endoftalmitis eksogen.docx

26
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Endoftalmitis eksogen atau abses korpus vitreus (badan kaca) adalah peradangan intraokular, biasanya disebabkan oleh trauma atau tindakan pembedahan sehingga terjadi perforasi bulbus okuli. Radang yang terjadi pada endoftalmitis bersifat supuratif sehingga terbentuk abses di dalam badan kaca. 1,2,3 Dari laporan studi didapatkan bahwa endoftalmitis eksogen paling sering terjadi dibanding endoftalmitis endogen. Dilaporkan endoftalmitis eksogen terjadi sebanyak 0,37% pasca pemasangan intra ocular lens (IOL); 0,05% pasca vitrektomi pars plana; 0,18% pasca keratoplasti penetrasi dan 0,12% pasca operasi fitrasi glaukoma. 4,5 Gejala penyakit ini berupa rasa sakit pada mata, hiperemis, kelopak mata bengkak, edema pada kornea, keratic presipitat, dan hipopion. Endoftalmitis eksogen penyebabnya dapat berasal dari bakteri, jamur maupun parasit. Bakteri yang sering ditemukan adalah stafilokokus dan streptokokus, sedangkan dari jenis jamur 1

Transcript of endoftalmitis eksogen.docx

Page 1: endoftalmitis eksogen.docx

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Endoftalmitis eksogen atau abses korpus vitreus (badan kaca) adalah peradangan

intraokular, biasanya disebabkan oleh trauma atau tindakan pembedahan sehingga terjadi

perforasi bulbus okuli. Radang yang terjadi pada endoftalmitis bersifat supuratif sehingga

terbentuk abses di dalam badan kaca. 1,2,3

Dari laporan studi didapatkan bahwa endoftalmitis eksogen paling sering terjadi

dibanding endoftalmitis endogen. Dilaporkan endoftalmitis eksogen terjadi sebanyak 0,37%

pasca pemasangan intra ocular lens (IOL); 0,05% pasca vitrektomi pars plana; 0,18% pasca

keratoplasti penetrasi dan 0,12% pasca operasi fitrasi glaukoma. 4,5

Gejala penyakit ini berupa rasa sakit pada mata, hiperemis, kelopak mata bengkak, edema

pada kornea, keratic presipitat, dan hipopion. Endoftalmitis eksogen penyebabnya dapat berasal

dari bakteri, jamur maupun parasit. Bakteri yang sering ditemukan adalah stafilokokus dan

streptokokus, sedangkan dari jenis jamur yang paling sering ditemukan adalah aspergilus dan

aktinomises. 3,5

Komplikasi penyakit ini dapat mengakibatkan panoftalmitis (melibatkan sklera dan

kapsul tenon) dan dapat menjadi kebutaan. Oleh karena itu, diagnosis dini serta pencegahan

terhadap faktor-faktor yang dapat menyebabkan penyakit ini sangat diperlukan. 3,5

1

Page 2: endoftalmitis eksogen.docx

1.2. Batasan Masalah

Refrat ini membahas definisi, anatmoi dan fisiologi, etiologi, patofisiologi, gejala klinis,

klasifikasi, diagnosis, penatalaksanaan, komplikasi, dan prognosis.

1.3. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan refrat ini adalah untuk memahami dan menambah pengetahuan

mengenai etiologi endoftalmitis eksogen.

1.4. Metode Penulisan

Metode penulisan refrat ini merujuk pada berbagai literatur dan kepustakaan berupa

buku, jurnal, dan internet.

2

Page 3: endoftalmitis eksogen.docx

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Endoftalmitis merupakan peradangan berat intra okular, biasanya akibat infeksi setelah

trauma atau bedah, atau endogen akibat sepsis. Berbentuk radang supuratif di dalam rongga mata

dan struktur di dalamnya. Peradangan supuratif di dalam bola mata akan memberikan abses di

dalam badan kaca. Endoftalmitis biasanya dikaitkan dengan inflamasi bola mata yang melibatkan

viterus dan segmen depan, namun kenyataannya juga dapat melibatkan koroid dan retina.

