ANALISIS YURIDIS PERJANJIAN JUAL BELI PULAU-PULAU …
Transcript of ANALISIS YURIDIS PERJANJIAN JUAL BELI PULAU-PULAU …
ANALISIS YURIDIS PERJANJIAN JUAL BELI PULAU-PULAU KECIL
KEPADA WARGA NEGARA ASING DALAM PERSPEKTIF HUKUM
AGRARIA DI INDONESIA
Skripsi
oleh
Adelya Hiqmatul Maula
21701021031
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
MALANG
2021
i
ANALISIS YURIDIS PERJANJIAN JUAL BELI PULAU-PULAU KECIL
KEPADA WARGA NEGARA ASING DALAM PERSPEKTIF HUKUM
AGRARIA DI INDONESIA
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Memperoleh Gelar
Kesarjanaan Dalam Ilmu Hukum
oleh
Adelya Hiqmatul Maula
21701021031
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
MALANG
2021
RINGKASAN
ANALISIS YURIDIS PERJANJIAN JUAL BELI PULAU-PULAU KECIL
KEPADA WARGA NEGARA ASING DALAM PERSPEKTIF HUKUM
AGRARIA DI INDONESIA
Adelya Hiqmatul Maula
Fakultas Hukum Universitas Islam Malang
Pada skripsi ini, penulis mengangkat permasalahan Analisis Yuridis
Perjanjian Jual Beli Pulau-Pulau Kecil kepada Warga Negara Asing dalam
Perspektif Hukum Agraria di Indonesia. Pilihan tema tersebut dilatarbelakangi
oleh banyaknya kasus perjanjian jual beli Pulau-Pulau Kecil di Indonesia,
khususnya warga negara asing yang lebih tertarik untuk menguasai hak atas tanah
pada suatu pulau karena banyaknya potensi yang dapat dimanfaatkan di dalam
Pulau-Pulau Kecil tersebut.
Berdasarkan latar belakang tersebut, karya tulis ini mengangkat rumusan
masalah sebagai berikut: 1. Apa yang melatarbelakangi terjadinya perjanjian jual
beli Pulau-Pulau Kecil kepada Warga Negara Asing di wilayah Indonesia? 2.
Bagaimana akibat hukum setelah terjadinya perjanjian jual beli Pulau-Pulau Kecil
di wilayah Indonesia kepada Warga Negara Asing dalam perspektif hukum
agraria? 3. Bagaimana peran Pemerintah Daerah dalam melindungi Pulau-Pulau
Kecil di wilayah Indonesia?
Penelitian ini merupakan penelitian yuridis normatif dengan menggunakan
pendekatan undang-undang dan pendekatan konseptual. Pengumpulan bahan
hukum dengan cara menganalisis dan studi literatur atau kepustakaan terhadap
bahan hukum primer dan sekunder yang berkaitan dengan objek penelitian.
Selanjutnya data yang diperoleh dikaji dan dianalisis dengan pendekatan-
pendekatan yang digunakan dalam penelitian untuk menjawab isu hukum dalam
penelitian ini.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, latar belakang terjadinya
perjanjian jual beli Pulau-Pulau Kecil kepada Warga Negara Asing di wilayah
Indonesia dipengaruhi oleh beberapa aspek, yaitu: aspek yuridis, aspek sosial
ekonomi, aspek politik, aspek land management, dan aspek ekologis. Akibat
hukum setelah terjadinya perjanjian jual beli Pulau-Pulau Kecil di wilayah
indonesia kepada warga asing dalam perspektif hukum agraria, menyebabkan
adanya akibat hukum berupa perubahan status hak atas tanah yaitu berupa Hak
Pakai dan Hak Sewa. Selain itu dalam hal properti orang asing juga dapat
memperoleh Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun yang bisa saja dimanfaatkan
untuk menguasai tanah di Indonesia.
Peran Pemerintah Daerah sebagai bentuk perlindungan terhadap Pulau-
Pulau Kecil diantaranya yaitu, adanya Peraturan Daerah yang secara khusus
mengatur mengenai ketentuan peruntukan serta pengelolaan Pulau-Pulau Kecil;
adanya rencana zonasi yang dibuat oleh Pemerintah Daerah sehingga
memudahkan dalam menentukan arah penggunaan sumber daya pada tiap
kawasan, dan dibuatnya aturan mengenai Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil, dimana hal tersebut sangat berguna untuk melindungi kelestarian
kawasan pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
Kata Kunci: Jual Beli, Pulau-Pulau Kecil, Hak Atas Tanah, Warga Negara Asing
SUMMARY
JURIDICAL ANALYSIS OF SALE AND PURCHASE AGREEMENTS OF
SMALL ISLANDS TO FOREIGN CITIZENS IN THE PERSPECTIVE OF
AGRARIAN LAW IN INDONESIA
Adelya Hiqmatul Maula
Faculty of Law, Universitiy of Islam Malang
In this thesis, the author raises the problem of Juridical Analysis of Small
Islands Sale and Purchase Agreements to Foreign Citizens in the Perspective of
Agrarian Law in Indonesia. The choice of this theme is motivated by the many
cases of sale and purchase agreements for Small Islands in Indonesia, especially
foreign citizens who are more interested in controlling land rights on an island
because of the many potentials that can be exploited in these Small Islands.
Based on this background, this paper raises the following problem
formulations: 1. What is the background for the sale and purchase agreement of
Small Islands to foreigners in Indonesian territory? 2. What is the legal
consequence after the sale and purchase agreement of Small Islands in the
territory of Indonesia to foreign citizens from the perspective of agrarian law? 3.
What is the role of the Regional Government in protecting the Small Islands in the
territory of Indonesia?
This research is a normative juridical study using a statute approach and a
conceptual approach. Collecting legal materials by analyzing and studying
literature or literature on primary and secondary legal materials related to the
object of research. Furthermore, the data obtained is reviewed and analyzed with
the approaches used in research to answer legal issues in this study.
