Referat Full (Edited)
-
Upload
rizky-erizka -
Category
Documents
-
view
68 -
download
4
description
Transcript of Referat Full (Edited)
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat
yang berjudul “Gambaran Pemeriksaan Radiologis pada Fibrous Displasia”.
Referat ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mengikuti
kepaniteraan klinik di bagian Radiologi RSUP DR M Djamil, Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan untuk menyelesaikan referat ini tidak
lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik secara langsung atau
tidak langsung. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada dr. Lila Indrati, SpRad yang telah dengan senang hati memberikan
bimbingan, waktu dan saran yang sangat bermanfaat dalam membimbing penulis
untuk menyelesaikan referat ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan referat ini,
untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan referat ini.
Semoga referat ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat memperkaya ilmu
pengetahuan khususnya di bidang kedokteran radiologi.
Padang, 10 Agustus 2015
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 1
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................ 2
1.4 Manfaat .............................................................................................................. 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 3
2.1 Definisi ............................................................................................................... 3
2.2 Klasifikasi .......................................................................................................... 3
2.3 Epidemiologi ...................................................................................................... 4
2.4 Etiologi ............................................................................................................... 4
2.5 Patofisiologi ....................................................................................................... 4
2.6 Gambaran klinis ................................................................................................. 5
2.7 Gambaran Histologis .......................................................................................... 6
2.8 Gambaran Radiologis ......................................................................................... 6
2.9 Diagnosis Banding Radiologis ......................................................................... 10
2.10 Terapi ............................................................................................................. 14
2.11 Prognosis dan Komplikasi ............................................................................. 14
BAB III PENUTUP ................................................................................................... 16
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 16
Daftar Pustaka ............................................................................................................ 17
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fibrous dysplasia merupakan salah satu kelainan tulang yang bersifat jinak
yang bisa menyerang tulang femur, tibia, humerus, kraniofasialis, vertebra dan lain-
lain. Namun, kelainan ini sering ditemui pada maksila, tulang tengkorak dan
mandibula. Pada umumnya, lesi ini banyak ditemui pada masa anak-anak, remaja
dan dewasa muda tetapi jarang disadari karena pertumbuhannya yang lambat dan
tanpa keluhan. Istilah fibrous dysplasia pertama kali diperkenalkan oleh Lichenstein
pada tahun 1938 dimana dapat terjadi pada satu tulang atau beberapa tulang.
Monostotik dysplasia merupakaan bentuk yang paling sering ditemukan dan
hanya melibatkan satu buah tulang. Kelainan umumnya dimulai pada masa anak-
anak dan tertahan pada masa dewasa. Begitu juga hal nya dengan bentuk poliostotik
yang mengenai lebih dari satu tulang, namun gejala yang ditimbulkan lebih parah
jika dibandingkan dengan bentuk monostotik dysplasia.
Penderita sering datang terlambat untuk berobat ke dokter karena tidak
adanya keluhan yang dirasakan karena perjalanan penyakitnya yang lambat dan
bersifat asimptomatis. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk mendeteksi kelainan
ini sedini mungkin sehingga tidak menimbulkan kerusakan pada tulang yang lebih
parah bahkan bisa mengakibatkan kecacatan.
Berdasarkan hal tersebut, penulis menyusun referat yang berjudul gambaran
pemeriksaan radiologis pada craniofacial fibrous dysplasia agar dapat menjadi
pedoman dan pertimbangan bagi kita semua, terutama dokter dan tenaga kesehatan
lainnya agar dapat mendeteksi secara dini kelainan ini sehingga dapat ditatalaksana
secepat mungkin agar tidak semakin parah dan tidak menimbulkan kondisi kesehatan
yang lebih buruk pada penderita.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran pemeriksaan radiologi pada craniofacialis fibrous
displasia ?
2
1.3 Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui gambaran pemeriksaan radiologi pada craniofacialis fibrous
displasia.
