ragimun-3

download ragimun-3

of 17

description

3

Transcript of ragimun-3

  • Upaya Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kota Palembang Pasca penyelenggaraan PON XVI 2004 Studi Kasus Pada Pemerintah Kota Palembang Ragimun

    Kajian Ekonomi dan Keuangan,

    96

    UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PALEMBANG PASCAPENYELENGGARAAN PON XVI 2004 STUDY KASUS PADA PEMERINTAH KOTA PALEMBANG

    Oleh:

    Ragimun1

    Abstraksi Dalam kerangka otonomi daerah, pemerintah kabupaten/kota diberi

    keleluasaan untuk mencari sumber-sumber dana pembangunan daerah. Dikarenakan pemerintah pusat sangat terbatas sumber dananya dan makin sulit diandalkan. Oleh karena itu tumpuhan dan harapannya adalah dengan cara menggali dan mengoptimalisasikan pendapatan asli daerah (PAD). Sedangkan penggalian PAD ini banyak sekali tantangan dan hambatan yang harus dihadapi. Di sisi lain peluang dan kesempatan masih terbuka lebar untuk meningkatkan PAD tersebut.

    Pada kasus Pemerintah Kota Palembang yang menjadi tuan rumah penyelenggara Pekan Olah Raga Nasional XVI akhir tahun 2004, dimana banyak fasilitas-fasilitas olah raga dibangun, termasuk sarana dan prasarana umum serta pembangunan fasilitas-fasilitas penunjang lainnya seperti sarana dan prasarana transportasi, pusat perbelanjaan, perhotelan dan jasa-jasa lainnya. Semua ini dapat diberdayakan dan dimanfaatkan dalam rangka penggalian potensi daerah guna peningkatan PAD.

    Dalam analisis SWOT (Strenght Weakness Opportunity Threat Analysis) dapat ditentukan beberapa strategi yang digunakan Pemerintah Kota Palembang, untuk meningkatkan PAD dalam rangka kepentingan pembangunan untuk mensejahterakan warganya. Strategi itu antara lain dengan cara bekerjasama dengan pihak swasta untuk dapat memanfaatkan fasilitas atau asset pemerintah daerah dengan sistem bagi hasil.

    I. Pendahuluan 1.1 Dilema Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Mensejahterakan Atau

    Justru Menyengsarakan Rakyat Di era otonomi daerah saat ini banyak daerah yang berlomba meningkatkan PAD. Hampir semua kabupaten/kota berusaha memacu dengan menggali potensi daerahnya. Cara yang paling mudah dalam dan banyak dilakukan oleh daerah dengan mengintensifkan retribusi dan pajak daerah, baik variannya maupun jumlah nominalnya. Ada beberapa daerah yang mempunyai obsesi dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyatnya dengan cara memberdayakan rakyat atau mengembangkan potensi yang ada seperti potensi budaya, obyek wisata serta industri rumahan (home industry) yang banyak ragamnya dan selama ini sepertinya dibiarkan

    1 Staf peneliti pada Pusat Pengkajian Ekonomi Keuangan BAPEKKI

    Volume 8, Nomor 3 September 2004

  • Upaya Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kota Palembang Pasca penyelenggaraan PON XVI 2004 Studi Kasus Pada Pemerintah Kota Palembang Ragimun

    Kajian Ekonomi dan Keuangan,

    97

    berjalan sendiri. Unit usaha kecil ini jika dikembangkan justru akan tumbuh menjadi kekuatan yang menakjubkan. Pemberlakuan UU No. 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah atau lebih dikenal dengan otonomi daerah adalah salah satu hasil reformasi politik dan pemerintahan Indonesia sebagai dampak krisis ekonomi. UU ini banyak memberikan kewenangan kepada daerah untuk mengatur rumah tangganya sendiri kecuali sektor agama, pertahanan dan keamanan, politik luar negeri, moneter dan kehakiman. Di luar kelima sektor tersebut, sepenuhnya menjadi hak dan tanggung jawab daerah. Pemerintah daerah (Pemda) dapat merekayasa pembangunan sesuai kebutuhan dan kapasitas sumber dayanya tanpa harus menunggu ijin pemerintah pusat. Pada pasal 10 (1) UU/1999 disebutkan daerah berwenang mengelola sumber daya nasional yang tersedia di wilayahnya dan bertanggungjawab memelihara kelestarian lingkungan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Selanjutnya pasal (2) menyebutkan bahwa bidang pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh daerah kabupaten dan daerah kota meliputi pekerjaan umum, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan, pertanian, perhubungan, industri dan perdagangan, penanaman modal, lingkungan hidup, pertanahan, koperasi dan tenaga kerja. Dari dua pasal tersebut ada 2 unsur yang secara substansial merupakan sebuah keseimbangan antara hak dan kewajiban. Pasal 10 terkandung hak daerah mendapatkan kewenangan sedangkan pasal 11 mencerminkan kewajiban daerah yang tidak boleh dihindari bila daerah sesudah mendapatkan kewenangan. Biaya menjalankan kewajiban tersebut berasal dari APBD serta APBN. Sumber Pendapatan menurut pasal 79 terdiri dari :

