RANGKUMAN DIKTAT Andragogi UNIVERSITAS PALAGKARAYA
-
Upload
universitas-palangkaraya -
Category
Education
-
view
209 -
download
8
description
Transcript of RANGKUMAN DIKTAT Andragogi UNIVERSITAS PALAGKARAYA
RANGKUMAN
ANDRAGOGI
OLEH:
FERNANDUS SINAGA AFD 113 034
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
2014
BAB I
PENGERTIAN DAN BEBERAPA ASUMSI
DASAR ANDRAGOGI ( PENDIDIKAN ORANG DEWASA )
A. Pengertian Andragogi ( pendidikan rang Dewasa )
Teori mengenai proses belajar mengajar didasarkan kepada rumusan pendidikan sebagai suatu proses transmisi budaya. Maka dari teori inilah paedagogi yang asalnya berasal dari bahasa yunani, yaitu paid berarti anak dan agogos yang berarti memimpim atau membimbing, secara khusus , selanjutnya paedagogi diartikan sebagai suatu ilmu dan seni dalam mengajar anak-anak. Istilah paedagogi tersebut berubah artinya menjadi ilmu dan seni menajar.
Suatu teori mengenai cara mengajar orang dewasa untuk membedakan dengan paedagogi, maka teori baru tersebut dikenal sebagai nama andragogi yag berasal dari kata bahasa yunani yaitu andar yng berarti orang dewasa dan agogos yang berarti memimpin atau membimbing. Maka dengan demikian, andragogi dirumuskan sebagai suatu ilmu dan seni dalam membantu orang dewasa belajar.
B. Beberapa Ansumsi dan Implikasinya
Ada perbedaan yang mendasar mengenai asumsi yang digunakan oleh Andragogi dan paedagogi pada dasrnya mengunakan asumsi-asumsi sebagai berkut :
a) Konsep Diri
b) Pengalaman
c) Kesiapan untuk belajar
d) Orientasi terhadap belajar
e) Kondisi belajar dan prinsip-prinsip belajar
BAB II
MENILAI KEUTUHAN DAN MINAT DALAM
PERENCANAN PROGRAM
A. Langkah Penting yang Rawan
Para pendidik yang berorientasi kepada padegogi, kan mengalami kesulitan memahami kenyataan dalam kehidupan orang dewasa yang harus diharuskan belajar agar mereka tetap hidup, tetap sehat. Maka dalam andaragogi. Titik berangkat dalam perencanaan program adlah mint dan kebutuhan warga belajar, walaupun pada akhir tujuannya untuk memenuhi kebutuhan lembaganya dan masarakatnya.
B. Hakikat Kebutuhan
Banyak orang yang menyamakan mengenai pegertian antara kebutuhan (needs) dan keinginan (want). Demikian pula mengenai perbedaanantara keduanya .tetapi yang utama adalah memberikan rumusan operasional yang akan bermanfaat dlam perencanaan program belajar.
Pengertin kebutuhan dalam pengembangan program pendidikan dibedakan atas kebutuhn dasar dan kebutuhan pendidikan.
Kebutuhan Dasar Kebutuhan Pendidikan
C. Hakikat Minat
Minat dirumuskan dalam “Encyklopedia of Psyholog” adalah “faktor yang ada dalam diri seseorang, yang menyebabkan ia tertarik atau menolak terhadap objek,orang dan kegiatan dalam lingkungannya”.
1. Minat umum
Hakikat minat adalah sangat bersifat pribadi, dan oleh karena minat sangat berbeda antara orang yang satu dengan yang lainnya.
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Minat
3. Perubahan Minat Dalam Daur Kehidupan
4. Menilai Kebutuhan dan Minat
D. Menilai Kebutuhan Dan Minat
1. Kebutuhan dan minat individu
2. Kebutuhan organisasi
Suatu organisasi atau lembaga adalah organisme yang hidup yang mempunyai kebutuhan juga.