1.4 Manfaat
Dapat mengetahui gambaran pemeriksaan radiologi pada craniofacialis fibrous
displasia dan perbedaannya dengan kelainan tulang lainnya serta dapat menambah
ilmu pengetahuan terutama di bidang radiologi.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Fibrous dysplasia adalah suatu kelainan perkembangan tulang yang tidak
normal yang ditandai dengan proliferasi jaringan fibrous pada tulang, metaplasia,
imatur, bentuk yang baru tanpa adanya maturitas dari osteoblast yang menimbulkan
gambaran radiolusen pada radiografi dengan bentuk klasik berupa ground-glass
appearance.1 Fibrous dysplasia juga dapat diartikan sebagai suatu kelainan tulang
yang benigna, kronis dan berkembang secara lambat yang ditandai dengan adanya
jaringan fibrous dan woven bone ( tulang yang immatur ) yang mengakibtakan
pertumbuhan tulang yang abnormal, menimbulkan rasa sakit, deformitas serta
resorbsi pada tulang yang terlibat sehingga tulang menjadi membesar dan asimetris.
Pertumbuhan yang abnormal ini disebabkan oleh penyimpangan aktivitas tulang
dalam membentuk jaringan mesenkimal sehingga terbentuk proliferasi abnormal dari
sel-sel mesenkimal.2
2.2 Klasifikasi
Istilah fibrous dysplasia diperkenalkan pertama kali oleh Lichtenstein pada
tahun 1938. Kelainan ini dapat diklasifikasikan berdasarkan jumlah tulang yang
terlibat, jika hanya mengenai satu tulang saja disebut monostotik fibrous dysplasia,
jika lebih dari satu tulang disebut poliostotik fibrous dysplasia.3
a. Monostotik fibrous dysplasia
Monostotik merupakan bentuk yang paling sering ditemukan, kejadiannya
75% - 80% dari jumlah kasus yang ditemukan.4 Lokasi paling sering di
tulang iga (28%), femur proksimal (23%) dan tulang kraniofasialis (20%).5
Bentuk ini pada umumnya bersifat asimptomatis.
b. Poliostotik fibrous dysplasia
Poliostotik merupakan bentuk lesi yang lebih ekstensif dan agresif yang
mengenai lebih dari satu tulang. Tersering di femur (91%), tibia (81%),
pelvis (78%) dan kaki (73%).5 bentuk ini berkaitan erat dengan penyakit
4
gangguan hormonal, seperti hipertiroid, hipofosfatemia, akromegali,
hiperprolaktinemia dan Cushing disease. Selain itu juga merupakan
karakteristik pada sindrom McCune-Albright dan sindrom Mazabraud.6
2.3 Epidemiologi
Insiden pasti angka kejadian dari fibrous dysplasia masih sulit untuk
diidentifikasi, terutama bentuk monostotik yang bersifat asimptomatis dan sering
baru diketahui ketika penderita melakukan pemeriksaan radiologi. Fibrous dysplasia
merupakan 1% dari semua jenis tumor primer pada tulang dan 5% - 7% dari semua
tumor jinak pada tulang. Onset pada umumnya pada masa anak-anak dan remaja dan
jarang pada masa bayi.7 Bentuk monostotik umumnya terjadi pada usia 5-20 tahun
dan poliostotik pada usia kurang dari 10 tahun, lesi akan tumbuh selama anak-anak
dan menjadi stabil setelah masa pubertas. Angka kejadian pada wanita dan laki-laki
sama.8
2.4 Etiologi
Etiologi fibrous dysplasia berkaitan dengan mutasi pada gen GNAS1 yang
mengkode subunit alpha untuk menstimulasi reseptor G protein coupled, Gsα di
kromosom 20q13.2-13.3.9 Mutasi gen ini pertama kali diidentifikasi pada pada
pasien dengan sindrom McCune Albright dan tumor endokrin. Mutasi pada gen ini
menyebabkan meningkatnya proliferasi sel terutamaproduksi matriks tulang fibrotic
yang menyebabkan terjadinya fibrous dysplasia. Selain itu, juga mempengaruhi
fungsi interleukin 6 yang diduga berperan dalam terjadinya peningkatan osteoklast
