RANGKUMAN HASIL KEGIATAN - fdcunhas98.files.wordpress.com · Pengamatan kondisi ekosistem terumbu...

25
1 Humas FDC UNHAS [email protected] Widad Syammulia (011.XIV.AB.146) Reski Iin (011.XII.AM.173)

Transcript of RANGKUMAN HASIL KEGIATAN - fdcunhas98.files.wordpress.com · Pengamatan kondisi ekosistem terumbu...

Page 1: RANGKUMAN HASIL KEGIATAN - fdcunhas98.files.wordpress.com · Pengamatan kondisi ekosistem terumbu karang dilakukan pada 8 (delapan) pulau yang ada di KKLD Selat Tiworo, yakni Pulau

1 Humas FDC UNHAS [email protected] Widad Syammulia (011.XIV.AB.146) Reski Iin (011.XII.AM.173)

Page 2: RANGKUMAN HASIL KEGIATAN - fdcunhas98.files.wordpress.com · Pengamatan kondisi ekosistem terumbu karang dilakukan pada 8 (delapan) pulau yang ada di KKLD Selat Tiworo, yakni Pulau

2 Humas FDC UNHAS [email protected] Widad Syammulia (011.XIV.AB.146) Reski Iin (011.XII.AM.173)

RANGKUMAN HASIL KEGIATAN

Kabupaten Muna Barat merupakan salah satu kabupaten di Sulawesi Tenggara yang

sebagian wilayahnya berada di wilayah pesisir dan terdiri dari berbagai pulau-pulau kecil

yang tersebar di bagian Selatan dan Utara. Salah satu kepulauan di Kabupaten Muna Barat

yang memiliki potensi tingkat keanekaragaman hayati cukup tinggi yaitu Tiworo Kepulauan

(Tikep). Selat Tiworo ditetapkan sebagai Kawasan Konservasi Konservasi Laut (KKLD)

dengan spesifikasi Kawasan Wisata Laut melalui Keputusan Bupati Muna Nomor Tiworo

Kepulauan yang memiliki ekosistem yang cukup potensial untuk dapat dikembangkan

seperti terumbu karang. Selat Tiworo memiliki pulau-pulau sangat kecil sebanyak 34 buah,

pada tahun 2004, sebagian dari kawasan Selat Tiworo ditetapkan sebagai Kawasan

Konservasi Konservasi Laut (KKLD) dengan spesifikasi Kawasan Wisata Laut melalui

Keputusan Bupati Muna Nomor 157 Tahun 2004 (Sairuddin, 2014).

Berdasarkan kondisi tersebut, terlihat bahwa masyarakat memiliki ketergantungan

terhadap sumberdaya pesisir dan laut dan disamping itu memang perairan laut daerah ini

sangat potensial untuk pengembangan beberapa usaha perikanan. Selat Tiworo serta beberapa

teluk dan selat kecil lainnya telah menjadi fishing ground masyarakat sejak beberapa tahun

silam serta areal budidaya perikanan (rumput laut, teripang, mutiara dan kerapu).

Salah satu tujuan ekspedisi ini yaitu untuk memberikan gambaran ekosistem terumbu

karang di Selat Tiworo, serta menemukan penyebab utama kerusakan ekosistem tersebut

sehingga langkah pengelolaannya dapat dilakukan secara tepat. Dalam kegiatan pengambilan

data tutupan terumbu karang digunakan metode Point Intercept Transec (PIT).

Kerusakan terumbu karang di KKPD Selat Tiworo sebagian besar diakibatkan oleh

alat tangkap yang tidak ramah lingkungan seperti penggunaan trawl, bom serta bius hal ini

disebabkan karena status terumbu karang yang open acces, menjadikan area terumbu karang

sebagai target utama dalam melakukan penangkapan. Untuk melindungi kawasan terumbu

karang agar tetap lestari dan berkelanjutan, oleh karena itu diperlukan sebuah strategi dan

kebijakan dalam mengelola terumbu karang yang ada dalam Kawasan Konservasi Perairan

Daerah Selat Tiworo.Kebijakan dan strategi yang diambil harus dapat mengakomodasi semua

kepentingan yang terlibat. Tipe terumbu karang yang ada di KKPD Selat Tiworo adalah

karang tepi (fringing reef) dengan kedalaman terumbu berkisar 10-15 m.

Kondisi terumbu karang KKPD Selat Tiworo masuk dalam kategori “SEDANG”

dengan rata-rata persentase karang hidup sebesar 46 %. Kerusakan yang terjadi lebih

disebabkan oleh alat tangkap yang tidak ramah lingkungan seperti trawl dan bom.

Persentase karang hidup KKPD Selat Tiworo cukup bervariasi dari rusak, baik,

sedang dan sangat baik. Persentase karang hidup yang paling rendah terletak di stasiun 1

Pulau Mandike sebesar 18 % termasuk kategori “RUSAK”, sedangkan persentase karang

hidup paling tinggi berada pada stasiun 3 Pulau Indo dengan persentase karang hidup

mencapai 76 % dan masuk dalam kategori “SANGAT BAIK”.

Page 3: RANGKUMAN HASIL KEGIATAN - fdcunhas98.files.wordpress.com · Pengamatan kondisi ekosistem terumbu karang dilakukan pada 8 (delapan) pulau yang ada di KKLD Selat Tiworo, yakni Pulau

3 Humas FDC UNHAS [email protected] Widad Syammulia (011.XIV.AB.146) Reski Iin (011.XII.AM.173)

GAMBARAN UMUM WILAYAH

Letak Geografis

Gambar 1.1 Peta administrasi Kab. Muna Barat

Kabupaten Muna Barat merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi

Tenggara hasil pemekaran dari Kabupaten Muna pada pertengahan 2014. Ibukota Kabupaten

Muna Barat terletak di Laworo, Kecamatan Sawerigadi. Kabupaten Muna Barat terdiri atas

11 (sebelas) kecamatan, 5 kelurahan dan 81 desa.

Geologi

Pada umumnya pulau – pulau kecil di KKPD Selat Tiworo adalah pulau pasir

bermangrove yang melingkupi hampir 2/3 atau lebih dari bagian pulau yakni Pulau

Belanbelan Kecil, Belanbelan Besar, Ransaweta, Latoa, Pasipi Bangkawang, Masalokaan,

Maloang, Kayuangin Kecil, Sanggaleang, Simuang, Bangkomalampe, Ponda dan Pulau Tiga.

