Referat Allopurinol - M. Rizki B
-
Upload
muhammad-rizki-bachtiar -
Category
Documents
-
view
251 -
download
17
Transcript of Referat Allopurinol - M. Rizki B
REFERAT
ALLOPURINOL
Muhammad Rizki BachtiarNIM. 1010015019
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA
OKTOBER 2014
REFERAT
ALLOPURINOL
Muhammad Rizki BachtiarNIM. 1010015019
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA
OKTOBER 2014
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. karena hanya atas
berkah, rahmat dan karunia Nya Referat “Allopurinol” ini dapat diselesaikan tepat
pada waktunya. Referat ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas pada program
pendidikan profesi dokter di stase farmakologi. Referat ini disusun dari berbagai
sumber ilmiah sebagai hasil dari belajar mandiri. Referat ini secara menyeluruh
membahas tentang profil obat allopurinol yang sering digunakan pada penyakit
gout artritis.
Dalam proses penyusunan referat ini, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Dr. Sjarief Ismail, M. Kes sebagai dosen pembimbing penulisan referat
2. Para dosen pembimbing di stase farmakologi
3. Teman-teman sekelompok stase farmakologi
4. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
Penulis mengharapkan agar referat ini dapat berguna baik bagi penulis
sendiri maupun bagi pembaca.
Akhirnya, tiada gading yang tak retak, tentunya referat ini masih belum
sempurna. Oleh karena itu, saran serta kritik yang membangun penulis harapkan
demi tercapainya kesempurnaan dari isi referat ini. Semoga dapat bermanfaat bagi
yang membaca referat ini dan dapat menambah ilmu pengetahuan.
Samarinda, 7 Oktober 2014
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar......................................................................................................ii
Daftar Isi................................................................................................................iii
BAB 1 Pendahuluan...............................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan..................................................................................................1
1.3 Manfaat Penulisan....................................................................................................2
BAB 2 Pembahasan................................................................................................3
2.1 Morfologi Obat.........................................................................................................3
2.2 Farmakokinetik.........................................................................................................3
2.3 Farmakodinamik..................................................................................................4
2.4 Dosis Obat.................................................................................................................5
2.5 Bentuk Sediaan Obat...............................................................................................5
2.6 Indikasi..................................................................................................................6
2.7 Kontraindikasi (Tatro, 2007)..............................................................................7
2.8 Efek Samping.......................................................................................................7
2.9 Interaksi Obat (New Zaeland Data Sheet, 2012)..................................................7
BAB 3 Penutup.....................................................................................................10
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................10
3.2 Saran........................................................................................................................10
Daftar Pustaka......................................................................................................11
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asam urat merupakan hasil akhir dari katabolisme nukleotida purin yang
berlangsung di dalam tubuh. Purin berasal dari penghancuran sel yang tua dan
sintesis CO2, glisin, asam aspartat, glutamine dan asam folat. Xantin oksidase
memiiki peranan penting dalam proses pembentukan asam urat dengan
mengkatalisis hipoxanthin menjadi xanthin kemudian menjadi asam urat. Pada
reaksi tersebut dihasilkan pula radikal superoksida yang bereaksi dengan air
membentuk asam peroksida. Pada keadaan hiperurisemia, plasma darah tidak
mampu menampung garam urat sehingga terajdi pengendapan pada berbagai
organ seperti sendi dan ginjal (Wulandari, Subandi, & Muntholib, 2012).
Pengobatan penyakit asam urat umunya dilakukan dengan obat yang dapat
menghambat aktivitas kerja enzim Xanthin Oksidase sehingga mampu mengontrol
katabolisme purin dalam tubuh. Salah satu obat sintesis yang digunakan untuk
terapi asam urat adalah senyawa allopurinol atau 1H-pyrazolo[3,4-d]pyrimidin-4-
ol (Tahir, Ahmad, & Arbain, 2012).