dan resorbsi pada tulang yang dapat terlihat pada fibrous dysplasia.6
2.5 Patofisiologi
Fibrous dysplasia merupakan abnormalitas tulang yang biasa timbul pada usia
pertumbuhan dan perkembangan. Kelainan ini merupakan penyakit tulang dmana
lapisan terluar dari tulang menjadi tipis dan bagian dalm sum-sum tulang digantikan
jaringan fibrous yang terdiri atas fragmen-fragmen tulang yang tajam seperti jarum.12
Pada fibrous dysplasia terjadi displasia jaringan ikat fibrosa yang mengandung
trabekula tulang dengan karakteristik seperti pusaran dari sel spindel, fokal
5
kalsifikasi dari woven bone. Gambaran ini disebut Chinese Character. Pada tulang
yang telah matang terlihat serat kolagen yang terangkai seperti selendang dan disebut
Lamellae.13
Penyakit ini umumnya terlihat jelas pada masa kanak-kanak, bisa muncul hanya
pada satu tulang saja (monostotik displasia) ataupun pada beberapa tulang
(poliostotik fibrous displasia). Juga sering ditemukan saat terjadinya fraktur tulang
akibat trauma minor. Fraktur yang diakibatkan oleh tulang yang displasia tidak dapat
sembuh secara sempurna jika jaringan fibrous ini tidak diatasi secara operatif.12
Kelainan yang terjadi merupakan tumor tulang benigna yang akan terus tumbuh
sampai masa remaja sempurna. Setelah terjadi pertumbuhan sempurna,
perkembangan abnormalitas ini akan berhenti, tapi penderita akan memiliki satu atau
lebih daerah tulang yang tidak kuat atau lemah.12
2.6 Gambaran klinis
Secara klinis monostotik fibrous displasia merupakan suatu penyakit yang
asimtomatis. Monositik fibrous dysplasia sering terjadi pada maksila dibandingkan
dengan mandibula. Prevalensi terkenanya penyakit ini adalah sama antara pria dan
wanita. Penyakit ini lebih sering paa anak anak dan dewasa muda yang berusia 20-
30 tahun dibandingkan yang berusia lebih tua. Pada maksila terlihat pembengkakan
yang tidak sakit, yang membesar, tidak jelas, dan berbentuk bulat. Massa tersebut
dapat menjadi lebih besar sehingga dapat mengganggu fungsi pengunyahan.10 ,14
Pada mandibula, pembengkakan dapat melibatkan daerah labial atau bukal dan
sering pada daerah lingual. Terkadang pada mandibula juga terjadi penonjolan yang
buruk pada bagian tepi inferior.10 ,11
Lesi pada maksila yang meluas dapat melibatkan sinus maksilaris, tulang
zygomatik, tulang sphenoid dan dasar orbita. Pembengkakan yang tidak stabil
membesar dalam waktu yang lama sehingga menimbulkan pembengkakan yang
mengakibatkan bentuk wajah asimetris. Jika pembengkakan berada di maksila maka
terjadi penonjolan pada pipi dan perluasan lempeng kortikal.10 ,15
Pada beberapa kasus, dimana pertumbuhannya lebih cepat dan luas mungkin
terjadi pembengkakan yang jelas dari pipi dan terjadi exopthalmus. Pada rahang
terdapat beberapa gigi yang tidak teratur letaknya, tipping atau berpindah akibat
maloklusi dan gangguan pola erupsi.10
6
Pada pemeriksaan rongga mulut tidak terlihat perubahan pada mukosa, warna
normal, tetap melekat erat pada tulang tampa kerusakan pada periosteum. Pada
beberapa kasus permukaan tulang licin tapi pada kasus lain dijumpai permukaan
yang nodular dan ekspansi. Selain itu terlihat pembesaran tulang yang dapat
berkembang selama bertahun-tahun, tetapi ada kecenderungan untuk berhenti setelah
pertumbuhan tulang selesai.10
2.7 Gambaran Histologis
Secara mikroskopis lesi memperlihatkan penggantian tulang normal oleh
janringan fibrous yang mengandung tulang dan trabekula yang metaplasia.
