kuswoyoaji.files.wordpress.com€¦ · Web viewSegala puji dan syukur bagi Allah Tuhan seru...
Transcript of kuswoyoaji.files.wordpress.com€¦ · Web viewSegala puji dan syukur bagi Allah Tuhan seru...
i
KECERDASAN INTELEKTUAL PERSPEKTIF DAVID WESCHLER
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Intelegensi
Dosen: Dr. Nurul Hidayah, S. Psi, M.Si, Psi.
Disusun Oleh:
K U S W O Y O
NIM. 1708044053
MAGISTER SAINS PSIKOLOGIUNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA
2018
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Segala puji dan syukur bagi Allah Tuhan seru sekalian alam. Atas segala
keberkahan, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan judul ”Kecerdasan Intelektual Perspektif David
Weschler”.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, khususnya kepada
Ibu Dr. Nurul Hidayah,S.Psi, M.Si, Psi. Penugasan pembuatan makalah ini
menjadi sarana belajar yang kreatif dalam mensistemasi keilmuan psikologi oleh
penulis. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada rekan rekan sejawat yang
senantiasa saling mensupport dan memotivasi untuk selesainya tugas perkuliahan.
Semoga kerjasama ini berlangsung hingga masa akhir perkulihan.
Tiada gading yang tak retak. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kesan sempurna dan terdapat kesalahan di sana sini oleh karena berbagai
faktor. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
agar makalah ini dapat diperbaiki di kemudian hari. Penulis berharap agar
makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh
Yogyakarta, 02 Oktober 2018
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
Halaman Judul............................................................................................................i
Kata Pengantar...........................................................................................................ii
Daftar isi .................................................................................................................iii
BAB IPENDAHULUAN...........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................3
A. Sekelumit tentangWeschler......................................................................3
1. Biografi..............................................................................................3
2. Gagasandan Minta..............................................................................4
3. Kontribusi Utama...............................................................................5
B. Pandangan Pandangan Umum Wechsler Tentang Intelegensi.................6
1. Sifat Kecerdasan.................................................................................6
2. Pengukuran Intelegensi dan kritik terhadap Binet.............................9
C. Skala Kecerdasan Wechsler Untuk Anak-anak (WISC)..........................11
1. Sejarah................................................................................................12
2. Format Pengujian...............................................................................13
3. Sifat Psikometrik................................................................................16
4. Penggunaan........................................................................................17
D. Skala Kecerdasan Dewasa Wechsler ( WAIS ).....................................20
1. Sejarah................................................................................................21
2. Wechsler-Bellevue Intelligence Scale................................................22
3. WAIS..................................................................................................24
4. WAIS-R..............................................................................................24
5. WAIS-III............................................................................................25
6. WAIS-IV............................................................................................26
iv
BAB III PENUTUP....................................................................................................30
A. Kesimpulan..............................................................................................30
B. Saran.........................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
Kecerdasan adalah kemampuan berpikir rasional, belajar efektif,
memahami ide-ide kompleks, dan beradaptasi dengan lingkungan. Dengan
demikian, kecerdasan paling baik dilihat sebagai kemampuan umum yang dapat
mempengaruhi kinerja pada berbagai tugas kognitif. IQ (kecerdasan quotient)
adalah kuantifikasi kecerdasan individu relatif terhadap rekan-rekan dari usia yang
sama. IQ adalah salah satu sifat psikologis yang paling diwariskan, dan skor
individu pada tes IQ modern adalah prediktor yang baik dari banyak hasil
kehidupan, termasuk keberhasilan pendidikan dan karier, kesehatan, umur
panjang, dan bahkan kebahagiaan (Gottfredson 1998). Seperti manusia, beberapa
spesies hewan mengekspresikan "kemampuan kognitif umum" yang memengaruhi
kinerja pada tugas-tugas kognitif yang luas dan beragam, dan terlebih lagi, hewan
menunjukkan berbagai variasi individu dalam kemampuan ini.
Tes Kecerdasan dan Kecerdasan (IQ) dalam Manusia Telah lama diketahui
bahwa kecerdasan bervariasi di setiap individu. Bahasa sehari-hari, sering kita
menyebut seseorang sebagai "brilian" atau berkomentar bahwa anjing kami adalah
bodoh dan sedikit membosankan. Meskipun mudah (dan umum) untuk membuat
karakterisasi semacam ini, secara historis sulit untuk merumuskan definisi dari
sifat ini. Pada tahun 1995, sebuah komite dari American Psychological
Association menyatakan bahwa "Individu berbeda satu sama lain dalam
kemampuan mereka untuk memahami ide-ide kompleks, untuk beradaptasi secara
efektif terhadap lingkungan, untuk belajar dari pengalaman, untuk terlibat dalam
berbagai bentuk penalaran, untuk mengatasi rintangan oleh mengambil
pemikiran. Konsep 'kecerdasan' adalah upaya untuk memperjelas dan mengatur
kumpulan fenomena yang rumit ini ”(Neisser et al. 1996, dalam Louis D. Matzel
and Bruno Sauce, 2017).
2
Dalam sebuah artikel di Wall Street Journal (13 Desember 1994) yang
ditandatangani oleh 52 peneliti intelijen, dinyatakan bahwa kecerdasan adalah
"kemampuan mental yang sangat umum yang, antara lain, melibatkan kemampuan
untuk berpikir, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir secara abstrak,
memahami ide-ide kompleks, belajar dengan cepat dan belajar dari
pengalaman. Ini mencerminkan kemampuan yang lebih luas dan lebih dalam
untuk memahami lingkungan kita (Louis D. Matzel and Bruno Sauce, 2017).
Definisi di atas secara bersamaan tidak jelas dan luas. Meskipun disediakan oleh
para ahli tentang intelijen, mereka sedikit berbeda (jika hanya dalam bentuk) dari
deskripsi sehari-hari dari sifat yang mungkin mendengar dari sampel acak dari
mahasiswa sarjana. Meskipun sudah lebih dari 100 tahun sejak Spearman (1904)
secara formal menggambarkan konsep "kecerdasan umum" (juga disebut "g"), kita
masih berjuang dengan definisinya, namun demikian, kita mengenalinya dan kita
membuat kesimpulan tentang konsekuensinya. Dalam hal ini, kuantifikasi
kecerdasan paling baik diturunkan ke kinerja pada tes psikometri.
Andrew Crider mengatakan bahwa intelegensi itu seperti listrik.
Mudah untuk diukur tetapi hampir mustahil untuk didefinisikan (Cridder, dkk,
1983, dalam Azwar, 2011). Kalimat ini banyak benarnya. Tes intelegesi telah
dibuat sejak sekitar delapan dekade yang lalu, akan tetapi sejauh ini belum ada
definisi intelegensi yang dapat diterima secara universal. Pada awalnya
kecerdasan dilihat sebagai kemampuan mental umum yang dikaitkan dengan
faktor-faktor yang bersifat fisikal, khususnya faktor pengindraan (sensasi) dan
faktor persepsi. Sebagai contoh James McKeen Cattell mengembangkan suatu
bentuk skala pengukuran intelegensi yang banyak mengukur kemampuan fisik
seperti kekuatan tangan menekan dinamometer, kecepatan eaksi, kemampuan
persepsi mata dan semacamnya (Willerman, 1979, dalam Azwar, 2011). Setelah
itu banyak ahli intelegensi mengembangkan metode-metode skala pengukuran
terhadap intelegensi, seperti Alfred Binet, Lewis Madison Terman, Henmon,
Edward L Torndike, dan David Wechsler. Makalah ini mencoba membahas
intelegensi dan pengukurannya dalam perspektif David Wechsler.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sekelumit tentang David Weschler
1. Biografi
David Wechsler lahir pada 12 Januari 1896 di Lespedi, Rumania. Dia pergi ke
City College of New York, serta Universitas Columbia. Wechsler adalah seorang
psikolog Amerika dan menciptakan banyak tes kecerdasan yang banyak
digunakan seperti Skala Intelijen Wechsler untuk Anak-Anak pada tahun 1949
dan Skala Kecerdasan Wechsler Dewasa pada tahun 1955. Meskipun mereka telah
diperbarui, tes-tes ini masih populer hingga hari ini, sekarang dikenal sebagai
WISC-IV 2003 dan WAIS-III 1997. Ide ,pemikirannya dipengaruhi oleh tokoh
tokoh yang merupakan guru dan pendahulunya seperti Thorndike,
Pearson, Spearman, Kaufman. Karier pendidikannya di pada universitas-
universitas berikut: Gelar BA diperolah di City University of New York (1916),
ijazah MA nya diperoleh dari Columbia University (1917), University of Paris,
penelitian psikologi eksperimental (1919-1922) dan gelar Doktoralnya diperoleh
dari Universitas Columbia, dalam psikologi eksperimental (1925).
Wechsler memiliki karier yang cukup beragam dan focus pada
pengembangan intelegensimanusia. Ia pernah berkarier sebagai Psikolog
Angkatan Darat yang ditugaskan ke Camp Logan, Texas pada tahun 1917.
