Rajab adalah salah satu di Antara Bulan Haram Web viewSegala puji bagi Allah Tuhan sekalian alam,...

692
KATA PENGANTAR By : Drs. Khosyi`in, M.MPd Segala puji bagi Allah Tuhan sekalian alam, Maha suci Kau Ya Allah telah melimpahkan rahmat dan karunai Mu Yang tiada taranya. Kami mengucapkan syukur kehadirat Mu, karena atas rahmat serta hidayah Engkau kami dapat menyusun dan mengkoleksi berbagai sumber teks jenis-jenis Hadist dan derajatnya (tingkatannya) serta mengedit hal-hal yang perlu disempurnakan. Walaupun masih banyak kekurangan dalam penyusunan ini, namun penyusun berharap agar koleksi hadist ini dapat dipergunakan dan di manfaatkan oleh para pembaca budiman di berbagai lapisan masyarat. Harapan kami dalam membaca teks hadist ini mohon dicermati tulisan arabnya karena kami belum sempat menata ulang atau membetulkan huruf-hurufnya secara berurutan seperti layaknya bacaan bahasa arab pada umumnya. Karena masih ada beberapa teks hadist yang cara membacanya perlu dibaca seperti bahasa latin ( dibaca dari kiri ke kanan bukan dari kanan ke kiri ). Oleh karena itu sekali lagi kami mohon kalau ada hadist seperti itu, kami mohon tidak dibaca dari kanan ke kiri namun, mohon dibaca dari kiri ke kanan layaknya membaca bahasa latin. Selain dari itu Penyusun memohon para pembaca lebih cermat dan berhati- hati memahami teks hadist . karena masih banyak saudara kita yang memahami hadist secara parsial tampa di kaitkan dengan content Al-Qur`an yang konon merupakan sumber hukum yang prima. Sebagai contoh : memahami tentang hadist doi`f, . Kalau ada seseorang mengamalkan hadis doif , maka cenderung dijustifikasi sebagai orang yang mengamalkan perbuatan yang bid`ah dengan alasan karena landasan dasar hadistnya tidak kuat dan Nabi tidak pernah melakukan seperti itu lantas dicap sebagai orang ahli bid`ah. Lebih fatal lagi kalau sudah mengklaim dirinya sebagai hamba Allah yang paling benar dan orang lain dianggap salah. Dirinya yang calon masuk surga orang lain calon masuk neraka karena dianggap sesat. Sebab ada dalil hadist yang berbunyi : “ Fa inna KULLA BID`ATIN dhalalah, wa kulla dholalatin fin naar. : “maka Sesungguhnya setiap perbuatan bid`ah itu adalah sesat dan setiap kesesatan itu neraka tempatnya”. Mereka lupa bahwa hukum seseorang, kalau mengkafirkan orang lain atau mengatakan orang lain itu sesat, dan ternyata orang lain yang dituduhkan itu bukanlah katagori orang kafir, atau bukan orang yang sesat, maka orang yang mengkafirkan itu atau orang yang menganggap sesat orang lain itu justru dirinyalah yang terhukum kafir. Perhatikan Makna “KULLU BID’AH DHOLALAHberikut ini : Pada firman Allah yang berbunyi : Waja`alna minal maa-i KULLA syai-in hayyin. Lafadz KULLA disini, haruslah diterjemahkan dengan arti : SEBAGIAN. Sehingga ayat itu berarti: Kami ciptakan dari air sperma, SEBAGIAN makhluq hidup.Karena Allah juga berfirman menceritakan tentang penciptaan jin Iblis yang berbunyi: Khalaqtani min naarin. Artinya : Engkau (Allah) telah menciptakan aku (iblis) dari api.

Transcript of Rajab adalah salah satu di Antara Bulan Haram Web viewSegala puji bagi Allah Tuhan sekalian alam,...

KATA PENGANTAR

By : Drs. Khosyi`in, M.MPd

Segala puji bagi Allah Tuhan sekalian alam, Maha suci Kau Ya Allah telah melimpahkan rahmat dan karunai Mu Yang tiada taranya.

Kami mengucapkan syukur kehadirat Mu, karena atas rahmat serta hidayah Engkau kami dapat menyusun dan mengkoleksi berbagai sumber teks jenis-jenis Hadist dan derajatnya (tingkatannya) serta mengedit hal-hal yang perlu disempurnakan.

Walaupun masih banyak kekurangan dalam penyusunan ini, namun penyusun berharap agar koleksi hadist ini dapat dipergunakan dan di manfaatkan oleh para pembaca budiman di berbagai lapisan masyarat.

Harapan kami dalam membaca teks hadist ini mohon dicermati tulisan arabnya karena kami belum sempat menata ulang atau membetulkan huruf-hurufnya secara berurutan seperti layaknya bacaan bahasa arab pada umumnya. Karena masih ada beberapa teks hadist yang cara membacanya perlu dibaca seperti bahasa latin ( dibaca dari kiri ke kanan bukan dari kanan ke kiri ). Oleh karena itu sekali lagi kami mohon kalau ada hadist seperti itu, kami mohon tidak dibaca dari kanan ke kiri namun, mohon dibaca dari kiri ke kanan layaknya membaca bahasa latin.

