Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

79
DOKUMEN POLA PENGELOLAAN FINAL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT i KATA PENGANTAR Laporan Dokumen Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam ini dibuat sebagai realisasi Perjanjian Kerja Sama antara Satuan Kerja Direktorat Irigasi dengan PT. Multimera Harapan, dengan Surat Perjanjian / Kontrak No. KU.08.08/07/SKBWSS-IV/V/2007, tanggal 24 Mei 2007, tentang pekerjaan Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam. Dalam laporan ini berisikan uraian Pendahuluan, kondiis dan potensi Wilayah Sungai Batam, visi dan misi pengelolaan sumber daya air, arahan kebijakan pola pengelolaan sumber daya air Wilayah Sungai BAtam dan strategi pengelolaan sumber daya air Wilayah Sungai Batam. Atas segala arahan dan bantuan dari berbagai pihak terkait demi kelancaran pembuatan laporan ini diucapkan terima kasih. Demikian Laporan Dokumen Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam ini disampaikan, semoga dapat bermanfaat bagi semua pihak dan dapat dipergunakan sebagai bahan masukan untuk melaksanakan program selanjutnya. Batam, Desember 2007 PT. MULTIMERA HARAPAN (Ir. Bambang Pramono ) Direktur

Transcript of Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

Page 1: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam

PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT

i

KATA PENGANTAR

Laporan Dokumen Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam ini dibuat sebagai realisasi

Perjanjian Kerja Sama antara Satuan Kerja Direktorat Irigasi dengan PT. Multimera Harapan, dengan Surat

Perjanjian / Kontrak No. KU.08.08/07/SKBWSS-IV/V/2007, tanggal 24 Mei 2007, tentang pekerjaan

Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam.

Dalam laporan ini berisikan uraian Pendahuluan, kondiis dan potensi Wilayah Sungai Batam, visi dan misi

pengelolaan sumber daya air, arahan kebijakan pola pengelolaan sumber daya air Wilayah Sungai BAtam

dan strategi pengelolaan sumber daya air Wilayah Sungai Batam. Atas segala arahan dan bantuan dari

berbagai pihak terkait demi kelancaran pembuatan laporan ini diucapkan terima kasih.

Demikian Laporan Dokumen Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam ini disampaikan,

semoga dapat bermanfaat bagi semua pihak dan dapat dipergunakan sebagai bahan masukan untuk

melaksanakan program selanjutnya.

Batam, Desember 2007

PT. MULTIMERA HARAPAN

(Ir. Bambang Pramono )

Direktur

Page 2: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam

PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT

ii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR i

Daftar Isi ii

Daftar Tabel vii

Daftar Gambar ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Umum I -1

1.2. Pengertian I - 2

1.3. Kedudukan dan Fungsi I – 3

1.4. Maksud dan Tujuan I - 4

1.5. Landasan Hukum I - 4

1.6. Ruang Lingkup I - 5

BAB II KONDISI DAN POTENSI WILAYAH SUNGAI BATAM

2.1. Kondisi Geografi II -1

2.2. Kondisi Tata Ruang II -2

2.2.1 Tata Guna Lahan Eksisting dan Yang Akan Datang II -2

2.2.2 Kondisi Hutan II -5

2.3. Kondisi Topografi dan Geomorfologi II -5

2.3.1 Kondisi Topografi II -5

2.3.2 Kondisi Morfologi II -6

2.3.3 Kondisi Geologi II -9

2.4. Kondisi Sosial Ekonomi II -10

2.4.1 Kependudukan II -10

2.4.2 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Kota Batam II -12

2.4.3 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi II -15

2.4.4 Proyeksi Sistem Kebutuhan Air Bersih II -16

2.4.5 Proyeksi Kebutuhan Sistem Jaringan Listrik II -18

Page 3: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam

PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT

iii

2.4.6 Proyeksi Sektor Parawisata II -18

2.5. Kondisi Hidrologi II -20

2.6. Kondisi Kualitas Air WS Batam II -30

2.7. Kondisi Fisik WS Batam II -34

2.7.1 Erosi dan Sedimentasi II -34

2.7.2 Erosi Eksisting Batam Tahun 2007 II -35

2.7.3 Prediksi Erosi dan Sedimentasi II -36

2.7.4 Dasar dan Asumsi Yang digunakan dalam Prediksi II -38

2.7.5 Hasil Prediksi Erosi Tahun 2010, 2020, dan 2025 II -38

2.8 Kondisi Pengembangan Sumber Daya Air II -44

2.8.1 Infrastruktur Kondisi Eksisting II -44

2.8.2 Kebutuhan Air Rumah Tangga, Perkotaan, dan Industri II -45

2.8.3 Rencana Infastruktur Masa Depan II-46

BAB -III VISI DAN MISI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WS BATAM

3.1. Visi Pengeloaan SDA Wilayah Sungai Batam III-2

3.2. Misi Pengeloaan SDA Wilayah Sungai Batam III-2

BAB -IV ARAHAN KEBIJAKAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WILAYAH

SUNGAI BATAM

4.1. Konservasi Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam IV-1

4.1.1 Strategi Konservasi IV-1

4.1.2 Upaya Konservasi IV-2

4.1.2.1 Arahan Upaya Konservasi IV-2

4.1.2.2 Upaya Konservasi Ekosistem DTA D.Duriangkang

(Ekosistem Hulu)

IV-3

4.1.2.3 Upaya Konservasi Vegetatif Sepadan Sungai IV-5

4.1.2.4 Upaya Konservasi Situ dan Danau IV-6

4.1.2.5 Upaya Konservasi Lainnya IV-7

4.2. Pengeloaan Kualitas dan Pengendalian Pencemaran Air IV-8

4.3. Pendayagunaan Sumber Daya Air WS Batam IV-8

Page 4: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam

PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT

iv

4.3.1 Penatagunaan Sumber Daya Air IV-9

4.3.2 Penyediaan Sumber Daya Air IV-9

4.3.3 Pengunaan Sumber Daya Air IV-9

4.3.4 Pengembangan Sumber Daya Air IV-9

4.3.5 Pengusahaan Sumber Daya Air IV-10

4.3.6 Pengendalian Daya Rusak Air IV-10

4.4. Pengendalian Banjir IV-10

4.5. Peran Serta Masyarakat IV-10

4.6. Sistem Informasi Sumber Daya Air IV-11

BAB -V STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WILAYAH SUNGAI BATAM

Page 5: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam

PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT

vii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Data Luas Per Kecamatan Di Kota Batam II -1

2.2 Tata Guna Lahan Tahun 2004 II -2

2.3 Rencana Pemanfaatan Lahan Kota Batam Tahun 2014 II -3

2.4 Klasifikasi Lahan Pulau Batam Berdasarkan Kemiringan (Ha) II -6

2.5 Jumlah Tenaga Kerja Di Kota Batam Menurut Sektor Ekonomi s/d Juli 2006 II -10

2.6 Rasio Jumlah Tenaga Kerja dengan Jumlah Penduduk Di Kota Batam 2001 -

2006

II -11

2.7 Proyeksi Penduduk di Kota Batam Periode 2007 - 2025 II -13

2.8 Proyeksi Penduduk di Kota Batam Periode 2007 – 2025 (Lanjutan) II -14

2.9 Pertumbuhan Ekonomi Kota Batam Tahun 2002 - 2005 II -15

2.10 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Kota Batam Tahun 2007 - 2030 II -16

2.11 Proyeksi Kebutuhan Air Bersih Melalui Sistem Perpipaan PDAM Di Kota

Batam Hingga Tahun 2014

II -16

2.12 Perkiraan Kebutuhan Listrik Kota Batam Hingga Tahun 2014 II -18

2.13 Jumlah Wisatawan Kota Batam Tahun 2000 – 2006 II -18

2.14 Proyeksi Jumlah Wisatawan Kota Batam Tahun 2007 – 2030 II -19

2.15 Jumlah Hotel Di Kota Batam Tahun 2000 - 2005 II -19

2.16 Proyeksi Jumlah Hotel Di Kota Batam Tahun 2007 – 2030 II -19

2.17 Hujan Rencana (mm) II -23

2.18 Hasil Pengamatan Kualitas Air di WS Batam II -30

2.19 Kualitas Air Waduk Bulang Lintang II -31

2.20 Kualitas Air Sumur P. Bulang Lintang II -32

2.21 Kualitas Air Danu Mungga di Rempang II -33

2.22 Danau Sekanak di P. Belakang Padang II -34

2.23 Kriteria Erosi II -35

2.24 Erosi Masing-Masing DTA II -36

2.25 Prediksi Erosi 2007, 2010, 2020, dan 2025 II -38

2.26 Prediksi Konsumsi Air Bersih Rumah Tangga-Perkotaan dan Industri DAS II -46

Page 6: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam

PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT

viii

Batam Tahun 2007 sampai Tahun 2025

5.1 Strategi Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam V -2

5.2 Strategi Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam (Lanjutan) V -3

5.3 Strategi Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam (Lanjutan) V -4

5.4 Strategi Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam (Lanjutan) V -5

5.5 Strategi Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam (Lanjutan) V -6

5.6 Strategi Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam (Lanjutan) V -7

\

Page 7: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam

PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batam 2004-2014 II -4

2.2 Peta Topografi II -7

2.3 Peta Kemiringan Lahan II -8

2.4 Pertumbuhan Penduduk Kota Batam II -10

2.5 Lokasi Pos Hidroklimatologi II -21

2.6 Barchart Ketersediaan Data Hujan II -22

2.7 Peta Isohiet Hujan Rencana 2 Tahunan II -24

2.8 Peta Isohiet Hujan Rencana 5 Tahunan II -25

2.9 Peta Isohiet Hujan Rencana 10 Tahunan II -26

2.10 Peta Isohiet Hujan Rencana 25Tahunan II -27

2.11 Peta Isohiet Hujan Rencana 100 Tahunan II -28

2.12 Hidrograf Banjir Masing-masing DAM II -29

2.13 Sketsa Pembagian DTA Pulau Batam II -37

2.14 Peta Prediksi Erosi Tahun 2007 II -40

2.15 Peta Prediksi Erosi Tahun 2010 II -41

2.16 Peta Prediksi Erosi Tahun 2020 II -42

2.17 Peta Prediksi Erosi Tahun 2025 II -43

2.18 Beberapa Bangunan Air di Kota Batam II -44

2.19 Mapping Waduk & Danau II -45

Page 8: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam

PT. MULTIMERA HARAPAN I-1 ENGINEERING CONSULTANT

1.1. Umum

Air merupakan sumber kehidupan manusia yang keberadaannya dipermukaan bumi secara alami

melalui suatu proses siklus hidrologi yang erat hubungannya dengan kondisi cuaca, kemampuan dan

kondisi tutupan permukaan lahan untuk menyimpan air pada suatu daerah tangkapan air.

Air merupakan kebutuhan utama baik secara ekonomi maupun sosial, persediaan air yang secara

kuantitas dan kualitas tidak memenuhi akan berpengaruh terhadap perkembangan sosial ekonomi

masyarakat. Sehingga kuantitas dan kualitas air dan sumber air menjadi suatu hal yang sangat penting

dan perlu diperhatikan ketersediaannya serta penggunaan seefisien mungkin.

Menurunnya sumber air secara kuantitas dan kualitas telah mengakibatkan terjadinya kekurangan

pasokan air pada beberapa daerah terutama untuk kebutuhan pokok sehari-hari masyarakat dan usaha

pertanian. Rusaknya kondisi tutupan lahan (hutan) di daerah tangkapan air telah berakibat pada

peningkatan erosi dan sedimentasi serta bencana banjir.

Meningkatnya kebutuhan masyarakat dan dunia usaha terhadap air telah mendorong lebih

meningkatnya nilai ekonomis air dibanding fungsi sosialnya, hal tersebut telah menimbulkan konflik

kepentingan antar masyarakat, antar sektor, antar wilayah dan berbagai pihak yang berkepentingan

dengan air.

Pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan pada semua sektor sedikit banyak akan

sangat bergantung pada penyediaan dan penggunaan air, oleh karenanya upaya-upaya untuk

melestarikan ketersediaan air menjadi sesuatu yang mutlak untuk dilakukan.

Untuk menjamin terselenggaranya pengelolaan sumber daya air yang dapat memberikan manfaat yang

sebesar-besarnya bagi kehidupan dan penghidupan masyarakat , maka perlu disusun Pola Pengelolaan

Sumber Daya Air Wilayah Sungai yang ditetapkan oleh pejabat yang berwewenang.

Wilayah Sungai Batam berada di Provinsi Kepulauan Riau dan mencakup kawasan Batam yang

merupakan kawasan tertentu, maka kewenangan penetapan pola pengelolaan sumber daya air di

wilayah sungai tersebut merupakan kewenangan Pemerintah Pusat.

III... PPPEEENNNDDDAAAHHHUUULLLUUUAAANNN

Page 9: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam

PT. MULTIMERA HARAPAN I-2 ENGINEERING CONSULTANT

1.2. Pengertian

Dalam Pola Pengelolaan Sumber Daya Air WS Batam yang dimaksud dengan:

1) Pengelolaan sumber daya air adalah upaya merencanakan, melaksanakan, memantau dan mengevaluasi

penyelenggaraan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air dan pengendalian daya

rusak air.

2) Sumber daya air adalah air, sumber air dan daya air yang terkandung di dalamnya.

3) Air adalah semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah, termasuk dalam

pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat.

4) Air permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah.

5) Air tanah adalah semua air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah.

6) Sumber air adalah tempat atau wadah air alami dan/atau buatan yang terdapat pada, di atas, ataupun di

bawah permukaan tanah.

7) Konservasi sumber daya air adalah upaya memelihara keberadaan, keberlanjutan keadaan, sifat dan fungsi

sumber daya air agar senantiasa tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang memadai untuk memenuhi

kebutuhan makhluk hidup baik pada waktu sekarang maupun pada generasi yang akan datang.

8) Pendayagunaan sumber daya air adalah upaya penatagunaan, penyediaan, penggunaan, pengembangan,

dan pengusahaan sumber daya air secara optimal agar berhasil guna dan berdaya guna.

9) Pengendalian daya rusak air adalah upaya untuk mencegah, menanggulangi, dan memulihkan kerusakan

kualitas lingkungan yang disebabkan oleh daya rusak air.

10) Daya rusak air adalah daya air yang dapat merugikan kehidupan.

11) Wilayah sungai adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumber daya air dalam satu atau lebih daerah aliran

sungai dan/atau pulau-pulau kecil yang luasnya kurang dari atau sama dengan 2.000 km2.

12) Daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-

anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah

hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di

laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.

13) Cekungan air tanah adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas hidrogeologis, tempat semua kejadian

hidrogeologis seperti proses pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan air tanah berlangsung.

14) Pemulihan adalah upaya merehabilitasi suatu keadaan sehingga kembali pada fungsinya semula.

15) Perlindungan sumber air adalah upaya pengamanan sumber air dari kerusakan yang ditimbulkan baik

akibat tindakan manusia maupun gangguan yang disebabkan oleh daya alam.

16) Pengawetan air adalah upaya memelihara keberadaan dan ketersediaan air atau kuantitas air agar tersedia

sesuai fungsi dan manfaatnya.

Page 10: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam

PT. MULTIMERA HARAPAN I-3 ENGINEERING CONSULTANT

17) Pengelolaan kualitas air adalah upaya mempertahankan dan memulihkan kualitas air yang masuk dan yang

berada di sumber air.

18) Peruntukan air adalah penggolongan air pada suatu sumber air menurut jenis penggunaannya.

19) Penyediaan sumber daya air adalah penentuan dan pemenuhan volume air persatuan waktu untuk

memenuhi kebutuhan air dan daya air serta memenuhi berbagai keperluan sesuai dengan waktu, kualitas

dan kuantitas.

20) Penggunaan sumber daya air adalah pemanfaatan sumber daya air dan prasarananya sebagai media dan

atau materi.

21) Pengembangan sumber daya air adalah upaya peningkatan kemanfaatan fungsi sumber daya air untuk

memenuhi kebutuhan air, dan atau sumber air, dan atau daya air.

22) Pengusahaan sumber daya air adalah upaya pemanfaatan sumber daya air untuk tujuan komersial.

23) Dinas adalah dinas teknis di tingkat provinsi yang membidangi sumber daya air.

24) Pengelola sumber daya air adalah institusi yang diberi wewenang untuk melaksanakan pengelolaan

sumber daya air.

1.3. Kedudukan dan Fungsi

Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam disusun berdasarkan kebijakan Pemerintah Pusat,

Pemerintah Kepulauan Riau dan Pemerintah Kabupaten/Kota terkait dalam bidang sumber daya air. Pola

ditetapkan oleh Menteri PU setelah mendapat rekomendasi dari Dewan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam

(PPTPA).

Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam berfungsi untuk memberikan arah bagi seluruh

Departemen dan Dinas/Instansi terkait dalam menyusun kebijakan program yang terkait dengan pengelolaan

sumber daya air sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam yang telah ditetapkan perlu dijabarkan lebih lanjut

dalam Rencana Induk Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam, rencana induk tersebut akan

menjadi pedoman bagi Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota, seluruh dinas/instansi terkait serta pihak-pihak

yang berkepentingan lainnya, sesuai dengan tanggung jawab dan kewenangannya.

