REFERAT ENDOFTALMITIS

25
BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Endoftalmitis merupakan peradangan supuratif di bagian dalam bola mata yang meliputi uvea, vitreus dan retina dengan aliran eksudat ke dalam kamera okuli anterior dan kamera okuli posterior. Peradangan supuratif ini juga dapat membentuk abses di dalam badan kaca. 1 Endoftalmitis di sebabkan oleh bakteri dan jamur. Bakteri dan jamur ini akan masuk dengan cara eksogen dan endogen. Endoftalmitis eksogen terjadi akibat trauma tembus atau infeksi sekunder pada tindakan pembedahan yang membuka bola mata. Endoftalmitis endogen terjadi akibat penyebaran bakteri atau jamur dari fokus infeksi dalam tubuh. Endoftalmitis merupakan penyakit yang memerlukan perhatian karena bila tidak segera diberikan pertolongan prognosisnya akan semakin buruk dan dapat mengakibatkan kebutaan. 1 Endoftalmitis merupaka penyakit yang memerlukan perhatian pada tahun terakhir ini karena dapat memberikan penyulit yang gawat akibat suatu trauma tembus atau akibat pembedahan mata intra okuler. 1 1

description

Endoftalmitis merupakan peradangan supuratif di bagian dalam bola mata yang meliputi uvea, vitreus dan retina dengan aliran eksudat ke dalam kamera okuli anterior dan kamera okuli posterior. Peradangan supuratif ini juga dapat membentuk abses di dalam badan kaca. 1

Transcript of REFERAT ENDOFTALMITIS

BAB I

PENDAHULUAN

1 Latar Belakang

Endoftalmitis merupakan peradangan supuratif di bagian dalam bola

mata yang meliputi uvea, vitreus dan retina dengan aliran eksudat ke dalam

kamera okuli anterior dan kamera okuli posterior. Peradangan supuratif ini

juga dapat membentuk abses di dalam badan kaca. 1

Endoftalmitis di sebabkan oleh bakteri dan jamur. Bakteri dan jamur

ini akan masuk dengan cara eksogen dan endogen. Endoftalmitis eksogen

terjadi akibat trauma tembus atau infeksi sekunder pada tindakan pembedahan

yang membuka bola mata. Endoftalmitis endogen terjadi akibat penyebaran

bakteri atau jamur dari fokus infeksi dalam tubuh. Endoftalmitis merupakan

penyakit yang memerlukan perhatian karena bila tidak segera diberikan

pertolongan prognosisnya akan semakin buruk dan dapat mengakibatkan

kebutaan. 1

Endoftalmitis merupaka penyakit yang memerlukan perhatian pada

tahun terakhir ini karena dapat memberikan penyulit yang gawat akibat suatu

trauma tembus atau akibat pembedahan mata intra okuler. 1

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2 Endoftalmitis

2.1 Anatomi Bola Mata

Endoftalmitis merupakan peradangan berat dalam bola mata, yang biasanya

terjadi akibat infeksi setelah trauma atau bedah, atau endogen akibat sepsis. Berbentuk

radang supuratif di dalam rongga mata dan struktur di dalamnya1.

Bola mata dibungkus oleh 3 lapis jaringan, yaitu1:

1. Sklera, yang merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk

pada mata, merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian

terdepan sclera disebut cornea yang bersifat transparan yang memudahkan

sinar masuk ke dalam bola mata.

2. Jaringan uvea, yang merupakan jaringan vaskular, yang terdiri atas iris, badan

siliar dan koroid. Pada iris didapatkan pupil yang oleh 3 susunan otot dapat

mengatur jumlah sinarmasuk ke dalam bola mata, yaitu otot dapat mengatur

jumlah sinar masuk ke dalam bola mata, yaitu otot dilatatur, sfingter iris dan

otot siliar. Badan siliar yang terletak di belakang iris menghasilkan cairan bilik

mata (akuos humor), yang dikeluarkan melalui trabekulum yang terletak pada

pangkal iris di batas kornea dan sklera.

3. Lapis ketiga bola mata adalah retina yang terletak paling dalam dan

mempunyai susunan lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan lapis membran

neurosensoris yang akan merubah sinar menjadi rangsangan pada saraf optik

dan diteruskan ke otak.