Sedangkan pulau dengan kondisi mangrove yang sangat tipis meliputi Pulau Katela, Balu,

Maloang Kecil, Bero, Santigi dan Pulau Masaringa dan pulau yang tidak bermangrove adalah

Pulau Lumuna Besar, Indo, Kayuangin, Mandike dan Pulau Tasipi.

Topografi

Kondisi topografi tiap pulau yang masuk ke dalam kawasan cenderung landai dengan

kedalaman berkisar 10-15 m. Tipe terumbu karang yang ada di Selat Tiworo adalah tipe

karang tepi (fringing reef) dengan kemiringan lereng terumbu berkisar 40-500. Terumbu

karang di kawasan Selat Tiworo tersebar rata pada kedalaman 3-10 meter dengan substrat

Page 4: RANGKUMAN HASIL KEGIATAN - fdcunhas98.files.wordpress.com · Pengamatan kondisi ekosistem terumbu karang dilakukan pada 8 (delapan) pulau yang ada di KKLD Selat Tiworo, yakni Pulau

4 Humas FDC UNHAS [email protected] Widad Syammulia (011.XIV.AB.146) Reski Iin (011.XII.AM.173)

dasar perairan adalah pasir. KKPD Selat Tiworo, dibagi dalam 3 (tiga) zona yakni zona

perlindungan (zona inti) dengan luas 9.543,06 ha, zona pemanfaatan (budidaya dan

penangkapan) dengan luas 8.957,71 ha, dan Zona Wisata (Tourism Use Zone) dengan luas

3.080,91 ha.

Kependudukan

Berdasarkan data dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Muna

Tahun 2012, jumlah total penduduk di kawasan KKPD Selat Tiworo mencapai 6.897 jiwa

dengan rincian 3.411 laki – laki dan 3.486 perempuan.

Demografi

Berdasarkan sensus ekonomi kependudukan tahun 2010, jumlah populasi penduduk

Kabupaten Muna Barat adalah sebanyak 83.364 jiwa, dengan kepadatan penduduk mencapai

81,5 jiwa/km2. Masyarakat Kabupaten Muna Barat merupakan masyarakat heterogen yang

berpendudukan beragam suku. Suku utama yang mendiami daerah ini adalah Suku Muna,

selain itu di daerah ini dihuni pula oleh penduduk transmigran yang berasal dari Jawa, Bali

dan Maluku.

Pendidikan

Berdasarkan tingkat pendidikannya, persentase penduduk dewasa di kawasan KKLD

Selat Tiworo yang tidak pernah sekolah adalah 6,79 %, tidak tamat sekolah dasar 14,12 %,

tamat sekolah dasar 26,72 %, tidak tamat SMP/sederajat 2,16 %, tamat SMP/sedarajat 5,10

%, tidak tamat SMA/sederajat 0,71 %, tamat SMA 2,61 % dan tamat Diploma/S1 0,38 %,

sedangkan sisanya masih sekolah dan datanya tidak tersedia yakni 33,09 %. Dengan

demikian tingkat pendidikan masyarakat dewasa di KKPD Selat Tiworo sangat rendah yakni

didominasi oleh tamatan sekolah dasar kebawah sebesar 35,67 % dan yang memenuhi wajib

belajar 9 tahun hanya 8,8 % (Bappeda Kab. Muna dan Polesterang, 2005). Sedangkan

berdasarkan data survei pra kampanye pride KKLD Selat Tiworo tahun 2012 memperlihatkan

tingkat pendidikan nelayan di lokasi target KKLD Selat Tiworo adalah tidak pernah sekolah

4,7 %, tidak lulus SD 30,6 %, lulus sekolah dasar 47 %, lulus SMP10,4 dan sisanya

bersekolah di SMA dan sekolah SMA. Data ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan

nelayan di lokasi desa terget sangat rendah dan bahkan sekitar 5 % buta huruf.

Agama

Masyarakat Kabupaten Muna Barat sebagian besar beragama Islam dan hanya

sebagian kecil beragama Hindu dan Kristen Protestan. Minoritas Hindu dan Kristen

umumnya dapat dijumpai pada unit pemukiman transmigran.

Ekonomi Pendapatan daerah Kabupaten Muna Barat sangat ditunjang oleh bidang perkebunan

dan pertanian yang tersebar merata hampir diseluruh wilayah daerah Kabupaten Muna Barat.

Selain itu, di wilayah Kecamatan Tiworo Kepulauan juga menyumbang pendapatan daerah

dari sektor perikanan yang cukup besar.

Page 5: RANGKUMAN HASIL KEGIATAN - fdcunhas98.files.wordpress.com · Pengamatan kondisi ekosistem terumbu karang dilakukan pada 8 (delapan) pulau yang ada di KKLD Selat Tiworo, yakni Pulau

5 Humas FDC UNHAS [email protected] Widad Syammulia (011.XIV.AB.146) Reski Iin (011.XII.AM.173)

METODOLOGI

Waktu dan Lokasi Seluruh rangkaian kegiatan “Ekspedisi Dhelpinus 1” dilakukan selama 3 bulan mulai

dari tahap persiapan, survei, analisis data, dan penyusunan laporan hingga penyerahan

laporan. Cakupan wilayah kegiatan pendataan dilakukan dalam Kawasan Konservasi Perairan

Daerah Selat Tiworo dan sekitarnya meliputi 9 pulau yakni Pulau Mandike, P. Bero, P.

Santigi, P. Tiga, P. Tasipi, P. Maloang, Pulau Latoa, P. Balu, P. Ponda dan Pulau Indo.

Terumbu karang tepi tersebar di semua pulau tersebut terkecuali Pulau Balu dan Pulau Ponda

(Kawasan Mangrove) yang dijadikan stasiun pengamatan seperti yang dilihat pada

(gambar3.1) berikut,

Teknik Pengambilan Sampel

Penggunaan metode survei dalam menggambarkan kondisi terumbu karang disajikan

dalam bentuk struktur komunitas yang terdiri dari data persentase tutupan karang hidup dan

karang mati, jenis/spesies terumbu karang. Pengamatan dilakukan dengan metode Transek

Garis Segmen atau Point Intercept Transect (PIT). Metode PIT, merupakan salah satu

metode yang dikembangkan untuk memantau kondisi karang hidup dan biota pendukung

lainnya di suatu lokasi terumbu karang dengan cara yang mudah dan dalam waktu yang

cepat.

