Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831
-
Upload
hafeez-prayoga -
Category
Documents
-
view
239 -
download
5
Transcript of Pulau Batam-Pulau Bintan_1298375831
DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam
PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT
i
KATA PENGANTAR
Laporan Dokumen Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam ini dibuat sebagai realisasi
Perjanjian Kerja Sama antara Satuan Kerja Direktorat Irigasi dengan PT. Multimera Harapan, dengan Surat
Perjanjian / Kontrak No. KU.08.08/07/SKBWSS-IV/V/2007, tanggal 24 Mei 2007, tentang pekerjaan
Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam.
Dalam laporan ini berisikan uraian Pendahuluan, kondiis dan potensi Wilayah Sungai Batam, visi dan misi
pengelolaan sumber daya air, arahan kebijakan pola pengelolaan sumber daya air Wilayah Sungai BAtam
dan strategi pengelolaan sumber daya air Wilayah Sungai Batam. Atas segala arahan dan bantuan dari
berbagai pihak terkait demi kelancaran pembuatan laporan ini diucapkan terima kasih.
Demikian Laporan Dokumen Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam ini disampaikan,
semoga dapat bermanfaat bagi semua pihak dan dapat dipergunakan sebagai bahan masukan untuk
melaksanakan program selanjutnya.
Batam, Desember 2007
PT. MULTIMERA HARAPAN
(Ir. Bambang Pramono )
Direktur
DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam
PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
Daftar Isi ii
Daftar Tabel vii
Daftar Gambar ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Umum I -1
1.2. Pengertian I - 2
1.3. Kedudukan dan Fungsi I – 3
1.4. Maksud dan Tujuan I - 4
1.5. Landasan Hukum I - 4
1.6. Ruang Lingkup I - 5
BAB II KONDISI DAN POTENSI WILAYAH SUNGAI BATAM
2.1. Kondisi Geografi II -1
2.2. Kondisi Tata Ruang II -2
2.2.1 Tata Guna Lahan Eksisting dan Yang Akan Datang II -2
2.2.2 Kondisi Hutan II -5
2.3. Kondisi Topografi dan Geomorfologi II -5
2.3.1 Kondisi Topografi II -5
2.3.2 Kondisi Morfologi II -6
2.3.3 Kondisi Geologi II -9
2.4. Kondisi Sosial Ekonomi II -10
2.4.1 Kependudukan II -10
2.4.2 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Kota Batam II -12
2.4.3 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi II -15
2.4.4 Proyeksi Sistem Kebutuhan Air Bersih II -16
2.4.5 Proyeksi Kebutuhan Sistem Jaringan Listrik II -18
DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam
PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT
iii
2.4.6 Proyeksi Sektor Parawisata II -18
2.5. Kondisi Hidrologi II -20
2.6. Kondisi Kualitas Air WS Batam II -30
2.7. Kondisi Fisik WS Batam II -34
2.7.1 Erosi dan Sedimentasi II -34
2.7.2 Erosi Eksisting Batam Tahun 2007 II -35
2.7.3 Prediksi Erosi dan Sedimentasi II -36
2.7.4 Dasar dan Asumsi Yang digunakan dalam Prediksi II -38
2.7.5 Hasil Prediksi Erosi Tahun 2010, 2020, dan 2025 II -38
2.8 Kondisi Pengembangan Sumber Daya Air II -44
2.8.1 Infrastruktur Kondisi Eksisting II -44
2.8.2 Kebutuhan Air Rumah Tangga, Perkotaan, dan Industri II -45
2.8.3 Rencana Infastruktur Masa Depan II-46
BAB -III VISI DAN MISI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WS BATAM
3.1. Visi Pengeloaan SDA Wilayah Sungai Batam III-2
3.2. Misi Pengeloaan SDA Wilayah Sungai Batam III-2
BAB -IV ARAHAN KEBIJAKAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WILAYAH
SUNGAI BATAM
4.1. Konservasi Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam IV-1
4.1.1 Strategi Konservasi IV-1
4.1.2 Upaya Konservasi IV-2
4.1.2.1 Arahan Upaya Konservasi IV-2
4.1.2.2 Upaya Konservasi Ekosistem DTA D.Duriangkang
(Ekosistem Hulu)
IV-3
4.1.2.3 Upaya Konservasi Vegetatif Sepadan Sungai IV-5
4.1.2.4 Upaya Konservasi Situ dan Danau IV-6
4.1.2.5 Upaya Konservasi Lainnya IV-7
4.2. Pengeloaan Kualitas dan Pengendalian Pencemaran Air IV-8
4.3. Pendayagunaan Sumber Daya Air WS Batam IV-8
DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam
PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT
iv
4.3.1 Penatagunaan Sumber Daya Air IV-9
4.3.2 Penyediaan Sumber Daya Air IV-9
4.3.3 Pengunaan Sumber Daya Air IV-9
4.3.4 Pengembangan Sumber Daya Air IV-9
4.3.5 Pengusahaan Sumber Daya Air IV-10
4.3.6 Pengendalian Daya Rusak Air IV-10
4.4. Pengendalian Banjir IV-10
4.5. Peran Serta Masyarakat IV-10
4.6. Sistem Informasi Sumber Daya Air IV-11
BAB -V STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WILAYAH SUNGAI BATAM
DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam
PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT
vii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Data Luas Per Kecamatan Di Kota Batam II -1
2.2 Tata Guna Lahan Tahun 2004 II -2
2.3 Rencana Pemanfaatan Lahan Kota Batam Tahun 2014 II -3
2.4 Klasifikasi Lahan Pulau Batam Berdasarkan Kemiringan (Ha) II -6
2.5 Jumlah Tenaga Kerja Di Kota Batam Menurut Sektor Ekonomi s/d Juli 2006 II -10
2.6 Rasio Jumlah Tenaga Kerja dengan Jumlah Penduduk Di Kota Batam 2001 -
2006
II -11
2.7 Proyeksi Penduduk di Kota Batam Periode 2007 - 2025 II -13
2.8 Proyeksi Penduduk di Kota Batam Periode 2007 – 2025 (Lanjutan) II -14
2.9 Pertumbuhan Ekonomi Kota Batam Tahun 2002 - 2005 II -15
2.10 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Kota Batam Tahun 2007 - 2030 II -16
2.11 Proyeksi Kebutuhan Air Bersih Melalui Sistem Perpipaan PDAM Di Kota
Batam Hingga Tahun 2014
II -16
2.12 Perkiraan Kebutuhan Listrik Kota Batam Hingga Tahun 2014 II -18
2.13 Jumlah Wisatawan Kota Batam Tahun 2000 – 2006 II -18
2.14 Proyeksi Jumlah Wisatawan Kota Batam Tahun 2007 – 2030 II -19
2.15 Jumlah Hotel Di Kota Batam Tahun 2000 - 2005 II -19
2.16 Proyeksi Jumlah Hotel Di Kota Batam Tahun 2007 – 2030 II -19
2.17 Hujan Rencana (mm) II -23
2.18 Hasil Pengamatan Kualitas Air di WS Batam II -30
2.19 Kualitas Air Waduk Bulang Lintang II -31
2.20 Kualitas Air Sumur P. Bulang Lintang II -32
2.21 Kualitas Air Danu Mungga di Rempang II -33
2.22 Danau Sekanak di P. Belakang Padang II -34
2.23 Kriteria Erosi II -35
2.24 Erosi Masing-Masing DTA II -36
2.25 Prediksi Erosi 2007, 2010, 2020, dan 2025 II -38
2.26 Prediksi Konsumsi Air Bersih Rumah Tangga-Perkotaan dan Industri DAS II -46
DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam
PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT
viii
Batam Tahun 2007 sampai Tahun 2025
5.1 Strategi Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam V -2
5.2 Strategi Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam (Lanjutan) V -3
5.3 Strategi Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam (Lanjutan) V -4
5.4 Strategi Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam (Lanjutan) V -5
5.5 Strategi Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam (Lanjutan) V -6
5.6 Strategi Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam (Lanjutan) V -7
\
DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam
PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batam 2004-2014 II -4
2.2 Peta Topografi II -7
2.3 Peta Kemiringan Lahan II -8
2.4 Pertumbuhan Penduduk Kota Batam II -10
2.5 Lokasi Pos Hidroklimatologi II -21
2.6 Barchart Ketersediaan Data Hujan II -22
2.7 Peta Isohiet Hujan Rencana 2 Tahunan II -24
2.8 Peta Isohiet Hujan Rencana 5 Tahunan II -25
2.9 Peta Isohiet Hujan Rencana 10 Tahunan II -26
2.10 Peta Isohiet Hujan Rencana 25Tahunan II -27
2.11 Peta Isohiet Hujan Rencana 100 Tahunan II -28
2.12 Hidrograf Banjir Masing-masing DAM II -29
2.13 Sketsa Pembagian DTA Pulau Batam II -37
2.14 Peta Prediksi Erosi Tahun 2007 II -40
2.15 Peta Prediksi Erosi Tahun 2010 II -41
2.16 Peta Prediksi Erosi Tahun 2020 II -42
2.17 Peta Prediksi Erosi Tahun 2025 II -43
2.18 Beberapa Bangunan Air di Kota Batam II -44
2.19 Mapping Waduk & Danau II -45
DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam
PT. MULTIMERA HARAPAN I-1 ENGINEERING CONSULTANT
1.1. Umum
Air merupakan sumber kehidupan manusia yang keberadaannya dipermukaan bumi secara alami
melalui suatu proses siklus hidrologi yang erat hubungannya dengan kondisi cuaca, kemampuan dan
kondisi tutupan permukaan lahan untuk menyimpan air pada suatu daerah tangkapan air.
Air merupakan kebutuhan utama baik secara ekonomi maupun sosial, persediaan air yang secara
kuantitas dan kualitas tidak memenuhi akan berpengaruh terhadap perkembangan sosial ekonomi
masyarakat. Sehingga kuantitas dan kualitas air dan sumber air menjadi suatu hal yang sangat penting
dan perlu diperhatikan ketersediaannya serta penggunaan seefisien mungkin.
Menurunnya sumber air secara kuantitas dan kualitas telah mengakibatkan terjadinya kekurangan
pasokan air pada beberapa daerah terutama untuk kebutuhan pokok sehari-hari masyarakat dan usaha
pertanian. Rusaknya kondisi tutupan lahan (hutan) di daerah tangkapan air telah berakibat pada
peningkatan erosi dan sedimentasi serta bencana banjir.
Meningkatnya kebutuhan masyarakat dan dunia usaha terhadap air telah mendorong lebih
meningkatnya nilai ekonomis air dibanding fungsi sosialnya, hal tersebut telah menimbulkan konflik
kepentingan antar masyarakat, antar sektor, antar wilayah dan berbagai pihak yang berkepentingan
dengan air.
Pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan pada semua sektor sedikit banyak akan
sangat bergantung pada penyediaan dan penggunaan air, oleh karenanya upaya-upaya untuk
melestarikan ketersediaan air menjadi sesuatu yang mutlak untuk dilakukan.
Untuk menjamin terselenggaranya pengelolaan sumber daya air yang dapat memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya bagi kehidupan dan penghidupan masyarakat , maka perlu disusun Pola Pengelolaan
Sumber Daya Air Wilayah Sungai yang ditetapkan oleh pejabat yang berwewenang.
Wilayah Sungai Batam berada di Provinsi Kepulauan Riau dan mencakup kawasan Batam yang
merupakan kawasan tertentu, maka kewenangan penetapan pola pengelolaan sumber daya air di
wilayah sungai tersebut merupakan kewenangan Pemerintah Pusat.
III... PPPEEENNNDDDAAAHHHUUULLLUUUAAANNN
DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam
PT. MULTIMERA HARAPAN I-2 ENGINEERING CONSULTANT
1.2. Pengertian
Dalam Pola Pengelolaan Sumber Daya Air WS Batam yang dimaksud dengan:
1) Pengelolaan sumber daya air adalah upaya merencanakan, melaksanakan, memantau dan mengevaluasi
penyelenggaraan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air dan pengendalian daya
rusak air.
2) Sumber daya air adalah air, sumber air dan daya air yang terkandung di dalamnya.
3) Air adalah semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah, termasuk dalam
pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat.
4) Air permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah.
5) Air tanah adalah semua air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah.
6) Sumber air adalah tempat atau wadah air alami dan/atau buatan yang terdapat pada, di atas, ataupun di
bawah permukaan tanah.
7) Konservasi sumber daya air adalah upaya memelihara keberadaan, keberlanjutan keadaan, sifat dan fungsi
sumber daya air agar senantiasa tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang memadai untuk memenuhi
kebutuhan makhluk hidup baik pada waktu sekarang maupun pada generasi yang akan datang.
8) Pendayagunaan sumber daya air adalah upaya penatagunaan, penyediaan, penggunaan, pengembangan,
dan pengusahaan sumber daya air secara optimal agar berhasil guna dan berdaya guna.
9) Pengendalian daya rusak air adalah upaya untuk mencegah, menanggulangi, dan memulihkan kerusakan
kualitas lingkungan yang disebabkan oleh daya rusak air.
10) Daya rusak air adalah daya air yang dapat merugikan kehidupan.
11) Wilayah sungai adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumber daya air dalam satu atau lebih daerah aliran
sungai dan/atau pulau-pulau kecil yang luasnya kurang dari atau sama dengan 2.000 km2.
12) Daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-
anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah
hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di
laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.
13) Cekungan air tanah adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas hidrogeologis, tempat semua kejadian
hidrogeologis seperti proses pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan air tanah berlangsung.
14) Pemulihan adalah upaya merehabilitasi suatu keadaan sehingga kembali pada fungsinya semula.
15) Perlindungan sumber air adalah upaya pengamanan sumber air dari kerusakan yang ditimbulkan baik
akibat tindakan manusia maupun gangguan yang disebabkan oleh daya alam.
16) Pengawetan air adalah upaya memelihara keberadaan dan ketersediaan air atau kuantitas air agar tersedia
sesuai fungsi dan manfaatnya.
DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam
PT. MULTIMERA HARAPAN I-3 ENGINEERING CONSULTANT
17) Pengelolaan kualitas air adalah upaya mempertahankan dan memulihkan kualitas air yang masuk dan yang
berada di sumber air.
18) Peruntukan air adalah penggolongan air pada suatu sumber air menurut jenis penggunaannya.
19) Penyediaan sumber daya air adalah penentuan dan pemenuhan volume air persatuan waktu untuk
memenuhi kebutuhan air dan daya air serta memenuhi berbagai keperluan sesuai dengan waktu, kualitas
dan kuantitas.
20) Penggunaan sumber daya air adalah pemanfaatan sumber daya air dan prasarananya sebagai media dan
atau materi.
21) Pengembangan sumber daya air adalah upaya peningkatan kemanfaatan fungsi sumber daya air untuk
memenuhi kebutuhan air, dan atau sumber air, dan atau daya air.
22) Pengusahaan sumber daya air adalah upaya pemanfaatan sumber daya air untuk tujuan komersial.
23) Dinas adalah dinas teknis di tingkat provinsi yang membidangi sumber daya air.
24) Pengelola sumber daya air adalah institusi yang diberi wewenang untuk melaksanakan pengelolaan
sumber daya air.
1.3. Kedudukan dan Fungsi
Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam disusun berdasarkan kebijakan Pemerintah Pusat,
Pemerintah Kepulauan Riau dan Pemerintah Kabupaten/Kota terkait dalam bidang sumber daya air. Pola
ditetapkan oleh Menteri PU setelah mendapat rekomendasi dari Dewan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam
(PPTPA).
Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam berfungsi untuk memberikan arah bagi seluruh
Departemen dan Dinas/Instansi terkait dalam menyusun kebijakan program yang terkait dengan pengelolaan
sumber daya air sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam yang telah ditetapkan perlu dijabarkan lebih lanjut
dalam Rencana Induk Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam, rencana induk tersebut akan
menjadi pedoman bagi Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota, seluruh dinas/instansi terkait serta pihak-pihak
yang berkepentingan lainnya, sesuai dengan tanggung jawab dan kewenangannya.
DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam
PT. MULTIMERA HARAPAN I-4 ENGINEERING CONSULTANT
1.4. Maksud Dan Tujuan
Maksud disusunnya Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam adalah untuk membuat kerangka
dasar dalam pengelolaan sumber daya air di Wilayah Sungai Batam.
Tujuannya yang ingin dicapai dengan disusunnya Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam adalah
untuk menjamin terselenggaranya pengelolaan sumber daya air yang lestari, berwawasan lingkungan dan
berkelanjutan dari generasi ke generasi, serta dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi
kepentingan masyarakat dalam segala bidang kehidupan dan penghidupan.
Sedangkan sasarannya adalah untuk :
1) Mewujudkan keterpaduan, sinergitas serta sinkronisasi dalam pengelolaan sumber daya air wilayah
sungai.
2) Memelihara dan menjaga ekosistem dan daya dukung lingkungan wilayah sungai.
3) Memenuhi ketersediaan dan kebutuhan sumber daya air (air, sumber air dan daya air) bagi semua
pemanfaat.
4) Melakukan pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan dengan selalu memenuhi fungsi lingkungan
hidup dan pemenuhan ekonomi secara selaras, serasi dan seimbang.
