Refarat Hiv 1

24
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah HIV/AIDS adalah masalah besar yang mengancam Indonesia dan banyak Negara diseluruh dunia. UNAIDS, badan WHO yang mengurusi masalah AIDS, pernah memperkiraan jumlah ODHA diseluruh dunia pada Desember 2004 adalah 35, 9- 44, 3juta orang. Saat ini tidak ada Negara yang terbebas dari HIV/AIDS. HIV/AIDS menyebabkan berbagai krisis secara ekonomi, pendidikan dan juga krisis kemanusiaan. Dengan kata lain HIV/AIDS menyebabkan krisis multidemensi. Sebagai krisis kesehatan, AIDS memerlukan respon dari masyarakat dan memerlukan layananan pengobatan dan perawatan untuk individu yang terinfeksi HIV. Infeksi HIV pada manusia dianggap sebagai pandemi oleh World Health Organization (WHO). Dari penemuan pada tahun 1981 sampai 2006, AIDS telah membunuh lebih dari 25 juta orang. HIV menginfeksi sekitar 0,6% dari populasi dunia. Pada tahun 2005 saja, penderita AIDS lebih dari 570.000 adalah anak-anak. Dengan pertumbuhannya yang semakin pesat, perlu untuk kita mengetahui apa saja komplikasi neurologis yang dapat terjadi. Dampak AIDS terhadap sel saraf yaitu dimana virus tampaknya tidak menyerang sel saraf secara langsung tetapi

description

hiv pd srf

Transcript of Refarat Hiv 1

Page 1: Refarat Hiv 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Masalah HIV/AIDS adalah masalah besar yang mengancam Indonesia dan

banyak Negara diseluruh dunia. UNAIDS, badan WHO yang mengurusi masalah

AIDS, pernah memperkiraan jumlah ODHA diseluruh dunia pada Desember 2004

adalah 35, 9- 44, 3juta orang. Saat ini tidak ada Negara yang terbebas dari HIV/AIDS.

HIV/AIDS menyebabkan berbagai krisis secara ekonomi, pendidikan dan juga krisis

kemanusiaan. Dengan kata lain HIV/AIDS menyebabkan krisis multidemensi. Sebagai

krisis kesehatan, AIDS memerlukan respon dari masyarakat dan memerlukan

layananan pengobatan dan perawatan untuk individu yang terinfeksi HIV.

Infeksi HIV pada manusia dianggap sebagai pandemi oleh World Health

Organization (WHO). Dari penemuan pada tahun 1981 sampai 2006, AIDS telah

membunuh lebih dari 25 juta orang. HIV menginfeksi sekitar 0,6% dari populasi dunia.

Pada tahun 2005 saja, penderita AIDS lebih dari 570.000 adalah anak-anak. Dengan

pertumbuhannya yang semakin pesat, perlu untuk kita mengetahui apa saja komplikasi

neurologis yang dapat terjadi.

Dampak AIDS terhadap sel saraf yaitu dimana virus tampaknya tidak menyerang

sel saraf secara langsung tetapi membahayakan fungsi dan kesehatan sel saraf.

Peradangan yang diakibatkan dapat merusak otak dan saraf tulang belakang. Penelitian

menunjukkan bahwa infeksi HIV secara bermakna dapat mengubah struktur otak

tertentu yang terlibat dalam proses belajar dan pengelolaan informasi.

HIV mungkin juga secara langsung menginfeksi sel-sel saraf, menyebabkan

kerusakan neurologis. 31-60% pasien AIDS memiliki kelainan neurologis. Kelainan ini

mengenai SSP dan sedikit ke sistem saraf tepi. Infeksi oportunistik dapat terjadi akibat

penurunan kekebalan tubuh pada penderita HIV/AIDS, akibatnya mudah terkena

penyakit-penyakit lain seperti penyakit infeksi disebabkan oleh virus, bakteri, protozoa

dan jamur dan juga mudah terkena penyakit keganasan.

Page 2: Refarat Hiv 1

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, dirumuskan sebuah

masalah, yakni bagaimana gambaran umum mengenai HIV pada Penyakit Neurologis?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui gambaran umum mengenai HIV pada Penyakit Neurologis.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosis dari HIV

pada penyakit neurologis.