Gambaran histologis dari fibrous displasia pada rahang lebih bervariasi dari pada
tulang lain.10, 14
Jaringan fibrous displasia banyak mengandung sel sel dan memperlihatkan
bentuk lingkaran yang berisi jaringan berkas kolagen yang tebal. Secara tipikal,
trabekula tulang yang baru terbentuk tidak teratur dan berisi susunan tulang berserat
kasar dan belum matang dengan jumlah osteoid yang bermacam-macam.10
Fibrous displasia terdiri dari beberapa gambaran yaitu selular, proliferasi fibrous
jaringan penyambung yang berbentuk foci dan ketidakteraruran bentuk trabekula
tulang yang tidak matang. Serat kolagen yang lengkap tersusun dalam pola stratified
(bentuk bertingkat) dari jalinan bekas kolagen. Fibroblas memperlihatkan bentuk
yang sama, nukleus berbentuk spindel sampai stellate. Trabekulla tulang
menunjukkan kurangnya aktivitas osteoklas dan kurangnya osteoblas disekeliling
tulang trabekula.10, 16
2.8 Gambaran Radiologis
2.8.1 Gambaran radiologi polos
Secara umum, pemeriksaan radiologi polos fibrous displasia pada rahang
memberikan gambaran yang bervariasi, tergantung pada tahap dari penyakit serta
mempunyai gambaran yang radiolusen sampai massa radiopaque yang padat.10
Pada monostotik fibrous displasia terdapat tiga tahap gambaran radiografi yang
bisa dilihat. Gambaran pertama yaitu lesi biasanya berupa gambaran radiolusen kecil
yang unilokular ataupun radiolusen yang multilokular. Kedua bentuk ini masih
7
mempunyai batas yang jelas dan masih terdiri atas jaringan tulang trabekular yang
baik. Gambaran klinis pada tahap ini jarang sekali terlihat karena masih berupa tahap
permulaan terjadinya penyakit.14,15
Gambaran kedua yaitu berupa gambaran yang secara berangsur-angsur menjadi
opaque. Gambaran ini disebut juga dengan gambaran ground glass, orange peel atau
finger print dengan batas yang tidak begitu jelas. Gambaran ini terjadi karena
terbentuknya spikula tulang yang baru secara tidak teratur. Pada gambaran ketiga lesi
ini semakin menjadi opaque seiring dengan bertambahnya umur dan matangnya
lesi.14,15
Gambar 1. Radiografi panoramik menunjukkan gambaran ground glass
dengan batas yang tidak jelas pada maksila.17
Gambar 2. Radiografi periapikal menunjukkan gambaran finger print pada
mandibula.18
8
Gambar 3.Radiografi periapikal menunjukkan gambaran orange peel pada
maksila.18
Ketiga gambaran radiografi tersebut dapat terjadi di maksila dan mandibula
serta biasanya terjadi penipisan tulang kortikal akibat pembesaran dan pertumbuhan
lesi. Akar pada gigi daerah yang terlibat dapat terjadi perubahan posisi tetapi jarang
terjadi resorbsi dan juga dapat terjadi hilangnya lamina dura. Pada beberapa kasus,
tulang menjadi sangat opaque sehingga akar gigi menjadi tidak jelas ataupun tidak
terlihat. Selain akar gigi, gambaran radiografi juga memperlihatkan adanya
pembesaran pada daerah bukal dan lingual tulang alveolar, hilangnya batas dari
antrum ataupun hilangnya antrum itu sendiri serta keterlibatan tulang-tulang lainnya
seperti zygoma, sphenoid, occiput, dan sampai dasar dari tulang tengkorak.14,15
9
Gambar 4. Radiografi panoramic menunjukkan gambaran ground glass disertai
dengan hilangya lamina dura dan penipisan tulang kortikal pada tepi
bawah mandibula.19
2.8.2 Gambaran Ct Scan
Tulang yang mengalami dysplasia biasanya melebar dengan korteks yang
masih utuh dan korteks medula tidak berdiferensiasi dengan baik. Digantikan oleh
bentuk yang homogen ground glass appearance, meskipun bentuk campuran
gambaran lusen dan sclerosis yang biasanya muncul.20
Batas antara tulang yang normal dan tidak normal sulit untuk diidientifikasi,
dua regio saling bergabung satu sama lain, namun pada beberspa kasus tampak batas
yang tegas. Kadang-kadang ada gambaran sclerosis yang menyatu dengan gamabran
lusen yang berhubungan dengan penyakit paget dan disebut juga dengan pagetoid.
