Referat Airway Management 1

download Referat Airway Management 1

of 20

Transcript of Referat Airway Management 1

  • 7/28/2019 Referat Airway Management 1

    1/20

    1

    REFERAT

    AIRWAY MANAGEMENT

    Diajukan sebagai salah satu persyaratan menempuh

    Program Pendidikan Profesi Dokter (PPPD)

    Bagian IlmuAnestesiologi RSUD Tugurejo Semarang

    DisusunOleh :

    Cahya Daris Tri Wibowo

    H2A008008

    Rani Dinarti

    H2A008031

    Pembimbing

    dr. Kiswono Basuki, Sp.An

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

    SEMARANG

    2013

  • 7/28/2019 Referat Airway Management 1

    2/20

    2

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Pengelolaan jalan nafas menjadi salah satu bagian yang terpenting dalam suatu

    tindakan anestesi. Karena beberapa efek dari obat-obatan yang dipergunakan dalam anestesi

    dapat mempengaruhi keadaan jalan napas untuk berjalan dengan baik.

    Salah satu usaha untuk menjaga jalan napas pasien adalah dengan melakukan

    tindakan intubasi endotrakheal, yakni dengan memasukkan suatu pipa ke dalam saluran

    pernapasan bagian atas. Karena syarat utama yang harus diperhatikan dalam anestesi umum

    adalah menjaga agar jalan napas selalu bebas dan napas dapat berjalan dengan lancar serta

    teratur. Tahap akhir dari pelaksanaan intubasi adalah ekstubasi. Dalam pelaksanaan ekstubasi

    dapat terjadi gangguan pernapasan yang merupakan komplikasi yang sering kita temui pasca

    anestesi. Komplikasi bisa terjadi setelah dilaksanakannya ekstubasi seperti : pengeluaran

    sekret dari mulut yang menyumbat jalan napas, edema laring, dan bisa terjadi spasme laring.

    Komplikasi pernapasan pasca anestesi bisa menyebabkan hipoventilasi dan hipoksemia.

    Gejala komplikasi kadang-kadang datangnya tidak diduga kendatipun tindakan

    anestesi sudah dilaksanakan dengan baik. Keberhasilan dalam mengatasi komplikasi

    tergantung dari deteksi gejala dini dan tindakan koreksi untuk mencegah keadaan yang lebih

    buruk. Tulisan ini akan membahas tentang PENGELOLAAN JALAN NAFAS, komplikasi

    yang terjadi dan cara penanganannya.

  • 7/28/2019 Referat Airway Management 1

    3/20

    3

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    I. DEFINISIAirway Management ialah memastikan jalan napas tetap terbuka. tindakan paling penting

    untuk keberhasilan resusitasi adalah segera melapangkang saluran pernapasan, yaitu dengan

    cara Tripel airway maneuver

    Pada Triple Airway Manuever terdapat tiga perlakuan yaitu:

    Kepala ditengadahkan dengan satu tangan berada di bawah leher, sedangkantangan yang lain pada dahi. Leher diangkat dengan satu tangan dan kepala

    ditengadahkan ke belakang oleh tangan yang lain

    Menarik rahang bawah ke depan, atau keduanya, akan mencegah obtruksihipofarings oleh dasar lidah. Kedua gerakan ini meregangkan jaringan antara

    larings dan rahang bawah.

    Menarik / mengangkat dasar lidah dari dinding pharyinx posterior.

    II. ANATOMIPengetahuan tentang anatomi hipofaring penting untuk manajemen airway.

    Batas hipofaring disebelah superior adalah tepi atas epiglottis, batas anterior ialah laring,

    batas inferior ialah esofagus, serta batas posterior ialah vertebra cervical. Bila hipofaring

    diperiksa dengan kaca tenggorok pada pemeriksaan laring tidak langsung atau dengan

    laringoskop pada pemeriksaan laring langsung, maka struktur pertama yang tampak dibawah

    dasar lidah ialah valekula. Bagian ini merupakan dua buah cekuangan yang dibentuk oleh

    ligamentum glossoepiglotika medial dan ligamnetum glossoepiglotika lateral pada tiap sisi.

    Valekula disebut juga kantong pil, sebab pada beberapa orang kadang-kadang bila menelan

    pil akan tersangkut disitu.

    Dibawah valekula terdapat epiglottis yang berfungsi untuk melindungi glottis ketika

    menelan minuman atau bolus makanan.

  • 7/28/2019 Referat Airway Management 1

    4/20

    4

    Berikut gambaran anatominya

    the larynx.