Page 11: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam

PT. MULTIMERA HARAPAN I-4 ENGINEERING CONSULTANT

1.4. Maksud Dan Tujuan

Maksud disusunnya Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam adalah untuk membuat kerangka

dasar dalam pengelolaan sumber daya air di Wilayah Sungai Batam.

Tujuannya yang ingin dicapai dengan disusunnya Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam adalah

untuk menjamin terselenggaranya pengelolaan sumber daya air yang lestari, berwawasan lingkungan dan

berkelanjutan dari generasi ke generasi, serta dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi

kepentingan masyarakat dalam segala bidang kehidupan dan penghidupan.

Sedangkan sasarannya adalah untuk :

1) Mewujudkan keterpaduan, sinergitas serta sinkronisasi dalam pengelolaan sumber daya air wilayah

sungai.

2) Memelihara dan menjaga ekosistem dan daya dukung lingkungan wilayah sungai.

3) Memenuhi ketersediaan dan kebutuhan sumber daya air (air, sumber air dan daya air) bagi semua

pemanfaat.

4) Melakukan pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan dengan selalu memenuhi fungsi lingkungan

hidup dan pemenuhan ekonomi secara selaras, serasi dan seimbang.

1.5. Landasan Hukum

Landasan hukum penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam adalah :

1) Undang-undang Dasar 1945.

2) Undang-undang RI No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang.

3) Undang-undang RI No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

4) Undang-undang RI No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, juncto, Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun

2004 tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 41 Tentang Kehutanan.

5) Undang-undang RI No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.

6) Undang-undang RI No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

7) Undang-undang RI No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah.

8) Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.

9) Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran

Air.

10) Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2002 tentang Tata Hutan Dan Penyusunan Rencana Pengelolaan

Hutan, Pemanfaatan Hutan dan Pengawasan Kawasan Hutan.

Page 12: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam

PT. MULTIMERA HARAPAN I-5 ENGINEERING CONSULTANT

11) Keputusan Presiden RI No. 9 Tahun 1999 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Kebijaksanaan

Pendayagunaan Sungai dan Pemeliharaan Kelestarian Daerah Aliran Sungai.

12) Keputusan Presiden RI No. 62 Tahun 2000 tentang Koordinasi Penataan Ruang Nasional.

1.6. Ruang Lingkup

Pola Pengeloaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam merupakan kerangka dasar yang berisi arahan strategis

dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian (pemantauan & evaluasi) serta pengawasan kegiatan yang

berkaitan dengan pengelolaan sumber daya air di Wilayah Sungai .

Pola Pengeloaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan berisi :

1) Kerangka Analisis Pengelolaan Sumber Daya Air di Wilayah Sungai Batam

2) Tinjauan kondisi dan potensi Wilayah Sungai Batam

3) Visi dan misi Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam

4) Arahan kebijakan pengelolaan sumber daya air Wilayah Sungai Batam

5) Strategi pengelolaan sumber daya air Wilayah Sungai Batam

Page 13: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam

PT. MULTIMERA HARAPAN II- 1 ENGINEERING CONSULTANT

2.1 Kondisi Geografis

Pulau Batam yang ditetapkan menjadi kota sejak tahun 1999, pada mulanya merupakan salah satu

kecamatan dalam wilayah Kabupaten Kepulauan Riau. Wilayah yang kini luasnya 415 Km2 (41.500 Ha).

Batam terletak di wilayah yang sangat strategis dan tercakup di dalam wilayah Sijori (Singapore, Johor

dan Riau) yang juga dikenal sebagai Segitiga Emas Asia, serta di jalur pelayaran internasional yang

strategis, Batam menjadi daya tarik tersendiri bagi para investor, pasar tenaga kerja, dan wisatawan. Kota

Batam terletak antar 0º.25’29” – 1º.15’00” Lintang Utara dan 103º.34’35” – 104º.26’04” Bujur Timur.

Batas wilayah :

Sebelah Utara berbatasan dengan Negara Singapura / Malaysia

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Senayang

Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Karimun dan Moro Kabupaten Karimun

Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Bintan Utara

Secara umum Kota Batam dibagi menjadi 12 kecamatan yang masing-masing kecamatan memiliki luas

wilayah sekitar 10 - 313 Km2. Luas wilayah administratif di Kota Batam disajikan pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.1 Data Luas Per Kecamatan Di Kota Batam

No Nama Kecamatan Luas Wilayah (Km2) 1 Kec. Batu Ampar 11,3 2 Kec. Nongsa 97,1 3 Kec. Galang 312,5 4 Kec. Bulang 164,9 5 Kec. Sei Beduk 98,7 6 Kec. Belakang Padang 68,4 7 Kec. Sekupang 66 8 Kec. Lubuk Baja 10,7 9 Kec. Batam Kota 37,4 10 Kec. Bengkong 10,3 11 Kec. Batu Aji 35,7 12 Kec. Sagulung 41,1

IIIIII... KKKOOONNNDDDIIISSSIII DDDAAANNN PPPOOOTTTEEENNNSSSIII WWWIIILLLAAAYYYAAAHHH SSSUUUNNNGGGAAAIII BBBAAATTTAAAMMM

Page 14: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam

PT. MULTIMERA HARAPAN II- 2 ENGINEERING CONSULTANT

2.2 Kondisi Tata Ruang

2.2.1 Tata Guna Lahan Eksisting dan Yang Akan Datang

Data kondisi tata guna lahan saat ini diperoleh dari Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batam 2004-

2014 yang disusun oleh Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan Kota (BAPPEKO) Batam

dan data tambahan dari Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Kota Batam Tahun 2006 yang disusun

oleh Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup (Bapedal) Kota Batam. Dalam laporan tersebut,

keadaan tata guna lahan di Pulau Batam pada tahun 2004 terdiri dari penggunaan sebagai berikut :

Tabel 2.2 Tata Guna Lahan Tahun 2004

No. Fungsi Lahan Luas (Ha) Lokasi

1. Daerah Pantai pasir 3656.25 Batu ampar, Kabil, Nongsa

2. Dam / Bendungan 32512.40 Nongsa, Sei Ladi, Harapan, Baloi, dan

Duriangkang

3. Kolam Ikan - -

4. Perkebunan 1212.50 -

5. Lahan Perkarangan 1306.25 -

6. Hutan Mangrove 3678.88 Pulau-pulau kecil, Duriangkang, Tanjung

Uncang

7. Semak 706.07 Sebagian besar di Duriangkang

8. Hutan Lebat 2962.50 P. Batam bagian dalam

9. Hutan Belukar 2827.84 Sebagian besar di Duriangkang dan Nongsa

10. Perumahan, Industri, Sarana

Umum - -

(Keterangan : - data tidak tersedia)

Kemudian dalam RTRW 2004-2014, tata guna lahan Kota Batam dibagi menjadi 2 kawasan, yakni

Pemukiman, kawasan budidaya dan kawasan lindung. Menurut data, lahan yang banyak akan

digunakan di Kota Batam sampai dengan tahun 2011, adalah lahan untuk permukiman sebesar 14,37%

dari total areal Kota Batam sebagai kawasan budidaya dan hutan lindung sebesar 19,87% dari total

areal Kota Batam sebagai kawasan lindung. Peta RTRW Kota Batam tahun 2004-2014 disajikan pada

Gambar 2.1.

Page 15: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam

PT. MULTIMERA HARAPAN II- 3 ENGINEERING CONSULTANT

Tabel 2.3 Rencana Pemanfaatan Lahan Kota Batam Tahun 2014

No Jenis Pemanfaatan Lahan

Luas Total Persen Luas Total Persen

RTRW 2011 (Ha)

RTRW 2011 (%)

RTRW 2014 (Ha)

RTRW 2014 (%)

Kawasan Budidaya 54,418.41 54.89 56,517.95 54.43

1 Pusat Pemerintahan 90.00 0.09 68.26 0.07

2 Industri 6,754.57 6.81 5,843.74 5.63

3 Perdagangan dan Jasa 1,927.22 1.94 2,243.50 2.16

4 Pariwisata 8,369.52 8.44 7,915.09 7.62

5 Pemukiman 14,245.50 14.37 14,136.14 13.61

6 Pengembangan Pantai - - 2,196.88 2.12

7 Pertanian 11,947.02 12.05 11,051.18 10.64

8 Budidaya Perikanan 4,130.39 4.17 3,609.88 3.48

9 Kawasan Strategis - - 1,866.70 1.80

10 Kawasan Khusus - - 1,104.44 1.06

11 Kawasan Bandara - - 1,743.53 1.68

12 Lingkungan Kerja Pelabuhan - - 562.02 0.54

13 Fasilitas Umum 3,740.84 3.77 1,612.00 1.55

14 Jalan 3,213.35 3.24 2,336.69 2.25

15 Pengembangan Terbatas - - 227.90 0.22

Kawasan Lindung 44,731.14 45.11 47,325.27 45.57

16 Bumi Perkemahan - - 94.91 0.09

17 Waduk/Danau 4,600.02

4.64 2,195.40 2.11

18 Rencana Waduk 0.00 2,022.53 1.95

19 Hutan Lindung 19,703.90 19.87 8,797.51 8.47

20 Hutan Wisata 611.67 0.62 968.99 0.93

21 Ruang Hijau Kota - - 11,591.48 11.16

22 Buffer Zone - - 1,966.52 1.89

23 Kawasan Rawan Sesar 76.37 0.08 79.91 0.08

24 Sempadan Waduk 10,350.38

10.44 1,959.23 1.89

25 Sempadan Pantai 0.00 7,746.75 7.46

26 Mangrove / Bakau 9,388.80 9.47 9,902.04 9.54

Jumlah 99,149.55 100.00 103,843.22 100.00

Sumber : Hasil Perhitungan dari Peta Rupa Bumi Bakosurtanal Tahun 2004

Page 16: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam

PT. MULTIMERA HARAPAN II- 4 ENGINEERING CONSULTANT

Gambar 2.1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batam 2004-2014

Page 17: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam

PT. MULTIMERA HARAPAN II- 5 ENGINEERING CONSULTANT

2.2.2 Kondisi Hutan

Menurut Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Kota Batam Tahun 2006 (Bapedal Kota Batam, 2006),

penggundulan hutan dan kerusakan hutan di Kota Batam terutama disebabkan oleh perubahan fungsi

untuk pembukaan lahan bagi kegiatan diantaranya adalah untuk pembangunan pusat jasa dan

perumahan/pemukiman, pembalakan liar serta pembakaran hutan.

Degredasi hutan menimbulkan akibat lanjutan yang berpengaruh pada kehidupan masyarakat dan

memperluas lahan kriti, kehilangan kemampuan menahan laju erosi dan daya menangkap air. Hal ini juga

mempengaruhi kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) dan pendangkalan waduk yang mempengaruhi

fluktuasi air. Itu semua dapat menyebabkan banjir dan kelangkaan air.

Berdasarkan Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batam tahun 2004-2014 seperti pada Gambar 2.1,

bahwa luas kawasan lindung sampai tahun 2014 mencapai 8.797,51 Ha atau sekitar 8,47 % dari luas

wilayah Kota Batam yang meliputi :

• Kecamatan Sekupang seluas 2.590,96 Ha

• Kecamatan Lubuk Baja seluas 33,64 Ha

• Kecamatan Batu Ampar seluas 55,56 Ha

• Kecamatan Nongsa seluas 1.047,37 Ha

• Kecamatan Sungai Beduk seluas 5.069 Ha

2.3. Kondisi Topografi dan Geomorfologi

2.3.1. Kondisi Topografi

Batam merupakan bagian dari paparan kontinental dengan luas 41.500 Ha. Pulau-pulau yang tersebar di

daerah ini merupakan sisa-sisa erosi atau penyusutan dari daratan pra tersier yang membentang dari

semenanjung Malaysia dan Pulau Singapura di bagian Utara sampai dengan pulau-pulau Moro dan

Kendur serta Karimun disebelah Selatan.

Permukaan dengan elevasi 0-5 meter di atas permukaan laut banyak terdapat di pantai Utara dan Selatan

dan pada umumnya berupa kawasan hutan bakau (mangrove). Dari luas total wilayah pulau Batam,

permukaan lahan memiliki elevasi 5-25 meter di atas permukaan laut. Daerah ini sebagian besar

berbentuk medan dataran alluvial dan sesuai untuk pemukiman, industri dan pariwisata. Lahan dengan

elevasi 25 – 100 meter di atas permukaan laut meliputi 32% dari seluruh luas wilayah Pulau Batam.

Kawasan ini sesuai untuk pemukiman, industri dan pariwisata serta hutan lindung untuk daerah dengan

elevasi mendekati 100 meter di atas permukaan laut. Sedangkan elevasi di atas 100 meter memilki

persentase luasan sekitar 1 %. Peta Topografi Pulau Batam disajikan pada Gambar 2.2.

Page 18: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam

PT. MULTIMERA HARAPAN II- 6 ENGINEERING CONSULTANT

2.3.2. Kondisi Morfologi

Berdasarkan Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Kota Batam Tahun 2006 (Bapedal Kota Batam,

2006), areal di Kota Batam berada pada ketinggian 5 -25 meter dpi, yang merupakan lahan auvial.

Daerah dengan ketinggian 0 – 5 meter dpi terdapat di pesisir Utara dan Selatan Pulau Batam, yang

merupakan hutan mangrove, sekitar 51% (42.406 Ha). Secara teori, lahan dengan ketinggian 25 – 100

meter dpi cocok untuk perumahan, industri, pertanian, pariwisata dan hutan lindung (kawasan

konservasi). Sedangkan sekitar 32% dari luas areal di Pulau Batam berada di ketinggian 25 – 100 meter

dpi, sehingga dapat menjadi areal perumahan, industri, pertanian, pariwisata dan hutan lindung (kawasan

konservasi). Distribusi areal di Pulau Batam berdasarkan elevasi dapat dilihat pada Tabel berikut :

Tabel 2.4 Klasifikasi Lahan Pulau Batam Berdasarkan Kemiringan (Ha)

Sumber : Lemtek UI, 1999

Menurut laporan tersebut, apabila ditinjau dari kemiringan lahan, daerah dengan kemiringan 0 – 3 %

terdapat di pantai Teluk Senimba, Jodoh, Tering dan Pantai di Duriangkang. Daerah ini cocok untuk

perumahan, industri, pariwisata, pertanian dan hutan konservasi. Lahan dengan kemiringan 3 – 10%

tersebar di seluruh Pulau Batam, mulai dari Bukit Dangas Pancur di Sekupang dan Tanjung Uncang di

bagian timur sampai ke Teluk Jodoh dan Duriangkang di bagian selatan. Daerah kemiringan 10 – 20%

terdapat di daerah perbukitan pantai barat sampai timur. Daerah dengan kemiringan 20 – 40% merupakan

daerah sempit terdapat di perbukitan Dangas Pancur (dikembangkan untuk konservasi dan bisnis).

Daerah dengan kemiringan lebih dari 40% terdapat di bukit Dangas dan Pancur, merupakan areal

konservasi hutan dan hutan lindung untuk sumber daya air (daerah tangkapan air). Peta Kemiringan

Lahan Pulau Batam disajikan pada Gambar 2.3.

Page 19: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam

PT. MULTIMERA HARAPAN II- 7 ENGINEERING CONSULTANT

Gam

bar

2.2

Pet

a To

pogr

afi

Page 20: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam

PT. MULTIMERA HARAPAN II- 8 ENGINEERING CONSULTANT

Gam

bar

2.3

Pet

a Ke

miri

ngan

Lah

an

Page 21: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam

PT. MULTIMERA HARAPAN II- 9 ENGINEERING CONSULTANT

2.3.3. Kondisi Geologi

Menurut Hamilton (1979), secara regional geologi Pulau Batam dan sekitarnya termasuk dalam tatanan

stratigrafi dan litologi berumur Palaeozoikum Atas dan Triasik yang merupakan kelanjutan dari bagian

timur Malaysia. Berdasarkan peta geologi Pulau Batam yang dikompilasi oleh GM. Hermansyah (1983),

litologi yang terdapat di Pulau Batam adalah sebagai berikut :

Batuan tertua merupakan batuan malihan yang terdiri dari sekis, batu sabak dan kuarsit yang berumur

Permo-karbon. Batuan ini pada umumnya terdapat di pantai timur dan barat Pulau Batam yang menyebar

dari utara ke selatan. Di bagian barat, batuan malihan ini dapat dijumpai mulai dari Teluk Senimba yang

memanjang ke arah selatan dan berakhir di sekitar daerah Pulau Gundap sedangkan di bagian timur

terdapat di kawasan pantai Pangkalan Api, Panau sampai Kabil. Selanjutnya pada umur Pra Triasik

terdapat batuan granit berbentuk batolit yang menerobos batuan malihan tersebut di atas.

Berdasarkan peta geologi yang ada, batuan granit ini pada umumnya terungkap di bagian timur pantai

utara Pulau Batam, yaitu sekitar Nongsa, Pulau Babi dan menyebar ke selatan di sekitar Pulau Jabi.

Berdasarkan singkapan yang terdapat di sekitar Nongsa, batuan granit ini berwarna abu-abu kemerahan,

kadang-kadang abu-abu kegelapan, sangat kompak, berstektur porpiritik dan terdiri dari mineral-mineral

kuarsa, ortoklas dan mineral hitam yang diduga horenblende.