Penyebab endoftalmitis supuratif adalah kuman dan jamur yang masuk bersama trauma tembus

(eksogen) atau sistemik melalui peredaran darah (endogen). 6

Gambar 2.1. Endoftalmitis

2.2. Anatmoi dan Fisiologi

Bola mata dibungkus oleh 3 lapis jaringan, yaitu:

a. Sklera, yang merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada mata.

Bagian terdepan sklera adalah kornea yang bersifat transparan yang memudahkan sinar

masuk ke dalam bola mata.

3

Page 4: endoftalmitis eksogen.docx

b. Jaringan uvea, yang merupakan jaringan vaskular terdiri dari iris, badan siliar, dan

koroid. Badan siliar yang terletak di belakang iris menghasilkan cairan bilik mata (akuos

humor), yang dikeluarkan melalui trabekulum yang terletak pada pangkal iris di batas

kornea dan sklera.

c. Lapisan retina yang terletak paling dalam dan mempunyai susunan lapis sebanyak 10

lapis yang merupakan lapis membran neurosensoris yang akan merubah sinar menjadi

rangsangan pada saraf optik dan diteruskan ke otak.

Gambar 2.2. anatomi bola mata

Pada endoftalmitis, korpus vitreus (badan kaca) adalah lokasi terjadinya infeksi ini.

Vitreus merupakan badan gelatin yang jernih dan avaskuler, yang membentuk 2/3 dari volume

dan berat mata. Viterus berisi air sekitar 99% selebihnya adalah campuran asam hialuronic dan

kolagen yang memberikan bentuk dan konsistensi mirip gel pada vitreus karena kemampuannya

mengikat banyak air.

Badan kaca memenuhi ruangan antara lensa mata, retina, dan papil saraf optik. Bagian

luar (kortek) dari vitreus bersentuhan dengan kapsul posterior lensa, epitel pars plana, retina dan

papil saraf optik viterus melekat sangat erat dengan epitel pars plana dan retina dekat oraserata.

Vitreus melekat tidak begitu erat dengan kapsul lensa mata dan papil saraf optik pada orang

dewasa.

4

Page 5: endoftalmitis eksogen.docx

Vitreus mengisi sebagian besar bola mata dibelakang lensa, tidak berwarna, bening, dan

konsistensinya lunak. Bagian luar merupakan lapisan tipis (membran hialoid) dan konsistensinya

lunak. Vitreus ditengah-tengah ditembus oleh suatu saluran yang berjalan dari papil saraf optik

ke arah kapsul belakang lensa yang disebut saluran hialoid. Struktur vitreus tidak mempunyai

pembuluh darah dan menerima nutrisi dari jaringan sekitarnya: koroid, badan siliar, dan retina. 2

Fungsi vitreus adalah membantu fungsi retina dan meningkatkan fungsi dari kavitas

korpus vitreus, sebagai barrier difusi antara segmen anterior dan posterior bola mata, berfungsi

sebagai buffer metabolic, menstabilkan perjalanan cahaya (media refraksi), dan konsumsi serta

distribusi oksigen. 7

Vitreus normal sangat jernih sehingga tidak tampak apabila diperiksa dengan

oftalmoskop direk ataupun indirek. Jika terjadi perubahan struktur badan kaca, seperti pencairan

sel, kondensasi, pengerutan, barulah keadaan tersebut dapat dilihat dan hal inipun hanya dapat

dilihat dengan slit lamp. 3

2.3. Epidemiologi Endoftalmitis

Angka kejadian endoftalmitis setelah operasi terbuka bola mata di Amerika adalah 5-14%

dari semua kasus endoftalmitis. Sedangkan endoftalmitis yang disebabkan oleh trauma sekitar

10-30 %, dan endoftalmitis yang disebabkan oleh reaksi antibodi terhadap pemasangan lensa

yang dianggap sebagai benda asing oleh tubuh berupa 7-31 %. Endoftalmitis setelah implantasi

intra okular (IOL) adalah 0,2 %; 0,03% setelah vitrektomi pars plana; 0,2% setelah pembedahan

glaukoma. Bahkan beberapa penelitian melaporkan adanya peningkatan resiko endoftalmitis akut

mengikuti operasi katarak bpada beberapa tahun ini. 8

Angka mortalitas dan morbiditas endoftalmitis eksogen tidak sama dengan endoftalmitis

endogen. Kasus yang tidak tertatalaksana dapat mengakibatkan panoftalmitis dan selulitis orbital.

