Referat Delirium

25
KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr.Wb. Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya sehingga Referat yang berjudul “Gangguan Mental Organik (Delirium)” ini dapat diselesaikan. Referat ini merupakan salah satu pemenuhan syarat kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Rumah Sakit Islam Klender. Terima kasih penyusun ucapkan kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan referat ini, khususnya kepada dr. Metta.Desvini P.S.Sp.KJ sebagai pembimbing yang telah memberikan saran, bimbingan, serta dukungan dalam penyusunan referat ini. Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan dokter muda dan semua pihak yang banyak membantu dalam penyusunan referat ini. Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa referat ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran sebagai masukan untuk perbaikan demi kesempurnaan referat ini. Semoga referat ini bisa bermanfaat untuk para pembaca. Sekian dan terima kasih. Wassalamualaikum Wr.Wb 1

description

referat

Transcript of Referat Delirium

Page 1: Referat Delirium

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-

Nya sehingga Referat yang berjudul “Gangguan Mental Organik (Delirium)” ini dapat

diselesaikan.

Referat ini merupakan salah satu pemenuhan syarat kepaniteraan klinik di bagian

Ilmu Kesehatan Jiwa Rumah Sakit Islam Klender.

Terima kasih penyusun ucapkan kepada semua pihak yang telah banyak membantu

dalam penyusunan referat ini, khususnya kepada dr. Metta.Desvini P.S.Sp.KJ sebagai

pembimbing yang telah memberikan saran, bimbingan, serta dukungan dalam penyusunan

referat ini. Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan dokter muda dan

semua pihak yang banyak membantu dalam penyusunan referat ini.

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa referat ini masih jauh dari sempurna, oleh

karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran sebagai masukan untuk perbaikan demi

kesempurnaan referat ini. Semoga referat ini bisa bermanfaat untuk para pembaca.

Sekian dan terima kasih.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Jakarta, November 2014

Penyusun

1

Page 2: Referat Delirium

DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................................... 1

Daftar isi................................................................................................................................. 2

BAB I : Pendahuluan

Latar belakang............................................................................................................ 3

BAB II : Tinjauan Pustaka

Definisi....................................................................................................................... 4

Epidemiologi.............................................................................................................. 4

Etiologi dan patofisiologi........................................................................................... 8

Gambaran klinis atau manifestasi klinis.................................................................... 7

Kriteria diagnosis....................................................................................................... 8

Differensial diagnosis................................................................................................ 12

Penatalaksanaan......................................................................................................... 13

Prognosis.................................................................................................................... 15

BAB III : Penutup

Kesimpulan................................................................................................................ 16

Daftar pustaka.........................................................................................................................17

2

Page 3: Referat Delirium

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Delirium merupakan salah satu jenis Gangguan Mental Organik yang penting dan

sering dijumpai pada pasien di rumah sakit maupun klinik. Sindrom ini sering tidak

terdiagnosis dengan baik saat pasien berada di rumah (akibat kurangnya kewaspadaan

keluarga) maupun saat pasien berada di unit gawat darurat atau unit rawat jalan. Gejala dan

tanda yang tidak khas merupakan salah satu penyebabnya. Setidaknya 32%-67% dari sindrom

ini tidak dapat terdiagnosis oleh dokter, padahal kondisi ini dapat dicegah. Literature lain

menyebutkan bahwa 70% dari kasus sindrom delirium tidak terdiagnosis atau salah terapi

oleh dokter. Sindrom delirium sering muncul dalam keluhan utama atau tak jarang justru

terjadi pada hari pertama pasien dirawat dan menunjukkan gejala yang berfluktuasi. Keadaan

yang terakhir ini tentu jika tidak ada keterangan yang memadai dari dokter-dapat

disalahartikan keluarga pasien sebagai kesalahan pengelola di rumah sakit.1

Penelitian mengenai epidemiologi delirium masih sangat sedikit , diduga 10-15%

pasien rawat bedah umum pernah mengalami delirium, 15-25 % pasien rawat medik umum

pernah mengalami delirium selama dirawat di rumah sakit . juga di perkirakan sekitar 30%

pasien bedah ICU dan 40-50% pasien ICCU pernah mengalami delirium. Yang tertinggi yaitu

90% ditemukan pada pasien post cardiotomy.2

Kepentingan untuk mengenali delirium adalah (1) kebutuhan klinis untuk

mengidentifikasi dan mengobati penyebab dasar dan (2) kebutuhan untuk mencegah

perkembangan komplikasi yang berhubungan dengan delirium.