2. Mengetahui terapi dari HIV pada penyakit neurologis.

Page 3: Refarat Hiv 1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi HIV/AIDS 1

AIDS (Acquired immunodeficiency Syndrome) dapat diartikan sebagai kumpulan

gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi

oleh virus HIV (human immunodeficiency virus) yang termasuk family retroviridae,

AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi HIV.

2.2 Epidemiologi HIV/AIDS 1

Penularan HIV/AIDS terjadi akibat melalui cairan tubuh yang mengandung virus

HIV yaitu melalui hubungan seksual, baik homoseksual maupun heteroseksual, jarum

suntik pada pengguna narkotika, transfuse komponen darah dan dari ibu yang terinfeksi

HIV ke bayi yang dilahirkannya. Oleh karena itu kelompok resiko tinggi terhadap

HIV/AIDS misalnya pengguna narkotika, pekerja seks komersil dan pelangganannya,

serta narapidana.

Namun infeksi HIV/AIDS saat ini juga telah mengenai semua golongan

masyarakat, baik sekelompok resiko tinggi maupun masyarakat umum. Jika pada

awalnya, sebagian besar ODHA berasal dari kelompok homeseksual maka kini telah

terjadi pergeseran dimana presentase penularan secara heteroseksual dan penggunaan

obat semakin meningkat. Beberapa bayi yang terbukti tertular HIV dari ibunya

menunjukkan tahap lebih lanjut dari tahap penularan heteroseksual

Sejak 1985 sampai tahun 1996 kasus AIDS masih amat jarang ditemukan di

Indonesia sebagian besar ODHA pada periode itu berasal dari kelompok homoseksual.

Kemudian jumlah kasus baru HIV/AIDS semakin meningkat dan sejak pertengahan

tahun 1999 mulai terlihat peningkatan tajam yang terutama disebabkan akibat

penularan melalui narkotika suntik. Sampai dengan akhir maret 2005 tercatat 6789

kasus HIV/AIDS yang dilaporkan. Jumlah itu tertentu masih sangat jauh dari jumlah

sebenarya Departemen Kesehatan RI pada tahun 2002 memperkirakan jumlah

penduduk Indonesia yang terinfeksi HIV adalah antara 90.000 sampai 130.000 orang.

Sebuah survey yang dilakukan ditanjung Balai karimun menunjukkan peningaktan

Page 4: Refarat Hiv 1

jumlah pekerja seks komersil (PSK) yang terinfeksi HIV yaitu dari 1 persen pada tahun

1995/ 1996 menjadi lebih dari 8, 38 persen pada tahun 2000 sementara itu survey yang

dilakukan pada tahun 2000 menunjukkan angka infeksi HIV yang cukup tinggi di

lingkungan PSK di Merauke yaitu 5- 26, 5 persen 3, 36 persen di Jakarta utara dan 5, 5

persen di jawa barat

Pengguna narkotika suntik mempunyai resiko tinggi untuk tertular oleh HIV atau

bibit – bibit penyakit lain yang dapat menular melalui darah. Penyebabnya adalah

penggunaan jarum suntik secara bersama dan berulang yang lazim dilakukan oleh

sebagian besar pengguna narkotik. Satu jarum suntik dipakai bersama antara 2 sampai

lebih dari 15 orang pengguna narkotika. Survey sentinel yang dilakukan di RS

ketergantungan obat di Jakarta menunjukkan peningkatan kasus infeksi HIV pada

pengguna narkotika yang sedang menjalani rehabilitasi 40, 8% pada tahun 2000 dan 47,

9 pada tahun 2001.

Surveilens pada donor darah dan ibu hamil biasanya digunakan sebagai indicator

untuk menggambarkan infeksi HIV/AIDS pada masyarakat umum. Jika pada tahun

1990 belum ditemukan darah donor dipalang merah Indonesia (PMI) yang tercemar

HIV, maka periode selanjutnya ditemukan infeksi HIV yang jumlah makin lama makin

meningkat.