Ketika tulang maxila dan mandibula terlibat, resorpsi dari akar gigi akan terlihat
jarang. 20
Gambar 5. Gambaran CT Scan (kanan) Norma. (kiri) Fibrous Dysplasia sebelah
kanan wajah.21
10
2.8.3 Gambaran MRI
Gambaran MRI tidak terlalu berguna untuk membedakan fibrosdysplasia dengan
bentuk lain, ada tanda yang bervariasi pada tampilan lesi di tulang, dapat menyerupai
tumor atau lesi yang lebih agresif. Gambaran MRI sangat bervariasi tergantung
derajat gambaran lusen dan Sclerosis. 20
T1 : Sinyal heterogeneous, biasanya menengah
T2: : Sinyal heterogeneous, biasanya rendahtetapi mungkin memiliki daerah
dengan sinyal yang lebih tinggi.
T1 C+ (Gd): peningkatan kontras homogenus
2.9 Diagnosis Banding Radiologis
Secara radiologis, Fibrous Dysplasia dapat memiliki lesi yang mirip dengan
beberapa kelainan
1. Ossifying Fibroma
Secara gambaran radiologis Ossifying Fibroma memiliki tampilan
yang mirip dengan Fibrous dysplasia. Fibrous Dysplasia menunjukkan
gambaran lesi lucent dengan ground-glass appereance dan memiliki batas
yang tidak terlalu tegas dengan tulang sehat di sekitarnya.
Sedangkan Ossifying Fibroma menunjukkan gambaran campuran
antara opaque dan lucent yang memiliki batas tegas dengan tulang sehat
di sekitarnya. 22,23
Untuk memastikan diagnosis akhir dapat digunakan pemeriksaan
patologi Anatomi dimana pada Osifying Fibroma akan ditemukan
gambaran Osteoblastik Rimming. 23,24
11
Gambar 6. (kiri) ossifying fibroma dengan gambaran radioopaque
dan lucent dengan batas tegas. (kanan) Fibrous Dysplasia
menunjukkan gambaran radiolucent dengan batas yang
tidak tegas.24
2. Paget’s Dissease
Paget’s Dissease memiliki gambaran radiologis yang mirip dengan
Fibrous Dysplasia. Gambaran radiologis dapat berupa campuran antara
area sklerotik dan litik, penebalan trabekula, expansi tulang, penebalan
korteks dan deformitas. Dapat juga terlihat gambaran cotton-wool
(gambar 6).Yang membedakan adalah usia munculannya dimana paget’s
dissease menyerang dewasa sedangkan fibrous dysplasia menyerang anak
anak hingga remaja.25,26
Selain Itu lokasi tulang yang terkena juga berbeda dimana Paget’s
Disease kebanyakan menyerang Pelvis, tulang cranial, Vertebrae dan
sebagian menyerang tulang tulang panjang pada extermitas.25
12
Gambar 7. Gambaran radiologis photo polos panoramik pada
Paget’s Dissease dengan gambaran cotton-wool.26
3. Simple Bone Cyst
Pada pemeriksaan radiologi gambaran monostotic fibrous dysplasia
akan terlihat mirip dengan gambaran kista tulang yang kecil. Keduanya
akan menyebabkan remodeling yang expansif pada tulang dengan
gambaran radiolusen. Perbedaan paling jelas adalah adanya peningkatan
intensitas gambaran tulang disekitar area lesi dapat membedakan fibrous
dysplasia dari kista tulang.27
Diagnosis pasti untuk membedakannya digunakan bone scintigrafy,
kecuali telah terjadi fraktur patologis pada kista tulang dimana akan
ditemukan gambaran serpihan tulang yang fraktur.27
Gambar 8. Gambaran radiologis simple bone cyst.27
13
4. Central Giant Cell Granuloma (CGCG)
Batas biasanya tegas tanpa pinggir sklerotik dengan gambaran
radiolucent. Serta menyerang penderita sebelum usia 30th.28
Gambar 9. Gambaran radiologis CGCG pada korpus mandibula
disertai resorpsi akar molar kiri.28
5. Brown Tumour
Memiliki gambaran radiologis photo polos berupa lesi litik dengan
batas tegas. Korteks dapat mengalami penipisan dan terdorong namun
tidak terpenetrasi.29
14
Gambar 10. Gambaran radiologi Brown Tumor menunjukkan lesi
pada corpus mandibula kanan dengan gambaran
unilocular radiolucent, dengan batas tegas disertai
pergeseran molar 1.27
2.10 Terapi
Penanganan Fibrous Dysplasia secara non bedah dapat dilakukan observasi
disertai pemberian bisphosphanate untuk mengurangi aktivitas sel yang merusak.