    Daerah yang sering mengalami sumbatan jalan napas adalah hipofaring, terjadi pada

    pasien koma ketika otot lidah dan leher yang lemas tidak dapat mengangkat dasar lidah dari

    dinding belakang faring. Ini terjadi jika kepala pada posisi fleksi atau posisi tengah. Oleh

    karena itu ekstensi kepala merupakan langkah pertama yang terpenting dalam resusitasi,

    karena gerakan ini akan meregangkan struktur leher anterior sehingga dasar lidah akan

    terangkat dari dinding belakang faring. Kadang-kadang sebagai tambahan diperlukan

    pendorongan mandibula kedepan untuk meregangkan leher anterior, lebih-lebih jika

    sumbatan hidung memerlukan pembukaan mulut. Hal ini akan mengurangi regangan struktur

    leher tadi. Kombinasi ekstensi kepala, pendorongan mandibula kedepan dan pembukaan

    mulut merupakan gerak jalan napas tripel. Pada kira-kira 1/3 pasien yang tidak sadar

    rongga hidung tersumbat selama ekspirasi karena palatum molle bertindak sebagai katup.

    Selain itu rongga hidung dapat tersumbat oleh kongesti, darah atau lendir Jika dagu terjatuh,

  • 7/28/2019 Referat Airway Management 1

    5/20

    5

    maka usaha inspirasi dapat menghisap dasar lidah ke posisi yang menyumbat jalan napas.

    Sumbatan jalan napas oleh dasar lidah bergantung kepada posisi kepala dan mandibula serta

    dapat saja terjadi lateral, terlentang atau telungkup. Walaupun gravitasi dapat menolong

    drainase benda asing cair, gravitasi ini tidak akan meringankan sumbatan jaringan lunak

    hipofaring, sehingga gerak mengangkat dasar lidah seperti diterangkan diatas tetap

    diperlukan.

    Penyebab lain sumbatan jalan napas adalah benda asing, seperti muntahan atau daah

    dijalan napas atas yang tidak dapat ditelan atau dibatukkan keluar oleh pasien yang tidak

    sadar. Laringospame biasanya disebabkan oleh rangsangan jalan nafas atas pada pasien

    stupor atau koma dangkal. Sumbatan jalan nafas bawah dapat disebabkan oleh

    bronkospasme, sekresi bronkus, sembeb mukosa, inhalasi isi lambung atau benda asing.

    Sumbatan jalan nafas dapat total atau partial.

    Tanda-tanda obstruksi partial:

    1. Stridor (nafasnya berbunyi), terdengar seperti ngorok, bunyi kumur-kumur ataumelengking.

    2. Retraksi otot dada kedalam didaerah supraclavicular, suprasternal, sela iga danepigastrium selama inspirasi

    3. Nafas paradoksal (pada waktu inspirasi dinding dada menjadi cekung/datar bukannyamengembang/ membesar).

    4. Balon cadangan pada mesin anestesi kembang kempisnya melemah.5. Nafas makin berat dan sulit (kerja otot-otot nafas meningkat).6. Sianosis, merupakan tanda hipoksemia akibat obstruksi jalan nafas yang lebih berat.

    Tanda-tanda obstruksi total:

    Serupa dengan obstruksi partial, akan tetapi gejalanya lebih hebat dan stridor justru

    menghilang

    1. Retarksi lebih jelas2. gerak paradoksal lebih jelas3. Kerja otot nafas tambahan meningkat dan makin jelas.4. Balon cadangan tidak kembang kempis lagi.5. Sianosis lebih cepat timbul.

  • 7/28/2019 Referat Airway Management 1

    6/20

    6

    Sumbatan total tidak berbunyi dan menyebabkan asfiksia (hipoksemia ditambah

    hiperkarbia), henti nafas dan henti jantung (jika tidak dikoreksi) dalam waktu 5 10 menit.

    Sumbatan partial berisik dan harus pula dikoreksi segera, karena dapat menyebabkan

    kerusakan otak hipoksik, sembab otak atau paru dan penyulit lain serta dapat menyebabkan

    kepayahan, henti nafasdan henti jantung sekunder.

    III. Tindakan penguasaan jalan nafas darurat.Letakkan pasien pada posisi terlentang pada alas keras ubin atau selipkan papan kalau

    pasien diatas kasur. Jika tonus otot menghilang, lidah akan menyumbat faring dan epiglotis

    akan menyumbat laring. Lidah dan epiglotis penyebab utama tersumbatnya jalan nafas pada

    pasien tidak sadar. Untuk menghindari hal ini dilakukan beberapa tindakan, yaitu:

    1. Perasat kepala tengadah-dagu diangkat (head tilt-chin lift manuever)Perasat ini dilakukan jika tidak ada trauma pada leher. Satu tangan penolong

    mendorong dahi kebawah supaya kepala tengadah, tangan lain mendorong dagu

    dengan hati-hati tengadah, sehingga hidung menghadap keatas dan epiglotis terbuka,

    sniffing position, posisi hitup.