Di beberapa tempat dijumpai pula batuan kuarsit yang seolah-olah mengisi kekar-kekar yang terjadi pada

grani itu sendiri dan batuan asing basalt berupa zenoit. Batuan kuarsit tersebut diperkirakan sebagai

proses akhir magmatis dari pembentukan terobosan granit, sedangkan batuan basalt terjadi akibat batuan

samping di sekitarnya termakan oleh proses granitisasi.

Berdasarkan kenampakan di lapangan, struktur geologi yang berkembang pada batuan granit terdiri dari

patahan dan kekar. Indikasi patahan tersebut dibuktikan dengan dijumpainya kenampakan cermin sesar

dan perkembangan dari kekar-kekar itu sendiri. Secara umum liniasi patahan tersebut berarah barat laut –

tenggara. Selanjutnya di atas batuan granit, diendapkan secara tidak selaras Formasi Batam Tengah yang

terdiri dari batuan lempung serpihan berwarna hitam, boklat dan merah keunguan, batu pasir lempungan

yang mengandung mineral mika, batu pasir berwarna putih dan hitam, kuarsit dan konglomerat kuarsit.

Keseluruhan batuan tersebut di atas berumur Triasik.

2.4. Kondisi Sosial Ekonomi

2.4.1. Kependudukan

Data populasi diperoleh dari Badan Statistik Pusat Kota Batam. Menurut data, sampai dengan bulan Juli

Page 22: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam

PT. MULTIMERA HARAPAN II- 10 ENGINEERING CONSULTANT

2006 jumlah penduduk Kota Batam adalah 702.079 jiwa, dengan komposisi laki-laki 340.712 jiwa dan

perempuan 359.793 jiwa. Data terakhir pada bulan Desember 2006 jumlah penduduk Kota Batam

menjadi 713.960 jiwa, dengan komposisi laki-laki 347.575 jiwa dan perempuan 366.385 jiwa. Data

lengkap tentang pertumbuhan penduduk di Kota Batam sampai dengan tahun 2006 adalah sebagai

berikut :

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Batam

Gambar 2.4 Pertumbuhan Penduduk Kota Batam

Sedangkan data Sumber Daya Manusia diperoleh dari Dinas Tenaga Kerja Kota Batam. Menurut data,

sampai dengan bulan Juli 2006 sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah di bidang

industri, yaitu mencapai 189.843 orang. Sedangkan sektor yang paling sedikit menyerap tenaga kerja

adalah di bidang pertambangan, yaitu hanya 770 orang. Data lengkap dapat dilihat dalam tabel

sebagai berikut :

Tabel 2.5 Jumlah Tenaga Kerja Di Kota Batam Menurut Sektor Ekonomi Kondisi s/d Juli 2006

Sektor Jumlah Perusahaan

WNI WNA Pria Wanita Pria Wanita

1 Pertanian 24 1,818 192 - - 2 Pertambangan 24 489 241 16 - 3 Industry 779 57,173 128,729 3,000 162 4 Listrik, Gas dan Air 13 1,035 186 4 5 Bangunan 581 18,932 1,330 7 6 Perdagangan & Hotel 786 13,125 4,606 81 7 Pengangkutan dan Komunikasi 160 1,501 1,479 31 8 Keuangan 114 2,626 695 7 9 Jasa-jasa 274 6,047 2,239 27 14 JUMLAH 2,755 102,746 139,697 3,173 176

Sumber : Dinas Tenaga Kerja Kota Batam

Page 23: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam

PT. MULTIMERA HARAPAN II- 11 ENGINEERING CONSULTANT

Selain hal itu, rasio antara jumlah tenaga kerja dengan jumlah penduduk di Kota Batam menunjukkan

angka yang fluktuatif. Hal ini dapat dilihat dalam rasio setiap tahunnya, seperti tahun 2001 rasio

menunjukkan angka 0,313, tahun 2002 rasio menunjukkan angka 0,314, tahun 2003 rasio

menunjukkan angka 0,334, tahun 2004 rasio menunjukkan angka 0,376, dan tahun 2005 rasio

menunjukkan angka 0,327. Data lengkap mengenai rasio ini dapat dilihat daam tabel sebagai berikut :

Tabel 2.6 Rasio Jumlah Tenaga Kerja dengan Jumlah Penduduk di Kota Batam tahun 2001 – 2006

Tahun Tenaga Kerja Terdaftar Penduduk Rasio

2001 165,183 527,151 0.313

2002 172,709 549,951 0.314

2003 187,842 562,661 0.334

2004 224,260 591,253 0.376

2005 224,379 685,787 0.327

Juli 2006 245,792 702,079 0.35

Sumber : Dinas Tenaga Kerja Kota Batam

2.4.2. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Kota Batam

Berdasarkan laju pertumbuhan penduduk selama periode 2002-2005 maka dapat dibuat proyeksi

penduduk untuk 25 tahun yang akan datang, adapun hasil proyeksi jumlah penduduk tersebut tertera

dalam Tabel 37 dan 3.8 pada halaman berikutnya.

Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa jumlah penduduk seluruh kecamatan di WS Batam pada tahun

2025 berjumlah 4.806.321 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk rata-rata pertahun adalah 11.05 %.

Page 24: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831
Page 25: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam

PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT

II-13

Tabel 2.7 Proyeksi Penduduk di Kota Batam Periode 2007 - 2025

No Kecamatan Tahun

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

1 Batam Kota 105,087 116,703 129,602 143,928 159,837 177,504 197,124 218,913 243,111

2 Batu Aji 80,221 89,088 98,935 109,871 122,016 135,503 150,480 167,113 185,585

3 Batu Ampar 48,720 54,105 60,086 66,727 74,103 82,294 91,390 101,492 112,710

4 Belakang Padang 20,231 22,467 24,951 27,708 30,771 34,172 37,950 42,144 46,803

5 Bengkong 68,873 76,486 84,940 94,329 104,755 116,334 129,193 143,474 159,332

6 Bulang 9,481 10,529 11,693 12,985 14,421 16,015 17,785 19,750 21,934

7 Galang 14,709 16,335 18,140 20,146 22,372 24,845 27,591 30,641 34,028

8 Lubuk Baja 74,481 82,714 91,856 102,010 113,285 125,807 139,713 155,156 172,306

9 Nongsa 41,721 46,333 51,454 57,141 63,457 70,472 78,261 86,912 96,518

10 Sagulung 119,415 132,614 147,273 163,551 181,629 201,706 224,001 248,761 276,257

11 Sei Beduk 74,213 82,416 91,526 101,643 112,878 125,354 139,210 154,598 171,686

12 Sekupang 71,029 78,880 87,599 97,282 108,035 119,976 133,238 147,965 164,320

Total 728,181 808,670 898,055 997,321 1,107,559 1,229,982 1,365,936 1,516,919 1,684,590

Page 26: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam

PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT

II-14

Tabel 2.8 Proyeksi Penduduk di Kota Batam Periode 2007 – 2025 (Lanjutan)

No Kecamatan Tahun

2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025

1 Batam Kota 269,983

299,825

332,966

369,770

410,642

456,032

506,439

562,417

624,584

693,621

2 Batu Aji 206,098

228,879

254,178

282,274

313,475

348,124

386,604

429,337

476,793

529,495

3 Batu Ampar 125,168

139,004

154,368

171,431

190,380

211,424

234,793

260,746

289,567

321,574

4 Belakang Padang 51,976 57,721 64,101 71,187 79,055 87,794 97,498 108,275

120,243

133,534

5 Bengkong 176,944

196,502

218,222

242,343

269,131

298,879

331,915

368,603

409,346

454,593

6 Bulang 24,358 27,050 30,040 33,361 37,048 41,143 45,691 50,742 56,350 62,579

7 Galang 37,789 41,966 46,605 51,757 57,477 63,831 70,886 78,721 87,423 97,086

8 Lubuk Baja 191,352

212,503

235,991

262,076

291,045

323,215

358,941

398,616

442,677

491,608

9 Nongsa 107,187

119,035

132,192

146,804

163,031

181,051

201,063

223,288

247,968

275,377

10 Sagulung 306,793

340,704

378,364

420,186

466,630

518,209

575,489

639,100

709,742

788,193

11 Sei Beduk 190,663

211,738

235,142

261,133

289,997

322,052

357,650

397,182

441,084

489,839

12 Sekupang 182,483

202,654

225,054

249,930

277,556

308,235

342,305

380,142

422,160

468,823

Total 1,870,794 2,077,581 2,307,224 2,562,251 2,845,467 3,159,988 3,509,274 3,897,168 4,327,937 4,806,321

Page 27: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam

PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT

II-15

2.4.3. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi

Berdasarkan data sekunder yang didapatkan dari Badan Pusat Statistik Kota Batam didapatkan angka

dalam kurun waktu 4 tahun, yaitu tahun 2002 – 2005. Rata-rata pertumbuhan ekonomi Kota Batam

sesuai dengan data tersebut dapat dikatakan tinggi karena mencapai angka 6% per tahun. Meskipun

demikian masih terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi sebesar 0.68%, yaitu di tahun 2005.

Pertumbuhan ekonomi Kota Batam Tahun 2002 – 2005 dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 2.9. Pertumbuhan Ekonomi Kota Batam Tahun 2002 – 2005

TAHUN PERTUMBUHAN EKONOMI (%)

2002 7.01 2003 7.73 2004 8.28 2005 7.6

Sumber : BPS Kota Batam

Angka pertumbuhan ekonomi Kota Batam yang cenderung tinggi dikarenakan Kota Batam sebagai

daerah tujuan investasi terutama bagi pemodal asing. Angka pertumbuhan ekonomi tidak tergantung

lepada pendapatan di daerah tersebut. Hal ini dibuktikan dengan fakta pendapatan asli daerah Kota

Batam tahun 2004 sebesar 162.16, yang mengalami peningkatan menjadi 178.28 pada tahun 2005 dan

pada tahun 2006 meningkat lagi, menjadi sebesar 229,99 ( Milyar Rupiah). Bila dilihat dari Investasi di

Kota Batam pada tahun 2006 sebesar 12.41 (Milyar Rupiah), yang terdiri dari : Investasi Pemerintah

sebesar 2.45 (Milyar Rupiah), Investasi Asing sebesar 4.46 (Milyar Rupiah) dan Investasi Domestik

sebesar 5.5 (Milyar Rupiah). Sedangkan berdasarkan data pertumbuhan ekonomi di atas, justru terjadi

penurunan pada tahun 2005.

Kalau dilihat per sektor ekonomi dapat diketahui bahwa ada tujuh sektor dan sektor jasa-jasa. Sedangkan

bila kita melihat kontribusi masing-masing sektor pendapatan regional pada tahun 2004 masih sangat

dominan berasal dari sektor industri pengolahan sebesar 71.28%. Sedangkan sektor lainnya yang juga

cukup dominan adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 10.94% dan sektor keuangan,

persewaan dan jasa perusahaan sebesar 4.61%.

Laju pertumbuhan ekonomi kota Batam per sektor pada tahun 2004 di dominasi oleh sektor-sektor

industri pengolahan sebesar 8.45%. Pendapatan per kapita masyarakat juga menunjukkan peningkatan.

Berdasarkan harga berlaku (current price), pada tahun 2004 pendapatan per kapita telah mencapai Rp.

17.176.162,49 sedangkan pada tahun 2003 sebesar Rp.15.935.049,96.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat ditemukan proyeksi pertumbuhan ekonomi dengan

mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi Kota Batam Tahun 2002 – 2005 sebagaimana dapat dilihat

dalam tabel berikut ini :

Page 28: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam

PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT

II-16

Tabel 2.10. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Kota Batam Tahun 2007 - 2030

PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA BATAM (%) 2007 2010 2015 2020 2025 2030 8.46 9.16 10.32 11.48 12.64 13.80

Sumber : Data Diolah

2.4.4. Proyeksi Sistem Kebutuhan Air Bersih

Adapun dalam menghitung perkiraan kebutuhan air bersih bagi penduduk Kota Batam di masa

mendatang, digunakan standar dari Direktorat Air Bersih Departemen Perkerjaan Umum yang

disesuaikan dengan tingkat kebutuhan rata-rata untuk masing-masing aktivitas di setiap penggunaa

lahan.

Berdasarkan hal tersebut, dapat diperkirakan total kebutuhan air bersih untuk penduduk Kota Batam

hingga tahun 2014 seperti pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.11. Proyeksi Kebutuhan Air Bersih Melalui PDAM Di Kota Batam Hingga Tahun 2014

No Uraian Satuan Tahun

2006 2009 2011 2014 1 Jumlah Total Penduduk Kota Batam Jiwa 711,184 879,657 1,020,507 1,300,315 2 Kebutuhan Air Bersih

a Sambungan Rumah (SR) I/jiwa/hari 130 130 130 130 Jumlah Jiwa/SR Jiwa 5 5 5 5 b Kebutuhan Industri I/Ha/hari 40,000 40,000 40,000 40,000 c Kebutuhan untuk pariwisata I/Ha/hari 4,800 4,800 4,800 4,800 d Kebutuhan untuk perdagangan dan jasa I/Ha/hari 5,210 5,210 5,210 5,210 e Kebutuhan Pertanian I/Ha/hari 4,150 4,150 4,150 4,150 f Hidran Umum (HU) I/jiwa/hari 30 30 30 30 g Jumlah Jiwa / HU Jiwa 100 100 100 100

3 Tingkat Pelayanan Air Bersih Sistem Perpipaan %

a Sambungan Rumah % 75 75 75 85 b Sambungan industri % 100 100 100 100 c Sambungan pariwisata % 100 100 100 100 d Sambungan perdagangan dan jasa % 100 100 100 100 e Sambungan pertanian % 80 80 80 85 f Hidran umum % 5 5 5 5

4 Jumlah Pelanggan a Sambungan Rumah Unit 106,678 140,745 173,486 221,054 b Sambungan industri Ha 1,500 3,000 6,755 6,755 c Sambungan pariwisata Ha 3,250 5,100 8,370 8,370 d Sambungan perdagangan dan jasa Ha 800 928 1,927 1,927 e Sambungan pertanian Ha 2,255 4,130 11,947 11,947 f Hidran umum Unit 356 440 510 650

5 Kebutuhan Air Domestik a Sambungan Rumah liter/detik 803 1,059 1,305 1,663 b Sambungan industri liter/detik 694 1,389 3,127 3,127 c Sambungan pariwisata liter/detik 181 283 465 465

Page 29: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam

PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT

II-17

No Uraian Satuan Tahun

2006 2009 2011 2014 d Sambungan perdagangan dan jasa liter/detik 48 56 116 116 e Sambungan pertanian liter/detik 87 159 488 488 f Hidran umum liter/detik 0 0 0 0 g Total Debit Kebutuhan Air Domestik liter/detik 1,812 2,946 5,501 5,859

6 Kebutuhan Air Non Domestik a Persentase dari kebutuhan Domestik % 20 20 20 20

b Total Debit Kebutuhan Air Non Domestik liter/detik 362 589 1,100 1,172

7 Sub Total Kebutuhan Air liter/detik 2,175 3,535 6,601 7,031 8 Kebocoran Air Bersih

a Persentase kebocoran % 25 25 25 25 b Total Debit Kebocoran liter/detik 544 884 1,650 1,758

9 Total Kebutuhan Air Rata-rata liter/detik 2,719 4,419 8,252 8,789 10 Faktor Kebutuhan Air Maksimum Harian 1 1 1 1 11 Kebutuhan Air Maksimum Harian liter/detik 2,991 4,860 9,077 9,668 12 Faktor Kebutuhan Puncak Harian 1 1 1 1 13 Kebutuhan Air Puncak Harian liter/detik 3,262 5,302 9,902 10,546

Sumber : RTRW Kota Batam, 2004

2.4.5. Proyeksi sistem Kebutuhan Jaringan Listrik

Pengembangan jaringan listrik diarahkan untuk mendukung kegiatan budidaya dan kegiatan sosial-

ekonomi kota di masa mendatang. Upaya pengembangan jaringan listrik di wilayah Barelang pada

masa mendatang dilakukan dengan mengembangkan pembangkit listrik melalui peningkatan kualitas

dan kuantitas pembangkit yang ada agar dapat melayani kebutuhan masyarakat pada tahun 2014 serta

melakukan pengembangan jaringan listrik yang ada melalui peningkatan kapasitas terpasang dan

kapasitas terpakai agar dapat menjangkau daerah pelayanan yang cukup luas. Sebagai acuan untuk

rencana pengembangan jaringan listrik, terlebih dahulu diperlukan perkiraan besarnya energi listrik

maksimum rata-rata yang dibutuhkan tiap-tiap keluarga, yaitu 900 VA/KK. Sedangkan rata-rata untuk

kebutuhan sarana sosial dan sarana umum mencapai 250% dari keseluruhan kebutuhan listrik rumah

tangga. Bagian terkecil kebutuhan listrik dimanfaatkan untuk penerangan jalan yang proporsinya hanya

15% dari seluruh kebutuhan listrik rumah tangga. Berikut ini ini perkiraan kebutuhan listrik Kota Batam

hingga tahun 2014.