    1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terdiri dari : - Hasil pajak daerah, - Hasil retribusi daerah, - Hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, - lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, 1. Dana perimbangan 2. Pinjaman daerah 3. Lain-lain pendapatan daerah yang sah. Berkaitan dengan realisasi Pendapatan Asli Daerah kota Palembang untuk tahun 2002 adalah sebesar Rp 36.037.250.100 atau sekitar 13 % total penerimaan kota Palembang.(Dapat dilihat pada tabel 1). Pada dasarnya Pendapatan Asli Daerah ini masih dapat ditingkatkan kembali, mengingat Kota Palembang cukup potensial untuk digali kembali sumber - sumber pendapatan asli daerahnya.

    Volume 8, Nomor 3 September 2004

  • Upaya Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kota Palembang Pasca penyelenggaraan PON XVI 2004 Studi Kasus Pada Pemerintah Kota Palembang Ragimun

    Kajian Ekonomi dan Keuangan,

    98

    Tabel 1 Perkembangan PAD Pemkot Palembang tahun 2002-2003

    Jumlah No. Penerimaan

    2002 2003

    1. Bagian sisa lebih perhit. Angg. Th. lalu 7.292.726.400 41.423,501.433

    2. Bagian Pendapatan Asli Daerah 36.037.250.100 63.522.968.156

    3. Bagian Dana Perimbangan 387.059.753.800 457.304.356.688

    4. Bagian Pinjaman Daerah 0 0

    5. Bagian Lain-lain Penerimaan Yang sah 23.259.753.800 26.480.824.056

    Total 453.648.765.000 547.308.148.900

    Sumber: Laporan Perhitungan Realisasi APBD Kota Palembang (data diolah)

    Semakin besar kemampuan daerah membiayai pelaksanaan tugas-tugas pemerintan berarti daerah yang bersangkutan mempunyai kapasitas yang makin besar dalam mengembangkan program pembangunan yang diperlukan rakyat di wilayahnya guna mensejahterakan rakyat. Penerapan otonomi telah membuat pemerintah daerah sangat aktif dalam menciptakan sumber-sumber pendapatan asli daerah yang baru dan sangat gencar dalam meningkatkan besaran tarif retribusi. Kreativitas ini sering dikritik sebagai tindakan yang kontra produktif bagi perkembangan investasi dan tidak mendukung gaerah pengusaha untuk melakukan ekspansi usahanya atau penanaman modal di daerah. Di beberapa daerah, upaya meningkatkan PAD tidak hanya dilakukan terhadap aset-aset milik daerah tetapi juga milik pemerintah pusat. Sebagai contoh di kota Palembang, antara Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dengan Pemerintah Kota mengenai pengelolaan daerah cagar budaya, daerah wisata, masih terjadi pertentangan siapa yang harus mengelola. Hal ini keterkaitannya dengan faktor pemeliharaan dan hasil retribusi. 1.2 Palembang Yang Selalu Berkembang Palembang sebagai kota yang mempunyai trade mark kota pempek merupakan kota sejarah atau kota tua yang mempunyai posisi geografis terletak di tepian sungai Musi dan tidak jauh dari Selat Bangka. Walaupun tidak berada di tepi laut namun Palembang mampu dijangkau oleh kapal-kapal dari luar negeri. Disamping itu adanya Bandar Sultan Mahmud Badarudin II semakin menambah lancarnya urusan transportasi dan perdagangan. Luas wilayah Palembang 400,61 km2, dengan penduduk 1.451.776 (sensus penduduk tahun 2000), dan mempunyai 14 kecamatan (lampiran 1). Dibatasi sebelah utara Kabupaten Banyuasin, selatan Kabupaten Ogan Komring Ilir, barat Ogan Ilir dan Timur Musi Banyuasin.