1.5. Landasan Hukum
Landasan hukum penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam adalah :
1) Undang-undang Dasar 1945.
2) Undang-undang RI No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang.
3) Undang-undang RI No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
4) Undang-undang RI No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, juncto, Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun
2004 tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 41 Tentang Kehutanan.
5) Undang-undang RI No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.
6) Undang-undang RI No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
7) Undang-undang RI No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah.
8) Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
9) Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran
Air.
10) Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2002 tentang Tata Hutan Dan Penyusunan Rencana Pengelolaan
Hutan, Pemanfaatan Hutan dan Pengawasan Kawasan Hutan.
DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam
PT. MULTIMERA HARAPAN I-5 ENGINEERING CONSULTANT
11) Keputusan Presiden RI No. 9 Tahun 1999 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Kebijaksanaan
Pendayagunaan Sungai dan Pemeliharaan Kelestarian Daerah Aliran Sungai.
12) Keputusan Presiden RI No. 62 Tahun 2000 tentang Koordinasi Penataan Ruang Nasional.
1.6. Ruang Lingkup
Pola Pengeloaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam merupakan kerangka dasar yang berisi arahan strategis
dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian (pemantauan & evaluasi) serta pengawasan kegiatan yang
berkaitan dengan pengelolaan sumber daya air di Wilayah Sungai .
Pola Pengeloaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan berisi :
1) Kerangka Analisis Pengelolaan Sumber Daya Air di Wilayah Sungai Batam
2) Tinjauan kondisi dan potensi Wilayah Sungai Batam
3) Visi dan misi Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam
4) Arahan kebijakan pengelolaan sumber daya air Wilayah Sungai Batam
5) Strategi pengelolaan sumber daya air Wilayah Sungai Batam
DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam
PT. MULTIMERA HARAPAN II- 1 ENGINEERING CONSULTANT
2.1 Kondisi Geografis
Pulau Batam yang ditetapkan menjadi kota sejak tahun 1999, pada mulanya merupakan salah satu
kecamatan dalam wilayah Kabupaten Kepulauan Riau. Wilayah yang kini luasnya 415 Km2 (41.500 Ha).
Batam terletak di wilayah yang sangat strategis dan tercakup di dalam wilayah Sijori (Singapore, Johor
dan Riau) yang juga dikenal sebagai Segitiga Emas Asia, serta di jalur pelayaran internasional yang
strategis, Batam menjadi daya tarik tersendiri bagi para investor, pasar tenaga kerja, dan wisatawan. Kota
Batam terletak antar 0º.25’29” – 1º.15’00” Lintang Utara dan 103º.34’35” – 104º.26’04” Bujur Timur.
Batas wilayah :
Sebelah Utara berbatasan dengan Negara Singapura / Malaysia
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Senayang
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Karimun dan Moro Kabupaten Karimun
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Bintan Utara
Secara umum Kota Batam dibagi menjadi 12 kecamatan yang masing-masing kecamatan memiliki luas
wilayah sekitar 10 - 313 Km2. Luas wilayah administratif di Kota Batam disajikan pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.1 Data Luas Per Kecamatan Di Kota Batam
No Nama Kecamatan Luas Wilayah (Km2) 1 Kec. Batu Ampar 11,3 2 Kec. Nongsa 97,1 3 Kec. Galang 312,5 4 Kec. Bulang 164,9 5 Kec. Sei Beduk 98,7 6 Kec. Belakang Padang 68,4 7 Kec. Sekupang 66 8 Kec. Lubuk Baja 10,7 9 Kec. Batam Kota 37,4 10 Kec. Bengkong 10,3 11 Kec. Batu Aji 35,7 12 Kec. Sagulung 41,1
IIIIII... KKKOOONNNDDDIIISSSIII DDDAAANNN PPPOOOTTTEEENNNSSSIII WWWIIILLLAAAYYYAAAHHH SSSUUUNNNGGGAAAIII BBBAAATTTAAAMMM
DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam
PT. MULTIMERA HARAPAN II- 2 ENGINEERING CONSULTANT
2.2 Kondisi Tata Ruang
2.2.1 Tata Guna Lahan Eksisting dan Yang Akan Datang
Data kondisi tata guna lahan saat ini diperoleh dari Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batam 2004-
2014 yang disusun oleh Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan Kota (BAPPEKO) Batam
dan data tambahan dari Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Kota Batam Tahun 2006 yang disusun
oleh Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup (Bapedal) Kota Batam. Dalam laporan tersebut,
keadaan tata guna lahan di Pulau Batam pada tahun 2004 terdiri dari penggunaan sebagai berikut :
Tabel 2.2 Tata Guna Lahan Tahun 2004
No. Fungsi Lahan Luas (Ha) Lokasi
1. Daerah Pantai pasir 3656.25 Batu ampar, Kabil, Nongsa
2. Dam / Bendungan 32512.40 Nongsa, Sei Ladi, Harapan, Baloi, dan
Duriangkang
3. Kolam Ikan - -
4. Perkebunan 1212.50 -
5. Lahan Perkarangan 1306.25 -
6. Hutan Mangrove 3678.88 Pulau-pulau kecil, Duriangkang, Tanjung
Uncang
7. Semak 706.07 Sebagian besar di Duriangkang
8. Hutan Lebat 2962.50 P. Batam bagian dalam
9. Hutan Belukar 2827.84 Sebagian besar di Duriangkang dan Nongsa
10. Perumahan, Industri, Sarana
Umum - -
(Keterangan : - data tidak tersedia)
Kemudian dalam RTRW 2004-2014, tata guna lahan Kota Batam dibagi menjadi 2 kawasan, yakni
Pemukiman, kawasan budidaya dan kawasan lindung. Menurut data, lahan yang banyak akan
digunakan di Kota Batam sampai dengan tahun 2011, adalah lahan untuk permukiman sebesar 14,37%
dari total areal Kota Batam sebagai kawasan budidaya dan hutan lindung sebesar 19,87% dari total
areal Kota Batam sebagai kawasan lindung. Peta RTRW Kota Batam tahun 2004-2014 disajikan pada
Gambar 2.1.
DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam
PT. MULTIMERA HARAPAN II- 3 ENGINEERING CONSULTANT
Tabel 2.3 Rencana Pemanfaatan Lahan Kota Batam Tahun 2014
No Jenis Pemanfaatan Lahan
Luas Total Persen Luas Total Persen
RTRW 2011 (Ha)
RTRW 2011 (%)
RTRW 2014 (Ha)
RTRW 2014 (%)
Kawasan Budidaya 54,418.41 54.89 56,517.95 54.43
1 Pusat Pemerintahan 90.00 0.09 68.26 0.07
2 Industri 6,754.57 6.81 5,843.74 5.63
3 Perdagangan dan Jasa 1,927.22 1.94 2,243.50 2.16
4 Pariwisata 8,369.52 8.44 7,915.09 7.62
5 Pemukiman 14,245.50 14.37 14,136.14 13.61
6 Pengembangan Pantai - - 2,196.88 2.12
7 Pertanian 11,947.02 12.05 11,051.18 10.64
8 Budidaya Perikanan 4,130.39 4.17 3,609.88 3.48
9 Kawasan Strategis - - 1,866.70 1.80
10 Kawasan Khusus - - 1,104.44 1.06
11 Kawasan Bandara - - 1,743.53 1.68
12 Lingkungan Kerja Pelabuhan - - 562.02 0.54
13 Fasilitas Umum 3,740.84 3.77 1,612.00 1.55
14 Jalan 3,213.35 3.24 2,336.69 2.25
15 Pengembangan Terbatas - - 227.90 0.22
Kawasan Lindung 44,731.14 45.11 47,325.27 45.57
16 Bumi Perkemahan - - 94.91 0.09
17 Waduk/Danau 4,600.02
4.64 2,195.40 2.11
18 Rencana Waduk 0.00 2,022.53 1.95
19 Hutan Lindung 19,703.90 19.87 8,797.51 8.47
20 Hutan Wisata 611.67 0.62 968.99 0.93
21 Ruang Hijau Kota - - 11,591.48 11.16
22 Buffer Zone - - 1,966.52 1.89
23 Kawasan Rawan Sesar 76.37 0.08 79.91 0.08
24 Sempadan Waduk 10,350.38
10.44 1,959.23 1.89
25 Sempadan Pantai 0.00 7,746.75 7.46
26 Mangrove / Bakau 9,388.80 9.47 9,902.04 9.54
Jumlah 99,149.55 100.00 103,843.22 100.00
Sumber : Hasil Perhitungan dari Peta Rupa Bumi Bakosurtanal Tahun 2004
DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam
PT. MULTIMERA HARAPAN II- 4 ENGINEERING CONSULTANT
Gambar 2.1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batam 2004-2014
DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam
PT. MULTIMERA HARAPAN II- 5 ENGINEERING CONSULTANT
2.2.2 Kondisi Hutan
Menurut Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Kota Batam Tahun 2006 (Bapedal Kota Batam, 2006),
penggundulan hutan dan kerusakan hutan di Kota Batam terutama disebabkan oleh perubahan fungsi
untuk pembukaan lahan bagi kegiatan diantaranya adalah untuk pembangunan pusat jasa dan
perumahan/pemukiman, pembalakan liar serta pembakaran hutan.
Degredasi hutan menimbulkan akibat lanjutan yang berpengaruh pada kehidupan masyarakat dan
memperluas lahan kriti, kehilangan kemampuan menahan laju erosi dan daya menangkap air. Hal ini juga
mempengaruhi kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) dan pendangkalan waduk yang mempengaruhi
fluktuasi air. Itu semua dapat menyebabkan banjir dan kelangkaan air.
Berdasarkan Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batam tahun 2004-2014 seperti pada Gambar 2.1,
bahwa luas kawasan lindung sampai tahun 2014 mencapai 8.797,51 Ha atau sekitar 8,47 % dari luas
wilayah Kota Batam yang meliputi :
• Kecamatan Sekupang seluas 2.590,96 Ha
• Kecamatan Lubuk Baja seluas 33,64 Ha
• Kecamatan Batu Ampar seluas 55,56 Ha
• Kecamatan Nongsa seluas 1.047,37 Ha
• Kecamatan Sungai Beduk seluas 5.069 Ha
2.3. Kondisi Topografi dan Geomorfologi
2.3.1. Kondisi Topografi
Batam merupakan bagian dari paparan kontinental dengan luas 41.500 Ha. Pulau-pulau yang tersebar di
daerah ini merupakan sisa-sisa erosi atau penyusutan dari daratan pra tersier yang membentang dari
semenanjung Malaysia dan Pulau Singapura di bagian Utara sampai dengan pulau-pulau Moro dan
Kendur serta Karimun disebelah Selatan.
Permukaan dengan elevasi 0-5 meter di atas permukaan laut banyak terdapat di pantai Utara dan Selatan
dan pada umumnya berupa kawasan hutan bakau (mangrove). Dari luas total wilayah pulau Batam,
permukaan lahan memiliki elevasi 5-25 meter di atas permukaan laut. Daerah ini sebagian besar
berbentuk medan dataran alluvial dan sesuai untuk pemukiman, industri dan pariwisata. Lahan dengan
elevasi 25 – 100 meter di atas permukaan laut meliputi 32% dari seluruh luas wilayah Pulau Batam.
Kawasan ini sesuai untuk pemukiman, industri dan pariwisata serta hutan lindung untuk daerah dengan
elevasi mendekati 100 meter di atas permukaan laut. Sedangkan elevasi di atas 100 meter memilki
persentase luasan sekitar 1 %. Peta Topografi Pulau Batam disajikan pada Gambar 2.2.
DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam
PT. MULTIMERA HARAPAN II- 6 ENGINEERING CONSULTANT
2.3.2. Kondisi Morfologi
Berdasarkan Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Kota Batam Tahun 2006 (Bapedal Kota Batam,
2006), areal di Kota Batam berada pada ketinggian 5 -25 meter dpi, yang merupakan lahan auvial.
Daerah dengan ketinggian 0 – 5 meter dpi terdapat di pesisir Utara dan Selatan Pulau Batam, yang
merupakan hutan mangrove, sekitar 51% (42.406 Ha). Secara teori, lahan dengan ketinggian 25 – 100
meter dpi cocok untuk perumahan, industri, pertanian, pariwisata dan hutan lindung (kawasan
konservasi). Sedangkan sekitar 32% dari luas areal di Pulau Batam berada di ketinggian 25 – 100 meter
dpi, sehingga dapat menjadi areal perumahan, industri, pertanian, pariwisata dan hutan lindung (kawasan
konservasi). Distribusi areal di Pulau Batam berdasarkan elevasi dapat dilihat pada Tabel berikut :
Tabel 2.4 Klasifikasi Lahan Pulau Batam Berdasarkan Kemiringan (Ha)
Sumber : Lemtek UI, 1999
Menurut laporan tersebut, apabila ditinjau dari kemiringan lahan, daerah dengan kemiringan 0 – 3 %
terdapat di pantai Teluk Senimba, Jodoh, Tering dan Pantai di Duriangkang. Daerah ini cocok untuk
perumahan, industri, pariwisata, pertanian dan hutan konservasi. Lahan dengan kemiringan 3 – 10%
tersebar di seluruh Pulau Batam, mulai dari Bukit Dangas Pancur di Sekupang dan Tanjung Uncang di
bagian timur sampai ke Teluk Jodoh dan Duriangkang di bagian selatan. Daerah kemiringan 10 – 20%
terdapat di daerah perbukitan pantai barat sampai timur. Daerah dengan kemiringan 20 – 40% merupakan
daerah sempit terdapat di perbukitan Dangas Pancur (dikembangkan untuk konservasi dan bisnis).
Daerah dengan kemiringan lebih dari 40% terdapat di bukit Dangas dan Pancur, merupakan areal
konservasi hutan dan hutan lindung untuk sumber daya air (daerah tangkapan air). Peta Kemiringan
Lahan Pulau Batam disajikan pada Gambar 2.3.
DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam
PT. MULTIMERA HARAPAN II- 7 ENGINEERING CONSULTANT
Gam
bar
2.2
Pet
a To
pogr
afi
DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam
PT. MULTIMERA HARAPAN II- 8 ENGINEERING CONSULTANT
Gam
bar
2.3
Pet
a Ke
miri
ngan
Lah
an
DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam
PT. MULTIMERA HARAPAN II- 9 ENGINEERING CONSULTANT
2.3.3. Kondisi Geologi
Menurut Hamilton (1979), secara regional geologi Pulau Batam dan sekitarnya termasuk dalam tatanan
stratigrafi dan litologi berumur Palaeozoikum Atas dan Triasik yang merupakan kelanjutan dari bagian
timur Malaysia. Berdasarkan peta geologi Pulau Batam yang dikompilasi oleh GM. Hermansyah (1983),
litologi yang terdapat di Pulau Batam adalah sebagai berikut :
Batuan tertua merupakan batuan malihan yang terdiri dari sekis, batu sabak dan kuarsit yang berumur
Permo-karbon. Batuan ini pada umumnya terdapat di pantai timur dan barat Pulau Batam yang menyebar
dari utara ke selatan. Di bagian barat, batuan malihan ini dapat dijumpai mulai dari Teluk Senimba yang
memanjang ke arah selatan dan berakhir di sekitar daerah Pulau Gundap sedangkan di bagian timur
terdapat di kawasan pantai Pangkalan Api, Panau sampai Kabil. Selanjutnya pada umur Pra Triasik
terdapat batuan granit berbentuk batolit yang menerobos batuan malihan tersebut di atas.
Berdasarkan peta geologi yang ada, batuan granit ini pada umumnya terungkap di bagian timur pantai
utara Pulau Batam, yaitu sekitar Nongsa, Pulau Babi dan menyebar ke selatan di sekitar Pulau Jabi.
Berdasarkan singkapan yang terdapat di sekitar Nongsa, batuan granit ini berwarna abu-abu kemerahan,
kadang-kadang abu-abu kegelapan, sangat kompak, berstektur porpiritik dan terdiri dari mineral-mineral
kuarsa, ortoklas dan mineral hitam yang diduga horenblende.
Di beberapa tempat dijumpai pula batuan kuarsit yang seolah-olah mengisi kekar-kekar yang terjadi pada
grani itu sendiri dan batuan asing basalt berupa zenoit. Batuan kuarsit tersebut diperkirakan sebagai
proses akhir magmatis dari pembentukan terobosan granit, sedangkan batuan basalt terjadi akibat batuan
samping di sekitarnya termakan oleh proses granitisasi.
Berdasarkan kenampakan di lapangan, struktur geologi yang berkembang pada batuan granit terdiri dari
patahan dan kekar. Indikasi patahan tersebut dibuktikan dengan dijumpainya kenampakan cermin sesar
dan perkembangan dari kekar-kekar itu sendiri. Secara umum liniasi patahan tersebut berarah barat laut –
tenggara. Selanjutnya di atas batuan granit, diendapkan secara tidak selaras Formasi Batam Tengah yang
terdiri dari batuan lempung serpihan berwarna hitam, boklat dan merah keunguan, batu pasir lempungan
yang mengandung mineral mika, batu pasir berwarna putih dan hitam, kuarsit dan konglomerat kuarsit.
