Rangkuman skripsi

5
Aryasta, I N. 2014. Pengaruh model problem based learning terhadap keterampilan berpikir kritis siswa kelas X IPA SMA Negeri 1 Singaraja tahun ajaran 2013/2014. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Fisika. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Unversitas Pendidikan Ganesha. Diringkas oleh I Komang Indra Wibawa/1213021034 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas menyatakan, pendidikan berfungsi mengambangkan kemampuan dan membentuk watak bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan berbangsa (Depdiknas, 2003). Sejalan dengan itu, proses pembelajaran di sekolah mengarah pada optimalisasi perlibatan intelektual, emosional, dan fisik untuk memperoleh dan memproses hasil belajarnya. Sekolah sebagai institusi penyelenggara pendidikan memiliki tanggung jawab membantu siswanya mengembangkan kemampuan berpikir khususnya kemampuan berpikir kritis. Namun pada kenyataannya, masih banyak lulusan sekolah yang tidak memiliki keterampilan ini. De Gallow (2010) menyatakan, terdapat tiga keluhan utama para pimpinan perusahaan terhadap lulusan sarjana. Keluhan tersebut yaitu, rendahnya keterampilan menulis dan komunikasi secara lisan, ketidakmampuan memecahkan masalah, dan kesulitan bekerja dalam tim. Rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa didukung oleh hasil penelitian Sadia, et al (2008). Penelitian ini melibatkan

description

m

Transcript of Rangkuman skripsi

Page 1: Rangkuman skripsi

Aryasta, I N. 2014. Pengaruh model problem based learning terhadap keterampilan berpikir

kritis siswa kelas X IPA SMA Negeri 1 Singaraja tahun ajaran 2013/2014.

Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Fisika. Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam. Unversitas Pendidikan Ganesha.

Diringkas oleh I Komang Indra Wibawa/1213021034

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas menyatakan, pendidikan

berfungsi mengambangkan kemampuan dan membentuk watak bangsa yang bermartabat

dalam rangka mencerdaskan kehidupan berbangsa (Depdiknas, 2003). Sejalan dengan itu,

proses pembelajaran di sekolah mengarah pada optimalisasi perlibatan intelektual,

emosional, dan fisik untuk memperoleh dan memproses hasil belajarnya. Sekolah sebagai

institusi penyelenggara pendidikan memiliki tanggung jawab membantu siswanya

mengembangkan kemampuan berpikir khususnya kemampuan berpikir kritis. Namun pada

kenyataannya, masih banyak lulusan sekolah yang tidak memiliki keterampilan ini. De

Gallow (2010) menyatakan, terdapat tiga keluhan utama para pimpinan perusahaan terhadap

lulusan sarjana. Keluhan tersebut yaitu, rendahnya keterampilan menulis dan komunikasi

secara lisan, ketidakmampuan memecahkan masalah, dan kesulitan bekerja dalam tim.

Rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa didukung oleh hasil penelitian Sadia, et al

(2008). Penelitian ini melibatkan 18 SMP Negeri dan 18 SMA Negeri yang tersebar pada

sembilan kabupaten/kodya di Provinsi Bali. Hasil penelitian tersebut menunjukkan

bahwapenalaran (reasoning)siswa SMA di Provinsi Bali yang mencakup keterampilan

berpikir dasar, keterampilan berpikir kritis, dan keterampilan berpikir kreatif masih tergolong

rendah. Skor rerata siswa kela IX SMP adalah 42,15 dan skor rerata siswa kelas X SMA

adalah 49,38 (dari skor standar 100). Fakta tersebut didukung oleh hasil penelitian Santyasa

et al. (2012) yang elibatkan 27 SMA Negeri di seluruh kabupaten di Bali. Hasil penelitian

tersebut menyatakan bahwa penalaran siswa SMA berada pada kategori kurang. Hal ini

dibuktikan oleh skor rata-rata siswa (M) = 40,51 (pada skala 100). Fakta ini cukup

menunjukkan bahwa pembalajaran di sekolah cenderung hanya melibatkan kemampuan

berpikir tingkat dasar.