    Volume 8, Nomor 3 September 2004

  • Upaya Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kota Palembang Pasca penyelenggaraan PON XVI 2004 Studi Kasus Pada Pemerintah Kota Palembang Ragimun

    Kajian Ekonomi dan Keuangan,

    99

    Dari tahun ke tahun, Pendapatan Asli Daerah Kota Palembang terus meningkat. Bagi kota Palembang perjuangan meningkatkan PAD tidaklah mudah terbukti Pemerintah Kota mengupayakan terus menerus antara lain dengan jalan membuat bermacam-macam terobosan antara lain melalui pendapatan sektor retribusi. Cara ini cukup ampuh diterapkan untuk mendongkrak PAD tersebut. Ada 36 macam retribusi sebagai andalan pendapatan. Dari 36 retribusi ini, pada tahun 2003 mendapatkan uang sebesar Rp 26,5 miliar. Jadi pemerintah saat ini harus pintar-pintar melihat prospek yang ada. Dibanding pendapatan dari sektor yang lain, retribusi memberikan kontribusi PAD sekitar Rp 26,5 miliar pada tahun 2003 atau mencapai 71% dari total target PAD sebesar 51,5 milliar.2

    1.3 Potensi Sumber-Sumber PAD Kota Palembang Ada beberapa sumber PAD Kota Palembang yang mempunyai potensi untuk dapat dikembangkan, antara lain : a. Pajak kendaraan bermotor (PKB) Perlu diketahui bahwa seiring perkembangan pembanguna di daerah Sumatera

    Selatan khususnya di kota Palembang mempunyai dampak positif terhadap banyaknya kendaraan bermotor terutama mobil dan sepeda motor apalagi di era 2000-an.

    b. Warga Palembang, masyarakat yang mempunyai jiwa wirausaha (entrepreneur) tinggi.

    Faktor lain yang sangat menguntungkan bagi daerah ini adalah jiwa entrepreneur banyak dimiliki warga Palembang terbukti banyak industri rumah tangga (home industry) tumbuh hampir di semua pelosok kota ini. Terutama usaha makanan, serta kerajinan pakaian.

    c. Potensi sumber daya alam/sumber daya manusia Sumber alam yang tersedia cukup memadai, sebagai kota perairan, Palembang

    kaya akan hasil perikanan, hasil perkebunan dan pertanian yang banyak didatangkan dari daerah sekitarnya ke Palembang seperti dari Pagaralam, Muara Enim, Ogan Komring Ilir, Musi Banyuasin maupun kota-kota satelitnya seperti Prabumulih dan Indralaya. Sedangkan sumber daya manusia banyak dimiliki oleh Palembang karena di kota ini tercatat memiliki banyak perguruan tinggi termasuk Universitas Sriwijaya.

    d. Sebagai kota tua, Palembang dengan sejarah peradaban yang panjang dengan berbagai masa keemasan, seperti masa kejayaan Sriwijaya dan kesultanan Palembang Darussalam, Palembang sudah sejak lama terkenal secara nasional dan internasional, dan sekaligus mengembangkan kepariwisataan. Ada beberapa obyek wisata yang dapat dikunjungi di daerah ini. Pertama, Monpera yaitu monumen

    2 Profil Daerah Kabupaten dan Kota, Penerbit Buku Kompas, Jakarta, 2003

    Volume 8, Nomor 3 September 2004

  • Upaya Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kota Palembang Pasca penyelenggaraan PON XVI 2004 Studi Kasus Pada Pemerintah Kota Palembang Ragimun

    Kajian Ekonomi dan Keuangan,

    100

    yang dibangun untuk mengenang perjuangan rakyat Sumatera Selatan. Kedua, Bukit Siguntang adalah obyek wisata mengenai situs kerajaan Sriwijaya berupa kuburan raja-raja. Ketiga, Hutan Wisata Punti Kayu, yang merupakan tempat rekreasi yang letaknya sekitar 6 km dari pusat kota. Keempat, Pulau Kemaro merupakan sebuah delta di Sungai Musi, sekitar 5 km sebelah Jembatan Ampera dan masih ada beberapa obyek lainnya. Paket obyek wisata ini didukung juga sarana perhotelan yang tercatat 3 hotel berbintang empat, 4 hotel berbintang dua dan 9 berbintang 1.

    e. Dari sisi ekonomi Kota Palembang secara makro dalam 5 tahun terakhir menunjukkan peningkatan, walaupun masih tertumpu pada ketersediaan sumber daya alam migas yang tak terperbaharui (non reneuwable). Struktur ekonomi kota didukung oleh kontribusi sektor industri pengolahan, perdagangan, pengangkutan dan jasa melalui keberadaan berbagai perusahaan industri dan perusahaan pemerintah, seperti PT. Semen Baturaja, PT. Pupuk Sriwijaya (PUSRI), Pertamina, PT. Prodexim dan PDAM Tirta Musi serta perusahaan-perusahaan skala kecil menengah dan koperasi. Termasuk perusahaan perdagangan baik menengah, besar maupun kecil (lihat lampiran 2).

