk gangguan penyesuaian ini, mungkin teratasi bila stressor

dipindahkan atau individu belajar mengatasi stressor. Bila reaksi maladaptif ini berlangsung

lebih dari enam bulan setelah stressor (konsekuensinya) dialihkan, diagnosis gangguan

penyesuaian perlu diubah.

ICD-10 dan DSM-IV mendefinisikan gangguan penyesuaian sebagai keadaan

sementara yang ditandai dengan munculnya gejala dan terganggunya fungsi seseorang akibat

tekanan pada emosi dan psikis, yang muncul sebagai bagian adaptasi terhadap perubahan

hidup yang signifikan, kejadian hidup yang penuh tekanan, penyakit fisik yang serius, atau

kemungkinan adanya penyakit yang serius.

Stresor bisa hanya melibatkan individual, atau bahkan mempengaruhi komunitas yang

lebih luas. Predisposisi dan vulnerabilitas individu memiliki peran yang lebih penting dalam

risiko munculnya manifestasi dari gangguan penyesuaian dibandingkan dengan reaksi

terhadap kejadian penuh tekanan lainnya, seperti post-traumatic stress disorder. Gangguan

2

Page 3: Referat Gangguan Penyesuaian

Penyesuaian diasumsikan sebagai suatu keadaan yang tidak akan terjadi tanpa adanya

stressor. ICD-10 mendefinisikan stressor di sini sebagai stressor yang “tidak termasuk tipe

yang tidak biasa atau katastropik”

Menggolongkan “gangguan penyesuaian” sebagai sebuah gangguan mental

memunculkan beberapa kesulitan karena tidak mudah mendefinisikan apa yang normal dan

tidak normal dalam konsep gangguan penyesuaian. Bila sesuatu yang buruk terjadi pada

hidup kita, maka wajar bila kita merasa sedih. Bila ada krisis dalam pekerjaan, saat dituduh

melakukan kejahatan, mengalami kebanjiran, bisa dimengerti bila kita mengalami kecemasan

atau depresi. Sebaliknya justru apabila kita tidak bereaksi “maladaptif”, paling tidak secara

temporar, karena terjadinya peristiwa- peristiwa tersebut, dapat menunjukkan ada yang tidak

wajar pada diri kita. Namun, bila reaksi emosional kita berlebihan, atau kemampuan kita

untuk berfungsi mengalami penurunan atau hendaya, maka kondisi ini bisa didiagnosis

sebagai gangguan penyesuaian. Jadi, bila kita sulit berkonsentrasi dalam mengerjakan tugas

kuliah karena putus cinta dan nilai akademis menurun, maka ada kemungkinan kita

mengalami gangguan penyesuaian

Gangguan penyesuaian terkadang dikritik sebagai “memedikalisasi masalah dalam

kehidupan”, karena perbedaan yang ditimbulkan antara kondisi ini dengan reaksi normal

terhadap stres. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, gangguan penyesuaian biasanya

mengganggu fungsi sosial dan penampilan, dan muncul sebagai adaptasi terhadap perubahan

hidup yang signifikan. Stresor dapat mempengaruhi integritas kehidupan sosial seseorang

(melalui kehilangan atau perpisahan), atau bahkan yang melibatkan sistem yang lebih luas

(migrasi atau pengungsian).1,2,3

2.2 Epidemiologi

Prevalensi gangguan penyesuaian berkisar dari 2,3% pada pasien rawat jalan yang

tidak memiliki gangguan pada Axis I atau II hingga 20% pada diagnosis dengan Axis I dan

II. Pada dewasa, perempuan mendominasi dari pria dengan perbandingan 2:1.4

Insiden dan prevalensi

Beberapa studi menunjukkan angka 12%, angka tertinggi 23% pada data pasien yang

disimpan. Mood depresi adalah subtipe dari gangguan penyesuaian yang paling sering, diikuti

3

Page 4: Referat Gangguan Penyesuaian

dengan gangguan penyesuaia dengan mood anxietas, gabungan anxietaas dan depresi,

kemudian gangguan perilaku.3

Gangguan penyesuaian merupakan salah satu gangguan yang paling banyak

ditemukan pada pasien yang dirawat di rumah sakit, baik yang dirawat karena penyakit fisik,

maupun juga pasien yang hendak mengalami operasi. Pada suatu penelitian ditemukan bahwa