Keseluruhan batuan tersebut di atas berumur Triasik.
2.4. Kondisi Sosial Ekonomi
2.4.1. Kependudukan
Data populasi diperoleh dari Badan Statistik Pusat Kota Batam. Menurut data, sampai dengan bulan Juli
DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam
PT. MULTIMERA HARAPAN II- 10 ENGINEERING CONSULTANT
2006 jumlah penduduk Kota Batam adalah 702.079 jiwa, dengan komposisi laki-laki 340.712 jiwa dan
perempuan 359.793 jiwa. Data terakhir pada bulan Desember 2006 jumlah penduduk Kota Batam
menjadi 713.960 jiwa, dengan komposisi laki-laki 347.575 jiwa dan perempuan 366.385 jiwa. Data
lengkap tentang pertumbuhan penduduk di Kota Batam sampai dengan tahun 2006 adalah sebagai
berikut :
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Batam
Gambar 2.4 Pertumbuhan Penduduk Kota Batam
Sedangkan data Sumber Daya Manusia diperoleh dari Dinas Tenaga Kerja Kota Batam. Menurut data,
sampai dengan bulan Juli 2006 sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah di bidang
industri, yaitu mencapai 189.843 orang. Sedangkan sektor yang paling sedikit menyerap tenaga kerja
adalah di bidang pertambangan, yaitu hanya 770 orang. Data lengkap dapat dilihat dalam tabel
sebagai berikut :
Tabel 2.5 Jumlah Tenaga Kerja Di Kota Batam Menurut Sektor Ekonomi Kondisi s/d Juli 2006
Sektor Jumlah Perusahaan
WNI WNA Pria Wanita Pria Wanita
1 Pertanian 24 1,818 192 - - 2 Pertambangan 24 489 241 16 - 3 Industry 779 57,173 128,729 3,000 162 4 Listrik, Gas dan Air 13 1,035 186 4 5 Bangunan 581 18,932 1,330 7 6 Perdagangan & Hotel 786 13,125 4,606 81 7 Pengangkutan dan Komunikasi 160 1,501 1,479 31 8 Keuangan 114 2,626 695 7 9 Jasa-jasa 274 6,047 2,239 27 14 JUMLAH 2,755 102,746 139,697 3,173 176
Sumber : Dinas Tenaga Kerja Kota Batam
DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam
PT. MULTIMERA HARAPAN II- 11 ENGINEERING CONSULTANT
Selain hal itu, rasio antara jumlah tenaga kerja dengan jumlah penduduk di Kota Batam menunjukkan
angka yang fluktuatif. Hal ini dapat dilihat dalam rasio setiap tahunnya, seperti tahun 2001 rasio
menunjukkan angka 0,313, tahun 2002 rasio menunjukkan angka 0,314, tahun 2003 rasio
menunjukkan angka 0,334, tahun 2004 rasio menunjukkan angka 0,376, dan tahun 2005 rasio
menunjukkan angka 0,327. Data lengkap mengenai rasio ini dapat dilihat daam tabel sebagai berikut :
Tabel 2.6 Rasio Jumlah Tenaga Kerja dengan Jumlah Penduduk di Kota Batam tahun 2001 – 2006
Tahun Tenaga Kerja Terdaftar Penduduk Rasio
2001 165,183 527,151 0.313
2002 172,709 549,951 0.314
2003 187,842 562,661 0.334
2004 224,260 591,253 0.376
2005 224,379 685,787 0.327
Juli 2006 245,792 702,079 0.35
Sumber : Dinas Tenaga Kerja Kota Batam
2.4.2. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Kota Batam
Berdasarkan laju pertumbuhan penduduk selama periode 2002-2005 maka dapat dibuat proyeksi
penduduk untuk 25 tahun yang akan datang, adapun hasil proyeksi jumlah penduduk tersebut tertera
dalam Tabel 37 dan 3.8 pada halaman berikutnya.
Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa jumlah penduduk seluruh kecamatan di WS Batam pada tahun
2025 berjumlah 4.806.321 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk rata-rata pertahun adalah 11.05 %.
DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam
PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT
II-13
Tabel 2.7 Proyeksi Penduduk di Kota Batam Periode 2007 - 2025
No Kecamatan Tahun
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
1 Batam Kota 105,087 116,703 129,602 143,928 159,837 177,504 197,124 218,913 243,111
2 Batu Aji 80,221 89,088 98,935 109,871 122,016 135,503 150,480 167,113 185,585
3 Batu Ampar 48,720 54,105 60,086 66,727 74,103 82,294 91,390 101,492 112,710
4 Belakang Padang 20,231 22,467 24,951 27,708 30,771 34,172 37,950 42,144 46,803
5 Bengkong 68,873 76,486 84,940 94,329 104,755 116,334 129,193 143,474 159,332
6 Bulang 9,481 10,529 11,693 12,985 14,421 16,015 17,785 19,750 21,934
7 Galang 14,709 16,335 18,140 20,146 22,372 24,845 27,591 30,641 34,028
8 Lubuk Baja 74,481 82,714 91,856 102,010 113,285 125,807 139,713 155,156 172,306
9 Nongsa 41,721 46,333 51,454 57,141 63,457 70,472 78,261 86,912 96,518
10 Sagulung 119,415 132,614 147,273 163,551 181,629 201,706 224,001 248,761 276,257
11 Sei Beduk 74,213 82,416 91,526 101,643 112,878 125,354 139,210 154,598 171,686
12 Sekupang 71,029 78,880 87,599 97,282 108,035 119,976 133,238 147,965 164,320
Total 728,181 808,670 898,055 997,321 1,107,559 1,229,982 1,365,936 1,516,919 1,684,590
DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam
PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT
II-14
Tabel 2.8 Proyeksi Penduduk di Kota Batam Periode 2007 – 2025 (Lanjutan)
No Kecamatan Tahun
2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
1 Batam Kota 269,983
299,825
332,966
369,770
410,642
456,032
506,439
562,417
624,584
693,621
2 Batu Aji 206,098
228,879
254,178
282,274
313,475
348,124
386,604
429,337
476,793
529,495
3 Batu Ampar 125,168
139,004
154,368
171,431
190,380
211,424
234,793
260,746
289,567
321,574
4 Belakang Padang 51,976 57,721 64,101 71,187 79,055 87,794 97,498 108,275
120,243
133,534
5 Bengkong 176,944
196,502
218,222
242,343
269,131
298,879
331,915
368,603
409,346
454,593
6 Bulang 24,358 27,050 30,040 33,361 37,048 41,143 45,691 50,742 56,350 62,579
7 Galang 37,789 41,966 46,605 51,757 57,477 63,831 70,886 78,721 87,423 97,086
8 Lubuk Baja 191,352
212,503
235,991
262,076
291,045
323,215
358,941
398,616
442,677
491,608
9 Nongsa 107,187
119,035
132,192
146,804
163,031
181,051
201,063
223,288
247,968
275,377
10 Sagulung 306,793
340,704
378,364
420,186
466,630
518,209
575,489
639,100
709,742
788,193
11 Sei Beduk 190,663
211,738
235,142
261,133
289,997
322,052
357,650
397,182
441,084
489,839
12 Sekupang 182,483
202,654
225,054
249,930
277,556
308,235
342,305
380,142
422,160
468,823
Total 1,870,794 2,077,581 2,307,224 2,562,251 2,845,467 3,159,988 3,509,274 3,897,168 4,327,937 4,806,321
DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam
PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT
II-15
2.4.3. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi
Berdasarkan data sekunder yang didapatkan dari Badan Pusat Statistik Kota Batam didapatkan angka
dalam kurun waktu 4 tahun, yaitu tahun 2002 – 2005. Rata-rata pertumbuhan ekonomi Kota Batam
sesuai dengan data tersebut dapat dikatakan tinggi karena mencapai angka 6% per tahun. Meskipun
demikian masih terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi sebesar 0.68%, yaitu di tahun 2005.
Pertumbuhan ekonomi Kota Batam Tahun 2002 – 2005 dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 2.9. Pertumbuhan Ekonomi Kota Batam Tahun 2002 – 2005
TAHUN PERTUMBUHAN EKONOMI (%)
2002 7.01 2003 7.73 2004 8.28 2005 7.6
Sumber : BPS Kota Batam
Angka pertumbuhan ekonomi Kota Batam yang cenderung tinggi dikarenakan Kota Batam sebagai
daerah tujuan investasi terutama bagi pemodal asing. Angka pertumbuhan ekonomi tidak tergantung
lepada pendapatan di daerah tersebut. Hal ini dibuktikan dengan fakta pendapatan asli daerah Kota
Batam tahun 2004 sebesar 162.16, yang mengalami peningkatan menjadi 178.28 pada tahun 2005 dan
pada tahun 2006 meningkat lagi, menjadi sebesar 229,99 ( Milyar Rupiah). Bila dilihat dari Investasi di
Kota Batam pada tahun 2006 sebesar 12.41 (Milyar Rupiah), yang terdiri dari : Investasi Pemerintah
sebesar 2.45 (Milyar Rupiah), Investasi Asing sebesar 4.46 (Milyar Rupiah) dan Investasi Domestik
sebesar 5.5 (Milyar Rupiah). Sedangkan berdasarkan data pertumbuhan ekonomi di atas, justru terjadi
penurunan pada tahun 2005.
Kalau dilihat per sektor ekonomi dapat diketahui bahwa ada tujuh sektor dan sektor jasa-jasa. Sedangkan
bila kita melihat kontribusi masing-masing sektor pendapatan regional pada tahun 2004 masih sangat
dominan berasal dari sektor industri pengolahan sebesar 71.28%. Sedangkan sektor lainnya yang juga
cukup dominan adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 10.94% dan sektor keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan sebesar 4.61%.
Laju pertumbuhan ekonomi kota Batam per sektor pada tahun 2004 di dominasi oleh sektor-sektor
industri pengolahan sebesar 8.45%. Pendapatan per kapita masyarakat juga menunjukkan peningkatan.
Berdasarkan harga berlaku (current price), pada tahun 2004 pendapatan per kapita telah mencapai Rp.
17.176.162,49 sedangkan pada tahun 2003 sebesar Rp.15.935.049,96.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat ditemukan proyeksi pertumbuhan ekonomi dengan
mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi Kota Batam Tahun 2002 – 2005 sebagaimana dapat dilihat
dalam tabel berikut ini :
DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam
PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT
II-16
Tabel 2.10. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Kota Batam Tahun 2007 - 2030
PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA BATAM (%) 2007 2010 2015 2020 2025 2030 8.46 9.16 10.32 11.48 12.64 13.80
Sumber : Data Diolah
2.4.4. Proyeksi Sistem Kebutuhan Air Bersih
Adapun dalam menghitung perkiraan kebutuhan air bersih bagi penduduk Kota Batam di masa
mendatang, digunakan standar dari Direktorat Air Bersih Departemen Perkerjaan Umum yang
disesuaikan dengan tingkat kebutuhan rata-rata untuk masing-masing aktivitas di setiap penggunaa
lahan.
Berdasarkan hal tersebut, dapat diperkirakan total kebutuhan air bersih untuk penduduk Kota Batam
hingga tahun 2014 seperti pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.11. Proyeksi Kebutuhan Air Bersih Melalui PDAM Di Kota Batam Hingga Tahun 2014
No Uraian Satuan Tahun
2006 2009 2011 2014 1 Jumlah Total Penduduk Kota Batam Jiwa 711,184 879,657 1,020,507 1,300,315 2 Kebutuhan Air Bersih
a Sambungan Rumah (SR) I/jiwa/hari 130 130 130 130 Jumlah Jiwa/SR Jiwa 5 5 5 5 b Kebutuhan Industri I/Ha/hari 40,000 40,000 40,000 40,000 c Kebutuhan untuk pariwisata I/Ha/hari 4,800 4,800 4,800 4,800 d Kebutuhan untuk perdagangan dan jasa I/Ha/hari 5,210 5,210 5,210 5,210 e Kebutuhan Pertanian I/Ha/hari 4,150 4,150 4,150 4,150 f Hidran Umum (HU) I/jiwa/hari 30 30 30 30 g Jumlah Jiwa / HU Jiwa 100 100 100 100
3 Tingkat Pelayanan Air Bersih Sistem Perpipaan %
a Sambungan Rumah % 75 75 75 85 b Sambungan industri % 100 100 100 100 c Sambungan pariwisata % 100 100 100 100 d Sambungan perdagangan dan jasa % 100 100 100 100 e Sambungan pertanian % 80 80 80 85 f Hidran umum % 5 5 5 5
4 Jumlah Pelanggan a Sambungan Rumah Unit 106,678 140,745 173,486 221,054 b Sambungan industri Ha 1,500 3,000 6,755 6,755 c Sambungan pariwisata Ha 3,250 5,100 8,370 8,370 d Sambungan perdagangan dan jasa Ha 800 928 1,927 1,927 e Sambungan pertanian Ha 2,255 4,130 11,947 11,947 f Hidran umum Unit 356 440 510 650
5 Kebutuhan Air Domestik a Sambungan Rumah liter/detik 803 1,059 1,305 1,663 b Sambungan industri liter/detik 694 1,389 3,127 3,127 c Sambungan pariwisata liter/detik 181 283 465 465
DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam
PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT
II-17
No Uraian Satuan Tahun
2006 2009 2011 2014 d Sambungan perdagangan dan jasa liter/detik 48 56 116 116 e Sambungan pertanian liter/detik 87 159 488 488 f Hidran umum liter/detik 0 0 0 0 g Total Debit Kebutuhan Air Domestik liter/detik 1,812 2,946 5,501 5,859
6 Kebutuhan Air Non Domestik a Persentase dari kebutuhan Domestik % 20 20 20 20
b Total Debit Kebutuhan Air Non Domestik liter/detik 362 589 1,100 1,172
7 Sub Total Kebutuhan Air liter/detik 2,175 3,535 6,601 7,031 8 Kebocoran Air Bersih
a Persentase kebocoran % 25 25 25 25 b Total Debit Kebocoran liter/detik 544 884 1,650 1,758
9 Total Kebutuhan Air Rata-rata liter/detik 2,719 4,419 8,252 8,789 10 Faktor Kebutuhan Air Maksimum Harian 1 1 1 1 11 Kebutuhan Air Maksimum Harian liter/detik 2,991 4,860 9,077 9,668 12 Faktor Kebutuhan Puncak Harian 1 1 1 1 13 Kebutuhan Air Puncak Harian liter/detik 3,262 5,302 9,902 10,546
Sumber : RTRW Kota Batam, 2004
2.4.5. Proyeksi sistem Kebutuhan Jaringan Listrik
Pengembangan jaringan listrik diarahkan untuk mendukung kegiatan budidaya dan kegiatan sosial-
ekonomi kota di masa mendatang. Upaya pengembangan jaringan listrik di wilayah Barelang pada
masa mendatang dilakukan dengan mengembangkan pembangkit listrik melalui peningkatan kualitas
dan kuantitas pembangkit yang ada agar dapat melayani kebutuhan masyarakat pada tahun 2014 serta
melakukan pengembangan jaringan listrik yang ada melalui peningkatan kapasitas terpasang dan
kapasitas terpakai agar dapat menjangkau daerah pelayanan yang cukup luas. Sebagai acuan untuk
rencana pengembangan jaringan listrik, terlebih dahulu diperlukan perkiraan besarnya energi listrik
maksimum rata-rata yang dibutuhkan tiap-tiap keluarga, yaitu 900 VA/KK. Sedangkan rata-rata untuk
kebutuhan sarana sosial dan sarana umum mencapai 250% dari keseluruhan kebutuhan listrik rumah
tangga. Bagian terkecil kebutuhan listrik dimanfaatkan untuk penerangan jalan yang proporsinya hanya
15% dari seluruh kebutuhan listrik rumah tangga. Berikut ini ini perkiraan kebutuhan listrik Kota Batam
hingga tahun 2014.
DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam
PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT
II-18
Tabel 2.12 Perkiraan Kebutuhan Listrik Kota Batam Hingga Tahun 2014
No Uraian Satuan Tahun
2006 2009 2011 2014 1 Jumlah Penduduk Kota Batam Jiwa 711,184 879,657 1,020,507 1,300,315 2 Jumlah KK KK 142,237 175,931 204,101 260,063 3 Target Pelayanan
a Rumah Tangga % 85% 85% 85% 85% b Non Rumah Tangga % 150% 150% 150% 150% c Penerangan Jalan % 15% 15% 15% 15%
4 Daya Pasang Listrik Watt/KK 900 900 900 900 5 Kebutuhan Listrik
a Rumah Tangga KW 76,808 95,003 156,138 198,948 b Non Rumah Tangga KW 115,212 142,504 234,206 298,422 c Penerangan Jalan KW 11,521 14,250 23,421 29,842 Total Kebutuhan KW 203,541 251,758 413,765 527,213
Sumber : RTRW Kota Batam , 2004
2.4.6. Proyeksi Sektor Parawisata
Kota Batam selain sebagai daerah tujuan investasi juga ingin mencanangkan diri sebagai daerah tujuan
wisata. Berdasarkan data Dinas Pariwisata Kota Batam Tahun 2000 – 2006 jumlah wisatawan yang
berkunjung di Batam mengalami peningkatan cukup drastis pada tahun 2004 dengan angka kenaikan
sebesar 18,81%. Meskipun demikian pada tahun 2005 juga terjadi penurunan kunjungan yang sangat
signifikan, yaitu sebesar 32,90% dikarenakan kebijakan politik yang meniadakan judi.