    II. Permasalahan Dalam rangka desentralisasi pembiayaan yang tertumpu pada pembangunan daerah dalam rangka menyejahterakan warganya, tidak terlepas dari kebutuhan akan dana. Sedangkan pemerintah pusat sangat terbatas sumber dananya dan makin sulit diandalkan. Oleh karena itu tumpuhan dan harapannya adalah dengan cara menggali dan mengoptimalisasikan pendapatan asli daerah. Namun, penggalian PAD ini banyak sekali tantangan dan hambatan yang harus dihadapi oleh Pemkot Palembang. Di sisi lain peluang dan kesempatan masih terbuka untuk meningkatkan PAD tersebut. Apalagi Palembang di akhir tahun 2004 ini menjadi tuan rumah penyelenggaraan Pekan Olah Raga Nasional XVI, dimana banyak fasilitas-fasilitas olah raga dibangun, termasuk sarana dan prasarana umum serta pembangunan fasilitas-fasilitas penunjang lainnya seperti sarana dan prsarana transportasi, pusat-pusat perbelanjaan, perhotelan dan jasa-jasa lainnya. Yang menjadi pertanyaan kita adalah upaya-upaya apa yang dapat dilakukan Pemerintah Kota Palembang pascapenyelenggaraan PON XVI yang membutuhkan dana pembangunan tidak sedikit. Kita dapat bandingkan dengan pembangunan cagar budya situs Purbakala Kerajaan Sriwijaya yang sampai saat ini tidak lebih sebagai tempat yang terbengkalai, tidak dioptimalisasikan pemanfaatannya.

    III. Landasan Teori

    Berkaitan pembangunan ekonomi di daerah ada 4 peranan yang dapat diambil oleh pemerintah daerah yaitu yang berkaitan dengan pemberdayaan entrepreneur,

    Volume 8, Nomor 3 September 2004

  • Upaya Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kota Palembang Pasca penyelenggaraan PON XVI 2004 Studi Kasus Pada Pemerintah Kota Palembang Ragimun

    Kajian Ekonomi dan Keuangan,

    101

    berfungsi sebagai koordinator, sebagai fasilitator dan sebagai stimulator bagi lahirnya inisiatif-inisiatif pembangunan daerah.

    Penyelenggaraan tugas pemerintah daerah dibiayai atas beban Anggaran Pendapatan Daerah (APBD). Tugas pemerintahan terdiri dari tugas pemerintah daerah sebagai badan eksekutif dan tugas Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) sebagai badan legislatif. APBD sebagai rencana kerja tahunan Pemerintah Daerah terdiri dari Rencana Pendapatan Daerah dan Rencana Belanja. Rencana Pendapatan inilah sebagai pembiayaan pemerintah daerah, yang terdiri dari:

    I. Pendapatan Asli Daerah (PAD), terdiri dari : 1. Pajak Daerah 2. Retribusi Daerah 3. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengolahan kekayaan daerah

    yang dipisahkan 4. Lain-lain PAD yang sah

    II. Dana Perimbangan 1. Bagi Hasil Pajak 2. Bagi Hasil Bukan pajak 3. Dana Alokasi Umum 4. Dana Alokasi Khusus 5. Dana Alokasi Darurat

    III. Pinjaman Daerah 1. Pinjaman Dalam Negeri 2. Pinjaman Luar negeri

    IV. Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah 1. Penerimaan dari propinsi (untuk kapupaten/kota) 2. Penerimaan dari kabupaten/kota lainnya (untuk kabupaten/kota

    lainnya) 3. Penerimaan lain-lain.