3

Page 4: Referat Delirium

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. DEFINISI

Kata “delirium” berasal dari bahasa latin yang artinya lepas jalur. Sindrom ini

pernah dilaporkan pada masa Hippocrates dan pada tahun 1813 Sutton mendeskripsikan

sebagai delirium tremens, kemudian Wernicke menyebutnya sebagai Encephalopathy

Wernicke.4

Delirium merupakan suatu sindrom, bukan suatu penyakit. Delirium adalah suatu

gangguan kesadaran, biasanya terlihat bersamaan dengan gangguan fungsi kognitif secara

global. Biasanya delirium mempunyai onset yang mendadak (beberapa jam atau hari),

perjalanan singkat dan berfluktuasi dan perbaikan yang cepat jika faktor penyebab

diidentifikasi dan dihilangkan.1

2.2. EPIDEMIOLOGI

Prevalensi delirium di ruang rawat akut geriatric RSCM adalah 23% (tahun 2004)

sedangkan insidensnya mencapai 17% pada pasien yang sedang dirawat inap (2004).

Sindroma delirium mempunyai dampak buruk, tidak saja karena meningkatkan resiko

kematian sampai 10 kali lipat namun juga karena memperpanjang masa rawat serta

meningkatkan kebutuhan perawatan (bantuan ADL) dari petugas kesehatan.3

Selain itu, diduga sekitar 10-15% pasien rawat bedah umum pernah mengalami

delirium, 15-25% pasien rawat medik umum pernah mengalami delirium selama dirawatdi

rumah sakit. Juga diperkirakan sekitar 30% pasien bedah ICU dan 40-50% pasien ICCU

pernah mengalami delirium. Yang tertinggi yaitu 90% ditemukan pada pasien post

cardiotomy.2

2.3. ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI

Penyebab utama delirium adalah penyakit system syaraf pusat ( misalnya

epilepsy), penyakit sistemik ( misalnya gagal jantung), intoksikasi atau withdrawal obat-

obatan atau zat toksik.

4

Page 5: Referat Delirium

Intrakranial

• Epilepsi dan keadaan paska kejang 

• Trauma otak (terutama gegar otak) 

• Infeksi

    Meningitis 

     Ensefalitis 

• Neoplasma 

• Gangguan vaskular

Exstrakranial

• Obat-obatan

• Toxic

• Disfungsi Endokrin

• Defisiensi zat tertentu

• Infeksi sistemik

• Ketidakseimbangan elektrolit

• Trauma

• Paska operasi

Berdasarkan aktivitas psikomotor (tingkat/ kondisi kesadaran, aktivitas perilaku)

delirium diklasifikasikan menjadi 3, yaitu3

1. Hiperaktif: didapatkan pada pasien dengan gejala putus substansi antara lain; alkohol,

amfetamin, lysergic acid diethylamide atau LSD. Pasien bisa nampak gaduh gelisah,

berteriak-teriak, jalan mondar-mandir, atau mengomel sepanjang hari.

2. Hipoaktif: didapatkan pada pasien pada keadaan hepatic encephalopathy dan hipercapnia.

3. Campuran: pada pasien dengan gangguan tidur, pada siang hari mengantuk tapi pada malam

hari terjadi agitasi dan gangguan sikap.

Mekanisme penyebab delirium masih belum dipahami secara seutuhnya. Beberapa

peneliti mengatakan bahwa delirium terjadi karena terdapat kerusakan metabolisme oksidatif

serebral dan abnormalitas pada beberapa neurotransmitter. Berikut terdapat beberapa hipotesis

mengenai delirium2,4

a. Asetilkolin

Data studi mendukung hipotesis bahwa asetilkolin adalah salah satu dari

neurotransmiter yang penting dari pathogenesis terjadinya delirium. Hal yang mendukung teori

ini adalah bahwa obat antikolinergik diketahui sebagai penyebab keadaan bingung. Pada pasien

5

Page 6: Referat Delirium

dengan transmisi kolinergik yang terganggu juga muncul gejala ini dan pada pasien post operatif

delirium serum antikolinergik juga meningkat.