Page 30: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam

PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT

II-18

Tabel 2.12 Perkiraan Kebutuhan Listrik Kota Batam Hingga Tahun 2014

No Uraian Satuan Tahun

2006 2009 2011 2014 1 Jumlah Penduduk Kota Batam Jiwa 711,184 879,657 1,020,507 1,300,315 2 Jumlah KK KK 142,237 175,931 204,101 260,063 3 Target Pelayanan

a Rumah Tangga % 85% 85% 85% 85% b Non Rumah Tangga % 150% 150% 150% 150% c Penerangan Jalan % 15% 15% 15% 15%

4 Daya Pasang Listrik Watt/KK 900 900 900 900 5 Kebutuhan Listrik

a Rumah Tangga KW 76,808 95,003 156,138 198,948 b Non Rumah Tangga KW 115,212 142,504 234,206 298,422 c Penerangan Jalan KW 11,521 14,250 23,421 29,842 Total Kebutuhan KW 203,541 251,758 413,765 527,213

Sumber : RTRW Kota Batam , 2004

2.4.6. Proyeksi Sektor Parawisata

Kota Batam selain sebagai daerah tujuan investasi juga ingin mencanangkan diri sebagai daerah tujuan

wisata. Berdasarkan data Dinas Pariwisata Kota Batam Tahun 2000 – 2006 jumlah wisatawan yang

berkunjung di Batam mengalami peningkatan cukup drastis pada tahun 2004 dengan angka kenaikan

sebesar 18,81%. Meskipun demikian pada tahun 2005 juga terjadi penurunan kunjungan yang sangat

signifikan, yaitu sebesar 32,90% dikarenakan kebijakan politik yang meniadakan judi.

Data selengkapnya tentang jumlah wisatawan tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 2.13 Jumlah Wisatawan Kota Batam Tahun 2000 – 2006

Tahun Jumlah Wisatawan Rasio Per Tahun (%) 2000 1.134.051 - 2001 1.145.396 1.00 2002 1.101.048 -3.87 2003 1.285.394 16.74 2004 1.527.132 18.81 2005 1.024.758 -32.90 2006 1.012.711 -1.18

Sumber : Data diolah

Berdasarkan dari data di atas, maka ditemukan proyeksi jumlah wisatawan tahun 2007 – 2030

sebagaimana dapat dilihat dalam Tabel 4.12. Menurut tabel tersebut, jumlah wisatawan cenderung

menurun dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan karena kecenderungan penurunan telah terjadi sejak

tahun 2005, sehingga setelah dihitung secara regresi maka ditemukanlah proyeksi tersebut. Namun

proyeksi ini dapat diatasi jika pemerintah Kota Batam melakukan tindakan untuk mengatasi dampak

Page 31: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam

PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT

II-19

yang bisa mengurangi penurunan jumlah wisatawan yang berkunjung. Data lengkap tentang proyeksi

dimaksud dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 2.14 Proyeksi Jumlah Wisatawan Kota Batam Tahun 2007 – 2030

Proyeksi Jumlah Wisatawan

2007 2010 2015 2020 2025 2030

1.150.397 1.131.196 1.099.194 1.067.192 1.035.190 1.003.188

Sumber : Data Diolah

Seiring jumlah wisatawan yang berkunjung, diimbangi dengan pembangunan fasilitas akomodasi yang

memadai. Jumlah hotel di Kota Batam telah memadai untuk menampung jumlah wisatawan di atas,

bahkan setiap tahun ada kecenderungan jumlah hotel meningkat. Hal ini dapat dilihat dalam tabel di

bawah ini :

Tabel 2.15 Jumlah Hotel Di Kota Batam Tahun 2000 - 2005

Tahun Jumlah Hotel Rasio Per Tahun (%)

2000 133 9.02

2001 137 3.01

2002 144 5.11

2003 147 2.08

2004 139 -5.44

2005 146 5.04

Sumber : Data BPS Kota Batam diolah

Untuk melihat proyeksi jumlah hotel tahun-tahun ke depan, perlu melihat dahulu data sekunder di atas

yang kemudian diolah dengan menggunakan metode regresi. Pada akhirnya ditemukan proyeksi

sebagaimana disebutkan dalam tabel berikut :

Tabel 2.16 Proyeksi Jumlah Hotel Di Kota Batam Tahun 2007 – 2030

Proyeksi Jumlah Hotel

2007 2010 2015 2020 2025 2030

155 165 182 199 215 232

Sumber : Data Diolah

Page 32: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam

PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT

II-20

2.5. Kondisi Hidrologi

Ketersediaan Data Hujan

Pada wilayah studi ini menggunakan pos pengamatan hujan dengan data yang kurang mendukung

dikarenakan data-data yang didapat dari berbagai pos atau dam/waduk rata-rata tingkat operasinya

kurang dari 10 tahun bahkan ada beberapa yang sudah dibangun akan tetapi belum dioperasionalkan

atau dioptimalkan pemanfaatannya. Berikut ini data yang diperoleh pos pengamatan , yaitu :

1. Pos Hidroklimatologi Dam Sei Ladi

2. Pos Hidroklimatologi Dam Muka Kuning

3. Pos Hidroklimatologi Dam Baloi

4. Pos Hidroklimatologi Dam Sei Harapan

5. Pos Hidroklimatologi Dam Nongsa

6. Pos Hidroklimatologi Hang Nadim

Lokasi dari pos pengamatan disajikan pada Gambar 2.5 berikut.

Page 33: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam

PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT

II-21

Gam

bar

2.5

Lok

asi P

os H

idro

klim

atol

ogi

Page 34: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam

PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT

II-22

Gambar 2.6 Bar-chart Ketersediaan Data Hujan

Pos Hidroklimatolgi Hang nadim memiliki data bulanan yang cukup panjang, untuk itu pada tahap

selanjutnya analisis data hujan yang hilang akan diverifikasi berdasarkan pos tersebut. Sebaliknya, pos

hidroklimatologi Duriangkang memiliki data hujan yang pendek, sehingga data pos ini tidak akan

dianalisis.

Curah Hujan Rencana

Berdasarkan data curah hujan maksimum tiap tahun di 6 lokasi Pos Hujan yang tersebar di daerah

Sungai Batam dapat dianalisa frekuensi dengan beberapa metode dan didistribusikan ke dalam hujan

jam-jaman, hasil perhitungan hujan rencana untuk periode ulang 2 th, 5 th, 10 th, 25 th, 50 th dan 100

th di masing-masing Pos Hujan disajikan pada table dibawah ini.

Page 35: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam

PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT

II-23

Tabel 2.17 Hujan Rencana (mm)

No Nama

Pos

Periode Ulang

2 5 10 25 100

1 Dam Nongsa 366.583 408.279 436.248 469.802 515.115

2 Hang Nadim 386.938 432.308 462.741 499.252 548.557

3 Dam Baloi 323.054 359.636 384.174 413.613 453.367

4 Dam Sei Ladi 414.069 459.080 489.272 525.493 574.408

5 Dam Muka Kuning 428.531 476.476 508.636 547.218 599.321

6 Dam Sei Harapan 422.820 468.348 498.887 535.525 585.002

Sumber : Data Diolah

Data hujan rencana diatas kemudian diinterpolasi dengan menggunakan metode Inverse Distance

Weighting (IDW) dengan persamaan kuadratik sehingga sebagai hasil akhirnya adalah Peta Isohiet

untuk masing-masing periode ulang hujan rencana.

Page 36: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam

PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT

II-24

Gam

bar

2.7

Pet

a Is

ohie

t Huj

an R

enca

na 2

Tah

unan

Page 37: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam

PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT

II-25

Gam

bar

2.8

Pet

a Is

ohie

t Huj

an R

enca

na 5

Tah

unan

Page 38: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam

PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT

II-26

Gam

bar

2.9

Pet

a Is

ohie

t Huj

an R

enca

na 1

0 Ta

huna

n

Page 39: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam

PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT

II-27

Gam

bar

2.10

Pet

a Is

ohie

t Huj

an R

enca

na 2

5 Ta

huna

n

Page 40: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam

PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT

II-28

Gam

bar

2.11

Pet

a Is

ohie

t Huj

an R

enca

na 1

00 T

ahun

an

Page 41: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam

PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT

II-29

Debit Banjir Rencana

Debit banjir rencana untuk masing-masing Dam disajikan pada gambar dibawah ini.

Sumber : Data Diolah

Gambar 2.12 Hidrograf Banjir Masing-masing Dam

Page 42: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam

PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT

II-30

2.6. Kondisi Kualitas Air WS Batam

Kualitas air WS Batam dipantau pada lima lokasi, yaitu : (1).Dam Duriangkang; (2).Dam Muka Kuning;

(3).Dam Baloi; (4). Dam Sei Ladi ; dan Da.m RSOB. Hasil pengamatan tersebut dapat dilihat dalam Tabel

2.18 berikut ini:

Tabel 2.18 Hasil Pengamatan Kualitas Air di WS Batam

Standar Baku Mutu Kelas I PP No. 82/2001 Sumber : Bapedal Kota Batam Selain hasil pemantauan di atas, PT. Multimera Harapan juga melakukan pengambilan sample untuk

kualitas air WS Batam yang diambil dari empat lokasi, yaitu : (1).Waduk Bulang Lintang ; (2).Sumur di P.

Bulang Lintang; (3). Danau Mungga di Rempang; (4). Danau Sekanak di P. Belakang Padang.

A. Evaluasi Kualitas Air

Evaluasi kualitas pada sumber air di lokasi-lokasi tersebut dilakukan berdasarkan Baku Mutu Kelas I dari

PP 82/2001.

1) Kualitas Air Waduk Bulang Lintang

Berdasarkan data pemantauan kualitas Waduk Bulang Lintang, dibandingkan dengan air baku air minum (

Klas I PP 82/2001) terdapat beberapa parameter yang telah melampaui persyaratan, yaitu : Free Chlorine

dan Phenol compound as Phenol, yang dapat dilihat pada Tabel 2.19

Page 43: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam

PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT

II-31

Tabel 2.19 Kualitas Air Waduk Bulang Lintang

Sumber : Hasil Analisa Laboratorium,2007

2) Kualitas Air Sumur di P. Bulang Lintang

Berdasarkan data pemantauan kualitas Sumur di P. Bulang Lintang, dibandingkan dengan air baku air

minum ( Klas I PP 82/2001) terdapat beberapa parameter yang telah melampaui persyaratan, yaitu : pH,

COD, Total Phospate as P, Zinc (Zn) dan Phenol compound as Phenol, dapat dilihat pada Tabel 2.20.

Page 44: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam

PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT

II-32

Tabel 2.20 Kualitas Air Sumur di P. Bulang Lintang

Sumber : Hasil Analisa Laboratorium,2007

3) Kualitas Air Danau Mungga di Rempang.

Berdasarkan data pemantauan kualitas Danau Mungga di Rempang, dibandingkan dengan air baku air

minum ( Klas I PP 82/2001) terdapat beberapa parameter yang telah melampaui persyaratan, yaitu : pH,

Total Phospate as P, dan Phenol compound as Phenol, dapat dilihat pada Tabel 2.21.

Page 45: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam

PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT

II-33

Tabel 2.21. Kualitas Air Danau Mungga di Rempang

Sumber : Hasil Analisa Laboratorium,2007

4) Kualitas Air Danau Sekanak di P. Belakang Padang

Berdasarkan data pemantauan kualitas Danau Sekanak di P. Belakang Padang, dibandingkan dengan air

baku air minum ( Klas I PP 82/2001) terdapat beberapa parameter yang telah melampaui persyaratan,

yaitu : pH, Free Chlorine, dan Phenol compound as Phenol, dapat dilihat pada Tabel 2.22.

Page 46: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam

PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT

II-34

Tabel 2.22. Danau Sekanak di P. Belakang Padang

Sumber : Hasil Analisa Laboratorium, 2007

2.7. Kondisi Fisik WS Batam

2.7.1. Erosi Dan Sedimentasi

Erosi merupakan proses pengikisan dan perpindahan partikel tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh

tenaga air. Erosi akan menyebabkan hilangnya lapisan permukaan tanah yang subur dan mengakibatkan

kerusakan lahan. Jika proses ini terus berlangsung, dapat mengakibatkan menurunnya produktivitas

lahan dan perubahan lingkungan. Faktor yang menentukan laju besarnya erosi dapat dipengaruhi,

keadaan iklim terutama curah hujan, kemiringan lereng, jenis tanah, vegetasi dan tindakan manusia.

Keterkaitan antara ekosistem bagian hulu dan hilir sangat penting dilihat dari sisi konservasi. Dari aspek

konservasi maka tempat-tempat yang diprioritaskan dikelola adalah lokasi bagian hulu, baik bagian hulu

sungai maupun bagian hulu anak sungai. Hal ini disebabkan makin ke arah hulu makin besar wilayah

yang akan dipengaruhinya.

Page 47: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam

PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT

II-35

2.7.2. Erosi Eksisting Batam Tahun 2007

Nilai erosi merupakan informasi yang diperlukan dalam menyusun kebijakan pengelolaan suatu sub

basin. Besar kecilnya erosi dalam kajian ini ditentukan dari Indeks Erodibilitas Tanah (K), Erosivitas Hujan

(R), Parameter Panjang Lereng (LS), dan Penggunaan Lahan (LM) dengan data tersebut maka dapat

dihitung besarnya erosi yang dinyatakan dalam ton/ha/tahun dengan metode USLE.

Erodibilitas dipengaruhi jenis tanah. Jenis tanah di Batam umumnya adalah tanah aluvial yang memiliki

kepakaan terhadap erosi. Erodibilitas mengandung makna peka tidaknya tanah terhadap daya hancur

butiran curah hujan dan gerusan partikel yang terbawa oleh aliran permukaan. Makna angka erodibilitas

adalah semakin tinggi nilai erodibilitas tanah, maka makin mudah tanah tererosi.

Hasil penentuan erosi permukaan eksisting

Nilai erosivitas (R) curah hujan ditentukan pada setiap DTA berdasarkan curah hujan rata-rata tahunan

dari sejumlah stasiun pengamat curah hujan terdekat dengan suatu DTA. Nilai erodiblitas tanah

merupakan kepekaan tanah terhadap erosi (K) untuk setiap DTA.

Nilai indeks kemiringan lereng juga (LS) merupakan rata-rata lereng suatu basin. Nilai faktor penutupan

lahan (LM) ditentukan berdasarkan rata-rata penutupan lahan pada suatu DTA.

Berdasarkan nilai-nilai indeks erosi diatas, ditentukan nilai erosi rata-rata aktual pada setiap DTA

sebagaimana disajikan pada tabel di bawah ini.

Penentuan Bobot Erosi untuk Kedalaman Efektif kurang dari 30 Cm berpedoman pada kriteria berikut.

Tabel 2.23 Kriteria Erosi

Kelas Kisaran Erosi (to/ha/th) Bobot

1 0 s/d < 5 Ringan 2 5 s/d < 10 Sedang 3 10 s/d < 15 Berat 4 > 15 Sangat Berat

Page 48: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam

PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT

II-36

Tabel 2.24 Erosi Aktual Masing-Masing DTA

No. Nama Sub DTA

Luas (Km2) Nilai R Nilai K Nilai LS Nilai

LM Erosi Aktual

Kriteria Erosi (ton/ha/thn)

1 A1 2.88 2782 0.09 1.6 0.001 0.20 Rendah 2 A2 7.64 2782 0.09 1.6 0.001 0.20 Rendah 3 A3 14.06 2782 0.09 1.6 0.001 0.20 Rendah 4 A4 18.46 2782 0.09 1.6 0.001 0.20 Rendah 5 A5 9.51 2457 0.09 1.6 0.001 0.18 Rendah 6 A6 11.46 2782 0.09 1.6 0.001 0.20 Rendah 7 A7 9.99 2782 0.09 1.6 0.001 0.20 Rendah 8 A8 3.79 2717 0.09 1.6 0.001 0.20 Rendah 9 A9 6.03 2717 0.09 1.6 0.001 0.20 Rendah

10 A10 10.08 2717 0.09 1.6 0.001 0.20 Rendah 11 A11 3.78 2178 0.09 1.6 0.001 0.16 Rendah 12 A12 6.76 2178 0.09 1.6 0.001 0.16 Rendah 13 A13 8.74 2178 0.09 1.6 0.001 0.16 Rendah 14 A14 6.46 2178 0.09 1.6 0.001 0.16 Rendah 15 A15 8.06 2178 0.09 1.6 0.001 0.16 Rendah 16 A17 21.56 2457 0.09 1.6 0.001 0.18 Rendah 17 A18 15.25 2389 0.09 1.6 0.001 0.17 Rendah 18 A19 7.54 2389 0.09 1.6 0.001 0.17 Rendah 19 A20 6.90 2717 0.09 1.6 0.001 0.20 Rendah 20 A21 9.63 2717 0.09 1.6 0.001 0.20 Rendah 21 A22 7.61 2717 0.09 0.35 0.039 1.67 Rendah 22 A23 3.48 2717 0.09 1.6 0.039 7.63 Sedang 23 A24 5.50 2717 0.09 1.6 0.039 7.63 Sedang 24 A25 5.71 2717 0.09 0.35 0.039 1.67 Rendah 25 A26 85.40 2734 0.09 0.35 0.039 1.68 Rendah 26 A27 7.54 2734 0.09 0.35 0.039 1.68 Rendah 27 A28 5.82 2734 0.09 0.35 0.039 1.68 Rendah 28 A29 6.80 2734 0.09 1.6 0.039 7.68 Sedang 29 A30 21.17 2734 0.09 1.6 0.039 7.68 Sedang 30 A31 5.39 2734 0.09 1.6 0.039 7.68 Sedang 31 A32 4.72 2734 0.09 1.6 0.039 7.68 Sedang 32 A33 9.58 2734 0.09 1.6 0.039 7.68 Sedang 33 A34 18.62 2782 0.09 0.35 0.039 1.71 Rendah 34 A35 3.30 2782 0.09 0.35 0.039 1.71 Rendah 35 A36 13.16 2782 0.09 0.35 0.039 1.71 Rendah

Sumber : Data Diolah

2.7.3. Prediksi Erosi dan Sedimentasi

Perkiraan atau prediksi erosi dimasa yang akan datang penting dalam mengelola wilayah sungai serta

dalam menentukan kebijakan. Dalam kajian ini pengelolaan sumberdaya air wilayah sungai Batam akan

lebih terarah dengan adanya pola pengelolaan masing-masing DTA, yang terdiri dari 35 DTA. Sketsa

Pembagian DTA di Kota Batam disajikan pada gambar dibawah ini.