Allopurinol awalnya disintesis sebagai antineoplastik, namun agen tersebut
memiliki kelemahan pada antineoplastik. Selanjutnya pengujian menunjukkan
allopurinol berfungi untuk menghambat xantin oksidase yang secara klinis
berguna untuk mengobati asam urat (Brunton, Lazo, & Parker, 2006).
1.2 Tujuan Penulisan
Penulisan referat ini bertujuan agar para dokter muda mengetahui profil obat
allopurinol yang meliputi tentang :
1. Morfologi obat
2. Farmakokinetik
3. Farmakodinamik
4. Dosis obat
5. Bentuk sediaan obat
6. Indikasi
1
7. Kontraindikasi
8. Efek samping obat
9. Interaksi obat
1.3 Manfaat Penulisan
Penulisan referat ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi
penulis maupun pembacanya mengenai profil obat allopurinol meliputi morfologi
obat, farmakokinetik, farmakodinamik, dosis obat, bentuk sediaan obat, indikasi,
kontraindikasi, efek samping obat dan interaksi obat sesehingga kita dapat
memanfaatkan obat ini dengan baik.
2
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Morfologi Obat
Allopurinol adalah senyawa gabungan taumerik 1H-pyrazolo[ 3,4-
d]pyrimidin-4-ol dan 1,5-dihydro-4H-pyrazolo[3,4-d]pyrimidin-4-one (Sweetman,
2009). Allopurinol berguna untuk mengobati penyakit pirai karena menurunkan
kadar asam urat dengan cara menghambat pembentukan xanthin oksidase dimana
xanthin oksidase berfungsi untuk merubah hypoxanthin menjadi xanthin dan dari
xanthin menjadi asam urat (Brunton, Lazo, & Parker, 2006).
Gambar 2.1 Struktur kimia allopurinol (Katzung, 2009)
2.2 Farmakokinetik
2.2.1 Absorpsi
Di absorpsi sekitar 80 % melalui oral. Mencapai plasma sekitar 60 –
90 menit
2.2.2 Distribusi
3
Obat allopurinol mencapai waktu paruh sekitar 1-2 jam. (Sweetman,
2009). Hasil metabolisme allopurinol disebarkan ke seluruh jaringan tubuh,
air kecuali otak. Pada Otak konsentrasinya hanya sepertiga dan tidak terikat
pada plasma protein (Brunton, Lazo, & Parker, 2006).
2.2.3 Metabolisme
Obat dimetabolisme di hepar. Oxypurinol (alloxanthin) merupakan
metabolit dari allopurinol yang terdapat dalam darah selama 18-30 jam
(Brunton, Lazo, & Parker, 2006).
2.2.4 Ekskresi
Obat allopurinol dieksresikan melalui feses sekitar 20 % dalam 48 –
72 jam dan sekitar 10-30 % dapat diekskresikan lebih lambat melalui urin
(Brunton, Lazo, & Parker, 2006). Dapat juga ditemukan kandungan
metabolit diekskresi melalui ASI (Sweetman, 2009).
2.3 Farmakodinamik
Obat ini bekerja dengan menghambat xantin oksidase, enzim yang
mengubah hipoxantin menjadi xantin dan selanjutnya menjadi asam urat. Melalui
mekanisme umpan balik allopurinol menghambat sintesis purin yang merupakan
prekursor xantin. Alopurinol sendiri mengalami biotransformasi oleh enzim
xantin oksidase menjadi aloxantin yang masa paruhnya lebih panjang daripada
alopurinol, itu sebabnya alopurinol yang masa paruhnya pendek cukup diberikan
satu kali sehari (Gunawan, 2009).
Allopurinol memiliki bentuk aktif yaitu oxypurinol yang dapat
meningkatkan pemanfaatan kembali hypoxanthin dan xanthin untuk nukleotida
dan sintesis asam nukleat dengan bantuan enzim hypoxanthin-guanine
phosphorbosyltransferase (HGPRTase).Hasil ini meningkat di dalam konsentrasi
nukleotida sehingga akan memberikan umpan balik negatif dalam sintesis purin
de novo. Allopurinol menurunkan konsentrasi asam urat di serum dan urin (New
Zaeland Data Sheet, 2012).