Metode ini dapat memperkirakan kondisi terumbu karang di daerah berdasarkan

persen tutupan karang batuhidup dengan mudah dan cepat. Secara teknis, metode Point

Intercept Transect (PIT) adalah cara menghitung persentutupan (% cover) substrat dasar

Gambar 3.1. Peta lokasi Ekspedisi Delphinus I

Page 6: RANGKUMAN HASIL KEGIATAN - fdcunhas98.files.wordpress.com · Pengamatan kondisi ekosistem terumbu karang dilakukan pada 8 (delapan) pulau yang ada di KKLD Selat Tiworo, yakni Pulau

6 Humas FDC UNHAS [email protected] Widad Syammulia (011.XIV.AB.146) Reski Iin (011.XII.AM.173)

secara acak, dengan menggunakan tali bertanda di setiap jarak 0,5 meter atau juga dengan

pita berskala (roll meter).

Analisis Data

Setelah melakukan pengamatan karang dengan metode PIT, dapat dihitung persentase

penutupan karang hidup dengan rumus sederhana sebagai beriku

Perhitungan persentase tutupan karang hidup dengan menjumlahkan persentase kehadiran

Acropora dan non-Acropora. Kondisi penilaian ekosistem terumbu karang berdasarkan

kisaran tingkat persentase penutupan karang (Gomez dan Yap 1988), yaitu :

Rusak, bila persen tutupan karang hidup antara 0-24,9%

Sedangbila persen tutupan karang hidup antara 25-49,9%

Baikbila persen tutupan karang hidup antara 50-74,9%, dan

Sangat baikapabila persen tutupan karang batu hidup 75-100%

X 100%

Jumlah tiap komponen

50 (Total Komponen) % tutupan Karang Hidup =

Page 7: RANGKUMAN HASIL KEGIATAN - fdcunhas98.files.wordpress.com · Pengamatan kondisi ekosistem terumbu karang dilakukan pada 8 (delapan) pulau yang ada di KKLD Selat Tiworo, yakni Pulau

7 Humas FDC UNHAS [email protected] Widad Syammulia (011.XIV.AB.146) Reski Iin (011.XII.AM.173)

HASIL KEGIATAN

Pengamatan kondisi ekosistem terumbu karang dilakukan pada 8 (delapan) pulau

yang ada di KKLD Selat Tiworo, yakni Pulau Mandike, Pulau Bero, Pulau Tiga, Pulau

Santigi, Pulau Latoa, Pulau Tasipi, Pulau Maloang, dan Pulau Indo. Jumlah stasiun

pengamatan kondisi terumbu karang di KKLD Selat Tiworo sebanyak 15 stasiun. Penentuan

stasiun pengamatan menggunakan metode RRA (Rapid Reef Assesment) dengan tujuan

melihat keanekaragaman terumbu karang yang masih dalam kategori baik serta mewakili

keseluruhan lokasi pengamatan pada masing-masing pulau. Untuk pendataan luas tutupan

digunakan metode Point Intersep Transek dengan panjang transek 25 m.

a. Pulau Mandike

Secara administrasi Pulau Mandike masuk dalam wilayah Desa Tiga Kecamatan

Tiworo Utara Kabupaten Muna Barat. Bentuknya relatif memanjang dari Timur ke Barat,

pada sisi Barat dan Timur jika terjadi surut terendah maka tedapat hamparan pasir yang

sangat panjang menjorok keluar (spit).

Secara geografis terletak pada 04039’29”- 04039’59” Lintang Selatan dan

122024’33”-122024’19”Bujur Timur dan berbatasan dengan:

- Utara : Pulau Kayuangin

- Timur : Pulau Masaringan

- Barat : Pulau Latoa

- Selatan : Pulau Belan-Belan Kecil

Gambar 4.2.1. Peta Pulau Mandike

Page 8: RANGKUMAN HASIL KEGIATAN - fdcunhas98.files.wordpress.com · Pengamatan kondisi ekosistem terumbu karang dilakukan pada 8 (delapan) pulau yang ada di KKLD Selat Tiworo, yakni Pulau

8 Humas FDC UNHAS [email protected] Widad Syammulia (011.XIV.AB.146) Reski Iin (011.XII.AM.173)

Pengamatan terumbu karang di Pulau Mandike terletak di bagian Barat dan Timur.

Kondisi topografi di ke 2 (dua) stasiun cukup landai dengan kedalaman 7-10 m dan

kemiringan lereng terumbu 40-500. Tipe terumbu di Pulau Mandike yaitu fringing reef

(karang tepi) yang memanjang dari arah Barat ke Timur.

Karang di Pulau Mandike tersebar rata pada kedalaman 7-10 m, sedangkan 10-15 m

sudah jarang ditemui karang, di kedalaman ini lebih didominasi oleh hamparan pasir yang

cukup luas. Hal ini jugalah yang mungkin menyebabkan faktor cukup keruhnya perairan pada

saat melakukan pendataan. Kondisi perairan pada saat pengamatan sangatlah keruh sehingga

cukup menyulitkan melakukan pendataan karena jarak pandang yang tidak terlalu baik.

Kondisi tutupan komponen karang untuk stasiun 1 masuk dalam kategori “rusak”

dengan total persentase karang hidup hanya sebesar 18 % yang terdiri dari Acropora 10 %

dan Non Acropora 8 %. Persentase karang mati sebesar 24 % yang terdiri dari patahan karang

Gambar 4.2.2. Pulau Mandike

Gambar 4.2.3.Pengambilan data karang dengan metode Point Intercept Transec (PIT) di pulau Mandike

Page 9: RANGKUMAN HASIL KEGIATAN - fdcunhas98.files.wordpress.com · Pengamatan kondisi ekosistem terumbu karang dilakukan pada 8 (delapan) pulau yang ada di KKLD Selat Tiworo, yakni Pulau

9 Humas FDC UNHAS [email protected] Widad Syammulia (011.XIV.AB.146) Reski Iin (011.XII.AM.173)

28%

24% 20%

4%

4% 20%

Persentase Kondisi (%) Ekosistem Karang

Stasiun 2 Pulau Mandike

AC NA DCA DC FS R

Gambar 4.2.4 Persentase kondisi (%) Ekosistem Karang stasiun I Pulau Mandike

Gambar 4.2.5 Persentase kondisi (%) Ekosistem Karang stasiun 2 Pulau Mandike

14 % dan karang yang mati ditumbuhi alga (DCA) 10 %. Persentase terbesar untuk stasiun 1

diwakili oleh Sand (pasir) sebesar 54 %.

Berdasarkan grafik di atas kondisi tutupan komponen karang untuk stasiun 2 masuk

dalam kategori “baik” dengan total persentase karang hidup sebesar 52 % yang terdiri dari

Acropora 28 % dan Non Acropora 24 %. Pada stasiun 2 persentase karang mati lebih tinggi

dibandingkan pada stasiun 1, dimana total persentase karang mati sebesar 44 % yang terdiri

dari dead coral algae 20 %, dead coral (pemutihan karang) 4% serta patahan karang 20 %.