Vitreous humour atau badan kaca menempati daerah belakang lensa. Struktur ini

merupakan gel transparan yang terdiri atas air (lebih kurang 99%), sedikit kolagen, dan

molekul asam hialuronat yang sangat terhidrasi. Badan vitreous mengandung sangat

sedikit sel yang menyintesis kolagen dan asam hialuronat. Berfungsi mengisi ruang

untuk meneruskan sinar dari lensa ke retina. Kebeningan badan vitreous disebabkan

2

tidak terdapatnya pembuluh darah dan sel. Pada pemeriksaan tidak terdapatnya

kekeruhan badan vitreous akan memudahkan melihat bagian retina pada pemeriksaan

oftamoskopi. 1

Gambar 1 anatomi penampang sagital bola mata

2.2 Definsi

Endophthalmitis adalah adanya peradangan hebat intraokular, terjadi yang

diakibatkan dari bakteri, jamur atau keduanya. Beberapa penulis mendefinisikan

sebagai bakteri atau jamur infeksi pada tubuh dan ruang vitreous mata cairan. Hal ini

tidak pernah disebabkan oleh virus atau parasit infeksi, sebagai agen ini terutama

menyebabkan radang retina dan Uvea. 2

2.3 Klasifikasi

Secara umum endoftalmitis diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Endoftalmitis Eksogen

Pada endolftamitis eksogen organisme yang menginfeksi mata berasal dari

lingkungan luar. Endolftamitis eksogen dikategorikan menjadi : endolftalmitis

post operasi dan endolftalmitis post trauma.

a. Endoftalmitis Post Operatif

Pada endoftalmitis post operasi, bakteri penyebab tersering merupakan

flora normal pada kulit dan konjungtiva. Endoftalmitis ini sering terjadi

3

setelah operasi-operasi berikut ini : katarak, implantasi IOL, glaukoma,

keratoplasty, eksisi pterigium, pembedahan strabismus paracentesis,

pembedahan vitreus dll. 3

b. Endoftalmitis Post Trauma

Endoftalmitis paling sering terjadi setelah trauma mata, yaitu trauma yang

menimbulkan luka robek pada mata.

2. Endoftalmitis Endogen

Pada endoftalmitis endogen, organisme disebarkan melalui aliran darah.

Endoftalmitis endogen beresiko terjadi pada :

1. Memiliki faktor predisposisi, seperti : diabetes melitus, gagal ginjal, penyakit

jantung rematik, sistemik lupus eritematos, AIDS dll

2. Invasif Prosedur yang dapat mengakibatkan bakteremia seperti hemodialisis,

pemasangan kateter, total parenteral nutrisi dll

3. Infeksi pada bagian tubuh lain, seperti: endokarditis, urinary tract infection,

artritis, pyelonefritis, faringitis, pneumoni dll8

Pada endoftalmitis endogen kuman penyebabnya sesuai dengan fokus infeksinya

seperti Streptococcus Sp (endokarditis), Stapylococcus aureus (infeksi kulit) dan

Bacillus (invasive prosedur). Sementara bakteri Gram negatif misalnya Neisseria

meningitidis, Neisseria gonorrhoe, H infuenzae dan bakteri enterik seperti Escherichia

colli dan Klebsiella.4

2.4 Etiologi

Penyebab endophthalmitis sangat bervariasi tergantung dari jenis nya.

1. Endophthalmitis post operasi kronis

Penyebab endophthalmitis post operasi kronis dibagi atas bakteri dan jamur.

Endophthalmitis kronis post operasi akibat jamur disebabkan oleh candida dan

aspergilus namun haruslah di bedakan dari endophthalmitis endogen.

Endophthalmitis post operasi kronis akibat bakteri paling sering disebabkan oleh

Propionibacterium acnes. Bakteri lain dengan tingkat virulensi terbatas seperti

Staphylococcus epidermidis dan spesies Corynebacterium, juga bisa bisa

menyebabkan infeksi kronik yang mirip. P acnes, bakteri gram-positive anaerob

kommensal, ditemukan di kulit kelopak mata atau konjuctiva orang normal.3

4

2. Endoftahmitis post operasi akut

Biasanya disebabkan oleh coagulase negative Staphylococcus, S aureus,

Streptococcus spp, organisme gram negatif.3

3. Endophthalmitis endogen

Bakteri endogen penyebab endophthalmitis memiliki variasi jenis yang luas,

penyebab tersering dari jenis gram positif diantaranya species Streptococcus

(endocarditis), Staphylococcusa ureas ( infeksi cutaneous), dan species Bacillus

(dari penggunaan obat intravena ) sedang untuk bakteri gram negatif paling sering