2.3 Patofisiologi HIV

Dasar utama patogenesis HIV adalah kurangnya jenis limposit Thelper/induser

yang mengandung marker CD 4 (sel T 4). Limfosit T 4 merupakan pusat dan

sel utama yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam menginduksi

fungsi-fungsi imunologik. 2

Awalnya terjadi perlekatan antara gp120 dan reseptor sel CD4, yang memicu

perubahan konformasi pada gp120 sehingga memungkinkan pengikatan dengan

koreseptor kemokin (biasanya CCR5 atau CXCR4). Setelah itu terjadi penyatuan pori

yang dimediasi oleh gp41. 3

Setelah berada di dalam sel CD4, salinan DNA ditranskripsi dari genom RNA

oleh enzim reverse transcriptase (RT) yang dibawa oleh virus. Ini merupakan proses

Page 5: Refarat Hiv 1

yang sangar berpotensi mengalami kesalahan. Selanjutnya DNA ini ditranspor ke dalam

nukleus dan terintegrasi secara acak di dalam genom sel pejamu. Virus yang

terintegrasi diketahui sebagai DNA provirus. Pada aktivasi sel pejamu, RNA

ditranskripsi dari cetakan DNA ini dan selanjutnya di translasi menyebabkan produksi

protein virus. Poliprotein prekursor dipecah oleh protease virus menjadi enzim

(misalnya reverse transcriptase dan protease) dan protein struktural. Hasil pecahan ini

kemudian digunakan untuk menghasilkan partikel virus infeksius yang keluar dari

permukaan sel dan bersatu dengan membran sel pejamu. Virus infeksius baru (virion)

selanjutnya dapat menginfeksi sel yang belum terinfeksi dan mengulang proses

tersebut. 3

Infeksi HIV  menjadi irreversibel dan berlangsung seumur hidup, yang lambat laun akan

menghabiskan atau merusak sampai jumlah tertentu dari sel lymfosit T4. Setelah

beberapa bulan sampai beberapa tahun kemudian, barulah

pada penderita akan terlihat gejala klinis sebagai dampak dari infeksi HIV tersebut. 2

Page 6: Refarat Hiv 1
Page 7: Refarat Hiv 1

Masa antara terinfeksinya HIV dengan timbulnya gejala-gejala penyakit (masa

inkubas) adalah 6 bulan sampai lebih dari 10 tahun, rata-rata 21 bulan pada anak-anak

dan 60 bulan pada orang dewasa. Infeksi oleh virus HIV menyebabkan fungsi kekebalan

tubuh rusak yang mengakibatkan daya tahan tubuh berkurang atau hilang, akibatnya

mudah terkena penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri, protozoa,  dan jamur.

HIV mungkin juga secara langsung menginfeksi sel-sel syaraf, menyebabkan kerusakan

neurologis.2

Virus tampaknya tidak menyerang sel saraf secara langsung tetapi

membahayakan fungsi dan kesehatan sel saraf. Peradangan yang diakibatkannya dapat

merusak otak dan saraf tulang belakang dan menyebabkan berbagai gejala, contoh

kebingungan dan pelupa, perubahan perilaku, sakit kepala berat, kelemahan yang

berkepanjangan, mati rasa pada lengan dan kaki, dan stroke. Kerusakan motor kognitif

atau kerusakan saraf perifer juga umum. 2

Komplikasi sistem saraf lain yang muncul akibat penyakit atau penggunaan obat

untuk mengobatinya termasuk nyeri, kejang, ruam, masalah saraf tulang belakang,

kurang koordinasi, sulit atau nyeri saat menelan, cemas berlebihan, depresi, demam,

kehilangan penglihatan, kelainan pola berjalan, kerusakan jaringan otak dan koma.

Gejala ini mungkin ringan pada stadium awal AIDS tetapi dapat berkembang menjadi

berat. Di AS, komplikasi saraf terlihat pada lebih dari 40% pasien AIDS dewasa.

Komplikasi ini dapat muncul pada segala usia tetapi cenderung berkembang secara

lebih cepat pada anak-anak. Komplikasi sistem kekebalan dapat termasuk penundaan

pengembangan, kemunduran pada perkembangan penting yang pernah

dicapai, lesi pada otak, nyeri saraf, ukuran tengkorak di bawah normal, pertumbuhan

yang lambat, masalah mata, dan infeksi bakteri yang kambuh.2

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah retrovirus yang tergolong virus

