Referat Autisme Vera, Nero Juni-Juli 2015

28
AUTISME A. DEFINISI Autisme berasal dari bahasa Yunani, autos yang berarti “sendiri”. Anak dengan autisme seolah-olah hidup di dunianya sendiri, menghindari/tidak merespon terhadap kontak sosial, dan lebih senang menyendiri. Autisme atau autisme infantil (Early Infantile Autism) pertama kali dikemukakan oleh Dr. Leo Kanner pada tahun 1943, seorang psikiatris Amerika. Istilah autisme digunakan untuk menunjukkan suatu gejala psikosis pada anak-anak yang unik dan menonjol, yang sering disebut Sindrom Kanner. Ciri yang menonjol pada sindrom Kanner antara lain ekspresi wajah yang kosong seolah-olah sedang melamun, kehilangan pikiran dan sulit sekali bagi orang lain untuk menarik perhatian mereka atau mengajak mereka berkomunikasi 1 . Pada awalnya istilah “autisme” diambil dari gangguan skizofrenia, dimana penggunaan istilah “autisme” ini untuk menggambarkan perilaku pasien skizofrenia yang menarik diri dari dunia luar dan menciptakan dunia fantasinya sendiri. Namun ada perbedaan yang jelas antara penyebab dari autisme pada penderita skizofrenia dengan penyandang autisme infantil. Pada skizofrenia, autisme 1

description

fix

Transcript of Referat Autisme Vera, Nero Juni-Juli 2015

Page 1: Referat Autisme Vera, Nero Juni-Juli 2015

AUTISME

A. DEFINISI

Autisme berasal dari bahasa Yunani, autos yang berarti “sendiri”. Anak dengan

autisme seolah-olah hidup di dunianya sendiri, menghindari/tidak merespon terhadap

kontak sosial, dan lebih senang menyendiri. Autisme atau autisme infantil (Early

Infantile Autism) pertama kali dikemukakan oleh Dr. Leo Kanner pada tahun 1943,

seorang psikiatris Amerika. Istilah autisme digunakan untuk menunjukkan suatu

gejala psikosis pada anak-anak yang unik dan menonjol, yang sering disebut Sindrom

Kanner. Ciri yang menonjol pada sindrom Kanner antara lain ekspresi wajah yang

kosong seolah-olah sedang melamun, kehilangan pikiran dan sulit sekali bagi orang

lain untuk menarik perhatian mereka atau mengajak mereka berkomunikasi1.

Pada awalnya istilah “autisme” diambil dari gangguan skizofrenia, dimana

penggunaan istilah “autisme” ini untuk menggambarkan perilaku pasien skizofrenia

yang menarik diri dari dunia luar dan menciptakan dunia fantasinya sendiri. Namun

ada perbedaan yang jelas antara penyebab dari autisme pada penderita skizofrenia

dengan penyandang autisme infantil. Pada skizofrenia, autisme disebabkan dampak

area gangguan jiwa yang di dalamnya terkandung halusinasi dan delusi yang

berlangsung minimal selama 1 bulan, sedangkan pada anak-anak dengan autisme

infantil terdapat kegagalan dalam perkembangan yang tergolong dalam kriteria

Gangguan Pervasif dengan kehidupan autistik yang tidak disertai dengan halusinasi

dan delusi2.

B. PREVALENSI

Data dari CDC Autisme and Developmental Disabilities Monitoring (ADDM)

Network menyatakan sekitar 1 dari 68 anak di Amerika Serikat teridentifikasi dengan

gangguan spektrum autism/autisme spectrum disorder (ASD). Autisme 5 kali lebih

sering terjadi pada anak laki-laki (1 dari 42) dibandingkan anak perempuan (1 dari

189) 3.

1

Page 2: Referat Autisme Vera, Nero Juni-Juli 2015

2

Di Indonesia sendiri belum ada angka yang pasti mengenai angka prevalensi

autism, namun data dari salah satu penelitian menyatakan penyandang autis di

Indonesia diperkirakan lebih dari 400.000 anak. Prevalensi anak dengan autis di

Indonesia dikatakan mengalami peningkatan dari 1 banding 150 kelahiran pada tahun

2000 menjadi 1 banding 100 kelahiran pada tahun 20014.

C. ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI

Penyebab terjadinya autisme sangat beraneka ragam dan tidak ada satupun yang

spesifik sebagai penyebab utama dari autisme. Ada indikasi bahwa faktor genetik

berperan dalam kejadian autisme. Dalam suatu studi yang melibatkan anak kembar

terlihat bahwa dua kembar monozigot (kembar identik) kemungkinan 90% akan

sama-sama mengalami autisme; kemungkinan pada dua kembar dizigot (kembar

fraternal) hanya sekitar 5-10% saja5.

Sampai sejauh ini tidak ada gen spesifik autisme yang teridentifikasi meskipun

baru-baru ini telah dikemukakan terdapat keterkaitan antara gen serotonin-transporter.

Disfungsi serotonin telah terlibat sebagai faktor dalam asal-usul gangguan autis sejak

ditemukan kenaikan signifikan kadar 5-HT pada pemeriksaan darah. Hipersero-

tonemia adalah sebuah temuan yang kuat dalam gangguan autis. Pada anak-anak

nonautistik, kapasitas serotonin, diukur dengan tomografi emisi positron (PET), lebih

dari 200% meningkat sampai usia 5, dan mulai menurun saat menuju dewasa. Akan

tetapi pada anak autis sintesis serotonin telah terbukti meningkat secara bertahap

antara usia 2 hingga 15, dan mencapai 1,5 kali pada tingkat dewasa yang normal.

Dalam studi lain yang terkait, telah menunjukkan bahwa kadar serotonin tampak

stabil setelah usia 12 tahun.5

Selain itu adanya teori opioid yang mengemukakan bahwa autisme timbul

akibat adanya beban yang berlebihan pada susunan saraf pusat oleh opioid pada saat

usia dini. Opioid kemungkinan besar adalah eksogen dan opioid merupakan

perombakan yang tidak lengkap dari gluten dan kasein makanan. Pada dasarnya  teori

ini mengemukakan adanya barrier yang defisien di dalam mukosa usus dan di darah-

Page 3: Referat Autisme Vera, Nero Juni-Juli 2015

3

otak (blood-brain), atau oleh karena adanya kegagalan peptida usus dan peptida yang

beredar dalam darah untuk mengubah opioid menjadi metabolit yang tidak bersifat

racun dan menimbulkan penyakit. Protein dari kedua makanan ini tidak semua

dirubah menjadi asam amino tetapi juga menjadi peptida, suatu bentuk rantai pendek

asam amino yang seharusnya dibuang lewat urine. Pada penyandang autistik, peptida

ini diserap kembali oleh tubuh, masuk ke dalam aliran darah, masuk ke otak dan

dirubah oleh reseptor opioid menjadi morfin yaitu casomorfin dan gliadorphin, yang

mempunyai efek merusak sel-sel otak dan membuat fungsi otak terganggu. Fungsi

otak yang terkena biasanya adalah fungsi kognitif, reseptif, atensi dan perilaku5.

Barrier yang defektif ini mungkin diwarisi (inherited) atau sekunder karena

suatu kelainan. Berbagai uraian tentang abnormalitas neural pada autisme telah

menimbulkan banyak spekulasi mengenai penyakit ini. Namun, hingga saat ini tidak

ada satupun, baik teori anatomis yang sesuai maupun teori patofisiologi autisme atau

tes diagnostik biologik yang dapat digunakan untuk menjelaskan tentang sebab utama

autisme. Beberapa peneliti telah mengamati beberapa abnormalitas jaringan otak pada

individu yang mengalami autisme, tetapi sebab dari abnormalitas ini belum diketahui,

demikian juga pengaruhnya terhadap perilaku5.

Etiologi pasti dari autis belum sepenuhnya jelas. Beberapa teori yang

menjelaskan tentang autisme infantil yaitu:

1. Teori psikoanalitik

Teori yang dikemukakan oleh Bruto Bettelheim (1967) menyatakan bahwa

autisme terjadi karena penolakan orangtua terhadap anaknya. Anak menolak orang

tuanya dan mampu merasakan perasaan negatif mereka. Anak tersebut meyakini

bahwa dia tidak memiliki dampak apapun pada dunia sehingga menciptakan

“benteng kekosongan” untuk melindungi dirinya dari penderitaan dan kekecewaan4.

2. Genetik

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa laki-laki 3-4 kali beresiko lebih tinggi

dari wanita. Sementara resiko autis jika memiliki saudara kandung yang juga autis

sekitar 3%. Kelainan dari gen pembentuk metalotianin juga berpengaruh pada

Page 4: Referat Autisme Vera, Nero Juni-Juli 2015

4

kejadian autis. Metalotianin adalah kelompok protein yang merupakan mekanisme

kontrol tubuh terhadap tembaga dan seng. Fungsi lainnya yaitu perkembangan sel

saraf, detoksifikasi logam berat, pematangan saluran cerna, dan penguat sistem imun.