Dari proses tersebut bahwa penurunan produksi asam karena allopurinol
akan meningkatkan konsentrasi xanthin dan hypoxanthin di serum dan urin.
Konsentrasi plasma oxypurinol hanya sedikit meningkat serta pembersihan oleh
4
ginjal lebih cepat dari asam urat tersebut. Saat tidak meggunakan allopurinol,
pembuangan urin hanya dalam bentuk asam urat. Setelah pemberian allopurinol di
urin akan memiliki komposisi hypoxanthin, xanthin dan asam urat (New Zaeland
Data Sheet, 2012).
Masing-masing dari zat tersebut memiliki kelarutan yang independen
sehingga konsentrasi asam urat dalam plasma tidak mengakibatkan pemaparan
berlebihan pada saluran kemih sehingga menurunkan risiko batu ginjal. Dengan
menurunkan konsentrasi asam urat,, hal ini juga menurunkan risiko terbentuknya
tofus. Meskipun hypoxanthin dan xanthin meingkat, resiko untuk terjadinya
penumpukan lebih kecil dibanding asam urat yang terlarut dan dapat dibersihkan
oleh ginjal dengan cepat. Bagaimanapun untuk menghindari deposisi batu
xanthin, dianjurkan untuk mengkonsumsu cairan yang banyak serta pH yang
netral atau alkali, khususnya jika terjadi peningkatan konsentrasi asam urat dan
pada pasien yang menimbulkan gejala. (New Zaeland Data Sheet, 2012).
2.4 Dosis Obat (Tatro, 2007)
Gout / Hiperurisemia
1 PO, 100-800 mg/sehari. 1x/hari
Hiperurisemia sekunder yang diikuti oleh keganasan
Anak-anak 6-10 tahun per oral 300mg / hari.
Anak-anak < 6 tahun per oral 150 mg / hari
Mencegah nefropati asam urat karena pengobatan kemoterapi
Dewasa 600-800 mg/hari untuk 2-3 hari.
Menurunkan risiko serangan gout akut
Per oral 100mg / hari, ditingkatkan dosisnya 100mg per minggu
sampai respon adekuat kemudian dosis tetap. Maksimal menaikkan
dosis sampai 800 mg/hari.
Leukimia, lymphoma
Dewasa : IV 200-400 mg/m2/hari (maksimal 600 mg/hari)
Anak-anak : IV Dimulai dari dosis 200 mg/m2/hari
5
2.5 Bentuk Sediaan Obat
Allpurinol Landson (Landson) Pritanol (Molex Ayus)
Alluric (Kalbe Farma) Puricemia (Sanbe)
Benoxuric 100/Benoxuric300
(Bernofarm)
Recolfar (Fahrenheit)
Isoric (Interbat) Reucid (Otto)
Nilapur (Nicholas) Rinolic 100/Rinolic 300 (GMP)
Ponuric (Armoxindo Farma) Sinoric (Mersifarma TM)
Tylonic (Metiska Farma) Urica (Sandoz)
Uricnol (Kimia Farma)
Tabel 2.1 Merk Allopurinol & Pabrik (MIMS, 2010)
Tabel 2.2 Gambar Allopurinol (Medscape, 2010)
Kandungan Sediaan Gambar
allopurinol 100mgtablet
allopurinol 300mgtablet
2.6 Indikasi
Allopurinol digunakan untuk mengobati gout primer/sekunder,
hiperurisemia akibat kemoterapi, batu ginjal kalsium oksalat (Tatro,
2007).
Nefropati asam urat, pembentukan batu asam urat berulang, kelainan
darah atau enzim yang menyebabkan kelebihan produksi asam urat
(anemia hemolitik, Lesch Nyhan) (New Zaeland Data Sheet, 2012).
6
2.7 Kontraindikasi
Kontraindikasi penggunaan allopurinol diantaranya (Tatro, 2007):
Ibu hamil dan menyusui dikarenakan allopurinol termasuk dalam
kategori C.