Rusaknya terumbu karang di ke 2 stasiun Pulau Mandike mungkin lebih disebabkan

karena lokasi pengamatan yang merupakan jalur bagi kapal-kapal nelayan yang sering

10% 8%

2%

10%

1%

7%

54%

Persentase Kondisi (%) Ekosistem Karang

Stasiun 1 Pulau Mandike

AC NA SC DCA SP R S

Page 10: RANGKUMAN HASIL KEGIATAN - fdcunhas98.files.wordpress.com · Pengamatan kondisi ekosistem terumbu karang dilakukan pada 8 (delapan) pulau yang ada di KKLD Selat Tiworo, yakni Pulau

10 Humas FDC UNHAS [email protected] Widad Syammulia (011.XIV.AB.146) Reski Iin (011.XII.AM.173)

Gambar 4.2.6 Kondisi eksosistem karang di Pulau Mandike

melintas di area terumbu karang. Jangkar-jangkar kapal yang sedang berlabuh merupakan

salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadi patahan karang, ini dapat kita lihat dengan

besaran persentase patahan karang di 2 stasiun pengamatan (14 % stasiun 1 dan 20 % stasiun

2). Selain itu hasil survei pengamatan yang dilakukan menunjukan bahwa persentase karang

keras yang sudah cukup lama mati dan diselimuti alga (Dead Coral withAlgae-DCA) cukup

tinggi dijumpai pada 2 stasiun pengamatan. Banyak faktor yang mungkin menjadi penyebab

matinya karang batu ini dan kemudian terbentuk DCA, salah satunya adalah adanya

sedimentasi yang cukup tinggi yang berasal dari daratan utama dan ini sudah berlangsung

cukup lama.

Secara umum komposisi biotik dari ekosistem terumbu karang di Pulau Mandike

cukup bervariasi. Selain karang keras, juga ditemukan karang lunak (soft coral) 2 %, sponge

2%, serta makroalgae (flesy seawead) 4%. Kondisi terumbu karang pada saat survey

dilakukan tampak seperti Gambar,

a. Pulau Latoa

Pulau Latoa merupakan salah satu pulau yang termasuk dalam kawasan zona inti

pada KKPD Selat Tiworo dengan luas pulau sebesar 605,13 Ha. Luas total zona inti KKPD

selat Tiworo 9.543,06 Ha terdiri dari 5 pulau yakni Pulau Bangkolampe, Pulau Masalokaan,

Pulau Latoa, Pulau Sanggaleang dan Pulau Pasipi.

Pemanfaatan sumberdaya Pulau Latoa masih berupa alur pelayaran laut masyarakat.

Pulau Latoa memiliki ciri fisik utama sebagai Pulau mangrove. Luasan hutan mangrove pada

pulau ini sebesar 490,13 Ha. Pulau Latoa memiliki asosiasimurni antara 3 ekosistem penting

pesisir berupa hutan mangrove , padang lamun dan terumbu karang.

a

d

c

b

Page 11: RANGKUMAN HASIL KEGIATAN - fdcunhas98.files.wordpress.com · Pengamatan kondisi ekosistem terumbu karang dilakukan pada 8 (delapan) pulau yang ada di KKLD Selat Tiworo, yakni Pulau

11 Humas FDC UNHAS [email protected] Widad Syammulia (011.XIV.AB.146) Reski Iin (011.XII.AM.173)

2,0%

34,0%

18,0%

20,0%

10,0%

16,0%

Persentase Kondisi (%) Ekosistem Karang

Stasiun 1 Pulau Latoa

AC NA DCA DC FS R

Gambar 4.3.2 Persentase kondisi (%) Ekosistem karang pada stasiun I Pulau Latoa

Gambar 4.3.1 Peta Pulau Latoa

Berdasarkan metode RRA yang dilakukan di Pulau ini, pengamatan kondisi tutupan

karang di Pulau Latoa terdiri dari 2 stasiun pengamatan. Hasil survey yang dilakukan,untuk

stasiun 1 kondisi terumbu karangnya masuk dalam kategori “sedang” dengan jumlah

persentase karang hidup sebesar 36 % yang terdiri dari acropora 2 %, non acropora 34 %.

Komponen kondisi ekosistem terumbu karang Pulau Latoa disajikan pada gambar 7 dibawah

ini :

Page 12: RANGKUMAN HASIL KEGIATAN - fdcunhas98.files.wordpress.com · Pengamatan kondisi ekosistem terumbu karang dilakukan pada 8 (delapan) pulau yang ada di KKLD Selat Tiworo, yakni Pulau

12 Humas FDC UNHAS [email protected] Widad Syammulia (011.XIV.AB.146) Reski Iin (011.XII.AM.173)

28,0%

24,0% 20,0%

4,0%

4,0% 20,0%

Persentase Kondisi (%) Ekosistem Karang

Stasiun 2 Pulau Latoa

AC NA DCA DC FS R

Gambar 4.3.3 Persentase kondisi (%) Ekosistem karang pada stasiun 2 Pulau Latoa

Berdasarkan grafik diatas selain karang mati juga terdapat kematian karang

(bleaching) 20 % dan kematian karang dikarenakan ditumbuhi alga 18 %. Terjadinya

bleaching di suatu perairan disebabkan oleh 2 faktor utama yakni kenaikan suhu air laut yang

cukup ekstrim serta adanya biota pemangsa karang yaitu archanster planci (bintang laut

berduri). Patahan karang (R) juga ditemukan 16 % dan alga 10 %. Patahan karang

diperkirakan dari aktivitas penangkapan oleh nelayan yang biasa melakukan penangkapan

disekitar Pulau Latoa.

Berdasarkan grafik diatas selain karang mati juga terdapat kematian karang

(bleaching) 20 % dan kematian karang dikarenakan ditumbuhi alga 18 %. Terjadinya

bleaching di suatu perairan disebabkan oleh 2 faktor utama yakni kenaikan suhu air laut yang

cukup ekstrim serta adanya biota pemangsa karang yaitu Archantaster planci (bintang laut

berduri). Patahan karang (R) juga ditemukan 16 % dan alga 10 %.Patahan karang

diperkirakan dari aktivitas penangkapan oleh nelayan yang biasa melakukan penangkapan

disekitar Pulau Latoa.

b. Pulau Maloang

Pulau Maloang, pulau yang berukuran 6.17 Ha. Pulau ini merupakan zona wisata

pada KKLD Selat Tiworo. Luasan 3.080,91 Ha zona inti terdiri dari 4 pulau yakni Pulau

Indo, Pulau Masaringan, Pulau Simuang dan Pulau Maloang sendiri. Pulau ini juga memiliki

hutan mangrove dengan luasan 2.79 Ha. Pulau Maloang terbagi dua pulau, yakni Pulau

Maloang Besar dan Pulau Maloang Kecil.