Disfungsi metalotianin akan menyebabkan penurunan produksi asam lambung,

ketidakmampuan tubuh untuk membuang logam berat dan kelainan sistem imun

yang sering ditemukan pada orang autis. Teori ini juga dapat menerangkan penyebab

lebih berisikonya laki-laki dibanding perempuan. Hal ini disebabkan karena sintesis

metalotianin ditingkatkan oleh estrogen dan progesterone5.

3. Studi biokimia dan riset neurologis

Pemeriksaan post-mortem otak dari beberapa penderita autistik pada salah satu

penelitian menunjukkan adanya dua daerah di dalam sistem limbik yang kurang

berkembang yaitu amygdala dan hippocampus. Kedua daerah ini bertanggung jawab

atas emosi, agresi, sensori, input, dan belajar. Penelitian ini juga menemukan adanya

defisiensi sel Purkinje di serebelum. Dengan menggunakan Magnetic Resonance

Imaging (MRI), telah ditemukan dua daerah di serebelum, lobules VI dan VII, yang

pada individu autistik secara nyata lebih kecil dari pada orang normal. Satu dari

kedua daerah ini dipahami sebagai pusat yang bertanggung jawab atas perhatian5.

Dari segi biokimia jaringan otak, banyak penderita-penderita autistik menun-

jukkan kenaikan dari serotonin dalam darah dan cairan serebrospinal dibandingkan

dengan orang normal5.

D. GAMBARAN KLINIS

Gejala autisme infantil timbul sebelum anak mencapai usia 3 tahun. Pada

sebagian anak gejala gangguan perkembangan ini sudah terlihat sejak lahir. Seorang

ibu yang cermat dapat melihat beberapa keganjilan sebelum anaknya mencapai usia

satu tahun. Yang sangat menonjol adalah tidak adanya kontak mata dan kurangnya

minat untuk berinteraksi dengan orang lain. Secara umum ada beberapa gejala

autisme yang akan tampak semakin jelas saat anak telah mencapai usia 3 tahun,

yaitu1:

Page 5: Referat Autisme Vera, Nero Juni-Juli 2015

5

a. Gangguan dalam komunikasi verbal maupun non verbal seperti terlambat

bicara, mengeluarkan kata-kata dalam bahasanya sendiri yang tidak dapat dimengerti,

echolalia, sering meniru dan mengulang kata tanpa ia mengerti maknanya, dan lain-

lain.

b. Gangguan dalam bidang interaksi sosial, seperti menghindar kontak mata,

tidak melihat jika dipanggil, menolak untuk dipeluk, lebih suka bermain sendiri, dan

lain-lain.

c. Gangguan pada bidang perilaku yang terlihat dari adanya perlaku yang

berlebih (excessive) dan kekurangan (deficient) seperti impulsif, hiperaktif, repetitif

namun dilain waktu terkesan pandangan mata kosong, melakukan permainan yang

sama dan monoton .Kadang-kadang ada kelekatan pada benda tertentu seperti

gambar, karet, dan lain-lain yang dibawanya kemana-mana.

d. Gangguan pada bidang perasaan/emosi, seperti kurangnya empati, simpati,

dan toleransi; kadang-kadang tertawa dan marah sendiri tanpa sebab yang nyata dan

sering mengamuk tanpa kendali bila tidak mendapatkan apa yang ia inginkan.

e. Gangguan dalam persepsi sensoris seperti mencium-cium dan menggigit

mainan atau benda, bila mendengar suara tertentu langsung menutup telinga, tidak

menyukai rabaan dan pelukan, dan lain-lain. Gejala–gejala tersebut di atas tidak harus

ada semuanya pada setiap anak autisme, tergantung dari berat-ringannya gangguan

yang diderita anak.

E. KARAKTERISTIK

Beberapa karakteristik autism antara lain6:

1. Karakteristik dalam interaksi sosial, antara lain adalah:

a. Menyendiri (aloof): terlihat pada anak yang menarik diri, acuh tak acuh, dan

kesal bila diadakan pendekatan sosial serta menunjukkan perilaku dan

perhatian yang terbatas (tidak hangat).

b. Pasif : dapat menerima pendekatan sosial dan bermain dengan anak lain jika

pola permainannya disesuaikan dengan dirinya.