Data selengkapnya tentang jumlah wisatawan tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
Tabel 2.13 Jumlah Wisatawan Kota Batam Tahun 2000 – 2006
Tahun Jumlah Wisatawan Rasio Per Tahun (%) 2000 1.134.051 - 2001 1.145.396 1.00 2002 1.101.048 -3.87 2003 1.285.394 16.74 2004 1.527.132 18.81 2005 1.024.758 -32.90 2006 1.012.711 -1.18
Sumber : Data diolah
Berdasarkan dari data di atas, maka ditemukan proyeksi jumlah wisatawan tahun 2007 – 2030
sebagaimana dapat dilihat dalam Tabel 4.12. Menurut tabel tersebut, jumlah wisatawan cenderung
menurun dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan karena kecenderungan penurunan telah terjadi sejak
tahun 2005, sehingga setelah dihitung secara regresi maka ditemukanlah proyeksi tersebut. Namun
proyeksi ini dapat diatasi jika pemerintah Kota Batam melakukan tindakan untuk mengatasi dampak
DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam
PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT
II-19
yang bisa mengurangi penurunan jumlah wisatawan yang berkunjung. Data lengkap tentang proyeksi
dimaksud dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
Tabel 2.14 Proyeksi Jumlah Wisatawan Kota Batam Tahun 2007 – 2030
Proyeksi Jumlah Wisatawan
2007 2010 2015 2020 2025 2030
1.150.397 1.131.196 1.099.194 1.067.192 1.035.190 1.003.188
Sumber : Data Diolah
Seiring jumlah wisatawan yang berkunjung, diimbangi dengan pembangunan fasilitas akomodasi yang
memadai. Jumlah hotel di Kota Batam telah memadai untuk menampung jumlah wisatawan di atas,
bahkan setiap tahun ada kecenderungan jumlah hotel meningkat. Hal ini dapat dilihat dalam tabel di
bawah ini :
Tabel 2.15 Jumlah Hotel Di Kota Batam Tahun 2000 - 2005
Tahun Jumlah Hotel Rasio Per Tahun (%)
2000 133 9.02
2001 137 3.01
2002 144 5.11
2003 147 2.08
2004 139 -5.44
2005 146 5.04
Sumber : Data BPS Kota Batam diolah
Untuk melihat proyeksi jumlah hotel tahun-tahun ke depan, perlu melihat dahulu data sekunder di atas
yang kemudian diolah dengan menggunakan metode regresi. Pada akhirnya ditemukan proyeksi
sebagaimana disebutkan dalam tabel berikut :
Tabel 2.16 Proyeksi Jumlah Hotel Di Kota Batam Tahun 2007 – 2030
Proyeksi Jumlah Hotel
2007 2010 2015 2020 2025 2030
155 165 182 199 215 232
Sumber : Data Diolah
DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam
PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT
II-20
2.5. Kondisi Hidrologi
Ketersediaan Data Hujan
Pada wilayah studi ini menggunakan pos pengamatan hujan dengan data yang kurang mendukung
dikarenakan data-data yang didapat dari berbagai pos atau dam/waduk rata-rata tingkat operasinya
kurang dari 10 tahun bahkan ada beberapa yang sudah dibangun akan tetapi belum dioperasionalkan
atau dioptimalkan pemanfaatannya. Berikut ini data yang diperoleh pos pengamatan , yaitu :
1. Pos Hidroklimatologi Dam Sei Ladi
2. Pos Hidroklimatologi Dam Muka Kuning
3. Pos Hidroklimatologi Dam Baloi
4. Pos Hidroklimatologi Dam Sei Harapan
5. Pos Hidroklimatologi Dam Nongsa
6. Pos Hidroklimatologi Hang Nadim
Lokasi dari pos pengamatan disajikan pada Gambar 2.5 berikut.
DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam
PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT
II-21
Gam
bar
2.5
Lok
asi P
os H
idro
klim
atol
ogi
DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam
PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT
II-22
Gambar 2.6 Bar-chart Ketersediaan Data Hujan
Pos Hidroklimatolgi Hang nadim memiliki data bulanan yang cukup panjang, untuk itu pada tahap
selanjutnya analisis data hujan yang hilang akan diverifikasi berdasarkan pos tersebut. Sebaliknya, pos
hidroklimatologi Duriangkang memiliki data hujan yang pendek, sehingga data pos ini tidak akan
dianalisis.
Curah Hujan Rencana
Berdasarkan data curah hujan maksimum tiap tahun di 6 lokasi Pos Hujan yang tersebar di daerah
Sungai Batam dapat dianalisa frekuensi dengan beberapa metode dan didistribusikan ke dalam hujan
jam-jaman, hasil perhitungan hujan rencana untuk periode ulang 2 th, 5 th, 10 th, 25 th, 50 th dan 100
th di masing-masing Pos Hujan disajikan pada table dibawah ini.
DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam
PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT
II-23
Tabel 2.17 Hujan Rencana (mm)
No Nama
Pos
Periode Ulang
2 5 10 25 100
1 Dam Nongsa 366.583 408.279 436.248 469.802 515.115
2 Hang Nadim 386.938 432.308 462.741 499.252 548.557
3 Dam Baloi 323.054 359.636 384.174 413.613 453.367
4 Dam Sei Ladi 414.069 459.080 489.272 525.493 574.408
5 Dam Muka Kuning 428.531 476.476 508.636 547.218 599.321
6 Dam Sei Harapan 422.820 468.348 498.887 535.525 585.002
Sumber : Data Diolah
Data hujan rencana diatas kemudian diinterpolasi dengan menggunakan metode Inverse Distance
Weighting (IDW) dengan persamaan kuadratik sehingga sebagai hasil akhirnya adalah Peta Isohiet
untuk masing-masing periode ulang hujan rencana.
DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam
PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT
II-24
Gam
bar
2.7
Pet
a Is
ohie
t Huj
an R
enca
na 2
Tah
unan
DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam
PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT
II-25
Gam
bar
2.8
Pet
a Is
ohie
t Huj
an R
enca
na 5
Tah
unan
DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam
PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT
II-26
Gam
bar
2.9
Pet
a Is
ohie
t Huj
an R
enca
na 1
0 Ta
huna
n
DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam
PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT
II-27
Gam
bar
2.10
Pet
a Is
ohie
t Huj
an R
enca
na 2
5 Ta
huna
n
DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam
PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT
II-28
Gam
bar
2.11
Pet
a Is
ohie
t Huj
an R
enca
na 1
00 T
ahun
an
DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam
PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT
II-29
Debit Banjir Rencana
Debit banjir rencana untuk masing-masing Dam disajikan pada gambar dibawah ini.
Sumber : Data Diolah
Gambar 2.12 Hidrograf Banjir Masing-masing Dam
DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam
PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT
II-30
2.6. Kondisi Kualitas Air WS Batam
Kualitas air WS Batam dipantau pada lima lokasi, yaitu : (1).Dam Duriangkang; (2).Dam Muka Kuning;
(3).Dam Baloi; (4). Dam Sei Ladi ; dan Da.m RSOB. Hasil pengamatan tersebut dapat dilihat dalam Tabel
2.18 berikut ini:
Tabel 2.18 Hasil Pengamatan Kualitas Air di WS Batam
Standar Baku Mutu Kelas I PP No. 82/2001 Sumber : Bapedal Kota Batam Selain hasil pemantauan di atas, PT. Multimera Harapan juga melakukan pengambilan sample untuk
kualitas air WS Batam yang diambil dari empat lokasi, yaitu : (1).Waduk Bulang Lintang ; (2).Sumur di P.
Bulang Lintang; (3). Danau Mungga di Rempang; (4). Danau Sekanak di P. Belakang Padang.
A. Evaluasi Kualitas Air
Evaluasi kualitas pada sumber air di lokasi-lokasi tersebut dilakukan berdasarkan Baku Mutu Kelas I dari
PP 82/2001.
1) Kualitas Air Waduk Bulang Lintang
Berdasarkan data pemantauan kualitas Waduk Bulang Lintang, dibandingkan dengan air baku air minum (
Klas I PP 82/2001) terdapat beberapa parameter yang telah melampaui persyaratan, yaitu : Free Chlorine
dan Phenol compound as Phenol, yang dapat dilihat pada Tabel 2.19
DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam
PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT
II-31
Tabel 2.19 Kualitas Air Waduk Bulang Lintang
Sumber : Hasil Analisa Laboratorium,2007
2) Kualitas Air Sumur di P. Bulang Lintang
Berdasarkan data pemantauan kualitas Sumur di P. Bulang Lintang, dibandingkan dengan air baku air
minum ( Klas I PP 82/2001) terdapat beberapa parameter yang telah melampaui persyaratan, yaitu : pH,
COD, Total Phospate as P, Zinc (Zn) dan Phenol compound as Phenol, dapat dilihat pada Tabel 2.20.
DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam
PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT
II-32
Tabel 2.20 Kualitas Air Sumur di P. Bulang Lintang
Sumber : Hasil Analisa Laboratorium,2007
3) Kualitas Air Danau Mungga di Rempang.
Berdasarkan data pemantauan kualitas Danau Mungga di Rempang, dibandingkan dengan air baku air
minum ( Klas I PP 82/2001) terdapat beberapa parameter yang telah melampaui persyaratan, yaitu : pH,
Total Phospate as P, dan Phenol compound as Phenol, dapat dilihat pada Tabel 2.21.
DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam
PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT
II-33
Tabel 2.21. Kualitas Air Danau Mungga di Rempang
Sumber : Hasil Analisa Laboratorium,2007
4) Kualitas Air Danau Sekanak di P. Belakang Padang
Berdasarkan data pemantauan kualitas Danau Sekanak di P. Belakang Padang, dibandingkan dengan air
baku air minum ( Klas I PP 82/2001) terdapat beberapa parameter yang telah melampaui persyaratan,
yaitu : pH, Free Chlorine, dan Phenol compound as Phenol, dapat dilihat pada Tabel 2.22.
DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam
PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT
II-34
Tabel 2.22. Danau Sekanak di P. Belakang Padang
Sumber : Hasil Analisa Laboratorium, 2007
2.7. Kondisi Fisik WS Batam
2.7.1. Erosi Dan Sedimentasi
Erosi merupakan proses pengikisan dan perpindahan partikel tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh
tenaga air. Erosi akan menyebabkan hilangnya lapisan permukaan tanah yang subur dan mengakibatkan
kerusakan lahan. Jika proses ini terus berlangsung, dapat mengakibatkan menurunnya produktivitas
lahan dan perubahan lingkungan. Faktor yang menentukan laju besarnya erosi dapat dipengaruhi,
keadaan iklim terutama curah hujan, kemiringan lereng, jenis tanah, vegetasi dan tindakan manusia.
Keterkaitan antara ekosistem bagian hulu dan hilir sangat penting dilihat dari sisi konservasi. Dari aspek
konservasi maka tempat-tempat yang diprioritaskan dikelola adalah lokasi bagian hulu, baik bagian hulu
sungai maupun bagian hulu anak sungai. Hal ini disebabkan makin ke arah hulu makin besar wilayah
yang akan dipengaruhinya.
DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam
PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT
II-35
2.7.2. Erosi Eksisting Batam Tahun 2007
Nilai erosi merupakan informasi yang diperlukan dalam menyusun kebijakan pengelolaan suatu sub
basin. Besar kecilnya erosi dalam kajian ini ditentukan dari Indeks Erodibilitas Tanah (K), Erosivitas Hujan
(R), Parameter Panjang Lereng (LS), dan Penggunaan Lahan (LM) dengan data tersebut maka dapat
dihitung besarnya erosi yang dinyatakan dalam ton/ha/tahun dengan metode USLE.
Erodibilitas dipengaruhi jenis tanah. Jenis tanah di Batam umumnya adalah tanah aluvial yang memiliki
kepakaan terhadap erosi. Erodibilitas mengandung makna peka tidaknya tanah terhadap daya hancur
butiran curah hujan dan gerusan partikel yang terbawa oleh aliran permukaan. Makna angka erodibilitas
adalah semakin tinggi nilai erodibilitas tanah, maka makin mudah tanah tererosi.
Hasil penentuan erosi permukaan eksisting
Nilai erosivitas (R) curah hujan ditentukan pada setiap DTA berdasarkan curah hujan rata-rata tahunan
dari sejumlah stasiun pengamat curah hujan terdekat dengan suatu DTA. Nilai erodiblitas tanah
merupakan kepekaan tanah terhadap erosi (K) untuk setiap DTA.
Nilai indeks kemiringan lereng juga (LS) merupakan rata-rata lereng suatu basin. Nilai faktor penutupan
lahan (LM) ditentukan berdasarkan rata-rata penutupan lahan pada suatu DTA.
Berdasarkan nilai-nilai indeks erosi diatas, ditentukan nilai erosi rata-rata aktual pada setiap DTA
sebagaimana disajikan pada tabel di bawah ini.
Penentuan Bobot Erosi untuk Kedalaman Efektif kurang dari 30 Cm berpedoman pada kriteria berikut.
Tabel 2.23 Kriteria Erosi
Kelas Kisaran Erosi (to/ha/th) Bobot
1 0 s/d < 5 Ringan 2 5 s/d < 10 Sedang 3 10 s/d < 15 Berat 4 > 15 Sangat Berat
DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam
PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT
II-36
Tabel 2.24 Erosi Aktual Masing-Masing DTA
No. Nama Sub DTA
Luas (Km2) Nilai R Nilai K Nilai LS Nilai
LM Erosi Aktual
Kriteria Erosi (ton/ha/thn)
1 A1 2.88 2782 0.09 1.6 0.001 0.20 Rendah 2 A2 7.64 2782 0.09 1.6 0.001 0.20 Rendah 3 A3 14.06 2782 0.09 1.6 0.001 0.20 Rendah 4 A4 18.46 2782 0.09 1.6 0.001 0.20 Rendah 5 A5 9.51 2457 0.09 1.6 0.001 0.18 Rendah 6 A6 11.46 2782 0.09 1.6 0.001 0.20 Rendah 7 A7 9.99 2782 0.09 1.6 0.001 0.20 Rendah 8 A8 3.79 2717 0.09 1.6 0.001 0.20 Rendah 9 A9 6.03 2717 0.09 1.6 0.001 0.20 Rendah
10 A10 10.08 2717 0.09 1.6 0.001 0.20 Rendah 11 A11 3.78 2178 0.09 1.6 0.001 0.16 Rendah 12 A12 6.76 2178 0.09 1.6 0.001 0.16 Rendah 13 A13 8.74 2178 0.09 1.6 0.001 0.16 Rendah 14 A14 6.46 2178 0.09 1.6 0.001 0.16 Rendah 15 A15 8.06 2178 0.09 1.6 0.001 0.16 Rendah 16 A17 21.56 2457 0.09 1.6 0.001 0.18 Rendah 17 A18 15.25 2389 0.09 1.6 0.001 0.17 Rendah 18 A19 7.54 2389 0.09 1.6 0.001 0.17 Rendah 19 A20 6.90 2717 0.09 1.6 0.001 0.20 Rendah 20 A21 9.63 2717 0.09 1.6 0.001 0.20 Rendah 21 A22 7.61 2717 0.09 0.35 0.039 1.67 Rendah 22 A23 3.48 2717 0.09 1.6 0.039 7.63 Sedang 23 A24 5.50 2717 0.09 1.6 0.039 7.63 Sedang 24 A25 5.71 2717 0.09 0.35 0.039 1.67 Rendah 25 A26 85.40 2734 0.09 0.35 0.039 1.68 Rendah 26 A27 7.54 2734 0.09 0.35 0.039 1.68 Rendah 27 A28 5.82 2734 0.09 0.35 0.039 1.68 Rendah 28 A29 6.80 2734 0.09 1.6 0.039 7.68 Sedang 29 A30 21.17 2734 0.09 1.6 0.039 7.68 Sedang 30 A31 5.39 2734 0.09 1.6 0.039 7.68 Sedang 31 A32 4.72 2734 0.09 1.6 0.039 7.68 Sedang 32 A33 9.58 2734 0.09 1.6 0.039 7.68 Sedang 33 A34 18.62 2782 0.09 0.35 0.039 1.71 Rendah 34 A35 3.30 2782 0.09 0.35 0.039 1.71 Rendah 35 A36 13.16 2782 0.09 0.35 0.039 1.71 Rendah
Sumber : Data Diolah
2.7.3. Prediksi Erosi dan Sedimentasi
Perkiraan atau prediksi erosi dimasa yang akan datang penting dalam mengelola wilayah sungai serta
dalam menentukan kebijakan. Dalam kajian ini pengelolaan sumberdaya air wilayah sungai Batam akan
lebih terarah dengan adanya pola pengelolaan masing-masing DTA, yang terdiri dari 35 DTA. Sketsa
Pembagian DTA di Kota Batam disajikan pada gambar dibawah ini.
DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam
PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT
II-37
Gam
bar
2.13
Ske
tsa
Pem
bagi
an D
TA P
ulau
Bat
am
DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam
PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT
II-38
2.7.4. Dasar dan Asumsi Yang Digunakan dalam Prediksi
Prediksi erosi dan sedimentasi pada masing masing sub basin berdasarkan waktu merupakan informasi
yang berharga dalam pengelolaan sumberdaya air wilayah sungai Batam dilihat dari sisi konservasi.
Berhubung data time series erosi tidak tersedia, maka perkiraan erosi dilakukan dengan asumsi :
Erosivitas hujan tidak tetap sampai tahun 2025,
Sifat erodiblitas tanah relatif konstan sampai tahun 2025,
Faktor kelerengan tetap sampai 2025,
Salah satu faktor penting dalam menentukan besar kecilnya erosi dan sedimentasi adalah tindakan
konservasi tanah dan penutupan lahan. Variabel konservasi lahan sangat tergantung tata guna lahan,
sedangkan variabel penutupan lahan sangat tergantung dari upaya rehablitasi dan penghijauan yang akan
dilakukan. Baik variabel tindakan konservasi lahan maupun penutupan lahan sangat dipengaruhi kebijakan
tata ruang wilayah Kota Batam.
2.7.5. Hasil Prediksi Erosi Tahun 2010, 2020 dan 2025
Prediksi erosi dibuat berdasarkan Peta Rencana Tata Ruang Wilayah yang telah disebutkan pada Sub Bab
3. Dari asumsi tersebut, maka prediksi peningkatan laju erosi per tahun per DTA seperti disajikan pada
Tabel dibawah ini.
Tabel 2.25 Prediksi Erosi 2007, 2010, 2020, dan 2025
(ton/ha/thn) (ton/Km2/thn) (ton/ha/thn) (ton/Km2/thn) (ton/ha/thn) (ton/Km2/thn) (ton/ha/thn) (ton/Km2/thn)1 A1 2.88 0.20 0.58 0.24 0.70 0.26 0.74 0.26 0.742 A2 7.64 0.20 1.53 0.24 1.86 0.26 1.95 0.26 1.973 A3 14.06 0.20 2.82 0.24 3.42 0.26 3.60 0.26 3.634 A4 18.46 0.20 3.70 0.24 4.50 0.26 4.72 0.26 4.775 A5 9.51 0.18 1.68 0.20 1.93 0.21 2.00 0.21 2.016 A6 11.46 0.20 2.30 0.24 2.79 0.26 2.93 0.26 2.967 A7 9.99 0.20 2.00 0.24 2.43 0.26 2.56 0.26 2.588 A8 3.79 0.20 0.74 0.24 0.90 0.25 0.95 0.25 0.969 A9 6.03 0.20 1.18 0.24 1.44 0.25 1.51 0.25 1.52
10 A10 10.08 0.20 1.97 0.24 2.40 0.25 2.52 0.25 2.5411 A11 3.78 0.16 0.59 0.20 0.74 0.21 0.79 0.21 0.7912 A12 6.76 0.16 1.06 0.20 1.33 0.21 1.41 0.21 1.4213 A13 8.74 0.16 1.37 0.20 1.72 0.21 1.82 0.21 1.8414 A14 6.46 0.16 1.01 0.20 1.27 0.21 1.34 0.21 1.3615 A15 8.06 0.16 1.26 0.20 1.59 0.21 1.68 0.21 1.6916 A17 21.56 0.18 3.81 0.20 4.37 0.21 4.52 0.21 4.5517 A18 15.25 0.17 2.62 0.19 2.87 0.19 2.94 0.19 2.9618 A19 7.54 0.17 1.30 0.19 1.42 0.19 1.46 0.19 1.4619 A20 6.90 0.20 1.35 0.20 1.40 0.21 1.45 0.21 1.4620 A21 9.63 0.20 1.88 0.20 1.95 0.21 2.02 0.21 2.0321 A22 7.61 1.67 12.70 1.73 13.15 1.79 13.62 1.80 13.7122 A23 3.48 7.63 26.55 7.90 27.49 8.18 28.47 8.24 28.6623 A24 5.50 7.63 41.97 7.90 43.45 8.18 45.00 8.24 45.3024 A25 5.71 1.67 9.53 1.73 9.87 1.79 10.22 1.80 10.2925 A26 85.40 1.68 143.41 2.06 176.28 2.17 185.52 2.19 187.3226 A27 7.54 1.68 12.66 2.06 15.56 2.17 16.38 2.19 16.5427 A28 5.82 1.68 9.77 2.06 12.01 2.17 12.64 2.19 12.7728 A29 6.80 7.68 52.20 9.44 64.17 9.93 67.53 10.03 68.1829 A30 21.17 7.68 162.51 9.44 199.76 9.93 210.24 10.03 212.2730 A31 5.39 7.68 41.38 9.44 50.86 9.93 53.53 10.03 54.0531 A32 4.72 7.68 36.23 9.44 44.54 9.93 46.87 10.03 47.3332 A33 9.58 7.68 73.54 9.44 90.40 9.93 95.14 10.03 96.0633 A34 18.62 1.71 31.82 2.08 38.69 2.18 40.63 2.20 41.0034 A35 3.30 1.71 5.64 2.08 6.86 2.18 7.20 2.20 7.2735 A36 13.16 1.71 22.49 2.08 27.35 2.18 28.71 2.20 28.98
Prediksi Erosi 2025Erosi Eksisting 2007 Prediksi Erosi 2010 Prediksi Erosi 2020No.
Nama Sub DAS Luas (Km2)
Sumbe : Hasil Analisa 2007
DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam
PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT
II-39
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa kriteria erosi di wilayah sungai Batam berada dalam tingkatan
rendah hingga sedang. Laju erosi tingkat rendah berada di daerah yang dalam peta RTRW difugsikan
sebagai kawasan hijau sedangkan kriteria erosi sedang berada di daerah yang difungsikan sebagai
kawasan non-hijau akibat dari pembukaan lahan. peningkatan laju erosi dari Perkembangan erosi dari
tahun 2007 dan prediksi tahun 2010, 2020 dan 2025 disajikan Gambar Peta di bawah ini.
DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam
PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT
II-40
Gam
bar
2.14
Pet
a Er
osi T
ahun
200
7
DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam
PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT
II-41
Gam
bar
2.15
Pet
a P
redi
ksi E
rsi t
ahun
201
0
DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam
PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT
II-42
Gam
bar
2.16
Pet
a P
redi
ksi E
rsi t
ahun
202
0
DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam
PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT
II-43
Gam
bar
2.17
Pet
a P
redi
ksi E
rsi t
ahun
202
5
DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam
PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT
II-44
2.8. Kondisi Pengembangan Sumber Daya Air
2.8.1. Infrastruktur Kondisi Eksisting
Pada saat ini bangunan air penting yang ada di WS Batam ada di 6 buah waduk yang tersebar, yaitu
Waduk Baloi, Waduk Sei Ladi, Waduk Sei Harapan, Waduk Nongsa, Waduk Duriangkang dan Waduk
Muka Kuning. Bangunan tersebut tampak dalam gambar di bawah ini :
Gambar Bangunan Air di Baloi Gambar Bangunan Air di Sei Ladi
Gambar Bangunan Air di Galang Gambar Bangunan Air di Sei Harapan
Gambar 2.18 Beberapa Bangunan Air di Kota Batam
Selain bangunan air di atas, pada kenyataannya Batam mempunyai 10 waduk (reservoir) yaitu Sei
Harapan, Sei Baloi, Sei Nongsa, Sei Ladi, Mukakuning, Duriangkan, Sekanak I, Sekanak II, Pemping dan
Bulang Lintang serta Danau Mungga, dimana masing-masing waduk tersebut mempunyai bangunan air,
meski tidak semua digolongkan sebagai bangunan air yang penting.
DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam
PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT
II-45
Gambar 2.19. Mapping Waduk & Danau
2.8.2 Kebutuhan Air Rumah Tangga, Perkotaan, dan Industri
Perkiraan kebutuhan air bersih DAS Batam Prediksinya direncanakan dalam 5 tahap, yaitu : Tahun 2007,
Tahun 2010, Tahun 2015, Tahun 2020 dan Tahun 2025. Perhitungan perkiraan kebutuhan air bersih
mengacu pada Kebutuhan Air Rumah Tangga Perkotaan dan Industri (RKI) berdasarkan Pedoman
Perencanaan Sumber Daya Air Buku 3, tentang ”Proyeksi Penduduk dan Kebutuhan Air RKI
(DPU,2004).
Hasil perhitungan proyeksi kebutuhan air rumah-tangga, perkotaan dan industri pada 12 Kecamatan di
wilayah studi, disajikan pada Tabel berikut ini, dimana digunakan sebagai masukan pada simpul Public
Water Supply Node di program DSS-Ribasim.
DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam
PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT
II-46
Tabel 2.26 Prediksi Konsumsi Air Bersih Rumah Tangga-Perkotaan dan Industri
DAS Batam Tahun 2007 sampai Tahun 2025
No. Karaketeristik per
Kecamatan
Tahapan Perencanaan (L/H)
Tahun 2007
Tahun 2010
Tahun 2015
Tahun 2020
Tahun 2025
1 Batam Kota 26.061.576 36.125.868 61.993.199 106.356.229 183.116.041
2 Batu Aji 19.894.808 27.577.657 47.324.183 81.189.900 139.786.576
3 Batu Ampar 12.082.560 16.748.526 28.741.030 49.308.435 84.895.501
4 Belakang Padang 5.017.288 6.954.832 11.934.725 20.475.348 35.252.892
5 Bengkong 17.080.504 23.676.543 40.629.741 69.704.840 120.012.476
6 Bulang 2.351.288 3.259.293 5.593.056 9.595.510 16.520.818
7 Galang 3.647.832 5.056.528 8.677.172 14.886.654 25.630.705
8 Lubuk Baja 18.471.288 25.604.412 43.938.027 75.380.573 129.784.520
9 Nongsa 10.346.808 14.342.472 24.612.162 42.224.902 72.699.614
10 Sagulung 29.614.920 41.051.420 70.445.611 120.857.281 208.082.846
11 Sei Beduk 18.404.824 25.512.281 43.779.928 75.109.336 129.317.525
12 Sekupang 17.615.192 24.417.714 41.901.614 71.886.880 123.769.346
Sumber : Data Diolah Berdasarkan Tabel 3.26 dapat disimpulkan bahwa kota Batam akan mengalami krisis air bersih pada
tahun 2010, Mengingat kebutuhan air bersih masyarakat Kota Batam bertambah seiring dengan
bertambahnya jumlah penduduk, maka diperlukan sistem penyediaan air bersih. Pada kenyataannya saat
ini kebutuhan air bersih penduduk Kota Batam rata-rata mencapai 4.138 liter/detik dengan kebutuhan
maksimum hariannya sebesar 4.750 liter/detik. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan air bersih
penduduk Kota Batam hingga tahun 2014 rata-rata mencapai 8.395 liter/detik dengan kebutuhan
maksimum hariannya sebesar 9.235 liter/detik. Untuk itu perlu dicari alternatif sumber air baku hingga
dapat menutupi kekurangan tersebut.
2.8.3 Rencana Infrastruktur Masa Mendatang
Rencana infrastuktur yang akan dibangun pada masa mendatang adalah pembangunan waduk di
kawasan Barelang, yang sampai sejauh ini masih dalam tahap perencanaan. Berdasarkan rencana
tersebut, waduk di kawasan Barelang ini merupakan teluk yang akan dibendung sehingga diperoleh air
tawar di dalamnya.
DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam
PT. MULTIMERA HARAPAN III-1 ENGINEERING CONSULTANT
Visi merupakan pandangan jauh kedepan, suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan
berisikan cita dan citra yang ingin diwujudkan dalam kaitan pengelolaan sumber daya air di WS Batam.
Dasar-dasar perumusan Visi :
(1) mencerminkan apa yang ingin dicapai dalam pengelolaan sumber daya air,
(2) memberikan arah dan fokus strategi yang jelas,
(3) mampu menjadi perekat dan menyatukan berbagai gagasan strategis yang ada di kedua provinsi serta
seluruh stakeholder,
(4) memiliki orientasi terhadap masa depan, sehingga segenap tingkatan pemerintahan, lembaga/instansi
serta stakeholder lainnya turut berperan dalam mendefinisikan dan membentuk masa depan sumber daya
air,
(5) mampu menumbuhkan komitmen seluruh tingkatan pemerintahan, lembaga/instansi serta stakeholder
lainnya dalam rangka pemanfaatan sumber daya air serta
(6) mampu menjamin kesinambungan pemanfaatan sumber daya air bagi generasi yang akan datang.
Misi adalah sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan oleh segenap tingkatan pemerintahan,
lembaga/instansi serta stakeholder lainnya sesuai dengan Visi yang telah ditetapkan, agar pencapaian tujuan
pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya air dapat terlaksana dan berhasil dengan baik.
Dengan Misi tersebut diharapkan seluruh stakeholder mengenal kewenangan dan posisinya serta mengetahui
peran dan fungsinya, program dan kegiatan yang harus dilaksanakan serta hasil yang harus dicapai pada masa-
masa yang akan datang.
Perumusan Visi dan Misi pengelolaan sumber daya air WS Batam mengacu pada Visi dan Misi Nasional
Pengembangan Sumber Daya Air, Visi dan Misi Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau, Visi dan Misi Pemerintah
Kabupaten/Kota terkait, serta rumusan hasil Pertemuan Konsultasi Masyarakat di Provinsi Kepulauan Riau;
IIIIIIIII...VVVIIISSSIII DDDAAANNN MMMIIISSSIII PPPEEENNNGGGEEELLLOOOLLLAAAAAANNN SSSUUUMMMBBBEEERRR
DDDAAAYYYAAA AAAIIIRRR WWWIIILLLAAAYYYAAAHHH SSSUUUNNNGGGAAAIII BBBAAATTTAAAMMM
DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam
PT. MULTIMERA HARAPAN III-2 ENGINEERING CONSULTANT
3.1. Visi Pengelolaan SDA di Wilayah Sungai Batam :
“Terwujudnya pemanfaatan SDA di Wilayah Sungai Batam yang lestari, berwawasan lingkungan dan
berkesinambungan secara kualitas dan kuantitas bagi kesejahteraan masyarakat di Batam”
3.2. Misi Pengelolaan SDA di Wilayah Sungai Batam :
Kebijakan pengelolaan sumber daya air di Wilayah Sungai Batam sejalan dengan kebijakan nasional, provinsi
dan kabupaten yang bersangkutan , yaitu :
• Mengoptimalkan ketersediaan sumber daya air baik secara kuantitas dan kualitas, serta upaya
pelestarian lingkungan hidup yang diarahkan melalui pemanfaatan sumber daya air untuk kepentingan
kesejahteraan rakyat dengan memperhatikan keseimbangan dan kelestarian fungsi lingkungan hidup
serta senantiasa memperhitungkan prinsip pembangunan yang berkelanjutan.
• Pengembangan sarana dan prasarana sumber daya air yang lebih terkendali dengan pemprioritaskan
pada upaya antisipasi pemecahan masalah yang mungkin timbul di lapangan.
• Melaksanakan pengoperasian dan pemeliharaan sarana dan prasarana sumber daya air yang
berwawasan lingkungan untuk mendukung kelestarian hasil pembangunan yang berkelanjutan.
DOKUMEN POLA PENGELOLAAN FINAL PPeennyyuussuunnaann KKoonnsseepp PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii BBaattaamm
PPTT.. MMUULLTTIIMMEERRAA HHAARRAAPPAANN IIVV--11 EENNGGIINNEEEERRIINNGG CCOONNSSUULLTTAANNTT
Arah kebijakan pengelolaan sumber daya air WS Batam mengacu pada arah kebijakan nasional yang telah
diatur dalam Undang-undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, yang meliputi ; konservasi
sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air.
4.1 Konservasi Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam
Konservasi SDA merupakan upaya perlindungan dan pelestarian sumber daya air, pengawetan dan
pengendalian pencemaran dengan tujuan menjaga kelangsungan daya dukung, daya tampung dan fungsi
sumber air sesuai dengan undang-undang.
Perlindungan dan pelestarian sumber air dapat dilakukan dengan kegiatan fisik dan non fisik. Untuk
mendukung kebijakan pemerintah dalam upaya meningkatkan kegiatan pemberdayaan dan peran serta
masyarakat dan dalam upaya menyeimbangkan fungsi sosial, lingkungan dan ekonomi pengembangan
SDA, maka kegiatan non fisik perlu di utamakan antara lain: monitoring kualitas air wilayah sungai Batam
secara rutin untuk mengetahui adanya penurunan kualitas air yang diakibatkan oleh pencemaran limbah.