Page 49: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam

PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT

II-37

Gam

bar

2.13

Ske

tsa

Pem

bagi

an D

TA P

ulau

Bat

am

Page 50: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam

PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT

II-38

2.7.4. Dasar dan Asumsi Yang Digunakan dalam Prediksi

Prediksi erosi dan sedimentasi pada masing masing sub basin berdasarkan waktu merupakan informasi

yang berharga dalam pengelolaan sumberdaya air wilayah sungai Batam dilihat dari sisi konservasi.

Berhubung data time series erosi tidak tersedia, maka perkiraan erosi dilakukan dengan asumsi :

Erosivitas hujan tidak tetap sampai tahun 2025,

Sifat erodiblitas tanah relatif konstan sampai tahun 2025,

Faktor kelerengan tetap sampai 2025,

Salah satu faktor penting dalam menentukan besar kecilnya erosi dan sedimentasi adalah tindakan

konservasi tanah dan penutupan lahan. Variabel konservasi lahan sangat tergantung tata guna lahan,

sedangkan variabel penutupan lahan sangat tergantung dari upaya rehablitasi dan penghijauan yang akan

dilakukan. Baik variabel tindakan konservasi lahan maupun penutupan lahan sangat dipengaruhi kebijakan

tata ruang wilayah Kota Batam.

2.7.5. Hasil Prediksi Erosi Tahun 2010, 2020 dan 2025

Prediksi erosi dibuat berdasarkan Peta Rencana Tata Ruang Wilayah yang telah disebutkan pada Sub Bab

3. Dari asumsi tersebut, maka prediksi peningkatan laju erosi per tahun per DTA seperti disajikan pada

Tabel dibawah ini.

Tabel 2.25 Prediksi Erosi 2007, 2010, 2020, dan 2025

(ton/ha/thn) (ton/Km2/thn) (ton/ha/thn) (ton/Km2/thn) (ton/ha/thn) (ton/Km2/thn) (ton/ha/thn) (ton/Km2/thn)1 A1 2.88 0.20 0.58 0.24 0.70 0.26 0.74 0.26 0.742 A2 7.64 0.20 1.53 0.24 1.86 0.26 1.95 0.26 1.973 A3 14.06 0.20 2.82 0.24 3.42 0.26 3.60 0.26 3.634 A4 18.46 0.20 3.70 0.24 4.50 0.26 4.72 0.26 4.775 A5 9.51 0.18 1.68 0.20 1.93 0.21 2.00 0.21 2.016 A6 11.46 0.20 2.30 0.24 2.79 0.26 2.93 0.26 2.967 A7 9.99 0.20 2.00 0.24 2.43 0.26 2.56 0.26 2.588 A8 3.79 0.20 0.74 0.24 0.90 0.25 0.95 0.25 0.969 A9 6.03 0.20 1.18 0.24 1.44 0.25 1.51 0.25 1.52

10 A10 10.08 0.20 1.97 0.24 2.40 0.25 2.52 0.25 2.5411 A11 3.78 0.16 0.59 0.20 0.74 0.21 0.79 0.21 0.7912 A12 6.76 0.16 1.06 0.20 1.33 0.21 1.41 0.21 1.4213 A13 8.74 0.16 1.37 0.20 1.72 0.21 1.82 0.21 1.8414 A14 6.46 0.16 1.01 0.20 1.27 0.21 1.34 0.21 1.3615 A15 8.06 0.16 1.26 0.20 1.59 0.21 1.68 0.21 1.6916 A17 21.56 0.18 3.81 0.20 4.37 0.21 4.52 0.21 4.5517 A18 15.25 0.17 2.62 0.19 2.87 0.19 2.94 0.19 2.9618 A19 7.54 0.17 1.30 0.19 1.42 0.19 1.46 0.19 1.4619 A20 6.90 0.20 1.35 0.20 1.40 0.21 1.45 0.21 1.4620 A21 9.63 0.20 1.88 0.20 1.95 0.21 2.02 0.21 2.0321 A22 7.61 1.67 12.70 1.73 13.15 1.79 13.62 1.80 13.7122 A23 3.48 7.63 26.55 7.90 27.49 8.18 28.47 8.24 28.6623 A24 5.50 7.63 41.97 7.90 43.45 8.18 45.00 8.24 45.3024 A25 5.71 1.67 9.53 1.73 9.87 1.79 10.22 1.80 10.2925 A26 85.40 1.68 143.41 2.06 176.28 2.17 185.52 2.19 187.3226 A27 7.54 1.68 12.66 2.06 15.56 2.17 16.38 2.19 16.5427 A28 5.82 1.68 9.77 2.06 12.01 2.17 12.64 2.19 12.7728 A29 6.80 7.68 52.20 9.44 64.17 9.93 67.53 10.03 68.1829 A30 21.17 7.68 162.51 9.44 199.76 9.93 210.24 10.03 212.2730 A31 5.39 7.68 41.38 9.44 50.86 9.93 53.53 10.03 54.0531 A32 4.72 7.68 36.23 9.44 44.54 9.93 46.87 10.03 47.3332 A33 9.58 7.68 73.54 9.44 90.40 9.93 95.14 10.03 96.0633 A34 18.62 1.71 31.82 2.08 38.69 2.18 40.63 2.20 41.0034 A35 3.30 1.71 5.64 2.08 6.86 2.18 7.20 2.20 7.2735 A36 13.16 1.71 22.49 2.08 27.35 2.18 28.71 2.20 28.98

Prediksi Erosi 2025Erosi Eksisting 2007 Prediksi Erosi 2010 Prediksi Erosi 2020No.

Nama Sub DAS Luas (Km2)

Sumbe : Hasil Analisa 2007

Page 51: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam

PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT

II-39

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa kriteria erosi di wilayah sungai Batam berada dalam tingkatan

rendah hingga sedang. Laju erosi tingkat rendah berada di daerah yang dalam peta RTRW difugsikan

sebagai kawasan hijau sedangkan kriteria erosi sedang berada di daerah yang difungsikan sebagai

kawasan non-hijau akibat dari pembukaan lahan. peningkatan laju erosi dari Perkembangan erosi dari

tahun 2007 dan prediksi tahun 2010, 2020 dan 2025 disajikan Gambar Peta di bawah ini.

Page 52: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam

PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT

II-40

Gam

bar

2.14

Pet

a Er

osi T

ahun

200

7

Page 53: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam

PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT

II-41

Gam

bar

2.15

Pet

a P

redi

ksi E

rsi t

ahun

201

0

Page 54: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam

PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT

II-42

Gam

bar

2.16

Pet

a P

redi

ksi E

rsi t

ahun

202

0

Page 55: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam

PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT

II-43

Gam

bar

2.17

Pet

a P

redi

ksi E

rsi t

ahun

202

5

Page 56: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam

PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT

II-44

2.8. Kondisi Pengembangan Sumber Daya Air

2.8.1. Infrastruktur Kondisi Eksisting

Pada saat ini bangunan air penting yang ada di WS Batam ada di 6 buah waduk yang tersebar, yaitu

Waduk Baloi, Waduk Sei Ladi, Waduk Sei Harapan, Waduk Nongsa, Waduk Duriangkang dan Waduk

Muka Kuning. Bangunan tersebut tampak dalam gambar di bawah ini :

Gambar Bangunan Air di Baloi Gambar Bangunan Air di Sei Ladi

Gambar Bangunan Air di Galang Gambar Bangunan Air di Sei Harapan

Gambar 2.18 Beberapa Bangunan Air di Kota Batam

Selain bangunan air di atas, pada kenyataannya Batam mempunyai 10 waduk (reservoir) yaitu Sei

Harapan, Sei Baloi, Sei Nongsa, Sei Ladi, Mukakuning, Duriangkan, Sekanak I, Sekanak II, Pemping dan

Bulang Lintang serta Danau Mungga, dimana masing-masing waduk tersebut mempunyai bangunan air,

meski tidak semua digolongkan sebagai bangunan air yang penting.

Page 57: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam

PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT

II-45

Gambar 2.19. Mapping Waduk & Danau

2.8.2 Kebutuhan Air Rumah Tangga, Perkotaan, dan Industri

Perkiraan kebutuhan air bersih DAS Batam Prediksinya direncanakan dalam 5 tahap, yaitu : Tahun 2007,

Tahun 2010, Tahun 2015, Tahun 2020 dan Tahun 2025. Perhitungan perkiraan kebutuhan air bersih

mengacu pada Kebutuhan Air Rumah Tangga Perkotaan dan Industri (RKI) berdasarkan Pedoman

Perencanaan Sumber Daya Air Buku 3, tentang ”Proyeksi Penduduk dan Kebutuhan Air RKI

(DPU,2004).

Hasil perhitungan proyeksi kebutuhan air rumah-tangga, perkotaan dan industri pada 12 Kecamatan di

wilayah studi, disajikan pada Tabel berikut ini, dimana digunakan sebagai masukan pada simpul Public

Water Supply Node di program DSS-Ribasim.

Page 58: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam

PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT

II-46

Tabel 2.26 Prediksi Konsumsi Air Bersih Rumah Tangga-Perkotaan dan Industri

DAS Batam Tahun 2007 sampai Tahun 2025

No. Karaketeristik per

Kecamatan

Tahapan Perencanaan (L/H)

Tahun 2007

Tahun 2010

Tahun 2015

Tahun 2020

Tahun 2025

1 Batam Kota 26.061.576 36.125.868 61.993.199 106.356.229 183.116.041

2 Batu Aji 19.894.808 27.577.657 47.324.183 81.189.900 139.786.576

3 Batu Ampar 12.082.560 16.748.526 28.741.030 49.308.435 84.895.501

4 Belakang Padang 5.017.288 6.954.832 11.934.725 20.475.348 35.252.892

5 Bengkong 17.080.504 23.676.543 40.629.741 69.704.840 120.012.476

6 Bulang 2.351.288 3.259.293 5.593.056 9.595.510 16.520.818

7 Galang 3.647.832 5.056.528 8.677.172 14.886.654 25.630.705

8 Lubuk Baja 18.471.288 25.604.412 43.938.027 75.380.573 129.784.520

9 Nongsa 10.346.808 14.342.472 24.612.162 42.224.902 72.699.614

10 Sagulung 29.614.920 41.051.420 70.445.611 120.857.281 208.082.846

11 Sei Beduk 18.404.824 25.512.281 43.779.928 75.109.336 129.317.525

12 Sekupang 17.615.192 24.417.714 41.901.614 71.886.880 123.769.346

Sumber : Data Diolah Berdasarkan Tabel 3.26 dapat disimpulkan bahwa kota Batam akan mengalami krisis air bersih pada

tahun 2010, Mengingat kebutuhan air bersih masyarakat Kota Batam bertambah seiring dengan

bertambahnya jumlah penduduk, maka diperlukan sistem penyediaan air bersih. Pada kenyataannya saat

ini kebutuhan air bersih penduduk Kota Batam rata-rata mencapai 4.138 liter/detik dengan kebutuhan

maksimum hariannya sebesar 4.750 liter/detik. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan air bersih

penduduk Kota Batam hingga tahun 2014 rata-rata mencapai 8.395 liter/detik dengan kebutuhan

maksimum hariannya sebesar 9.235 liter/detik. Untuk itu perlu dicari alternatif sumber air baku hingga

dapat menutupi kekurangan tersebut.

2.8.3 Rencana Infrastruktur Masa Mendatang

Rencana infrastuktur yang akan dibangun pada masa mendatang adalah pembangunan waduk di

kawasan Barelang, yang sampai sejauh ini masih dalam tahap perencanaan. Berdasarkan rencana

tersebut, waduk di kawasan Barelang ini merupakan teluk yang akan dibendung sehingga diperoleh air

tawar di dalamnya.

Page 59: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam

PT. MULTIMERA HARAPAN III-1 ENGINEERING CONSULTANT

Visi merupakan pandangan jauh kedepan, suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan

berisikan cita dan citra yang ingin diwujudkan dalam kaitan pengelolaan sumber daya air di WS Batam.

Dasar-dasar perumusan Visi :

(1) mencerminkan apa yang ingin dicapai dalam pengelolaan sumber daya air,

(2) memberikan arah dan fokus strategi yang jelas,

(3) mampu menjadi perekat dan menyatukan berbagai gagasan strategis yang ada di kedua provinsi serta

seluruh stakeholder,

(4) memiliki orientasi terhadap masa depan, sehingga segenap tingkatan pemerintahan, lembaga/instansi

serta stakeholder lainnya turut berperan dalam mendefinisikan dan membentuk masa depan sumber daya

air,

(5) mampu menumbuhkan komitmen seluruh tingkatan pemerintahan, lembaga/instansi serta stakeholder

lainnya dalam rangka pemanfaatan sumber daya air serta

(6) mampu menjamin kesinambungan pemanfaatan sumber daya air bagi generasi yang akan datang.

Misi adalah sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan oleh segenap tingkatan pemerintahan,

lembaga/instansi serta stakeholder lainnya sesuai dengan Visi yang telah ditetapkan, agar pencapaian tujuan

pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya air dapat terlaksana dan berhasil dengan baik.

Dengan Misi tersebut diharapkan seluruh stakeholder mengenal kewenangan dan posisinya serta mengetahui

peran dan fungsinya, program dan kegiatan yang harus dilaksanakan serta hasil yang harus dicapai pada masa-

masa yang akan datang.

Perumusan Visi dan Misi pengelolaan sumber daya air WS Batam mengacu pada Visi dan Misi Nasional

Pengembangan Sumber Daya Air, Visi dan Misi Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau, Visi dan Misi Pemerintah

Kabupaten/Kota terkait, serta rumusan hasil Pertemuan Konsultasi Masyarakat di Provinsi Kepulauan Riau;

IIIIIIIII...VVVIIISSSIII DDDAAANNN MMMIIISSSIII PPPEEENNNGGGEEELLLOOOLLLAAAAAANNN SSSUUUMMMBBBEEERRR

DDDAAAYYYAAA AAAIIIRRR WWWIIILLLAAAYYYAAAHHH SSSUUUNNNGGGAAAIII BBBAAATTTAAAMMM

Page 60: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam

PT. MULTIMERA HARAPAN III-2 ENGINEERING CONSULTANT

3.1. Visi Pengelolaan SDA di Wilayah Sungai Batam :

“Terwujudnya pemanfaatan SDA di Wilayah Sungai Batam yang lestari, berwawasan lingkungan dan

berkesinambungan secara kualitas dan kuantitas bagi kesejahteraan masyarakat di Batam”

3.2. Misi Pengelolaan SDA di Wilayah Sungai Batam :

Kebijakan pengelolaan sumber daya air di Wilayah Sungai Batam sejalan dengan kebijakan nasional, provinsi

dan kabupaten yang bersangkutan , yaitu :

• Mengoptimalkan ketersediaan sumber daya air baik secara kuantitas dan kualitas, serta upaya

pelestarian lingkungan hidup yang diarahkan melalui pemanfaatan sumber daya air untuk kepentingan

kesejahteraan rakyat dengan memperhatikan keseimbangan dan kelestarian fungsi lingkungan hidup

serta senantiasa memperhitungkan prinsip pembangunan yang berkelanjutan.

• Pengembangan sarana dan prasarana sumber daya air yang lebih terkendali dengan pemprioritaskan

pada upaya antisipasi pemecahan masalah yang mungkin timbul di lapangan.

• Melaksanakan pengoperasian dan pemeliharaan sarana dan prasarana sumber daya air yang

berwawasan lingkungan untuk mendukung kelestarian hasil pembangunan yang berkelanjutan.

Page 61: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DOKUMEN POLA PENGELOLAAN FINAL PPeennyyuussuunnaann KKoonnsseepp PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii BBaattaamm

PPTT.. MMUULLTTIIMMEERRAA HHAARRAAPPAANN IIVV--11 EENNGGIINNEEEERRIINNGG CCOONNSSUULLTTAANNTT

Arah kebijakan pengelolaan sumber daya air WS Batam mengacu pada arah kebijakan nasional yang telah

diatur dalam Undang-undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, yang meliputi ; konservasi

sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air.

4.1 Konservasi Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam

Konservasi SDA merupakan upaya perlindungan dan pelestarian sumber daya air, pengawetan dan

pengendalian pencemaran dengan tujuan menjaga kelangsungan daya dukung, daya tampung dan fungsi

sumber air sesuai dengan undang-undang.