    2. Perasat dorong rahang bawah (jaw thrust manuever)Pada pasien dengan trauma leher, rahang bawah diangakat didorong kedepan padasendinya tanpa menggerakkan kepala leher. Karena lidah melekat pada rahang bawah,

    maka lidah ikut tertarik dan jalan nafas terbuka.

    Jika henti jantung terjadi diluar rumah sakit, letakkan pasien dalam posisi terlentang,

    lakukan manuever triple airway (kepala tengadah, rahang didorong kedepan, mulut dibuka)

    dan kalau rongga mulut ada cairan, lendir atau benda asing lainnya, bersihkan dahulu

    sebelum memberikan nafas buatan.

    Pasien tidak sadar hendaknya diletakan horisontal, tetapi kalau diperlukan

    pembersihan jalan nafas maka pasien dapat diletakkan dengan posisi kepala dibawah (head

    down tilt) untuk mengeluarkan benda asing cair oleh gravitasi. Jangan meletakkan pasien

    pada posisi telungkup karena muka sukar dicapai, menyebabkan sumbatan mekanis dan

    mengurang kekembungan dada.

    Posisi lurus terlentang ditopang dianjurkan utnuk pasien koma diawasi yang memerlukan

    resusitasi. Peninggian bahu dengan meletakkan bantal atau handuk yang dilipat dibawahnya

    mempermudah ekstensi kepala. Akan tetapi jangan sekali-kali meletakkan bantal dibawah

  • 7/28/2019 Referat Airway Management 1

    7/20

    7

    kepala pasienyang tidak sadar (dapat menyebabkan leher fleksi sehingga menyebabkan

    sumbatan hipofaring) kecuali pada intubasi trakea.

    Pada kasus trauma pertahankanlah kepala-leher-dada pada satu garis lurus. Ekstensikan

    kepala sedang, jangan maksimum. Jangan memutar kepala korban kesamping, jangan

    memfleksikan kepalanya. Jika korban harus dimiringkan untuk membersihkan jalan nafasnya,

    pertahankanlah kepala-leher-dada tetap dalam satu garis lurus, sementara penolong lain

    memiringkan korban Posisi mantap dianjurkan utnuk pasien koma bernafas spontan.

    IV. Pengelolaan Jalan Napas (Airway Management) dengan AlatHilangnya tonus otot jalan nafas bagian atas pada pasien yang dianestesi

    menyebabkan lidah dan epiglotis jatuh kebelakang kearah dinding posterior faring.

    Mengubah posisi kepala ataujaw thrustmerupakan teknik yang disukai untuk membebaskan

    jalan nafas. Untuk mempertahankan jalan nafas bebas, jalan nafas buatan (artificial airway)

    dapat dimasukkan melalui mulut atau hidung untuk menimbulkan adanya aliran udara antara

    lidah dengan dinding faring bagian posterior (Gambar 5-4). Pasien yang sadar atau dalam

    anestesi ringan dapat terjadi batuk atau spasme laring pada saat memasang jalan nafas

    artifisial bila refleks laring masih intact. Pemasangan oral airway kadang-kadang difasilitasi

    dengan penekanan refleks jalan nafas dan kadang-kadang dengan menekan lidah denganspatel lidah. Oral airway dewasa umumnya berukuran kecil (80 mm/Guedel No 3), medium

    (90 mm/Guedel no 4), dan besar (100 mm/Guedel no 5).

    http://dokter-medis.blogspot.com/2009/06/pengelolaan-jalan-napas-airway_12.htmlhttp://4.bp.blogspot.com/_RoAmudxE0wU/TFP_LtacSaI/AAAAAAAAAUY/Bc8fOTM4sak/s1600/su.pnghttp://dokter-medis.blogspot.com/2009/06/pengelolaan-jalan-napas-airway_12.html
  • 7/28/2019 Referat Airway Management 1

    8/20

    8

    Panjang nasal airway dapat diperkirakan sebagai jarak antara lubang hidung ke

    lubang telinga, dan kira-kira 2-4 cm lebih panjang dari oral airway. Disebabkan adanya

    resiko epistaksis, nasal airway tidak boleh digunakan pada pasien yang diberi antikoagulan

    atau anak dengan adenoid. Juga, nasal airway jangan digunakan pada pasien dengan fraktur

    basis cranii. Setiap pipa yang dimasukkan melalui hidung (nasal airway, pipa nasogastrik,

    pipa nasotrakheal) harus dilubrikasi.Nasal airway lebih ditoleransi daripada oral airway pada

    pasien dengan anestesi ringan.