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengetahui kebutuhan latihan adalah :
a) Wawancara
b) Angket
c) Laporan dan catatan manejemen
d) Test
e) Analisis masalah
f) Analisis pekerjaan yang dikombinasikan dengan penilaian terhadap penampilan
g) Teknik insiden kritis
h) Panel penilaian
3. Kebutuhan Masarakat
Ada beberapa langkah dalam melaksanakan survei masyrakat :
a) Merumuskan tujuan
b) Membentuk team pelaksana
c) Menentukan ruang lingkup masalah yang akan disuvei
d) Merekrut dan melatih tenaga sukarela
e) Mengindentifikasi sumber informasi yang diperlukan
f) Mengorganisir informasi
g) Menafsirkan informasi
BAB III
BELAJAR BAGI ORANG DEWASA
Periaku seseorang dipengaruhi oleh sikap, pengetahuan, keterampilan yang dimilikinya serta dalam hal tertentu oleh marerial yang tersedia, maka proses belajar manusia dewasa ke arah perubahan sikap baru, dan memberikannya pengetahuan baru.
Dengan kata lain, pendidikan orang dewasa hanya menjadi efektif dalam arti menghasilkan perubahan perilaku, apabila isi dan cara pendidikannya sesuai dengan kebutuhan yang dimilikinya. Akan tetapi, walaupun kebutuhan untuk menambah pengetahuan dan merubah sikap agar tercapai suatu prubahan perilaku sesesungguhnya dibutuhkan, manusia seringkali tidak selalu merasakan kebutuhan dan juga di perluka awal untuk menumbuhkan rasa membutuhkan.
1. Mengapa Orang Dewasa Belajar
Banyak pendidikan yang berpendapat mengenai alasan mengapa orang dewasa belajar. Pakar pendidikan yang telah melakukan penelitin mengenai orang dewasa perlu belajaratau ambil bagian dalam kegiatan belajar adalah tought, sheilfeld, Morstain dan smart.
Hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh pakar pendidikan tersebut tidak saling bertentangan, tetapi saling melengkapi dan saling memperkuat. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa alsan orang dewasa mengikuti kegiatan belajar ada lima yaitu :
a. Adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
b. Untuk meningkatkan produktivtas
c. Untuk meningkatkan efesiensi kerja
d. Untuk mengetahui kebutuhan ingin tahu (Curiosity)
e. Untuk menambah pengetahuan dan keterampilan yang digunakan dalam melakukan pekerjaaan atau peranannya di dalam keluarga atau masyarakat.
BAB IV
ORANG DEWASA SEBAGAI PELAJAR
A. Hambatan Fisiologik
Menurut Venier dan Davidson ada enam faktor yang secara fisiologikdapat menghambat keikutsertaan orang dewasa dalam mempengaruhi pendidikan :
Dengan bertambahnya usia, titik-dekat penglihtan, atau titik terdekat yang dapat dilihat dengan jelas, mulai bergerak dengan jauh.
Dengan bertambahnya usia, titik-jauh penglihatan, tau titik terjauh yang dapat dilihat secara jelas, mulai berkurang.
Makin bertambah usia, makin besar pula jumlh penerangan yang diperlukan dalam suatu situasi belajar.
Makin bertambah usia, persepsi kontra warna cenderung kearah merah daripada spectrum.
Pendengaran atau kemampuan menerima suara mengurang denga bertambahnya usia. Perbedaan bunyi, atau kemapuan untuk membedakan bunyi makin mengurang dengan
melanjutkan usia.
B. Psikologik
Dari segi psikologik orang dewasa dalam situasi belajar mempunyai sikap tertentu, maka perlu diperhatikan hal-hal tersebut dibawah ini :
· Belajar adalah suatu pengalaman yang diingikan oleh orang dewasa itu sendiri, maka orang dewasa tidak diajar.
· Orang dewasa belajar kalau ditemukannya arti pribadi bagi dirinya dari melihat seseuatu dan mempunyai hubu gan dengan kebutuhannya.