Wechsler juga pernah dikirim oleh Angkatan Darat ke Universitas London untuk
bekerja sama Spearman dan K. Pearson di tahun 1918. Selanjutnya Wechsler
juga pernah berkarier sebagi Psikolog Klinis di Biro Child Guidance, New York
City pada kurun waktu 1922-1925. Wechsler membuka Praktek pribadi psikologi
klinis dari tahun1925 hingga 1932. Pada kurun waktu 1932 sampai 1967berkarier
sebagai Chief Psychologist pada Bellevue Psychiatric Hospital .
4
Weshler selanjutnya menerbitkan beberapa instrumen penilaian, termasuk:
Skala Kecerdasan Wechsler-Bellevue (1939); Skala Memori Wechsler (WMSsler
Memory Scale) (1945/1997); Skala Kecerdasan Wechsler untuk Anak-Anak
(WISC) (1949/2003); Skala Kecerdasan Wechsler Dewasa (WAIS)
(1955/1997); Wechsler Primary and Preschool Scale of Intelligence (WPPSI)
(1967/2002), yang kesemuanya menjadi karya fenomenal nya selama concern
pada bidang intelegensi.
2. Gagasan dan Minat
David Wechsler terkenal karena mengembangkan beberapa tes kecerdasan
yang banyak digunakan, termasuk Skala Intelijen Wechsler untuk Anak-Anak
(Wechsler, 1949) dan Skala Kecerdasan Wechsler Dewasa (Wechsler,
1955). Versi terbaru dari tes ini tetap populer di abad 21 (WISC-IV®, 2003;
WAIS-III®, 1997) dan tes baru yang didirikan pada karya Wechsler terus
dikembangkan oleh peneliti lain (misalnya Wechsler & Naglieri,
2006). Wechsler juga terkenal karena dia menggunakan deviasi deviasi (DQ),
sebuah inovasi teknis yang menggantikan penggunaan usia mental dalam
menghitung skor IQ. Ini sangat meningkatkan utilitas perbandingan normatif
ketika tes kecerdasan digunakan dengan peserta dewasa (Edwards, 1994).
Ketika Amerika Serikat memasuki Perang Dunia Pertama, David
Wechsler sedang menyelesaikan gelar masternya di bidang psikologi. Ia
bergabung dengan Angkatan Darat, dan keadaan ini membuatnya berhubungan
dengan beberapa perintis di bidang teori intelijen, termasuk K.Pearson, C.
Spearman, Edward Thorndike dan Robert Mearns Yerkes . Sementara
menunggu induksi, Wechsler menawarkan diri untuk mencetak tes Angkatan
Darat Alpha, salah satu dari dua tes kecerdasan kelompok yang dikembangkan
oleh Komite Pemeriksaan Psikologis Rekrutmen, dan di sinilah ia bertemu Yerkes
dan Thorndike. Kemudian Wechsler menjadi pemeriksa psikologi individu, dan
didakwa dengan administrasi Stanford-Binet untuk merekrut yang telah tampil
buruk pada tes kecerdasan kelompok (Fancher, 1985). Pada 1918, Angkatan
Darat mengirimnya ke London untuk bekerja dengan Spearman dan Pearson.
5
Wechsler akhirnya menyimpulkan bahwa teori kecerdasan umum
Spearman teori “g”, terlalu sempit. Tidak seperti Spearman, Wechsler
memandang kecerdasan sebagai sebuah efek daripada suatu sebab, dan
menegaskan bahwa faktor-faktor non-intellective, seperti kepribadian,
berkontribusi pada pengembangan kecerdasan setiap orang. Definisi pribadinya,
"Intelegensi adalah kemampuan agregat atau global dari individu untuk bertindak
secara sengaja, untuk berpikir rasional dan untuk menangani secara efektif dengan
lingkungannya" mencerminkan pandangan yang lebih luas ini (Edwards, 1994;
Wechsler, 1940). Skala Kecerdasan Wechsler untuk Anak-Anak — Edisi
Keempat® (WISC-IV®) diterbitkan pada tahun 2003. Telah digunakan untuk
anak-anak berusia enam hingga enam belas tahun dan sebelas bulan. Ini
menghasilkan skor IQ skala penuh dan empat skor indeks: Verbal Comprehension
(misalnya kesamaan, kosa kata dan kegiatan pemahaman), Penalaran Perseptual
(misalnya penalaran matriks, desain blok dan konsep gambar ). Memori Kerja
(mis. Pengurutan angka dan rentang digit) dan Kecepatan Pemrosesan (mis.
Pencarian simbol dan pengkodean). Itu Skala Kecerdasan Dewasa Wechsler —
Edisi ke-3 (WAIS-III®) diterbitkan pada tahun 1997, dan dapat digunakan
dengan orang dewasa antara usia 16 dan 89 tahun. Beberapa tes Wechsler
lainnya juga tersedia untuk psikolog yang berkualitas: Wechsler Memory Scale®
- Edisi ketiga- (WMS --- III®) (Wechsler, 1945/1997), Wechsler Primary dan
Preschool Scale of Intelligence ™ - Edisi Ketiga (WPPSI ™-III) (Wechsler,
1967/2002),Wechsler Abbreviated Scale of Intelligence (WASI) (Wechsler,
1999), Wechsler Nonverbal Scale of Ability (WNV) (Naglieri & Wechsler, 2006)
3. Kontribusi Utama
Kontribusi utama Wechsler dalam bidang psikologi intelegensi yaitu
mengembangkan beberapa penilaian, termasuk dua skala kecerdasan yang banyak
digunakan seperti: Skala Kecerdasan Wechsler untuk Anak-Anak (WISC, 1949;
WISC-IV®, 2003) dan Skala Kecerdasan Wechsler Dewasa (WAIS, 1955; WAIS-
III®, 1997). Wechsler juga berjasa dalam penggunaan IQ penyimpangan, atau
6
"DQ" pada tahun 1939. Dasar dari Wechsler membuat Deviasi standar adalah
karena pertimbangan adanya kelemahan penggunaan rasio MA/CA untuk
menghitung IQ. IQ deviasi tidak dihitung berdasarkan perbandingan MA/CA
sebagaimana perhitungan dari Binet, akan tetapi dihitung berdasarkan norma
kelompok (mean) dan dinyatakan dalam besarnya penyimpangan (deviasi standar)
dari norma kelompok tersebut. Dalam statistika, angka yang dinyatakan dalam
satuan deviasi standar disebut skor standar dan dirumuskan sebagai:
Skor standar = m+s [(X-M0/SX]
Dimana, m adalah mean skor standar yang diinginkan, s adalah deviasi standar
yang diinginkan, X adalah skor mentah yang akan dikonversikan, M adalah mean
distribusi skor mentah yang diperolehdan Sx adalah deviasi standar skor mentah
yang diperoleh.( Azwar, 2011)
B. Pandangan-Pandangan Umum Weschler tentang Intelegensi dan
pengukurannya
1. Sifat Kecerdasan
Menurut Wechsler Intelegensi adalah kemampuan agregat atau global dari
individu untuk bertindak secara sengaja untuk menjembatani dan menangani
secara efektif dengan fokus. Dikatakan global karena ciri perilaku individu secara
keseluruhan itu adalah agregat karena terdiri dari unsur-unsur atau kemampuan
yang, meskipun tidak sepenuhnya independen, secara kualitatif membedakan
(Wechsler, 1944). Dengan mengukur kemampuan ini, Weschler akhirnya
mengevaluasi kecerdasan. Tetapi kecerdasan tidak identik dengan jumlah
kemampuan ini semata, namun inklusif. Ada tiga alasan penting untuk hal ini: (1)
Produk tertinggi dari perilaku cerdas bukan hanya fungsi jumlah kemampuan atau
kualitas mereka tetapi juga dari jalan di mana mereka digabungkan, yaitu pada
konfigurasi mereka. (2) Faktor selain kemampuan intelektual, misalnya, dorongan
dan insentif, masuk ke dalam perilaku cerdas. (3) Akhirnya, sementara pesanan
yang berbeda dari perilaku intelli gent mungkin memerlukan berbagai tingkat
7
kemampuan intelektual, kelebihan kemampuan yang diberikan mungkin
menambahkan relatif sedikit keefektifan dari perilaku secara
keseluruhan. Tampaknya, sejauh yang umum dalam perhatian, kemampuan
intelektual seperti itu hanya masuk sebagai minimum yang diperlukan. Dengan
demikian untuk bertindak secara cerdas, seseorang harus dapat mengingat banyak
item, yaitu, memiliki memori yang kuat. Tetapi di luar titik tertentu kemampuan
ini tidak akan banyak membantu dalam mengatasi situasi kehidupan dengan
sukses. Ini benar bahkan untuk kapasitas yang lebih penting, seperti kemampuan
untuk bernalar, terutama ketika terspesialisasi.