Neisseria meningitidis, Haemophilus influenzae, and organismse enteric seperti

Escherichia coli dan spesies Klebsiella.3

Endofthamitis endogen akibat jamur disebabkan oleh candida (penyebab

terbanyak), aspergillus dan cocidioides. Endophthalmitis endogen karena

jamur juga bisa disebabkan oleh infeksi Histoplasma capsulatum.

Cryptococcus neoformans. Sporothrix schenkii. Dan Blastomyces dermatitidis

namun kejadiannya lebih rendah dibandingkan candida dan aspergillus.3

4. Traumatic endophthalmitis

Hampir sama dengan endophthalmitis post operasi, dua pertiga dari

bakteri penyebab traumatic endofthamitis adalah gram positif dan 10-15%

adalah gram negatif. Bacillus cereus, dimana sangat jarang menyebabkan

endophthalmitis pada kasus lain, menyebabkan hampir 25% dari semua kasus

traumatic endophthalmitis.3

2.5 Patofisologi

Pada keadaan normal, blood-ocular barrier dapat melindungi mata dari invasi

mikroorganisme. Pada Endogenous endophthalmits, organisme dapat menembus blood-

ocular barrier dengan invasi langsung (contoh : septic emboli) atau dengan merubah

permeabilitas vaskuler endotel. Destruksi jaringan intraokular mungkin berhubungan

dengan invasi langsung mikroorganisme dan atau dari pelepasan mediator inflamasi

karena respon imun.3,5

Endophthalmitis dapat ditemukan adanya nodule putih pada kapsul lensa, iris,

retina, atau koroid. Juga dapat mengenai berbagai tempat diseluruh jaringan mata,

dimana yang utama adalah terbentuknya eksudat purulen pada bola mata. Dapat

5

menyebar ke jaringan lunak dari mata. Semua prosedur operasi yang mengganggu

integritas dari bola mata dapat menyebabkan Exogenous endophthalmitis (misalnya :

operasi katarak, glaukoma, radial keratotomy).3,5

2.6 Manifestasi Klinis

1. Endophthalmitis post operasi kronik

Propionibacterium acnes sebagai penyebab terbanyak bermanifestasi berupa

plak putih diantara kapsul posterior dan implan IOL. Pasien akan merasakan pandangan

yang kabur dan inflamasi granulamatous yang persisten dimulai sekitar 3-4 bulan

setelah pembedahan. Pada kasus yang parah dapat terjadi inflamasi vitreus,

dekompensasi kornea hingga neovaskularisasi iris pada kasus terparah yang tidak

mendapat pengobatan.3

Gambar 2. A dan b endophthalmitis krinik post operasi yang disebabkan oleh

propiobacterium acnes. Granulomatous keratic precipitas dan plak putih di selubung

kapsul

2. Endophthalmitis post operasi akut

6

Sering disertai dengan hypopion, conjunctival vascular congestion, edema

kornea, edema keopak mata. gejala sering berupa nyeri dan visual loss yang nyata.3

3. Endolphthalmitis endogen

Gambaran dari endolphthalmitis endogen berasal dari penyakit sistemik yang

berlangsung seperti suhu tubuh yang tinggi (lebih dari 101,5‘ F), peningkatan jumlah

leukosit perifer, dan kultur kuman yang positif dari bagian lain (darah, urin, dahak).

pasien sering sakit dan dirawat karena penyakit utama yang mendasari munculnya

endophthalmitis endogen.3

Gejala klinis meliputi nyeri akut, fotofobia, dan penglihatan kabur. Pada

pemeriksaan biasanya ditemukan sangat menurunnya ketajaman visual, edema

periorbital dan kelopak mata, dan fibrin di ruang anterior, hipopyon mungkin juga

ditemukan. Mungkin ada peradangan yang signifikan pada vitreous dan sel vitreous.