Pola Pengelolaan Sumber Daya air pada aspek Konservasi SDA di Wilayah Sungai Batam diarahkan untuk
dapat :
1. Mengupayakan selalu tersedianya air dengan kualitas dan kuantitas yang memadai.
2. Melestarikan sumber-sumber air dengan memperhatikan kearifan lokal/adat istiadat setempat.
3. Melindungi sumber air dengan lebih mengutamakan kegiatan rekayasa sosial, peraturan Perundang-
undangan, monitoring kualitas air dan kegiatan vegetatif.
4. Mengembangkan budaya pemanfaatan air yang efisien.
5. Mempertahankan dan memulihkan kualitas air yang berada pada sumber sumber air.
6. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam kegiatan konservasi SDA.
4.1.1 Strategi Konservasi
Strategi Pengelolaan Sumber Daya air Wilayah Sungai Batam disusun berdasarkan 3 (tiga) kerangka
waktu, yaitu Jangka Pendek, Jangka Menengah dan Jangka Panjang. Strategi jangka Pendek merupakan
strategi yang dilaksanakan pada tahun pertama setelah Pola Pengelolaan Sumber Daya Air ini ditetapkan.
Strategi Jangka Menengah merupakan strategi yang dilaksanakan sampai rentang waktu 5-10 tahun
IIVV.. AARRAAHH KKEEBBIIJJAAKKAANN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN SSUUMMBBEERR DDAAYYAA AAIIRR WWIILLAAYYAAHH SSUUNNGGAAII BBAATTAAMM
DOKUMEN POLA PENGELOLAAN FINAL PPeennyyuussuunnaann KKoonnsseepp PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii BBaattaamm
PPTT.. MMUULLTTIIMMEERRAA HHAARRAAPPAANN IIVV--22 EENNGGIINNEEEERRIINNGG CCOONNSSUULLTTAANNTT
kedepan. Strategi Jangka Panjang merupakan strategi yang dilaksanakan sampai rentang waktu 20 tahun
kedepan.
4.1.2 Upaya Konservasi
4.1.2.1 Arahan Upaya Konservasi
Untuk menanggulangi permasalahan krisis sumber daya air (fluktuasi aliran sungai, debit banjir, dan
ketersediaan air) dalam proyeksinya agar dapat menanggulangi permasalahan fisik dan sosial ekonomi di
WS Batam dapat dilakukan dengan sistem penguasaan lahan, sistem penggarapan, dan sistem usaha tani
konservasi. Penentuan sistem-sistem tersebut didasarkan pada kriteria teknis pada Tabel 4.1.
Pada dasarnya kegiatan pengendalian erosi juga merupakan pengendalian sedimentasi, namun pada
kenyataannya keberhasilan pengendalian erosi memakan waktu yang cukup lama dan kegiatan tersebut
tidak dapat secara langsung menghentikan terjadinya erosi. Berdasarkan hal tersebut untuk
mengendalikan adanya sedimentasi sebagai akibat dari erosi yang masih berlangsung diperlukan
bangunan pengendali sedimentasi. Adapun fungsi dan manfaat dari bangunan pengendali sedimentasi
adalah untuk menampung hasil-hasil erosi yang masih terjadi di daerah tangkapannya (daerah hulu)
sehingga dapat dicegah atau dihambat untuk masuk sungai utama dan apabila dibiarkan akan
menimbulkan berbagai dampak di daerah hilir seperti pendangkalan sungai, banjir, dan kekeringan.
Tabel 4.1. Kriteria Penetapan Pengembangan Upaya Konservasi WS Batam
No (1)
Upaya Konservasi (2)
Arahan Lokasi (3)
A. Diluar Kawasan Hutan 1. Agroforestry diluar kawasan hutan
ada masyarakat/kelembagaan bisa dilaksanakan tumpangsari
2. Hutan Rakyat diluar hutan kawasan negara lahan kurang produktif ada kepemilikan/status lahannya jelas luas minimal 0,4 ha tanaman kayu-kayuan
3 Penghijauan diluar kawasan hutan kritis/tidak produktif ada pemilikan/pengusaan lahan
4. Teras diluar kawasan hutan kemiringan berkisar 15 – 35 % solum tanah sedang sampai dalam tingkat laju erosi lahan tingi
5 Alley Cropping dikawasan pemukiman terdapat lebih dari 2 jenis tanaman (tahunan dan pangan) run off tinggi
6 Wanatani/wanafarma diluar kawasan hutan jenis tanaman pangan dan obat-obatan lahan kurang produktif
DOKUMEN POLA PENGELOLAAN FINAL PPeennyyuussuunnaann KKoonnsseepp PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii BBaattaamm
PPTT.. MMUULLTTIIMMEERRAA HHAARRAAPPAANN IIVV--33 EENNGGIINNEEEERRIINNGG CCOONNSSUULLTTAANNTT
No (1)
Upaya Konservasi (2)
Arahan Lokasi (3)
B. Didalam Kawasan Hutan 1. Reboisasi kawasan hutan negara : HL, HSAW, HPT, HPK
tidak dikuasai masyarakat penutupan lahan terbuka/semak belukar lokasi jauh potensi hutan rendah
2. Pengkayaan Tanaman didalam kawasan hutan negara vegetasi sekunder (log over area) potensi kawasan menurun/rendah tanaman yang ditanam merupakan jenis tanaman komersil
3 Hutan Kemasyarakatan kawasan hutan negara ketergantungan masyarakat terhadap kawasan hutan tinggi penutupan lahan terbuka atau semak belukar ada kelembagaan formal (misalnya: koperasi, dll) maupun non formal (misalnya: masyarakat adat, dll)
C. Didalam dan Diluar Kawasan Hutan
1 Grass Barrier diluar/didalam kawasan hutan negara terutama tebing sungai
run off tinggi
lahan kritis atau lahan terbuka
2 Aneka Usaha Kehutanan kegiatan didalam dan diluar kawasan hutan negara
ada masyarakat
tersedia tanaman pokok : kayu-kayuan dan mpts
komoditi yang dikembangkan cenderung tanaman semusim
hasil yang diharapkan adalah non kayu
3 Dam Penahan Sedimen diluar/didalam kawasan hutan
penutupan lahan jelek (lahan kritis)
kemiringan berkisar 15 – 35 %
solum tanah sedang sampai dalam
tingkat laju erosi lahan tinggi
luas daerah tangkapan maksimal 75 ha.
Sumber : Data Olahan, 2007
4.1.2.2 Upaya Konservasi Ekosistem DTA D. Duriangkang (Ekosistem Hulu)
Dari penentuan erosi eksisting pada tahun 2006 sebagaimana telah diuraikan pada bagian erosi, dapat
dilihat bahwa erosi pada masing-masing sub basin/sungai saat ini (tahun ini) antara sangat ringan sampai
berat dengan sebaran luas lahan tertentu. Meskipun saat ini termasuk sedang, tapi hasil prediksinya tahun
2010, 2015 dan 2030 apabila tidak ada upaya perbaikan memperlihatkan erosi dengan kategori berat
sampai sangat berat. Kondisi erosi yang demikian mengindikasikan bahwa betapa pentingnya perhatian
akan upaya konservasi dilakukan.
DOKUMEN POLA PENGELOLAAN FINAL PPeennyyuussuunnaann KKoonnsseepp PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii BBaattaamm
PPTT.. MMUULLTTIIMMEERRAA HHAARRAAPPAANN IIVV--44 EENNGGIINNEEEERRIINNGG CCOONNSSUULLTTAANNTT
Secara umum, permasalahan yang dihadapi dalam melakukukan konservasi pada ekosistem WS Batam
bagian hulu atau daerah tangkapan Air (DTA) Danau Duriangkang adalah sebagai berikut :
Masalah Kondisi Lahan
• Sebagian jenis tanah yang merupakan jenis-jenis tanah yang mempunyai tingkat perkembangan
relatif muda, dimana struktur dan konsistensi tanahnya belum terbentuk secara maksimum atau
kompak sehingga mengakibatkan nilai erodibilitas tanah-tanah di sekitar Danau Duriangkang Relatif
Tinggi terutama pada lahan-lahan berbukit dan berlereng curam sampai sangat curam.
• Banyak dijumpai lahan atau tanah yang mempunyai kedalaman solum dangkal (30 – 60 cm)
bahkan sangat dangkal (< 30 cm), dimana diantaranya telah terbuka bagian bahan induk
tanahnya. Kondisi ini ditemui pada lahan datar sampai agak landai dibagian atas pinggiran danau.
• Terdapat lahan-lahan yang tererosi berat, justru hanya ditumbuhi oleh pohon-pohon atau perdu
yang kurang dapat menekan erosi, bahkan sebagian hanya ditumbuhi oleh tumput teki atau gundul,
sedangkan pada lahan tingkat erosi rendah justru ditumbuhi oleh pohon yang dapat menekan laju
erosi.
• Aktifitas manusia relatif cukup tinggi pada lahan-lahan yang berlereng curam dan bersolum tipis
sehingga menyebabkan tingginya laju erosi.
Masalah Penggunaan Lahan
• Penggunaan lahan belum optimal sehingga banyak dijumpai penggunaan alang-alang yang
sebagian besar tersebar di daerah marjinal.
• Banyak lahan pada kelerengan curam (>40 %) mempunyai solum tanah tipis sehingga kondisi
tanah kurang subur dan tidak produktif, tidak dihijaukan.
• Pada kelerengan tidak terlalu curam (<25 %) penduduk masih berusaha memanfaatkan lahan
dengan penanaman palawija, dengan praktek-praktek konservasi tanah yang tidak memadai.
Bahkan sering dijumpai penduduk melakukan pembukaan alang-alang dengan cara pembakaran
untuk mendapatkan tumbuhnya rumput-rumput/tumbuhan muda yang dapat dimakan oleh ternak.
Masalah Sosial Ekonomi
Adanya Enclave usaha tani diwilayah hutan lindung (wilayah konservasi), tanaman yang diusahakan
adalah tanaman palawija.
• Pengolahan lahan kering yang menggunakan traktor, mengganggu guludan dan teras yang dibuat.
Hal ini dilakukan oleh penduduk karena adanya anggapan bahwa guludan atau teras dapat
mengurangi produksi.
• Adanya Usaha tani Palawija pada kemiringan > 40 % diwilayah lindung.
DOKUMEN POLA PENGELOLAAN FINAL PPeennyyuussuunnaann KKoonnsseepp PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii BBaattaamm
PPTT.. MMUULLTTIIMMEERRAA HHAARRAAPPAANN IIVV--55 EENNGGIINNEEEERRIINNGG CCOONNSSUULLTTAANNTT
• Kebiasaan penduduk membakar alang-alang untuk pengembalaan ternak, akan mengganggu upaya
RLKT dengan sistem vegetatif, sedangkan kemampuan penduduk untuk melakukan RLKT secara
mandiri sangat kecil jika tidak ada bantuan dari pihak luar.
• Lembaga sosial/Lembaga Adat kurang berjalan secara optimal yang diharapkan.
Berikut ini akan diuraikan upaya pengelolaan konservasi yang perlu dilakukan dalam rangka
meminimalisasi erosi dan sedimentasi yang pada gilirannya diharapkan :(a) meminimalisasi perbedaan
debit maksimum dan minimum, (b) meningkatkan kualitas dan kuantitas air di Danau Duriangkang.
4.1.2.3 Upaya Konservasi Vegetatif Sempadan Sungai
1. Permasalahan
Pada bagian Sungai-sungai yang memiliki catchment areanya tidak terlalu besar, yang menjadi
persoalan adalah kemiringan sungainya cukup curam/tajam, sehingga sering terjadi banjir bandang.
Banjir tersebut terjadi tiba-tiba dan waktunya singkat jika terjadi hujan.
2. Pengertian sempadan sungai
Sempadan sungai adalah wilayah sekitar sungai yang perlu dikonservasi untuk melindungi sungai
tersebut. Departemen Kehutanan menetapkan untuk sungai yang lebarnya > 30 m sempadannya 100
m kiri kanan sungai, sedangkan sungai yang lebarnya < 30 m ditetapkan sempadan sungai 50 m kiri
kanan sungai. Dalam perhitungan luas areal yang ditanami untuk pemeliharaan sempadan sungai
digunakan lebar 200 m. Lahan sempadan sungai seluas panjang kali lebarnya, ditanamani dengan
pohon.
3. Pemilihan jenis tanaman
Ada dua aspek penting perlu dipertimbangkan terkait korservasi pada Wilayah Sungai di Batam , yaitu:
(a) jenis tanaman dominan yang akan ditanam di kiri kanan sungai, (b) jenis tanaman yang akan
ditanam peda lereng–lereng sungai untuk menahan longsor secara vegetatif. Jenis tanaman tersebut
sebaiknya memenuhi persayaratan: (a) mampu berasosiasi atau dapat hidup dengan air, (b) tahan
atau relatif tahan terhadap api, (c) kerapatan tajuk tinggi atau rimbun, (d) memberikan hasil
sampingan bagi masyarakat.
Tanaman makadame (Makadamia hildebrandii) merupakan tanaman yang mampu tumbuh berasosiasi
dengan air, tanaman ini relatif tahan terhadap api, buahnya saat ini dapat dimanfaatkan sebagai
makanan ternak. Saat ini Bappeda Samosir sedang meneliti kemungkinan buah tanaman tersebut
diolah menjadi berbagai produk. Hasil penelitian diharapkan dapat berguna meningkatkan ekonomi
masyarakat/penduduk.
Tanaman makadame biasanya ditanam dengan jarak tanam 5 m x 5 m dan pada umur 5 tahun
tajuknya sudah rapat/rimbun. Dengan menggunakan tanaman makadamia sebagai tanaman
DOKUMEN POLA PENGELOLAAN FINAL PPeennyyuussuunnaann KKoonnsseepp PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii BBaattaamm
PPTT.. MMUULLTTIIMMEERRAA HHAARRAAPPAANN IIVV--66 EENNGGIINNEEEERRIINNGG CCOONNSSUULLTTAANNTT
konservasi pada sempadan sungai diharapkan dapat mengurangi erosi dan longsor pada ke 26 sungai
yang mengalir ke danau Toba
Jenis tanaman campuran (ditanam dengan tanaman pokok makadame) yang dianjurkan adalah
tanaman yang bernilai ekonomi, seperti petai, durian, dan kemiri. Pada lereng-lereng atau tebing pada
ke 26 sungai idealnya ditanami dengan alley cropping yang akan berfungsi mengurangi erosi longsor
pada saat musim hujan. Tanaman lain yang lebih praktis adalah tanaman bambu, tanaman ini dapat
tumbuh di bantaran sungai dan mudah pengerjaannya.
4. Dam penahan sedimen
Tidak semuanya sempadan sungai dapat diatasi dengan pendekatan vegetatif, sebagian harus
ditangani dengan pendekatan teknik sipil berupa bangunan pengendali sedimen. Bangunan dam
pengendali sedimen diperlukan pada penutupan lahan yang sangat jelek, kemiringan lahan berkisar
anatara 15-35 %, solum tanah sedang sampai dalam, tingkat laju erosi tinggi, dengan luas daerah
tangkapan maksimal 75 ha.
4.1.2.4 Upaya Konservasi Situ dan Danau
Semakin rusaknya kawasan hutan, mengakibatkan sebagian besar situ yang dulunya berfungsi dengan
baik, sekarang ini semakin parah kondisinya. Sementara itu, kebutuhan akan air semakin tinggi untuk
keperluan berbagai pembangunan. Perkembangan kebutuhan air yang demikian tersebut mengharuskan
kita akan upaya peningkatan suply air. Waduk dan danau harus dikonservasi dalam rangka peningkatan
ketersediaan air. Konservasi waduk dan danau yang dimaksudkan disini adalah konservasi dengan
pendekatan vegetatif. Upaya konservasi yang disarankan pada situ dan danau dengan menanami pohon
mengelilingi situ dan danau dengan radius minimal 500 m. Jenis tanaman yang disarankan adalah
tanaman berdaun lebar atau tanaman campuran. Tanaman makadamia merupakan satu pilihan yang tepat.
Apabila lahan sekitar situ dan danau bukan milik negara tapi merupakan milik masyarakat, maka upaya
konservasi dengan pendekatan vegetatif dapat dilakukan dengan upaya agroforestri yatu merupakan
kombinasi antara tanaman pohon dengan tanaman pertanian yang dapat memberikan hasil sampingan
pada masyarakat. Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan menanam hutan rakyat yang bernilai
ekonomis terhadap masyarakat sekitar. Pada Tabel 4.2
DOKUMEN POLA PENGELOLAAN FINAL PPeennyyuussuunnaann KKoonnsseepp PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii BBaattaamm
PPTT.. MMUULLTTIIMMEERRAA HHAARRAAPPAANN IIVV--77 EENNGGIINNEEEERRIINNGG CCOONNSSUULLTTAANNTT
Tabel 4.2. Upaya Konservasi Pendekatan Vegetatif Sekitar Situ dan Danau
No. Upaya Konservasi Keberadaan situ/danau Jenis tanaman yang diusulkan
1 -Reboisasi
-Hutan kemasyarakatan
-Pengayaan tanaman
Didalam kawasan hutan
-Tanaman makadame
-Tanaman campuran pohon dengan
pertanian
2 - Hutan Rakyat
-Aneka usaha
kehutanan
Lahan masyarakat -Durian,Kemiri, karet, melinjo,
kemenyaan, jengkol petai dan
bambu.