Kemampuan penalaran yang tidak biasa dari ahli matematika lebih
berkorelasi dengan hal yang pada akhirnya kita ukur sebagai kecerdasan daripada
memori semata, tetapi memiliki kemampuan ini bukanlah jaminan bahwa perilaku
secara keseluruhan akan sangat cerdas dalam arti yang didefinisikan di
atas. Setiap pembaca akan mampu mengingat orang-orang dengan kemampuan
intelektual yang tinggi di bidang tertentu, yang mereka tidak ragu-ragu gambarkan
sebagai di bawah rata-rata dalam kecerdasan umum. Meskipun kecerdasan bukan
sekadar jumlah kemampuan intelektual, satu-satunya cara kita dapat
mengevaluasinya secara kuantitatif adalah dengan mengukur berbagai aspek dari
kemampuan ini. Tidak ada kontradiksi di sini kecuali kita bersikeras pada
identitas kecerdasan umum dan kecerdasan intelektual. Wechsler tidak
mengidentifikasi, misalnya listrik, dengan cara mengukurnya. Pengukuran tentang
listrik terdiri atas catatan kuantitatif dari efek kimia, termal dan
magnetiknya. Tetapi efek ini tidak identik dengan "barang" yang menghasilkan
mereka. Umum dalam keadaan cerdas, seperti listrik, dapat dianggap sebagai
semacam energi. Kita tidak tahu apa sifat utama energi ini, tetapi seperti dalam
kasus listrik, kita mengetahuinya dengan hal-hal yang dilakukannya atau, lebih
baik, oleh hal-hal yang memungkinkan kita melakukan seperti membuat asosiasi
yang sesuai di antara peristiwa-peristiwa, menggambar kesimpulan benar dari
proposisi, memahami arti kata-kata, memecahkan masalah matematika atau
membangun jembatan (Weschsler, 1944)
8
Profesor Thorndike adalah orang yang pertama kali mengembangkan
dengan jelas gagasan bahwa pengukuran kecerdasan pada dasarnya terdiri dari
beberapa evaluasi kualitatif dan kuantitatif dari produksi mental dalam hal jumlah
mereka, dan keunggulan atau kecepatan yang mereka pakai . Itulah satu-satunya
fungsi yang bisa dimiliki oleh setiap ukuran kecerdasan. Kemampuan hanyalah
produk mental yang disortir ke dalam kelas atau jenis operasi yang berbeda
(Wechsler, 1944). Dengan demikian, kelas operasi yang terdiri dari secara efektif
menghubungkan satu fakta dengan yang lain dan mengingat salah satu
ataukeduanya pada waktu yang tepat disebut belajar; bahwa untuk menarik
kesimpulan atau mengurangi hubungan di antara mereka, kemampuan
penalaran; bahwa hanya mempertahankan mereka, memori. Psikolog yang lebih
tua cenderung menggunakan jumlah yang relatif kecil dari kelas-kelas tersebut
berdasarkan terutama pada jenis proses mental yang seharusnya terlibat. Baru-
baru ini para psikolog mulai menekankan tidak hanya proses tetapi juga
isi. Mereka tidak hanya berbicara tentang ingatan tetapi juga memori
pendengaran; tidak hanya dari penalaran tetapi dari penalaran abstrak, verbal atau
aritmatika.Dengan cara yang sama beberapa psikolog mulai membedakan
berbagai jenis kecerdasan. Thorndike, misalnya, telah menyarankan
pengelompokan dalam ketegasan ke dalam tiga tipe utama: (1) kecerdasan abstrak
atau verbal / melibatkan fasilitas dalam penggunaan simbol; (2) kecerdasan
praktis, dalam memanfaatkan fasilitas dalam memanipulasi objek; (3) kecerdasan
sosial, melibatkan fasilitas dalam berurusan dengan manusia. Yang penting
tentang klasifikasi ini adalah bahwa hal itu menekankan apa yang dapat dilakukan
seseorang sebaik cara melakukannya (Wechsler, 1944)
Perbedaan antara fungsi dan konten ini sepenuhnya dibenarkan oleh bukti
eksperimental. Peringkat yang dicapai seseorang pada suatu pemeriksaan intelijen
sangat bergantung pada jenis tes yang digunakan. Skornya pada tes yang sebagian
besar terdiri dari item verbal mungkin berbeda secara signifikan dari yang
diperoleh pada tes yang melibatkan pertanyaan pemahaman sosial dan masih lebih
dari tes lain yang terdiri dari item yang melibatkan reaksi psikomotorik dan
9
persepsi hubungan spasial. Meskipun hasil tes menunjukkan bahwa peringkat
yang dicapai individu akan sering bergantung pada jenis tes kecerdasan yang
digunakan, mereka juga menunjukkan kecenderungan yang berlawanan. Ketika
sejumlah besar individu diperiksa dengan berbagai tes kecerdasan, mereka yang
membuat skor tinggi pada salah satu dari mereka cenderung membuat skor tinggi
pada yang tersisa; dan hal yang sama berlaku bagi mereka yang membuat skor
rendah dan menengah. Karakteristik ganda kemampuan manusia ini kekhususan
mereka di satu sisi dan kesalingtergantungan pada yang lain telah lama didahului
oleh para psikolog. Tetapi sayangnya, reaksi terhadap pengamatan ini bukan
untuk menerimanya sebagai sebuah fakta, melainkan sebagai dilema logis yang
harus diloloskan oleh seseorang.
2. Pengukuran Intelegensi dan Kritiknya terhadap Binet
Salah satu cara yang sering dilakukan untuk menyatakan tinggi rendahnya
tinfkat intelegensi adalah menterjemahkan hasil tes pengukuran intelegensi ke
dalam angka yang dapat menjadi petunjuk mengenai kedudukan tinfkat
kecerdasan seseorang bila dibandingkan secara realtif terhadap suatu norma
(Azwar, 2011). Pengukuran yang lazin secara tradisional , angka normatif dari
hasil tes intelegensi dinyatakan dalam bentuk rasio (quotient) dan dinamakan
intelligence quotient (IQ). Istilah ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1912
oleh seorang ahli psikologi Jerman bernama William Stern. Pada tahun 1916
istilah IQ rsmi digunakan setelah Lewis Madison Terman menerbitkan revisi tes
Binet.
Pertama kali digunakan secara resmi angka IQ dihitung menggunakan
skala Binet, yaitudengan membandingkan skor tes yang diperoleh seorang anak
dengan usia anak tersebut, dan dituangkan dalam rumus:
IQ = (MCA/CA) x 100
Dimana, MA adalah Mental Age (usia Mental), CA adalah Chronological Age
(usia Kronologis) dan 100 adalah angka konstanta untuk menghindari bilangan
desimal.
10
Gagasan pokok dalam perumusan rasio MA/CA adalah perbandingan
relatif antarausis kronologis dengan usia mentalyang telah ditentuka berdasarkan
rata-rataskor pada kelompok usia tersebut. Seorang yang berintelegensi normal,
diharapkan pada usia 5 tahun akan mencapai usia mental 5 tahun, pada usia 7
tahunan akan mencapai usia mental 7 tahun, demikian seterusnya karena memang
demikianlah batasan pengertian intelegensi normal. Akan tetapi ternyata
hubungan linear seperti itu tidak ditemui dalam kenyataan sebenarnya. Setelah
memasuki usia remaja akhir, rupanya usia mental sseorang tidak lagibanyak
berubah, justru cenderung turun.Rata-rata skor tes IQ di umur 40 tahuan, relatif
sama dengan skor yang dihasilkan pada tes di umur 15 tahun. Apabila
perbandingan skala Binet MA/CA ini terus digunakan maka angka IQ yang
diperoleh akan semakin mengecil sejalan dengan bertambahnya usia kronologis.
Hal tersebut berarti semakin tua IQ seseorang semakin menurun. Semakin tua
semakin bodoh. Hal ini tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya.
Oleh karena itu Wechsler, sebagaimana telah disinggung di atas,
memperkenalkan konsep penghitungan Iqyang disebut IQ deviasi. Dasar dari
Wechsler membuat Deviasi standar adalah karena pertimbangan adanya
kelemahan penggunaan rasio MA/CA untuk menghitung IQ. IQ deviasi tidak
dihitung berdasarkan perbandingan MA/CA sebagaimana perhtungan dari Binet,
akan tetapi dihitung berdasarkan norma kelompok (mean) dan dinyatakan dalam
besarnya penyimpangan (deviasi standar) dari norma kelompok tersebut. Dalam
statistika, angka yang dinyatakan dalam satuan deviasi standar disebut skor
standar dan dirumuskan sebagai:
Skor standar = m+s [(X-M0/SX]
Dimana, m adalah mean skor standar yang diinginkan, s adalah deviasi standar
yang diinginkan, X adalah skor mentah yang akan dikonversikan, M adalah mean
distribusi skor mentah yang diperolehdan Sx adalah deviasi standar skor mentah
yang diperoleh.( Azwar, 2011). Sebagai contoh, misalnya dari suatu kelompok
besar subjek yang berusia 16 tahun yang diberi tes intelegensi, diperoleh mean
distribusi skor M = 70 dan deviasi standar Sx = 10 . Bila skor subjek dalam tes itu
11
(X)hendak diubah menjadi IQ-Deviasi yang mempunyai m = 100 dan s = 15,
maka perhitungannya akan menggunakanrumusan IQ-Deviasi = 100 + 15 [(X-
70)/10]. Dengan demikian, untuk kelompok usia 16 tahun diperoleh hasil konversi
IQ-deviasi sesuai dengan tabel berikut:
Skor x IQ-Deviasi
60 100+15[(60-70)/10] = 85,00
65 100+15[(65-70)/10] = 92,50
70 100+15[(70-70)/10] = 100,00
75 100+15[(75-70)/10] = 107,05
80 100+15[(80-70)/10] = 115,00
C. Skala Kecerdasan Wechsler untuk Anak-Anak ( WISC )
Skala Kecerdasan Wechsler untuk Anak-Anak (WISC),
yang dikembangkan oleh David Wechsler , adalah seorang individu yang
dikelola tes kecerdasan untuk anak-anak antara usia 6 dan 16. Edisi Kelima
(WISC-V; Wechsler, 2014) adalah versi terbaru. WISC-V membutuhkan waktu
45–65 menit untuk menjalankannya. Ini menghasilkan IQ Skala Penuh
(sebelumnya dikenal sebagai intelligence quotient atau Skor IQ ) yang mewakili
kemampuan intelektual umum anak. Ini juga menyediakan lima nilai indeks
utama: Indeks Pemahaman Verbal, Indeks Spasial Visual, Indeks Penalaran
Cairan, Indeks Memori Kerja, dan Indeks Kecepatan Pemrosesan. Indeks-indeks
ini mewakili kemampuan anak dalam domain kognitif diskrit. Lima skor komposit
tambahan dapat berasal dari berbagai kombinasi subtest primer atau primer dan
sekunder. Lima subtema komplementer menghasilkan tiga skor komposit
komplementer untuk mengukur kemampuan kognitif terkait yang relevan dengan
penilaian dan identifikasi spesifik ketidakmampuan belajar,
khususnya disleksia dan dyscalculia . Variasi dalam prosedur dan tujuan
12
pengujian dapat mengurangi waktu penilaian hingga 15-20 menit untuk penilaian
indeks utama tunggal, atau meningkatkan waktu pengujian hingga tiga jam atau
lebih untuk penilaian lengkap, termasuk semua indeks primer, tambahan, dan
pelengkap.