Page 6: Referat Autisme Vera, Nero Juni-Juli 2015

6

c. Aktif tapi aneh: secara spontan akan mendekati anak lain, namun interaksi ini

seringkali tidak sesuai dan sering hanya sepihak.

2. Karakteristik dalam komunikasi, antara lain adalah :

a. Bergumam

b. Sering mengalami kesukaran dalam memahami arti kata-kata dan kesukaran

dalam mengggunakan bahasa dalam konteks yang sesuai dan benar

c. Sering mengulang kata-kata yang baru saja mereka dengar atau yang pernah

mereka dengar sebelumnya tanpa bermaksud untuk berkomunikasi

d. Bila bertanya sering menggunakan kata ganti orang dengan terbalik, seperti

"saya" menjadi "kamu" dan menyebut diri sendiri sebagai "kamu";

e. Sering berbicara pada diri sendiri dan mengulang potongan kata atau lagu

dari iklan tv dan mengucapkannya di muka orang lain dalam suasana yang

tidak sesuai.

f. Penggunaan kata-kata yang aneh atau dalam arti kiasan, seperti seorang anak

berkata "sembilan" setiap kali ia melihat kereta api.

g.Mengalami kesukaran dalam berkomunikasi walaupun mereka dapat

berbicara dengan baik, karena tidak tahu kapan giliran mereka berbicara,

memilih topik pembicaraan, atau melihat kepada lawan bicaranya.

h. Bicaranya monoton, kaku, dan menjemukan.

i. Kesukaran dalam mengekspresikan perasaan atau emosinya melalui nada

suara

j. Tidak menunjukkan atau memakai gerakan tubuh untuk menyampaikan

keinginannya, tetapi dengan mengambil tangan orangtuanya untuk

mengambil obyek yang dimaksud

k. Mengalami gangguan dalam komunikasi nonverbal; mereka sering tidak

menggunakan gerakan tubuh dalam berkomunikasi untuk mengekspresikan

perasaannya atau untuk merabarasakan perasaan orang lain, misalnya

menggelengkan kepala, melambaikan tangan, mengangkat alis, dan

sebagainya.

Page 7: Referat Autisme Vera, Nero Juni-Juli 2015

7

3. Karakteristik dalam perilaku dan pola bermain, antara lain adalah:

a. Abnormalitas dalam bermain, seperti stereotip, diulang-ulang dan tidak

kreatif.

b. Tidak menggunakan mainannya dengan sesuai

c. Menolak adanya perubahan lingkungan dan rutinitas baru.

d. Minatnya terbatas, sering aneh, dan diulang-ulang.

e. Hiperaktif pada anak prasekolah atau sebaliknya hipoaktif.

f. Gangguan pemusatan perhatian, impulsifitas, koordinasi motorik terganggu,

kesulitan dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari.

4. Karakteristik kognitif, antara lain adalah:

a. Hampir 75-80% anak autis mengalami retardasi mental dengan derajat rata-

rata sedang.

b. Sebanyak 50% dari idiot savants (retardasi mental yang menunjukan

kemampuan luar biasa) adalah seorang penyandang autisme.

F. DIAGNOSIS

Secara detail, menurut DSM IV, kriteria gangguan autistik adalah sebagai

berikut2:

A. Harus ada total enam atau lebih hal dari 1, 2 dan 3 dengan sekurangnya dua dari 1

dan masing-masing satu dari 2 dan 3.

1. Kelemahan kualitatif dalam interaksi sosial seperti ditunjukkan oleh

sedikitnya 2 dari gejala berikut:

a) Kelemahan dalam penggunaan perilaku nonverbal multipel seperti kontak

mata, ekspresi wajah, postur tubuh dan gerak-gerik dalam berinteraksi

sosial.

b) Gagal untuk mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sesuai

menurut tingkat perkembangannya.

c) Kurangnya kemampuan untuk berbagi perasaan dan empati dengan orang

lain.

Page 8: Referat Autisme Vera, Nero Juni-Juli 2015

8

d) Kurang mampu memberikan hubungan timbal balik sosial atau emosional.