3 Community
development
-Lahan di kawasan hutan
negara-
-lahan masyarakat/diluar
kawasan hutan
Menggerakkan peran serta
masyarakat sekitar danau dan waduk
4.1.2.5 Upaya Konservasi Lainnya
1. Upaya Konservasi Vegetatif pada Lahan berlereng > 30 %
Masalah pemukiman penduduk yang ada di sekitar tepian Sungai di Batam, lahan lereng-lereng yang
curam, perlu segera diperhatikan, karena penggunaan tanah dengan berbagai jenis tanaman setahun
pada lereng 30% ternyata menghasilkan erosi dan run-of yang lebih besar jika dibandingkan dengan
tanaman hutan. Konservasi pada lahan berlereng curam rata-rata > 30 % lebih baik dilakukan
dengan metode vegetatif.
Jenis yang direkomendasikan adalah tanaman campuran daun lebar dengan berbagai tanaman hutan
rakyat dan tanaman agroforestri. Tanaman pokok yang direkomendasikan adalah makadamia (M.
Hildebrandii). Upaya konservasi dengan pergiliran tanaman sangat disarankan. Dengan pergiliran
tanaman pada lereng > 30 % dapat mengurangi erosi.
2. Upaya Konservasi Vegetatif Mengatasi Kebakaran
Salah satu persoalan utama dalam pelestarian kawasan hutan di sekitar Sungai selama ini adalah
kebakaran hutan. Pada musim kemarau potensi kebakaran hutan sangat tinggi, hal ini diakibatkan
serasah di lantai hutan sangat kering dan mudah terbakar. Kondisi yang demikian ini akan, besar
peluangnya sebagai pemicu kebakaran manakala masyarakat membuang puntung rokok di pinggir
jalan.
Selama ini tanaman pinus banyak ditanam di sekitar sungai. Namun tanaman pinus mudah terbakar
sehingga kurang baik. Apabila musim kemarau tanaman ini cepat terbakar. Selain tanaman ini kurang
baik ditinjau dari kesuburan tanah. Oleh karena itu perlu dipertimbangkan dan diganti dengan jenis
lainnya. Salah satu jenis tanaman yang memenuhi keempat syarat diatas adalah tanaman daun lebar
DOKUMEN POLA PENGELOLAAN FINAL PPeennyyuussuunnaann KKoonnsseepp PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii BBaattaamm
PPTT.. MMUULLTTIIMMEERRAA HHAARRAAPPAANN IIVV--88 EENNGGIINNEEEERRIINNGG CCOONNSSUULLTTAANNTT
Macadamia Hildebrandii. Tanaman makadame biasanya ditanam dengan jarak tanam 5 m x 5 m dan
pada umur 5 tahun tajuknya sudah rapat/rimbun. Buah tanaman ini dimanfaatkan untuk makanan
ternak.
Tegakan tanaman M. Heldebrandii mampu menekan pertumbuhan beberapa jenis tumbuhan bawah,
hal ini memungkinkan untuk memperkecil bahaya kebakaran terutama kebakaran permulaan.
Intensitas cahaya, suhu dan kelembaban udara mungkin berpengaruh terhadap perubahan komposisi
tumbuhan bawah. Intensitas cahaya dan suhu udara di bawah tekanan M. Heldebrandii lebih rendah
daripada di bawah tegakan Pinus merkusii maupun pada areal terbuka, sebaliknya kelembaban udara
di bawah tegakan M. Heldebrandii lebih tinggi. Kondisi yang demikian ini akan dapat mengurangi
bahaya kebakaran.
4.2 Pengelolaan Kualitas dan Pengendalian Pencemaran Air
Dalam rangka pengelolaan kualitas air pada sumber air dan pengendalian pencemaran air , dilakukan
melalui :
1. Kali bersih/pengolahan limbah industri dan domestik secara individu atau terpusat.
2. Pemantauan, penyelidikan, pelanggaran, dan evaluasi kualitas air.
3. Pengendalian dan pengawasan pembuangan limbah domestik, limbah non domestik dan industri.
4. Pengelolaan limbah industri secara terpadu.
5. Pengelolaan sampah domestik secara terpadu.
6. Pengelolaan limbah cair domestik secara terpadu.
7. Sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat sepanjang bantaran sungai.
8. Audit lingkungan
4.3 Pendayagunaan Sumber Daya Air WS Batam
Pendayagunaan sumber daya air meliputi upaya penatagunaan, penyediaan, penggunaan, pengembangan
dan pengusahaan sumber daya air secara optimal, agar berhasil guna dan berdaya guna.
Dalam rangka meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan sumber air perlu ditetapkan ”Zona
pemanfaatan sumber air” sebagai suatu unit terkecil ddalam pengelolaan sumber air. Yang digambarkan
dalam skematisasi pemanfaatan air seperti diuraikan dalam laporan sebelumnya.
Penetapan Zona pemanfaatan sumber air di koordinasikan melalui wadah koordinasi sumber air (PPTPA)
pada wilayah sungai Batam.
Arahan Strategis Pola Pengelolaan Sumber Daya air pada aspek Pendayagunaan SDA di WS Batam
adalah sebagai berikut :
DOKUMEN POLA PENGELOLAAN FINAL PPeennyyuussuunnaann KKoonnsseepp PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii BBaattaamm
PPTT.. MMUULLTTIIMMEERRAA HHAARRAAPPAANN IIVV--99 EENNGGIINNEEEERRIINNGG CCOONNSSUULLTTAANNTT
1. Mendayagunakan fungsi atau potensi yang terdapat pada sumber air secara berkelanjutan.
2. Mengupayakan penyediaan air untuk berbagai kepentingan secara proporsional dan berkelanjutan.
3. Mengupayakan penataan sumber air secara layak.
4. Memanfaatkan sumber daya air dan prasarananya sebagai media/materi sesuai prinsip penghematan
penggunaan, ketertiban dan keadilan, ketepatan penggunaan, keberlanjutan penggunaan, dan saling
menunjang antara sumber air dengan memprioritaskan penggunaan air permukaan.
5. Meningkatkan kemanfaatan fungsi sumber daya air, dan atau peningkatan ketersediaan dan kualitas
air.
6. Meningkatkan peran masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air dengan prinsip meningkatkan
efisiensi alokasi dan distribusi kemanfaatan sumber air.
4.3.1 Penatagunaan Sumber Daya Air
Penatagunaan sumber daya air dilakukan melalui :
1. Penetapan zona pemanfaatan air.
2. Perlindungan sumber air, danau, dan mata air dalam rangka penyediaan air baku untuk keperluan air
bersih.
3. Pengelolaan sungai, danau, mata air dan sumber daya air.
4.3.2 Penyediaan Sumber Daya Air
Penyediaan sumber daya air dilakukan melalui :
1. Penyediaan air baku untuk keperluan rumah tangga perkotaan dan industri bagi kabupaten dan kota di
wilayah sungai Batam berasal dari air sungai, danau, mata air, sumur dalam atau kombinasinya.
2. Penyediaan air baku dan PLTA di Wilayah Sungai Batam, dengan peningkatan operasi Danau Toba.
3. Penyediaan air baku untuk irigasi di Wilayah Sungai Batam dengan pembuatan bendung di Daerah
Aliran Sungai Silau.
4.3.3 Penggunaan Sumber Daya Air
Dengan keterbatasan air baku di wilayah hulu sungai, perlu dilakukan optimasi penggunaan air yang ada,
yaitu dengan alokasi air secara real time.
4.3.4 Pengembangan Sumber Daya Air
1. Pengembangan angkutan sungai dalam Wilayah Sungai Batam bagian hilir.
2. Pengembangan kelistrikan tenaga air (PLTA).
DOKUMEN POLA PENGELOLAAN FINAL PPeennyyuussuunnaann KKoonnsseepp PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii BBaattaamm
PPTT.. MMUULLTTIIMMEERRAA HHAARRAAPPAANN IIVV--1100 EENNGGIINNEEEERRIINNGG CCOONNSSUULLTTAANNTT
3. Pengembangan Irigasi dan Air Bersih (PDAM).
4.3.5 Pengusahaan Sumber Daya Air
Bila kondisi memungkinkan, dapat dilakukan pengusahaan air melalui fasilitas pengusahaan air yang
berlebih, antara lain untuk PLTA, Industri, PDAM dan lainnya.
4.3.6 Pengendalian Daya Rusak Air
Pengendalian Daya Rusak Air adalah upaya untuk mencegah, menanggulangi dan memulihkan kerusakan
kualitas lingkungan yang disebabkan oleh daya rusak air. Daya rusak air dapat berupa banjir, kekeringan,
erosi dan sedimentasi, longsoran tanah, amblesan tanah, perubahan sifat dan kandungan kimiawi, biologi
dan fisika air, terancamnya kepunahan jenis tumbuhan dan/atau satwa, dan/atau wabah penyakit.
Pemerintah dan masyarakat perlu melakukan upaya-upaya peningkatan sistem pencegahan dan
penanggulangan bencana, pemulihan fungsi sarana dan prasarana berkaitan dengan daya rusak air, baik
yang bersifat upaya pencegahan sebelum terjadi bencana, upaya penanggulangan pada saat terjadi
bencana maupun upaya pemulihan akibat bencana.
Arahan strategis Pengendalian Daya Rusak Air di wilayah sungai Batam adalah :
1. Mengupayakan keberlangsungan aktifitas masyarakat dan terlindungnya sarana dan prasarana
pendukung aktifitas masyarakat.
2. Mengupayakan sistem pencegahan bencana akibat daya rusak air.
3. Meningkatkan sistem penanggulangan bencana
4. Memulihkan fungsi sarana dan prasarana guna pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari.
5. Meningkatkan peran masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan daya rusak air.
4.4 Pengendalian Banjir
Berdasarkan hasil perhitungan Banjir Rencana yang dihitung dengan Model HEC dapat disimpulkan bahwa
banjir yang terjadi di Bagian Hilir Sungai Batam disebabkan oleh besarnya debit anak-anak sungai yang
masuk ke Sungai Batam Bagian Hilir antara lain : Sungai Piasa, Sungai Silau, Lokal Sungai Batam yang
bermuara keseluruhannya di Sungai Batam – Tanjung Balai bersamaan dengan pengeluaran air dari Danau
Toba pada saat elevasi muka air Danau Toba diatas + 905,2 m. Sehingga banjir di bagian hilir sungai
Batam masih dipengaruhi oleh pola operasi Danau Toba apabila terjadi curah hujan yang tinggi secara
DOKUMEN POLA PENGELOLAAN FINAL PPeennyyuussuunnaann KKoonnsseepp PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii BBaattaamm
PPTT.. MMUULLTTIIMMEERRAA HHAARRAAPPAANN IIVV--1111 EENNGGIINNEEEERRIINNGG CCOONNSSUULLTTAANNTT
4.5 Peran Serta Masyarakat
Untuk terselenggaranya tata pengaturan air yang baik, pengelolaan sumber daya air harus dilakukan
secara melembaga sampai pada tingkat wilayah sungai termasuk didalamnya perencanaan
pengembangan sumber daya air.
Disamping beberapa hal posistif berupa keberhasilan pencapaian tujuan pembangunan, perubahan-
perubahan tersebut menyebabkan pula timbulnya keragaman dinamika masyarakat beserta
permasalahannya baik berupa skala ruang maupun waktu termasuk permasalahan akibat krisis keuangan,
politik, maupun penyimpangan iklim yang dihadapi Negara kita akhir-akhir ini. Timbulnya keragaman-
keragaman tersebut menyebabkan konteks pembinaan masyarakat tidak dapat digenerasikan lagi.
Keanekaragaman dinamika masyarakat di wilayah sungai Batam perlu dijadikan sebagai potensi kekuatan
dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi. Setiap tahapan dalam proses pembangunan perlu
melibatkan masyarakat dan mereka mendapat kesempatan untuk mengutarakan kepentingan dan
kebutuhannya yang berkaitan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya air di wilayah sungai
Batam.
Arahan strategis dalam rangka peningkatan peran serta masyarakat adalah :
1. Pemberdayaan dan Peningkatan ekonomi masyarakat sekitar hutan, sempadan sungai, bendungan
dan mata air.
2. Peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan kehutanan, perkebunan, HTI dan IUPHH.
3. Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup (LH).
4. Penataan hukum dan kelembagaan dalam pengelolaan SDA dan LH.
5. Pembentukan Unit Pelaksana Teknis pengelola SDA WS yang secara struktural berada di bawah
Pemerintah Pusat atau Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah Departemen Pekerjaan Umum (atau
dengan nama lain) yang bertanggungjawab dalam pengelolaan SDA wilayah sungai yang
bersangkutan.
6. Peningkatan kemampuan sumber daya manusia aparat dinas teknis yang bertanggung jawab dalam
pengelolaan SDA dan kehutanan.
7. Pembentukan Dewan SDA Provinsi/Kab./Kota dan Dewan SDA wilayah sungai sebagai wadah
koordinasi antar stake holder.
4.6 Sistem Informasi Sumber Daya Air
Untuk mendukung pengelolaan sumber daya air, Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
menyelengarakan pengelolaan sistem informasi sumber daya air sesuai dengan kewenangannya.
DOKUMEN POLA PENGELOLAAN FINAL PPeennyyuussuunnaann KKoonnsseepp PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii BBaattaamm
PPTT.. MMUULLTTIIMMEERRAA HHAARRAAPPAANN IIVV--1122 EENNGGIINNEEEERRIINNGG CCOONNSSUULLTTAANNTT
Informasi sumber daya air meliputi informasi mengenai kondisi hidrologis, hidrometeorologis, kebijakan
sumber daya air, prasarana sumber daya air, teknologi sumber daya air, lingkungan pada sumber daya air
dan sekitarnya, serta kegiatan sosial ekonomi budaya masyarakat yang terkait dengan sumber daya air.
Arahan strategis dalam pengelolaan sistem informasi sumber daya air adalah :
1. Pengelolaan sistem informasi sumber daya air harus dapat mengakses informasi yang berkaitan
dengan sumber daya air yang tersebar dan dikelola oleh berbagai instansi.
2. Sistem informasi sumber daya air memelihara dan mengupdating data dan informasi hidrologi,
hidrometeorologi, kebijakan sumber daya air, sarana dan prasarana sumber daya air, teknologi
sumber daya air, kualitas lingkungan sumber air dan sekitarnya serta data dan informasi sosial
ekonomi dan budaya masyarakat yang terkait dengan pengelolaan sumber daya air.
3. Pengelolaan sistem informasi sumber daya air khususnya data dan informasi hidrologi wilayah sungai
perlu diinformasikan secara berkala ke tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota.
DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam
PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT
V-1
Strategi Pengelolaan Sumber Daya Air WS Batam disusun berdasarkan 3 (tiga) kerangka waktu,
yaitu Strategi Jangka Pendek, Jangka Menengah dan Jangka Panjang.
Strategi jangka Pendek merupakan strategi yang dilaksanakan pada tahun pertama setelah Pola
Pengelolaan Sumber Daya Air ini ditetapkan sampai tahun kelima .
Strategi Jangka Menengah merupakan strategi yang dilaksanakan dengan rentang waktu 10
tahun kedepan.
Strategi Jangka Panjang merupakan strategi yang dilaksanakan dengan rentang waktu 20 tahun
kedepan
Strategi Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam meliputi berbagai rangkaian
program dan kegiatan yang disusun berdasarkan kebutuhan dan kondisi nyata di lapangan,
disajikan pada Tabel 5.1 sampai dengan Tabel 5.6.