Daerah yang terkena Fibrous Dysplasia dilakukan pemantauan rutin dalam waktu
tertentu biasanya 6 bulan, dan bila tidak ditemukan gejala serta tidak progresive
tidak perlu dilakukan terapi.30
Sedangkan tindakan pembedahan dilakukan untuk kasus fibrous dysplasia
bila ditemukan gejala, tidak respos dengan pemberian obat obatan, menimbulkan
fraktur patologis akibat kerapuhan tulang, serta adanya deformitas yang sangat jelas
(alasan kosmetik).30
2.11 Prognosis dan Komplikasi
Prognosis pada umumnya baik dengan kemungkinan untuk menjadi
keganasan kurang dari 1%. Biasanya perubahan menuju keganasan dapat menjadi
15
osteosarkoma, fibrosarkoma, kondrosarkoma dan fibriohistositoma. Potensi
keganasan terjadi terutama pada kasus dimana pasien mengalami peningkatan yang
tinggi dari alkaline phosphatase.31
Selain itu, jika onset dimulai sebelum pubertas biasanya lesi tidak
berkembang dan akan bertahan dengan ukuran yang sama. Pada perkembangan yang
progresif dapat menyebabkan deformitas maupun fraktur yang pada kasus tertentu
membutuhkan tindakan bedah.31
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Fibrous Dysplasia adalah suatu kelainan tulang yang bersifat jinak,
bukan merupakan suatu keganasan. Lesi yang muncul dapat berupa monoostotik
(menyerang satu tulang) maupun poliostotik (beberapa tulang) dan menyerang anak
anak dan remaja. Dari segi progresifitas biasanya berkembang lambat.
Secara klinis Fibrous Dysplasia dapat menimbulkan gejala berupa
nyeri hingga fraktur patologis akibat kerapuhan struktur tulang. Sedangkan pada
kasus lainnya, gejala yang muncul minimal bahkan bisa ditemui hanya deformitas
minimal tanpa ada keluhan lain.
Fibrous dysplasia dapat didiagnosa melalui pemeriksaan radiologis
walaupun tampilannya dapat berfariasi dan mirip dengan beberapa kalainan lain.
Namun diagnosis dapat ditegakkan dengan melihan lokasi, usia pasien serta bantuan
pemeriksaan diagnostik lain seperti Bone Skintigrafi.
Tatalaksana sendiri dapat dilakukan tindakan non bedah dengan
melakukan observasi berkala dan pemberian obat obatan untuk menekan
pertumbuhan lesi dan pemberian analgetik jika ditemui nyeri. Sedangkan tindakan
bedah dilakukan untuk penanganan lesi yang progresif, menimbulkan deformitas
yang jelas, fraktur patologis maupun gejala klinis yang sangat mengganggu.
17
Daftar Pustaka
1. Ben H, et al. Cranifacial fibrous dysplasia : a case report. J Fr Ophtalmol.
2005;28
2. Cummings CW. Cummings otolaryngology head and neck surgery. USA :
Elsevier Mosby. 2005: 2895
3. Shaffer M, Levy. A text book of oral pathology. Canada : W. B Saunders. 1983 :
694-699
4. Smith SE, Kransdorf MJ. Primary musculoskeletal tumors of fibrous origin.
Semin Musculoskelet Radiol. 2000;4 : 73-88
5. Kumar R, Madewell JE, Lindell MM, Swischuk LE. Fibrous lesions of bone.
Radiographics. 1990;10 : 237-256
6. Selena G, et al. Fibrous dysplasia. Journal of the American Academy of
Orthopaedic Surgeons. 2004;12 : 305-313
7. Harsh M, Preeti M, Irneet M, Sudhir K. Fibrous dysplasia of bone : A
clinicopathologic review. Dove Press Journal. 2011:31-42
8. Dorfman HD, Czerniak B. Fibroosseous lesions, in Dorfman HD (ed) : Bone
Tumors. St Louis, MO : Mosby. 1998 : 441-491
9. DiCaprio MR, Enneking WF. Fibrous dysplasia. Pathophisiology, evaluation
and treatment. J Bone Joint Surg Am. 2005;87(8) : 1848-1864.