Selain dari itu Penyusun memohon para pembaca lebih cermat dan berhati-hati memahami teks hadist . karena masih banyak saudara kita yang memahami hadist secara parsial tampa di kaitkan dengan content Al-Qur`an yang konon merupakan sumber hukum yang prima.

Sebagai contoh : memahami tentang hadist doi`f, . Kalau ada seseorang mengamalkan hadis doif , maka cenderung dijustifikasi sebagai orang yang mengamalkan perbuatan yang bid`ah dengan alasan karena landasan dasar hadistnya tidak kuat dan Nabi tidak pernah melakukan seperti itu lantas dicap sebagai orang ahli bid`ah. Lebih fatal lagi kalau sudah mengklaim dirinya sebagai hamba Allah yang paling benar dan orang lain dianggap salah. Dirinya yang calon masuk surga orang lain calon masuk neraka karena dianggap sesat. Sebab ada dalil hadist yang berbunyi : Fa inna KULLA BID`ATIN dhalalah, wa kulla dholalatin fin naar. : maka Sesungguhnya setiap perbuatan bid`ah itu adalah sesat dan setiap kesesatan itu neraka tempatnya.

Mereka lupa bahwa hukum seseorang, kalau mengkafirkan orang lain atau mengatakan orang lain itu sesat, dan ternyata orang lain yang dituduhkan itu bukanlah katagori orang kafir, atau bukan orang yang sesat, maka orang yang mengkafirkan itu atau orang yang menganggap sesat orang lain itu justru dirinyalah yang terhukum kafir.

Perhatikan Makna KULLU BIDAH DHOLALAH berikut ini :

Pada firman Allah yang berbunyi : Waja`alna minal maa-i KULLA syai-in hayyin. Lafadz KULLA disini, haruslah diterjemahkan dengan arti : SEBAGIAN. Sehingga ayat itu berarti: Kami ciptakan dari air sperma, SEBAGIAN makhluq hidup.Karena Allah juga berfirman menceritakan tentang penciptaan jin Iblis yang berbunyi: Khalaqtani min naarin. Artinya : Engkau (Allah) telah menciptakan aku (iblis) dari api.

Dengan demikian, ternyata lafadl KULLU, tidak dapat diterjemahkan secara mutlaq dengan arti : SETIAP/SEMUA, sebagaimana umumnya jika merujuk ke dalam kamus bahasa Arab umum, karena hal itu tidak sesuai dengan kenyataan.

Demikian juga dengan arti hadits Nabi SAW : Fa inna KULLA BID`ATIN dhalalah di atas,. Maka harus diartikan: Sesungguhnya SEBAGIAN dari BID`AH itu adalah sesat.

Kulla di dalam Hadits ini, tidak dapat diartikan SETIAP/SEMUA BID`AH itu sesat, karena Hadits ini juga muqayyad atau terikat dengan sabda Nabi SAW yang lain: Man sanna fil islami sunnatan hasanatan falahu ajruha wa ajru man \`amila biha.

Artinya : Barangsiapa memulai/menciptakan perbuatan baik di dalam Islam, maka dia mendapatkan pahalanya dan pahala orang yang mengikutinya.

Jadi jelas, ada perbuatan baru yang diciptakan oleh orang-orang di jaman sekarang, tetapi dianggap baik oleh Nabi SAW, dan dijanjikan pahala bagi pencetusnya, serta tidak dikatagorikan BID`AH DHALALAH.

Sebagai contoh dari man sanna sunnatan hasanah (menciptakan perbuatan baik) adalah saat Hajjaj bin Yusuf memprakarsai pengharakatan pada mushaf Alquran, serta pembagiannya pada juz, ruku\`, maqra, dll yang hingga kini lestari, dan sangat bermanfaat bagi seluruh umat Islam.

Untuk lebih jelasnya, maka bidah itu dapat diklasifikasi sebagai berikut : Ada pemahaman bahwa Hadits KULLU BID`ATIN DHALALAH diartikan dengan: SEBAGIAN BID`AH adalah SESAT, yang contohnya : 1. Adanya sebagian masyarakat yang secara kontinyu bermain remi atau domino setelah pulang dari mushalla. 2. Adanya kalangan umat Islam yang menghadiri undangan Natalan. 3. Adanya beberapa sekelompok muslim yang memusuhi sesama muslim, hanya karena berbeda pendapat dalam masalah-masalah ijtihadiyah furu\`iyyah (masalah fiqih ibadah dan maamalah), padahal sama-sama mempunyai pegangan dalil Alquran-Hadits, yang motifnya hanya karena merasa paling benar sendiri. Perilaku semacam ini dapat diidentifikasi sebagai BID`AH DHoLALAH).