1. Sejarah
WISC asli (Wechsler, 1949) adalah adaptasi dari beberapa subtest yang
membentuk Wechsler – Bellevue Intelligence Scale (Wechsler, 1939) tetapi juga
menampilkan beberapa subtes yang dirancang khusus untuk itu. Subtes disusun
dalam skala Verbal dan Kinerja dan memberikan skor untuk Verbal IQ (VIQ),
Performance IQ (PIQ), dan Full Scale IQ (FSIQ). Setiap edisi berturut-turut telah
kembali bernorma tes untuk mengkompensasi Flynn efek , memastikan tidak
hanya bahwa norma-norma tidak menjadi usang yang disarankan untuk
menghasilkan nilai inflasi pada langkah-langkah intelijen, tetapi bahwa mereka
mewakili populasi saat ini (Flynn, 1984, 1987, 1999; Matarazzo ,
1972). Pembaruan dan penyempurnaan tambahan termasuk perubahan pada
pertanyaan untuk membuat mereka kurang bias terhadap minoritas dan perempuan
dan materi yang diperbarui untuk membuatnya lebih berguna dalam administrasi
tes. Edisi revisi diterbitkan pada 1974 sebagai WISC-R (Wechsler, 1974),
menampilkan subtest yang sama. Namun, rentang usia diubah dari 5-15 menjadi
6-16.
Edisi ketiga diterbitkan pada tahun 1991 (WISC-III; Wechsler, 1991) dan
membawa subtest baru sebagai ukuran kecepatan pemrosesan. Selain skor VIQ,
PIQ, dan FSIQ tradisional, empat skor indeks baru diperkenalkan untuk mewakili
domain fungsi kognitif yang lebih sempit: Indeks Verbal Comprehension (VCI),
Indeks Organisasi Perseptual (POI), Kebebasan dari Indeks Distractibility ( FDI),
dan Indeks Kecepatan Pengolahan (PSI). Itu WISC-IV diproduksi pada tahun
2003. The WISC-V diterbitkan pada tahun 2014. The WISC-V memiliki total
21 subtes. Ini menghasilkan 15 skor komposit.
13
2. Format Pengujian
The WISC adalah salah satu tes dalam rangkaian kecerdasan
Wechsler. Subyek 16 dan lebih diuji dengan Skala Kecerdasan Dewasa
Wechsler (WAIS), dan anak-anak usia dua tahun dan enam bulan hingga tujuh
tahun dan tujuh bulan diuji dengan Wechsler Preschool dan Skala Intelijen
Primer (WPPSI). Ada beberapa tumpang tindih antara tes: anak-anak berusia 6
tahun 0 bulan sampai 7 tahun 7 bulan dapat menyelesaikan WPPSI atau
WISC; anak-anak berusia 16 tahun dapat menyelesaikan WISC-V atau WAIS IV.
Berbeda efek lantai dan efek langit-langit dapat dicapai dengan menggunakan
tes yang berbeda, memungkinkan untuk pemahaman yang lebih besar tentang
kemampuan atau defisit anak. Ini berarti bahwa remaja 16 tahun yang memiliki
kecacatan intelektual dapat diuji menggunakan WISC-V sehingga dokter dapat
melihat lantai pengetahuan mereka (tingkat terendah). Ada lima nilai indeks
utama, Indeks Verbal Comprehension ( VCI ), Visual Spatial Index ( VSI ),
Indeks Penalaran Cairan ( FRI ), Indeks Memori Kerja ( WMI ), dan Indeks
Kecepatan Pengolahan ( PSI ). Dua subtes harus diberikan untuk mendapatkan
masing-masing skor indeks utama; dengan demikian, total 10 subtes adalah
subtest primer. Skala Penuh IQ berasal dari 7 dari 10 subtes utama: Subjek
Pemahaman Verbal, satu subtest Visual Spasial, dua subteks Penalaran Cairan,
satu subtest Memori Kerja, dan satu Subtes Pengolahan Kecepatan. Pemahaman
Verbal dan Penentuan Cairan ditimbang lebih berat dalam Skala Penuh IQ untuk
mencerminkan pentingnya kemampuan mengkristal dan cairan dalam model
kecerdasan modern (Wechsler, 2014).
VCI berasal dari Subtitel Kesamaan dan Kosakata. Subjek skala
Pemahaman Verbal dijelaskan di bawah ini:
a. Persamaan - (primer, FSIQ) menanyakan bagaimana dua kata serupa /
serupa.
b. Kosa kata - Pemeriksaan (primer, FSIQ) diminta untuk mendefinisikan
kata yang disediakan
c. Informasi (sekunder) - pengetahuan umum pertanyaan.
14
d. Pemahaman - (sekunder) pertanyaan tentang situasi sosial atau konsep
umum.
VCI adalah ukuran keseluruhan pembentukan konsep verbal
(kemampuan anak untuk alasan verbal) dan dipengaruhi oleh pengetahuan
semantik.
VSI berasal dari subtitel Block Design dan Visual Puzzles. Subtes ini
adalah sebagai berikut:
a. Desain Blok (primer, FSIQ) - anak-anak mengumpulkan blok merah-putih
dalam pola sesuai dengan model yang ditampilkan. Ini waktunya, dan
beberapa bonus penghargaan teka-teki yang lebih sulit untuk kecepatan.
b. Teka-teki Visual (utama) - anak-anak melihat teka-teki dalam buku
stimulus dan memilih dari antara potongan-potongan tiga yang dapat
membangun teka-teki.
VSI adalah ukuran pemrosesan spasial visual.
FRI berasal dari Matrix Penalaran dan gambar Bobot Subtes. Subtes
skala Penalaran Cairan dijelaskan di bawah ini:
a. Penalaran Matriks (primer, FSIQ) - anak-anak diperlihatkan berbagai
gambar dengan satu kotak yang hilang, dan pilih gambar yang sesuai
dengan susunan dari lima opsi.
b. Figure Weights (primary, FSIQ) - anak-anak melihat buku stimulus yang
gambar bentuk pada skala (atau skala) dengan satu sisi kosong dan pilih
pilihan yang menjaga skala seimbang.
c. Konsep Gambar (sekunder) - anak-anak disediakan dengan serangkaian
gambar yang disajikan dalam baris (baik dua atau tiga baris) dan diminta
untuk menentukan gambar mana yang disatukan, satu dari setiap baris.
d. Hitung (sekunder) - pertanyaan aritmatika yang diberikan secara
lisan. Waktunya.
FRI adalah ukuran penalaran induktif dan kuantitatif.
15
WMI berasal dari subtest Digit Span dan Picture Span. Subtes skala
Memori Kerja adalah sebagai berikut:
a. Digit Span (primer, FSIQ) - anak-anak diberi urutan angka secara lisan
dan diminta untuk mengulanginya, seperti yang terdengar dan dalam
urutan terbalik.
b. Span Gambar (utama) - anak-anak melihat gambar dalam buku stimulus
dan memilih dari opsi untuk menunjukkan gambar yang mereka lihat, jika
memungkinkan.
c. Letter-Number Sequencing (secondary) - anak-anak diberikan serangkaian
angka dan huruf dan diminta untuk memberikannya kepada penguji dalam
urutan yang telah ditentukan.
The WMI adalah ukuran kemampuan memori kerja.