5

Page 6: endoftalmitis eksogen.docx

Tidak ada hubungan predileksi antara ras, jenis kelamin, dengan umur pada endoftalmitis

eksogen. 8

2.4. Klasifikasi Endoftalmitis

Secara umum endoftalmitis diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Endoftalmitis Eksogen

Pada endolftamitis eksogen organisme yang menginfeksi mata berasal dari lingkungan

luar. Endolftamitis eksogen dikategorikan menjadi : endolftalmitis post operasi dan

endolftalmitis post trauma.

- Endoftalmitis Post Operatif

Pada endoftalmitis post operasi, bakteri penyebab tersering merupakan flora normal pada

kulit dan konjungtiva. Endoftalmitis ini sering terjadi setelah operasi-operasi berikut ini :

katarak, implantasi IOL, glaukoma, keratoplasty, eksisi pterigium, pembedahan strabismus

paracentesis, pembedahan vitreus dll.

- Endoftalmitis Post Trauma

Endoftalmitis paling sering terjadi setelah trauma mata, yaitu trauma yang menimbulkan

luka robek pada mata.

b. Endoftalmitis Endogen

Pada endoftalmitis endogen, organisme disebarkan melalui aliran darah. Endoftalmitis

endogen beresiko terjadi pada :

6

Page 7: endoftalmitis eksogen.docx

Memiliki faktor predisposisi, seperti : diabetes melitus, gagal ginjal, penyakit jantung

rematik, sistemik lupus eritematos, AIDS dll

Invasif Prosedur yang dapat mengakibatkan bakteremia seperti hemodialisis, pemasangan

kateter, total parenteral nutrisi dll

Infeksi pada bagian tubuh lain, seperti: endokarditis, urinary tract infection, artritis,

pyelonefritis, faringitis, pneumoni dll.

Pada endoftalmitis endogen kuman penyebabnya sesuai dengan fokus infeksinya seperti

Streptococcus Sp (endokarditis), Stapylococcus aureus (infeksi kulit) dan Bacillus (invasive

prosedur). Sementara bakteri Gram negatif misalnya Neisseria meningitidis, Neisseria

gonorrhoe, H infuenzae dan bakteri enterik seperti Escherichia colli dan Klebsiella.

c. Endoftalmitis Fakoanafilaktik

Merupakan suatu proses autoimun terhadap jaringan tubuh (lensa) sendiri, akibat lensa

yang tidak terletak di dalam kapsul (membrane basalis lensa). Pada endoftalmitis

fokoanafilaktik, lensa dianggap sebagai benda asing oleh tubuh, sehingga terbentuk antibodi

terhadap lensa yang menimbulkan reaksi antigen antibodi.

2.5. Etiologi Endoftalmitis

1. Bakteri – Post Operasi

a. Akut

Endoftalmitis terjadi 1-42 hari setelah operasi

- Staphylococcus epidermidis

7

Page 8: endoftalmitis eksogen.docx

- Staphylococcus aureus

- Bakteri gram negatif : Pseudomonas, Proteus, Escherichia coli dan

Miscellaneous ( Serratia, Klebsiella, Bacillus)

- Streptococcus sp

b. Kronis

Endoftalmitis terjadi 6 minggu – 2 tahun setelah operasi

- Stapylococcus epidermidis

- Propionibacterium acnes

2. Bakteri – Post Trauma

- Bacilluscereus

- Staphylococcal sp

- Streptococcal sp

3. Bakteri-Endogen

- Streptococcus sp (pneumococcus, viridens)

- Staphylococcal sp

4. Fungal Post Operatif

- Volutella

- Neurospora

- Fusarium

- Candida

5. Fungal Endogen

- Candida

6. Fungal Trauma

8

Page 9: endoftalmitis eksogen.docx

- Fusarium

- Aspergilus

2.6. Patofisiologi Endoftalmitis

Masuknya bakteri ke dalam mata terjadi karena rusaknya rintangan-rintangan okular.