Kadang-kadang, mengenai kedua mata secara bersamaan.Mikroabses kecil di retina

atau ruang subretinal dan putih, perdarahan pada retina (Roth spot) juga dapat dilihat.3

Pasien dengan Endolphthalmitis kandida mungkin hadir dengan penglihatan

kabur atau menurun akibat dari makula chorioretinal atau nyeri yang timbul dari uveitis

anterior. yang mungkin parah. Biasanya. Candida chorioretinitis ditandai dengan

multiple. bilateral. putih. well-circumscribed lesions kurang dari 1 mm. Tersebar

diseluruh postequatorial fundus dan terkait dengan inflamasi selular vitreous (Gambar

8-4). Para chorioretinallesions dapat berhubungan dengan pembuluh darah selubung

dan perdarahan intra retina, eksudat vitreous mungkin memperlihatkan penampilan

“string-of-pearls”. Endolfthalmitis endogen aspergillus menyebabkan nyeri akut dan

visual loss.3

4. Post traumatic endophthalmitis

Gejala pada endophthalmitis yang disebabkan trauma tembus biasanya lebih berat

termasuk penurunan visus yang cepat, sakit mata yang lebih hebat, mata merah dan

pembengkakan kelopak.3

7

2.7 Diagnosis

Dengan mengetahui gejala subjektif dan gejala objektif yang didapatkan dari

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, maka diagnosis endoftalmitis sudah

dapat ditegakkan. Gejala endoftalmitis dapat diketahui dari gejala subjektif dan objektif

yang didapatkan dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

a. Subjekif

Secara umum, gejala subjektif dari endoftalmitis adalah1,6:

Fotofobia

Nyeri pada bola mata

Penurunan tajam penglihatan

Nyeri kepala

Mata terasa bengkak

Kelopak mata bengkak, merah, kadang sulit untuk dibuka

Adanya riwayat tindakan bedah mata, trauma tembus bola mata disertai dengan

atau tanpa adanya penetrasi benda asing perlu diperhatikan karena adanya

kemungkinan penyebab eksogen. Mengenai penyebab endogen maka penderita perlu di

anamnesis mengenai ada atau tidak nya riwayat penyakit sistemik yang dideritanya.

Penyakit yang merupakan predisposisi terjadinya endoftalmitis di antaranya adalah

diabetes melitus, AIDS dan SLE yang dapat dihubungkan dengan imunitas yang

rendah. Sedangkan beberapa penyakit infeksi yang dapat menyebabkan endoftalmitis

endogen akibat penyebarannya secara hematogen adalah meningitis, endokorditis,

infeksi saluran kemih, infeksi paru-paru dan pielonefritis.1

b. Objektif

Kelainan fisik yang ditemukan berhubungan dengan struktur bola mata yang

terkena dan derajat infeksi/peradangan7. Pemeriksaan yang dilakukan adalah

pemeriksaan luar, slit lamp dan funduskopi kelainan fisik yang dapat ditemukan dapat

berupa1:

Udem Palpebra Superior

reaksi konjungtiva berupa hiperemis dan kemosis

Injeksi siliar dan injeksi konjungtiva

Gambar 3. Endoftalmitis

8

Udem Kornea

Kornea keruh

keratik presipitat

Bilik mata depan keruh

Hipopion

Kekeruhan vitreus

Penurunan refleks fundus dengan gambaran warna yang agak pucat ataupun

hilang sama sekali.

Pada endoftalmitis yang disebabkan jamur, di dalam badan kaca ditemukan

masa putih abu-abu, hipopion ringan, bentuk abses satelit di dalam badan kaca, dengan

proyeksi sinar yang baik1.

2.8 Pemeriksaan Penunjang

Metode kultur merupakan langkah yang sangat diperlukan karena bersifat

spesifik untuk mendeteksi mikroorganisme penyebab. Teknik kultur memerlukan

waktu 48 jam – 14 hari. Bahan-bahan yang dikultur diambil dari1,6,8:

Cairan dari COA dan corpus vitreous

Pada endoftalmitis, biasanya terjadi kekeruhan pada corpus viterous. Oleh sebab

itu, bila dengan pemeriksaan oftalmoskop, fundus tidak terlihat, maka dapat dilakukan

pemeriksaan USG mata. Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan apakah ada benda

9

asing dalam bola mata, menilai densitas dari vitreitis yang terjadi dan mengetahui

apakah infeksi telah mencapai retina1.