PSI tersebut berasal dari subtitel Penelusuran Coding dan
Simbol. Subtes Pengolahan Kecepatan adalah sebagai berikut:
a. Pengodean (primer, FSIQ) - anak-anak di bawah 8 baris menandai bentuk
dengan garis yang berbeda sesuai dengan kode, anak di atas 8 menuliskan
kode digit-simbol. Tugasnya dibatasi waktu dengan bonus untuk
kecepatan.
b. Pencarian Simbol (utama) - anak-anak diberikan baris simbol dan simbol
target, dan diminta untuk menandai apakah simbol target muncul di setiap
baris.
c. Pembatalan (sekunder) - anak-anak memindai pengaturan gambar secara
acak dan terstruktur dan menandai gambar target tertentu dalam waktu
terbatas.
PSI adalah ukuran kecepatan pemrosesan.
Publikasi WISC-V tahun 2014 memuat lima nilai indeks tambahan yang
mungkin diturunkan untuk tujuan atau situasi klinis khusus: Indeks Penalaran
Kuantitatif ( QRI ), Indeks Memori Kerja Auditori ( AWMI ), Indeks Nonverbal
16
( NVI ), Umum Indeks Kemampuan ( GAI ), dan Indeks Kecakapan Kognitif
( CPI ). Tiga dari nilai indeks pendukung ini (NVI, GAI, dan CPI) dapat
diturunkan dari 10 subtest primer. QRI dan AWMI masing-masing dapat
diturunkan dengan mengelola satu subtest tambahan dari subtes yang berada
dalam salah satu dari lima skala utama (skala Pemahaman Verbal, Indeks Spasial
Visual, skala Penalaran Fluid, skala Memori Kerja, dan skala Kecepatan Proses)
tetapi tidak utama. Himpunan subtes ini disebut subtest sekunder (Wechsler,
2014).
Dua nilai indeks tambahan disebut nilai indeks yang diperluas dirilis
setahun setelah publikasi 2014, jadi tidak termasuk dalam manual yang
diterbitkan. Ini adalah Verbal (Expanded Crystallized) Index ( VECI ) dan
Expanded Fluid Index ( EFI ) ( Raiford , Drozdick , Zhang, & Zhou, 2015 ).
Tiga skor indeks komplementer tersedia untuk mengukur proses kognitif
yang penting untuk pencapaian dan sensitif terhadap ketidakmampuan belajar
tertentu. Skor indeks komplementer adalah Naming Speed Index (NSI), yang
dirancang untuk mengukur penamaan otomatis yang cepat , dan Indeks
Terjemahan Simbol, yang dirancang untuk mengukur memori asosiatif visual-
verbal, yang kadang-kadang disebut pembelajaran berpasangan visual-verbal yang
dipasangkan dalam literatur yang diterbitkan ( Wechsler, 2014). Skala Penentuan
Kecepatan berisi Naming Speed Literacy, yang mengukur penamaan otomatis
cepat , dan Naming Speed Literacy, yang merupakan satu-
satunya ukuran penomoran kuantitas cepat yang dipublikasikan dan normed , juga
dikenal sebagai subitizing . Naming Speed Quantity secara unik sensitif terhadap
prestasi matematika dan ketidakmampuan belajar tertentu dalam matematika
( Raiford et al., 2016 ; Wechsler, Raiford , & Holdnack , 2014 ).
3. Sifat Psikometrik
Sampel normatif WISC-V terdiri dari 2.200 anak-anak antara usia 6 dan
16 tahun 11 bulan. Selain sampel normatif, sejumlah sampel kelompok khusus
dikumpulkan, termasuk yang berikut: anak-anak yang diidentifikasi sebagai
berbakat intelektual, anak-anak dengan cacat intelektual ringan atau sedang, anak-
17
anak dengan gangguan belajar tertentu (membaca, ekspresi tertulis, dan
matematika), anak-anak dengan ADHD , anak-anak dengan perilaku
mengganggu, anak-anak yang Pembelajar Bahasa Inggris, anak-anak dengan
gangguan spektrum autisme dengan gangguan bahasa, anak-anak dengan
gangguan spektrum autisme tanpa gangguan bahasa, dan anak-anak dengan cedera
otak traumatis.
WISC – V juga dikaitkan dengan ukuran pencapaian, perilaku adaptif,
fungsi eksekutif, dan perilaku dan emosi. Studi kesetaraan juga dilakukan dalam
keluarga Wechsler dari tes dan dengan tes Kaufman (KABC-II) memungkinkan
perbandingan antara berbagai skor kemampuan intelektual selama masa
hidup. Sejumlah penelitian bersamaan dilakukan untuk menguji reliabilitas dan
validitas skala. Bukti validitas konvergen dan diskriminan dari WISC-V
disediakan oleh studi korelasional dengan instrumen berikut: WISC –
IV, WPPSI –IV, WAIS –IV, WASI – II, KABC – II, KTEA – 3, WIAT –III,
NEPSY – II, Vineland – II, dan BASC – II. Bukti validitas konstruk diberikan
melalui serangkaian studi faktor-analitik dan perbandingan rata-rata menggunakan
sampel yang cocok dari kelompok khusus dan anak-anak nonklinis.
4. Penggunaan
The WISC digunakan tidak hanya sebagai tes kecerdasan, tetapi sebagai
alat klinis. Beberapa praktisi menggunakan WISC sebagai bagian dari penilaian
untuk mendiagnosis gangguan hiperaktivitas perhatian-defisit (ADHD)
dan ketidakmampuan belajar , misalnya. Ini biasanya dilakukan melalui proses
yang disebut analisis pola , di mana berbagai skor subtes dibandingkan satu
sama lain ( ipsative scoring) dan kelompok skor yang sangat rendah dalam
hubungannya dengan yang lain dicari. David Wechsler sendiri menyarankan ini
pada tahun 1958 (Kaplan, Robert, Saccuzzo , Dennis, 2009).
Namun, penelitian ini tidak menunjukkan ini menjadi cara yang efektif
untuk mendiagnosis ADHD atau ketidakmampuan belajar (Watkins, MW,
Kush, J., & Glutting, JJ, 1997). Sebagian besar anak-anak dengan ADHD tidak
menampilkan subtes tertentu secara substansial di bawah yang lain, dan banyak
18
anak-anak yang menampilkan pola-pola seperti itu tidak memiliki ADHD. Pola
lain untuk anak-anak dengan ketidakmampuan belajar menunjukkan kekurangan
yang sama kegunaan WISC sebagai alat diagnostik (Ward, SB, Ward, TJ, Hatt,
Young, & Mollner , NR (1995). Meskipun, ketika teori Cattell Horn Carrol (CHC)
digunakan untuk menginterpretasi subtes WISC – V, hal-hal cenderung lebih
masuk akal.
Ketika mendiagnosis anak-anak, praktik terbaik menunjukkan bahwa
baterai multi-tes (yaitu, evaluasi multi-faktor) harus digunakan sebagai masalah
belajar, perhatian, dan kesulitan emosional dapat memiliki gejala yang sama,
terjadi bersamaan, atau saling mempengaruhi satu sama lain. Sebagai contoh,
anak-anak dengan kesulitan belajar dapat menjadi terganggu secara emosional dan
dengan demikian mengalami kesulitan konsentrasi, mulai menunjukkan masalah
perilaku, atau keduanya. Anak-anak dengan GPPI atau ADHD dapat
menunjukkan kesulitan belajar karena masalah atensi mereka atau juga memiliki
gangguan belajar atau ketidakmampuan (atau tidak memiliki apa-
apa). Singkatnya, sementara diagnosis kesulitan masa kanak-kanak atau orang
dewasa tidak boleh dibuat hanya berdasarkan IQ (atau wawancara, pemeriksaan
dokter, laporan orang tua, tes lain, dll.), Tes kemampuan kognitif dapat membantu
mengesampingkan, bersama dengan tes dan sumber informasi, penjelasan lain
untuk masalah, mengungkap masalah co-morbid, dan menjadi sumber informasi
yang kaya ketika benar dianalisis dan perawatan diambil untuk menghindari
mengandalkan hanya pada skor IQ ringkasan tunggal (Sattler, Dumont,
& Coalson , 2016 ).
WISC dapat digunakan untuk menunjukkan ketidaksesuaian antara
kecerdasan anak dan penampilannya di sekolah (dan inilah perbedaan yang dicari
oleh psikolog sekolah ketika menggunakan tes ini). Dalam pengaturan klinis,
ketidakmampuan belajar dapat didiagnosis melalui perbandingan skor dan skor
kecerdasan pada tes prestasi, seperti Woodcock Johnson III atau Wechsler
Individual Achievement Test II. Jika prestasi seorang anak berada di bawah apa
yang diharapkan sesuai dengan tingkat fungsi intelektual mereka (seperti yang
19
berasal dari tes IQ seperti WISC-IV), maka ketidakmampuan belajar mungkin
ada.Psikolog dan peneliti lain percaya bahwa WISC dapat digunakan untuk
memahami kompleksitas pikiran manusia dengan memeriksa setiap subtest dan
dapat, memang, membantu dalam mendiagnosis ketidakmampuan belajar.