The results of this study indicate that the background of the sale and
purchase agreement of Small Islands to foreigners in the territory of Indonesia is
influenced by several aspects, namely: juridical aspects, socio-economic aspects,
political aspects, land management aspects, and ecological aspects. The legal
consequences after the sale and purchase agreement of Small Islands in
Indonesian territory to foreigners in the perspective of agrarian law, lead to legal
consequences in the form of changes in the status of land rights, namely in the
form of Use Rights and Lease Rights. Besides, in the case of property, foreigners
can also obtain ownership rights to apartment units which can be used to control
land in Indonesia.
The role of the Regional Government as a form of protection for Small
Islands, among others, is the existence of a Regional Regulation which
specifically regulates the provisions of the designation and management of Small
Islands; There is a zoning plan made by the Regional Government to make it
easier to determine the direction of resource use in each area, and the making of
regulations regarding Coastal Conservation Areas and Small Islands, which are
very useful for protecting the preservation of coastal areas and Small Islands.
Keywords: Buying and Selling, Small Islands, Land Rights, Foreign Citizens
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah negara yang memiliki beberapa julukan di mata
dunia, salah satunya adalah dijuluki dengan “Negara Seribu Pulau”. Aris,
Wawargita, dan Dwi sebagaimana dikutip dari Dirjen KP3K, Kementrian
Kelautan dan Perikanan mengemukakan pulau-pulau di Indonesia berjumlah
17.504 pulau di antaranya adalah 8.651 pulau yang sudah bernama dan 8.853
pulau yang belum bernama. Kemudian dikemukakan pula sebanyak 9.842
pulau yang telah diverifikasi dan 4.981 pulau yang sudah didaftarkan ke
PBB.1
Menurut data kewilayahan Republik Indonesia yang dikaji oleh Badan
Informasi Geospasial (BIG) dan Pusat Hidrografi dan Oseanografi
(Pushidros) TNI AL sebagai data rujukan nasional, menyatakan bahwa luas
total perairan Indonesia sebesar 6,4 juta km², dengan 290 ribu km² luas laut
teritorial, luas perairan pedalaman dan perairan kepulauan Indonesia sebesar
3,110 juta km², serta 3 juta km² luas perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)2
membuktikan bahwa luas laut wilayah Indonesia lebih luas dari wilayah
daratan sehingga memberikan banyak potensi nilai ekonomi yang tinggi
namun juga memberikan kewaspadaan dan pengawasan yang lebih lagi dalam
mengelola pulau-pulau tersebut.
1 Aris Subagiyo, Wawargita Permata Wijayanti, Dwi Maulidatuz Zakiyah, (2017),
Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil, Malang: UB Media. hlm.3.
2 Biro Komunikasi, Kementrian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, (2018),
Menko Maritim Luncurkan Data Rujukan Wilayah Kelautan Indonesia, diakses dari
https://maritim.go.id/menko-maritim-luncurkan-data-rujukan-wilayah-kelautan-indonesia/ pada
tanggal 12 September 2020.
2
Dalam UUD 1945 ketentuan Pasal 33 ayat (3) menyatakan bahwa
“Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
Klausul tersebut memberikan pengertian bahwa segala sumber kekayaan alam
yang ada di Indonesia digunakan untuk kemakmuran rakyat, termasuk juga
kekayaan alam berupa Pulau-Pulau Kecil yang harus dikelola dan dilindungi
dengan baik agar kelestarian alam dan perlindungan hukumnya tetap terjaga.
Diatur pula dalam dasar ketentuan pokok agraria yaitu yang tertuang
dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960
tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria yang kemudian disebut UUPA
menyatakan bahwa “Seluruh bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan
alam yang terkandung di dalamnya dalam wilayah Republik Indonesia
sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa adalah bumi, air dan ruang angkasa
bangsa Indonesia dan merupakan kekayaan nasional”.
Pada tahun 2002 menjadi tahun pembelajaran bagi bangsa Indonesia
mengenai sengketa Pulau Sipadan dan Ligitan yang terjadi dengan Malaysia.
Sesuai dengan keputusan Mahkamah Internasional (MI) pada saat itu
Malaysia berhasil memenangkan kepemilikan atas Pulau Sipadan dan Ligitan.
Indonesia pada saat itu sedang lengah karena membiarkan kedua pulau yang
terletak di sebelah Timur Kalimantan, wilayah Selat Makassar dan Laut
Sulawesi ini terlantar. Keputusan MI tidak mempertimbangkan adanya
pelanggaran status quo oleh negara Malaysia dengan membangun resort
pariwisata di pulau yang masih bersengketa saat itu. Tetapi keputusan yang
diambil berdasarkan voting oleh para hakim dan Malaysia berhasil
3
menunjukkan pelaksanaan ordonansi seperti pembuatan wilayah suaka
burung dan pengaturan pengambilan telur penyu terhadap pulau-pulau
tersebut.
Perdebatan isu jual beli pulau di Indonesia sudah ada sejak tahun
2007, kemudian terbukti pada tahun 2009 melalui website
privateislandsonline.com beberapa pulau di Indonesia diiklankan untuk
diperdagangkan. Beberapa di antaranya yaitu Pulau Makaroni, Pulau Kandui
dan Pulau Siloinak.3 Hal ini jelas bertentangan dengan peraturan yang sudah
ditetapkan dalam UUPA, terlebih lagi jika transaksi jual beli pulau tersebut
dilakukan antara warga lokal kepulauan sekitar dengan warga negara asing
yang tidak mempunyai hak atas kepemilikan suatu tanah ataupun pulau di
tanah Republik Indonesia.
Di dalam UUPA pula disebutkan Warga Negara Asing (WNA) hanya
memiliki status hak tanah yaitu Hak Pakai selama ingin memiliki tempat
tinggal atau mendirikan usaha di Indonesia. Hak Pakai yang diberikan itu
tidak menjadikan warga asing memiliki hak sepenuhnya atas kepemilikan
tanah tersebut, hal inilah yang menjadi perdebatan hukum atas hak atas tanah
yang disalahgunakan menjadi Hak Milik.
Dalam Pasal 26 ayat (2) Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5
Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria menyatakan
bahwa:
“Setiap jual-beli, penukaran, penghibahan, pemberian dengan wasiat
dan perbuatan-perbuatan lain yang dimaksudkan untuk langsung atau
3 Zulfi Suhendra, Deretan Pulau RI Dijual Online Sejak 2009, (2018),
https://finance.detik.com/properti/d-3817335/deretan-pulau-ri-yang-dijual-online-sejak-2009,
diakses 12 September 2020 jam 11.05 WIB.