    A. Face Mask Design dan TeknikPenggunaanface maskdapat memfasilitasi pengaliran oksigen atau gas anestesi dari

    sistem breathing ke pasien dengan pemasangan face maskdengan rapat (gambar 5-5).

    Lingkaran dari face mask disesuaikan dengan bentuk muka pasien. Orifisium face mask dapat

    disambungkan ke sirkuit mesin anestesi melalui konektor.Face maskyang transparan dapat

    mengobservasi uap gas ekspirasi dan muntahan.Facemaskyang dibuat dari karet berwarna

    hitam cukup lunak untuk menyesuaikan dengan bentuk muka yang tidak umum. Retaining

    hook dipakai untuk mengkaitkan head scrap sehingga face mask tidak perlu terus dipegang.

    Beberapa macam mask untuk pediatrik di disain untuk mengurangi dead space.Ventilasi yang efektif memerlukan jalan nafas yang bebas danface maskyang

    rapat/tidak bocor. Teknik pemasangan face mask yang tidak tepat dapat menyebabkan

    reservoir bag kempis walaupun klepnya ditutup, hal ini menunjukkan adanya kebocoran

    sekeliling face mask. Sebaliknya, tekanan sirkuit breathing yang tinggi dengan pergerakan

    dada dan suara pernafasan yang minimal menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.

  • 7/28/2019 Referat Airway Management 1

    9/20

    9

    Bila face mask dipegang dengan tangan kiri, tangan kanan digunakan untuk

    melakukan ventilasi dengan tekanan positif dengan memeras breathing bag. Face mask

    dipasang dimuka pasien dan sedikit ditekan pada badan face mask dengan ibu jari dantelunjuk. Jari tengah dan jari manis menarik mandibula untuk ekstensi joint atlantooccipital.

    Tekanan jari-jari harus pada mandibula, jangan pada jaringan lunak yang menopang dasar

    lidah karena dapat terjadi obstruksi jalan nafas. Jari kelingking ditempatkan dibawah

    sudutjaw dan digunakan untukjaw thrustmanuver yang paling penting untuk dapat

    melakukan ventilasi pasien.

    http://3.bp.blogspot.com/_RoAmudxE0wU/TFQAWax7vfI/AAAAAAAAAUw/2B6Qh_kWwBk/s1600/222.pnghttp://3.bp.blogspot.com/_RoAmudxE0wU/TFP_u3pWD9I/AAAAAAAAAUg/reYloee3lV0/s1600/122.pnghttp://3.bp.blogspot.com/_RoAmudxE0wU/TFQAWax7vfI/AAAAAAAAAUw/2B6Qh_kWwBk/s1600/222.pnghttp://3.bp.blogspot.com/_RoAmudxE0wU/TFP_u3pWD9I/AAAAAAAAAUg/reYloee3lV0/s1600/122.png
  • 7/28/2019 Referat Airway Management 1

    10/20

    10

    Pada situasi yang sulit, diperlukan dua tangan untuk mendapatkan jaw thrust yang

    adekuat dan face mask yang rapat. Karena itu diperlukan seorang asisten untuk memompa

    bag (gambar 5-8). Obstruksi selama ekspirasi dapat disebabkan karena tekanan kuat dari face

    mask atau efek ball-valve dari jaw thrust. Kadang-kadang sulit memasang face maks rapat

    kemuka. Membiarkan gigi palsu pada tempatnya (tapi tidak dianjurkan) atau memasukkan

    gulungan kasa ke rongga mulut mungkin dapat menolong mengatasi kesulitan ini. Ventilasi

    tekanan normalnya jangan melebihi 20 cm H2O untuk mencegah masuknya udara ke

    lambung.

    Kebanyakan jalan nafas pasien dapat dipertahankan dengan face mask dan oral atau

    nasal airway. Ventilasi dengan face mask dalam jangka lama dapat menimbulkan cedera

    akibat tekanan pada cabang saraf trigeminal atau fasial. Bila face mask dan ikatan maskdigunakan dalam jangka lama maka posisi harus sering dirubah untuk menghindari cedera.

    Hindari tekanan pada mata, dan mata harus diplester untuk menghindari resiko aberasi

    kornea.