Selanjutnya, WISC dapat digunakan sebagai bagian dari baterai penilaian
untuk mengidentifikasi bakat intelektual, kesulitan belajar, dan kekuatan dan
kelemahan kognitif. Ketika dikombinasikan dengan tindakan lain seperti Adaptive
Behavior Assessment System – II (ABAS – II; Harrison & Oakland, 2003) dan
Skala Memori Anak-Anak ( CMS ; Cohen, 1997) utilitas klinisnya dapat
ditingkatkan. Kombinasi seperti ini memberikan informasi tentang fungsi kognitif
dan adaptif, yang keduanya diperlukan untuk diagnosis yang tepat dari kesulitan
belajar dan pembelajaran dan fungsi memori menghasilkan gambaran yang lebih
kaya dari fungsi kognitif anak.
The WISC – V terkait dengan Tes Kaufman Prestasi Pendidikan – Edisi
Ketiga (KTEA – 3; Kaufman & Kaufman, 2014) dan Wechsler Individual
Achievement Test- III (WIAT – III; Pearson, 2009), ukuran pencapaian
akademik. Keterkaitan ini memberikan informasi tentang kemampuan kognitif
dan prestasi akademik pada anak-anak. Tes fungsi intelektual digunakan secara
luas dalam pengaturan sekolah untuk mengevaluasi defisit kognitif tertentu yang
dapat berkontribusi pada prestasi akademik rendah, dan untuk memprediksi
prestasi akademik masa depan. Menggunakan WISC-V sedemikian rupa
memberikan informasi untuk tujuan intervensi pendidikan, seperti intervensi yang
membahas kesulitan belajar dan defisit kognitif.
The WISC-V juga dapat digunakan untuk menilai perkembangan kognitif
anak, sehubungan dengan usia kronologis anak. Menggunakan perbandingan
tersebut dengan sumber data lain, WISC dapat menyumbangkan informasi
mengenai perkembangan anak dan kesejahteraan psikologis. Skor yang sangat
tinggi atau sangat rendah mungkin menunjukkan faktor yang berkontribusi untuk
kesulitan penyesuaian dalam konteks sosial yang menghadirkan masalah dalam
20
menerima keragaman perkembangan tersebut (atau yang tidak dapat
mengakomodasi lebih dari tingkat tertentu fungsi kognitif yang tinggi.)
5. Terjemahan dan aplikasi di berbagai negara
WISC telah diterjemahkan atau diadaptasi ke banyak bahasa, dan norma-
norma telah ditetapkan untuk sejumlah negara, termasuk Spanyol, Portugis (Brasil
dan Portugal), Arab, Norwegia, Swedia, Finlandia, Ceko, Kroasia, Prancis
(Prancis dan Kanada), Jerman (Jerman, Austria, dan Swiss), Inggris (Amerika
Serikat, Kanada, Inggris Raya, Australia), Welsh , Belanda , Jepang, Cina
(Hong Kong), Korea (Korea Selatan), Yunani, Rumania, Slovenia dan
Italia. Norma terpisah ditetapkan dengan setiap terjemahan. (Norwegia
menggunakan norma Swedia). India menggunakan Skala Intelijen Malin untuk
Anak (MISIC), sebuah adaptasi dari WISC (Shyam , Radhey ; Khan, Azizudin,
2009). Edisi keempat WISC diadaptasi dan distandarisasi untuk India pada
tahun 2012. Versi Jepang dari WISC-IV dikembangkan oleh psikolog Jepang
Kazuhiko Ueno, Kazuhiro Fujita,Hisao Maekawa , Toshinori Ishikuma ,
Hitoshi Dairoku , dan Osamu Matsuda.
D. Skala Kecerdasan Dewasa Wechsler ( WAIS )
Skala Kecerdasan Dewasa Wechsler ( WAIS ) adalah sebuah tes
IQ dirancang untuk mengukur intelijen dan kemampuan kognitif pada orang
dewasa dan remaja yang lebih tua ( Kaufman, 20100). WAIS asli (Formulir I)
diterbitkan pada Februari 1955 oleh David Wechsler , sebagai revisi Skala
Kecerdasan Wechsler – Bellevue, dirilis pada tahun 1939 (Kaufman, 2010). Saat
ini dalam edisi keempat (WAIS-IV) yang dirilis pada tahun 2008 oleh Pearson ,
dan merupakan tes IQ yang paling banyak digunakan, untuk orang dewasa dan
remaja yang lebih tua, di dunia. Pengumpulan data untuk versi berikutnya (WAIS
5) dimulai pada tahun 2016 dan diproyeksikan akan selesai pada 2019.
21
1. Sejarah
WAIS didirikan berdasarkan definisi Wechsler kecerdasan , yang ia
definisikan sebagai "... kemampuan global seseorang untuk bertindak dengan
sengaja, untuk berpikir rasional, dan untuk menangani lingkungannya secara
efektif." (Wechsler,1939). Dia percaya bahwa intelijen terdiri dari unsur-unsur
spesifik yang dapat diisolasi, ditentukan, dan kemudian diukur. Namun, elemen-
elemen individu ini tidak sepenuhnya independen, tetapi semuanya saling
terkait. Argumennya, dengan kata lain, adalah bahwa kecerdasan umum terdiri
dari berbagai fungsi atau elemen yang spesifik dan saling terkait yang dapat
diukur secara individual( Kaplan, R. M.; Saccuzzo, D. P.,2010).
Teori ini sangat berbeda dari Skala Binet yang, pada masa Wechsler,
umumnya dianggap sebagai otoritas tertinggi berkenaan dengan pengujian
intelijen. Versi baru yang sangat direvisi dari skala Binet , dirilis pada tahun 1937,
menerima banyak kritik dari David Wechsler (setelah Wechsler – Bellevue
Intelligence scale dan Wechsler Adult Intelligence Scale IV diberi nama).
Wechsler adalah seorang advokat yang sangat berpengaruh untuk konsep faktor
non-intellective, dan ia merasa bahwa skala Binet 1937 tidak melakukan
pekerjaan yang baik dengan memasukkan faktor-faktor ini ke dalam skala (faktor
non-intellective adalah variabel yang berkontribusi pada skor keseluruhan dalam
kecerdasan, tetapi tidak terdiri dari hal-hal yang berkaitan dengan kecerdasan,
termasuk hal-hal seperti kurangnya kepercayaan diri, takut gagal, sikap, dll.).
Wechsler tidak setuju dengan gagasan skor tunggal yang diberikan
tes Binet ( Kaplan, R. M.; Saccuzzo, D. P.,2010). Wechsler berpendapat
bahwa item skala Binet tidak berlaku untuk orang yang mengambil tes dewasa
karena item dipilih secara khusus untuk digunakan bersama anak-anak
(Shyam , Radhey ; Khan, Azizudin, 2009).
22
Skala Binet yang menekankan pada kecepatan, dengan tugas yang
waktunya tersebar di seluruh skala, cenderung terlalu mengganggu orang dewasa
yang lebih tua (Kaplan, Saccuzzo,2010). Wechsler percaya bahwa norma-norma
usia mental jelas tidak berlaku untuk orang dewasa
(Shyam , Radhey ; Khan, Azizudin ,2009). Wechsler mengkritik skala Binet
yang ada karena hal tersebut tidak menganggap bahwa kinerja intelektual bisa
memburuk sebagai orang yang tumbuh dewasa. Kritik
terhadap tes Binet 1937 membantu menghasilkan skala Wechsler-Bellevue, yang
dirilis pada tahun 1939. Sementara skala ini telah direvisi (sehingga sekarang
WAIS-IV), banyak konsep asli Wechsler berpendapat, telah menjadi standar
dalam pengujian psikologis , termasuk konsep skala poin dan konsep skala
kinerja. ( Kaplan, R. M.; Saccuzzo, D. P.,2010).
2. Wechler-Bellevue Intelligence Scale
Tes Wechsler-Bellevue dianggap sangat inovatif inovatif pada tahun 1930-
an karena test tersebut: merupakan tugas yang dikumpulkan dibuat untuk tujuan
nonklinis untuk administrasi sebagai uji baterai klinis (Kaufman,.Lichtenberger,
Elizabeth 2006), menggunakan konsep skala titik bukan skala usia, dan
termasuk skala kinerja non-verbal (Nicolas, Andrieu, Croizet, Sanitioso, R. B., &
Burman, 2013).
Konsep skala titik
Dalam skala Binet (sebelum versi 1986) item dikelompokkan sesuai
dengan tingkat usia. Setiap tingkat usia ini terdiri dari sekelompok tugas yang
dapat dilalui oleh dua pertiga hingga tiga perempat dari individu di tingkat itu. Ini
berarti bahwa barang-barang itu tidak diatur menurut konten. Selain itu, seorang
individu yang mengambil tes Binet hanya akan menerima kredit jika sejumlah
tugas telah diselesaikan. Ini berarti bahwa jatuh pendek hanya satu tugas yang
diperlukan untuk kredit, mengakibatkan tidak ada kredit sama sekali (misalnya,
jika melewati tiga dari empat tugas diminta untuk menerima kredit, kemudian
melewati dua tidak menghasilkan kredit). (Kaplan, R. M.; Saccuzzo, D. P. 2010).
23
Konsep skala titik secara signifikan mengubah cara pengujian dilakukan
dengan menetapkan kredit atau poin untuk setiap item. Ini memiliki dua efek
besar. Pertama, ini memungkinkan item dikelompokkan sesuai dengan
konten. Kedua, peserta dapat menerima sejumlah poin atau kredit untuk setiap
item yang diteruskan (Flynn, 1999). Hasilnya adalah tes yang dapat terdiri dari
area konten yang berbeda (atau subtests) dengan skor keseluruhan dan skor untuk
setiap area konten. Pada gilirannya, ini memungkinkan analisis untuk dibuat dari
kemampuan individu dalam berbagai bidang konten (sebagai lawan dari satu skor
umum). (Kaplan, R. M.; Saccuzzo, D. P. 2010).