5 persen dari semua pasien yang dirawat pada suatu rumah sakit selama masa 3 tahun

didiagnosis mengalami gangguan penyesuaian. Kemudian juga ditemukan bahwa 50 persen

dari orang-orang yang memiliki riwayat penyakit medis, didiagnosis mengalami gangguan

penyesuaian

Berdasarkan penelitian selama 5 tahun, diperoleh perbedaan penting antara remaja

dan dewasa terkait dengan prognosis gangguan penyesuaian. Sebagian besar individu dewasa

dengan gangguan penyesuaian bebas dari gejala (71% yang benar-benar baik, 8% memiliki

masalah intervensi, dan 21% mengalami depresi atau kecanduan alcohol), remaja memiliki

hasil yang jauh berbeda. Selama 5 tahun, penelitian ini dilanjutkan, hasil bahwa 43% remaja

memiliki gangguan psikiatri utama (misalnya, skizofrenia, gangguan skizoafektif, depresi,

gangguan penyalahguanaan zat, dan gangguan kepribadian), 13% memiliki gangguan mental

intervensi, dan 44% tidak memiliki gangguan mental. 1

2.3 Etiologi

Gangguan penyesuaian diperkirakan tidak akan terjadi tanpa adanya

stressor. Walaupun adanya stressor merupakan komponen esensial dari gangguan

penyesuaian, namun stress adalah salah satu dari banyak faktor yang menentukan

berkembangnya, jenis dan luasnya psikopatologi. Hingga sekarang, etiologi belum

pasti dan dapat dibagi atas beberapa faktor sebagai berikut: (1)

1. Genetik

Temperamen yang tinggi ansietas cenderung lebih bereaksi terhadap suatu

peristiwa stress dan kemudian mengalami gangguan penyesuaian. Ada

penelitian menyatakan bahwa berbagai peristiwa kehidupan dan stressor ada

kolerasi pada anak kembar.(1)

2. Biologik

Kerentanan yang besar dengan riwayat penyakit medis yang serius atau

disabilitas. (1)

4

Page 5: Referat Gangguan Penyesuaian

3. Psikososial

Kerentanan yang besar pada individu yang kehilangan orang tua pada masa

bayi atau mereka yang ada pengalaman buruk dengan ibu, kemampuan

mentolerir frustasi dalam hidup individu dewasa berhubungan dengan

kepuasan dari kebutuhan dasar hidup masa bayi. (1)

Diagnosis gangguan penyesuaian membutuhkan identifikasi dari kejadian yang penuh

tekanan. Masih terjadi perdebatan apakah pasien dengan gangguan penyesuaian memiliki

vulnerabilitas yang tinggi terhadap stressor yang umum atau vulnerabilitas yang umum

terhadapp stressor yang besar.

Berikut adalah beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya gangguan penyesuaian

pada seseorang.

Peran stress

Seseorang harus mengalami kejadian yang penuh tekanan untuk dianggap

mengalami gangguan penyesuaian. Stressor yang menyebabkan gangguan

penyesuaian bisa jadi berbeda tipe dan bobot. Paykel et al mengklasifikasikan

kejadian hidup menjadi desirable/undesirable (seperti kemajuan karir.penyakit),

penerimaan/kehilangan (seperti pernikahan/kematian seseorang yang dicintai).

Stressor bisa single/tunggal bisa multiple/banyak, single misalnya, kehilangan

orang yang dicintai, sedangkan yang multiple misalnya selain kehilangan orang yang

dicintai, juga di PHK, dan mengidap suatu penyakit. Selain itu stressor juga dapat

berupa sesuatu yang berulang, misalnya kesulitan bisnis di masa sulit, serta dapat

berupa sesuatu yang terus menerus, misalnya kemiskinan dan penyakit kronis.

Perselisihan dalam keluarga dapat menyebabkan gangguan penyesuaian yang

berpengaruh terhadap semua anggota keluarga, namun dapat juga gangguan hanya

terbatas pada satu anggota keluarga yang mungkin menjadi korban, atau secara fisik,

menderita penyakit. Terkadang, gangguan penyesuaian juga dapat muncul pada

konteks kelompok atau komunitas, dimana sumber stresnya mempengaruhi beberapa

orang sekaligus, seperti yang terjadi pada komunitas yang mengalami bencana alam.