RNA (Ribonucleic Acid), yaitu virus yang menggunakan RNA sebagai molekul

pembawa informasi genetik. HIV mempunyai enzim reverse transcriptase yang terdapat

di dalam inti HIV dan akan mengubah informasi genetika dari RNA virus menjadi

deoxy-ribonucleid acid (DNA). Enzim ini adalah polimerase DNA yang mampu

bergabung dengan kromosom tubuh. Sekali berintegrasi, ia digunakan sebagai

pembawa pesan transkripsi untuk sintesis virus. HIV secara signifikan berdampak pada

kapasitas fungsional dan kualitas kekebalan tubuh. HIV mempunyai target sel utama

Page 8: Refarat Hiv 1

yaitu sel limfosit T4, yang mempunyai reseptor CD4. Beberapa sel lain yang juga

mempunyai reseptor CD4 adalah : sel monosit, sel makrofag, sel folikular dendritik, sel

retina, sel leher rahim, dan sel langerhans. Infeksi limfosit CD4 oleh HIV dimediasi

oleh perlekatan virus ke permukaan sel reseptor CD4, yang menyebabkan kematian sel

dengan meningkatkan tingkat apoptosis pada sel yang terinfeksi. 2

Selain menyerang sistem kekebalan tubuh, infeksi HIV juga berdampak pada

sistem saraf dan dapat mengakibatkan kelainan pada saraf. Infeksi oportunistik dapat

terjadi akibat penurunan kekebalan tubuh pada penderita HIV/AIDS. Infeksi tersebut

dapat menyerang sistem saraf yang membahayakan fungsi dan kesehatan sel saraf. 2

Perjalanan alamiah infeksi HIV dapat dibagi dalam tahapan sebagai berikut: 2

Infeksi virus (2-3 minggu)

Sindrome retroviral akut (2-3 minggu)

Gejala menghilang + serokonversi

Infeksi kronis HIV asimptomatik (rata-rata 8 tahun, di negara berkembang lebih

pendek)

Infeksi HIV/AIDS simptomatik (rata-rata 1,3 tahun)

Kematian

Berdasarkan hasil pemeriksaan CD4, infeksi HIV dapat dibedakan menjadi beberapa

fase: 2

Fase I - Infeksi HIV primer ( infeksi HIV akut )

Fase II - Penurunan imunitas dini ( sel CD4 > 500/ µl )

Fase III - Penurunan imunitas sedang ( sel CD4 500-200 /µl )

Fase IV - Penurunan imunitas berat ( sel CD4 <200 /µl )

2.4 Manifestasi Klinis 3

CD4 adalah sebuah penanda yang berada di permukaan sel-sel darah putih

manusia, terutama sel-sel limfosit. Sel ini berfungsi dalam memerangi infeksi yang

masuk ke dalam tubuh. Pada orang dengan sistem kekebalan yang baik, jumlah CD4

berkisar antara 1400-1500 sel/μL. Pada penderita HIV/AIDS jumlah CD4 akan

menurun dan dapat menyebabkan terjadinya infeksi oportunistik. Umumnya muncul

Page 9: Refarat Hiv 1

jika dijumpai keadaan immunodefisiensi berat (jumlah limfosit CD4 < 200 sel/mm3).

Infeksi oportunistik pada SSP muncul secara tidak langsung sebagai akibat dari proses

immunosupresi konkomitan berupa infeksi opportunistik dan neoplasma.

2.4.1 Infeksi pada Sistem Saraf Pusat

a. Toksoplasmosis Otak (TO)

Toxoplasma gondii dapat menyebakan infeksi asimtomatis pada 80%

manusia sehat, namun bisa menimbulkan manifestasi klinis mematikan

pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Perjalanan penyakit

toksoplasmosis otak biasanya berlangsung subakut pada pasien HIV

stadium lanjut atau yang memiliki jumlah sel CD4 < 200 sel/UL. Keluhan

dan gejala timbul secara bertahap pada minggu pertama hingga mingguke-4.

Manifestasi utama yang tampak pada penderita AIDS dengan

toksoplasmosis otak adalah demam, sakit kepala, defisit neurologis fokal

dan penurunan kesadaran.

Tanda dan Gejala

Gejala termasuk ensefalitis, demam, sakit kepala berat yang tidak

respon terhadap pengobatan, lemah pada satu sisi tubuh, kejang, kelesuan,

kebingungan yang meningkat, masalah penglihatan, pusing, masalah

berbicara dan berjalan, muntah dan perubahan kepribadian. Tidak semua

pasien menunjukkan tanda infeksi.