4
tidak langsung memindahkan Hak Milik kepada orang asing, kepada
seorang warganegara yang disamping kewarganegaraan Indonesia
mempunyai kewarganegaraan asing atau kepada suatu badan hukum,
kecuali yang ditetapkan oleh Pemerintah termaksud dalam Pasal 21
ayat 2, adalah batal karena hukum dan tanahnya jatuh kepada
negara, dengan ketentuan, bahwa pihak-pihak lain yang
membebaninya tetap berlangsung serta semua pembayaran yang telah
diterima oleh pemilik tidak dapat dituntut kembali”.
Pada ayat ini memberikan ketentuan siapa yang tidak dapat memiliki
tanah yaitu dituangkan dalam Pasal 21 ayat (1) berbunyi “Hanya warganegara
Indonesia dapat mempunyai Hak Milik”, sehingga warga negara asing tidak
memiliki hak atas tanah maupun pulau di wilayah Indonesia.
Namun, harus diakui bahwa di dalam UUPA masih belum mampu
secara tuntas menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada dan
berkaitan dengan pemilikan dan penguasaan tanah dan sumber daya alam
baik mengenai dualisme hukum peninggalan penjajah maupun hukum adat,
yang bersendikan eksploitasi dan feodalisme, maupun perencanaan
penggunaan tanah belum maksimal sehingga dalam praktik banyak orang
asing yang mengusai tanah dengan status hak milik.4
Di tahun 2018 juga terdapat konflik yang sempat ramai diberitakan
yaitu, wisatawan lokal yang hendak memasuki Pulau Bangkungan Besar atau
Virgin Cocoa ini diusir oleh bule yang berada di pulau yang dijadikan resort
privat dengan harga jutaan rupiah bagi setiap pengunjung. Pasalnya dalam
Pasal 26A ayat (4) huruf b Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil menyebutkan persyaratan izin
4 Diyan Isnaeni, Kebijakan Landreform Sebagai Penerapan Politik Pembaharuan Hukum
Agraria Yang Berparadigma Pancasila, Jurnal Ketahanan Pangan, Volume 1, Nomer 2, Desember
2017, hlm 83-97.
5
Penanaman Modal Asing harus menjamin akses publik, sehingga sudah jelas
pemilik resort tersebut tidak memenuhi syarat itu. Dan hal ini akan mudah
terulang kembali jika izin pengelolaan pulau kecil dipermudah akan tetapi
dalam hal pengawasannya masih lemah.5
Disebutkan pula dalam Pasal 9 ayat (2) Peraturan Menteri Agraria
Dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia
Nomor 17 Tahun 2016 tentang Penataan Pertanahan Di Wilayah Pesisir Dan
Pulau-Pulau Kecil,
“Pemberian Hak Atas Tanah di Pulau-Pulau Kecil harus
memperhatikan ketentuan sebagai berikut:
a. penguasaan atas Pulau-Pulau Kecil paling banyak 70% (tujuh
puluh persen) dari luas pulau, atau sesuai dengan arahan rencana
tata ruang wilayah provinsi/kabupaten/kota dan/atau rencana
zonasi pulau kecil tersebut;
b. sisa paling sedikit 30% (tiga puluh persen) luas pulau kecil yang
ada dikuasai langsung oleh negara dan digunakan dan
dimanfaatkan untuk kawasan lindung, area publik atau
kepentingan masyarakat; dan
c. harus mengalokasikan 30% (tiga puluh persen) dari luas pulau
untuk kawasan lindung.”
Dirjen Pengelolaan Ruang Laut KKP Aryo Hanggono dalam
wawancaranya di siaran pers Jakarta menjelaskan,
“Satu pulau itu paling sedikit 30 persen dikuasai langsung oleh
negara dan paling banyak 70 persen dari luas pulau dapat
dimanfaatkan oleh pelaku usaha. Dari 70 persen itu pun pelaku usaha
wajib mengalokasikan 30 persen untuk ruang terbuka hijau, artinya
hanya 49 persen dari luas pulau yang boleh (dimanfaatkan). 51
persen akan dikonservasi”6
Pengelolaan atas Pulau-Pulau Kecil dimaksudkan agar setiap orang
ataupun badan hukum yang ingin memanfaatkan tanah di suatu pulau kecil
5 Septyan Bayu Anggara, Bule Mengusir Wisatawan Lokal Yang Berkunjung Ke Pulau
Bangkungan, Apakah Pulau Ini Dikuasai Asing?, (2018), https://www.hipwee.com/travel/bule-
mengusir-wisatawan-lokal-yang-berkunjung-ke-pulau-bakungan-apakah-pulau-ini-dikuasai-asing/,
diakses 12 September 2020, jam 18.30 WIB.
6 Nidia Zuraya, Jual Beli Pulau, Ini Aturan Kepemilikan Pulau Di Indonesia, (2020),
https://republika.co.id/berita/qfyny9383/jual-beli-pulau-ini-aturan-kepemilikan-pulau-di-indonesia,
diakses 12 September 2020, jam 11.05 WIB.
6
harus memerhatikan keaslian alam tersebut karena pada ketentuannya Pulau-
Pulau Kecil merupakan pulau yang dilindungi oleh negara karena
kemanfaatannya digunakan untuk kepentingan nasional, dalam aspek
pengembangan di bidang sosial, ekonomi, budaya, lingkungan yang
diperuntukkan baik untuk masyarakat maupun bagi generasi yang akan
datang. Selain itu pemanfaatan Pulau-Pulau Kecil harus didasarkan pada
kesatuan ekologis dan ekonomis secara menyeluruh dan terpadu dengan pulau
besar di dekatnya.
Ketentuan lain juga diatur dalam Pasal 36, 37, 42, 43, 44, dan 45
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil. Dalam undang-undang ini menyebutkan bahwa
Pulau-Pulau Kecil tersebut dikelola untuk kepentingan penelitian, pendidikan,
pelatihan, konservasi dan wisata bahari, maka dari itu pulau ini bersifat
terbuka untuk publik sehingga tidak dapat dimiliki secara pribadi.