2. Kelemahan kualitatif dalam komunikasi seperti yang ditujukkan oleh

sekurangnya satu dari berikut:

a) Keterlambatan dalam atau sama sekali tidak ada, perkembangan bahasa

ucapan (tidak disertai oleh usaha untuk berkompensasi melalui cara

komunikasi lain seperti gerak-gerik atau mimik).

b) Pada individu dengan bicara yang adekuat gangguan jelas dalam

kemampuan untuk memulai atau mempertahankan percakapan dengan

orang lain.

c) Pemakaian bahasa atau bahasa idiosinkratik secara stereotipik dan

berulang.

d) Tidak adanya berbagai permainan khayalan atau permainan pura-pura

sosial yang spontan yang sesuai menurut tingkat perkembangan.

3. Pola perilaku, minat, dan aktivitas yang terbatas, berulang, dan stereotipik,

seperti ditunjukkan oleh sekurangnya satu dari berikut :

a) Preokupasi dengan satu atau lebih pola minat yang stereotipik dan

terbatas, yang abnormal baik dalam intensitas maupun fokusnya.

b) Ketaatan yang tampaknya tidak fleksibel terhadap rutinitas atau ritual

yang spesifik dan nonfungsional.

c) Manerisme motorik stereotipik dan berulang (misalnya menjentikkan, atau

memuntirkan tangan atau jari atau gerakan kompleks seluruh tubuh).

B. Keterlambatan atau fungsi abnormal pada sekurangnya satu bidang berikut

dengan onset sebelum usia 3 tahun :

1. Interaksi sosial.

2. Bahasa yang digunakan dalam komunikasi sosial.

3. Permainan simbolik atau imaginatif.

C. Gangguan tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan Rett atau gangguan

disintegratif masa anak-anak.

Page 9: Referat Autisme Vera, Nero Juni-Juli 2015

9

G. DIAGNOSIS BANDING

Ada beberapa jenis gangguan perkembangan pervasif yang menjadi diagnosis

banding autisme, antara lain6,7:

1. Sindrom Asperger

Anak yang menderita sindrom Asperger biasanya berusia lebih dari 3 tahun dan

memiliki problem bahasa. Penderita sindrom ini cenderung memiliki intelegensi rata-

rata atau lebih tinggi. Namun seperti halnya gangguan autistik, mereka kesulitan

berinteraksi dan berkomunikasi. Oleh karena itu, sindroma Asperger sering disebut

sebagai “high functioning autism”.

Gangguan Asperger berbeda dengan autis dari segi onset dimana usia autis

infantil terjadi lebih awal dan tingkat keparahannya lebih parah dibandingkan

gangguan Asperger. Pasien autis menunjukkan penundaan dan penyimpangan dalam

kemahiran berbahasa serta adanya gangguan kognitif. Defisit sosial dan komunikasi

lebih berat pada autisme. Selain itu ditemukan adanya manerisme motorik, sedangkan

pada gangguan Asperger yang menonjol adalah perhatian terbatas dan motorik yang

canggung serta gagal mengerti isyarat non verbal. Gangguan Asperger biasanya

memperlihatkan gambaran IQ yang lebih baik daripada autisme infantil. Gangguan

Asperger mempunyai empati yang lebih baik dibandingkan dengan autisme infantil,

sekalipun keduanya mengalami kesulitan berempati.

2. Gangguan Perkembangan Menurun (PDD NOS/Pervasive Developmental

Disorder not Otherwise Specified).

Gejala ini disebut juga non tipikal autisme. Penderita memiliki gejala-gejala

autisme, namun berbeda dengan jenis autisme lainnya. IQ penderita ini lebih rendah.

Page 10: Referat Autisme Vera, Nero Juni-Juli 2015

10

3. Sindrom Rett

Sindrom Rett adalah penyakit otak yang progresif tapi khusus mengenai anak

perempuan. Mulanya perkembangan anak sampai usia 5 bulan normal, namun setelah

itu mundur. Umumnya kemunduran terjadi pada usia 1 hingga 4 tahun, dan sangat

parah meliputi perkembangan bahasa, interaksi sosial maupun motoriknya

pengulangan gerakan tangan dan pergantian gerakan tangan.

4. Gangguan Disintegrasi Anak

Pada gejala autisme ini, anak tumbuh normal hingga tahun kedua. Selanjutnya

anak akan kehilangan sebagian atau semua kemampuan komunikasi dan keterampilan

sosialnya.