b. Dopamine

Pada otak, hubungan timbal balik muncul antara aktivitas kolinergik dan

dopaminergik. Pada delirium muncul aktivitas berlebih dari dopaminergik. Gejala simptomatis

membaik dengan pemberian obat antipsikosis seperti haloperidol dan obat penghambat

dopamine.

c. Neurotransmitter lainnya

Serotonin terdapat peningkatan serotonin pada pasien dengan encephalopati

hepatikum. Peningkatan inhibitor GABA (Gamma-Aminobutyric acid); pada pasien dengan

hepatic encephalopati, peningkatan inhibitor GABA juga ditemukan. Peningkatan level ammonia

terjadi pada pasien hepatic encephalopati, yang menyebabkan peningkatan pada asam amino

glutamat dan glutamine (kedua asam amino ini merupakan precursor GABA). Penurunan level

GABA pada susunan saraf pusat juga ditemukan pada pasien yang mengalami gejala putus

benzodiazepine dan alkohol.

d. Mekanisme peradangan/inflamasi

Studi terkini menyatakan bahwa peran sitokin, seperti interleukin-1 dan interleukin-6,

dapat menyebabkan delirium. Saat terjadi proses infeksi, inflamasi dan paparan toksik dalam

tubuh, bahan pirogen endogen seperti interleukin-1 dilepaskan dari sel. Trauma kepala dan

iskemia, yang sering dihubungkan dengan delirium, dihubungkan dengan hubungan respon otak

yang dimediasi oleh interleukin-1 dan interleukin 6.

e. Mekanisme reaksi stress

Stress psikososial dan gangguan tidur mempermudah terjadinya delirium.

f. Mekanisme struktural

Formatio reticularis dan jalurnya memainkan peranan penting dari bangkitan

delirium. Jalur tegmentum dorsal diproyeksikan dari formation retikularis mesensephalon ke

tectum dan thalamus adalah struktur yang terlibat pada delirium. Kerusakan pada sawar darah

otak juga dapat menyebabkan delirium, mekanismenya karena dapat menyebabkan agen neuro

toksik dan sel-sel peradangan (sitokin) untuk menembus otak.

6

Page 7: Referat Delirium

Tabel 1. Beberapa Kondisi yang Lazim Mencetuskan Kondisi Delirium 3

Iatrogenik Pembedahan, kateterisasi, urin, psysical restraints

Obat-obatan Psikotropika

Gangguan metabolic/

cairan

Insufisiensi ginjal, dehidrasi, hipoksia, azotemia,

hiperglikemia, hipernatremia, hipokalemia

Penyakit psikis/

psikiatrik

Demam, infeksi, stres, alcohol, putus obat (tidur), fraktur,

malnutrisi, gangguan pola tidur

Overstimulation Perawatan di ICU, atau perpindahan ruang rawat

2.4. MANIFESTASI KLINIS

Delirium ditandai dari perubahan mental akut dari pasien,perubahan fluktuatif pada

kognitif termasuk memori,berbahasa dan organisasi.3, 4

1. Prodromal

Biasanya pasien akan mengeluh kelelahan , cemas , menjadi iritabel, tidur terganggu.

2. Gangguan Kesadaran

Penurunan kejernihan tingkat kesadarab terhadap ligkungan ( kesadaran berkabut)

3. Kewaspadaan

Terdiri atau hiperaktivitas dan hipoaktivitas. Hiperaktivitas, kaitannya dengan sindrom putus

zat, misalnya flushing, berkeringat, takikardi, nausea, hipertermia dsb. Hipoaktivitas, seluruh

aktivitas menurun sehingga sering dikatakan sebagai depresi.

4. Gangguan pemusatan perhatian

Ditandai dengan adanya kesulitan mempertahankan, memusatkan dan mengalihkan

perhatian.

5. Gangguan memori dan disorientasi

Defisit memori, hal yang sering jelas terlihat pada pasien delirium. Disorientasi

waktu,tempat dan situasi juga sering didapatkan pada delirium.

6. Bahasa dan Kognitif

Sering terjadi abnormalitas dalam berbahasa dan mudah terjadi inkoherensi. Daya ingat dan

fungsi kognitif umum mungkin terganggu.

7

Page 8: Referat Delirium

7. Persepsi

Halusinasi visual dan auditorik sering ditemukan

8. Mood

Gejala yang sering nampak adalah marah, mengamuk, ketakutan yang tidak beralasan.