Perlindungan dan pelestarian sumber air dapat dilakukan dengan kegiatan fisik dan non fisik. Untuk

mendukung kebijakan pemerintah dalam upaya meningkatkan kegiatan pemberdayaan dan peran serta

masyarakat dan dalam upaya menyeimbangkan fungsi sosial, lingkungan dan ekonomi pengembangan

SDA, maka kegiatan non fisik perlu di utamakan antara lain: monitoring kualitas air wilayah sungai Batam

secara rutin untuk mengetahui adanya penurunan kualitas air yang diakibatkan oleh pencemaran limbah.

Pola Pengelolaan Sumber Daya air pada aspek Konservasi SDA di Wilayah Sungai Batam diarahkan untuk

dapat :

1. Mengupayakan selalu tersedianya air dengan kualitas dan kuantitas yang memadai.

2. Melestarikan sumber-sumber air dengan memperhatikan kearifan lokal/adat istiadat setempat.

3. Melindungi sumber air dengan lebih mengutamakan kegiatan rekayasa sosial, peraturan Perundang-

undangan, monitoring kualitas air dan kegiatan vegetatif.

4. Mengembangkan budaya pemanfaatan air yang efisien.

5. Mempertahankan dan memulihkan kualitas air yang berada pada sumber sumber air.

6. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam kegiatan konservasi SDA.

4.1.1 Strategi Konservasi

Strategi Pengelolaan Sumber Daya air Wilayah Sungai Batam disusun berdasarkan 3 (tiga) kerangka

waktu, yaitu Jangka Pendek, Jangka Menengah dan Jangka Panjang. Strategi jangka Pendek merupakan

strategi yang dilaksanakan pada tahun pertama setelah Pola Pengelolaan Sumber Daya Air ini ditetapkan.

Strategi Jangka Menengah merupakan strategi yang dilaksanakan sampai rentang waktu 5-10 tahun

IIVV.. AARRAAHH KKEEBBIIJJAAKKAANN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN SSUUMMBBEERR DDAAYYAA AAIIRR WWIILLAAYYAAHH SSUUNNGGAAII BBAATTAAMM

Page 62: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DOKUMEN POLA PENGELOLAAN FINAL PPeennyyuussuunnaann KKoonnsseepp PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii BBaattaamm

PPTT.. MMUULLTTIIMMEERRAA HHAARRAAPPAANN IIVV--22 EENNGGIINNEEEERRIINNGG CCOONNSSUULLTTAANNTT

kedepan. Strategi Jangka Panjang merupakan strategi yang dilaksanakan sampai rentang waktu 20 tahun

kedepan.

4.1.2 Upaya Konservasi

4.1.2.1 Arahan Upaya Konservasi

Untuk menanggulangi permasalahan krisis sumber daya air (fluktuasi aliran sungai, debit banjir, dan

ketersediaan air) dalam proyeksinya agar dapat menanggulangi permasalahan fisik dan sosial ekonomi di

WS Batam dapat dilakukan dengan sistem penguasaan lahan, sistem penggarapan, dan sistem usaha tani

konservasi. Penentuan sistem-sistem tersebut didasarkan pada kriteria teknis pada Tabel 4.1.

Pada dasarnya kegiatan pengendalian erosi juga merupakan pengendalian sedimentasi, namun pada

kenyataannya keberhasilan pengendalian erosi memakan waktu yang cukup lama dan kegiatan tersebut

tidak dapat secara langsung menghentikan terjadinya erosi. Berdasarkan hal tersebut untuk

mengendalikan adanya sedimentasi sebagai akibat dari erosi yang masih berlangsung diperlukan

bangunan pengendali sedimentasi. Adapun fungsi dan manfaat dari bangunan pengendali sedimentasi

adalah untuk menampung hasil-hasil erosi yang masih terjadi di daerah tangkapannya (daerah hulu)

sehingga dapat dicegah atau dihambat untuk masuk sungai utama dan apabila dibiarkan akan

menimbulkan berbagai dampak di daerah hilir seperti pendangkalan sungai, banjir, dan kekeringan.

Tabel 4.1. Kriteria Penetapan Pengembangan Upaya Konservasi WS Batam

No (1)

Upaya Konservasi (2)

Arahan Lokasi (3)

A. Diluar Kawasan Hutan 1. Agroforestry diluar kawasan hutan

ada masyarakat/kelembagaan bisa dilaksanakan tumpangsari

2. Hutan Rakyat diluar hutan kawasan negara lahan kurang produktif ada kepemilikan/status lahannya jelas luas minimal 0,4 ha tanaman kayu-kayuan

3 Penghijauan diluar kawasan hutan kritis/tidak produktif ada pemilikan/pengusaan lahan

4. Teras diluar kawasan hutan kemiringan berkisar 15 – 35 % solum tanah sedang sampai dalam tingkat laju erosi lahan tingi

5 Alley Cropping dikawasan pemukiman terdapat lebih dari 2 jenis tanaman (tahunan dan pangan) run off tinggi

6 Wanatani/wanafarma diluar kawasan hutan jenis tanaman pangan dan obat-obatan lahan kurang produktif

Page 63: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DOKUMEN POLA PENGELOLAAN FINAL PPeennyyuussuunnaann KKoonnsseepp PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii BBaattaamm

PPTT.. MMUULLTTIIMMEERRAA HHAARRAAPPAANN IIVV--33 EENNGGIINNEEEERRIINNGG CCOONNSSUULLTTAANNTT

No (1)

Upaya Konservasi (2)

Arahan Lokasi (3)

B. Didalam Kawasan Hutan 1. Reboisasi kawasan hutan negara : HL, HSAW, HPT, HPK

tidak dikuasai masyarakat penutupan lahan terbuka/semak belukar lokasi jauh potensi hutan rendah

2. Pengkayaan Tanaman didalam kawasan hutan negara vegetasi sekunder (log over area) potensi kawasan menurun/rendah tanaman yang ditanam merupakan jenis tanaman komersil

3 Hutan Kemasyarakatan kawasan hutan negara ketergantungan masyarakat terhadap kawasan hutan tinggi penutupan lahan terbuka atau semak belukar ada kelembagaan formal (misalnya: koperasi, dll) maupun non formal (misalnya: masyarakat adat, dll)

C. Didalam dan Diluar Kawasan Hutan

1 Grass Barrier diluar/didalam kawasan hutan negara terutama tebing sungai

run off tinggi

lahan kritis atau lahan terbuka

2 Aneka Usaha Kehutanan kegiatan didalam dan diluar kawasan hutan negara

ada masyarakat

tersedia tanaman pokok : kayu-kayuan dan mpts

komoditi yang dikembangkan cenderung tanaman semusim

hasil yang diharapkan adalah non kayu

3 Dam Penahan Sedimen diluar/didalam kawasan hutan

penutupan lahan jelek (lahan kritis)

kemiringan berkisar 15 – 35 %

solum tanah sedang sampai dalam

tingkat laju erosi lahan tinggi

luas daerah tangkapan maksimal 75 ha.

Sumber : Data Olahan, 2007

4.1.2.2 Upaya Konservasi Ekosistem DTA D. Duriangkang (Ekosistem Hulu)

Dari penentuan erosi eksisting pada tahun 2006 sebagaimana telah diuraikan pada bagian erosi, dapat

dilihat bahwa erosi pada masing-masing sub basin/sungai saat ini (tahun ini) antara sangat ringan sampai

berat dengan sebaran luas lahan tertentu. Meskipun saat ini termasuk sedang, tapi hasil prediksinya tahun

2010, 2015 dan 2030 apabila tidak ada upaya perbaikan memperlihatkan erosi dengan kategori berat

sampai sangat berat. Kondisi erosi yang demikian mengindikasikan bahwa betapa pentingnya perhatian

akan upaya konservasi dilakukan.

Page 64: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DOKUMEN POLA PENGELOLAAN FINAL PPeennyyuussuunnaann KKoonnsseepp PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii BBaattaamm

PPTT.. MMUULLTTIIMMEERRAA HHAARRAAPPAANN IIVV--44 EENNGGIINNEEEERRIINNGG CCOONNSSUULLTTAANNTT

Secara umum, permasalahan yang dihadapi dalam melakukukan konservasi pada ekosistem WS Batam

bagian hulu atau daerah tangkapan Air (DTA) Danau Duriangkang adalah sebagai berikut :

Masalah Kondisi Lahan

• Sebagian jenis tanah yang merupakan jenis-jenis tanah yang mempunyai tingkat perkembangan

relatif muda, dimana struktur dan konsistensi tanahnya belum terbentuk secara maksimum atau

kompak sehingga mengakibatkan nilai erodibilitas tanah-tanah di sekitar Danau Duriangkang Relatif

Tinggi terutama pada lahan-lahan berbukit dan berlereng curam sampai sangat curam.

• Banyak dijumpai lahan atau tanah yang mempunyai kedalaman solum dangkal (30 – 60 cm)

bahkan sangat dangkal (< 30 cm), dimana diantaranya telah terbuka bagian bahan induk

tanahnya. Kondisi ini ditemui pada lahan datar sampai agak landai dibagian atas pinggiran danau.

• Terdapat lahan-lahan yang tererosi berat, justru hanya ditumbuhi oleh pohon-pohon atau perdu

yang kurang dapat menekan erosi, bahkan sebagian hanya ditumbuhi oleh tumput teki atau gundul,

sedangkan pada lahan tingkat erosi rendah justru ditumbuhi oleh pohon yang dapat menekan laju

erosi.

• Aktifitas manusia relatif cukup tinggi pada lahan-lahan yang berlereng curam dan bersolum tipis

sehingga menyebabkan tingginya laju erosi.

Masalah Penggunaan Lahan

• Penggunaan lahan belum optimal sehingga banyak dijumpai penggunaan alang-alang yang

sebagian besar tersebar di daerah marjinal.

• Banyak lahan pada kelerengan curam (>40 %) mempunyai solum tanah tipis sehingga kondisi

tanah kurang subur dan tidak produktif, tidak dihijaukan.

• Pada kelerengan tidak terlalu curam (<25 %) penduduk masih berusaha memanfaatkan lahan

dengan penanaman palawija, dengan praktek-praktek konservasi tanah yang tidak memadai.

Bahkan sering dijumpai penduduk melakukan pembukaan alang-alang dengan cara pembakaran

untuk mendapatkan tumbuhnya rumput-rumput/tumbuhan muda yang dapat dimakan oleh ternak.

Masalah Sosial Ekonomi

Adanya Enclave usaha tani diwilayah hutan lindung (wilayah konservasi), tanaman yang diusahakan

adalah tanaman palawija.

• Pengolahan lahan kering yang menggunakan traktor, mengganggu guludan dan teras yang dibuat.

Hal ini dilakukan oleh penduduk karena adanya anggapan bahwa guludan atau teras dapat

mengurangi produksi.

• Adanya Usaha tani Palawija pada kemiringan > 40 % diwilayah lindung.

Page 65: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DOKUMEN POLA PENGELOLAAN FINAL PPeennyyuussuunnaann KKoonnsseepp PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii BBaattaamm

PPTT.. MMUULLTTIIMMEERRAA HHAARRAAPPAANN IIVV--55 EENNGGIINNEEEERRIINNGG CCOONNSSUULLTTAANNTT

• Kebiasaan penduduk membakar alang-alang untuk pengembalaan ternak, akan mengganggu upaya

RLKT dengan sistem vegetatif, sedangkan kemampuan penduduk untuk melakukan RLKT secara

mandiri sangat kecil jika tidak ada bantuan dari pihak luar.

• Lembaga sosial/Lembaga Adat kurang berjalan secara optimal yang diharapkan.

Berikut ini akan diuraikan upaya pengelolaan konservasi yang perlu dilakukan dalam rangka

meminimalisasi erosi dan sedimentasi yang pada gilirannya diharapkan :(a) meminimalisasi perbedaan

debit maksimum dan minimum, (b) meningkatkan kualitas dan kuantitas air di Danau Duriangkang.

4.1.2.3 Upaya Konservasi Vegetatif Sempadan Sungai

1. Permasalahan

Pada bagian Sungai-sungai yang memiliki catchment areanya tidak terlalu besar, yang menjadi

persoalan adalah kemiringan sungainya cukup curam/tajam, sehingga sering terjadi banjir bandang.

Banjir tersebut terjadi tiba-tiba dan waktunya singkat jika terjadi hujan.

2. Pengertian sempadan sungai

Sempadan sungai adalah wilayah sekitar sungai yang perlu dikonservasi untuk melindungi sungai

tersebut. Departemen Kehutanan menetapkan untuk sungai yang lebarnya > 30 m sempadannya 100

m kiri kanan sungai, sedangkan sungai yang lebarnya < 30 m ditetapkan sempadan sungai 50 m kiri

kanan sungai. Dalam perhitungan luas areal yang ditanami untuk pemeliharaan sempadan sungai

digunakan lebar 200 m. Lahan sempadan sungai seluas panjang kali lebarnya, ditanamani dengan

pohon.

3. Pemilihan jenis tanaman

Ada dua aspek penting perlu dipertimbangkan terkait korservasi pada Wilayah Sungai di Batam , yaitu:

(a) jenis tanaman dominan yang akan ditanam di kiri kanan sungai, (b) jenis tanaman yang akan

ditanam peda lereng–lereng sungai untuk menahan longsor secara vegetatif. Jenis tanaman tersebut

sebaiknya memenuhi persayaratan: (a) mampu berasosiasi atau dapat hidup dengan air, (b) tahan

atau relatif tahan terhadap api, (c) kerapatan tajuk tinggi atau rimbun, (d) memberikan hasil

sampingan bagi masyarakat.

Tanaman makadame (Makadamia hildebrandii) merupakan tanaman yang mampu tumbuh berasosiasi

dengan air, tanaman ini relatif tahan terhadap api, buahnya saat ini dapat dimanfaatkan sebagai

makanan ternak. Saat ini Bappeda Samosir sedang meneliti kemungkinan buah tanaman tersebut

diolah menjadi berbagai produk. Hasil penelitian diharapkan dapat berguna meningkatkan ekonomi

masyarakat/penduduk.

Tanaman makadame biasanya ditanam dengan jarak tanam 5 m x 5 m dan pada umur 5 tahun

tajuknya sudah rapat/rimbun. Dengan menggunakan tanaman makadamia sebagai tanaman

Page 66: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DOKUMEN POLA PENGELOLAAN FINAL PPeennyyuussuunnaann KKoonnsseepp PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii BBaattaamm

PPTT.. MMUULLTTIIMMEERRAA HHAARRAAPPAANN IIVV--66 EENNGGIINNEEEERRIINNGG CCOONNSSUULLTTAANNTT

konservasi pada sempadan sungai diharapkan dapat mengurangi erosi dan longsor pada ke 26 sungai

yang mengalir ke danau Toba

Jenis tanaman campuran (ditanam dengan tanaman pokok makadame) yang dianjurkan adalah

tanaman yang bernilai ekonomi, seperti petai, durian, dan kemiri. Pada lereng-lereng atau tebing pada

ke 26 sungai idealnya ditanami dengan alley cropping yang akan berfungsi mengurangi erosi longsor

pada saat musim hujan. Tanaman lain yang lebih praktis adalah tanaman bambu, tanaman ini dapat

tumbuh di bantaran sungai dan mudah pengerjaannya.

4. Dam penahan sedimen

Tidak semuanya sempadan sungai dapat diatasi dengan pendekatan vegetatif, sebagian harus

ditangani dengan pendekatan teknik sipil berupa bangunan pengendali sedimen. Bangunan dam

pengendali sedimen diperlukan pada penutupan lahan yang sangat jelek, kemiringan lahan berkisar

anatara 15-35 %, solum tanah sedang sampai dalam, tingkat laju erosi tinggi, dengan luas daerah

tangkapan maksimal 75 ha.

4.1.2.4 Upaya Konservasi Situ dan Danau

Semakin rusaknya kawasan hutan, mengakibatkan sebagian besar situ yang dulunya berfungsi dengan

baik, sekarang ini semakin parah kondisinya. Sementara itu, kebutuhan akan air semakin tinggi untuk

keperluan berbagai pembangunan. Perkembangan kebutuhan air yang demikian tersebut mengharuskan

kita akan upaya peningkatan suply air. Waduk dan danau harus dikonservasi dalam rangka peningkatan

ketersediaan air. Konservasi waduk dan danau yang dimaksudkan disini adalah konservasi dengan

pendekatan vegetatif. Upaya konservasi yang disarankan pada situ dan danau dengan menanami pohon

mengelilingi situ dan danau dengan radius minimal 500 m. Jenis tanaman yang disarankan adalah

tanaman berdaun lebar atau tanaman campuran. Tanaman makadamia merupakan satu pilihan yang tepat.

Apabila lahan sekitar situ dan danau bukan milik negara tapi merupakan milik masyarakat, maka upaya

konservasi dengan pendekatan vegetatif dapat dilakukan dengan upaya agroforestri yatu merupakan

kombinasi antara tanaman pohon dengan tanaman pertanian yang dapat memberikan hasil sampingan

pada masyarakat. Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan menanam hutan rakyat yang bernilai

ekonomis terhadap masyarakat sekitar. Pada Tabel 4.2

Page 67: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DOKUMEN POLA PENGELOLAAN FINAL PPeennyyuussuunnaann KKoonnsseepp PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii BBaattaamm

PPTT.. MMUULLTTIIMMEERRAA HHAARRAAPPAANN IIVV--77 EENNGGIINNEEEERRIINNGG CCOONNSSUULLTTAANNTT

Tabel 4.2. Upaya Konservasi Pendekatan Vegetatif Sekitar Situ dan Danau

No. Upaya Konservasi Keberadaan situ/danau Jenis tanaman yang diusulkan

1 -Reboisasi

-Hutan kemasyarakatan

-Pengayaan tanaman

Didalam kawasan hutan

-Tanaman makadame

-Tanaman campuran pohon dengan

pertanian

2 - Hutan Rakyat

-Aneka usaha

kehutanan

Lahan masyarakat -Durian,Kemiri, karet, melinjo,

kemenyaan, jengkol petai dan

bambu.