Nyeri kepala dan rasa bingung dapat menunjukkan adanya

perkembangan ensefalitis fokal dan terbentuknya abses sebagai akibat dari

terjadinya infeksi toksoplasma. Keadaan ini hampir selalu merupakan suatu

kekambuhan akibat hilangnya kekebalan pada penderita-penderita yang

semasa mudanya telah berhubungan dengan parasit ini. Gejala-gejala

fokalnya cepat sekali berkembang dan penderita mungkin akan mengalami

kejang dan penurunan kesadaran.

b. Meningitis TB (MTB)

Page 10: Refarat Hiv 1

Meningitis TB adalah radang selaput otak akibat komplikasi

tuberkulosis primer. Meningitis TB disebabkan oleh Mycobacterium

tuberculosis jenis Hominis, jarang oleh jenis Bovinum atau Aves.

Meningitis TB hampir selalu ada dalam diagnosis banding pasien AIDS

karena hampir 50% pasien AIDS menderita tuberkulosis paru.

Manifestasi klinis yang terlihat adalah hidrosefalus yang disebabkan oleh

eksudat yang menyumbat akuaduktus, fisura Sylvii, foramen Magendi,

foramen luschka dan edema papil yang disebabkan oleh terjadinya

peningkatan tekanan intrakranial.

c. Meningitis kriptokokus (MK)

Meningitis kriptokokus terlihat pada sekitar 10% individu dengan

AIDS yang tidak diobati dan pada orang lain dengan sistem kekebalannya sangat tertekan

oleh penyakit atau obat. Hal ini disebabkan oleh jamur Cryptococcus

neoformans, yang umum ditemukan dalam kotoran kotoran dan burung. Jamur

pertama-tama menyerang paru dan menyebar menutupi otak dan sumsum

tulang belakang, menyebabkan peradangan.Gejala termasuk kelelahan,

demam, sakit kepala, mual, kehilanganmemori, kebingungan,

mengantuk, dan muntah. Jika tidak diobati, pasien dengan meningitis

kriptokokus dapat jatuh dalam koma dan meninggal.

Tanda dan Gejala

Gejala meningitis termasuk demam, kelelahan, leher pegal, sakit

kepala, mual dan muntah, kebingungan, penglihatan kabur, dan kepekaan

pada cahaya terang. Gejala ini muncul secara perlahan. Tanda-tanda seperti

meningismus, termasuk kuduk kaku, timbul < 40% penderita. Kejang dan

defisit neurologik fokal sering timbul dan merupakan tanda koma

kriptokokosis dan tromboflebitis sinus venosus. Manifestasi ekstraneural,

dapat terjadi dengan/tanpa meningitis, termasuk infiltrasi pulmoner, lesi di

kulit, abses prostat dan hepatitis.

Page 11: Refarat Hiv 1

d. AIDS dementia complex (ADC)

Demensia HIV adalah suatu sindrom klinis yang ditandai dengan

gangguan kognitif dan motorik yang menyebabkan hambatan menjalankan aktivitas

hidup sehari-hari tetapi hal ini bisa diobati dengan terapi anti-retroviral.

Gejala termasuk ensefalitis (peradangan otak), perubahan perilaku,

dan penurunan fungsi kognitif secara bertahap,  termasuk kesulitan

berkonsentrasi, ingatan dan perhatian atau ensefalopati terkait HIV,

muncul terutama pada orang dengan infeksi HIV lebih lanjut. Gejala

termasuk ensefalitis (peradangan otak), perubahan perilaku, dan

penurunan fungsi kognitif secara bertahap, termasuk kesulitan

berkonsentrasi, ingatan dan perhatian. Orang dengan ADC juga

menunjukkan pengembangan fungsi motor yang melambat dan kehilangan

ketangkasan serta koordinasi. Apabila tidak diobati, ADC dapat

mematikan.

e. Limfoma susunan saraf pusat (SSP) 

Limfoma sususnan saraf pusat adalah tumor ganas yang mulai di otak

atau akibat kanker yang menyebar dari bagian tubuh lain. Limfoma SSP

hampir selalu dikaitkan dengan virus Epstein-Barr (jenis virus herpes yang

umum pada manusia). Gejala termasuk sakit kepala, kejang, masalah

penglihatan, pusing, gangguan bicara, paralisis dan penurunan mental.