Belajar bagi orang dewasa kadang-kadang merupakan proses menyakitkan . Belajar bagi orang dewasa adalah hasil dari mengalami sesuatu. Bagi orang dewasa proes belajar adalah khas dan bersifai individual. Sumber terkaya untuk belajar terdapat didalam diri orang dewasa itu sendiri. Belajar adaah suatu proses emosional dan intelektual sekaligus. Belajar adalah hasil kerja sama antara manusia. Belajar adalah suatu proses evolusi.
C. Sumber Belajar
Dengan adanya faktor-faktor fisiologik dan fsikologik yang mempengaruhi efektivitas belajar orang dewasa. Maka para sarjana mencurahkan suasana dalam situasi beajar yang paling dapat diharapkan membawa hasil bagi proses belajar mengajar sebagai berikut :
a) Kumpulan-kumpulan aktif
b) Suasana hormat-menghormati
c) Suasana harga-menghargai
d) Suasana percaya
e) Suasana penemuan diri
f) Suasana tak mengacam
g) Suasana keterbukaan
h) Suasana mengakui kekhasan pribadi
i) Suasana membenarkan pribadi
j) Susana mengakui hak untuk berbuat salah
k) Suasana membolehkan keraguan
l) Evalausi bersama dan evalusi sendiri
BAB V
PEMBIMBING ORANG DEWASA
A. Fungsi Pembimbing
Belajar bagi orang menghasilkan perubahan perilaku, dan perubahan perilaku bergantung dari perubahan sikap dan penambahan pengatahuan serta ketrampilan, maka dapat dikatakan bahwa fungsi seorang pembimbing mencakup sebagai :
Penyebar pengetahuan Pelatih keterampilan Perencanaan pengalaman belajar kreatif
B. Sikap Pembimbing
Sikap seorang sebagai pembimbing belajar bagi orang dewasa mempunyai arti dan pengaruh yang besar. Sebab orang dewasa lebih kritis daripada anak-anak, sebab orang dewasa mepunyai perbandingan untuk menilai sikap pembimbing, sebab orang dewasa berpegang pad norma-norma yang berlaku dalam kelompok atau lingkungannya.
Sikap mental dan sikap tubuh saling mempengaruhi. Sikap mental seseorang tercermin pada sikap tubuhnya. Orang yang sikap mentalnya sombong biasanya Nampak pada sikap dan gerak tubuhnya.
C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi sikap dan Peran Pembimbing
Pendidikan orang dewasa meyebar dari mulai kursus pemberantasan buta huruf sampai proses belajar kreatif.pola kursus pemberantasan buta huruf peserta sama sekali tidak dapat membaca, maka pembimbing membawakan pengetahuan , yakni bagaimana membaca pada latihan kepekaan (sensitivity training). Misalnya, para peserta sudah memilih setumpukan pengalamannya sendiri, maka pembimbing hanya membantu mereka untuk menata dan menafsirkan pengalaman mereka dengan cara baru. Diktat Gordon lippitt dari Th George Washington University, mengemukan beberapa faktor yang mempengarahi sikap dan peran pembimbing sebagai berikut :
a) Tujuan dan rancangan belajar
b) Lamanya penedidikan
c) Komposisi peserta
d) Harapan peserta
e) Harapan penyelengaraan
f) Profesi pembimbing
g) Keadaan pembimbing
BAB VI
METODE PENDIDIKAN ORANG DEWASA
Banyak metode yang diterapkan orang dalam dalam program pendidikan orang dewasa. Pemilihan metode hendaknya ditentukan oleh tujuan pendidikan, yang pada garis besarnya dapat dibagi dalam 2(dua) jeins :
1. Ada proses belajar yang dirancang untuk membantu orang menata pengalaman masa lampau yang dimilikinya dengan cara baru.
2. Ada proses belajar yang dirancang untuk memberikan pengetahuan baru, keterampilan baru, yakni mendorong individu meraih lebih jauh daripada yang diketahuinya.