Page 13: RANGKUMAN HASIL KEGIATAN - fdcunhas98.files.wordpress.com · Pengamatan kondisi ekosistem terumbu karang dilakukan pada 8 (delapan) pulau yang ada di KKLD Selat Tiworo, yakni Pulau

13 Humas FDC UNHAS [email protected] Widad Syammulia (011.XIV.AB.146) Reski Iin (011.XII.AM.173)

8,0%

24,0%

20,0% 20,0%

10,0%

8,0% 2,0% 8,0%

Persentase Kondisi (%) Ekosistem Karang

Stasiun 1 Pulau Maloang

AC NA DCA DC FS OT R S

Gambar 4.4.1 Peta Pulau Maloang

Gambar 4.4.2 Peersentase kondisi (%) ekosistem karang pada stsiun I Pulau Maloang

Pengamatan terumbu karang di Pulau Maloang terletak di bagian Utara dan barat.

Kondisi topografi di ke 2 (dua) stasiun cukup landai dengan kedalaman 7-20m dan

kemiringan lereng terumbu 75-800. Berdasarkan metode RRA yang digunakan lokasi ini

dipilih berdasarkan kondisi karang yang masih relatif baik dan cukup mewakili data luas

tutupan karang untuk Pulau Maloang. Kondisi terumbu karang di ke 2 (dua) stasiun disajikan

dalam diagram PIE di bawah ini.

Stasiun 1 Pulau Maloang memiliki persentase luas tutupan karang hidup 32 %, hal ini

mengindikasikan kondisi tutupan karang hidup stasiun 1 Pulau Maloang masuk dalam

kategori “baik”. Persentase karang kategori acropora 8 % dan non acropora 24 %.

Tingginya tutupan karang mati mencapai 40% dengan persentase masing-masing kematian

karang 20 %. Patahan karang 2 %, pasir 8 % dan alga 10 %. Stasiun 1 Pulau Maloang

ditemukan keanekaragaman other 8 % yang terdiri dari anemon laut dan coral mushroom dan

beberapa lilia laut.

Page 14: RANGKUMAN HASIL KEGIATAN - fdcunhas98.files.wordpress.com · Pengamatan kondisi ekosistem terumbu karang dilakukan pada 8 (delapan) pulau yang ada di KKLD Selat Tiworo, yakni Pulau

14 Humas FDC UNHAS [email protected] Widad Syammulia (011.XIV.AB.146) Reski Iin (011.XII.AM.173)

62,0%

10,0%

6,0%

4,0% 18,0%

Persentase Kondisi (%) Ekosistem Karang

Stasiun 2 Pulau Maloang

AC NA DCA OT R

Gambar 4.4.3 Persentase kondisi (%) ekosistem karang pada stsiun 2 Pulau Maloang

Gambar 4.4.4 Kondisi ekosistem terumbu karang Pulau Maloang

Stasiun 2 Pulau Maloang memiliki luas tutupan karang hidup yang tinggi dibanding

stasiun 1. Karang hidup kategori acropora mendominasi 62 %, non acropora 10 %. Secara

keseluruhan luas tutupan karang hidup stasiun 2 Pulau Maloang 72 %. Persentase karang

hidup stasiun 2 Pulau Maloang masuk dalam kategori “baik”. Ketegori lain yang

teridentifikasi adalah patahan karang 18 %, kematian karang ditumbuhi algae 6 % dan other

4 %.

Tingginya luas tutupan karang hidup stasiun 2 Pulau Maloang dikarenakan nelayan

yang menangkap dilokasi tersebut dibatasi. Lokasi ini sangat diperhatikan dan dijaga oleh

nelayan yang bermukim di Pulau Maloang.

c. Pulau Tasipi

Pulau Tasipi berada pada letak geografis 04037’9.9” (LS) dan 122

020’04.1” (BT).

Pulau ini memiliki 2 dusun dan 153 KK. Kawasan konservasi laut yang berada di Selat

Page 15: RANGKUMAN HASIL KEGIATAN - fdcunhas98.files.wordpress.com · Pengamatan kondisi ekosistem terumbu karang dilakukan pada 8 (delapan) pulau yang ada di KKLD Selat Tiworo, yakni Pulau

15 Humas FDC UNHAS [email protected] Widad Syammulia (011.XIV.AB.146) Reski Iin (011.XII.AM.173)

6,0%

40,0%

2,0%

12,0%

2,0% 6,0%

2,0%

24,0%

6,0%

Persentase Kondisi (%) Ekosistem Karang

Stasiun 1 Pulau Tasipi

AC NA SC DCA DC FS OT R S

Gambar 4.5.1 Peta Pulau Tasipi

Gambar 4.5.2 Persentase kondisi (%) ekosistem karang pada stasiun I Pulau Tasipi

Tiworo salah satunya adalah Pulau Tasipi. Sumber air masyarakat Pulau Tasipi berasal dari

Tondasi dan beberapa sumur.

Pengamatan terumbu karang di Pulau Tasipi terletak di bagian Barat dan Selatan.

Kondisi topografi di ke 2 (dua) stasiun cukup landai dengan kedalaman 7-20m dan

kemiringan lereng terumbu 45-60o.

Berdasarkan metode RRA yang digunakan lokasi ini dipilih berdasarkan kondisi karang yang

masih relatif baik dan cukup mewakili data luas tutupan karang untuk Pulau Tasipi. Kondisi

terumbu karang di ke 2 (dua) stasiun disajikan dalam diagram PIE di bawah ini.