Tabel 1. Diagnosis Banding Autisme dengan Gangguan Pervasif Lainnya6

Klinis AutismeSindrom

Asperger

Sindrom

Rett

Gangguan

Disintregasi

Anak

PDD NOS

Usia (bulan) 0-36Biasanya

>365-30 >24 Variasi

Jenis

kelamin♂>♀ ♂>♀ ♀ ♂>♀ ♂>♀

Hilang

kemampuanVariasi

Umumnya

tidakBerat Berat

Umumnya

tidak

Kemampuan

sosial

Sangat

burukBuruk Variasi Sangat buruk Variasi

Ketertarikan

khusus

Variasi

(mekanikal)

Berat

(fakta)- - Variasi

Riwayat Kadang SeringUmumnya

tidakTidak

Tidak

diketahui

Page 11: Referat Autisme Vera, Nero Juni-Juli 2015

11

Deselerasi

pertumbuhan

kepala

Tidak Tidak Ya Tidak Tidak

Rentang IQRM berat-

normal

RM ringan-

normal

RM berat-

normalRM berat RM berat

Keluaran Buruk-biasa Biasa-baikSangat

burukSangat buruk Biasa-baik

5. Skizofrenia dengan Onset Masa Anak-Anak

Skizofrenia jarang pada anak-anak di bawah 5 tahun. Skizofrenia disertai

dengan halusinasi atau waham, dengan insidensi kejang dan retardasi mental yang

lebih rendah dan dengan I.Q yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak autistik.

Tabel 2. Perbedaan Kriteria Gangguan Autistik dan Skizofrenia dengan Onset Masa

Anak-Anak7

Kriteria Gangguan AutistikSkizofrenia dengan Onset

Masa Anak-Anak

Usia onset <38 bulan >5 tahun

Insidensi 2-5 dalam 10.000

Tidak diketahui, kemung-

kinan sama atau bahkan

lebih jarang

Rasio jenis kela-

min (L:P)3-4:1 1,67:1

Riwayat keluarga

skizofrenia

Tidak naik atau kemungkinan

tidak naik

Naik

Penyulit prenatal

dan perinatal dan

disfungsi otak

Lebih sering pada gangguan

autistik

Lebih jarang pada

skizofrenia

Page 12: Referat Autisme Vera, Nero Juni-Juli 2015

12

Karakteristik

perilaku

Gagal untuk mengembangkan

hubungan: tidak ada bicara

(ekolalia); frasa stereotipik;

tidak ada atau buruknya

pemahaman bahasa; kegigihan

atas kesamaan dan stereotipik.

Halusinasi dan waham,

gangguan pikiran

Fungsi adaptif Biasanya selalu terganggu Pemburukan fungsi

Tingkat inteligensi

Pada sebagian besar kasus

subnormal, sering terganggu

parah (70%)

Dalam rentang normal,

sebagian besar normal

bodoh (15%-70%)

Pola I.Q. Jelas tidak rata Lebih rata

6. Retardasi Mental

Hal yang tidak mudah untuk membedakan autisme infantil dengan retardasi

mental sebab autisme juga sering disertai retardasi mental. Akan tetapi pada retardasi

mental tidak terdapat 3 ciri pokok autisme secara lengkap. Retardasi mental adalah

gangguan intelegensi, biasanya diketahui setelah anak sekolah karena

ketidaksanggupan anak mengikuti pelajaran formal. Pembagian retardasi mental

dilihat dari kemampuan IQ. Retardasi mental ringan IQ 55-70, RM sedang 40-55,

RM berat 25-40, sangat berat IQ <25. Ciri utama yang membedakan antara gangguan

autistik dan retardasi mental adalah: “pada anak teretardasi mental biasanya

berhubungan dengan orang tua atau anak-anak lain dengan cara yang sesuai dengan

umur mentalnya. Mereka menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan orang

lain. Mereka memiliki sifat gangguan yang relatif tetap tanpa pembelahan fungsi.

Page 13: Referat Autisme Vera, Nero Juni-Juli 2015

13

7. Afasia Didapat dengan Kejang

Afasia didapat dengan kejang adalah kondisi yang jarang yang kadang sulit

dibedakan dari gangguan autistik dan gangguan disintegratif masa anak-anak. Anak-

anak dengan kondisi ini normal untuk beberapa tahun sebelum kehilangan bahasa

reseptif dan ekspresifnya selama periode beberapa minggu atau beberapa bulan.