Penetrasi melalui kornea atau sklera mengakibatkan gangguan eksogen pada mata. Jika

masuknya lewat sistem vaskular, maka jalur endogen akan terbentuk. Setelahbakteri-bakteri

memperoleh jalan masuk ke dalam mata, proliferasi akan berlangsung dengan cepat.

Vitreus bertindak sebagai media yang sangat bagus bagi pertumbuhan bakteri.Bakteri

yang sering menyebabkan endoftalmitis adalah stafilokokus, streptokokus, pneumokokus,

pseudomonas dan bacillus cereus. Bakteri, sebagai benda asing, memicu suatu respons

inflamasi. Masuknya produk-produk inflamasi menyebabkan tingginya kerusakan pada rintangan

okular-darah dan peningkatan rekrutmen selinflamasi.

Kerusakan pada mata terjadi akibat rusaknya sel-sel inflamasi yang melepaskan enzim-

enzim proteilitik serta racun-racun yang dihasilkan oleh bakteri-bakteri. Kerusakan terjadi di

semua level jaringan yang berhubungan dengan sel-sel inflamasi dan racun-racun.

2.7. Gambaran Klinis

Endoftalmitis mengakibatkan peradangan dimana pada umumnya gambaran klinik berupa

rasa sakit, kelopak mata merah dan bengkak, kelopak mata sukar dibuka, kaburnya pandangan,

fotofobia, kehilangan proyeksi cahaya, konjungtiva kemotik, kornea keruh, bilik mata depan

9

Page 10: endoftalmitis eksogen.docx

keruh yang kadang-kadang disertai dengan hipopion. Hipopion adalah terdapatnya nanah dalam

bilik mata depan bagian bawah atau nanah dalam gelembung di bagian terendah. Hipopion ini

terbentuk pada penyakit radang kornea, iris dan badan siliar akibat dari sel radang yang masuk ke

dalam bilik mata depan. Bila sudah terlihat hipopion berarti keadaan sudah lanjut sehingga

prognosisnya buruk.

Pada pemeriksaan luar mata, funduskopi dan slit lamp dapat ditemukan : palpebra udem

dan eritem, injeksi konjungtiva dan silier, hipopion, vitreitis, kemosis, red reflek berkurang atau

hilang, proptosis, papilitis, leukokoria, udem kornea, keratitis, gambaran flare pada COA, dan

uveitis.

Manifestasi klinis dari endoftalmitis dapat digunakan untuk membedakan etiologi dari

endoftalmitis, yaitu :

1. Bakteri

- Onset cepat ( 1-7 hari post operatif)

- Nyeri, mata merah dan kemosis

- Edem palpebra dan spasme otot palpebra

- Visus menurun dengan cepat

- Hipopion

- Diffuse Glaukoma

2. Fungi

- Onset terlambat (8-14 hari atau lebih)

- Sedikit nyeri dan merah

- Transient hipopion

10

Page 11: endoftalmitis eksogen.docx

- Lesi satelit

- Puff ball opacities pada vitreus

- Visus tidak begitu menurun

Gambar 2.3. Gambaran klinis endoftalmitis

2.8. Pemeriksaan Penunjang:

Diagnosis pasti endoftalmitis eksogen dapat ditegakkan dengan aspirasi 0,5-1 ml korpus

vitreus dengan sklerotomi pars plana dengan jarum no. 20-23. Kemudian aspirat diperiksa di

bawah mikroskop agar dapat diidentifikasikan bakteri dan pengobatannya.

Pemeriksaan lainnya yang diperlukan berupa:

1. Sediaan apus dengan pewarnaan Gram, Giemsa, KOH

2. Kultur cairan dari COA dan korpus vitreus dengan media kultur berupa blood agar,

chocolate agar, Sabourand’s media. Kultur ini butuh waktu 48 jam-14 hari.

3. USG mata (USG B-Scan) dilakukan jika pada pemeriksaan oftalmoskop fundus tidak

terlihat. USG mata dapat menentukan adanya benda asing dalam bola mata, menilai

densitas vitreitis yang terjadi dan mengetahui apakah infeksi mengenai retina.