Skala Performa Non-Verbal
Skala kinerja non-verbal juga merupakan perbedaan penting
dari skala Binet . Karena skala awal Binet telah terus-menerus dan secara
konsisten dikritik karena penekanannya pada bahasa dan keterampilan
verbal," (Kaplan, R. M.; Saccuzzo, D. P. 2010). Wechsler membuat skala
keseluruhan yang memungkinkan pengukuran kecerdasan nonverbal. Ini dikenal
sebagai skala kinerja. Pada dasarnya, skala ini membutuhkan subjek untuk
melakukan sesuatu (seperti menyalin simbol atau menunjuk ke detail yang hilang)
daripada hanya menjawab pertanyaan. Ini adalah perkembangan penting ketika
mencoba untuk mengatasi bias yang disebabkan oleh "bahasa, budaya, dan
pendidikan (Kaplan, Saccuzzo, 2010). Selanjutnya, skala ini juga memberikan
kesempatan untuk mengamati jenis perilaku yang berbeda karena sesuatu yang
fisik diperlukan. Dokter dapat mengamati bagaimana seorang peserta bereaksi
terhadap "interval yang lebih lama dari usaha, konsentrasi, dan perhatian yang
berkelanjutan" yang diperlukan oleh tugas-tugas kinerja. (Kaplan, Saccuzzo,.
2010). Sementara skala Wechsler-Bellevue adalah yang pertama untuk secara
efektif menggunakan skala kinerja (yang berarti bahwa (1) ada kemungkinan
langsung membandingkan kecerdasan verbal dan nonverbal individu, dan (2)
bahwa hasil dari kedua skala diekspresikan dalam unit yang sebanding (Kaplan,
Saccuzzo,2010), gagasan tersebut telah ada untuk sementara
24
waktu. Skala Binet memiliki tugas kinerja (meskipun mereka diarahkan anak-
anak) dan ada seluruh tes yang dianggap suplemen atau alternatif (contoh seperti
tes kinerja adalah Skala Kinerja Internasional Leiter )(Kaplan, Saccuzzo, 2010).
3. WAIS
WAIS awalnya dibuat sebagai revisi dari Wechsler– Bellevue Intelijen
Skala (WBIS), yang merupakan baterai tes yang diterbitkan oleh Wechsler pada
tahun 1939. WBIS terdiri dari subtes yang dapat ditemukan dalam berbagai tes
kecerdasan lainnya pada saat itu, seperti Program pengujian tentara Robert
Yerkes dan Binet - Simon skala. WAIS pertama kali dirilis pada Februari 1955
oleh David Wechsler . Karena tes Wechsler termasuk item non-verbal (dikenal
sebagai skala kinerja) serta item verbal untuk semua peserta tes, dan karena
bentuk tahun 1960 Lewis Terman 's Stanford– Binet Intelligence
Scales kurang dikembangkan dengan hati-hati dari versi sebelumnya, Formulir I
dari WAIS melampaui tes Stanford- Binet yang populer pada tahun 1960-an.
(Kaufman, Alan S.; Lichtenberger, Elizabeth 2006).
4. WAIS-R
The WAIS-R, bentuk revisi WAIS, dirilis pada tahun 1981 dan terdiri dari
enam tes kinerja verbal dan lima. Tes verbal adalah: Informasi, Pemahaman,
Aritmatika, Digit Span, Persamaan, dan Kosakata. Subjek Kinerja adalah:
Pengaturan Gambar, Penyelesaian Gambar, Desain Blok, Perakitan Objek, dan
Simbol Digit. A IQ verbal, IQ kinerja dan skala penuh IQ diperoleh. Edisi revisi
ini tidak memberikan data validitas baru, tetapi menggunakan data dari WAIS
asli; Namun norma-norma baru disediakan, dengan hati-hati dikelompokkan
(Wechsler, 2009).
25
Gambar 1: Skala penuh Kecerdasan Intelektual pada WAIS-III
5. WAIS-III
The WAIS-III, revisi selanjutnya dari WAIS dan WAIS-R, dirilis pada
tahun 1997. Ini menyediakan skor untuk Verbal IQ, Performance IQ, dan Full
Scale IQ, bersama dengan empat indeks sekunder (Verbal Comprehension,
Working Memory, Perseptual Organisasi, dan Kecepatan Proses).
Verbal IQ (VIQ )
Termasuk tujuh tes dan menyediakan dua subindex ; pemahaman
verbal dan memori kerja. Indeks Verbal Comprehension (VCI) termasuk tes
berikut:
Informasi
Kesamaan
Kosa kata
Indeks Memori Kerja (WMI) termasuk:
Hitung
Digit Span
Pengurutan dan Pemahaman Nomor Surat tidak termasuk dalam indeks ini,
tetapi digunakan sebagai substitusi untuk subtest yang rusak dalam WMI dan
VCI, masing-masing.
26
Performance IQ (PIQ )
Termasuk enam tes dan itu juga menyediakan dua subindex ; organisasi
perseptual dan kecepatan pemrosesan.
Indeks Organisasi Perseptual (POI) termasuk:
Desain Blok
Penalaran Matriks
Penyempurnaan Gambar
Indeks Kecepatan Pengolahan (PSI) termasuk:
Digit Symbol-Coding
Pencarian Simbol
Dua tes; Pengaturan Gambar dan Perakitan Obyek tidak termasuk dalam
indeks. Keseluruhan Obyek tidak termasuk dalam PIQ.
6. WAIS-IV
Versi tes saat ini, WAIS-IV, yang dirilis pada tahun 2008, terdiri dari
10 subtes inti dan lima subtest tambahan, dengan 10 subtest inti yang terdiri
dari IQ Skala Penuh. Dengan WAIS-IV baru, subskala verbal / kinerja dari
versi sebelumnya telah dihapus dan digantikan oleh skor indeks. Indeks
Kemampuan Umum (GAI) dimasukkan, yang terdiri dari subtes Keseragaman,
Kosakata, dan Informasi dari Indeks Pemahaman Verbal dan Desain Blok,
Matriks Penalaran dan Subjek Puzzles Visual dari Indeks Penalaran
Persepsi . The GAI secara klinis berguna karena dapat digunakan sebagai
ukuran kemampuan kognitif yang kurang rentan terhadap gangguan
pengolahan dan memori kerja .
27
Skor indeks dan skala
Ada empat nilai indeks yang mewakili komponen utama
kecerdasan:Verbal Comprehension Index (VCI), Indeks Penalaran Persepsi
(PRI), Indeks Memori Kerja (WMI),Indeks Kecepatan Pengolahan (PSI). Dua
nilai luas, yang dapat digunakan untuk meringkas kemampuan intelektual
umum, juga dapat diturunkan: (a). IQ Skala Penuh (FSIQ), berdasarkan total
gabungan kinerja VCI, PRI, WMI, dan PSI, (b). General Ability Index
(GAI ), hanya berdasarkan pada enam subtes yang dimiliki oleh VCI dan PRI.
Tugas dikelompokkan berdasarkan indeks
Indeks Tugas Inti Deskripsi Kemampuan yang diusulkan diukur
Verbal Comprehension
Kesamaan
Para peserta diberikan dua kata atau konsep dan harus menjelaskan bagaimana mereka serupa.
Abstrak penalaran verbal; pengetahuan semantik
Kosa kata
Peserta harus menyebutkan objek dalam gambar atau mendefinisikan kata yang disajikan kepada mereka.
Pengetahuan semantik; pemahaman dan ekspresi verbal
Informasi Para peserta ditanyai tentang pengetahuan umum mereka.
Derajat informasi Umum diperoleh dari budaya
Pemahaman
Kemampuan untuk mengekspresikan konvensi sosial abstrak, aturan dan ekspresi
28
Penalaran Persepsi
Desain Blok
Pemrosesan spasial visual dan pemecahan masalah; konstruksi motorik visual
Penalaran Matriks
Pemecahan masalah abstrak nonverbal, penalaran induktif
Teka-teki Visual Penalaran spasial visual
Penyempurnaan Gambar
Kemampuan untuk cepat melihat detail visual
Angka Bobot Penalaran kuantitatif
Memori Kerja
Digit SpanPeserta harus mengingat serangkaian nomor secara berurutan.
Memori kerja, perhatian, encoding, pemrosesan pendengaran
Hitung Penalaran kuantitatif, konsentrasi, manipulasi mental
Urutan Nomor Surat
Peserta harus mengingat serangkaian angka dalam urutan yang meningkat dan huruf dalam urutan abjad.
Memori kerja, perhatian, kontrol mental
Kecepatan pemrosesan
Pencarian Simbol
Kecepatan pemrosesan
29
Pengodean Kecepatan pemrosesan, memori asosiatif, kecepatan grafomotor
Pembatalan Kecepatan pemrosesan
Standarisasi
WAIS-IV distandardisasi pada sampel 2.200 orang di Amerika Serikat
mulai usia 16 hingga 90(Wechsler, 2008). Perpanjangan standardisasi telah
dilakukan dengan 688 orang Kanada dalam rentang usia yang sama.