Selain itu tahap perkembangan tertentu seperti, mulai masuk sekolah, meninggalkan

rumah untuk merantau, menikah, menjadi ayah/ibu, gagal dalam meraih cita-cita,

maupun ditinggal oleh anak untuk merantau, sering diasosiasikan dengan gangguan

penyesuaian (Kaplan & Sadock, 2007).

5

Page 6: Referat Gangguan Penyesuaian

Vulnerabilitas individu

Masing-masing individu memiliki vulnerabilitas yang berbeda terhadap gangguan

penyesuaian, tergantung dari karakteristik kepribadian dan latar belakang masing-

masing. Tidak semua orang yang mengalami stress akan memiliki gangguan

penyesuaian. Berikut adalah hal-hal yang mempengaruhi vulnerabilitas seseorang

terhadap stress:

- Variabilitas individu: usia, jenis kelamin, tingkat kesehatan atau komorbiditas

kejiwaan.

- Faktor hubungan, seperti tingkat instruksi; etik, politik, kepercayaan.

- Lingkungan keluarga: keberadaan dukungan, kekuatan hubungan, dan status

ekonomi.

- Kejadian di masa kecil: seorang ibu yang mengontrol anaknya atau seorang

ayah yang suka meng-abuse anaknya, berhubungan dengan peningkatan risiko

gangguan penyesuaian. Faktor personal dari tingginya neurotisme dan

rendahnya ekstraversi mungkin berhubungan dengan gangguan penyesuaian.

- Level pendidikan: Level pendidikan yang tinggi dapat melindungi diri dari

distress psikologis.

- Status pernikahan: Pernikahan dianggap sebagai faktor yang dapat melindungi

diri dari gangguan penyesuaian.

- Hubungan antara kelainan kepribadian dan gangguan penyesuaian masih tidak

jelas. Meskipun gangguan kepribadian dapat meningkatkan risiko

berkembangnya gangguan penyesuaian, pasien dengan gangguan penyesuaian

lebih jarang untuk memiliki kelainan kepribadian dibandingkan dengan pasien

depresi.

2.4 Manifestasi Klinis

Gangguan penyesuaian didiagnosis saat seseorang memiliki gejala kejiwaan saat

menyesuaikan diri terhadap keadaan baru.

6

Page 7: Referat Gangguan Penyesuaian

Gejala-gejala yang muncul bervariasi, misalnya depresi, kecemasan, atau campuran di

antara keduanya. Gejala campuran ini yang paling sering ditemukan pada orang dewasa.

Berikut adalah gabungan dari beberapa gejala gangguan penyesuaian:

Gejala psikologis. Meliputi depresi, cemas, khawatir, kurang konsentrasi, dan mudah

tersinggung.

Gejala fisik. Meliputi berdebar-debar, nafas cepat, diare, dan tremor.

Gejala perilaku. Meliputi agresif, ingin menyakiti diri sendiri, alcohol abuse,

penggunaan obat-obatan yang tidak tepat, kesulitan sosial, dan masalah pekerjaan.

Gejala-gejala tersebut muncul bertahap setelah adanya kejadian yang penuh tekanan, dan

biasanya berlangsung dalam waktu sebulan (ICD-10) atau 3 bulan (DSM IV). Gangguan ini

jarang terjadi lebih dari 6 bulan. Contoh kejadian yang penuh tekanan antara lain putusnya

hubungan, pemutusan hubungan kerja, perselisihan dalam pekerjaan, kehilangan, sakit dan

perubahan besar.

7

Page 8: Referat Gangguan Penyesuaian

Seseorang yang menderita gangguan penyesuaian akan memiliki kesulitan dalam

fungsi sosial dan pekerjaan; kerja dan hubungan antara sesama akan terganggu akibat stress

yang berlangsung atau kurangnya konsentrasi. Bagaimanapun juga kesulitan yang terjadi

tidak akan mengganggu kehidupan sehari-hari seseorang sampai level yang signifikan. Gejala

tidak selalu menghilang segera setelah stressor menghilang dan jika stressor berlanjut,

gangguan mungkin akan menjadi kronik.2,4,7

2.5 Kriteria Diagnosis

DSM-IV-TR

A. Perkembangan gejala emosi maupun perilaku yang muncul sebagai respon terhadap

stresor yang dapat diidentifikasi, terjadi dalam/tidak lebih dari 3 bulan setelah onset

dari stresor tersebut.