Salah satu pulau kecil yang tak berpenghuni bernama Pulau Ajab di
Kepulauan Riau dijual dengan harga $3,3 juta USD atau sekitar Rp 44 Miliar
yang diiklankan dalam situs website privateislandsonline.com. Sejak pertama
kalinya muncul isu jual beli pulau di Indonesia, laman
privateislandsonline.com adalah salah satu sumber dalam mengiklankan jual
beli pulau Indonesia yang sudah terkenal memperjualbelikan beberapa pulau
di Indonesia dengan harga-harga yang fantastis. Dalam pengiklankannya
terhadap Pulau Ajab terdapat beberapa rincian seperti harga, lokasi, luas
pulau, status kepemilikan pulau, dan lain-lain. Pada status kepemilikan yang
ditawarkan bertuliskan freehold yang jika diartikan dalam istilah properti
7
berarti kepemilikan permanen atau Hak Milik atas tanah atau properti dengan
kebebasan untuk merenovasi dan menjualnya. Berbeda dengan status
leasehold atau penyewaan yang berarti kita mempunyai hak untuk
menggunakan properti tersebut tetapi dibatasi oleh jangka waktu tertentu
sehingga properti ini tidak benar-benar milik kita.7 Sehingga dari sini
pemerintah daerah harus lebih mengoptimalkan dalam hal pengawasan dan
pemantauan terhadap Pulau-Pulau Kecil di Indonesia dan memberikan sanksi
tegas kepada para pelanggarnya, baik dari si penjual maupun si pembeli.
Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas maka, penulis tertarik untuk
membahas masalah ini dengan judul penelitian “Analisis Yuridis Perjanjian
Jual Beli Pulau-Pulau Kecil Kepada Warga Negara Asing Dalam Perspektif
Hukum Agraria Di Indonesia”.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang melatarbelakangi terjadinya perjanjian jual beli Pulau-Pulau
Kecil kepada Warga Negara Asing di wilayah Indonesia?
2. Bagaimana akibat hukum setelah terjadinya perjanjian jual beli Pulau-
Pulau Kecil di wilayah Indonesia kepada Warga Negara Asing dalam
perspektif hukum agraria?
3. Bagaimana peran Pemerintah Daerah dalam melindungi Pulau-Pulau Kecil
di wilayah Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui latar belakang terjadinya perjanjian jual beli Pulau-Pulau
Kecil kepada Warga Negara Asing di wilayah Indonesia
7 Liston P Siregar, (2018), 'Penjualan pulau' milik Indonesia, perusahaan Kanada: 'Kami
hanya menyewakan', https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-42718313, diakses 12 September
2020, jam 11.30 WIB.
8
2. Mengetahui akibat hukum setelah terjadinya perjanjian jual beli Pulau-
Pulau Kecil di wilayah Indonesia kepada Warga Negara Asing dalam
perspektif hukum agraria
3. Mengetahui peran Pemerintah Daerah dalam melindungi pulau-pulau di
wilayah Indonesia
D. Manfaat Penelitian
a. Teoritis
Secara teoritis penulisan hukum ini bermanfaat bagi pengembangan
ilmu hukum khususnya hukum agraria dalam kaitannya dengan
perjanjian jual beli Pulau-Pulau Kecil kepada warga asing.
b. Praktis
1. Bagi Penyusun
Secara praktis hasil penelitian hukum ini diharapkan dapat
menambah wawasan di bidang hukum agraria sehingga penyusun
dapat mengembangkan ilmu tersebut selama melakukan penelitian
ini.
2. Bagi Pemerintah
Secara praktis hasil penelitian hukum ini diharapkan dapat
memberikan informasi dan masukan bagi Pemerintah dalam upaya
meningkatkan pengawasan pada Pulau-Pulau Kecil di Indonesia dan
dapat mengelola pulau-pulau tersebut dengan baik sehingga dapat
digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran
masyarakat sesuai dengan hak yang dimiliki yang telah diatur dalam
peraturan perundang-undangan.
9
3. Bagi Pembaca
Secara praktis hasil penelitian hukum ini diharapkan dapat
menambah wawasan ilmu pembaca dalam bidang hukum agraria
khususnya dalam perlindungan hukum terhadap Pulau-Pulau Kecil di
Indonesia dari perjanjian jual beli pulau kecil kepada warga asing,
sehingga masyarakat tidak salah arah dalam mengelola hak yang
telah diberikan pemerintah terhadap Pulau-Pulau Kecil di Indonesia.
4. Manfaat bagi Penelitian Selanjutnya
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan serta menambah pemahaman penyusun selanjutnya
terkait analisis yuridis terhadap perjanjian jual beli Pulau-Pulau
Kecil kepada Warga Negara Asing dalam perspektif hukum agraria
di Indonesia. Serta penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan
dan referensi untuk dikembangkan lebih lanjut, atau sebagai acuan
dalam penulisan penelitian sejenis yang terkait dengan topik.
E. Orisinalitas Peneltian
Berkaitan dengan penelitian ini, sebelumnya telah dilakukan
penelitian yang sama tentang hak atas tanah yang dikuasai oleh warga negara
asing di Indonesia, kedudukan warga negara asing atas tanah di Indonesia
dalam perspektif hukum agraria. Atas penelitian tersebut terdapat persamaan,
perbedaan, konstribusi nilai kebaruan jika dibandingkan dengan eksistensi
penelitian ini, yakni:
Skripsi dengan judul “AKIBAT HUKUM PERJANJIAN NOMINEE
DALAM JUAL BELI TANAH HAK MILIK OLEH ORANG ASING DI
10
INDONESIA”, yang disusun oleh DEWI MASITHOH, mahasiswa
Universitas Jember, memiliki kesamaan dengan penelitian peniliti, yakni
sama-sama mengkaji dan menganalisis jual beli tanah Hak Milik kepada
Warga Negara Asing, sedangkan perbedaannya terdapat pada jual beli tanah
Hak Milik dalam dasar perjanjian nominee, sedangkan pada penelitian
peneliti perbedaan ada pada perjanjian jual beli Pulau-Pulau Kecil di wilayah
Indonesia kepada Warga Negara Asing dengan menyalahgunakan pemberian
status Hak Pakai seolah-olah menjadi Hak Milik. Kontribusi atas penelitian
tersebut adalah berguna sebagai bahan referensi bahwa Perjanjian Nominee
dalam hal jual beli tanah Hak Milik tidak memiliki kekuatan hukum tetap
bagi warga asing, karena tidak sesuai dengan hukum positif di Indonesia.