Perubahan mood dapat berfluktuasi sepanjang hari. Delirium dapat menyebabkan emosi

pasien yang labil seperti gelisah, sedih, menangis dan kadang kadang gembira yang berlebih.

Emosi ini dapat muncul bersamaan ketika seseorang mengalami delirium

9. Apatis dan menarik diri terhadap sekitar/withdrawal

Pasien dengan delirium dapat menampilkan apatis dan withdrawal. Mereka dapat terlihat

seperti depresi, penurunan nafsu makan, penurunan motivasi dan gangguan pola tidur.

10. Gangguan tidur - bangun

Pada pasien delirium sering tidur pada waktu siang hari tapi bangun pada waktu malam hari.

Pola ini digabungkan dengan disorientasi dan kebingungan yang dapat menimbulkan situasi

berbahaya pada pasien, yaitu resiko jatuh dari tempat tidur, menarik kateter atau IV dan pipa

nasogastric. Menunjukan agitasi pada malam hari dan masalah perilaku waktu tidur yang

disebut dengan sundowning.

11. Tanda tanda neurologis

Pada delirium dapat muncul tanda neurologis antara lain: tremor gait, asterixis mioklonus,

inkontinensia urine, paratonia dari otot terutama leher, sulit untuk menulis dan membaca,

dan gangguan visual.

2.5. DIAGNOSA

Secara klinis penegakkan diagnosis delirium dapat menggunakan DSM IV-TR. Di

bawah ini adalah criteria diagnostik delirium berdasarkan DSM IV –TR2

Kriteria diagnostik delirium yang berhubungan dengan kondisi medik umum:

1. Gangguan kesadaran (berkurangnya kejernihan kesadaran terhadaplingkungan dalam

bentuk memusatkan, mempertahankan dan mengalihkan perhatian).

2. Hambatan dalam fungsi kognitif (hendaya daya ingat segera dari jangka pendek namun

daya ingat jangka panjang tetap utuh, distorsi persepsi, ilusi dan halusinasi terutama

8

Page 9: Referat Delirium

visual, hendaya daya pikir dan pengertian abstrak dengan atau tanpa waham sementara,

tetapi yang khas terdapat sedikit inkoherensi, disorientasi waktu, tempat dan orang).

3. Awitannya tiba-tiba (dalam beberapa jam atau hari), perjalanan penyakitnya singkat dan

ada kecenderungan berfluktuasi sepanjang hari.

4. Berdasarkan bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik atau laboratorium untuk

menemukan penyebab delirium ini.

Kriteria diagnostik delirium yang disebabkan intoksikasi zat:

1. Gangguan kesadaran (berkurangnya kejernihan kesadaran terhadaplingkungan dalam

bentuk memusatkan, mempertahankan dan mengalihkan perhatian)

2. Hambatan dalam fungsi kognitif (hendaya daya ingat segera dari jangka pendek namun

daya ingat jangka panjang tetap utuh, distorsi persepsi, ilusi dan halusinasi terutama

visual, hendaya daya pikir dan pengertian abstrak dengan atau tanpa waham sementara,

tetapi yang khas terdapat sedikit inkoherensi, disorientasi waktu, tempat dan orang).

3. Awitannya tiba-tiba (dalam beberapa jam atau hari), perjalanan penyakitnya singkat dan

ada kecenderungan berfluktuasi sepanjang hari.

4. Berdasarkan bukti dan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik atau laboratorium untuk

menemukan delirium ini (1) atau (2):

(1) Gejala pada kriteria A dan B berkembang selama

intoksikasi zat.

(2) Penggunaan intoksikasi disini untuk mengatasi penyebab

yang ada hubungan dengan gangguannya.

Kriteria diagnostik delirium yang disebabkan putus zat:

1. Gangguan kesadaran (berkurangnya kejernihan kesadaran terhadaplingkungan dalam

bentuk memusatkan, mempertahankan dan mengalihkan perhatian)

2. Hambatan dalam fungsi kognitif (hendaya daya ingat segera dari jangka pendek namun

daya ingat jangka panjang tetap utuh, distorsi persepsi, ilusi dan halusinasi terutama

visual, hendaya daya pikir dan pengertian abstrak dengan atau tanpa waham sementara,

tetapi yang khas terdapat sedikit inkoherensi, disorientasi waktu, tempat dan orang).