    Pendapatan Asli Daerah Pendapatan asli daerah yang potensial berasal dari pajak daerah dan retribusi

    daerah. Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 yang menempatkan perpajakan sebagai salah satu perwujudan kewajiban kenegaraan, dalam penjelasan pasal 23 ayat (20) ditegaskan bahwa penetapan belanja mengenai rakyat untuk menentukan nasibnya sendiri, maka segala tindakan yang menempatkan beban kepada rakyat, seperti pajak dan lain-lainnya, harus ditetapkan dengan Undang-Undang. Berkaitan dengan hal tersebut maka Pajak Daerah dan retribusi Daerah ditetapkan dalam Undang-undang nomr 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dan

    Volume 8, Nomor 3 September 2004

  • Upaya Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kota Palembang Pasca penyelenggaraan PON XVI 2004 Studi Kasus Pada Pemerintah Kota Palembang Ragimun

    Kajian Ekonomi dan Keuangan,

    102

    diubah terakhir dengan undang-undang Nomor 34 tahun 2000 tentang Perubahan atas undang-undang nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Sedangkan ketentuan mengenai obyek, subyek dan pengenaan pajak daerah/retribusi daerah diatur dengan peraturan daerah.3

    Tidak dapat diingkari bahwa modal dan dana adalah sangat penting bagi berhasil tidaknya pembangunan ekonomi suatu daerah. Namun demikian tidak berarti bahwa tanpa modal kita tidak dapat membangun sama sekali. Perlu disadari bahwa sesungguhnya dana itu lebih merupakan faktor pelengkap dan akibat dari pembangunan serta bukan merupakan sebab dari pembangunan. Dengan demikiaan tidak perlu dikhawatirkan bahwa suatu daerah akan menjadi miskin karena PADnya sedikit. Kita yakin bahwa dengan penduduknya yang penuh semangat untuk membangun dan meningkatkan kemampuan lewat kemauan yang kuat tadi, niscaya modal dan dana akan datang untuk menolong masyarakat daerah tersebut. Jadi membangun terlebih dahulu, maka nanti akan tercipta kenaikkan pendapatan dan tabungan masyarakat yang disusul dengan peningkatan kemampuan investasi dan penerimaan pajak daerah yang semakin tinggi.

    Prinsip dasar pengelolaan kekayaan (asset) daerah meliputi 3 hal yaitu : 1. Perencanaan 2. Pelaksanaan atau pemanfaatan fasilitas secara efektif dan efisien. 3. Pengawasan (monitoring). Sistem bagi hasil untuk pemanfaatan fasilitas didasarkan juga pada sistem tender (compulsory competitive tendering contract). Hal ini dimaksudkan agar pemerintah daerah dan masyarakat tidak dirugikan. 4

    IV. Metodologi Penelitian Pengumpulan Data dilakukan dengan studi pustaka dan pengamatan langsung. Metode analisis yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode Strenght Weakness Opportunity Threat Analysis (SWOT Analysis) dengan penjelasan secara deskriptif yang memberikan gambaran peluang, keunggulan, tantangan serta kelemahan kota Palembang sehingga dapat dicari strategi yang dapat diterapkan oleh Pemkot Palembang untuk mengoptimalisasikan pendapatan asli daerahnya. Diskripsi ini ditulis atas keprihatinan penulis terhadap kondisi Kota Palembang yang sering mengabaikan dan tidak mengoptimalkan pemanfaatan fasilitas-fasilitas kota yang telah dibangun dengan dana yang tidak sedikit. Sebagai contoh pembangunan Cagar Budaya Situs Kerajaan Sriwijaya yang dibangun dengan dana miliaran rupiah, tapi saat ini masih terbengkelai pemanfaatannya. Sedangkan tujuan penulisan, ini dimaksudkan dapat memberikan masukkan kepada Pemerintah Kota

    3 ibid, hal 156 4 Arsyad, Lincolin, Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah, BPFE Yogyakarta,1999 hal 122

    Volume 8, Nomor 3 September 2004

  • Upaya Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kota Palembang Pasca penyelenggaraan PON XVI 2004 Studi Kasus Pada Pemerintah Kota Palembang Ragimun

    Kajian Ekonomi dan Keuangan,

    103

    Palembang mengupayakan optimalisasi pendapatan asli daerah khususnya pemanfaatan fasilitas-fasilitas pasca penyelenggaraan Pekan Olah raga Nasional XVI di kota ini.