3 Community

development

-Lahan di kawasan hutan

negara-

-lahan masyarakat/diluar

kawasan hutan

Menggerakkan peran serta

masyarakat sekitar danau dan waduk

4.1.2.5 Upaya Konservasi Lainnya

1. Upaya Konservasi Vegetatif pada Lahan berlereng > 30 %

Masalah pemukiman penduduk yang ada di sekitar tepian Sungai di Batam, lahan lereng-lereng yang

curam, perlu segera diperhatikan, karena penggunaan tanah dengan berbagai jenis tanaman setahun

pada lereng 30% ternyata menghasilkan erosi dan run-of yang lebih besar jika dibandingkan dengan

tanaman hutan. Konservasi pada lahan berlereng curam rata-rata > 30 % lebih baik dilakukan

dengan metode vegetatif.

Jenis yang direkomendasikan adalah tanaman campuran daun lebar dengan berbagai tanaman hutan

rakyat dan tanaman agroforestri. Tanaman pokok yang direkomendasikan adalah makadamia (M.

Hildebrandii). Upaya konservasi dengan pergiliran tanaman sangat disarankan. Dengan pergiliran

tanaman pada lereng > 30 % dapat mengurangi erosi.

2. Upaya Konservasi Vegetatif Mengatasi Kebakaran

Salah satu persoalan utama dalam pelestarian kawasan hutan di sekitar Sungai selama ini adalah

kebakaran hutan. Pada musim kemarau potensi kebakaran hutan sangat tinggi, hal ini diakibatkan

serasah di lantai hutan sangat kering dan mudah terbakar. Kondisi yang demikian ini akan, besar

peluangnya sebagai pemicu kebakaran manakala masyarakat membuang puntung rokok di pinggir

jalan.

Selama ini tanaman pinus banyak ditanam di sekitar sungai. Namun tanaman pinus mudah terbakar

sehingga kurang baik. Apabila musim kemarau tanaman ini cepat terbakar. Selain tanaman ini kurang

baik ditinjau dari kesuburan tanah. Oleh karena itu perlu dipertimbangkan dan diganti dengan jenis

lainnya. Salah satu jenis tanaman yang memenuhi keempat syarat diatas adalah tanaman daun lebar

Page 68: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DOKUMEN POLA PENGELOLAAN FINAL PPeennyyuussuunnaann KKoonnsseepp PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii BBaattaamm

PPTT.. MMUULLTTIIMMEERRAA HHAARRAAPPAANN IIVV--88 EENNGGIINNEEEERRIINNGG CCOONNSSUULLTTAANNTT

Macadamia Hildebrandii. Tanaman makadame biasanya ditanam dengan jarak tanam 5 m x 5 m dan

pada umur 5 tahun tajuknya sudah rapat/rimbun. Buah tanaman ini dimanfaatkan untuk makanan

ternak.

Tegakan tanaman M. Heldebrandii mampu menekan pertumbuhan beberapa jenis tumbuhan bawah,

hal ini memungkinkan untuk memperkecil bahaya kebakaran terutama kebakaran permulaan.

Intensitas cahaya, suhu dan kelembaban udara mungkin berpengaruh terhadap perubahan komposisi

tumbuhan bawah. Intensitas cahaya dan suhu udara di bawah tekanan M. Heldebrandii lebih rendah

daripada di bawah tegakan Pinus merkusii maupun pada areal terbuka, sebaliknya kelembaban udara

di bawah tegakan M. Heldebrandii lebih tinggi. Kondisi yang demikian ini akan dapat mengurangi

bahaya kebakaran.

4.2 Pengelolaan Kualitas dan Pengendalian Pencemaran Air

Dalam rangka pengelolaan kualitas air pada sumber air dan pengendalian pencemaran air , dilakukan

melalui :

1. Kali bersih/pengolahan limbah industri dan domestik secara individu atau terpusat.

2. Pemantauan, penyelidikan, pelanggaran, dan evaluasi kualitas air.

3. Pengendalian dan pengawasan pembuangan limbah domestik, limbah non domestik dan industri.

4. Pengelolaan limbah industri secara terpadu.

5. Pengelolaan sampah domestik secara terpadu.

6. Pengelolaan limbah cair domestik secara terpadu.

7. Sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat sepanjang bantaran sungai.

8. Audit lingkungan

4.3 Pendayagunaan Sumber Daya Air WS Batam

Pendayagunaan sumber daya air meliputi upaya penatagunaan, penyediaan, penggunaan, pengembangan

dan pengusahaan sumber daya air secara optimal, agar berhasil guna dan berdaya guna.

Dalam rangka meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan sumber air perlu ditetapkan ”Zona

pemanfaatan sumber air” sebagai suatu unit terkecil ddalam pengelolaan sumber air. Yang digambarkan

dalam skematisasi pemanfaatan air seperti diuraikan dalam laporan sebelumnya.

Penetapan Zona pemanfaatan sumber air di koordinasikan melalui wadah koordinasi sumber air (PPTPA)

pada wilayah sungai Batam.

Arahan Strategis Pola Pengelolaan Sumber Daya air pada aspek Pendayagunaan SDA di WS Batam

adalah sebagai berikut :

Page 69: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DOKUMEN POLA PENGELOLAAN FINAL PPeennyyuussuunnaann KKoonnsseepp PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii BBaattaamm

PPTT.. MMUULLTTIIMMEERRAA HHAARRAAPPAANN IIVV--99 EENNGGIINNEEEERRIINNGG CCOONNSSUULLTTAANNTT

1. Mendayagunakan fungsi atau potensi yang terdapat pada sumber air secara berkelanjutan.

2. Mengupayakan penyediaan air untuk berbagai kepentingan secara proporsional dan berkelanjutan.

3. Mengupayakan penataan sumber air secara layak.

4. Memanfaatkan sumber daya air dan prasarananya sebagai media/materi sesuai prinsip penghematan

penggunaan, ketertiban dan keadilan, ketepatan penggunaan, keberlanjutan penggunaan, dan saling

menunjang antara sumber air dengan memprioritaskan penggunaan air permukaan.

5. Meningkatkan kemanfaatan fungsi sumber daya air, dan atau peningkatan ketersediaan dan kualitas

air.

6. Meningkatkan peran masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air dengan prinsip meningkatkan

efisiensi alokasi dan distribusi kemanfaatan sumber air.

4.3.1 Penatagunaan Sumber Daya Air

Penatagunaan sumber daya air dilakukan melalui :

1. Penetapan zona pemanfaatan air.

2. Perlindungan sumber air, danau, dan mata air dalam rangka penyediaan air baku untuk keperluan air

bersih.

3. Pengelolaan sungai, danau, mata air dan sumber daya air.

4.3.2 Penyediaan Sumber Daya Air

Penyediaan sumber daya air dilakukan melalui :

1. Penyediaan air baku untuk keperluan rumah tangga perkotaan dan industri bagi kabupaten dan kota di

wilayah sungai Batam berasal dari air sungai, danau, mata air, sumur dalam atau kombinasinya.

2. Penyediaan air baku dan PLTA di Wilayah Sungai Batam, dengan peningkatan operasi Danau Toba.

3. Penyediaan air baku untuk irigasi di Wilayah Sungai Batam dengan pembuatan bendung di Daerah

Aliran Sungai Silau.

4.3.3 Penggunaan Sumber Daya Air

Dengan keterbatasan air baku di wilayah hulu sungai, perlu dilakukan optimasi penggunaan air yang ada,

yaitu dengan alokasi air secara real time.

4.3.4 Pengembangan Sumber Daya Air

1. Pengembangan angkutan sungai dalam Wilayah Sungai Batam bagian hilir.

2. Pengembangan kelistrikan tenaga air (PLTA).

Page 70: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DOKUMEN POLA PENGELOLAAN FINAL PPeennyyuussuunnaann KKoonnsseepp PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii BBaattaamm

PPTT.. MMUULLTTIIMMEERRAA HHAARRAAPPAANN IIVV--1100 EENNGGIINNEEEERRIINNGG CCOONNSSUULLTTAANNTT

3. Pengembangan Irigasi dan Air Bersih (PDAM).

4.3.5 Pengusahaan Sumber Daya Air

Bila kondisi memungkinkan, dapat dilakukan pengusahaan air melalui fasilitas pengusahaan air yang

berlebih, antara lain untuk PLTA, Industri, PDAM dan lainnya.

4.3.6 Pengendalian Daya Rusak Air

Pengendalian Daya Rusak Air adalah upaya untuk mencegah, menanggulangi dan memulihkan kerusakan

kualitas lingkungan yang disebabkan oleh daya rusak air. Daya rusak air dapat berupa banjir, kekeringan,

erosi dan sedimentasi, longsoran tanah, amblesan tanah, perubahan sifat dan kandungan kimiawi, biologi

dan fisika air, terancamnya kepunahan jenis tumbuhan dan/atau satwa, dan/atau wabah penyakit.

Pemerintah dan masyarakat perlu melakukan upaya-upaya peningkatan sistem pencegahan dan

penanggulangan bencana, pemulihan fungsi sarana dan prasarana berkaitan dengan daya rusak air, baik

yang bersifat upaya pencegahan sebelum terjadi bencana, upaya penanggulangan pada saat terjadi

bencana maupun upaya pemulihan akibat bencana.

Arahan strategis Pengendalian Daya Rusak Air di wilayah sungai Batam adalah :

1. Mengupayakan keberlangsungan aktifitas masyarakat dan terlindungnya sarana dan prasarana

pendukung aktifitas masyarakat.

2. Mengupayakan sistem pencegahan bencana akibat daya rusak air.

3. Meningkatkan sistem penanggulangan bencana

4. Memulihkan fungsi sarana dan prasarana guna pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari.

5. Meningkatkan peran masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan daya rusak air.

4.4 Pengendalian Banjir

Berdasarkan hasil perhitungan Banjir Rencana yang dihitung dengan Model HEC dapat disimpulkan bahwa

banjir yang terjadi di Bagian Hilir Sungai Batam disebabkan oleh besarnya debit anak-anak sungai yang

masuk ke Sungai Batam Bagian Hilir antara lain : Sungai Piasa, Sungai Silau, Lokal Sungai Batam yang

bermuara keseluruhannya di Sungai Batam – Tanjung Balai bersamaan dengan pengeluaran air dari Danau

Toba pada saat elevasi muka air Danau Toba diatas + 905,2 m. Sehingga banjir di bagian hilir sungai

Batam masih dipengaruhi oleh pola operasi Danau Toba apabila terjadi curah hujan yang tinggi secara

Page 71: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DOKUMEN POLA PENGELOLAAN FINAL PPeennyyuussuunnaann KKoonnsseepp PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii BBaattaamm

PPTT.. MMUULLTTIIMMEERRAA HHAARRAAPPAANN IIVV--1111 EENNGGIINNEEEERRIINNGG CCOONNSSUULLTTAANNTT

4.5 Peran Serta Masyarakat

Untuk terselenggaranya tata pengaturan air yang baik, pengelolaan sumber daya air harus dilakukan

secara melembaga sampai pada tingkat wilayah sungai termasuk didalamnya perencanaan

pengembangan sumber daya air.

Disamping beberapa hal posistif berupa keberhasilan pencapaian tujuan pembangunan, perubahan-

perubahan tersebut menyebabkan pula timbulnya keragaman dinamika masyarakat beserta

permasalahannya baik berupa skala ruang maupun waktu termasuk permasalahan akibat krisis keuangan,

politik, maupun penyimpangan iklim yang dihadapi Negara kita akhir-akhir ini. Timbulnya keragaman-

keragaman tersebut menyebabkan konteks pembinaan masyarakat tidak dapat digenerasikan lagi.

Keanekaragaman dinamika masyarakat di wilayah sungai Batam perlu dijadikan sebagai potensi kekuatan

dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi. Setiap tahapan dalam proses pembangunan perlu

melibatkan masyarakat dan mereka mendapat kesempatan untuk mengutarakan kepentingan dan

kebutuhannya yang berkaitan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya air di wilayah sungai

Batam.

Arahan strategis dalam rangka peningkatan peran serta masyarakat adalah :

1. Pemberdayaan dan Peningkatan ekonomi masyarakat sekitar hutan, sempadan sungai, bendungan

dan mata air.

2. Peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan kehutanan, perkebunan, HTI dan IUPHH.

3. Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup (LH).

4. Penataan hukum dan kelembagaan dalam pengelolaan SDA dan LH.

5. Pembentukan Unit Pelaksana Teknis pengelola SDA WS yang secara struktural berada di bawah

Pemerintah Pusat atau Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah Departemen Pekerjaan Umum (atau

dengan nama lain) yang bertanggungjawab dalam pengelolaan SDA wilayah sungai yang

bersangkutan.

6. Peningkatan kemampuan sumber daya manusia aparat dinas teknis yang bertanggung jawab dalam

pengelolaan SDA dan kehutanan.

7. Pembentukan Dewan SDA Provinsi/Kab./Kota dan Dewan SDA wilayah sungai sebagai wadah

koordinasi antar stake holder.

4.6 Sistem Informasi Sumber Daya Air

Untuk mendukung pengelolaan sumber daya air, Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

menyelengarakan pengelolaan sistem informasi sumber daya air sesuai dengan kewenangannya.

Page 72: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DOKUMEN POLA PENGELOLAAN FINAL PPeennyyuussuunnaann KKoonnsseepp PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii BBaattaamm

PPTT.. MMUULLTTIIMMEERRAA HHAARRAAPPAANN IIVV--1122 EENNGGIINNEEEERRIINNGG CCOONNSSUULLTTAANNTT

Informasi sumber daya air meliputi informasi mengenai kondisi hidrologis, hidrometeorologis, kebijakan

sumber daya air, prasarana sumber daya air, teknologi sumber daya air, lingkungan pada sumber daya air

dan sekitarnya, serta kegiatan sosial ekonomi budaya masyarakat yang terkait dengan sumber daya air.

Arahan strategis dalam pengelolaan sistem informasi sumber daya air adalah :

1. Pengelolaan sistem informasi sumber daya air harus dapat mengakses informasi yang berkaitan

dengan sumber daya air yang tersebar dan dikelola oleh berbagai instansi.

2. Sistem informasi sumber daya air memelihara dan mengupdating data dan informasi hidrologi,

hidrometeorologi, kebijakan sumber daya air, sarana dan prasarana sumber daya air, teknologi

sumber daya air, kualitas lingkungan sumber air dan sekitarnya serta data dan informasi sosial

ekonomi dan budaya masyarakat yang terkait dengan pengelolaan sumber daya air.

3. Pengelolaan sistem informasi sumber daya air khususnya data dan informasi hidrologi wilayah sungai

perlu diinformasikan secara berkala ke tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota.

Page 73: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam

PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT

V-1

Strategi Pengelolaan Sumber Daya Air WS Batam disusun berdasarkan 3 (tiga) kerangka waktu,

yaitu Strategi Jangka Pendek, Jangka Menengah dan Jangka Panjang.

Strategi jangka Pendek merupakan strategi yang dilaksanakan pada tahun pertama setelah Pola

Pengelolaan Sumber Daya Air ini ditetapkan sampai tahun kelima .

Strategi Jangka Menengah merupakan strategi yang dilaksanakan dengan rentang waktu 10

tahun kedepan.

Strategi Jangka Panjang merupakan strategi yang dilaksanakan dengan rentang waktu 20 tahun

kedepan

Strategi Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam meliputi berbagai rangkaian

program dan kegiatan yang disusun berdasarkan kebutuhan dan kondisi nyata di lapangan,

disajikan pada Tabel 5.1 sampai dengan Tabel 5.6.