    B. Teknik dan Bentuk Laryngeal Mask Airway (LMA)Penggunaan LMA meningkat untuk menggantikan pemakaianface maskdan TT

    selama pemberian anestesi, untuk memfasilitasi ventilasi dan pemasangan TT pada pasien

    http://1.bp.blogspot.com/_RoAmudxE0wU/TFQBMGnGRCI/AAAAAAAAAU4/Ue4WOgpADDE/s1600/121212.png
  • 7/28/2019 Referat Airway Management 1

    11/20

    11

    dengan difficult airway, dan untuk membantu ventilasi selama bronchoscopy fiberoptic, juga

    pemasangan bronkhoskop. LMA memiliki kelebihan istimewa dalam menentukan

    penanganan kesulitan jalan nafas dibandingkan combitube. Ada 4 tipe LMA yang biasa

    digunakan: LMA yang dapat dipakai ulang, LMA yang tidak dapat dipakai ulang, ProSeal

    LMA yang memiliki lubang untuk memasukkan pipa nasogastrik dan dapat digunakan

    ventilasi tekanan positif, dan Fastrach LMA yang dapat memfasilitasi intubasi bagi pasien

    dengan jalan nafas yang sulit.

    http://3.bp.blogspot.com/_RoAmudxE0wU/TFQB7z9hLaI/AAAAAAAAAVA/FMkBp8vU-nU/s1600/131232.png
  • 7/28/2019 Referat Airway Management 1

    12/20

    12

    LMA terdiri dari pipa dengan lubang yang besar, yang di akhir bagian proksimal

    dihubungkan dengan sirkuit nafas dengan konektor berukuran 15 mm, dan dibagian distal

    terdapat balon berbentuk elips yang dapat dikembangkan lewat pipa. Balon dikempiskan

    dulu, kemudian diberi pelumas dan masukan secara membuta ke hipofaring, sekali telah

    dikembangkan, balon dengan tekanan rendah ada di muara laring. Pemasangannya

    memerlukan anestesi yang lebih dalam dibandingkan untuk memasukan oral airway. Posisi

    ideal dari balon adalah dasar lidah di bagian superior, sinus pyriforme dilateral, dan spincter

    oesopagus bagian atas di inferior. Jika esophagus terletak di rim balon, distensi lambung atau

    regurgitasi masih mungkin terjadi. Variasi anatomi mencegah fungsi LMA yang adekuat pada

    beberapa pasien. Akan tetapi, jika LMA tidak berfungsi semestinya dan setelah mencoba

    memperbaiki masih tidak baik, kebanyakan klinisi mencoba dengan LMA lain yang

    ukurannya lebih besar atau lebih kecil. Karena penutupan oleh epiglotis atau ujung balon

    merupakan penyebab kegagalan terbanyak, maka memasukkan LMA dengan penglihatan

    secara langsung dengan laringoskop atau bronchoskop fiberoptik (FOB) menguntungkan

    pada kasus yang sulit. Demikian juga, sebagian balon digembungkan sebelum insersi dapat

    sangat membantu. Pipa di plester seperti halnya TT. LMA melindungi laring dari sekresi

    faring (tapi tidak terhadap regurgitasi lambung) dan LMA harus tetap dipertahankan pada

    tempatnya sampai reflek jalan nafas pasien pulih kembali. Ini biasanya ditandai dengan batuk

    atau membuka mulut sesuai dengan perintah. LMA yang dapat dipakai lagi, dapat di autoklaf,

    dibuat dari karet silikon (bebas latek) dan tersedia dalam berbagai ukuran (tabel 5-3).

    http://4.bp.blogspot.com/_RoAmudxE0wU/TFQKMq9rNBI/AAAAAAAAAVY/x7lY6_zeHyY/s1600/22323.png
  • 7/28/2019 Referat Airway Management 1

    13/20

    13

    LMA memberikan alternatif untuk ventilasi selain face mask atau TT. Kontraindikasi

    untuk LMA adalah pasien dengan kelainan faring (misalnya abses), sumbatan faring,

    lambung yang penuh (misalnya kehamilan, hernia hiatal), atau komplians paru rendah

    (misalnya penyakit restriksi jalan nafas) yang memerlukan tekanan inspirasi puncak lebih

    besar dari 30 cm H2O. Secara tradisional, LMA dihindari pada pasien dengan bronkhospasme

    aatau resistensi jalan nafas tinggi, akan tetapi, bukti-bukti baru menunjukkan bahwa karena

    tidak ditempatkan dalam trakhea, penggunaan LMA dihubungkan dengan kejadian

    bronchospasme lebih kurang dari pada dengan TT. Walaupun hal ini nyata tidak sebagai

    penganti untuk trakheal intubasi, LMA membuktikan sangat membantu terutama pada pasien

    dengan jalan nafas yang sulit (yang tidak dapat diventilasi atau diintubasi) disebabkan mudah

    untuk memasangnya dan angka keberhasilannya relatif besar (95-99%). LMA telah

    digunakan sebagai pipa untuk jalur stylet ( gum elastik, bougie), ventilasi jet stylet, fleksibel

    FOB, atau TT diameter kecil (6,0 mm).