9

Page 10: Referat Delirium

3. Awitannya tiba-tiba (dalam beberapa jam atau hari), perjalanan penyakitnya singkat dan

ada kecenderungan berfluktuasi sepanjang hari.

4. Berdasarkan bukti dan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik atau laboratorium untuk

menemukan penyakit delirium ini dalam kriteria A dan B. Keadaan ini berkembang

selama atau dalam waktu singkat sesudah sindroma putus zat.

Kriteria diagnostik delirium yang berkaitan dengan berbagai penyebab:

1. Gangguan kesadaran (berkurangnya kejernihan kesadaran terhadaplingkungan dalam

bentuk memusatkan, mempertahankan dan mengalihkan perhatian)

2. Hambatan dalam fungsi kognitif (hendaya daya ingat segera dari jangka pendek namun

daya ingat jangka panjang tetap utuh, distorsi persepsi, ilusi dan halusinasi terutama

visual, hendaya daya pikir dan pengertian abstrak dengan atau tanpa waham sementara,

tetapi yang khas terdapat sedikit inkoherensi, disorientasi waktu, tempat dan orang).

3. Awitannya tiba-tiba (dalam beberapa jam atau hari), perjalanan penyakitnya singkat dan

ada kecenderungan berfluktuasi sepanjang hari.

4. Berdasarkan bukti dan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik atau laboratorium untuk

menemukan etiologi delirium ini yang disebabkan oleh lebih dari satu penyebab kondisi

medik umum, disertai intoksikasi zat atau efek samping medikasi.

Pedoman diagnostik

Untuk memastikan diagnosis, maka gejala-gejala baik yang ringan atau yang berat haruslah

ada pada setiap kondisi dibawah ini, yaitu sesuai dengan pedoman diagnostik menurut PPDGJ-

III : 4,7

1. Gangguan kesadaran dan perhatian :

Dari taraf kesadaran berkabut sampai dengan koma.

Menurunnya kemampuan untuk mengarahkan, memusatkan, mempertahankan dan

mengalihkan perhatian.

2. Gangguan kognitif secara umum :

10

Page 11: Referat Delirium

Distorsi persepsi, ilusi dan halusinasi (terutama halusinasi visual)

Hendaya daya pikir dan pengertian abstrak dengan atau tanpa waham yang bersifat

sementara, tetapi sangat khas terdapat inkoherensi yang ringan

Hendaya daya ingat segera dan jangka pendek, namun daya ingat jangka panjang relatif

masih utuh.

Disorientasi waktu, pada kasus yang berat terdapat disorientasi tempat dan orang.

3. Gangguan psikomotor :

Hipoaktivitas atau hiperaktivitas dan pengalihan aktivitas yang tidak terduga dari satu ke

yang lain.

Waktu bereaksi yang lebih panjang

Arus pembicaraan yang bertambah atau berkurang

Reaksi terperanjat meningkat

4. Gangguan siklus tidur-bangun :

Insomnia atau pada kasus yang berat tidak dapat tidur sama sekali atau terbaliknya

siklus tidur-bangun (mengantuk pada siang hari).

Gejala yang memburuk pada malam hari

Mimpi yang mengganggu atau mimpi buruk yang dapat berlanjut menjadi halusinasi

setelah bangun tidur.

5. Gangguan emosional : misalnya depresi, ansietas atau takut, lekas marah, euforia, apatis atau

rasa kehilangan akal.

6. Onset biasanya cepat, perjalanan penyakitnya hilang timbul sepanjang hari, dan keadan ini

berlangsung kurang dari 6 bulan

2.6. DIAGNOSA BANDING

11

Page 12: Referat Delirium

Banyak gejala yang menyerupai delirium. Demensia dan depresi sering menunjukkan

gejala yang mirip delirium; bahkan kedua penyakit/ kondisi tersebut acap kali terdapat

bersamaan dengan sindrom delirium. Pada keadaan tersebut informasi dari keluarga dan pelaku

rawat menjadi sangat berarti pada anamnesis.3

a. Delirium versus demensia

Yang paling nyata perbedaannya adalah mengenai awitannya, yaitu delirium

awitannya tiba-tiba, sedangkan pada demensia berjalan perlahan. Meskipun kedua kondisi

tersebut mengalami gangguan kognitif, tetapi pada demensia lebih stabil, sedangkan pada