Pemeriksaan penunjang lainnya dilakukan untuk mengetahui dengan pasti

kuman penyebab endoftalmitis, terutama bila ada penyakit sistemik yang dapat

menimbulkan endoftalmitis, melalui penyebaran secara hematogen. Pemeriksaan

penunjang tersebut dapat berupa1

- Pemeriksaan darah lengkap, LED, kadar nitrogen, urea darah, kreatinin.

- Foto rontgen thoraks

- USG jantung

- Kultur darah, urin, LCS, sputum, tinja

2.9 Diagnosis banding8

a. Panuveitis

b. Tumor intraokuler

c. Panoftalmitis

2.10 Tatalaksana

1. Terapi Antibiotik9

Terapi antimikroba empiris harus komprehensif dan harus mencakup semua

kemungkinan patogen dalam konteks pengaturan klinis.

Intravitreal antibiotik

Pilihan pertama : Vancomicin 1 mg dalam 0.1 ml + ceftazidine 2.25 mg

dalam 0.1ml

Pilihan kedua : Vancomicin 1 mg dalam 0.1ml + amikacin 0.4 mg dalam 0.1 ml

Pilihan ketiga : Vancomicin 1 mg dalam 0.1ml + gentamicin 0.2 mg dalam 0.1

ml

10

Gambar 4. injeksi intravitreal

Antibiotik topikal

Vancomicin (50 mg/ml) atau cefazolin (50 mg/ml), dan

Amikacin (20 mg/ml) atau tobramycin (15mg%)

Antibiotik sistemik (jarang).

Ciprofloxacin intravena 200mg BD selama 2-3hari, diikuti 500mg oral BD selama

6-7 hari, atau

11

Gambar 5. alur Follow up intravitreal antibiotik

Vancomicin 1gm IV BD dan ceftazidim 2g IV setiap 8 jam

Ringkasan

Terapi antimikroba empiris harus komprehensif dan harus mencakup semua

kemungkinan patogen dalam konteks pengaturan klinis.

Vankomisin (Vancocin)

cakupan empiris untuk-organisme gram positif termasuk cereus B;. DOC untuk

intravitreal dan sistemik baik administrasi liputan gram positif yang sangat baik dan

telah menambahkan keuntungan dari menyediakan cakupan yang lebih baik terhadap

organisme resisten; bakterisidal terhadap organisme yang paling dan bakteriostatik

untuk enterococci; menghambat biosintesis dinding sel, mengganggu permeabilitas

membran sel dan sintesis RNA.

Setelah pemberian sistemik, obat menembus jaringan yang paling termasuk

vitreous, terutama jika penghalang darah-okular dikompromikan. Gunakan creatine

clearance untuk menyesuaikan dosis pada pasien dengan gangguan ginjal.

Gentamisin (Gentacidin, Garamycin)

Empirik cakupan untuk organisme gram-negatif termasuk aeruginosa P.

Aminoglikosida pilihan pertama untuk cakupan gram-negatif sistemik; inhibitor

bakterisida sintesis protein (ribosom subunit 30S). Dosis rejimen sangat banyak;

menyesuaikan dosis berdasarkan CrCl.

Seftazidim (Fortaz, Ceptaz)

Sefalosporin generasi ketiga dengan cakupan gram negatif yang luas tetapi

menurun khasiat-organisme gram positif, gram-negatif cakupan meliputi,

Citrobacter, Serratia, Neisseria, Providencia, dan Haemophilus spesies

Enterobacter. Sefalosporin mengikat untuk satu atau lebih dari penisilin mengikat

protein dan mencegah sintesis dinding sel menghambat pertumbuhan bakteri.

12

Seftriakson (Rocephin)

Sefalosporin generasi ketiga yang melintasi penghalang darah otak. Aktif

terhadap bakteri resisten termasuk gonokokus, H influenzae, dan organisme gram-

negatif lainnya. Digunakan dalam sumber hematogenous diduga untuk

endophthalmitis dalam kombinasi dengan vankomisin sementara budaya yang

tertunda. sefalosporin untuk mengikat protein penisilin mengikat dan mencegah

sintesis dinding sel, yang menghambat pertumbuhan bakteri.