    Tersedia LMA yang telah dimodifikasi untuk memfasilitasi penempatan TT yang

    lebih besar dengan atau tanpa menggunakan FOB. Pemasukannya dapat dilakukan dibawah

    anestesi topikal dan blok saraf laringeal bilateral jika jalan nafas harus bebas seraya

    pasiennya sadar.

    C. EsophagealTracheal Combitube (ETC)1. Teknik & Bentuk PipaPipa kombinasi esophagus tracheal (ETC) terbuat dari gabungan 2 pipa, masing-

    masing dengan konektor 15 mm pada ujung proksimalnya. Pipa biru yang lebih panjang

    ujung distalnya ditutup. Pipa yang tranparant berukuran yang lebih pendek punya ujung distal

    terbuka dan tidak ada sisi yang perporasi. ETC ini biasanya dipasangkan secara buta melalui

    mulut dan dimasukkan sampai 2 lingkaran hitam pada batang batas antara gigi atas dan

    bawah. ETC mempunyai 2 balon untuk digembungkan, 100 ml untuk balon prosikmal dan 15

    ml untuk balon distal, keduanya harus dikembungkan secara penuh setelah pemasangan. Pipa

    yang bening yang lebih pendek dapat digunakan untuk dekompresi lambung. Pilihan lain, jika

    ETC masuk ke dalam trakhea, ventilasi melalui pipa yang bening akan langsung gas ke

    trachea. Meskipun pipa kombinasi masih rerdaftar sebagai pilihan untuk penanganan jalan

    nafas yang sulit dalam algoritma Advanced Cardiac Life Support, biasanya jarang digunakan

    oleh dokter anestesi yang lebih suka memakai LMA atau alat lain untuk penanganan pasien

    dengan jalan nafas yang sulit.

  • 7/28/2019 Referat Airway Management 1

    14/20

    14

    2. Pipa Tracheal (TT)TT digunakan untuk mengalirkan gas anestesi langsung ke dalam trachea dan

    mengijinkan untuk kontrol ventilasi dan oksigenasi. Pabrik menentukan standar TT

    (American National Standards for Anesthetic Equipment; ANSI Z-79). TT kebanyakan

    terbuat dari polyvinylchloride. Pada masa lalu, TT diberi tanda IT atau Z-79 untuk

    indikasi ini telah dicoba untuk memastikan tidak beracun. Bentuk dan kekakuan dari TT

    dapat dirubah dengan pemasangan mandren. Ujung pipa diruncingkan untuk membantu

    penglihatan dan pemasangan melalui pita suara. Pipa Murphy memiliki sebuah lubang (mata

    Murphy) untuk mengurangi resiko sumbatan pada bagian distal tube bila menempel dengan

    carina atau trachea.

    Tahanan aliran udara terutama tergantung dari diameter pipa, tapi ini juga dipengaruhi

    oleh panjang pipa dan lengkungannya. Ukuran TT biasanya dipola dalam milimeter untuk

    diameter internal atau yang tidak umum dalam scala Prancis (diameter external dalam

    milimeter dikalikan dengan 3). Pemilihan pipa selalu hasil kompromi antara memaksimalkan

    flow dengan pipa ukuran besar dan meminimalkan trauma jalan nafas dengan ukuran pipa

    yang kecil.

    Kebanyakan TT dewasa memiliki sistem pengembungan balon yang terdiri dari katup,

    balon petunjuk (pilot balloon), pipa pengembangkan balon, dan balon (cuff). Katupmencegah udara keluar setelah balon dikembungkan. Balon petunjuk memberikan petunjuk

    kasar dari balon yang digembungkan. Inflating tube dihubungkan dengan klep. Dengan

    membuat trakhea yang rapat, balon TT mengijinkan dilakukannya ventilasi tekanan positif

    dan mengurangi kemungkinan aspirasi. Pipa yang tidak berbalon biasanya digunakan untuk

    anak-anak untuk meminimalkan resiko dari cedera karena tekanan dan post intubasi croup.

    http://3.bp.blogspot.com/_RoAmudxE0wU/TFQLpSMTQVI/AAAAAAAAAVo/zjhaSzQOwkQ/s1600/234.jpg
  • 7/28/2019 Referat Airway Management 1

    15/20

    15

    Ada 2 tipe balon TT yaitu balon dengan tekanan tinggi volume rendah dan tekanan

    rendah volume tinggi. Balon tekanan tinggi dikaitkan dengan besarnya iskhemia mukosa

    trachea dan kurang nyaman untuk intubasi pada waktu lama. Balon tekanan rendah dapat

    meningkatkan kemungkinan nyeri tenggorokan (luas area kontak mukosa), aspirasi, ekstubasi

    spontan, dan pemasangan yang sulit ( karena adanya floppy cuff). Meskipun demikian,

    karena insidensi rendah dari kerusakan mukosa, balon tekanan rendah lebih dianjurkan.