Allopurinol sebenarnya jarang digunakan pada anak-anak, namun
pada kasus keganasan dapat digunakan.
Serangan gout akut.
Pada pasien dengan depresi sumsum tulang.
Hipersensitivitas
Pasien dengan kerusakan ginjal.
2.8 Efek Samping
Reaksi alergi kulit muncul sekitar 4-10 % orang yang menggunakan
allopurinol. Allopurinol harus dihentikan jika terlihat kemerahan pada kulit aau
gejala lain seperti demam, athralgia, limfadenopathy) yang mengindikasikan
reaksi alergi (Bryant, 2011).
Hepatotoksik dan penurnan fungsi hepar dapat ditemukan pada pasien yang
tidak hipersensitif. Efek hemaologi meliputi trombositopenia, anemia aplastik,
agranulositosis dan anemia hemolitik (Sweetman, 2009).
Efek samping yang jarang didapatkan berdasarkan laporan diantaranya
hiperparastesi, neuropati perifer, alopesia, ginekomastia, hipertensi, kelainan indra
pengecap, mual, muntah, nyeri perut, diare, nyeri kepala, vertigo dan penurunan
penglihatan (Sweetman, 2009).
Pada pengobatan awal menggunakan allopurinol juga dapat terjadi
serangan nyeri akut. Hal ini terjadi ketika Kristal urat yang dikeluarkan dari
jaringan dan plasma berada di bawah normal. Untuk mencegah serangan akut
dapat diberikan colchicines atau indometasin pada awal terapi (Katzung, 2009)
2.9 Interaksi Obat (New Zaeland Data Sheet, 2012)
Antineoplastik agen.
7
Pada dosis 300-600 mg/hari, allopurinol menghambat metabolisme
azathioprine dan mercaptopurine oleh xanthin oxidase. Dosis agen tersebut
akan menurun sekitar 25-30 % jika allopurinol dipakai bersamaan.
Amoxicilin / Ampicilin
Allopurinol atau hyperuricemia dapat mengakibatkan alergi
aminopenicilin dan kombinasi tersebut sebaiknya dihindari.
Uricosuric agen dan salisilat
Pengobatan dengan aktivitas urikosurik data meningkatkan ekskresi dari
oxipurinol yang merupakan senyawa aktif dari allopurinol. Hal ini dapat
menurunkan efek terapi dari allopurinol.
Didanosine
Plasma didanosine Cmax dan AUC level akan menjadi dua kali lipat jika
digunakan bersama allopurinol sehingga tidak direkomendasikan obat
tersebut diguakan secara bersamaan. Namun jika memang diperlukan
pengobatan secara bersamaan, dosis didanosine perlu diturunkan agar
tidak mencapai dosis toksik.
Diuretik
Thiazid dapat meningkatkan risiko toksisitas allopurinol, reaksi
hipersensitivitas dan kombinasi obat tersebut harus dimonitor terutama
pada pasien dengan penurunan fungsi ginjal.
Theophyline dan golongan xanthin lainnya.
Dosis tinggi allopurinol (600-900) dapat menurunkan pembersihan
teophyline dari dalam darah, sehingga theophyline dapat mencapai dosis
toksik.
Antikoagulan coumarin
Pasien perlu mendapat perhaian dikarenakan pernah ada laporan bahwa
dapat terjadi peningkatan respon antikoagulan saat obat ini digunakan
bersama allopurinol.
Phenytoin
Allopurinol dapat menghambat oksidasi hepar phenytoin namun efek
klinis yang ada beum ditetapkan.
ACE Inhibitor
8
Penggunaan allopurinol dan captopril dapat meningkatkan risiko reaksi
hipersensitivitas seperti steven Johnson syndrome. Pasien yang
menggunakan kombinasi ini perlu mendapat pengawasan dan jika muncul
gejala pengobatan kombinasi harus dihentikan.