Cefotaxime (Claforan)

Sefalosporin generasi ketiga yang memiliki cakupan gram negatif yang luas tapi

khasiat yang lebih rendah untuk organisme gram-positif. Sefalosporin mengikat

untuk satu atau lebih dari penisilin mengikat protein dan mencegah sintesis dinding

sel menghambat pertumbuhan bakteri.

Clindamycin (Cleocin)

Gunakan dalam penyalahgunaan obat IV atau penetrasi trauma dengan

kontaminasi tanah untuk cereus infeksi B dicurigai. Semisintetik antibiotik yang

menghambat sintesis protein bakteri dengan mengganggu pembentukan ikatan

peptida pada subunit ribosom 50S; memiliki kedua aktivitas bakteriostatik dan

bakterisida.

Antijamur

Untuk kandidiasis dicurigai atau infeksi Aspergillus. Diindikasikan pada pasien

yang imunosupresi, yang telah berdiamnya kateter vena, atau yang saat ini sedang

antibiotik spektrum luas.

Amfoterisin B (AmBisome)

Fungistatic atau fungisida tergantung pada konsentrasi dicapai dalam cairan tubuh;

poliena antibiotik yang dihasilkan oleh strain Streptomyces nodosus. Perubahan

permeabilitas membran sel jamur dengan mengikat sterol, yang menyebabkan

kematian sel jamur sebagai komponen intraseluler keluar bocor.

13

Terapi steroid

o Dexamethasone intravitreal 0.4 mg dalam 0.1 ml

o Dexamethasone 4 mg (1 ml) OD selama 5 – 7 hari

o Steroid sistemik. Terapi harian dengan prednisolone 60 mg diikuti dengan 50

mg, 40 mg, 30 mg, 20 mg, dan 10 mg selama 2 hari.

Terapi suportif

Siklopegik. Disarankan tetes mata atropin 1% atau bisa juga hematropine 2% 2

– 3 hari sekali.

Obat – obat antiglaucoma disarankan untuk pasien dengan peningkatan

tekanan intraokular. Acetazolamide (3 x 250 mg) atau Timolol (0.5 %) 2 kali

sehari.

Operatif

Vitrektomy

Vitrectomy adalah tindakan bedah dalam terapi endophthalmitis. Bedah

debridemen rongga vitreous terinfeksi menghilangkan bakteri, sel-sel inflamasi, dan zat

beracun lainnya untuk memfasilitasi difusi vitreal, untuk menghapus membran vitreous

yang dapat menyebabkan ablasio retina, dan membantu pemulihan penglihatan.

Endophthalmitis vitrectomy Study (EVS) menunjukkan bahwa di mata dengan akut

endophthalmitis operasi postcataract dan lebih baik dari visi persepsi cahaya.

Vitrectomy juga memainkan peran penting dalam pengelolaan endoftalmitis yang tidak

responsif terhadap terapi medikamentosa. 10

Penatalakasanaan pada endoftalmitis pasca operasi

Pars Plana Vitrectomy dan injection intravitreal dan endocapsular vancomycin

adalah terapi dalam banyak kasus kronis pasca operasi bakteri endophthalmitis, namun

ini mungkin tidak sepenuhnya berhasil dalam pemberantasan infeksi, terutama jika

kapsul lensa sudah terinfeksi. Dalam kasus seperti pemasangan IOL, capsulectomy

lengkap, injeksi intravitreal vankomisin bisa menyembuhkan. Pengobatan

endophthalmitis jamur kronis lebih sulit dan membutuhkan penggunaan agen antijamur

intravitreal (amfoterisin dan vorikonazol) dan, mungkin, agen antijamur sistemik pada

14

kasus yang paling parah. Beberapa operasi mungkin diperlukan. Peran sistemik terapi

dalam bentuk kronis endophthalmitis jamur tidak dapat dibuktikan.3

Pentalaksanaaan pada endoftalmitis bakteri

Pada endoftalmitis endogen bakteri, darah, kultur cairan tubuh lainnya, dan

hasil kultur mata untuk memastikan diagnosis dan memilih terapi. Antibiotik

intravitreal diberikan pada saat vitrectomy jika belum jelas adakah organisme jamur

yang ikut berperan, pengobatan etiologi jamur dan bakteri adalah vitrectomy. Selain itu,

antibiotik intravena kadang-kadang diperlukan selama beberapa minggu, tergantung

pada organisme yang menginfeksi.3

Penatalaksanaan pada endoftalmitis jamur3

Pasien yang memiliki endophthalrnitis jamur endogen, terapi anti jamur

sistemik dapat diberikan selama 6 minggu atau lebih. Pilihan anti mikroba inisial

adalah empiris dan dapat disesuaikan dengan hasil kultur.