    Tekanan balon tergantung dari beberapa faktor: volume pengembangan, diameter

    balon yang berhubungan dengan trachea, trachea dan komplians balon, dan tekanan intratorak

    (tekanan balon dapat meningkat pada saat batuk). Tekanan balon dapat menaik selama

    anetesi umum sebagai hasil dari difusi dari N2O dari mukosa tracheal ke balon TT.

    TT telah dimodifikasi untuk berbagai penggunaan khusus. Pipa yang lentur, spiral,

    wire reinforced TT (armored tubes), tidak kinking dipakai pada operasi kepala dan leher,

    atau pada pasien dengan posisi telungkup. Jika pipa lapis baja menjadi kinking akibat tekanan

    yang ekstrim ( contoh pasien bangun dan menggigit pipa), lumen pipa akan tetutup dan pipa

    TT harus diganti. Pipa khusus lainnya termasuk pipa mikrolaringeal, RAE tube, dan lubang

    pipa ganda (double lumen tube). Semua TT memiliki garis yang dilekatkan dan bersifat

    radiogopak yang mengijinkan dapat dilihatnya ETT pada trachea.

    3. Rigid LaryngoscopeLaringoskop adalah instrumen untuk pemeriksaan laring dan untuk fasilitas intubasi

    trachea. Handle biasanya berisi batre untuk cahaya bola lampu pada ujung blade, atau untuk

    energi fiberoptic bundle yang berakhir pada ujung blade. Cahaya dari bundle fiberoptik

    tertuju langsung dan tidak tersebar.

    http://2.bp.blogspot.com/_RoAmudxE0wU/TFQMGfcOZxI/AAAAAAAAAVw/5uF9F0mjkuk/s1600/rigid.png
  • 7/28/2019 Referat Airway Management 1

    16/20

    16

    Laringoskop dengan lampu fiberoptic bundle dapat cocok digunakan diruang MRI.

    Blade Macintosh dan Miller ada yang melengkung dan bentuk lurus. Pemilihan dari blade

    tergantung dari kebiasaan seseorang dan anatomi pasien. Disebabkan karena tidak ada blade

    yang cocok untuk semua situasi, klinisi harus familier dan ahli dengan bentuk blade yang

    beragam.

    4. Laringoskop KhususDalam 15 tahun terakhir, terdapat 2 laringskop baru yang telah dibuat, untuk

    membantu dokter anestesi menjamin jalan nafas pada pasien dengan jalan nafas yang sulit-

    Laringokop Bullard dan laringoskop Wu

    http://1.bp.blogspot.com/_RoAmudxE0wU/TFQZmLJ6rNI/AAAAAAAAAWI/SgeY7ZnE4EA/s1600/wu.pnghttp://2.bp.blogspot.com/_RoAmudxE0wU/TFQMry7cVMI/AAAAAAAAAV4/RRchHkrDQ1g/s1600/12121.pnghttp://1.bp.blogspot.com/_RoAmudxE0wU/TFQZmLJ6rNI/AAAAAAAAAWI/SgeY7ZnE4EA/s1600/wu.pnghttp://2.bp.blogspot.com/_RoAmudxE0wU/TFQMry7cVMI/AAAAAAAAAV4/RRchHkrDQ1g/s1600/12121.png
  • 7/28/2019 Referat Airway Management 1

    17/20

    17

    Keduanya memiliki sumber cahaya fiberoptic dan blade yang melengkung dengan

    ujung yang panjang, dan didisain untuk membantu melihat muara glotis pada pasien dengan

    lidah besar atau yang memiliki muara glotis sangat anterior. Banyak dokter anestesi percaya

    bahwa alat ini untuk mengantisipasi pasien yang memiliki jalan nafas sulit. Bagaimanapun

    juga, seperti halnya alat-alat lain yang digunakan jalan nafas pasien, pengalaman

    penggunaannya harus dilakukan pada pasien normal sebelum digunakan pada saat penting

    dan memergensi pada pasien dengan jalan nafas sulit.

