Rakontek promkes p2 m
-
Upload
lia-m-noor -
Category
Documents
-
view
1.337 -
download
2
Transcript of Rakontek promkes p2 m
DISAMPAIKAN DALAM RAKONTEK PENURUNAN AKI DAN AKB
MELALUI PENINGKATAN UKBM DESA SIAGA AKTIFDI KABUPATEN GARUT
GARUT, 27 – 29 AGUSTUS 2013OLEH : KEPALA BIDANG PENGENDALIAN PENYAKIT
IMUNISASI
upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara
aktif terhadap suatu penyakit, sehingga dapat mencegah /
mengurangi pengaruh infeksi organisme alami atau "liar"
Vaksin adalah bahan antigenik yg digunakan utk menghasilkan kekebalan
aktif
Tujuan Program Imunisasi
Menurunkan kesakitan & kematian akibat Penyakit-
penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
BENTUK PENYELENGGARAAN IMUNISASI DI GARUT Kepmenkes No. 1611/MENKES/SK/XI/2005
0-7 hr
9 Bulan
Imunisasi Dasar LengkapAnak < 1 Tahun
VAKSIN
GRATIS
Heb B /(HB) O
-BCG-Polio 1
-DPT/HB/Hib 1-Polio 2
-DPT/HB/Hib 2-Polio 3
-DPT/HB/Hib 3-Polio 4
CAMPAK
1 Bulan
2 Bulan
3 Bulan
4 Bulan
24 Bulan
Imunisasi BATITAAnak > 1 Tahun booster
pertama VAKSI
NGRATIS- Imunisasi
lanjutan DPT/HB/Hib CAMPA
K
18 Bulan
Pendekatannya:- Melalui Posyandu- Melalui PAUD
Imunisasi Dasar Lengkap& booster pertama
1 SD 2 SD 3 SD
-DT-Campak
- Td - Td
Imunisasi Dasar & Booster I Di Lanjutkan
BULAN IMUNISASI ANAK SEKOLAH
B I A S
3 TAHUN
5 TAHUN
10 TAHUN
25 TAHUN
Status TT1 s.d TT5 : Dihitung Sejak
Imunisasi Dasar Pada Bayi
TT1
DPT 1
DPT 2
TT2
TT3 DT KLS 1 SD
TT4 Td KLS 2 SD
TT5 Td KLS 3 SD
Imunisasi Lanjutan WUS
skrining
XTT WUS
KEBIJAKAN INTRODUKSI VAKSIN DPT-HB-Hib (Pentavalent)
Latar Belakang
Pneumonia menyebabkan kematian terbesar pada anak
23% pneumonia yang serius pada anak disebabkan oleh Haemophillus Influenzae tipe b (Hib). Penyebab lain adalah pneumococcus, staphilococcus, streptococcus, virus, dan jamur
Hib dan streptococcus pneumonia juga menyebabkan meningitis yg dpt menimbulkan kecacatan dan kematian pada anak
Meningitis radang pada selaput otak dan korda spinalis (bagian dari sistem saraf pusat)
Gejala: demam, kaku kuduk, penurunan kesadaran dan kejang.
Strategi Pelaksanaan
RJP Program imunisasi 2010-2014 (cMYP), menetapkan bahwa introduksi vaksin DPT-HB-Hib dilaksanakan bertahap
Pemberian imunisasi DPT-HB-Hib dan Campak Lanjutan dilaksanakan sesuai tahapan introduksi DPT-HB-Hib
Tahap pertama dimulai Juli 2013 di 4 provinsi, yaituJawa Barat, DI Yogyakarta, Bali, dan Nusa Tenggara Barat
Tahap kedua pada Maret 2014 di 10 provinsi, yaitu DKI Jakarta, Banten, Jateng, Jatim, Sumut, Sumsel, Babel, Jambi, Lampung, dan Sulsel
Tahap ketiga pada Juli 2015, di seluruh provinsi
Sasaran dan Jadual Pemberian
Sasaran Imunisasi dasar : Bayi
Imunisasi lanjutan : Batita
Jadual Pemberian (imunisasi dasar)
Umur Jenis Imunisasi
0 bulan1 bulan2 bulan3 bulan4 bulan9 bulan
Hepatitis B 0BCG, Polio 1DPT-HB-Hib 1, Polio 2DPT-HB-Hib 2, Polio 3DPT-HB-Hib 3, Polio 4Campak
Sasaran dan Jadual Pemberian
Jadual Pemberian (imunisasi lanjutan)
Umur Jenis Imunisasi Interval minimun setelah imunisasi dasar
18 bulan (1,5 tahun)
24 bulan (2 tahun)
DPT-HB-Hib
Campak
12 bulan dari DPT-HB-Hib 36 bulan dari Campak dosis pertama
Universal Child Immunization (UCI) Tahun 2013
Suatu keadaan tercapainya imunisasi dasar lengkap pada minimal >85 % dari semua bayi (usia dibawah satu tahun)
UCI Desa adalah suatu keadaan dimana ≥95% dari jumlah desa/kelurahan yang ada sudah mendapat imunisasi dasar lengkap
14
Jenis Vaksin Target
BCG 85 %
DPT/HB 3 85 %
POLIO 4 85 %
Campak 85 %