B. Gejala atau perilaku tersebut secara klinis bermakna sebagaimana ditunjukkan berikut

ini:

a. Penderitaan yang nyata melebihi apa yang diperkirakan, saat mendapatkan

paparan stressor.

b. Gangguan yang bermakna pada fungsi sosial atau pekerjaan, termasuk dalam

bidang akademik.

C. Gangguan yang berhubungan dengan stres tidak memenuhi kriteria untuk kelainan

Axis I secara spesifik dan bukan merupakan eksaserbasi dari kelainan Axis I atau II

yang ada sebelumnya.

D. Gejalanya yang muncul tidak mencerminkan kehilangan (Bereavement)

8

Page 9: Referat Gangguan Penyesuaian

E. Jika stressor (atau sequence-nya) telah berhenti, gejala tidak muncul lagi untuk

tambahan 6 bulan ke depan.

Tentukan jika:

Akut: Jika gangguan terjadi selama kurang dari 6 bulan

Kronik: Jika gangguan terjadi selama 6 bulan atau lebih lama adjusment disorder dikode

berdasarkan pada sub tipenya, yang dipilih berdasarkan gejala yang predominan.

Stresor yang spesifik dapat ditentukan dalam axis IV

309.0 With Depressed Mood

309.24 With Anxiety

309.28 With Mixed Anxiety and Depressed Mood

309.3 With Disturbance of Conduct

309.4 With Mixed Disturbance of Emotions and Conduct

309.9 Unspecified

ICD-10

Gangguan penyesuaian dikode ke dalam F43.2, golongan Reaction to severe stress,

and adjustment disorders (F43). Menurut ICD 10, terdapat bermacam-macam manifestasi

klinis dari gangguan penyesuaian, termasuk mood depresi, cemas, khawatir (atau gabungan

antara ketiganya), perasaan tidak mampu untuk mengatasi perasaan, merencanakan masa

depan, atau melanjutkan kondisi saat ini, dan beberapa tingkatan atas ketidakmampuan dalam

penampilan sehari-hari. Mungkin saja akan terjadi gangguan perilaku (seperti agresivitas dan

disosial), terutama pada orang dewasa. Tidak ada gejala yang predominan untuk masuk ke

dalam diangosis spesifik lainnya. Pada anak-anak biasanya terdapat fenomena regresif,

seperti mengompol, berbicara seperti bayi, atau menghisap jempol.

Onset biasanya terjadi dalam 1 bulan sejak terjadinya kejadian yang penuh dengan

tekanan atau mengubah kehidupan, dan biasanya durasi dari gejala tersebut tidak melebihi 6

bulan, kecuali masuk ke dalam kasus reaksi depresi berkepanjangan (F 43.21). Jika gejala

9

Page 10: Referat Gangguan Penyesuaian

yang muncul berlangsung lama, maka diagnosis sebaiknya diubah sesuai dengan gambaran

klinis yang muncul.

Jika penyebabnya adalah kehilangan, maka harus dipertimbangkan juga sebagai reaksi

normal dari kehilangan (bereavement), yang sesuai dengan budaya seseorang dan biasanya

tidak lebih dari 6 bulan. Untuk diagnosis tersebut biasanya dikode dengan Z63.4

(menghilangnya atau meninggalnya anggota keluarga).

Reaksi kehilangan dalam berbagai waktu, yang dianggap tidak normal karena bentuk

atau isinya, harus dikode sebagai F43.22, F43.23, F43.24, atau F43.25, dan yang mana masih

selalu muncul dan bertahan hingga 6 bulan dapat dikode sebagai F43.21 (reaksi depresi

berkepanjangan)

P edoman Diagnosis

a. Diagnosis tergantung pada evaluasi terhadap hubungan antara:

Bentuk, isi, dan beratnya gejala;

Riwayat dan corak kepribadian sebelumnya; dan

Kejadian , situasi yang penuh tekanan, atau krisis kehidupan.

b. Keberadaan ketiga faktor ini harus jelas dan mempunyai bukti yang kuat bahwa

gangguan tersebut tidak akan terjadi bila tidak mengalami hal tersebut.

c. Jika stressornya dianggap minimal, atau jika merupakan sebuah hubungan sementara

(kurang dari 3 bulan), kelainan tersebut harus diklasifikasikan di tempat lain, sesuai

dengan gejala yang muncul.