10. Yumizone. Fibrous displasia. 2009. http:// yumizone. wordpress.com
/2009/01/07/fibrous-displasia/ (diakses pada 9 Agustus 2015).
11. Cummings CW. Cummings otolaryngology head & neck surgery. 4th ed. USA
: Elsevier Mosby, 2005 : 2895.
12. Oldnall N. Fibrous dysplasia. 2004.
http://www.e-radiography. net /radpath/f/fibrous_dysplasia.htm diakses pada
9 Agustus 2015.
13. Anonymous. Neoplasma tulang. 2007. http://medicom. blogdetik.com
/2009/03/07/neoplasma-tulang/ diakses pada 9 Agustus 2015.
14. Shaffer, Mine, Levy. A text book of oral pathology. 4th ed . Canada : W.B
Saunders, 1983 : 694-9.
15. Whaites E. Essentials of dental radiography and radiology. 4th ed. USA :
Elsevier Mosby, 2007 : 368,441.
18
16. Anonymous. Case study. 2006. http://www.umdnj.edu/tutorweb/case7.htm
diakses pada 9 Agustus 2015.
17. WHO. 2015. International Organisation for research on Cancer.
http://screening.iarc.fr/atlasoral_detail.php?flag=0&lang=1&Id=E9000006&cat
=E9 diakses pada 9 Agustus 2015.
18. Ramadas K, Lucas E, Thomas G, et.al. Fibrous dysplasia. 2006. http://screening .
iarc.fr diakses pada 9 Agustus 2015.
19. Imaging Consult. Fibrous dysplasia (mandible). 2009 http://imaging. consult.com
/image/ diakses pada 9 Agustus 2015.
20. Skalski.M, Singh.G, Fibrous Dysplasia. http://radiopaedia.org/articles/fibrous-
dysplasia diakses pada 9 Agustus 2015
21. Lee.J.S, et al. Clinical guidelines for the management of craniofacial fibrous
dysplasia. Orphanet Journal of Rare Diseases. 2012;7(1):s2
22. A n o n y m o u s . R a d i o - o p a q u e a n d m i x e d d e n s i t y . 2 0 0 7 .
http://www.abstractsonline.com/OASISMedia/ diakses pada 9 Agustus 2015.
23. Toyosawa. S, et al. Ossifying fibroma vs fibrous dysplasia of the jaw: molecular
and immunological characterization. Modern Pathology. 2007;20, 389–396
24. Gulati A, Nirmala N R, Raghu A, Radhakrishnan. Fibrous Dysplasia and
Ossifying Fibroma - an advent in their diagnosis. J Clin Exp Dent.
2011;3(4):e297-302.
25. Sundaram M, Imaging of Paget’s Disease and Fibrous Dysplasia of Bone.
Journal of Bone and Mineral Research. 2006;20(2):20-30
26. Polisetti,N. Neerupakam.M, Prathi.V.S, Osteonecrosis secondary to Paget’s
disease : Radiologic and Pathologic Features. Journal of Clinical Imaging
(online) http://www.clinicalimagingscience.org/article.asp?issn=2156-
7514;year=2014;volume=4;issue=2;spage=1;epage=1;aulast=Polisetti diakses
pada 19 Agustus 2015
27. Kransdorf M J, et al. Fibrous Dysplasia. Radiographics. 1990;10:519-37
28. Noleto.J.W, Marchiori.E,Sampaio.R.K,et al, Radiological And Epidemiological
Aspects Of Central Giant Cell Granuloma. Radiologia Brasileira. 2007;40(3)
diakses dari http://www.scielo.br/scielo.php?pid=S0100-
39842007000300007&script=sci_arttext&tlng=en pada 19 Agustus 2015
19
29. Knipe.H, Radswiki, et al. Brown Tumour http://radiopaedia.org/articles/brown-
tumour diakses pada 9 agustus 2015
30. Gannon F H. Fibrous Dysplasia Pathology. Dalam
http://emedicine.medscape.com/article/1998464-overview#a6 diupdate pada 16
januari 2015; diakses pada 9 agustus 2015
31. Chalakova R., et al. Fibrous Dysplasia in the Maxillo-Mandibular Region –
Case Report. Journal of IMAB. 2010;16(4):10-3