Sebagian akan mengalami kejang dan kelainan EEG menyeluruh pada saat onset,

tetapi tanda tersebut biasanya tidak menetap. Suatu gangguan yang jelas dalam

pemahaman bahasa yang terjadi kemudian, ditandai oleh pola berbicara yang

menyimpang dan gangguan bicara. Beberapa anak pulih tetapi dengan gangguan

bahasa residual yang cukup besar.

8. Ketulian Kongenital atau Gangguan Pendengaran Parah

Anak-anak autistik sering kali dianggap tuli oleh karena anak-anak tersebut

sering membisu atau menunjukkan tidak adanya minat secara selektif terhadap bahasa

ucapan. Ciri-ciri yang membedakan yaitu bayi autistik mungkin jarang berceloteh

sedangkan bayi yang tuli memiliki riwayat celoteh yang relatif normal dan

selanjutnya secara bertahap menghilang dan berhenti pada usia 6 bulan – 1 tahun.

Anak yang tuli berespon hanya terhadap suara yang keras, sedangkan anak autistik

mungkin mengabaikan suara keras atau normal dan berespon hanya terhadap suara

lunak atau lemah. Hal yang terpenting, audiogram atau potensial cetusan auditorik

menyatakan kehilangan yang bermakna pada anak yang tuli. Tidak seperti anak-anak

autistik, anak-anak tuli biasanya dekat dengan orang tuanya, mencari kasih sayang

orang tua dan sebagai bayi senang digendong.

H. PENANGANAN AUTISME

Penanganan anak-anak autisme sangat sukar untuk disembuhkan. Bukan saja

oleh karena isolasi mentalnya sudah merupakan dunia anak yang sudah mantap dan

yang disenangi, akan tetapi semua anggota rumah tangga harus ikut serta dalam terapi

kelompok. Gangguan autisme tidak bisa disembuhkan secara total tetapi gejala-gejala

Page 14: Referat Autisme Vera, Nero Juni-Juli 2015

14

yang timbul dapat dikurangi semaksimal mungkin agar anak tersebut dapat berbaur

dalam lingkungan yang normal8.

Penanganan yang baik untuk gangguan autisme adalah dengan terapi terpadu.

Terapi terpadu ini melibatkan keluarga, psikiater,psikolog,neurolog, dokter anak,

terapis bicara dan pendidik8.

Beberapa terapi yang dapat dijalankan antara lain:

a. Terapi medikamentosa

b. Terapi psikolog

c. Terapi wicara

a. Terapi medikamentosaPemberian obat pada anak harus didasarkan pada diagnosis yang tepat,

pemakaian obat yang tepat, pemantauan ketat terhadap efek samping, dan mengenali

cara kerja obat. Perlu diingat bahwa setiap anak memiliki ketahanan yang berbeda-

beda terhadap efek obat, dosis obat dan efek samping. Oleh karena itu perlu ada

kehati-hatian dari orang tua dalam pemberian obat yang umumnya berlangsung

jangka panjang. Saat ini pemakaian obat diarahkan untuk memperbaiki respon anak

sehingga diberikan obat-obat psikotropika jenis baru seperti obat-obat antidepressan

SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor) yang bisa memberikan keseimbangan

antara neurotransmitter serotonin dan dopamin. Yang diinginkan dalam pemberian

obat ini adalah dosis yang paling minimal namun paling efektif dan tanpa efek

samping. Pemakaian obat akan sangat membantu untuk memperbaiki respon anak

terhadap lingkungan sehingga ia lebih mudah menerima tata laksana terapi lainnya.

Bila kemajuan yang dicapai cukup baik, maka pemberian obat dapat dikurangi

bahkan dihentikan.

Page 15: Referat Autisme Vera, Nero Juni-Juli 2015

15

b. Terapi psikolog

Pada umumnya pengobatan difokus pada inti dari gangguan. Penyandang

autisme biasanya kurang motivasi untuk menanggapi rangsangan yang kompleks, ini

merupakan inti masalah dan intervensi yang diberikan harus ditujukan untuk

memotivasi agar dapat memulai berinteraksi sosial.

Beberapa pendekatan yang komprehensif dalam intervensi autisme memiliki

tujuan8:

1. Membantu perkembangan kognitif, bahasa dan sosial yang normal.

2. Meningkatkan kemampuan belajar anak autistik.

3. Mengurangi kekakuan dan perilaku stereotype dengan meningkatkan

interaksi penyandang autis dengan orang lain dan tidak membiarkannya

“hidup sendiri”. Interaksi yang kurang justru akan menyebabkan munculnya

perilaku-perilaku yang tidak dikehendaki. Dalam hal ini pemberian mainan

yang bervariasi juga dapat mengurangi kekakuan ini.