Includes:

- Culture shock

- Grief reaction

- Hospitalism in children

Excludes:

Gangguan cemas terpisah pada anak (F93.0)

10

Page 11: Referat Gangguan Penyesuaian

Jika kriteria untuk gangguan penyesuaian sudah tepat, bentuk klinis atau fitur-fitur yang

dominan dapat dispesifikan ke dalam 5 karakter:

F43.20 Brief depressive reaction

Suatu keadaan depresi yang ringan dan sementara dengan durasi tidak melebihi 1 bulan.

F43.21 Prolonged depressive reaction

Suatu keadaan depresi ringan yang terjadi sebagai respon dari pajanan situasi penuh

tekanan yang berkepanjangan, namun durasi tidak melebihi 2 tahun.

F43.22 Mixed anxiety and depressive reaction

Baik gejala depresi maupun cemas cukup banyak, namun pada level yang tidak lebih

tinggi dari mixed anxiety and depressive disorder (F41,2) atau gangguan cemas campuran

lainnya (F41.3).

F43.23 With predominant disturbance of other emotions

Gejalanya biasanya berupa emosi yang parah, seperti cemas, khawatir, tegang, dan marah.

Kategori ini juga dapat digunakan pada anak-anak yang memiliki perilaku regresif, seperti

mengompol atau menghisap ibu jari.

F43.24 With predominant disturbance of conduct

Gangguan paling utama adalah yang meliputi perilaku, seperti reaksi kehilangan orang

dewasa yang mengakibatkan terjadinya perilaku agresif atau disosial.

F43.25 With mixed disturbance of emotions and conduct

Baik gejala emosional maupun gangguan perilaku, keduanya muncul dalam bentuk yang

prominent.

F43.28 With other specified predominant symptoms

PPDGJ-III:

a. Diagnosis tergantung pada evaluasi terhadap hubungan antara:

bentuk, isi, dan beratnya gejala

11

Page 12: Referat Gangguan Penyesuaian

riwayat sebelumnya atau corak kepribadian

kejadian, situasi yang penuh stres, atau krisis kehidupan

b. Adanya ketiga faktor di atas harus jelas dan mempunyai bukti yang kuat bahwa

gangguan tersebut tidak akan terjadi bila tidak mengalami hal tersebut.

c. Manifestasi gangguan bervariasi dan mencakup afek depresi, anxietas, campuran

depresi dan anxietas, gangguan tingkah laku disertai adanya disabilitas dalam

kegiatan rutin sehari-hari.

d. Biasanya mulai terjadi dalam satu bulan setelah terjadinya kejadian yang penuh stres,

dan gejala-gejala biasanya tidak bertahan melebihi 6 bulan kecuali dalam hal reaksi

depresi berkepanjangan.

e. Karakter kelima :

F43.20 = reaksi depresi singkat

F43.21 = reaksi depresi berkepanjangan

F43.22 = reaksi campuran anxietas dan depresi

F43.23= dengan predominan gangguan emosi lain

F43.24= dengan predominan gangguan perilaku

F43.25= dengan gangguan campuran emosi dan perilaku

F43.28= dengan gejala predominan lainnya YDT.

2.6 Terapi

a. Psikoterapi

Intervensi psikoterapi pada gangguan penyesuaian bertujuan untuk mengurangi

efek dari stressor, meningkatkan kemampuan mengatasi (coping) stressor yang tidak

bisa dikurangi, dan menstabilkan status mental dan system dukungan untuk

memaksimalkan adaptasi. Psikoterapi dapat berupa: terapi perilaku-kognitif, terapi

interpersonal, upaya psikodinamik atau konseling.4

Tujuan utama dari psikoterapi ini untuk menganalisa stressor yang

mengganggu pasien kemudian dihilangkan atau diminimalkan. Sebagai contoh,

amputasi kaki dapat menghancurkan perasaan seseorang tentang dirinya, terutama jika

individu tersebut adalah seorang atlet lari. Perlu diperjelas bahwa pasien tersebut tetap

memiliki suatu kemampuan besar, dimana ia dapat menggunakannya untuk pekerjaan

yang berguna, tidak perlu kehilangan hubungan yang berharga, dapat bereproduksi, dan

ini tidak berarti bagian tubuh yang lain juga akan hilang. Jika tidak, pasien tersebut