VVV... SSSTTTRRRAAATTTEEEGGGIII PPPEEENNNGGGEEELLLOOOLLLAAAAAANNN SSSUUUMMMBBBEEERRR DDDAAAYYYAAA AAAIIIRRR WWWIIILLLAAAYYYAAAHHH SSSUUUNNNGGGAAAIII BBBAAATTTAAAMMM

Page 74: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam

PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT

V-2

Tabel 5.1. Strategi Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam

PILAR SUB PILAR STRATEGI TAHAPAN PROGRAM

INSTANSI YANG BERTANGGUNG JAWAB JANGKA PENDEK

(2007 – 2012) JANGKA MENENGAH

(2013 – 2020) JANGKA PANJANG

(2021 – 2030)

KONSERVASI SUMBER DAYA AIR

Perlindungan dan pelestarian SDA

melindungi dan melestarikan sumber air beserta lingkungan keberadaannya terhadap kerusakan atau gangguan yang disebabkan oleh daya alam, termasuk kekeringan dan yang disebabkan oleh tindakan manusia

Reboisasi dan perlindungan hutan

Menetapkan kawasan di wilayah sungai yang perlu dikonservasikan dan dipelihara kelestariannya

Melakukan resetlement penduduk dari kawasan konservasi

Departemen Kehutanan, BPDAS, Pemko

Pola rehabilitasi hutan Pengendalian dan pengawasan perlindungan sempadan sungai, danau, dan mata air

Menyusun perda tentang sempadan sungai, dalam rangka mengantisipasi perkembangan pemukiman di sempadan sungai

Departemen Kehutanan, BPDAS, Pemko

Penghijauan lahan kritis dan penutupan lahan terbuka/semak belukar

Mensinkronkan implementasi UU, PP, KPTS menteri Perda, SK Gub, SK Bupati, dalam pemberian ijin HTI, perkebunan, IUPHH, Pertambangan dan Konservasi

Membuat rencana dan program comunity development, yaitu suatu program peningkatan peran serta masyarakat dalam pelestarian/konservasi WS Batam (baik ekosistem hulu) secara konsisten dan berkesinambungan

Departemen Kehutanan, BPDAS, Pemko

Pembangunan hutan rakyat dengan jenis tanaman keras produktif pada lahan kurang produktif

Pembangunan hutan rakyat dengan jenis tanaman keras produktif pada lahan kurang produktif

Pemanfaatan lahan tidur dan terlantar disepanjang wilayah sungai sebagai lahan produktif

Departemen Kehutanan, BPDAS, Pemko

Menetapkan kawasan di wilayah sungai/danau yang perlu dikonservasikan dan dipelihara kelestariannya

Penataan bangunan dan lingkungan pada kawasan sepanjang sungai yang pertumbuhannya cepat

Penataan bangunan dan lingkungan pada kawasan sepanjang sungai yang pertumbuhannya cepat

Departemen Kehutanan dan Departemen PU, Balai WS, KLH, Pemda, BPDAS

Page 75: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam

PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT

V-3

Tabel 5.2. Strategi Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam (Lanjutan)

PILAR SUB PILAR STRATEGI TAHAPAN PROGRAM

INSTANSI YANG BERTANGGUNG JAWAB JANGKA PENDEK

(2007 – 2012) JANGKA MENENGAH

(2013 – 2020) JANGKA PANJANG

(2021 – 2030)

Rehabilitasi dan pengayaan tanaman di kawasan hutan

Mencari mata pencaharian alternatif bagi penduduk melakukan usaha tani berupa enclave pada kawasan hutan lindung (kawasan konservasi)

Membangun kelembagaan yang bergerak di bidang konservasi tanah dan air dalam rangka pelestarian SDA WS sungai Batam yang difasilitasi pemerintah

Departemen Kehutanan, BPDAS, Pemko

Pengendalian dan pengawasan perlindungan sempadan sungai, danau, dan mata air

Departemen PU, Dinas Lingkungan Hidup, Pemko

Penataan bangunan dan lingkungan pada kawasan sepanjang sungai yang pertumbuhannya cepat

Departemen PU, Dinas Lingkungan Hidup, Pemko

PENDAYAGUNAAN SDA

Pengelolaan Kualitas dan Pengendalian Pencemaran Air

mempertahankan dan memulihkan kualitas air yang masuk dan yang ada pada sumber-sumber air seperti potensi SDA ; danau, sungai dan pond buatan

Pengolahan limbah industri dan domestik secara individu atau terpusat

Kali bersih/pengolahan limbah industri dan domestik secara indvidu atau terpusat

Kali bersih/pengolahan limbah industri dan domestik secara indvidu atau terpusat

Departemen PU, Bappedalda, Dep. Perindustrian, Pemko

Pemantauan, penyelidikan, pelanggaran, dan evaluasi kualitas air

Pemantauan, penyelidikan, pelanggaran, dan evaluasi kualitas air

Pemantauan, penyelidikan, pelanggaran, dan evaluasi kualitas air

Bappedalda, Pemko

Pengendalian dan pengawasan pembuangan limbah domestik, limbah non domestik dan industri

Pengelolaan sampah domestik secara terpadu

Pengelolaan sampah domestik secara terpadu

Departemen PU, Bappedalda, Pemda

Pengelolaan limbah industri secara terpadu

Pengelolaan limbah industri secara terpadu

Pengelolaan limbah industri secara terpadu

Departemen PU, Bappedalda, Dep. Perindustrian, Dinas Lingkungan Hidup

Pengelolaan sampah domestik secara terpadu

Pengelolaan sampah domestik secara terpadu

Pengelolaan sampah domestik secara terpadu

Pemko dan Dinas Terkait, Bappedalda

Pengelolaan limbah cair domestik secara terpadu

Pengelolaan Limbah cair domestik secara terpadu

Pengelolaan Limbah cair domestik secara terpadu Dinas Terkait dan Bappedalda

Page 76: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam

PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT

V-4

Tabel 5.3. Strategi Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam (Lanjutan)

PILAR SUB PILAR STRATEGI TAHAPAN PROGRAM

INSTANSI YANG BERTANGGUNG JAWAB JANGKA PENDEK

(2007 – 2012) JANGKA MENENGAH

(2013 – 2020) JANGKA PANJANG

(2021 – 2030)

Panatagunaan SDA

Menetapkan zona pemanfaatan air Penetapan zona pemanfaatan air

Penyusunan zonasi peruntukan lokasi untuk berbagai kepentingan di seluruh waduk

Penyusunan zonasi peruntukan lokasi untuk berbagai kepentingan di seluruh waduk

Departemen PU, Wadah koordinasi WS, Balai Wilayah Sungai Sumatera IV

Melindungi sumber air, danau, dan mata air dalam rangka penyediaan air baku untuk keperluan air bersih

Optimasi penggunaan air yang ada, yaitu dengan alokasi air secara real time

Departemen PU, ATB, Pemko, Balai WS Sumatera IV

Pengelolaan sungai, danau, mata air dan sumber daya air

Pengelolaan sungai, danau, mata air dan sumber daya air

Pengelolaan sungai, danau, mata air dan sumber daya air

Pengelolaan sungai, danau, mata air dan sumber daya air

Departemen PU, Departemen Pertambangan, Pemko, Balai WS Sumatera IV

PENDAYAGUNAAN SDA

Penyediaan SDA

Menyediakan air baku untuk keperluan rumah tangga perkotaan dan industri bagi masyarakat kota wilayah sungai Batam berasal dari sungai, danau, mata air, sumur dalam atau kombinasinya

Perlindungan sumber air, danau, dan mata air dalam rangka penyediaan air baku untuk keperluan air bersih

Perlindungan sumber air, danau, dan mata air dalam rangka penyediaan air baku untuk keperluan air bersih

Perlindungan sumber air, danau, dan mata air dalam rangka penyediaan air baku untuk keperluan air bersih

Pemko dan ATB

Menyediakan air baku dan PLTA di wilayah Sungai Batam, dengan peningkatan operasi danau/waduk yang ada

Memelihara, mengendalikan dan meningkatkan mutu lingkungan hidup serta mengoptimasikan pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkesinambungan di kawasan Danau / Waduk

Memelihara, mengendalikan dan meningkatkan mutu lingkungan hidup serta mengoptimasikan pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkesinambungan di kawasan Danau / Waduk

Memelihara, mengendalikan dan meningkatkan mutu lingkungan hidup serta mengoptimasikan pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkesinambungan di kawasan Danau / Waduk

Pemko, Otorita Batam

Penggunaan SDA

Mengoptimalkan penggunaan air yang ada, yaitu dengan alokasi air secara real time

Mengoptimalkan penggunaan air yang ada, yaitu dengan alokasi air secara real time

Mengoptimalkan penggunaan air yang ada, yaitu dengan alokasi air secara real time

Mengoptimalkan penggunaan air yang ada, yaitu dengan alokasi air secara real time

Pemko, Otorita Batam

Pengembangan SDA

Pengembangan angkutan sungai dalam wilayah provinsi

Pengembangan angkutan sungai dalam wilayah provinsi

Pengembangan angkutan sungai dalam wilayah provinsi

Pengembangan angkutan sungai dalam wilayah provinsi

Departemen PU, Departemen Perhubungan, Pemko

Pengembangan kelistrikan tenaga air (PLTA)

Pengembangan kelistrikan tenaga air (PLTA)

Pengembangan kelistrikan tenaga air (PLTA)

Pengembangan kelistrikan tenaga air (PLTA)

Departemen PU, Departemen Energi dan SDM, Departemen Perindustrian, Pemko

Pengusahaan SDA

Fasilitas pengusahaan air yang berlebih, antara lain untuk PLTA, industri, dan lainnya

Fasilitas pengusahaan air yang berlebih, antara lain untuk PLTA, industri, dan lainnya

Fasilitas pengusahaan air yang berlebih, antara lain untuk PLTA, industri, dan lainnya

Fasilitas pengusahaan air yang berlebih, antara lain untuk PLTA, industri, dan lainnya

Departemen PU, PDAM ,Pemko , Departemen Perindustrian

Page 77: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam

PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT

V-5

Tabel 5.4. Strategi Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam (Lanjutan)

PILAR SUB PILAR STRATEGI TAHAPAN PROGRAM

INSTANSI YANG BERTANGGUNG JAWAB JANGKA PENDEK

(2007 – 2012) JANGKA MENENGAH

(2013 – 2020) JANGKA PANJANG

(2021 – 2030)

PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR

Pencegahan

Penghijauan & Pemeliharaan tebing sungai

Penghijauan & Pemeliharaan tebing sungai

Penghijauan & Pemeliharaan tebing sungai

Penghijauan & Pemeliharaan tebing sungai

Pemko dan Departemen Pekerjaan Umum

Pengembangan dan pembangunan bendungan

Pengembangan dan pembangunan bendungan

Pengembangan dan pembangunan bendungan

Pengembangan dan pembangunan bendungan

Program pengelolaan bendungan Program pengelolaan bendungan Program pengelolaan bendungan Program pengelolaan bendungan

Penanggulangan Daya Rusak Air

Perlindungan tebing sungai Perlindungan tebing sungai Perlindungan tebing sungai Perlindungan tebing sungai

Pemko dan Departemen Pekerjaan Umum

Pelurusan sungai Pelurusan sungai Pelurusan sungai Pelurusan sungai Pembangunan kolam/rawa retensi banjir

Pembangunan kolam/rawa retensi banjir

Pembangunan kolam/rawa retensi banjir

Pembangunan kolam/rawa retensi banjir

Pemulihan Daya Rusak Air

Rehabilitasi bangunan bendungan Rehabilitasi bangunan bendungan Rehabilitasi bangunan bendungan Rehabilitasi bangunan bendungan

Pemko dan Departemen Pekerjaan Umum

Rehabilitasi konstruksi tebing sungai Rehabilitasi konstruksi tebing sungai

Rehabilitasi konstruksi tebing sungai Rehabilitasi konstruksi tebing sungai Pemko

Rehabilitasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

Rehabilitasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

Rehabilitasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

Rehabilitasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

Bappedalda, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Perindustian

Pengerukan sedimen sungai Pengerukan sedimen sungai Pengerukan sedimen sungai Pengerukan sedimen sungai

Pemko dan Departemen Pekerjaan Umum

Normalisasi sungai Normalisasi sungai Normalisasi sungai Normalisasi sungai Departemen Pekerjaan Umum

PERAN SERTA MASYARAKAT

Meningkatkan kinerja pengelolaan SDA

Pemberdayaan dan Peningkatan ekonomi masyarakat sekitar hutan, sempadan sungai, bendungan dan mata air

Pemberdayaan dan Peningkatan ekonomi masyarakat sekitar hutan, sempadan sungai, bendungan dan mata air

Pemberdayaan dan Peningkatan ekonomi masyarakat sekitar hutan, sempadan sungai, bendungan dan mata air

Pemberdayaan dan Peningkatan ekonomi masyarakat sekitar hutan, sempadan sungai, bendungan dan mata air

Pemko dan Dinas Kehutanan

Peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan kehutanan, perkebunan, HTI dan IUPHH

Peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan kehutanan, perkebunan, HTI dan IUPHH

Peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan kehutanan, perkebunan, HTI dan IUPHH

Peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan kehutanan, perkebunan, HTI dan IUPHH

Dinas Kehutanan, BPDAS,

Pemda

Page 78: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam

PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT

V-6

Tabel 5.5. Strategi Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam (Lanjutan)

PILAR SUB PILAR STRATEGI TAHAPAN PROGRAM

INSTANSI YANG BERTANGGUNG JAWAB JANGKA PENDEK

(2007 – 2012) JANGKA MENENGAH

(2013 – 2020) JANGKA PANJANG

(2021 – 2030)

Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan hidup (LH)

Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan hidup (LH)

Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan hidup (LH)

Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan hidup (LH)

Pemko, Bappedalda, Dinas Lingkungan Hidup

Penataan hukum dan kelembagaan dalam pengelolaan SDA dan LH

Penataan hukum dan kelembagaan dalam pengelolaan SDA dan LH

Penataan hukum dan kelembagaan dalam pengelolaan SDA dan LH

Penataan hukum dan kelembagaan dalam pengelolaan SDA dan LH

Bappeda,Dinas PU, Pemko

Pembentukan Unit Pelaksana Teknis pengelola SDA WS yang secara struktural berada di bawah Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah (atau dengan nama lain) yang bertanggungjawab dalam pengelolaan SDA wilayah sungai yang bersangkutan

Pembentukan Unit Pelaksana Teknis pengelola SDA WS yang secara struktural berada di bawah Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah (atau dengan nama lain) yang bertanggungjawab dalam pengelolaan SDA wilayah sungai yang bersangkutan

Pembentukan Unit Pelaksana Teknis pengelola SDA WS yang secara struktural berada di bawah Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah (atau dengan nama lain) yang bertanggungjawab dalam pengelolaan SDA wilayah sungai yang bersangkutan

Pembentukan Unit Pelaksana Teknis pengelola SDA WS yang secara struktural berada di bawah Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah (atau dengan nama lain) yang bertanggungjawab dalam pengelolaan SDA wilayah sungai yang bersangkutan

Pemko dan Departemen Pekerjaan Umum

Peningkatan kemampuan sumber daya manusia aparat dinas teknis yang bertanggung jawab dalam pengelolaan SDA dan kehutanan

Peningkatan kemampuan sumber daya manusia aparat dinas teknis yang bertanggung jawab dalam pengelolaan SDA dan kehutanan

Peningkatan kemampuan sumber daya manusia aparat dinas teknis yang bertanggung jawab dalam pengelolaan SDA dan kehutanan

Peningkatan kemampuan sumber daya manusia aparat dinas teknis yang bertanggung jawab dalam pengelolaan SDA dan kehutanan

Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Kehutanan, BPDAS

Pembentukan Dewan SDA Provinsi/Kab./Kota dan Dewan SDA wilayah sungai

Pembentukan Dewan SDA Provinsi/Kab./Kota dan Dewan SDA wilayah sungai

Pembentukan Dewan SDA Provinsi/Kab./Kota dan Dewan SDA wilayah sungai

Pembentukan Dewan SDA Provinsi/Kab./Kota dan Dewan SDA wilayah sungai

Pemko dan Dinas Pekerjaan

Umum

Page 79: Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831

DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam

PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT

V-7

Tabel 5.6. Strategi Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam (Lanjutan)

PILAR SUB PILAR STRATEGI TAHAPAN PROGRAM

TAHAPAN PROGRAM JANGKA PENDEK

(2007 – 2012) JANGKA PENDEK

(2007 – 2012) JANGKA PENDEK

(2007 – 2012)

SISTEM INFORMASI SDA

Mendukung Pengelolaan SDA

Menyusun nota kesepahaman dalam pengelolaan SDA wilayah sungai dan forum koordinasi

Menyusun nota kesepahaman dalam pengelolaan SDA wilayah sungai dan forum koordinasi

Menyusun nota kesepahaman dalam pengelolaan SDA wilayah sungai dan forum koordinasi

Menyusun nota kesepahaman dalam pengelolaan SDA wilayah sungai dan forum koordinasi

Pemko dan Departemen Pekerjaan Umum

Menyebarluaskan informasi ke seluruh stakeholder (fungsi, tugas pokok dan tanggung jawab BPDAS), serta melibatkan BPDAS dalam proses perijinan usaha yang terkait dengan pemanfaatan lahan di DAS yang berdampak pada pelestarian hutan

Menyebarluaskan informasi ke seluruh stakeholder (fungsi, tugas pokok dan tanggung jawab BPDAS), serta melibatkan BPDAS dalam proses perijinan usaha yang terkait dengan pemanfaatan lahan di DAS yang berdampak pada pelestarian hutan

Menyebarluaskan informasi ke seluruh stakeholder (fungsi, tugas pokok dan tanggung jawab BPDAS), serta melibatkan BPDAS dalam proses perijinan usaha yang terkait dengan pemanfaatan lahan di DAS yang berdampak pada pelestarian hutan

Menyebarluaskan informasi ke seluruh stakeholder (fungsi, tugas pokok dan tanggung jawab BPDAS), serta melibatkan BPDAS dalam proses perijinan usaha yang terkait dengan pemanfaatan lahan di DAS yang berdampak pada pelestarian hutan

Pemko dan Dinas Kehutanan

Pembangunan sistem informasi SDA Pembangunan sistem informasi SDA

Pembangunan sistem informasi SDA

Pembangunan sistem informasi SDA Departemen PU, Balai Wilayah Sungai Sumatera IV Pengelolaan sistem informasi SDA Pengelolaan sistem

informasi SDA Pengelolaan sistem informasi SDA Pengelolaan sistem informasi SDA