Pasien AIDS dapat mengembangkan satu atau lebih limfoma

SSP. Prognosis adalah kurang baik karena kekebalan yang semakin rusak.

f. Infeksi cytomegalovirus (CMV) 

Dapat muncul bersamaan dengan infeksi lain. Gejala ensepalitis CMV

termasuk lemas pada lengan dan kaki, masalah pendengaran dan

keseimbangan, tingkat mental yang berubah,  demensia,  neuropati perifer,

koma dan penyakitretina yang dapat mengakibatkan kebutaan. Infeksi CMV

pada urat saraf tulang belakang dan saraf dapat mengakibatkan lemahnya

tungkai bagian bawah dan beberapa paralisis, nyeri bagian bawah yang

berat dan kehilangan fungsi kandung kemih. Infeksi ini juga dapat

menyebabkan pneumonia dan penyakit lambung-usus.

Page 12: Refarat Hiv 1

g. Infeksi virus herpes 

Sering terlihat pada pasien AIDS. Virus herpes zoster yang

menyebabkan cacar dan sinanaga, dapat menginfeksi otak dan

mengakibatkan ensepalitis dan mielitis (peradangan saraf tulang belakang).

Virus ini umumnya menghasilkan ruam, yang melepuh dan sangat nyeri di

kulit akibat saraf yang terinfeksi. Pada orang yang terpajan dengan herpes

zoster, virus dapat tidur di jaringan saraf selama bertahun-tahun hingga

muncul kembali sebagai ruam. Reaktivasi ini umum pada orang yang AIDS

karena sistem kekebalannya melemah. Tanda sinanaga termasuk bentol

yang menyakitkan (serupa dengan cacar), gatal, kesemutan (menggelitik)

dan nyeri pada saraf.

Pasien AIDS mungkin menderita berbagai bentuk neuropati, atau

nyeri saraf, masing-masing sangat terkait dengan penyakit kerusakan

kekebalan stadium tertentu. Neuropati perifer menggambarkan kerusakan

pada saraf perifer, jaringan komunikasi yang luas yang mengantar

informasi dari otak dan saraf tulang belakang ke setiap bagian tubuh. Saraf

perifer juga mengirim informasi sensorik kembali ke otak dan saraf tulang

belakang. HIV merusak serat saraf yang membantu melakukan sinyal dan

dapat menyebabkan beberapa bentuk neropati.Distal sensory

polyneuropathy menyebabkan mati rasa atau perih yang ringan hingga

sangat nyeri atau rasa kesemutan yang biasanya mulai di kaki dan telapak

kaki. Sensasi ini terutama kuat pada malam hari dan dapat menjalar ke

tangan. Orang yang terdampak memiliki kepekaan yang meningkat

terhadap nyeri, sentuhan atau rangsangan lain. Pada awal biasanya muncul

pada stadium infeksi HIV lebih lanjut dan dapat berdampak pada

kebanyakan pasien stadium HIV lanjut.

h. Stroke

 Disebabkan oleh penyakit pembuluh darah otak jarang dianggap

sebagai komplikasi AIDS, walaupun hubungan antara AIDS dan stroke

mungkin jauh lebih besar dari dugaan. Para peneliti di Universitas

Maryland, AS melakukan penelitian pertama berbasis populasi untuk

menghitung risiko stroke terkait AIDS dan menemukan bahwa AIDS

Page 13: Refarat Hiv 1

meningkatkan kemungkinan menderita stroke hampir sepuluh kali lipat.

Para peneliti mengingatkan bahwa penelitian tambahan diperlukan untuk

mengkonfirmasi hubungan ini. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa

infeksi HIV, infeksi lain atau reaksi sistem kekebalan terhadap HIV, dapat

menyebabkan kelainan pembuluh darah dan/atau membuat pembuluh darah

kurang menanggapi perubahan dalam tekanan darah yang dapat

mengakibatkan pecahnya pembuluh darah dan stroke.

i. Progressive multifocal leukoencephalopathy (PML) 