Page 16: RANGKUMAN HASIL KEGIATAN - fdcunhas98.files.wordpress.com · Pengamatan kondisi ekosistem terumbu karang dilakukan pada 8 (delapan) pulau yang ada di KKLD Selat Tiworo, yakni Pulau

16 Humas FDC UNHAS [email protected] Widad Syammulia (011.XIV.AB.146) Reski Iin (011.XII.AM.173)

4,0%

30,0%

2,0%

4,0% 8,0% 2,0%

50,0%

Persentase Kondisi (%) Ekosistem Karang

Stasiun 2 Pulau Tasipi

AC NA SC DCA DC OT S

Gambar 4.5.3 Persentase kondisi (%) ekosistem karang pada stasiun 2 Pulau Tasipi

Gambar 4.6.1 Peta Pulau Santigi

Stasiun 1 Pulau Tasipi memiliki tutupan karang hidup antara 6 % - 40 %.Lokasi

pengamatan ini masuk dalam kategori “baik”. Kematian karang 2 % dan kematian karang

yang ditumbuhi alga 12 %. Tingginya patahan karang 24 % dikarenakan lokasi ini tidak jauh

dari tempat perahu nelayan dijangkarkan. Pengamatan dilokasi ini juga ditemukan soft coral

2 %, other 2 %, algae dan hamparan pasir masing-masing 6%.

Berdasarkan gambar 9, stasiun 2 Pulau Tasipi memiliki luas tutupan karang yang

masuk dalam ketegori “baik”.karang hidup non acropora 30% merupakan persentase

tertinggi karang hidup bila dibandingkan dengan acropora yang hanya 4%. Hamparan pasir

50 % mendominasi stasiun 2 Pulau Tasipi. Kematian karang berkisar 4 % - 8 %. Keberadaan

soft coral 2% menambah keragaman hayati bawah laut Pulau Tasipi dan serta other 2 %.

d. Pulau Santigi

Pengamatan terumbu karang di Pulau Santigi terletak di bagian Barat. Kondisi

topografi di stasiun cukup landai dengan kedalaman 7-15m dan kemiringan lereng terumbu

Page 17: RANGKUMAN HASIL KEGIATAN - fdcunhas98.files.wordpress.com · Pengamatan kondisi ekosistem terumbu karang dilakukan pada 8 (delapan) pulau yang ada di KKLD Selat Tiworo, yakni Pulau

17 Humas FDC UNHAS [email protected] Widad Syammulia (011.XIV.AB.146) Reski Iin (011.XII.AM.173)

42,0%

12,0%

6,0%

8,0%

32,0%

Persentase Kondisi (%) Ekosistem Karang

Stasiun 1 Pulau Santigi

AC NA DCA DC R

Gambar 4.6.2 Persentase kondisi (%) ekosistem karang pada stasiun I Pulau Santigi

40-50o. Berdasarkan metode RRA yang digunakan, lokasi ini dipilih berdasarkan kondisi

karang yang masih relatif baik dan cukup mewakili data luas tutupan karang untuk Pulau

Santigi. Kondisi terumbu karang di stasiun disajikan dalam diagram PIE di bawah ini.

Hasil pengamatan yang dilakukan dilapangan, kondisi tutupan ekosistem terumbu karang di

Pulau Santigi dikategorikan “baik” jumlah persentase karang hidup sebesar 54 % yang terdiri

dari 42 % acropora dengan karang yang paling dominan yaitu dari acropora bercabang, non

acropora 12 %. Sedangkan persentase karang mati sebesar 46 % terdiri dari DCA 6 %, rubble

32 % dan pemutihan karang 8 %.

Tingginya persentase patahan karang di lokasi pengamatan mengindikasikan bahwa

di lokasi ini telah banyak mendapatkan tekanan oleh aktivitas manusia. Pengunaan bom serta

alat tangkap seperti trawl dan pukat dapat menyebabkan karang mengalami patahan. Selain

itu adanya bleaching di lokasi pengamatan mengindikasikan telah terjadi peningkatan suhu

yang cukup tinggi, sehingga karang tidak dapat lagi mentolerir suhu air laut.

e. Pulau Tiga

Pengamatan terumbu karang di Pulau Tiga terletak di bagian Barat dan Timur.

Kondisi topografi di ke 2 stasiun cukup landai dengan kedalaman 15-20m dan kemiringan

lereng terumbu 40-50o. Berdasarkan metode RRA yang digunakan, lokasi ini dipilih

berdasarkan kondisi karang yang masih relatif baik dan cukup mewakili data luas tutupan

karang untuk Pulau Tiga. Kondisi terumbu karang di stasiun disajikan dalam diagram PIE di

bawah ini.

Page 18: RANGKUMAN HASIL KEGIATAN - fdcunhas98.files.wordpress.com · Pengamatan kondisi ekosistem terumbu karang dilakukan pada 8 (delapan) pulau yang ada di KKLD Selat Tiworo, yakni Pulau

18 Humas FDC UNHAS [email protected] Widad Syammulia (011.XIV.AB.146) Reski Iin (011.XII.AM.173)

Gambar 4.7.1 Peta Pulau Tiga

Gambar 4.7.2 Persentase kondisi (%) ekosistem karang pada stasiun 1 dan 2 Pulau Tiga

42,0%

2,0%

30,0%

4,0%22,0%

Persentase Kondisi (%)Ekosistem Karang

Stasiun 1 Pulau Tiga

AC NA DCA DC R

Hasil pengamatan yang dilakukan, untuk stasiun 1 dan 2 kondisi karangnya masuk

dalam kategori “baik” dengan komponen penyusunnya acropora 42 %, non acropora 2 %

(stasiun 1), dan untuk stasiun 2 acropora 16 %, non acropora 34 % (gambar 10). Sedangkan

persentase karang mati di 2 stasiun pengamatan juga cukup tinggi yakni 50-56 % . Persentase

dead coral algae merupakan yang terbesar tingkat kerusakannya sebesar 18-30 %, kemudian

patahan karang 16-22 % dan pemutihan karang 4-16 %. Lebih jelas kondisi terumbu karang

masing-masing stasiun disajikan pada gambar 10 sebagai berikut :

Tingginya persentase karang mati yang ditumbuhi alga dan patahan karang di pulau

ini mengindikasikan bahwa terumbu karang di pulau ini mengalami tekanan kerusakan yang

cukup parah. Menurut kepala desa setempat salah satu faktor yang menyebabkan kerusakan

terumbu karang di Pulau Tiga adalah penggunaan alat tangkap trawl yang dilakukan oleh

nelayan dari daerah lain. Penggunaan trawl yang sistem kerjanya menyapu dan mengeruk

dasar perairan dan dilakukan di area terumbu karang dapat menyebabkan kerusakan yang

sangat parah.