Endoftalmitis jamur endogen karena Candida, Aspergillus, dan Coccidiodes

dapat dikelompokkan ke dalam Non-neoplastic Masquerade Syndrome karena pada

banyak pasien, kondisi ini disalah artikan sebagai Uveitis non infeksius dan diobati

dengan kortikosteroid saja. Hal ini biasanya memperburuk perjalanan klinis penyakit.

Sehingga diperlukan penyelidikan lebih lanjut untuk menetapkan diagnosis yang benar.

Kondisi ini membutuhkan terapi anti jamur sistemik dan lokal serta intervensi bedah.

Pengobatan kandidiasis intraokular adalah pemberian agen antifungal intravena

dan intravitreal.

15

2.11 Pencegahan

Untuk pasien yang pernah mengalami riwayat operasi mata seperti operasi katarak,

anda dapat menurunkan resiko infeksi dengan mengikuti seluruh intruksi dokter setelah

operasi dan melakukan pemeriksaan reguler (follow-up) yang teratur.

Untuk mencegah endophthalmitis karena trauma, bisa digunakan pelindung mata saat

bekerja dan pada saat olahraga. Kacamata atau helm dapat membantu melindungi dari

debris industri yang dapat menembus mata.

2.12 Komplikasi

Penyulit endoftalmitis adalah apabila proses peradangan mengenai ketiga

lapisan mata (retina, koroid, dan sclera) dan badan kaca maka akan dapat

mengakibatkan panoftalmitis.1

2.13 Prognosis

Prognosis endophthalmitis bervariasi tergantung pada tingkat keparahan infeksi,

organisme yang terlibat dan jumlah kerusakan mata menopang dari peradangan dan

jaringan parut. Kasus ringan endophthalmitis dapat memiliki hasil visual yang sangat

baik. Kasus yang parah dapat menyebabkan tidak hanya dalam kehilangan penglihatan,

tapi akhirnya hilangnya seluruh mata.

Fungsi penglihatan pada pasien endoftalmitis sangat tergantung pada kecepatan

diagnosis dan tatalaksana. Prognosisnya sangat bervariasi tergantung penyebab. Faktor

prognostik terpenting adalah visus pada saat diagnosis dan agen penyebab.

Prognosis endoftalmitis dan panoftalmitis sangat buruk terutama bila

disebabkan jamur.

Prognosis endoftalmitis endogen secara umum lebih buruk dari eksogen karena

jenis organisme yang menyebabkan endoftalmitis endogen biasanya lebih virulens.8

16

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas, S.H. Mata merah dengan penglihatan turun mendadak..Dalam: Ilmu Penyakit

Mata. Edisi Ketiga. Jakarta, Balai Penerbit FKUI, 2009. hal 3, 9, 175-8.

2. Cooper Ba, Holekamp Nm, Bohigian G, Thompson PA. Case- control study of

endophthalmitis after cataract surgery comparing scleral and corneal wounds. Am J

Ophtalmol 2003; 136: 300-5.

3. Bobrow JC, dkk, 2008. Intraocular Inflammation and Uveitis. Dalam: American

Academy of Ophtalmology. San Francisco,2011. hal 269-273, 355-360

4. Graham, R. 2006. Endopthalmitis Bacterial.

http://emedicine.medscape.com/article/1201134-overview

5. Seal, David. Pleyer, Uwe. Ocular Infection second edition. Informa Healthcare:

2007: 239-268

6. Vaughan, D.G. Vitreus. Dalam: Oftalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta, Widya

Medika, 2002. hal 182-3.

7. Egan,D. Endophthalmitis. http://emedicine.medscape.com/article/799431-overview

8. Gordon Y. Vancomycin prophylaxis and emerging resistance: Are ophtalmologists

the villains. Am J Ophtalmol 2001; 131:3:371-6

9. Gan IM. Intravitreal dexamethasone as adjuvant in the treatment of postoperative

endophthalmitis: a prospective randomized trial. Graefes Arch Clin Exp

Ophthalmol. 2005;243(12):1200-5.

17