    5. Flexible Fiberoptic Bronchoscope (FOB)Dalam beberapa situasi, -misalnya pasien dengan tulang cervical yang tidak stabil,

    pergerakan yang terbatas pada temporo mandibular join, atau dengan kelainan kongenital

    atau kelainan didapat pada jalan nafas atas- laringoskopi langsung dengan penggunakan rigid

    laringoskop mungkin tidak dipertimbangkan atau tidak dimungkinkan. Suatu FOB yang

    feksibelmemungkin visualisasi tidak langsung dari laring dalam beberapa kasus atau untuk

    beberapa situasi dimana direncanakan intubasi sadar (awake intubation). FOB dibuat dari

    fiberglass ini mengalirkan cahaya dan gambar oleh refleksi internal-contohnya sorotan

    cahaya akan terjebak dalam fiber dan terlihat tidak berubah pada sisi yang berlawanan.

    Pemasangan pipa berisi 2 bundel dari fiber, masing-masing berisi 10.00015.000 fiber. Satu

    bundel menyalurkan cahaya dari sumber cahaya ( sumber cahaya bundel) yang terdapat diluar

    alat atau berada dalam handle yang memberikan gambaran resolusi tinggi.

    http://4.bp.blogspot.com/_RoAmudxE0wU/TFQZ5C-dXeI/AAAAAAAAAWQ/9L-uW14ug34/s1600/wu2.png
  • 7/28/2019 Referat Airway Management 1

    18/20

    18

    Manipulasi langsung untuk memasangkan pipa dilakukan dengan kawat yang kaku.

    Saluran aspirasi digunakan untuk suction dari sekresi, insuflasi oksigen atau penyemprotan

    anestesi lokal. Saluran aspirasi sulit untuk dibersihkan, akan tetapi, sebagai sumber infeksi

    sehingga memerlukan kehati-hatian pada pembersihan dan sterilisasi telah digunakan.

    Indikasi Intubasi Trakea

    Intubasi trakea adalah tindakan memasukkan pipa trakea kedalam trakea melalui rima

    glotis, sehingga ujung distalnya berada kira - kira dipertengahan trakea antara pita suara dan

    bifurkasio trakea. Indikasi sangat bervariasi dan umumnya digolongkaan sebagai berikut :

    1. Menjaga patensi jalan napas oleh sebab apapunKelainan anatomi, bedah khusus, bedah posisi khusus, pembersihan secret jalan

    napas, dan lain lainnya

    2. Mempermudah ventilasi tekanan positif dan oksigenasiMisalnya, saat resusitasi, memungkinkan penggunaan relaksan dengan efisien,

    ventilasi jangka panjang.

    3. Pencegahan terhadap aspirasi dan reguditasiKesulitan Intubasi

    1. Leher pendek berotot2. Mandibula menonjol3. Maksila / gigi depan menonjol4. Uvula tak terlihat (mallampati 3 atau 4)

    http://2.bp.blogspot.com/_RoAmudxE0wU/TFQaRKsLPeI/AAAAAAAAAWY/At56IZAJHlU/s1600/12121222.png
  • 7/28/2019 Referat Airway Management 1

    19/20

    19

    5. Geraksendi temporo-mandibular terbatas6. Gerak vertebra servikal terbatas

    Komplikasi Intubasi

    1. Selama intubasia. Trauma gigi geligi

    b. Laserasi bibir, gusi, laringc. Merangsang saraf simpatis ( hipertensi-takikardi)d. Intubasi bronkuse. Intubasi esophagusf. Aspirasig. Spasme bronkus

    2. Setelah intubasia. Spasme laring

    b. Aspirasic. Gangguan fonasid.

    Edema glotis-subglotis

    e. Infeksi laring, faring, trakea

  • 7/28/2019 Referat Airway Management 1

    20/20

    20

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Latief SA, Suryadi KA, Dachlan MR. Ilmu dasar Anestesi in Petunjuk PraktisAnestesiologi 2nd ed. Jakarta: FKUI; 2009, 3-8.

    2. Roberts F, Kestin I. Respiratory Physiology in Update in Anesthesia 12th ed. 20003. Stock MC. Respiratory Function in Anesthesia in Barash PG, Cullen BF, Stelting RK,

    editors. Clinical Anesthesia 5th ed. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins;

    2006, p. 791-811

    4. Galvin I, Drummond GB, Nirmalan M. Distribution of blood flow and ventilation inthe lung: gravity is not the only factor. British Journal of Anaesthesia; 2007, 98: 420-

    8.

    5. Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ. Breathing System in Clinical Anesthesilogy4th ed. McGraw-Hill; 2007