4. Mengurangi perilaku maladaptif seperti temper tantrum dan melukai diri

sendiri.

5. Mengurangi stress pada keluarga penderita autisme

Setelah seorang anak didiagnosa autisme, orang tua perlu diberikan pengertian

mengenai kondisi anak dan mampu menerima anak mereka yang menderita autis.

Mereka juga dilibatkan dalam proses terapi dengan konsep orang tua belajar dan

dilatih untuk dapat melakukan sendiri terapi yang dilakukan psikolog/terapis. Terapi

tidak hanya dilakukan oleh terapis tetapi juga oleh keluarga di rumah. Terapi yang

intensif akan meminimalisir kemungkinan hilangnya kemampuan yang telah dilatih

dan dikuasai anak.

Page 16: Referat Autisme Vera, Nero Juni-Juli 2015

16

c. Terapi wicara

Umumnya hampir semua penyandang autisme menderita gangguan bicara dan

berbahasa. Oleh karena itu terapi wicara pada penyandang autisme merupakan

keharusan. Penanganannya berbeda dengan penderita gangguan bicara oleh sebab

lain. Terapi wicara ini diberikan agar kemampuan berkomunikasi pada penyandang

autis dapat bertambah begitu pula agar terciptanya interaksi dengan orang lain.8

I. PROGNOSIS

Prognosis anak autisme dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu5,7:

- Berat ringannya gejala atau kelainan otak

- Usia; diagnosis dini sangat penting oleh karena semakin muda umur anak

saat dimulainya terapi semakin besar kemungkinan untuk berhasil

- Kecerdasan; makin cerdas anak tersebut makin baik prognosisnya

- Bicara dan bahasa; 20% anak autis tidak mampu berbicara seumur hidup,

sedangkan sisanya mempunyai kemampuan bicara dengan kefasihan yang

berbeda-beda.

- Terapi yang intensif dan terpadu. Penanganan/intervensi terapi pada anak

autisme harus dilakukan dengan intensif dan terpadu. Seluruh keluarga harus

terlibat untuk memacu komunikasi dengan anak. Penanganan anak autisme

memerlukan kerjasama tim yang terpadu yang berasal dari berbagai disiplin

ilmu antara lain psikiater, psikolog, neurolog, dokter anak, terapis bicara dan

pendidik.

Prognosis untuk penderita autisme tidak selalu buruk. Pada gangguan autisme,

anak yang mempunyai IQ diatas 70 dan mampu menggunakan komunikasi bahasa

mempunyai prognosis yang baik. Berdasarkan gangguan pada otak, autisme tidak

dapat sembuh total tetapi gejalanya dapat dikurangi, perilaku dapat diubah ke arah

positif dengan berbagai terapi.5

Page 17: Referat Autisme Vera, Nero Juni-Juli 2015

17

DAFTAR PUSTAKA

1. Budiman, Melly. 1998. Makalah Simposium. Pentingnya Diagnosis Dini dan

Penatalaksanaan Terpadu Pada Autisme. Surabaya.

2. APA. DSM IV. 1995. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder.

Fourth Edition. Washington DC.

3. Autism and Developmental Disabilities Monitoring Network Surveillance.

2014. Prevalence of Autism Spectrum Disorder Among Children Aged 8 Years-

Autism and Developmental Disabilities Montoring Network, 11 Sites, United

States. Centers for Disease Control and Prevention. WWMR, CDC. 63(2): 1-22.

4. Lubis, Misbah. 2009. Penyesuaian Diri Orang Tua yang Memiliki Anak Autis.

Diunduh dari: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14528/1/09E012

32.pdf   . Diakses tanggal: 28 Juni 2015.

5. Kasran, Suharko. 2003. Autisme: Konsep yang Sedang Berkembang. Bagian

Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti. Jurnal

Kedokteran Trisakti. Vol. 22. No. 1; 24-30.

6. Anonim. Buku Pedoman Penanganan dan Pendidikan Autisme. YPAC.

7. Saddock, Benjamin James; Sadock, Virginia Alcott. 2007. Kaplan & Sadock's

Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition.

New york; p 1192-99.

8. Yusuf, EA.. 2003. Autisme: Masa Kanak. Universitas Sumatra Utara: Sumatra

Utara.