Indikator UCI Desa
Tahun Jml Desa Jml Desa UCI
% Target Desa UCI
2011 429 340 79,25 85%
2012 437 375 85,81 90%
Capaian UCI Desa Kab Garut
KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI)
adverse events following immunization (AEFI)
Kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) atau adverse events following immunization (AEFI) :
Suatu kejadian sakit dan kematian yang terjadi setelah menerima imunisasi yang diduga disebabkan oleh imunisasi
Terjadi dalam masa 1 bulan setelah imunisasi (dapat lebih lama, 6 bln (?); Amerika : untuk kepentingan santunan waktu tidak terbatas)
Definisi KIPI
Reaksi terhadap vaksin Reaksi simpang (adverse event) :
efek farmakologiefek samping (side
effect)interaksi obatintoleransiidiosinkrasi
alergi
Terjadi karena Potensi vaksin
Kepekaan sesorang terhadap unsur vaksin (genetik)
Kejadian yang bukan disebabkan efek langsung vaksin:•Kesalahan teknik pembuatan, pengadaan & distribusi, serta penyimpanan vaksin•Kesalahan prosedur dan teknik pelaksanaan imunisasi•Kejadian yang timbul secara kebetulan (koinsiden)
Angka kejadian – KIPI-rate = “can it” causality
Anafilaksis : 1-3 kasus/ 1 juta dosisKIPI Polio berat : 1 – 2 kasus/4 juta dosisKIPI hepatitis B : demam ringan – sedang 1 / 14
dosis; dewasa 1 kasus/100 dosisKIPI campak : demam : 1/6 dosis, ruam kulit ringan
1/20 dosis, kejang pasca-demam 1/3000 dosis, reaksi alergi serius 1/1 juta dosis.
( CDC Vaccine Information Statement 12/16/1998)
Kejadian KIPI di Kab. Garut
Tahun 2012 679 kipi non serius, 5 Kipi serius (tidak ada meninggal akibat antigen DPT-HB)
Tahun 2013 (s.d juli) : 2.834 kipi non serius antigen DPT-HB dan 41
kasus antigen campak :a) 2 kasus kipi serius meninggal : Cikajang dan
Bagendit antigen DPT-HB)b) 1 kasus kipi serius meninggal : Cisurupan
antigen Hb Uniject
KIPI yang harus dimonitor
• Semua abses pada tempat suntikan• Semua kasus limfadenitis BCG• Semua kematian yang oleh petugas kesehatan
atau masyarakat diperkirakan berhubungan dengan imunisasi.
• Semua kasus yang memerlukan perawatan rumah sakit yang oleh petugas kesehatan atau masyarakat diperkirakan berhubungan dengan imunisasi.
• Insiden medis yang tidak biasa lainnya yang oleh petugas kesehatan atau masyarakat diperkirakan berhubungan dengan imunisasi.
Reaksi anafilaktoid (reaksi hipersensitivitas akut)
Anafilaksis Persistent (> 3jam) inconsolable
screaming Hypotonic hyporesponsive episodeToxic shock syndrome
KIPI yang Harus Dilaporkan24 jam pasca imunisasi
Reaksi lokal hebat Sepsis Abses pada bekas suntikan (infeksi/
steril)
KIPI yang Harus Dilaporkan5 hari pasca imunisasi
Kejang, termasuk kejang demam DPT 0-2 hari, campak/MMR (6-12 hari)
Ensefalopati DPT 0-2 hari, campak/MMR (6-12 hari)
KIPI yang Harus Dilaporkan15 hari pasca imunisasi
Lumpuh layu (vaccine associated paralytic poliomyelitis=VAPP)
OPV 4-30 hari, kontak 4-75 hari
Neuritis brakhialis tetanus 2-28 hari
Trombositopenia Campak / MMR 15-35 hari
KIPI yang Harus Dilaporkan3 bulan pasca imunisasi
Limfadenitis BCG Disseminated BCG-itis Osteitis/ Osteomielitis BCG
KIPI yang Harus Dilaporkan1-12 bulan pasca imunisasi BCG
Semua kematian Semua resipien yang dirawat Semua kejadian yang berat & tidak
biasa (diduga berhubungan dengan imunisasi oleh petugas atau masyarakat )
KIPI yang Harus Dilaporkanpasca imunisasi (tanpa batas waktu)
Alur Tatalaksana KIPI
pengobatan
pemantauan KIPI
Penemuan kasus
Pelacakan
Analisis
Tindak lanjut
Evaluasi
identitas
tunggal/ kelompok
ada kasus lain