Rentang dan penggunaanusia
Ukuran WAIS-IV sesuai untuk digunakan dengan individu berusia 16-90
tahun. Untuk individu di bawah 16 tahun, Skala Kecerdasan Wechsler untuk
Anak-Anak (WISC, 6–16 tahun) dan Wechsler Preschool dan Skala Intelijen
Primer (WPPSI, 2 ½-7 tahun, 7 bulan) digunakan. Tes kecerdasan dapat
digunakan pada populasi dengan penyakit psikiatri atau cedera otak, untuk menilai
tingkat fungsi kognitif, meskipun beberapa menganggap penggunaan ini sebagai
kontroversial. Psikolog rehabilitasi dan neuropsikolog gunakan WAIS-IV dan
lainnya tes neuropsikologi untuk menilai bagaimana otak berfungsi setelah
cedera. Subtes khusus memberikan informasi tentang fungsi kognitif
tertentu. Misalnya, rentang digit dapat digunakan untuk mendapatkan
rasa kesulitan atensi . Lainnya mempekerjakan WAIS-R NI ( Wechsler Adult
Intelligence Scale-Revised sebagai Instrumen Neuropsikologi ), ukuran lain yang
diterbitkan oleh Harcourt . Setiap skor subtest dihitung dan dihitung sehubungan
dengan norma-norma neurotypical atau cedera otak. Karena WAIS dikembangkan
untuk individu rata-rata, yang tidak terluka, norma yang terpisah dikembangkan
untuk perbandingan yang tepat di antara individu yang berfungsi serupa.
BAB III
30
PENUTUP
C. Kesimpulan
Kecerdasan menjadi bab yang senantiasa menarik untuk dibahas.
Perkembangannya sejalan dengan peradaban manusia itu sendiri. David Weschler
menjadi tokokh yang memberikan kontribusi penting bagi perkembangan
keilmuan psikologi kognitif, terutama pada spesifikasi pengukuran seberapa
seorang individu memiliki tingkat kecerdasan. Definisi pribadinya, "Intelegensi
adalah kemampuan agregat atau global dari individu untuk bertindak secara
sengaja, untuk berpikir rasional dan untuk menangani secara efektif dengan
lingkungannya" mencerminkan pandangan yang lebih luas ini (Edwards, 1994;
Wechsler, 1940). Skala Kecerdasan Wechsler untuk Anak-Anak — Edisi
Keempat® (WISC-IV®) diterbitkan pada tahun 2003. Telah digunakan untuk
anak-anak berusia enam hingga enam belas tahun dan sebelas bulan. Ini
menghasilkan skor IQ skala penuh dan empat skor indeks: Verbal Comprehension
(misalnya kesamaan, kosa kata dan kegiatan pemahaman), Penalaran Perseptual
(misalnya penalaran matriks, desain blok dan konsep gambar ). Memori Kerja
(mis. Pengurutan angka dan rentang digit) dan Kecepatan Pemrosesan (mis.
Pencarian simbol dan pengkodean). Itu Skala Kecerdasan Dewasa Wechsler —
Edisi ke-3 (WAIS-III®) diterbitkan pada tahun 1997, dan dapat digunakan
dengan orang dewasa antara usia 16 dan 89 tahun. Beberapa tes Wechsler
lainnya juga tersedia untuk psikolog yang berkualitas: Wechsler Memory Scale®
- Edisi ketiga- (WMS --- III®) (Wechsler, 1945/1997), Wechsler Primary dan
Preschool Scale of Intelligence ™ - Edisi Ketiga (WPPSI ™-III) (Wechsler,
1967/2002),Wechsler Abbreviated Scale of Intelligence (WASI) (Wechsler,
1999), Wechsler Nonverbal Scale of Ability (WNV) (Naglieri & Wechsler, 2006).
Wechsler juga berjasa dalam penggunaan IQ penyimpangan, atau "DQ"
pada tahun 1939. Dasar dari Wechsler membuat Deviasi standar adalah karena
pertimbangan adanya kelemahan penggunaan rasio MA/CA untuk menghitung
IQ. IQ deviasi tidak dihitung berdasarkan perbandingan MA/CA sebagaimana
31
perhitungan dari Binet, akan tetapi dihitung berdasarkan norma kelompok (mean)
dan dinyatakan dalam besarnya penyimpangan (deviasi standar) dari norma
kelompok tersebut.
D. Saran
Pembasan mengenai intelegensi manusia semestinya diteruskan ke tahap
penelitian penelitian, karena dunia semakin berkembang sehingga kemungkinan-
kemungkinan teori baru dapat menggeser teori teori lama melalui prosedur ilmiah
yang benar. Demikian halnya dengan konsep intelegensi dan pengukurannya
dalam beberapa dekade terakhir mengalami pergeseran pengertian dan
pemahaman yang cukup signifikan. Daniel Goleman, dan Howard Gardner,
sebagai contoh, berhasil meruntuhkan hegemoni kecerdasan intelektual sebagai
faktor terpenting kesuksesan manusia. Namun demikian kecerdasan intelektual
tetaplah penting, ia nya adalah kecerdasan umum yang dimiliki manusia yang
perlu terus dikembangkan sisi keilmuannya untuk tujuan akhir menciptakan
kesejahteraan umat manusia dengan kekuatan daya intelektualnya.
DAFTAR PUSTAKA
32
Azwar, Saifuddin. (2011). Pengantar Psikologi Intelegensi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Cohen, M. (1997). Children's memory scale. San Antonio, TX: The Psychological Corporation.
Flynn, J. R. (1984). The mean IQ of Americans: Massive gains 1932 to 1978. Psychological Bulletin, 95(1), 29–51.
Flynn, J. R. (1987). Massive IQ gains in 14 nations: What IQ tests really measure. Psychological Bulletin, 101(2), 171–191.
Flynn, J. R. (1999). Searching for justice: The discovery of IQ gains over time. American Psychologist, 54(1), 5–20.
Harrison, P. L., & Oakland, T. (2003). Adaptive behaviour assessment system–second edition). San Antonio, TX: The Psychological Corporation.
Jensen, Eric. (2007). Brain-Based Learning: The New Science of Yeaching and Training. California: Corwin Press
Kaplan, R. M.; Saccuzzo, D. P. (2010). Psychological Testing: Principles, Applications, & Issues (8th ed.). Belmont, CA: Wadsworth, Cengage learning.
Kaufman, Alan S.; Lichtenberger, Elizabeth (2006). Assessing Adolescent and Adult Intelligence (3rd ed.). Hoboken (NJ): Wiley
Kaufman, Alan S. (2009). IQ Testing 101. New York: Springer Publishing.
Kaufman, A. S., Raiford, S. E., & Coalson, D. L. (2016). Intelligent Testing with the WISC-V. Hoboken, NJ: Wiley.
Matarazzo, J. D. (1972). Wechsler's measurement and appraisal of adult intelligence (5th ed.). Baltimore: Williams & Wilkins.
Nicolas, S., Andrieu, B., Croizet, J.-C., Sanitioso, R. B., & Burman, J. T. (2013). Sick? Or slow? On the origins of intelligence as a psychological object. Intelligence, 41(5), 699–711
Sattler, Jerome M. (2008). Assessment of Children: Cognitive Foundations. La Mesa (CA): Jerome M. Sattler.
Solso, RL, Maclin,OH and Machlin, MK. (2008). Cognitive Psychology. Perason Education
33
Raiford, S. E., Zhang, O., Drozdick, L. W., Getz, K., Wahlstrom, D., Gabel, A., Holdnack, J. A., & Daniel, M. (2016). WISC-V Coding and Symbol Search in digital format: Reliability, validity, special group studies, and interpretation. Retrieved from http://images.pearsonclinical.com/images/Assets/WISC-V/Qi-Processing-Speed-Tech-Report.pdf
Raiford, S. E., Drozdick, L. W., Zhang, O., & Xuechun, X. (2015). Expanded index scores (WISC-V technical report 1). Bloomington, MN: Pearson.
Renée M. Tobin. (2013). An Introduction to the Wechsler Intelligence Tests: Revisiting Theory and Practice. Journal of Psychoeducational Assessment XX(X) 1–3
Ward, S.B., Ward, T. J., Hatt, C.V., Young, D.L, & Mollner, N.R. (1995). The incidence and utility of the ACID, ACIDS, and SCAD profiles in a referred population. Psychology in the Schools, 32(4), 267-276
Watkins, M.W., Kush, J., & Glutting, J.J. (1997). Discriminant and predictive validity of the WISC-III ACID profile among children with learning disabilities. Psychology in the Schools, 34(4), 309-319
Wechsler, D. (1939). Wechsler-Bellevue intelligence scale. New York: The Psychological Corporation.
Wechsler, D. (1991). The Wechsler intelligence scale for children—third edition. San Antonio, TX: The Psychological Corporation.
Wechsler, D. (2014). Wechsler intelligence scale for children-fifth edition. Bloomington, MN: Pearson.
Wechsler, David (1939). The Measurement of Adult Intelligence. Baltimore (MD): Williams & Witkins. p. 229.
34