A. Kontinuum Proses Belajar
Posisi atau sifat pengalam belajar dalam continuum tersebut mempengarui hal-hal dibawah ini :
a. Persipan dan orietasi bagi proses belajar
b. Suasana dan kecepatan belajar
c. Peran dan sikap yang mengajar
d. Paran dan sikap yang belajar
e. Metode yang diterapkan untuk berhasilnya usaha belajar
B. Ceramah Dan Alat Peraga
Ceramah adalah suatu penyampaian informasi yang sifatnya searah, yakni dari penceramah kepada hadirin. Dengan metode ini lebih dapat dipastikan tersampaikannya informasi yang telah disusun dan disiapkan.
Penceramah juga mempergunakan alat-alat peraga yang tersedia seefektif mungkin, sambil memberikan penjelasanya. Alat-alat peraga (Audio Visual Aids) yang sudah lazim dipergunakan diindonesia adalah sebagai berikut :
Papan tulis Kertas Koran Papan flannel Overhead projector adalah sebuah alat listrik yang dapat memproyeksikan gambar,
tulisan, gari-garis grafik pada sebuah layar atau dinding. Slide
C. Diskusi
Berdiskusi adalah kegiatan manusia yang alamiah. Suatu kegiatan yang menarik, kreatif dan mengasikan. Dalam suatu diskusi para pesertanya berpikir bersama dan mengunkapkan
pikirannya sehingga menimbulkan pengertian pada diri sendiri, pada pandangan kawan-kawan diskusi, dan juga pada masalah yang didiskusikan.
Dalam sebuan symposium beberapa orang ahli menyampaikan prasaran singkat , diskusi atau tukar pikiran di hadapan sejumlah hadirin.
D. Peranan (atau dalam bahasa Inggris Role Playing)
Pemeranan adalah suatu usaha untuk membantu para peserta untuk mengalihkan suatu masalah belajar ke dalam praktek. Dr. J.L Moreno memperkenalkan metode pemeranan di psychodramatic Institute di New York. Di bdakannya dua semua keterangan di pertimbangkan, maka diagnosa mungkin jenis pemeranan, yakni Psychodrama dan Sociodrama. Bagi orang dewasa, pemeranan merupakan metode belaja yang banyak manfaatnya. Ada beberapa variasi dalam pemeranan untuk mencapai tujuan belajar tertentu.
1. Role Revesal : dalam bahasa indonsia di sebut peran terbalik, tujuannya agar menimbulkan kepekaan terhadap kedudukan dan keadaan pihak lain agar dapat lebih menimbulkan perasaan oang lain.
2. Alter Ego : untuk memahami masalah komunikasi, dan adanya pikiran serta perasaan yang tidak diucapkan. Pemeranan Alter Ego dapat berguna. Alter Ego boleh dikatakan berlaku sebagai “hati nurani”.
3. Keterampilan : dapat dipelajari melalui ceramah yang berupa petunjuk-petunjuk untuk dihafalkan, akan lebih mudah dipahami apaila jabatan tertentu di perankan.
E. Structued Experiences
Metode eksperiensial (=dengan jalan mengalami) ini merupakan ciri khas dari metode belajar yang dikenal sebagai “pendekatan laboratories”. Manfaatnya sangat besar dalam pedidikan orang dewasa yang bertujuan meningkatkan ketrampilannya dalam hubngan antar manusia (human relations skill).
Mengalami yakni ketik peserta terlibat dalam suatu kegiatan laboratories. Mengungkapkan tanggapan dan pengamatannya untuk mengetahui mengapa
masing-masing berlaku dan berkata secara tertentu. Pembimbing peserta harus mengolah segala yang timbul pada “Mengungkapkan”,
dengan mendiskusikan mengevaluasinya. Generalisasi sebagai langkah yang penting, kalau latihan ini ingin bermanfaat untuk
kehidupan sehari-hari diluar ruang belajar. Para peserta menerapkan lagi apa yang dipelajarinya itu.
BAB VII
MERANCANG PROGRAM LATIHAN
Metode pendidikan bagi oran dewasa adalah program latihannya. Metode-metode akan dipakai bahkan banyak dipengarahui oleh rancangan atau design yang disusun.