12

Page 13: Referat Gangguan Penyesuaian

dapat berfantasi ( bahwa semuanya hilang) dan stressor (amputasi) dapat mengambil

alih, membuat disfungsional (pekerjaan, seks) pada pasien, dan menyebabkan disforia

yang menyakitkan atau kecemasan.4

Beberapa stressor dapat menyebabkan reaksi yang berlebihan (misalnya,

pasien memutuskan untuk bunuh diri atau melakukan pembunuhan setelah ditinggalkan

oleh kekasihnya). Pada kasus seperti reaksi berlebihan dengan perasaan, emosi atau

perilaku, terapis akan membantu individu menempatkan perasaan dan kemarahannya

melalui kata-kata daripada melakukan tindakan destruktif dan memberikan perspektif.

Peran verbalisasi dan gabungan afek dan konflik yang tidak berlebihan dalam upaya

mengurangi stressor dan meningkatkan coping. Obat-obatan dan alkohol tidak

dianjurkan.4

Psikoterapi, konseling krisis medis, intervensi krisis, terapi keluarga, terapi

kelompok, terapi perilaku-kognitif, dan terapi interpersonal semua mendorong individu

untuk mengekspresikan pengaruh, ketakutan, kecemasan, kemarahan, rasa tidak

berdaya, dan putus asa terhadap stressor. Mereka juga membantu individu untuk

menilai kembali realitas dalam beradaptasi. Sebagai contoh, hilangnya kaki bukan

berarti kehilangan nyawa. Tetapi itu adalah kerugian besar. Psikoterapi singkat

berusaha untuk membingkai makna stressor tersebut, cara meminimalkannya dan

mengurangi defisit psikologis terhadap kejadian tersebut. 4,7

b. Farmakoterapi

Biasanya, penggunaan terapi farmakologi oleh individu dengan gangguan

penyesuaian adalah untuk mengurangi gejala seperti insomnia, kecemasan dan

serangan panik. Yang paling umum diresepkan untuk agen individu dengan gangguan

penyesuaian adalah benzodiazepine dan anti-depresan. Stewart et al

merekomendasikan percobaan antidepresan pada pasien dengan depresi ringan atau

berat yang belum memberi respon atau intervensi psikoterapi suportif lainnya selama

3 bulan. 3

Dalam sebuah penelitian yang ditujukan untuk membedakan respon terapi

antidepresi pada Depresi Major dengan gangguan penyesuaian dengan mood depresi,

ditemukan hasil bahwa tidak ada perbedaan respon klinis antara keduanya terhadap

antidepresi. Namun kecepatan respon terapinya lebih cepat 2 kali pada gangguan

penyesuaian dibandingkan pasien depresi biasa.

13

Page 14: Referat Gangguan Penyesuaian

Tidak ada terapi antidepresi yang lebih efektif, baik terapi tunggal maupun

terapi kombinasi, dalam pengobatan gangguan penyesuaian. Pengobatan dengan

trazodone maupun clorazepate pada pasien gangguan penyesuaian dengan HIV

menunjukan hasil yang sama dalam penyembuhan penyakit. Pengobatan dengan

etifoxine (obat anxiolitic non benzodiazepine) dan lorazepam juga menunjukkan

adanya kemanjuran dalam mengobati gejala, namun pada pasien yang menggunakan

etifoxine ditemukan bahwa pasiennya membaik secara nyata dan menunjukan efek

yang baik tanpa efek samping.