Rendahnya penalaran siswa khususnya kemampuan berpikir kritis diduga karena

pembelajaran di sekolah belum memberdayakan potensi diri siswa secara optimal. Dugaan

Page 2: Rangkuman skripsi

ini didukung oleh analisis respon 54 orang guru terhadap angket yang disebarkan, bahwa

model-model pembelajaran yang cenderung ditetapkan oleh guru kurang memberdayakan

siswanya (Santyasa et al., 2012). Model-model tersebut adalah 1) model pemberian informasi

kepada siswa, 2) model ceramah klasiskal, 3) model ceramah yang diikuti tanya jawab, 4)

model pemberian tugas di rumah, 5) model demonstrasi oleh guru, 6) model simulasi

computer yang didemonstrasikan oleh guru. Praktik-praktik tersebut cenderung berpusat pada

guru tersebut berpotensi menghambat pencapaian target kurikulum.

Meningkatkan kemampuan berpikir kritis tidak terlepas dari upaya peningkatan kualitas

pembelajaran di sekolah. Salah satu upaya peningkatan kualitas pembelajaran adalah

mengubah paradigm pembelajaran. Pembelajaran yang sebelumnya berpusat pada guru

beralih kepada siswa; metodologi yang semula lebih didominasi ekspositori berganti ke

partisipatori; dan pendekatan yang semula lebih banyak bersifat tekstual berubah menjadi

kontekstual. Semua perubahan tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki mutu pendidikan,

baik dari segi proses maupun hasil. Oleh karena itu, perlu adanya rancangan pembelajaran

yang menerapkan model-model pembelajaran inovatif sehingga mampu menggerakkan siswa

menuju kemandirian dan belajar sepanjang hayat.

Penerapan model-model SCL (Student Centered Learning) secara optimal dalam

pembelajaran dapat meningkatkan penalaran siswa (Santyasa, et al., 2012). Hal ini

disebabkan karena model-model SCL secara total memberdayakan potensi peserta didik

untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan berpikir. Kemampuan tersebut termasuk

mencakup dimensi basic thinking, critical thinking, dan creative thinking. Problem Based

Learning adalah model pembelajaran aktif yang dapat menyelesaikan permasalahan yang

telah dipaparkan sebelumnya. Kesuksesan Problem Based Learning ini tergantung pada

kemampuan guru dalam menghadapkan siswa-siswa dengan masalah realitis. Penelitian

model Problem Based Learning terhadap keterampilan berpikir kritis dilakukan untuk

mengetahui keefektifan dari model Problem Based Learning di dalam meningkatkan

keterampilan berpikir kritis siswa.

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen kuasi yang bertujuan menguji pengaruh

variabel bebas terhadap variabel terikat. Quasi Experiment merupakan penelitian yang masih

memungkinkan variabel-variabel lain berpengaruh terhadap hubungan antara variabel bebas

dan variabel terikat. Populasi dalam penelitian siswa kelas X IPA SMA Negeri 1 Singaraja

Page 3: Rangkuman skripsi

Tahun Ajaran 2013/2014. Populasi terdistribusi dalam 6 kelas yaitu kelas X IPA 3, X IPA 4,

IPA 5, XIPA 6, X IPA 7, dan X IPA 8. Penelitian ini menggunakan desain pretest-posttest

nonequivalent control group design. Data-data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah

hasil tes keterampilan berpikir kritis awal yang diperoleh pretest dan hasil tes keterampilan

berpikir kritis siswa yang diperoleh melalui posttest.

Data penelitian harus memenuhi syarat analisis yang meliputi uji normalitas sebaran data,

uji homogenitas varians, uji linieritas, sebelum dilakukan pengujian hipotesis. Uji normalitas

sebaran data menggunakan statistic Kolmogorov Test dan Shapiro-Wilk Test, uji homogenitas

varians menggunakan statistik Levene, uji linieritas menggunakan bantuan SPSS, yaitu test

of linierity. Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji F melalui kovarian satu jalur.

Taraf signifikansi yang digunakan dalam uji ini sebesar 0,05. Uji ini dianalisis dengan

bantuan program SPSS 16.0 PC for Windows.

Berdasarkan paparan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa

Komentar :

Alasan saya merangkum skripsi ini karena dalam skripsi ini membahas tentang variabel

(pemahaman konsep) yang mampu memberikan sumbangan pemikiran bagi penelitian

yang akan saya lakukan.

Adapun kelebihan skripsi yang saya rangkum ini adalah, mampu memberikan gambaran

variabel yang akan saya gunakan dan penelitian ini memberikan hasil yang nyata.