delirium berfluktuasi.2

Tabel 2. Perbandingan Delirium dan Demensia 2

Gambaran Klinis Delirium Demensia

Gangguan daya ingat +++ +++

Gangguan proses berpikir +++ +++

Gangguan daya nilai +++ +++

Kesadaran berkabut +++ -

Major attention deficits +++ +

Fluktuasi perjalanan penyakit (1 hari) +++ +

Disorientasi +++ ++

Gangguan persepsi jelas ++ -

Inkoherensi ++ +

Gangguan siklus tidur- bangun ++ +

Eksaserbasi nocturnal ++ +

Insight/tilikan ++ +

Awitan akut/subakut ++ -

b. Delirium versus skizofrenia dan depresi

12

Page 13: Referat Delirium

Sindrom delirium dengan gejala yang hiperaktif sering keliru dianggap sebagai

pasien yang cemas (anxietas), sedangkan hipoaktif keliru dianggap sebagai depresi. Keduanya

dapat dibedakan dengan pengamatan yang cermat. Pada depresi terdapat perubahan yang

bertahap dalam beberapa hari atau minggu sedangkan pada delirium biasanya gejala berkembang

dalam beberapa jam.3

Beberapa pasien dengan skizofrenia atau episode manik mungkin pada satu keadaan

menunjukkan perilaku yang sangat kacau yang sulit dibedakan dengan delirium. Secara umum,

halusinasi dan waham pada pasien skizofrenia lebih konstan dan lebih terorganisasi

dibandingkan dengan kondisi pasien delirium.2

2.7. TATALAKSANA

Tujuan utama adalah untuk mengobati gangguan dasar yang menyebabkan delirium,

tujuan lainnya adalah untuk memberikan bantuan fisik sensorik dan lingkungan.

a. Pengobatan farmakologis

Dua gejala utama delirium yang mungkin memerlukan pengobatan farmakologis

adalah psikosis dan insomnia. Obat yang terpilih untuk psikosis adalah Haloperidol (haldol),

obat antipsikotik golongan butyrophenon. Pemberian tergantung usia, berat badan,dan kondisi

fisik pasien, dosis awal dengan rentang antara 2 sampai 10 mg intramuscular, diulang dalam satu

jam jika pasien teragitasi. Segera setelah pasien tenang, medikasi oral dalam cairan konsentrat

atau bentuk tablet dapat dimulai. Dua dosis oral harian harus mencukupi, dengan duapertiga

dosis diberikan sebelum tidur. Untuk mencapai efek terapeutik yang sama, dosis oral harus kira-

kira 1,5 kali kali lebih tinggi dibandingkan dosis parenteral. Dosis harian efektif total haloperidol

mungkin terentang dari 5 sampai 50 mg untuk sebagian besar pasien delirium.

Droperidol (inapsine) adalah suatu butyrophenon yang tersedia sebagai suatu formula

intravena alternative, walaupun monitoring elektrokardiogram adalah sangat penting untuk

pengobatan ini. Golongan phenothiazine harus dihindari pada pasien delirium, karena obat

tersebut disertai dengan aktivitas antikolinergik yang bermakna.

Insomnia paling baik diobati dengan golongan benzodiazepine dengan waktu paruh

pendek atau hydroxizine (vistaril), 25 sampai 100 mg. Golongan benzodiazepine dengan waktu

13

Page 14: Referat Delirium

paruh panjang dan barbiturate harus dihindari kecuali obat tersebut telah digunakan sebagai

bagian dari pengobatan untuk gangguan dasar (sebagai contohnya, putus alcohol).1

b. Non-farmakologis (pencegahan)

Berbagai literature menyebutkan bahwa pengobatan sindrom delirium sering tidak

tuntas. 96% pasienyang dirawat karena pulang dengan gejala sisa. Hanya 20% dari kasus-kasus

tersebut yang tuntas dalam 6 bulan setelah pulang. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebenarnya

prevalensi sindrom delirium di masyarakat lebih tinggi dari pada yang diduga sebelumnya.

Pemeriksaan penapisan oleh dokter umum atau dokter keluarga di masyarakat menjadi penting

dalam rangka menemukan kasus dini dan mencegah penyulit yang fatal.