1. Langkah pertama : kebutuhan
2. Langakah kedua : sasaran
3. Langkah ketiga : sumber
4. Langkah keempat : hambatan
5. Langkah kelima : alternatip
6. Langkah keenam : Seleksi
Contoh Rancangan Program Latihan
Untuk menyajikan contoh nyata suatu design program latihan, ada beberapa langkah-langkah yang diuraikan sebagai berikut :
1. Yang akan dididik adalah orang-orang dewasa yang berminat untuk membantu masyarakat dalam lingkungannya untuk meningkatkan kesejahteraan social ekonominya.
2. Mereka diharapkan akan mempelajari falsafah kerja sama dalam kelompok, keterampilan hubungan antara manusia.
3. Menyampaikan pelajaran adalah tiga orang staf pendidikanbiro konsultasi kredit sendiri.
4. Merka akan dididik dengan metode pendidikan orang dewasa.5. Evaluasi hasil pendidikan akan di evakuasi dalam 2(dua) tahapan.
Pengaturan ruangan
Banyak kegiatan pendidikan yang materinya baik, bahan tersedia secara berlimpah, ada pembimbing yang ahli dan terampi. Tetapi ternyata hasilnya tidak memuaskan hanya karena pengaturan ruangan telah diabaikan, karena tidak disadari pentingnya sebagai sarana belajar. Ruangan apa pun yang akan akan dipergunakan apabila tersedia ruangan yang cukup luas maka pada acara atau program pendidikan yang kegiatannya lebih banyak berupa diskusi kelompok, dengan pengatar-pengantar singkat dari pembimbing dan laporan-laporan diskusi kelompok.
Untuk baik yang mendidikan yng “laboratories” yang memerlukan partisipasi intesif para peserta. Sepeti dalan Human Relations Training, baik yang menggunakan Siruclured Experiences maupun yang unstructured seperti dalam latihan kepekaan (Sensitivity Training).
BAB VIII
EVALUASI PROGRAM
Pada pendidikan orang dewasa cara evaluasi demikian tidak dapat dijalankan. Sebab dalam pendidikan orang dewasa evaluasi demikian tidak tepat. Bedanya pendidikan orang dewasa dengan pendidikan konvensional adalah bahwa dalam pendidikan orang dewasa tidak ada unsur paksaan. Orang dewasa belajar atas kehendaknya sendiri yang bebas. Orang dewasa dapat dipaksa untuk masuk rungan belajar, tetapi tidak dapat dipaksa untuk belajar.
Dalam pendididkan orang dewasa metode evaluasinya harus mencermikan kehendak bebas yang sama seperti proses belajarnya itu sendiri. Dengan lain kata, metode evaluasinya harus datang dari orang yang belajar, bukan dipaksakan dari luar.
Bagi penyelenggara evaluasi harian maupun evaluasi menyeluruh akan merupakan ukuran untuk menilai hasil program dengan rencana semula. Bagi para peserta itu sendiri evaluasi merupakan suatu cara untuk merenungkan proses kegiatan maupun hasilny kegiatan itu bagi dirinya, latihan mengungkapkan renungan dan analisisnya secara tertuls dan terbuka.