    V. Analisis

    Dalam analisis SWOT dimaksudkan untuk menentukan langkah-langkah strategis dalam rangka mewujudkan peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kota Palembang dengan memperhatikan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki kota ini serta kesempatan dan ancamannya. Berdasarkan analisis kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman ini kemudian ditentukan langkah-langkah strategis yang dapat dilaksanakan guna peningkatan PAD, yang dapat digambarkan sebagai berikut:

    M I S I

    Optimalisasi PAD Kota Palembang tercapai untuk menyejahterakan warganya

    KESEMPATAN Masih banyak obyek pajak baru Memanfaatkan fasilitas yang telah

    dibangun ANCAMAN Tingkat kebocoran tinggi Kota Palembang kota air, rawan

    banjir Rendahnya iklim usaha

    KEKUATAN Enterpreneur tinggi Sumber daya alam cukup Sumber daya manusia cukup KELEMAHAN Transportasi darat sering terhambat Fasilitas listrik dan air bersih masih

    kurang Faktor keamanan

    STRATEGI

    Strategi Pengembangan Fisik Strategi Pengembangan Usaha Strategi Pengembangan SDM Strategi Pengembangan Ekonomi

    Masyarakat

    Volume 8, Nomor 3 September 2004

  • Upaya Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kota Palembang Pasca penyelenggaraan PON XVI 2004 Studi Kasus Pada Pemerintah Kota Palembang Ragimun

    Kajian Ekonomi dan Keuangan,

    104

    Gb 1. Gambar SWOT Analysis Secara rinci dapat digambarkan juga sebagai berikut :

    Misi 1. Optimalisasi Pendapatan Asli Daerah Kota Palembang Pasca Penyelenggaraan PON XVI Palembang 2004.

    Kesempatan 1. Masih banyak obyek retribusi daerah yang belum dijangkau baik obyek pajak baru maupun pembenahan dan kesiapan administrasi pelayanan.

    2. Memanfaatkan fasilitas-fasilitas pasca PON XVI termasuk venues-venuesnya.

    Ancaman 1. Masalah iklim usaha dan tingkat keamanan yang belum sepenuhnya menjadi pokok pikiran bersama antara Pemda, pelaku bisnis dan warga masyarakat.

    2. Tingkat kebocoran masih tinggi. 3. Kota Palembang sebagai kota air, perlu dipikirkan

    antisipasi banjir.

    Kekuatan 1. Karakteristik penduduk Kota Palembang yang sangat agresif dengan kemajuan dan berjiwa entrepreneur.

    2. Sumber daya alam mencukupi. 3. Sumber daya manusia yang tersedia cukup banyak.

    Kelemahan 1. Akses transportasi darat ke Palembang sering terganggu karena rusaknya ruas jalan lintas timur dan jalan raya Palembang-Jambi.

    2. Fasilitas umum/pendukung belum sepenuhnya mencukupi warga kota terutama masalah kelistrikan dan air bersih.

    3. Faktor keamanan dan anggapan psikologis bahwa kota Palembang adalah kota kriminal.

    4. Masih belum jelasnya penataan kota Palembang. 5. Wilayah kota Palembang adalah kota air tetapi orientasi

    pembangunannya sering tidak mengacu sebagai kota air.

    Strategi 1. Reformasi administrasi dan birokrasi, aparatur pelayanan Pemerintah Kota Palembang.

    2. Pemanfaatan aset-aset pasca PON XVI Palembang 2004 melalui sistem bagi hasil dengan pihak swasta.

    3. Melanjutkan master plan kota Palembang yang berorientasi Palembang kota air.

    1. Peluang

    Untuk meningkatkan dan mengoptimalisasikan PAD banyak cara yang dapat ditempuh oleh Pemkot Palembang, dimana peranan Pemkot sebagai fasilitator, stimulator, koordinator dan pemberdayaan kewirausahaan warganya harus tetap ditingkatkan juga. Peluang peningkatan PAD dapat ditingkatkan mengingat

    Volume 8, Nomor 3 September 2004

  • Upaya Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kota Palembang Pasca penyelenggaraan PON XVI 2004 Studi Kasus Pada Pemerintah Kota Palembang Ragimun

    Kajian Ekonomi dan Keuangan,

    105

    Palembang sebagai kota penting di wilayah Sumatera Bagian Selatan dan tempat perlintasan ke kota-kota propinsi lainnya di Sumatera. Didukung juga Palembang sebagai kota perdagangan di wilayah Sumatera Selatan. Banyak home industry baik kerajinan tenun songket, makanan maupun ukiran termasuk industri kecil, menengah dan industri besar banyak tumbuh di kota ini seperti PT. Pupuk Sriwijaya, Pertamina dan industri pengolahan lainnya. Disamping itu kota satelit di sekitarnya sangat mendukung untuk mensuplai kebutuhan utama bagi warga kotanya, termasuk kota Palembang sebagai kota air dapat dimanfaatkan untuk media transportasi dari daerah sekitarnya yang tidak mungkin menggunakan angkutan darat.