Rudolph (2003) melaporkan bahwa separuh dari kasus yang diamatinya mengalami

delirium saat dirawat di rumah sakit. Berarti ada karakteristik pasien tertentu dan suasana/situasi

rumah sakit sedemikian rupa yang dapat mencetuskan delirium. Beberapa obat juga dapat

mencetuskan delirium, terutama yang mempunyai efekanti kolinergik dan gangguan faal

kognitif. Beberapa obat yang diketahui meningkatkan resiko delirium antara lain:

benzodiazepine, kodein, amitriptilin (antidepresan), difenhidramid,ranitidine, tioridazin,

digoksin, amiodaron, metildopa, procainamid, levodopa, fenitoin, siprofloksasin. Beberapa

tindakan sederhana yang dapat dilakukan di rumah sakit (di ruang rawat akut geriatric) terbukti

cukup efektif mampumencegah delirium. Inouye et all (1999) menyarankan beberapa

tindakanyang terbukti dapat mencegah delirium seperti yang tertera pada tabel 3

Tabel 3. Pencegahan Delirium dan Keluarannya3

14

Page 15: Referat Delirium

Panduan intervensi Tindakan Keluaran P

Reorientasi Pasang jam dinding

Kalender

Memulihkan orientasi 0,04

Memulihkan siklus tidur

Padamkan lampu

Minum susu hangat atau the herbal

Musik yang tenang

Pemijata (massage) punggung

Tidur tanpa obat 0,001

Mobilisasi Latihan lingkup gerak sendi

Mobilisasi bertahap

Batasi penggunaan restrain

Pulihnya mobilisasi 0,06

Penglihatan Kenakan kacamata

Menyediakan bacaan dengan huruf berukuran besar

Meningkatkan kemampuan penglihatan

0,27

Pendengaran Bersihkan serumen prop

Alat Bantu dengar

Meningkatkan kemampuan pendengaran

0,10

Rehidrasi Diagnosis dini rehidrasi

Tingkatkan asupan cairan oral kalau perlu per infuse

BUN/Cr < 18 0,04

2.8. PROGNOSIS

Awitan delirium yang akut, gejala prodromalnya seperti gelisah dan perasaan takut

mungkin muncul pada awal awitan. Bila penyebabnya telah diketahui dan dapat dihilangkan

maka gejala-gejalanya akan hilang dalamwaktu 3-7 hari dan akan hilang seluruhnya dalam waktu

dua minggu.2

BAB III

15

Page 16: Referat Delirium

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Sindrom delirium sering tidak terdiagnosis dengan baik karena berbagai sebab.

Keterlambatan diagnosis memperpanjang masa rawat dan meningkatkan mortalitas. Defisiensi

asetilkolin yang berhubungan dengan beberapa factor predisposisi dan factor pencetus

merupkana mekanisme dasar yang harus selalu diingat. Pencetus tersering adalah pneumonia dan

infeksi saluran kemih.

Gangguan kognitif global, perubahan aktivitas psikomotor, perubahan siklus tidur,

serta perubahan kesadaran yang terjadi akut dan berfluktuatif merupakan gejala yang sering

ditemukan. Beberapa peneliti menggolongkan delirium ke dalam beberapa tipe. Kriteria

diagnosis baku menggunakan DSM-IV; instrument baku yang digunakan untuk membantu

menegakkan diagnosis.

Beberapa penyakit mempunyai gejala dan tanda mirip sehingga diperlukan

kewaspadaan serta pemikiran kemungkinan diferensial diagnosis. Pengelolaan pasien terutama

ditujukan untuk mengidentifikasi serta menatalaksana factor predisposisi dan pencetus.

Penatalaksanaan non-farmakologik dan farmakologik sama pentignnya dan diperlukan kerjasama

dengan psikiater geriatric terutama dalam pengelolaan pasien yang gelisah.

16

Page 17: Referat Delirium

DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan, Harold I. Sinopsis Psikiatri; Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. 2010;

hal. 519-528

2. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Buku Ajar Psikiatri. 2010; hal. 99-105

3. Sudoyo, Aru W. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. 2009; hal. 907-912

4. http://emedicine.medscape.com/article/288890-overview diakses pada tanggal 25

Februari 2013.

5. Damping, Andri Cahrles E. Majalah Kedokteran Indonesia: Peranan Psikiatri Geriatri

dalam Penanganan Delirium Pasien Geriatri. 2007.

6. Maslim R: Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJ III,

Jakarta, 2001: 27-28.

17