Tesis dengan judul “KEDUDUKAN HUKUM WARGA NEGARA
ASING DALAM PENGUASAAN HAK ATAS TANAH UNTUK
INVESTASI DI BALI”, yang disusun oleh I GUSTI NGURAH OKA
SANDITYA PRATAMA PUTRA, mahasiswa Universitas Hasanuddin
Makassar, memiliki kesamaan dengan penelitian peneliti, yakni sama-sama
mengkaji dan menganalisis kedudukan hukum hak atas tanah warga negara
asing, sedangkan perbedaannya jual beli tanah secara nominee sebagai sarana
investasi Warga Negara Asing, sedangkan pada penelitian peneliti perbedaan
ada pada perjanjian jual beli Pulau-Pulau Kecil di wilayah Indonesia kepada
Warga Negara Asing dengan menyalahgunakan pemberian status Hak Pakai
seolah-olah menjadi Hak Milik. Kontribusi atas penelitian tersebut, berguna
sebagai bahan referensi atas asas kepastian hukum dalam penguasaan dan
pemilikan tanah di Indonesia bagi warga negara asing.
11
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan jenis penelitian yuridis
normatif.8 Menurut Ishaq, penelitian hukum normatif pada hakikatnya
mengkaji hukum yang di konsepkan sebagai norma atau kaidah yang
berlaku dalam masyarakat, dan menjadi acuan perilaku setiap orang.
Jenis penelitian ini meneliti dan menelaah bahan pustaka, atau data
sekunder, maka penelitian hukum normatif disebut juga penelitian hukum
kepustakaan, penelitian hukum teoritis/ dogmatis.9 Dalam bukunya
Jonaedi dan Johnny menyebutkan “penelitian hukum normatif adalah
penelitian yang mengkaji peraturan perundang-undangan dalam suatu
tata hukum yang koheren serta nilai-nilai hukum tidak tertulis yang hidup
dalam masyarakat”.10 Sehingga dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan yuridis normatif.
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan diartikan sebagai usaha dalam penelitian untuk
mengadakan hubungan dengan yang diteliti atau metode-metode untuk
mencapai pengertian tentang masalah penelitian.11 Penelitian ini
menggunakan beberapa pendekatan, dimana dengan pendekatan-
pendekatan tersebut peneliti akan mendapat informasi dari berbagai
aspek mengenai transaksi jual beli Pulau-Pulau Kecil kepada warga
8 Suratman dan Philips Dillah, (2015), Metode Penelitian Hukum, Bandung: Alfabeta, hlm. 51.
9 H. Ishaq, (2017), Metode Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi, Tesis, serta Disertasi,
Bandung: Alfabeta, hlm. 66.
10 Jonaedi Efendi dan Johnny Ibrahim, (2016), Metode Penelitian Hukum Normatif Dan
Empiris, Edisi I, Depok: Prenadamedia Group, hlm. 295.
11 H. Salim HS, dan Erlies Septiana Nurbaini, (2013), Penerapan Teori Hukum Pada
Penelitian Tesis Dan Disertasi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, hlm. 17.
12
negara asing dalam perspektif hukum agraria. Pendekatan penelitian yang
digunakan adalah pendekatan perundang-undangan (statute approach)
dan pendekatan konsep (conseptual approach).
3. Jenis dan Sumber Bahan Hukum
Dalam penelitian khususnya yuridis normatif tidak dikenal adanya
data, sebab sumber penelitian hukum diperoleh dari kepustakaan bukan
dari lapangan, untuk itu istilah yang dikenal adalah bahan hukum.12 Pada
penelitian hukum normatif bahan yang diteliti untuk dianalisis adalah
bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. Bahan yang berasal dari
sumber primer terdiri atas; peraturan perundang-undangan, perjanjian,
konvensi internasional. Sedangkan bahan yang berasal dari sumber
sekunder terdiri atas; buku, artikel jurnal, notulensi pembahasan
peraturan perundang-undangan, naskah akademik, doktrin, pendapat ahli,
arsip, kwitansi, berkas perkara, perjanjian, notulensi, kliping koran dan
lain-lain. Pada bahan hukum tersier digunakan sebagai bahan penjelasan
atas bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti; artikel
internet yang dapat dipertanggungjawabkan sumbernya, kamus, dan lain-
lain.13
a. Bahan hukum primer merupakan bahan pustaka yang berisikan
peraturan perundang-undangan dan buku-buku ilmiah yang terkait,
meliputi:
1) Undang-Undang Dasar 1945
12 Peter Mahmud Marzuki, (2005), Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, hlm. 41.
13 Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, (2019), Fakultas Hukum Universitas Islam Malang, hlm.
17.
13
2) Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
3) Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
4) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
5) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian
6) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia
7) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah
8) Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna
Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah
9) Peraturan Pemerintah Nomor 103 Tahun 2015 tentang
Pemilikan Rumah Tempat Tinggal Atau Hunian Oleh Orang
Asing Yang Berkedudukan Di Indonesia
10) Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/ Kepala Badan
Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2016
tentang Penataan Pertanahan Di Wilayah Pesisir Dan Pulau-
Pulau Kecil
11) Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 29 Tahun 2016 tentang Tata Cara
Pemberian, Pelepasan, Atau Pengalihan Hak Atas Pemilikan
14
Rumah Tempat Tinggal Atau Hunian Oleh Orang Asing Yang
Berkedudukan Di Indonesia
12) Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 2 Tahun 2010
tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
13) Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 2 Tahun 2018
tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Provinsi Sumatera Barat Tahun 2018-2038
b. Bahan hukum sekunder merupakan bahan-bahan yang erat kaitannya
dengan bahan hukum primer, dan dapat membantu untuk proses
analisis, meliputi:
1) Penjelasan dari peraturan perundang-undangan yang di gunakan
sebagai bahan hukum primer
2) Buku-buku literatur bacaan yang menjelaskan mengenai hak
atas tanah bagi warga negara asing dan Pulau-Pulau Kecil
3) Jurnal-jurnal yang berkaitan dengan hak atas tanah bagi warga
negara asing dan Pulau-Pulau Kecil
c. Bahan hukum tersier, yakni bahan hukum yang merupakan
penjelasan sebagai petunjuk atas bahan hukum primer dan bahan
hukum sekunder seperti; artikel internet yang dapat
dipertanggungjawabkan sumbernya yang berkaitan dengan
perjualbelian yang dilakukan terhadap Pulau-Pulau Kecil di
Indonesia, kamus, dan lain-lain.