2.7 Prognosis

Dengan terapi yang efektif, prognosis pada umunya adalah baik. Kebanyakan

pasien kembali ke fungsi semula dalam waktu 3 bulan. 1Ada gangguan penyesuaian yang

berlangsung sementara dan dapat sembuh sendiri atau setelah mendapat terapi. 1

Remaja membutuhkan waktu lebih lama untuk pulih kembali dibandingkan

dengan orang dewasa. Terdapat penelitian follow-up setelah 5 tahun mendapatkan terapi,

71% pasien dewasa sembuh tanpa gejala residual, 21% berkembang menjadi gangguan

depresi mayor, atau alkoholisme. 1

Pada remaja prognosis kurang baik, karena 43% menderita Gangguan Skizofrenia

denga gangguan skizoafektif, depresi mayor. Gangguan penyalahgunaan zat, serta

gangguan kepribadian. Adapun resiko bunuh diri cukup tinggi. 1

14

Page 15: Referat Gangguan Penyesuaian

BAB III

KESIMPULAN

Gangguan penyesuaian didefinisikan sebagai gejala-gejala emosional atau

perilaku yang bermakna secara klinis dan terjadi sebagai respons terhadap suatu stressor dan

menghilang dalam waktu 6 bulan setelah tak ada stressor. Gangguan ini dapat dijumpai pada

semua usia dan lebih sering pada remaja.

Gangguan penyesuaian diperkirakan tidak akan terjadi tanpa adanya stressor.

Walaupun adanya stressor merupakan komponen esensial dari gangguan penyesuaian, namun

stress adalah salah satu dari banyak faktor yang menentukan berkembangnya, jenis dan

luasnya psikopatologi.

Berdasarkan DSM IV-TR, gangguan penyesuaian ditandai dengan gejala

berdasarkan beberapa kriteria. Gejala emosional dan perilaku bisa munculdalam jangka

waktu 3 bulan setelah onset stressor dan seharusnya pulih dalam jangka waktu 6 bulan setelah

stressor hilang. Menurut PPDGJ-III, gangguan penyesuaian dapat terdiagnosis jika gejala

muncul 1 bulan setelah onset stressor dan biasanya tidak bertahan melebihi 6 bulan.

Pada gangguan penyesuaian, dapat diberikan psikoterapi atau farmakoterapi atau

kombinasi kedua terapi. Psikoterapi adalah pilihan utama; dengan tujuan untuk menganalisa

stressor yang mengganggu pasien kemudian dihilangkan atau diminimalkan. Psikoterapi,

konseling krisis medis, intervensi krisis, terapi keluarga, terapi kelompok, terapi perilaku-

kognitif, dan terapi interpersonal semua mendorong individu untuk mengekspresikan

pengaruh, ketakutan, kecemasan, kemarahan, rasa tidak berdaya, dan putus asa terhadap

stressor. Farmakoterapi diberikan dalam waktu singkat, dan tergantung dari tipe gangguan

penyesuaian, dapat diebrikan penggolongan obat yang efektif. Pemberian antiansietas

berguna untuk pasien dengan kecemasan. Antidepresi dapat diberikan bila dijumpai adanya

depresi. Farmakoterapi adalah sebuah augment psikoterapi dan bukan sebagai terapi primer.

15

Page 16: Referat Gangguan Penyesuaian

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

1. Kandou JE. Gangguan Penyesuaian. In: Elvira SD, Hadisukanto G, editors. Buku Ajar

Psikiatri. Jakarta: FK UI; 2010.

2. Wilson DS. Adjustment Disorder. 2008:1-13. Available in:

http://www.veterans-uk.info/publications/adjustment_disorder.pdf

3. Tami D Benton M. Adjustment Disorders Medscape. 2012. Available in:

http://emedicine.medscape.com/article/292759-overview

4. Chapter 61: Adjusment Disorder. In: Kay J, Tasman A, editors. Essentials of Psychiatry.

Spain: John Wiley & Sons; 2006. p. 1-13.

5. Chapter 41: Adjusment Disorder. In: First MB, Tasman A, editors. A Clinical Guide to the

Diagnosis and Treatment of Mental Disorders. UK: John Wiley & Sons; 2006. p. 435-8.

6. Maslim R. Gangguan Terkait Stress. In: Maslim R, editor. Diagnosis Gangguan Jiwa,

Rujukan Ringkas PPDGJ III. Jakarta: PT Nuh Jaya; 2001. p. 79-80.

7. Maramis, W.F. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa cetakan kesembilan. Airlangga

University Press : Surabaya

16