Page 19: RANGKUMAN HASIL KEGIATAN - fdcunhas98.files.wordpress.com · Pengamatan kondisi ekosistem terumbu karang dilakukan pada 8 (delapan) pulau yang ada di KKLD Selat Tiworo, yakni Pulau

19 Humas FDC UNHAS [email protected] Widad Syammulia (011.XIV.AB.146) Reski Iin (011.XII.AM.173)

Gambar 4.7.3 kondisi ekosistem terumbu karang Pulau Tiga

Gambar 4.8.1 Peta Pulau Bero

f. Pulau Bero

Pengamatan terumbu karang di Pulau Santigi terletak di bagian Barat. Kondisi

topografi di stasiun cukup landai dengan kedalaman 7-15m dan kemiringan lereng terumbu

40-50o. Berdasarkan metode RRA yang digunakan, lokasi ini dipilih berdasarkan kondisi

karang yang masih relatif baik dan cukup mewakili data luas tutupan karang untuk Pulau

Santigi. Kondisi terumbu karang di stasiun disajikan dalam diagram PIE di bawah ini :

Page 20: RANGKUMAN HASIL KEGIATAN - fdcunhas98.files.wordpress.com · Pengamatan kondisi ekosistem terumbu karang dilakukan pada 8 (delapan) pulau yang ada di KKLD Selat Tiworo, yakni Pulau

20 Humas FDC UNHAS [email protected] Widad Syammulia (011.XIV.AB.146) Reski Iin (011.XII.AM.173)

54,0%

12,0%

16,0%

4,0% 8,0%

6,0%

Persentase Kondisi (%) Ekosistem Karang

Stasiun 1 Pulau Bero

AC NA DCA DC SI R

Gambar 4.8.2 Persentase kondisi (%) ekosistem karang pada stasiun I Pulau Bero

Gambar 4.8.3 kondisi ekosistem terumbu karang di Pulau Bero

Berdasarkan grafik diatas, kondisi tutupan karang di lokasi pengamatan masih sangat

bagus dengan persentase karang hidup mencapai 66 % dengan komponen biotik penyusunnya

acropora 54 % yang didominasi oleh karang bercabang dari spesies Acropora formosa dan

non acropora 12 %. Dengan persentase karang hidup yang 66 % maka untuk lokasi ini

kategori tutupan karangnya masuk dalam kategori “baik”.

Selain persentase karang hidup, berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di

lapangan juga dijumpai beberapa karang mati yang ditumbuhi alga (DCA) 16 %, bleaching 4

% dan patahan karang 6 %.Sedangkan untuk komponen abiotik diwakili oleh pasir halus

sebesar 8 %.

Faktor adanya patahan karang yang hanya sebesar 6 % mengindikasikan di lokasi ini

penggunaan bahan peledak sangat kurang dilakukan. Kematian karang di lokasi ini lebih

disebabkan oleh proses sedimentasi yang berlangsung cukup lama sehingga menyebabkan

kematian karang yang ditumbuhi alga, hal ini disebabkan karena tidak adanya penghalang

seperti ekosistem padang lamun yang dapat berfungsi sebagai penghalang dan penyaring

sedimen yang akan masuk ke laut.

Page 21: RANGKUMAN HASIL KEGIATAN - fdcunhas98.files.wordpress.com · Pengamatan kondisi ekosistem terumbu karang dilakukan pada 8 (delapan) pulau yang ada di KKLD Selat Tiworo, yakni Pulau

21 Humas FDC UNHAS [email protected] Widad Syammulia (011.XIV.AB.146) Reski Iin (011.XII.AM.173)

Gambar 4.9.1 Peta Pulau Indo

g. Pulau Indo

Berdasarkan metode awal yang digunakan yaitu RRA untuk Pulau Indo jumlah

stasiun pengamatan sebanyak 3 stasiun.Terumbu karang di Pulau ini tersebar rata

mengelilingi pulau dengan kedalaman terumbu karangnya 7-10 m. Sama halnya dengan

pulau-pulau lain yang ada di KKPD Selat Tiworo, kondisi topogrofi Pulau Indo juga relatif

dangkal.Kondisi terumbu karang di Pulau ini cukup bervariasi dari rusak, sedang dan sangat

baik.Berdasarkan hasil pengamatan menggunakan metode PIT pada 3 stasiun diperoleh nilai

tutupan karang dan komponen terumbu karang lainnya. Kondisi terumbu karang yang

“sangat bagus” dengan tutupan karang hidup 76 % tercatat dari stasiun 3 yang terletak di

sebelah Utara Pulau Indo tepatnya pada zona rataan terumbu kedalaman 5 m. Sementara

kondisi terumbu karang yang tergolong “sedang” dengan persentase tutupan karang hidup 36

% dapat dilihat pada stasiun 1. Kondisi terumbu karang dengan kategori “rusak” atau

tutupan karang (< 25 %) terdapat di stasiun 2 dengan persentase karang hidup hanya 24 %.

Dalam kondisi rusak terumbu karang didominasi oleh tutupan rubble (R) dan karang mati

(DCA).

Terumbu karang Pulau Indo umumnya didominasi oleh tutupan karang mati tertutupi

alga (DCA) dan rubble (R). Komponen DCA terbesar terdapat di stasiun 2 dan 3 dengan

jumlah persentase kerusakan 40-50 %. Hal ini sebagai refleksi dari karang mati dalam bentuk

utuh dalam waktu yang sudah lama. Selain itu lokasi Pulau ini cukup dekat dengan pelabuhan

barang serta daratan utama sehingga memungkinkan mendapatkan pasokan dan buangan

limbah secara terus menerus. Komponen patahan karang yang terdapat di 3 stasiun bisa jadi

disebabkan oleh aktifitas manusia di area terumbu karang, hal ini dikarenakan Pulau Indo

merupakan tempat destinasi wisata bagi masyarakat Kabupaten Muna Barat. Masyarakat

yang tidak tahu akan fungsi dan peran terumbu karang melakukan kerusakan baik itu

disengaja (menginjak karang pada saat melakukan snorkeling) maupun tidak disengaja.

Selain itu pulau ini juga sering dijadikan sebagai tempat persinggahan oleh nelayan. Jangkar

kapal nelayan yang berlabuh di pulau merupakan salah satu faktor terjadinya patahan karang.

Berikut kondisi tutupan karang Pulau Indo di 3 stasiun pengamatan yang disajikan dalam

diagram dibawah ini :

Page 22: RANGKUMAN HASIL KEGIATAN - fdcunhas98.files.wordpress.com · Pengamatan kondisi ekosistem terumbu karang dilakukan pada 8 (delapan) pulau yang ada di KKLD Selat Tiworo, yakni Pulau

22 Humas FDC UNHAS [email protected] Widad Syammulia (011.XIV.AB.146) Reski Iin (011.XII.AM.173)

14,0%

62,0%

4,0%

6,0%4,0% 4,0% 6,0%

Persentase Kondisi (%)Ekosistem Karang

Stasiun 3 Pulau Indo

AC NA SC DCA SP R S

Gambar 4.9.2 Persentase kondisi (%) ekosistem karang pada stasiun 1,2 dan 3 di Pulau Indo

Gambar 4.9.3 Kondisi ekosistem terumbu karang di Pulau Indo

Keanekaragaman biota di Pulau Indo cukup bervariasi dari hasil survei yang

dilakukan di 3 stasiun pengamatan terdapat beberapa komponen biotik seperti soft coral,

sponge, ascidian, kima serta beberapa jenis anemon.