4. Teknik Memperoleh Bahan Hukum
a) Bahan Hukum Primer
15
Dikumpulkan dengan cara menelaah dan menganalisis peraturan
perundang-undangan yang berkaitan dengan objek penelitian.
b) Bahan Hukum Sekunder
Diperoleh dengan studi dokumen atau kepustakaan yaitu cara untuk
memperoleh bahan hukum dengan membaca, memahami, dan
mengutip, merangkum, dan menganalisa bahan pustaka yang
berkaitan dengan permasalahan penelitian seperti dari buku, artikel
jurnal, notulensi pembahasan peraturan perundang-undangan, naskah
akademik, doktrin, pendapat ahli, arsip, kwitansi, berkas perkara,
perjanjian, notulensi, kliping koran dan lain-lain.
c) Bahan Hukum Tersier
Dilakukan dengan mengakses di media massa online untuk
mendapatkan informasi guna melengkapi data dari bahan hukum
primer maupun bahan hukum sekunder.
5. Teknik Analisis Bahan Hukum
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan analisis isi (content analysis). Pembahasan dalam analisis isi
terhadap informasi yang diperoleh baik tertulis maupun tercetak dalam
media massa yang memiliki sifat pembahasan yang mendalam, dengan
menghubungkan fakta dan peraturan yang berlaku. Teknik penelitian ini
dibuat menggunakan kesimpulan yang dapat ditiru dari beberapa teks
yang valid dengan konteksnya.14
14 Klaus Krippendorff, (1980), “Analisis isi: Pengantar Teori Dan Metodologi”, terjemahan
Farid Wajidi, Jakarta: Rajawali Pers, hlm. 118.
16
Dalam pendekatan analisis isi digunakan pendekatan kualitatif
pada penelitian ini, karena diperlukan analisis terhadap pemahaman teks-
teks surat kabar online yang telah terbit. Sedangkan untuk jenis
penelitiannya menggunakan analisis isi deksriptif eksplanatif, yaitu
menguraikan dan menggambarkan secara detail suatu teks tertentu dan
memberikan jawaban dari suatu hipotesis yang berkaitan dengan
penelitian.15
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dibuat untuk memudahkan pembaca dalam
melihat gambaran secara menyeluruh substansi yang ada dalam penelitian ini
yang penyusun uraikan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisikan latar belakang masalah yang menjelaskan
alasan dari kasus hukum yang dipilih untuk diteliti menjadi sebuah penelitian
hukum. Kemudian rumusan masalah yang menyebutkan beberapa pertanyaan
dari permasalahan dari kasus yang akan diteliti. Selanjutnya tujuan penelitian
yang memuat pernyataan singkat yang biasanya diawali dengan kata
“mengetahui”, “memahami”, “menganalisis”, “mendeskripsikan” daripada
rumusan masalah yang telah disebutkan. Adapun tujuan penelitian serta
manfaat penelitian yang berisikan tujuan dan kegunaan teoritis dan praktis
dari penelitian yang dilakukan. Dan yang terakhir metode penelitian, yaitu
berisikan uraian cara-cara pelaksanaan penelitian mulai dari
15 Ibid., hlm. 120.
17
mengklasifikasikan jenis penelitian hingga cara menganalisis bahan hukum
pada penelitian tersebut.16
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini di dalamnya membahas kerangka pemikiran dan hipotesa
penelitian, juga teori-teori yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti
serta penelitian terdahulu yang berkaitan dengan lingkup pembahasan yang
diteliti.
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini peneliti menuliskan secara rinci hasil dari tinjauan studi
kasus yang kemudian dianalisis dengan menguraikan pembahasan secara
keseluruhan serta dikaitkan dengan kajian pustaka dan bahan hukum lainnya
yang telah diperoleh guna menghasilkan suatu kesimpulan.17
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan merupakan hasil akhir penelitian yang berisi jawaban-
jawaban dari rumusan masalah yang telah ditetapkan dalam penelitian yang
dirangkai dengan kalimat yang mudah dipahami oleh diri sendiri maupun
orang lain.
Saran berisikan hal-hal apa saja yang sebaiknya dilakukan dalam
mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dari hasil pembahasan penelitian
tersebut, yang ditujukan kepada pembaca, pemerintah, maupun kepada
peneliti selanjutnya.
16 Ibid., hlm. 24-26.
17 Ibid., hlm. 30-31.
94
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dan hasil penelitian terhadap
permasalahan yang dikaji, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan bahwa:
1. Latar belakang terjadinya perjanjian jual beli Pulau-Pulau Kecil kepada
Warga Negara Asing di wilayah indonesia dipengaruhi oleh beberapa
aspek, yaitu aspek yuridis, aspek sosial ekonomi, aspek politik, aspek land
management, dan aspek ekologis.
2. Akibat hukum setelah terjadinya perjanjian jual beli Pulau-Pulau Kecil di
wilayah Indonesia kepada Warga Negara Asing (WNA) dalam perspektif
hukum agraria, bahwa dalam kegiatan perjanjian jual beli Pulau-Pulau
Kecil yang dilakukan terhadap Warga Negara Asing, menyebabkan adanya
akibat hukum berupa status hak atas tanah yaitu berupa Hak Pakai dan Hak
Sewa. Selain itu dalam hal properti orang asing juga dapat memperoleh
Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun yang bisa saja dimanfaatkan untuk
menguasai tanah di Indonesia.