    Peluang lainnya karena kota Palembang sebagai kota penyelenggara Pekan Olah Raga Nasional XVI akhir tahun 2004, dimana banyak sekali fasilitas-fasilitas dibangun baik sarana dan prasarana transportasi, perhotelan, pusat perbelanjaan, maupun jasa-jasa lainnya untuk penyelenggaraan even olah raga tersebut maka mempunyai peluang untuk dapat dimanfaatkan guna peningkatan PAD tersebut.

    Palembang didukung juga sebagai kota pendidikan. Banyak perguruan tinggi berdiri di kota ini yang dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusianya, serta ditambah juga karakteristik warga Palembang yang mempunyai jiwa wirausaha sehingga memberikan peluang kepada Pemkot untuk lebih mudah memberdayakannya.

    2. Ancaman

    Beberapa kendala yang dihadapi pemerintah Kota Palembang adalah masalah iklim usaha yang sekarang ini belum sepenuhnya menjadi pokok pikiran bersama antara pemerintah daerah, para pelaku bisnis, maupun warga masyarakat.

    Masalah lain yang juga menjadikan kendala bagi pemerintah kota adalah masalah kebocoran dana, dan yang paling banyak dilakukan oleh dinas-dinas terkait adalah dengan memark up dana.

    Sebagai ancaman berikutnya bagi kota Palembang adalah sulitnya penanganan masalah banjir, karena kota ini adalah dikelilingi oleh sungai, termasuk banjir karena air hujan maupun adanya air pasang.

    Beberapa masalah-masalah di atas akan sangat berpengaruh terhadap aktivitas pembangunan di daerah ini yang akan menyedot dana yang tidak sedikit.

    3. Keunggulan

    Palembang dilihat dari sisi geografis sebenarnya mempunyai keunggulan dibanding banyak kota besar lainnya di Indonesia, yaitu kekhasannya sebagai kota air sehingga bisa diungkapkan sebagai Venice from the east, kalau saja kodrat kota ini bisa diwujudkan, Palembang bisa menjadi kota perdagangan sekaligus kota wisata.5

    5 ibid hal 171

    Volume 8, Nomor 3 September 2004

  • Upaya Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kota Palembang Pasca penyelenggaraan PON XVI 2004 Studi Kasus Pada Pemerintah Kota Palembang Ragimun

    Kajian Ekonomi dan Keuangan,

    106

    Palembang adalah pusat kegiatan perdagangan danjasa serta pusat pengolahan industri, Palembang didukung oleh geografis yang sangat strategis, yaitu berada pada posisi kawasan segi tiga perdagangan ASEAN (Indonesia, Singapura dan Malaysia). Hal ini didukung pula oleh posisi kota yang terbelah oleh sungai Musi yang mengalir serta bermuara di Selat Malaka serta keberadaan Bandar Udara Internasional Sultan Mahmud Badarrudin yang fasilitasnya telah ditingkatkan, sehingga memiliki aksesibilitas yang tinggi bagi lalu lintas barang dan jasa dari dan keluar Kota Palembang baik sebagai kota perdagangan serta pusat pengolahan produk.6

    4. Kelemahan

    Sebagai kota propinsi Palembang dihadapkan pada berbagai pilihan sulit untuk mengembangkan diri. Fasilitas umum warga kota, seperti air bersih dan listrik masih menjadi kendala utama. Listrik di kota Palembang yang sebagian besar disuplai oleh PLN tidak bisa dilepaskan dari kondisi kekurangan daya di seluruh Sumatera Bagian Selatan yang kerap kali mati karena kekurangan daya.

    Begitu juga air bersih. PDAM Tirta Musi Palembang baru bisa melayani sekitar 40% warga kota Palembang. Itupun kualitas untuk sejumlah tempat masih sering dikeluhkan warga kotanya. Padahal sumber mata air di Palembang sangat melimpah karena Sungai Musi dan berbagai anak sungainya mengelilingi kota. Berbagai pembangunan tempat-tempat kegiatan ekonomi kurang didukung dengan perhitungan yang nyata mengenai sampai seberapa banyak tempat itu dibutuhkan. Banyaknya ruko, mal atau pusat-pusat perbelanjaan, hotel yang bisa memberikan permasalahan baru, karena kondisi riil sebagian besar masyarakat Palembang sesungguhnya belum terlalu membutuhkan berbagai produk, jasa dan fasilitas yang terbilang mewah tersebut, atau antara demand belum sebesar supply-nya.