Page 23: RANGKUMAN HASIL KEGIATAN - fdcunhas98.files.wordpress.com · Pengamatan kondisi ekosistem terumbu karang dilakukan pada 8 (delapan) pulau yang ada di KKLD Selat Tiworo, yakni Pulau

23 Humas FDC UNHAS [email protected] Widad Syammulia (011.XIV.AB.146) Reski Iin (011.XII.AM.173)

c

b

b

b

a

b

f

b

d

b

e

b

Gambar 4.9.4 Kondisi ekosistem terumbu karang di Pulau Indo

.

Page 24: RANGKUMAN HASIL KEGIATAN - fdcunhas98.files.wordpress.com · Pengamatan kondisi ekosistem terumbu karang dilakukan pada 8 (delapan) pulau yang ada di KKLD Selat Tiworo, yakni Pulau

24 Humas FDC UNHAS [email protected] Widad Syammulia (011.XIV.AB.146) Reski Iin (011.XII.AM.173)

KESIMPULAN

SIMPULAN

1) Tipe terumbu karang yang ada di KKPD Selat Tiworo adalah karang tepi (fringing reef)

dengan kedalaman terumbu berkisar 10-15 m.

2) Kondisi terumbu karang KKPD Selat Tiworo masuk dalam kategori “SEDANG” dengan

rata-rata persentase karang hidup sebesar 46 %. Kerusakan yang terjadi lebih disebabkan

oleh alat tangkap yang tidak ramah lingkungan seperti trawl dan bom.

3) Persentase karang hidup KKPD Selat Tiworo cukup bervariasi dari rusak, baik, sedang

dan sangat baik. Persentase karang hidup yang paling rendah terletak di stasiun 1 Pulau

Mandike sebesar 18 % termasuk kategori “RUSAK”, sedangkan persentase karang hidup

paling tinggi berada pada stasiun 3 Pulau Indo dengan persentase karang hidup mencapai

76 % dan masuk dalam kategori “SANGAT BAIK”.

Kerusakan terumbu karang di KKPD Selat Tiworo sebagian besar diakibatkan oleh

alat tangkap yang tidak ramah lingkungan seperti penggunaan trawl, bom serta bius hal ini

disebabkan karena status terumbu karang yang open acces, menjadikan area terumbu karang

sebagai target utama dalam melakukan penangkapan. Untuk melindungi kawasan terumbu

karang agar tetap lestari dan berkelanjutan, oleh karena itu diperlukan sebuah strategi dan

kebijakan dalam mengelola terumbu karang yang ada dalam Kawasan Konservasi Perairan

Daerah Selat Tiworo.Kebijakan dan strategi yang diambil harus dapat mengakomodasi semua

kepentingan yang terlibat.

REKOMENDASI UNTUK IMPLEMENTASI DAN KEBIJAKAN

Menyimak hasil dari kegiatan “Ekspedisi Dhelpinus I” dengan kajian penelitianKondisi

Biofisik Ekosistem Perairan Laut Pada Kawasan Konservasi Perairan Daerah Selat Tiworo,

serta hasil wawancara dengan masyarakat dan Dinas Kelautan dan Perikanan Muna Barat,

beberapa rekomendasi implementasi dari kebijakan yang bisa diusulkan dalam laporan ini,

yakni :

1) Memberikan bimbingan teknis dan manajemen usaha dan permodalan serta

meningkatkan peluang berusaha kepada nelayan melalui program kemitraan antara

pemerintah, swasta, dan stakeholders lainnya. Strategi ini dimaksudkan agar

masyarakat tidak menggantungkan hidupnya secara terus menerus pada ekosistem

dan sumberdaya yang terdapat pada terumbu karang.

2) Melakukan monitoring terumbu karang yang dilakukan dua kali dalam setahun (tiap

enam bulan)mengingat perubahan degrasasi terumbu karang demikian cepat

dibanding prosesperbaikannya.

3) Untuk mendukung pelaksanaan monitoring sebaiknya dilakukan pemasangan transek

permanen agar lokasi penarikan transek tidak berubah-ubah dan informasi data

mengenai kondisi karang yang masuk tidak berbeda-beda.

4) Pelaksanaan monitoring terumbu karang dilakukan oleh tenaga terdidik

danspesialisasi dan bekerjasama dengan lembaga penelitian dan atau

universitassehingga menghasilkan output data yang bisa dipercaya dan bermanfaat

gunasebagai dasar bagi pengelolaan KKPD Selat Tiworo.

Page 25: RANGKUMAN HASIL KEGIATAN - fdcunhas98.files.wordpress.com · Pengamatan kondisi ekosistem terumbu karang dilakukan pada 8 (delapan) pulau yang ada di KKLD Selat Tiworo, yakni Pulau

25 Humas FDC UNHAS [email protected] Widad Syammulia (011.XIV.AB.146) Reski Iin (011.XII.AM.173)

5) Pengelolaan sumberdaya alam KKPD Selat Tiworo harus berbasis datadan kajian

saintifik dan social behavior agar tidak terjadi mismanagement.

6) Untuk menghindari kejadian kerusakan terumbu karang yang lebih lanjut akibat

ulahmanusia (nelayan perusak), KKPD Selat Tiworo harus diperkuat olehsistem

pengawasan (monitoring dan surveilance) yang ketat. Untuk itu, dibutuhkan tenaga

pengawas yang tangguh yang berasaldari orang-orang lokal berbasis kelautan dan

perikanan yang terlatih. Pengawasanharus didukung oleh peralatan dan bahan yang

memadai seperti speed boat,peralatan radio komunikasi dan Bahan Bakar Minyak

(BBM) yang cukup.

7) Melakukan rehabilitasi secepatnya terhadap ekosistem yang telah rusak di KKPD

Selat Tiworo agar fungsi ekologi dari ekosistem tersebut dapat berjalan dengan

optimal dan berkesinambungan.

8) Membuat alur pelayaran untuk jalur kapal-kapal nelayan agar tidak melintas di area

kawasan terumbu karang.