3. Bentuk-bentuk perlindungan terhadap Pulau-Pulau Kecil yang dilakukan
oleh Pemerintah Daerah diantaranya yaitu, pembentukan peraturan
berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah yang memberikan wewenang berupa otonomi daerah
terhadap Pemerintah Daerah, serta didasarkan pada Undang-Undang
Nomor 27 Tahun 2007 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
95
Pulau-Pulau Kecil, dimana dengan peraturan perundang-undangan
tersebut Pemerintah Daerah berwenang diantaranya, membentuk
Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 2 Tahun 2010 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dan membentuk
Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 2 Tahun 2018 tentang
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Provinsi
Sumatera Barat Tahun 2018-2038. Adanya rencana zonasi wilayah
pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K) dan adanya aturan mengenai
Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
B. Saran
Saran penyusun dalam hasil penelitian dari pelaksanaan perjanjian jual
beli Pulau-Pulau Kecil kepada warga negara asing di Indonesia, yaitu:
1. Terhadap Pemerintah, bahwa Pulau-Pulau Kecil merupakan bagian yang
tak dapat dipisahkan dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Oleh sebab itu, dibutuhkan aturan-aturan yang bersifat konkret dalam
upaya melindungi keberadaan Pulau-Pulau Kecil tersebut. Terutama dalam
hal penegakan hukum yang lebih jelas khususnya di bidang pertanahan
dalam hal pencegahan dan larangan kepemilikan tanah hak milik bagi
orang asing, dan penegakannya akan lebih efektif jika disertai dengan
sanksi pidana. Serta pengoptimalan peran Pemerintah Daerah,
sebagaimana adanya desentralisasi yang menyebabkan Pemerintah Daerah
memiliki hak dan wewenang yang diberikan oleh Pemerintah Pusat untuk
mengurus daerahnya sendiri. Dalam hal ini Pemerintah Daerah untuk ikut
aktif dalam menjaga, mengatur dan menentukan peruntukan Pulau-Pulau
96
Kecil yang ada di daerahnya, sesuai sebagaimana yang diatur dalam
ketentuan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Sehingga akan
adanya sinergi yang baik antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk
melindungi keberadaan Pulau-Pulau Kecil yang ada.
2. Terhadap Penduduk Pulau-Pulau Kecil dan sekitarnya, diharapkan agar
memiliki kemauan untuk mencari informasi tentang peraturan dan
larangan yang berlaku dalam hukum positif Indonesia terutama dalam hal
kepemilikan hak atas tanah bagi warga asing di Pulau-Pulau Kecil, dan
mau untuk saling bekerjasama dengan pemerintah dalam melindungi
Pulau-Pulau Kecil di daerahnya sesuai dengan peraturan yang telah dibuat.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Arba. 2017, Hukum Tata Ruang dan Tata Guna Tanah Prinsip-prinsip Hukum
Perencanaan Penataan Ruang dan Penataan Tanah, Jakarta Timur: Sinar
Grafika.
Aris Subagiyo, Wawargita Permata Wijayanti dan Dwi Maulidatuz Zakiyah.
2017, Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil, Malang: UB
Media.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia. 2016, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Edisi V.
Boedi Harsono. 2003, Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan Undang-
Undang Pokok Agraria, Isi, dan Pelaksanaannya, Jakarta: Djambatan.
Effendi Perangin. 1994, Praktek Jual Beli Tanah, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
------- . Pertanyaan dan Jawaban tentang Hukum Agraria, Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Farida Patittingi. 2012, Dimensi Hukum Pulau-Pulau Kecil di Indonesia,
Yogyakarta: Rangkang Education.
FX Sumarja. 2015, Hak Atas Tanah Bagi Orang Asing (Tinjauan Politik Hukum
dan Perlindungan Warga Negara Indonesia), Yogyakarta: STPN Press.
Gatot Supramono. 2012, Hukum Orang Asing di Indonesia, Jakarta Timur: Sinar
Grafika.
H. Abd. Rahman, dan Baso Madiong. 2017, Politik Hukum Pertanahan (Suatu
Kajian Historis dan Yuridis), Jakarta: Celebes Media Perkasa.
H.S, Salim. 2006, Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak,
Cetakan ke III, Jakarta: Sinar Grafika.
Hartono Hadisoeprapto. 1982, Pengantar Tata Hukum Indonesia, Yogyakarta:
Liberty.
Herlin Wijayati. 2011, Hukum Kewarganegaraan dan Keimigrasian, Malang:
Bayumedia.
Irma Devita Purnamasari. 2010, Panduan Lengkap Hukum Praktisi Populer Kiat-
Kiat Cerdas, Mudah, Dan Bijak Mengatasi Masalah Hukum Pertanahan,
Bandung: Kaifa.
Isharyanto. 2016, Hukum Kewarganegaraan Republik Indonesia: Dinamika
Pengaturan Status Hukum Kewarnegaraan Dalam Perspektif Perundang-
Undangan, Yogyakarta: Absolute Media.
Klaus Krippendorff. 1980, “Analisis isi: Pengantar Teori Dan Metodologi”,
terjemahan Farid Wajidi, Jakarta: Rajawali Pers.
Maria S.W. Sumardjono. 2008, Altenatif Kebijakan Pengaturan Hak Atas Tanah
beserta Bangunan bagi Warga Negara Asing dan Badan Hukum Asing,
Jakarta: Buku Kompas.
------- 2001, Kebijakan Pertanahan, Antara Regulasi Dan Implementasi, Jakarta:
Buku Kompas.
Moh. Sohibuddin, M. Nazir S. 2012, Pembentukan Kebijakan Reforma Agraria,
2006-2007: Bunga Rampai Perdebatan, Yogyakarta: STPN Press.
Mudakir Iskandar Syah. 2010, Pembebasan Tanah Untuk Pembangunan
Kepentingan Umum: Upaya Hukum Masyarakat Yang Terkena Pembebasan
Dan Pencabutan Hak, Jakarta: Jala Permata Aksara.
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, (2019), Fakultas Hukum Universitas Islam
Malang
R Soeroso. 2011, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Sinar Grafika.
Riduan Syahrani. 2010, Seluk Beluk dan Asas Hukum Perdata, Cetakan I,
Bandung: Alumni.
Rokhmin Dahuri. et al. 2004, Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan
Lautan Secara Terpadu, Jakarta: Pradnya Paramita.