11

Page 12: endoftalmitis eksogen.docx

2.9. Diagnosis dan Diagnosis Banding Endoftalmitis Eksogen

2.9.1. Diagnosis

a. Anamnesis dan pemeriksaan fisik

Pada pasien endoftalmitis eksogen dapat ditemukan adanya riwayat baru terkena trauma

mata. Pada endoftalmitis pos operatif akut dapat muncul satu hari sampai beberapa hari setelah

operasi. Selain itu akan muncul penurunan visus dan meningkatkan nyeri mata. Pada

endoftalmitis pos operatif terlambat akan muncul satu minggu sampai satu bulan setelah

pembedahan. Hal ini bahkan bertahun tahun dapat muncul tapi rerata munculnya adalah 9 bulan.

Adanya penurunan visus dan meningkat kemerahan secara bertahap serta tidak ada atau minimal

nyeri. Penglihatan yang lekas hilang dan tidak kembali lagi beberapa hari setelah dilakukannya

operasi. Berdasarkan virulensi mikroorganisme yang menginfeksi, diagnosis dapat dibagi

menjadi onset akut dan kronis, sesuai dengan pedoman diagnostik menurut ESCRS Multisenter

Study tahun 2007, berupa:

1) Pedoman diagnostik Endoftalmitis Akut Virulensi:

Curigai pasien dengan keluhan dan temuan:

Nyeri mata, pandangan kabur, kelopak mata bengkak, ada radang pada konjungtiva,

sekret konjungtiva (+), kornea edema kadang dengan infiltrat atau abses berbentuk

cincin, bilik mata depan berkabut penuh dengan sel, hipopion, atau fibrin.

Adanya Afferent Puppilary Defect (APD), vitreus berkabut (vitritis), terlibatnya segmen

posterior dengan retinitis, retina edema, dan edema papil.

Tidak adanya reflek fundus sebagai penanda buruknya keadaan vitreus, kekeruhan

anterior sebagai tanda proses awal adanya inflamasi.

12

Page 13: endoftalmitis eksogen.docx

Jika pemeriksaan pupil dengan transluminasi sklera ditemukan refleks fundus, maka hal

ini merupakan petunjuk yang lebih baik pada kasus.

Setelah itu lakukan pengecekan dengan USG B scan untuk melihat adanya vitritis dan

ablasio retina.

Sadari bahwa keadaan ini merupakan kegawat daruratan. Lakukan pengambilan cairan

intravitreal untuk pemeriksaan gram dan kultur.

2) Pedoman Diagnostik Endoftalmitis Kronis

Curigai pasien dengan keluhan dan temuan:

Nyeri mata, pandangan kabur, kamera okuli anterior berkabut penuh dengan sel, rekuren

hipopion uveitis yang gagal dengan steroid, plak pada kantung kapsular (sakular atau

granulomatosa endoftalmitis), vitreus yang berkabut (vitritis).

Laukan pengecekan dengan USG B scan untuk melihat vitritis ini dan adanya ablasio

retina.

Ambil cairan aquos dan vitreus untuk pemeriksaan mikrobiologi. Jika direncanakan

pengambilan IOL (Intra Okular Lens), ambil bagian kapsular untuk diperiksa

mikrobiologi dan histopatologinya. Hal ini dimaksudkan untuk memeriksa apakah bakteri

penyebab endoftalmitis masih ada di intravitreal.

2.9.2 Diagnosis Banding

1. Panuveitis

Panuveitis (uveitis difus) adalah sebuah inflamasi general pada seluruh traktus uvea (iris,

badan siliar, dan koroid) dan mengenai retina serta viterus. Penyebab panuveitis adalah

13

Page 14: endoftalmitis eksogen.docx

tuberkulosis, sindrom Koyanagi – Harada, simpatetik ophtalmikus, Bechet’s disease dan

sarcoidosis.

ciri morfologi yang khas pada panuveitis ini tidak ada, tapi ada beberapa gejala yang

hampir sama dengan gejala uveitis berupa mata merah (hiperemis konjungtiva), nyeri mata,

fotofobia, pandangan mata menurun dan kabur, serta epifora.