Terutama berdampak pada orang dengan penekanan sistem kekebalan

(termasuk hampir 5%pasien AIDS). PML disebabkan oleh virus JC, yang

bergerak menuju otak, menulari berbagai tempat dan merusak sel yang

membuat mielin – lemak pelindung yang menutupi banyak sel saraf dan

otak. Gejala termasuk berbagai tipe penurunan kejiwaan, kehilangan

penglihatan, gangguan berbicara, ataksia (ketidakmampuan untuk

mengatur gerakan), kelumpuhan, lesi otak dan terakhir koma. Beberapa

pasien mungkin mengalami gangguan ingatan dan kognitif, dan mungkin

muncul kejang. PML berkembang terus-menerus dan kematian biasanya

terjadi dalam enam bulan setelah gejala awal.

j. Kelainan psikologis dan neuropsikiatri 

Dapat muncul dalam fase infeksi HIV dan AIDS yang berbeda, dan

dapat berupa bentuk yang beragam dan rumit. Beberapa penyakit misalnya

demensia kompleks terkait AIDS yang secara langsung disebabkan oleh

infeksi HIV pada otak, sementara kondisi lain mungkin dipicu oleh obat

yang dipakai untuk melawan infeksi. Pasien mungkin mengalami

kegelisahan, depresi, keingingan bunuh diri yang kuat, paranoid,

demensia, delirium, kerusakan kognitif, kebingungan, halusinasi,

perilaku yang tidak normal,  malaise, dan mania akut.

 

2.4.2 Sistem Saraf Tepi

Manifestasi klinis yang paling sering ditemukan adalah parastesia pada

ujung jari kaki dan dysesthesia pada telapak kaki. Rasa terbakar pada telapak kaki 

juga sering ditemukan

Page 14: Refarat Hiv 1

2.5 Diagnosis 4

a. Computed tomography (CT scan)

CT-Scan memakai sinar X dan komputer untuk menghasilkan gambar tulang dan

jaringan, termasuk peradangan, kista dan tumor otak tertentu, kerusakan otak

karena cedera kepala, dan kelainan lain. CT scan menyediakan hasil yang lebih

rinci dibandingkan rontgen saja.

b. Magnetic resonance imaging (MRI)

MRI memakai komputer, gelombang radio dan bidang magnetik yang kuat untuk

menghasilkan gambar tiga dimensi secara rinci atau “potongan” struktur tubuh dua

dimensi, termasuk jaringan, organ, tulang dan saraf. Tes ini tidak memakai radiasi

ionisasi (serupa dengan rontgen) dan memberi dokter tampilan jaringan dekat

tulang yang lebih baik.

c. Functional MRI (fMRI)

fMRI memakai unsur magnetik darah untuk menentukan wilayah otak yang aktif

dan untuk mencatat berapa lama wilayah tersebut tetap aktif. Tes ini dapat menilai

kerusakan otak dari cedera kepala atau kelainan degeneratif contohnya penyakit

Alzheimer, dan dapat menentukan serta memantau kelainan neurologi lain,

termasuk demensia kompleks terkait AIDS.

d. Magnetic resonance spectroscopy (MRS)

MRS memakai medan magnet yang kuat untuk meneliti komposisi biokimia dan

konsentrasi molekul berbasis hidrogen yang beberapa di antaranya sangat khusus

terhadap sel saraf di berbagai wilayah otak. MRS dipakai sebagai percobaan untuk

menentukan lesi otak pada pasien AIDS.

e. Elektromiografi atau EMG

EMG dipakai untuk mendiagnosis kerusakan saraf dan otot (misalnya neuropati

dan kerusakan serat saraf yang disebabkan oleh HIV) dan penyakit saraf tulang

belakang. Tes ini mencatat kegiatan otot secara spontan dan kegiatan otot yang

digerakkan oleh saraf perifer.

Page 15: Refarat Hiv 1

f. Biopsi 

Biopsi adalah pengangkatan dan pemeriksaan jaringan tubuh. Biopsi otak, yang

melibatkan pengangkatan sebagian kecil otak atau tumor dengan bedah, dipakai

untuk menentukan kelainan dalam tengkorak dan tipe tumor. Berbeda dengan

kebanyakan biopsi lain, biopsi otak memerlukan rawat inap. Biopsi otot atau saraf

dapat membantu mendiagnosis masalah saraf otot, sementara biopsi otak dapat

membantu mendiagnosis tumor, peradangan dan kelainan lain.

2.6 Terapi

Page 16: Refarat Hiv 1

BAB III

KESIMPULAN