VVV... SSSTTTRRRAAATTTEEEGGGIII PPPEEENNNGGGEEELLLOOOLLLAAAAAANNN SSSUUUMMMBBBEEERRR DDDAAAYYYAAA AAAIIIRRR WWWIIILLLAAAYYYAAAHHH SSSUUUNNNGGGAAAIII BBBAAATTTAAAMMM
DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam
PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT
V-2
Tabel 5.1. Strategi Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam
PILAR SUB PILAR STRATEGI TAHAPAN PROGRAM
INSTANSI YANG BERTANGGUNG JAWAB JANGKA PENDEK
(2007 – 2012) JANGKA MENENGAH
(2013 – 2020) JANGKA PANJANG
(2021 – 2030)
KONSERVASI SUMBER DAYA AIR
Perlindungan dan pelestarian SDA
melindungi dan melestarikan sumber air beserta lingkungan keberadaannya terhadap kerusakan atau gangguan yang disebabkan oleh daya alam, termasuk kekeringan dan yang disebabkan oleh tindakan manusia
Reboisasi dan perlindungan hutan
Menetapkan kawasan di wilayah sungai yang perlu dikonservasikan dan dipelihara kelestariannya
Melakukan resetlement penduduk dari kawasan konservasi
Departemen Kehutanan, BPDAS, Pemko
Pola rehabilitasi hutan Pengendalian dan pengawasan perlindungan sempadan sungai, danau, dan mata air
Menyusun perda tentang sempadan sungai, dalam rangka mengantisipasi perkembangan pemukiman di sempadan sungai
Departemen Kehutanan, BPDAS, Pemko
Penghijauan lahan kritis dan penutupan lahan terbuka/semak belukar
Mensinkronkan implementasi UU, PP, KPTS menteri Perda, SK Gub, SK Bupati, dalam pemberian ijin HTI, perkebunan, IUPHH, Pertambangan dan Konservasi
Membuat rencana dan program comunity development, yaitu suatu program peningkatan peran serta masyarakat dalam pelestarian/konservasi WS Batam (baik ekosistem hulu) secara konsisten dan berkesinambungan
Departemen Kehutanan, BPDAS, Pemko
Pembangunan hutan rakyat dengan jenis tanaman keras produktif pada lahan kurang produktif
Pembangunan hutan rakyat dengan jenis tanaman keras produktif pada lahan kurang produktif
Pemanfaatan lahan tidur dan terlantar disepanjang wilayah sungai sebagai lahan produktif
Departemen Kehutanan, BPDAS, Pemko
Menetapkan kawasan di wilayah sungai/danau yang perlu dikonservasikan dan dipelihara kelestariannya
Penataan bangunan dan lingkungan pada kawasan sepanjang sungai yang pertumbuhannya cepat
Penataan bangunan dan lingkungan pada kawasan sepanjang sungai yang pertumbuhannya cepat
Departemen Kehutanan dan Departemen PU, Balai WS, KLH, Pemda, BPDAS
DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam
PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT
V-3
Tabel 5.2. Strategi Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam (Lanjutan)
PILAR SUB PILAR STRATEGI TAHAPAN PROGRAM
INSTANSI YANG BERTANGGUNG JAWAB JANGKA PENDEK
(2007 – 2012) JANGKA MENENGAH
(2013 – 2020) JANGKA PANJANG
(2021 – 2030)
Rehabilitasi dan pengayaan tanaman di kawasan hutan
Mencari mata pencaharian alternatif bagi penduduk melakukan usaha tani berupa enclave pada kawasan hutan lindung (kawasan konservasi)
Membangun kelembagaan yang bergerak di bidang konservasi tanah dan air dalam rangka pelestarian SDA WS sungai Batam yang difasilitasi pemerintah
Departemen Kehutanan, BPDAS, Pemko
Pengendalian dan pengawasan perlindungan sempadan sungai, danau, dan mata air
Departemen PU, Dinas Lingkungan Hidup, Pemko
Penataan bangunan dan lingkungan pada kawasan sepanjang sungai yang pertumbuhannya cepat
Departemen PU, Dinas Lingkungan Hidup, Pemko
PENDAYAGUNAAN SDA
Pengelolaan Kualitas dan Pengendalian Pencemaran Air
mempertahankan dan memulihkan kualitas air yang masuk dan yang ada pada sumber-sumber air seperti potensi SDA ; danau, sungai dan pond buatan
Pengolahan limbah industri dan domestik secara individu atau terpusat
Kali bersih/pengolahan limbah industri dan domestik secara indvidu atau terpusat
Kali bersih/pengolahan limbah industri dan domestik secara indvidu atau terpusat
Departemen PU, Bappedalda, Dep. Perindustrian, Pemko
Pemantauan, penyelidikan, pelanggaran, dan evaluasi kualitas air
Pemantauan, penyelidikan, pelanggaran, dan evaluasi kualitas air
Pemantauan, penyelidikan, pelanggaran, dan evaluasi kualitas air
Bappedalda, Pemko
Pengendalian dan pengawasan pembuangan limbah domestik, limbah non domestik dan industri
Pengelolaan sampah domestik secara terpadu
Pengelolaan sampah domestik secara terpadu
Departemen PU, Bappedalda, Pemda
Pengelolaan limbah industri secara terpadu
Pengelolaan limbah industri secara terpadu
Pengelolaan limbah industri secara terpadu
Departemen PU, Bappedalda, Dep. Perindustrian, Dinas Lingkungan Hidup
Pengelolaan sampah domestik secara terpadu
Pengelolaan sampah domestik secara terpadu
Pengelolaan sampah domestik secara terpadu
Pemko dan Dinas Terkait, Bappedalda
Pengelolaan limbah cair domestik secara terpadu
Pengelolaan Limbah cair domestik secara terpadu
Pengelolaan Limbah cair domestik secara terpadu Dinas Terkait dan Bappedalda
DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam
PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT
V-4
Tabel 5.3. Strategi Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam (Lanjutan)
PILAR SUB PILAR STRATEGI TAHAPAN PROGRAM
INSTANSI YANG BERTANGGUNG JAWAB JANGKA PENDEK
(2007 – 2012) JANGKA MENENGAH
(2013 – 2020) JANGKA PANJANG
(2021 – 2030)
Panatagunaan SDA
Menetapkan zona pemanfaatan air Penetapan zona pemanfaatan air
Penyusunan zonasi peruntukan lokasi untuk berbagai kepentingan di seluruh waduk
Penyusunan zonasi peruntukan lokasi untuk berbagai kepentingan di seluruh waduk
Departemen PU, Wadah koordinasi WS, Balai Wilayah Sungai Sumatera IV
Melindungi sumber air, danau, dan mata air dalam rangka penyediaan air baku untuk keperluan air bersih
Optimasi penggunaan air yang ada, yaitu dengan alokasi air secara real time
Departemen PU, ATB, Pemko, Balai WS Sumatera IV
Pengelolaan sungai, danau, mata air dan sumber daya air
Pengelolaan sungai, danau, mata air dan sumber daya air
Pengelolaan sungai, danau, mata air dan sumber daya air
Pengelolaan sungai, danau, mata air dan sumber daya air
Departemen PU, Departemen Pertambangan, Pemko, Balai WS Sumatera IV
PENDAYAGUNAAN SDA
Penyediaan SDA
Menyediakan air baku untuk keperluan rumah tangga perkotaan dan industri bagi masyarakat kota wilayah sungai Batam berasal dari sungai, danau, mata air, sumur dalam atau kombinasinya
Perlindungan sumber air, danau, dan mata air dalam rangka penyediaan air baku untuk keperluan air bersih
Perlindungan sumber air, danau, dan mata air dalam rangka penyediaan air baku untuk keperluan air bersih
Perlindungan sumber air, danau, dan mata air dalam rangka penyediaan air baku untuk keperluan air bersih
Pemko dan ATB
Menyediakan air baku dan PLTA di wilayah Sungai Batam, dengan peningkatan operasi danau/waduk yang ada
Memelihara, mengendalikan dan meningkatkan mutu lingkungan hidup serta mengoptimasikan pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkesinambungan di kawasan Danau / Waduk
Memelihara, mengendalikan dan meningkatkan mutu lingkungan hidup serta mengoptimasikan pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkesinambungan di kawasan Danau / Waduk
Memelihara, mengendalikan dan meningkatkan mutu lingkungan hidup serta mengoptimasikan pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkesinambungan di kawasan Danau / Waduk
Pemko, Otorita Batam
Penggunaan SDA
Mengoptimalkan penggunaan air yang ada, yaitu dengan alokasi air secara real time
Mengoptimalkan penggunaan air yang ada, yaitu dengan alokasi air secara real time
Mengoptimalkan penggunaan air yang ada, yaitu dengan alokasi air secara real time
Mengoptimalkan penggunaan air yang ada, yaitu dengan alokasi air secara real time
Pemko, Otorita Batam
Pengembangan SDA
Pengembangan angkutan sungai dalam wilayah provinsi
Pengembangan angkutan sungai dalam wilayah provinsi
Pengembangan angkutan sungai dalam wilayah provinsi
Pengembangan angkutan sungai dalam wilayah provinsi
Departemen PU, Departemen Perhubungan, Pemko
Pengembangan kelistrikan tenaga air (PLTA)
Pengembangan kelistrikan tenaga air (PLTA)
Pengembangan kelistrikan tenaga air (PLTA)
Pengembangan kelistrikan tenaga air (PLTA)
Departemen PU, Departemen Energi dan SDM, Departemen Perindustrian, Pemko
Pengusahaan SDA
Fasilitas pengusahaan air yang berlebih, antara lain untuk PLTA, industri, dan lainnya
Fasilitas pengusahaan air yang berlebih, antara lain untuk PLTA, industri, dan lainnya
Fasilitas pengusahaan air yang berlebih, antara lain untuk PLTA, industri, dan lainnya
Fasilitas pengusahaan air yang berlebih, antara lain untuk PLTA, industri, dan lainnya
Departemen PU, PDAM ,Pemko , Departemen Perindustrian
DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam
PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT
V-5
Tabel 5.4. Strategi Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam (Lanjutan)
PILAR SUB PILAR STRATEGI TAHAPAN PROGRAM
INSTANSI YANG BERTANGGUNG JAWAB JANGKA PENDEK
(2007 – 2012) JANGKA MENENGAH
(2013 – 2020) JANGKA PANJANG
(2021 – 2030)
PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR
Pencegahan
Penghijauan & Pemeliharaan tebing sungai
Penghijauan & Pemeliharaan tebing sungai
Penghijauan & Pemeliharaan tebing sungai
Penghijauan & Pemeliharaan tebing sungai
Pemko dan Departemen Pekerjaan Umum
Pengembangan dan pembangunan bendungan
Pengembangan dan pembangunan bendungan
Pengembangan dan pembangunan bendungan
Pengembangan dan pembangunan bendungan
Program pengelolaan bendungan Program pengelolaan bendungan Program pengelolaan bendungan Program pengelolaan bendungan
Penanggulangan Daya Rusak Air
Perlindungan tebing sungai Perlindungan tebing sungai Perlindungan tebing sungai Perlindungan tebing sungai
Pemko dan Departemen Pekerjaan Umum
Pelurusan sungai Pelurusan sungai Pelurusan sungai Pelurusan sungai Pembangunan kolam/rawa retensi banjir
Pembangunan kolam/rawa retensi banjir
Pembangunan kolam/rawa retensi banjir
Pembangunan kolam/rawa retensi banjir
Pemulihan Daya Rusak Air
Rehabilitasi bangunan bendungan Rehabilitasi bangunan bendungan Rehabilitasi bangunan bendungan Rehabilitasi bangunan bendungan
Pemko dan Departemen Pekerjaan Umum
Rehabilitasi konstruksi tebing sungai Rehabilitasi konstruksi tebing sungai
Rehabilitasi konstruksi tebing sungai Rehabilitasi konstruksi tebing sungai Pemko
Rehabilitasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Rehabilitasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Rehabilitasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Rehabilitasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Bappedalda, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Perindustian
Pengerukan sedimen sungai Pengerukan sedimen sungai Pengerukan sedimen sungai Pengerukan sedimen sungai
Pemko dan Departemen Pekerjaan Umum
Normalisasi sungai Normalisasi sungai Normalisasi sungai Normalisasi sungai Departemen Pekerjaan Umum
PERAN SERTA MASYARAKAT
Meningkatkan kinerja pengelolaan SDA
Pemberdayaan dan Peningkatan ekonomi masyarakat sekitar hutan, sempadan sungai, bendungan dan mata air
Pemberdayaan dan Peningkatan ekonomi masyarakat sekitar hutan, sempadan sungai, bendungan dan mata air
Pemberdayaan dan Peningkatan ekonomi masyarakat sekitar hutan, sempadan sungai, bendungan dan mata air
Pemberdayaan dan Peningkatan ekonomi masyarakat sekitar hutan, sempadan sungai, bendungan dan mata air
Pemko dan Dinas Kehutanan
Peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan kehutanan, perkebunan, HTI dan IUPHH
Peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan kehutanan, perkebunan, HTI dan IUPHH
Peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan kehutanan, perkebunan, HTI dan IUPHH
Peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan kehutanan, perkebunan, HTI dan IUPHH
Dinas Kehutanan, BPDAS,
Pemda
DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam
PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT
V-6
Tabel 5.5. Strategi Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam (Lanjutan)
PILAR SUB PILAR STRATEGI TAHAPAN PROGRAM
INSTANSI YANG BERTANGGUNG JAWAB JANGKA PENDEK
(2007 – 2012) JANGKA MENENGAH
(2013 – 2020) JANGKA PANJANG
(2021 – 2030)
Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan hidup (LH)
Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan hidup (LH)
Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan hidup (LH)
Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan hidup (LH)
Pemko, Bappedalda, Dinas Lingkungan Hidup
Penataan hukum dan kelembagaan dalam pengelolaan SDA dan LH
Penataan hukum dan kelembagaan dalam pengelolaan SDA dan LH
Penataan hukum dan kelembagaan dalam pengelolaan SDA dan LH
Penataan hukum dan kelembagaan dalam pengelolaan SDA dan LH
Bappeda,Dinas PU, Pemko
Pembentukan Unit Pelaksana Teknis pengelola SDA WS yang secara struktural berada di bawah Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah (atau dengan nama lain) yang bertanggungjawab dalam pengelolaan SDA wilayah sungai yang bersangkutan
Pembentukan Unit Pelaksana Teknis pengelola SDA WS yang secara struktural berada di bawah Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah (atau dengan nama lain) yang bertanggungjawab dalam pengelolaan SDA wilayah sungai yang bersangkutan
Pembentukan Unit Pelaksana Teknis pengelola SDA WS yang secara struktural berada di bawah Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah (atau dengan nama lain) yang bertanggungjawab dalam pengelolaan SDA wilayah sungai yang bersangkutan
Pembentukan Unit Pelaksana Teknis pengelola SDA WS yang secara struktural berada di bawah Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah (atau dengan nama lain) yang bertanggungjawab dalam pengelolaan SDA wilayah sungai yang bersangkutan
Pemko dan Departemen Pekerjaan Umum
Peningkatan kemampuan sumber daya manusia aparat dinas teknis yang bertanggung jawab dalam pengelolaan SDA dan kehutanan
Peningkatan kemampuan sumber daya manusia aparat dinas teknis yang bertanggung jawab dalam pengelolaan SDA dan kehutanan
Peningkatan kemampuan sumber daya manusia aparat dinas teknis yang bertanggung jawab dalam pengelolaan SDA dan kehutanan
Peningkatan kemampuan sumber daya manusia aparat dinas teknis yang bertanggung jawab dalam pengelolaan SDA dan kehutanan
Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Kehutanan, BPDAS
Pembentukan Dewan SDA Provinsi/Kab./Kota dan Dewan SDA wilayah sungai
Pembentukan Dewan SDA Provinsi/Kab./Kota dan Dewan SDA wilayah sungai
Pembentukan Dewan SDA Provinsi/Kab./Kota dan Dewan SDA wilayah sungai
Pembentukan Dewan SDA Provinsi/Kab./Kota dan Dewan SDA wilayah sungai
Pemko dan Dinas Pekerjaan
Umum
DDOOKKUUMMEENN PPOOLLAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN FFIINNAALL Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam
PT. MULTIMERA HARAPAN ENGINEERING CONSULTANT
V-7
Tabel 5.6. Strategi Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam (Lanjutan)
PILAR SUB PILAR STRATEGI TAHAPAN PROGRAM
TAHAPAN PROGRAM JANGKA PENDEK
(2007 – 2012) JANGKA PENDEK
(2007 – 2012) JANGKA PENDEK
(2007 – 2012)
SISTEM INFORMASI SDA
Mendukung Pengelolaan SDA
Menyusun nota kesepahaman dalam pengelolaan SDA wilayah sungai dan forum koordinasi
Menyusun nota kesepahaman dalam pengelolaan SDA wilayah sungai dan forum koordinasi
Menyusun nota kesepahaman dalam pengelolaan SDA wilayah sungai dan forum koordinasi
Menyusun nota kesepahaman dalam pengelolaan SDA wilayah sungai dan forum koordinasi
Pemko dan Departemen Pekerjaan Umum
Menyebarluaskan informasi ke seluruh stakeholder (fungsi, tugas pokok dan tanggung jawab BPDAS), serta melibatkan BPDAS dalam proses perijinan usaha yang terkait dengan pemanfaatan lahan di DAS yang berdampak pada pelestarian hutan
Menyebarluaskan informasi ke seluruh stakeholder (fungsi, tugas pokok dan tanggung jawab BPDAS), serta melibatkan BPDAS dalam proses perijinan usaha yang terkait dengan pemanfaatan lahan di DAS yang berdampak pada pelestarian hutan
Menyebarluaskan informasi ke seluruh stakeholder (fungsi, tugas pokok dan tanggung jawab BPDAS), serta melibatkan BPDAS dalam proses perijinan usaha yang terkait dengan pemanfaatan lahan di DAS yang berdampak pada pelestarian hutan
Menyebarluaskan informasi ke seluruh stakeholder (fungsi, tugas pokok dan tanggung jawab BPDAS), serta melibatkan BPDAS dalam proses perijinan usaha yang terkait dengan pemanfaatan lahan di DAS yang berdampak pada pelestarian hutan
Pemko dan Dinas Kehutanan
Pembangunan sistem informasi SDA Pembangunan sistem informasi SDA
Pembangunan sistem informasi SDA
Pembangunan sistem informasi SDA Departemen PU, Balai Wilayah Sungai Sumatera IV Pengelolaan sistem informasi SDA Pengelolaan sistem
informasi SDA Pengelolaan sistem informasi SDA Pengelolaan sistem informasi SDA