2. Panoftalmitis

Panoftalmitis merupakan peradangan seluruh bola mata termasuk sklera dan kapsul

Tenon sehingga bola mata merupakan rongga abses. Infeksi dapat disebabkan oleh organisme

piogenik yang masuk kedalam mata melalui luka pada kornea (eksogen) ataupun peredaran darah

(endogen).

Umumnya pasien datang dengan keluhan demam, sakit kepala dan kadang-kadang

muntah, rasa nyeri, mata merah, kelopak mata bengkak atau edem, serta terdapat penurunan

tajam penglihatan. Pada pemeriksaan fisik dapata ditemukan injeksi konjungtiva dan siliar yang

hebat, chemosis konjungtiva selalu ada dan kornea tampak keruh. Pupil mengecil permanen,

pada COA sering terdapat hipopion dan adanya peningkatan tekanan intraokuler. Oleh karena

adanya radang pada kapsul tenon akan mengakibatkan terbatasnya gerakan bola mata.

3. Retinoblastoma

Retinoblastoma adalah tumor ganas intraokular yang berasal dari jaringan retina

embrional dan ditemukan pada anak-anak. Gejala retinoblastoma dapat menyerupai penyakit

mata lainnya, jika letak tumor di makula, akan terlihat gejala awal berupa strabismus. Massa

14

Page 15: endoftalmitis eksogen.docx

tumor yang semakin besar akan memperlihatkan gejala leukokoria, tanda-tanda peradangan di

vitreus menyerupai endoftalmitis.

2.10. Pengobatan Endoftalmitis

Pada endoftalmitis eksogen maupun endogen akan menunjukkan keadaan visus yang

buruk. Hal ini disebabkan oleh enzim proteolitik dan produk toksin yang dihasilkan oleh

mikroorganisme penyebabnya. Produk-produk ini akan merusak retina. Oleh karena itu

pengobatan ditujukan bukan untuk perbaikan visus, tapi untuk menghentikan inflamasi yang

terjadi, membatasi infeksi agar tidak terjadi penyulit dan keadaan yang lebih berat.

a. Pengobatan Antibiotik

Teknik pengobatan endoftalmitis adalah memulai pemberian antibiotik empiris yang

sudah terbukti efektif terhadap mikroorganisme penyebabnya. Antibiotik yang diberikan dapat

berupa golongan Penisilin dan Sefalosporin yang bekerja pada membran sel bakteri. Selain itu

diberikan juga golongan kloramfenikol dan aminoglikosida yang dapat menghambat sintesa

protein bakteri. Pasien dirawat di rumah sakit sekitar 3-5 hari untuk diberikan antibiotik

intravena. Terapi awal dapat diberikan berupa injeksi IV Vancomicin 1g setiap 12 jam dan IV

ceftadizime 1-2g setiap 8-12 jam. Jika dengan pemeriksaan kultur didapatkan pasien terinfeksi

bakteri Bacilus atau bakteri anaerob lainnya, dapat direncanakan penambahan obat oral berupa

klindamisin 300 mg setiap 8 jam, amikacin 240 mg setiap 8 jam atau gentamicin 80 mg setiap 8

jam.

15

Page 16: endoftalmitis eksogen.docx

b. Pengobatan Antifungal

Antifungal diberikan jika pasien tidak respon terhadap pemberian antibiotik dosis tunggal

ataupun kombinasi. Adanya faktor predisposisi infeksi jamur berupa pasien datang dalam

pengobatan antibiotik spektrum luas dlam jangka waktu lama, penderita keganasan ataupun

imunitas buruk (pasien AIDS). Biasanya diberikan Flukonazol 50-400mg/kg/hari peroral atau

IV.

c. Pengobatan kortikosteroid dan siklopegik

Terapi steroid diberikan untuk reaksi inflamasi disertai terbentuknya eksudat, sehingga

jaringan granulasi dapat berkurang. Efek steroid ini sangat berguna karena dasar endoftalmitis

adalah inflamasi yang terus berlanjut dan akan mempengaruhi prognosi visus. Banyak penelitian

yang menunjukkan hasil memuaskan dengan pemberian Dexamethasone intravitreal dosis 0,4

mg dan 1 mg secara intraokular sebagai profilaksis kerusakan mata yang lebih luas.