Cyclophosphamide
Penggunaan Cyclophosphamide dan allopurinol secara bersamaan dapat
meningkatkan kejadian depresi sumsum tulang dibandingkan penggunaan
cyclophosphamide tunggal.
Cyclosporin
Konsentrasi plasma cyclosporine dapat meningkat jika dikombinasikan
dengan allopurinol. Hal ini dapat meningkatkan risiko dosis toksik
cyclosporine.
Antasida
Allopurinol gagal untuk mengurangi konsentrasi asam urat dalam darah
ketika diberikan bersamaan dengan aluminium hidroksida pada 3 pasien
yang menjalani hemodialisa (Sweetman, 2009).
9
BAB 3PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1. Allopurinol berguna untuk mengobati penyakit pirai karena menurunkan
kadar asam urat dengan cara menghambat pembentukan xanthin oksidase.
Xanthin oksidase berfungsi untuk merubah hypoxanthin menjadi xanthin
dan dari xanthin menjadi asam urat.
2. Allopurinol diabsorbsi cepat di saluran cerna. Pada distribusi sekitar 80 %.
Meabolisme di hepar dengan hasil metabolit aktif yaitu oxypurinol. Ekskresi
melalui urine dan feses.
3. Allopurinol diindikasikan pada gout primer/sekunder, Nefropati asam urat,
pembentukan batu asam urat berulang, kelainan darah atau enzim yang
menyebabkan kelebihan produksi asam urat, hiperurisemia akibat
kemoterapi, batu ginjal kalsium oksalat.
4. Allopurinol memiliki efek samping meliputi alergi, hepatotoksik,
hiperparastesi, neuropati perifer, alopesia, ginekomastia, hipertensi, kelainan
indra pengecap, mual, muntah, nyeri perut, diare, nyeri kepala.
3.2 Saran
Masih banyak hal-hal yang belum diketahui dari obat allopurinol ini
terutama perbandingan efektivitasnya dengan obat jenis lainnya, kemungkinan
interaksi dengan obat lain yang belum diteliti serta efek samping lainnya yang
belum dilaporkan. Penelitian masih harus terus dikembangkan, oleh sebab itu kita
senantiasa perlu update informasi penelitian-penelitian terbaru baik melalui
internet maupun textbook agar terapi allopurinol dapat lebih baik.
10
DAFTAR PUSTAKA
Brunton, L. L., Lazo, J. S., & Parker, K. L. (2006). Goodman & Gilmans The Pharmacological Basis Of Therapeutic (11 ed.). New York, United States of America: Mc Graww Hill Company.
Bryant, L. (2011, Desember 4). Allopurinol- Dose according to effect, not renal function. hal. 1.
Gunawan, S. G. (2009). Farmakologi dan Terapi , Edisi 5. Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia: Balai Penerbit FKUI.
Katzung, B. T. (2009). Basic And Clinical Pharmacology. New York: McGraw Hill.
Medscape. (2010, Maret 13). Allopurinol. Dipetik Oktober 8, 2014, dari Medscape: http://reference.medscape.com/drug/zyloprim-aloprim-allopurinol-342811#90
MIMS. (2010). MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi. Jakarta: BIP Kelompok Gramedia.
New Zaeland Data Sheet. (2012, 10 05). APO-Allopurinol. hal. 2.
Sweetman, S. C. (2009). Martindale The Complete Drug Reference (36 ed.). (C. S. Sweetman, Penyunt.) London: Pharmacotical Press.
Tahir, I., Ahmad, N. A., & Arbain, D. (2012). Penggunaan Metode Semiempirik PM3 Untuk Evaluasi Interaksi Allopurinol-Asam Metakrilat Untuk Sintesis Polimer Tercetak Molekul. 1.
Tatro, D. S. (2007). A o Z Drug Fact. San Franscisco: Books@Ovid.
Wulandari, S., Subandi, & Muntholib. (2012). Inhibisi Xanthin Oksidase Oleh Ekstrk Etanol Kulit Melinjo (Gnetum gnemon) Relatif Terhadap Allopurinol. 1.
11