S. Poerwopranoto. 1954, Penuntun Tentang Hukum Tanah, Jakarta: Sinar Grafika.
Shalah ash-Shawi dan Abdullah al-Mushlih, Ma La Yasa’ at-Tajira Jahluhu, alih
bahasa Abu Umar Basyir. 2008, Fikih Ekonomi Keuangan Islam, Jakarta:
Darul Haq.
Suratman dan Philips Dillah. (2015). Metode Penelitian Hukum, Bandung:
Alfabeta.
Titik Triwulan Tutik. 2008, Pokok-pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca
Amandemen UUD 1945, Jakarta: Cerdas Pustaka.
------- 2010, Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca-Amandemen UUD
1945, Cetakan IV, Jakarta: Kencana.
Umar Said Sugiarto. 2017, Pengantar Hukum Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika.
Urip Santoso. 2015, Pendaftaran dan Peralihan Hak atas Tanah, Cetakan V,
Jakarta: Prenadamedia Group.
------- . 2012, Hukum Agraria: Kajian Komprehensif, Cetakan VI, Jakarta:
Kencana.
Waskito dan Hadi Arnowo. 2017, Pertanahan, Agraria, Dan Tata Ruang, Jakarta:
Kencana.
Yahya Harahap. 1982, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Bandung: Alumni.
Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Dasar 1945
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik
Indonesia
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna
Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah
Peraturan Pemerintah Nomor 103 Tahun 2015 tentang Pemilikan Rumah Tempat
Tinggal Atau Hunian Oleh Orang Asing Yang Berkedudukan Di Indonesia
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota
Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional
Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2016 tentang Penataan Pertanahan Di
Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil
Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 29 Tahun 2016 tentang Tata Cara Pemberian, Pelepasan, Atau
Pengalihan Hak Atas Pemilikan Rumah Tempat Tinggal Atau Hunian Oleh
Orang Asing Yang Berkedudukan Di Indonesia
Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 2 Tahun 2010 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 2 Tahun 2018 tentang Rencana
Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Provinsi Sumatera Barat
Tahun 2018-2038.
Jurnal
Asari Putri Kindangen. 2019. Tinjauan Yuridis Terhadap Kasus Warga Negara
Asing Yang Memiliki Hak Milik Atas Tanah Melalui Perjanjian Nominee
Menurut Undang-Undang Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960. Jurnal Lex Et
Societatis. Volume VII., Nomor 2.
Diyan Isnaeni. 2017. Kebijakan Landreform Sebagai Penerapan Politik
Pembaharuan Hukum Agraria Yang Berparadigma Pancasila. Jurnal
Ketahanan Pangan. Volume 1., Nomor 2.
Ayu Larasati dan Raffles. 2020. “Peralihan Hak Atas Tanah Dengan Perjanjian
Jual Beli Menurut Hukum Pertanahan Indonesia”. Zaaken Journal. Volume
1., Nomor. 1, https://online-
journal.unja.ac.id/Zaaken/article/view/8288/5240, 21 September 2020.
Michael Wisnoe. 2012. Kepemilikan Hak Atas Tanah bagi Warga Negara Asing
dan Kewargangaraan. Tesis Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Depok:
Ganda.
Makalah
Laporan Penelitian KontraS. Jakarta, November 2019. Pulau Kecil Dan Hak Asasi
Manusia Catatan Situasi Ham Di Tiga Pulau Kecil (P. Bangka, P. Sunut, P.
Romang). Diakses pada 2 Desember 2020. Website: https://kontras.org/wp-
content/uploads/2019/11/cetak_pulau-kecil.pdf.
Internet
Agus Dermawan. (2011). Menjangkau Orang-Orang Terluar: Program Kkp
Untuk Wilayah Pesisir Program Kkp Untuk Wilayah Pesisir Dan Pulau-
Pulau Kecil, Mataram: Kementerian Kelautan Dan Perikanan Republik
Indonesia. diakses pada 24 September 2020. Batukarinfo.
Website:http://www.batukarinfo.com/system/files/Bahan%20Presentasi%20
Adaptasi%20Perubahan%20Iklim%20di%20KTI2%20-%20Final.pdf.
Septyan Bayu Anggara. (2018). Bule Mengusir Wisatawan Lokal Yang
Berkunjung Ke Pulau Bangkungan, Apakah Pulau Ini Dikuasai Asing?.
Diakses 12 September 2020. Hipwee. Website:
https://www.hipwee.com/travel/bule-mengusir-wisatawan-lokal-yang-
berkunjung-ke-pulau-bakungan-apakah-pulau-ini-dikuasai-asing/.
Biro Komunikasi, Kementrian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi.
(2018). Menko Maritim Luncurkan Data Rujukan Wilayah Kelautan
Indonesia. Diakses pada 12 September 2020. Maritim. Website:
https://maritim.go.id/menko-maritim-luncurkan-data-rujukan-wilayah-
kelautan-indonesia/.
Direktori Pulau-Pulau Kecil Indonesia, Infomasi PPK. (2012). Diakses pada 2
Desember 2020. Website: http://www.ppk-kp3k.kkp.go.id/direktori-
pulau/index.php/public_c/menu_info/1.
Liston P Siregar. (2018). 'Penjualan pulau' milik Indonesia, perusahaan Kanada:
'Kami hanya menyewakan'. Diakses pada 12 September 2020. BBC
Indonesia. Website: https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-42718313.
Zulfi Suhendra. (2018). Deretan Pulau RI Dijual Online Sejak 2009. Diakses pada
12 September 2020. Detik Finance. Website:
https://finance.detik.com/properti/d-3817335/deretan-pulau-ri-yang-dijual-
online-sejak-2009.
Wikipedia. (2019). Daratan Gigir. Diakses pada 24 September 2020. Website:
https://id.wikipedia.org/wiki/Dataran_gigir.
Nidia Zuraya. (2020). Jual Beli Pulau, Ini Aturan Kepemilikan Pulau Di
Indonesia. Diakses pada 12 September 2020. Republika. Website:
https://republika.co.id/berita/qfyny9383/jual-beli-pulau-ini-aturan-
kepemilikan-pulau-di-indonesia.