Ada pula pemahaman yang mengatakan, bahwa amalan baik yang terrmasuk ciptaan baru di dalam Islam dan tidak bertentangan dengan syariat Islam yang sharih, maka disebut SANNA (menciptakan perbuatan baik). Contohnya: Adanya sekelompok orang yang mengadakan shalat malam (tahajjud) secara berjamaah setelah shalat tarawih, yang khusus dilakukan pada bulan Ramadhan di Masjidil Haram dan di Masjid Nabawi, seperti yang dilakukan oleh tokoh-tokoh beraliran Wahhabi Arab Saudi semisal Syeikh Abdul Aziz Bin Baz dan Syeikh Sudaisi Imam masjidil Haram, dll. Perilaku ini juga tergolong amalan BID`AH karena tidak pernah dilakukan oleh Nabi SAW, tetapi dikatagorikan sebagai BIDAH HASANAH atau bidah yang baik. Melaksanakan shalat sunnah malam hari dengan berjamaah yang khusus dilakukan pada bulan Ramadhan, adalah masalah ijtihadiyah yang tidak didapati tuntunannya secara langsung dari Nabi SAW maupun dari ulama salaf, tetapi kini menjadi tradisi yang baik di Arab Saudi. Dikatakan Bidah Hasanah karena masih adanya dalil-dalil dari Alquran-Hadits yang dijadikan dasar pegangan, sekalipun tidak didapat secara langsung/sharih, melainkan secara ma`nawiyah. Antara lain adanya ayat Alquran-Hadits yang memeerintahkan shalat sunnah malam (tahajjud), dan adanya perintah menghidupkan malam di bulan Ramadhan.

Tetapi mengkhususkan shalat sunnah malam (tahajjud) di bulan Ramadhan setelah shalat tarawih dengan berjamaah di masjid, adalah jelas-jelas perbuatan BID`AH yang tidak pernah dilakukan oleh Nabi SAW dan ulama salaf. Sekalipun demikian masih dapat dikatagorikan sebagai perilaku BID`AH HASANAH.

Demikian juga umat Islam yg melakukan pembacaan tahlil atau kirim doa untuk mayyit, melaksanakan perayaan maulid Nabi SAW, mengadakan isighatsah, dll, termasuk BIDAH HASANAH. Sekalipun amalan-amalan ini tidak pernah dilakukan oleh Nabi SAW, namun masih terdapat dalil-dalil Alquran-Haditsnya sekalipun secara manawiyah.

Contoh mudah, tentang pembacaan tahlil (tahlilan masyarakat), bahwa isi kegiatan tahlilan adalah membaca surat Al-ikhlas, Al-falaq, Annaas. Amalan ini jelas-jelas adalah perintah Alquran-Hadits. Dalam kegiatan tahlilan juga membaca kalimat Lailaha illallah, Subhanallah, astaghfirullah, membaca shalawat kepada Nabi SAW, yang jelas- jelas perintah Alquran-Hadits. Ada juga pembacaan doa yang disabdakan oleh Nabi SAW : Adduaa-u mukhkhul ibadah. Atrinya : Doa itu adalah intisari ibadah. Yang jelas, bahwa menhadiri majelis ta\`lim atau majlis dzikir serta memberi jamuan kepada para tamu, adalah perintah syariat yang terdapat di dalam Alquran-Hadits.

Hanya saja mengemas amalan-amalan tersebut dalam satu rangkaian kegiatan acara tahlilan di rumah-rumah penduduk adalah BID'AH, tetapi termasuk bidah yang dikatagorikan sebagai BID`AH HASANAH. Hal itu, karena senada dengan shalat sunnah malam berjamaah yang dikhususkan di bulan Ramadhan, yang kini menjadi kebiasaan tokoh-tokoh Wahhabi Arab Saudi.

Begitu pula mengenai puasa di bulan rojab, walau tidak ada dasar hadist yang shohih, tapi saudara ketahui Hal ini seperti yang dikatakan oleh Imam Nawawi bahwa tidak ada pelarangan tentang berpuasa di bulan rajab dan juga tidak ada penganjurannya karena bulan rajabnya itu sendiri akan tetapi berpuasa pada dasarnya disunnahkan. Didalam sunnan Abu Daud bahwa Rasulullah saw menganjurkan berpuasa di bulan-bulan haram dan rajab adalah salah satunya. (Shahih Muslim bi Syarhin Nawawi juz VIII hal 56)

Hadits HR.Muslim no. 1151 mengatakan tentang berpuasa :

puasa adalah amalan yang sangat utama. Di antara ganjaran puasa disebutkan dalam hadits berikut,

.

Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Taala berfirman (yang artinya), Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi (HR.Muslim no. 1151).

Di dalam Al-Qor`an surat Al-Baqoroh; Q.S. Al-Baqarah: 184, Allah berfirman :

(yaitu) beberapa hari tertentu. Maka barang siapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. Dan bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin. Tetapi barang siapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itu lebih baik baginya, dan jika kamu berpuasa itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.

Mendalami arti surat Al-Baqoroh, Ayat : 183, bahwa Tujuan puasa diwajibkan itu adalah agar manusia menjadi hamba Allah yang taqwa ( ini prins