Pemberian siklopegik topikal berguna untuk mengurangi rasa nyeri, menstabilkan aliran

darah mata, dan mencegah terjadinya sinekia posterior.

d. Tindakan bedah

Pada kasus berat dan endoftalmitis post trauma dapat dilakukan vitrektomi pars Plana

yang bertujuan untuk mengeluarkan organisme beserta produknya (toksi dan enzim proteolitik)

yang ada dalam viterus dengan menggunakan vitrectome. Selain itu dapat juga meningkatkan

distribusi antibiotik dan mengeluarkan membran siklitik yang terbentuk, dimana membran ini

berpotensi mengakibatkan ablasio retina.

16

Page 17: endoftalmitis eksogen.docx

Pemberian antibiotik empirik saat vitrektomi pars plana dapat dilakukan, berupa injeksi

intravitreal vancomicin 1mg/0,1ml dan ceftazidime 2,25 mg/0,1ml. jika ada benda asing, lakukan

pengambilan benda asing intraokular secara emergensi.

2.11. Komplikasi

Yang paling sering terjadi adalah meluasnya peradangan sehingga mengenai ketiga

lapisan mata (retina, koroid, sklera) dan badan kaca sehingga terjadilah panoftalmitis. Selain itu

komplikasi lainnya dapat berupa vitreous hemoragik, endophthalmitis rekuren, ablasio retina,

drug induced retinal toxicity, dan glaukoma sekunder.

2.12. Prognosis

Prognosis endoftalmitis endogen ataupun eksogen tergantung pada:

Tingkat keparahan infeksi

Virulensi organisme (agen penyebab)

Jumlah kerusakan mata yang dapat dilihat dari peradangan dan jaringan parut.

Fungsi penglihatan pasien/ visus yang dapat tergantung pada virulensi organisme

penginfeksi, adanya retina yang lepas, waktu dari awal penyakit sampai diobati,

dan luasnya cedera.

17

Page 18: endoftalmitis eksogen.docx

BAB 3

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Endoftalmitis adalah peradangan berat yang terjadi pada seluruh jaringan intraokular

yang mengenai dua dinding bola mata, yaitu retina dan koroid tanpa melibatkan sklera dan

kapsul tenon. Endoftalmitis dapat diklasifikasikan menjadi supuratif, non supuratif, dan

endoftalmitis fakoanafilaktik. Penyebab endoftalmitis dapat dikelompokkan menjadi dua bagian

besar, yaitu infeksi yang dapat bersifat endogen dan eksogen serta disebabkan oleh imunologis.

Gejala subjektif antara lain adalah nyeri pada bola mata, penurunan tajam penglihatan,

nyeri kepala, mata terasa bengkak, kelopak mata merah, bengkak, dan kadang sulit dibuka.

Sedangkan dari pemeriksaan fisik dapat ditemukan edema pada palpebra superior, reaksi

konjungtiva berupa hiperemis dan kemosis, serta adanya edema pada kornea.

Pemeriksaan penunjang yang penting adalah kultur. Pengobatan pasien endoftalmitis

adalah dengan antibiotik atau antifungal yang diberikan secepatnya secara intravitreal.

Sedangkan pemberian kortikosteroid masih kontroversi walaupun terbukti bermanfaat. Kadang

dapat pula diberikan sikloplegik. Bila dengan pengobatan malah terjadi perburukan, tindakan,

vitrektomi harus dilakukan.

3.2. Saran

Penyakit ini memiliki prognosis yang buruk dan dapat mengakibatkan kebutaan. Oleh

karena itu kita sebagai dokter umum harus dapat mendiagnosis, melakukan pemeriksaan fisik

18

Page 19: endoftalmitis eksogen.docx

dan tambahan sehingga dapat dirujuk secepat mungkin. Apalagi ditemukan endoftalmitis akut,

tindakan yang dilakukan bersifat emergensi. Semakin cepat endoftalmitis ditemukan dan

ditindak, semakin baik prognosis pasien.

19