Bab I
Andragogi : Pendidikan orang dewasa
Paedagogi : Ilmu dan seni dalam mengajar anak
Mobilitas : Gerakan berpindah-pindah
Transmisi : Pengiriman pesan dari seseorang kepada orang lain
Psikologis : Bersifat kajiwaan
Implikasi : Keterlibatan
Asumsi : Dugaan yang diterima sebagai dasar
Konsekuensi : Akibat dari sesuatu perbuatan
Aplikasi : Karya hias
Simulasi : Peragaan sesuatu dengan bentuk tiruan
Konferensi : Rapat atau tiruan
Fase : Tingkatan masa
Supervisi : Pengawasan utama
Eksekutif : Kepengurusan atau pengelolaan
Logik : Sesuai dengan logika
Orientasi : Peninjauan untuk menentukan sikap yang benar
Filsafat : Pengetahuan dengan akal budi
Perspektif : Sudut pandang tiga dimensi
Kondusif : Memberi peluang pada hasil yang diinginkan
Kooperatif : Bersifat kerja sama
Homogen : Terdiri atas jenis yang sama
Heterogen : Terdiri atas berbagai jenis atau unsur
Bab II
Observasi : Peninjauan secara cermat
Sensoris : Berhubungan dengan panca indra
Transenden : Luar biasa
Konformitas : Persesuian
Irasional : Tidak berdasarkan akal sehat
Impulsif : Bersifat cepat bertindak secara tiba-tiba menurut gerakan hati
Afeksi : Rasa kasih sayang
Ekstrim : Sangat keras
Agresif : Bernafsu menyerang
Spiritual : Bersifat kejiwaan
Aspirasi : Harapan dan tujuan untuk keberhasilan pada masa mendatang
Krusial : Sangat menentukan
Prestise : Wibawa
Efisien : Tepat atau sesuai
Kuesioner : Alat riset atau survei
Profesional : Bersangkutan dengan profesi
Survei : Teknik riset dengan memberi batas yang jelas atas data
Responden : Penjawab
Revisi : Peninjauan kembali untuk perbaikan
Uniform : Bersifat seragam
Bab III
Kolege : Teman sejawat
Fundamental : Bersifat dasar
Material : Bahan yang dipakai untuk membuat barang lain
Motif : Pola atau corak
Pola : Gambar yang dipakai untuk contoh
Formal : Sesuai dengan peraturan yang sah
Kognitif : Pengetahuan faktual yang empiris
Eksperimen : Percobaan yang bersistem dan berencana
Alternatif : Pilihan diantara dua atau beberapa kemungkinan
Otoritas : Hak untuk bertindak
Bab IV
Fisioligik : Bersifat fisiologi
Spektrum : Rentetan warna kontinu
Kontras : Memperlihatkan perbedaan yang nyata bila diperbandingkan
Emosional : Penih emosi
Intelektual : Cerdas atau pikiran dengan kecerdasan tinggi
Evolusi : Perubahan secara perlahan-lahan
Subyektif : Bersifat subjektif
Evaluasi : Penilaian
Antusias : Bersemangat
Metode : Cara yang teratur
Bab V
Intervensi : Campur tangan dalam perselisihan dua pihak
Kreatif : Memiliki daya cipta
Introspeksi : Koreksi terhadap diri sendiri
Spontanitas : Kesertemetaan
Komitmen : Perjanjian untuk melakukan sesuatu
Diskriminatif : Bersifat membeda-beda
Variasi : Hasil perubahan dari keadaan semula
Proporsi : Perbandingan
Profesi : Bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian
Bab VI
Konsultasi : Pertukara pikiran untuk mendapatkan kesimpulan yang baik
Kontinum : Rangkaian
Riset : Penelitian suatu masalah secara bersistem, kritis dan ilmiah
Referensi : Sumber acuan
Flanel : Kain panel yang berkabu-kabu
Transparan : Tembus pandang
Simposium : Pertemuan dengan beberapa pembicaraan
Panelis : Peserta diskusi panel
Diagnosa : Pemeriksaan terhadap suatu hak
Egosentris : Berpusat pada diri sendiri
Kentara : Tampak
Premis : Apa yang dianggap benar sebagai landasan kesimpulan
Generalisasi : Perihal untuk mendapat gagasan
Hipotesa : Anggapan dasar
Argumentasi : Pendapat
Bab VII
1. Sistematis : Teratur menurut sistem
2. Produktivitas : Kemampuan untuk menghasilkan sesuatu
3. Intuisi : Kemampuan mengetahui sesuatu tanpa dipelajari
4. Pesimis : Orang yang bersifat tidak mempunyai harapan baik
5. Komfortabel : Nyaman
6. Intensif : Secara sungguh-sungguh dan terus menerus
7. Kompartemen : Bagian yang terpisah
8. Komposisi : Susunan
Bab VIII
1. Tentramen : Ujian mata kuliah tertentu sebelum dapat menempuh ujian akhir
2. Konvensional : Berdasarkan kesepakatan
3. Refleksi : Gerakan diluar kesadaran
4. Faktual : Berdasarkan kenyataan
5. Konkret : Nyata, benar-benar ada