klasifikasi
penyebab
komunikasi
perbaikan mutu pelayanan
tatalaksana kasus
Informasi dariortu / masyarakat
Petugas kes
Kepala PuskesmasPokja KIPI
Puskesmas
Evaluasi
24 jam
Identitas Jenis vaksin Penanggung jawab KIPI pada imunisasi terdahulu Gejala klinis & pengobatan Hari, tanggal, jam imunisasi Hari, tanggal, jam KIPI Saat timbul KIPI Prognosis : gejala sisa Kronologis (cara penyelesaian KIPI) Aspek/ delik hukum
Pencatatan & Pelaporan KIPI
TARGETUCI DESA BELUM
TERCAPAI
TINGKAT PERLINDUNGAN PD3I
Akibat
Rendahnya Cakupan
Issu Permasalahan Utama
KINERJA PROGRAM IMUNISASI
BELUM OPTIMAL
Penyebab
Supervisi Fasilitasi belum optimal
Pohon Masalah
Dukungan Manajerial Melum optimal
RR Desa Belum Optimal
Vaksin Kurang dan Dana Oprasional kurang
Keterampilan Petugas Kurang
UCI DESA
Perlindungan Terrhadap PD3I
Buku Desa di isi
dengan lengkap
Pengolahan Data
Secara Rutin
Pelembagaan PWS di
Puskesmas
Tujuan
Pengawasa dari Kepala
Puskesmas
Sasaran
Peningkatan Supervisi dan
Fasilitasi
Kegiatan Tingkat
Meningkatkan Kinerja Program Imunisasi Di
Puskesmas
Pohon Penyelesaian Masalah
Pembinaan Teknis ke
Pengelola dan Bidan
Pembinaan Manajerial
Survailans Berbasis Masyarakat
Pengamatan dan pencatatan penyakit yang
diselenggarakan oleh masyarakat (kader) dibantu
oleh tenaga kesehatan dengan berpedoman pada
petunjuk teknis
Kegiatan Survailans Berbasis Masyarakat
1. Pengamatan dan pemantauan penyakit (diare, campak, DBD, ISPA/Pneumonia) serta keadaan kesehatan ibu dan anak, gizi lingkungan dan perilaku yang dapat menimbulkan masalah kesehatan masyarakat
2. Pelaporan cepat (kurang dari 24 jam) kepada petugas kesehatan untuk respon cepat
3. Pencegahan dan penanggulangan sederhana penyakit dan masalah kesehatan
4. Pelaporan kematian
Keadaan
Jumlah Kasus
2010 2011 2012
Hidup 1 0 2
Meninggal 0 0 0
2010 2011 20120
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
100
0
100
0
0
0
Tdk PeriksaBdn/Perawat
%
2010 2011 20120
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
100
0 0
0
0
100 DknBdn/Perawat
%
2010 2011 20120
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
100
0 0
0
0
100 Tdk ImunTT2
%
2010 2011 20120
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0 0
50
100
0
50
Lain2Betadin
%
2010 2011 20120
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
100
0
100
0
0
0
Lain2Gunting
%
2010 2011 20120
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
100
0
100
0
0
0
TdkRS
%
FORM LAPORAN RUTIN
BULANAN/MINGGUAN
LAPORAN LENGKAP KLB
LAPORAN LENGKAP KLB
PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI KLB
LAPORAN BULANAN/ MINGGUAN KAB/KOTA
LAPORAN BULANAN/MINGGUAN
KAB/KOTA
LAPORAN BULANAN/ MINGGUAN PUSKESMAS
FORM LAPORAN KHUSUS
SARS SURVEILANS AKTIF RUMAH
SAKIT
ALUR PELAPORAN SURVEILANS EPIDEMIOLOGIKEMENKES RI
DINKES PROV. JABAR
DINKES KABUPATEN
MASYARAKAT
PERMASALAHAN
Masih ada Kasus PD3I yang belum terlaporkan.
Masih ada Petugas Kesehatan yang belum memahami kasus-kasus PD3I.
Masih kurangnya pembinaan program terkait terhadap petugas kesehatan di bawah.
Masih kurangnya pemahaman masyarakat terhadap kasus-kasus PD3I.
UPAYA YANG DILAKUKAN
Melakukan Validasi Data Surveilans PD3I. Melakukan Monitoring Bimbingan Teknis
Surveilans PD3I ke Petugas Puskesmas. Melaksanakan Pertemuan Analisis Data
Surveilans PD3I.Memberikan Feedback hasil pemeriksaan kasus
PD3I.Sosialisasi Kegiatan Surveilans PD3I terhadap
Karyawan Baru.Memberikan konseling/penyuluhan terhadap
penderita dan keluarga penderita kasus PD3I.