    Kurang baiknya penataan kota adalah masalah utama bagi kota Palembang, yang lebih tepat menjadi kota air/sungai dibentuk sedemikian rupa menjadi kota daratan sebagaimana kota-kota lain di Pulau Jawa. Aliran sungai di sejumlah tempat menjadi sempit, bahkan tertutup, rawa-rawapun ditimbun, sehingga ketika hujan turun, genangan air dan banjir terjadi dimana-mana.

    Dari sisi internal, berbagai dampak negatif dari perkembangan kondisi sosial dan perekonomian nasional dan global masih akan dihadapi oleh pemerintah kota, seperti bertambahnya jumlah penduduk yang akan meningkatkan konsumsi kota, kebutuhan tenaga kerja terampil (skilled labor), kebutuhan pemukiman, prasarana perhubungan, kesiapan sumber daya manusia, baik aparat pemerintah maupun masyarakat umum.

    6 http://www.palembang.go.id/?mod=profit-investasi

    Volume 8, Nomor 3 September 2004

  • Upaya Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kota Palembang Pasca penyelenggaraan PON XVI 2004 Studi Kasus Pada Pemerintah Kota Palembang Ragimun

    Kajian Ekonomi dan Keuangan,

    107

    5. Strategi Dalam rangka meningkatkan PAD Kota Palembang, dimana nantinya PAD

    tersebut dapat dimanfaatkan untuk pembangunan daerah serta pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat, maka diperlukan strategi maupun langkah-langkah kongkrit baik Pemda kota Palembang, pelaku ekonomi, swasta maupun kesediaan dan pengertian masyarakat setempat antara lain :

    1. Strategi Pengembangan Fisik/Lokalitas. Strategi pengembangan fisik secara khusus dimaksudkan untuk menciptakan

    identitas kota Palembang, memperbaiki basis pesona (amenity base) atau kualitas hidup masyarakat dan memperbaiki daya tarik pusat kota (civic center) dalam upaya memperbaiki dunia usaha daerah. Langkah-langkah yang ditempuh adalah: a. Melanjutkan pembuatan Master plan tata kota Palembang yang tidak

    terkonsentrasi di satu titik , dengan jalan memadukan pusat bisnis, pabrik dan kawasan industri, fasilitas pemerintahan, kawasan perdagangan, pasar, terminal, pelabuhan, bandar udara maupun pemukiman penduduk serta kawasan hijau.

    b. Pemanfaatan yang optimal venues-venues cabang olah raga pasca PON XVI tahun 2004 yang telah dibangun sebagai asset pemerintah kota dengan dana miliaran rupiah seperti kolam renang Lumban Tirta, GOR Jaka Baring, lapangan Sofball, maupun cabang-cabang olah raga lainnya, termasuk fasilitas-fasilitas pendukungnya. Pemkot dapat memberikan kesempatan ke pihak swasta untuk mengelola venues-venues tersebut dengan sistem bagi hasil. Pihak swasta dapat menyelenggarakan even-even tertentu baik even olah raga secara nasional maupun internasional yang dapat memberdayakan masyarakat maupun secara langsung dapat memberikan pemasukkan retribusi daerah.

    c. Dampak penyelenggaraan PON XVI Palembang, adalah meningkatnya fasilitas-fasilitas umum maupun sarana akomodasi dan transportasi seperti perhotelan, pusat-pusat perbelanjaan, termasuk didukung kemudahan dan relatif murahnya transportasi penerbangan. Oleh karena itu perlu diteruskan pengembangan Bandar Udara Sultan Mahmud Badaruddin II, Pelabuhan Tanjung Siapi-Api dan Terminal B Alang-Alang Lebar. Khusus terminal B Alang-Alang Lebar diharapkan dapat mengatasi kesenjangan transportasi Palembang bagian Utara denga wilayah Banyuasin seperti Sumbawa, Pangkalan Balai, Airbatu dan Betung. Wilayah ini merupakan wilayah yang potensial untuk peningkatan PAD baik secara langsung maupun tidak langsung berupa pendapatan dari trayek dan pembukaan wilayah baru. Serta melanjutkan pembangunan pasar Jaka Baring, yang berarti juga memindahkan pusat-pusat keramaian ke wilayah pinggiran, termasuk pembangunan tempat pemotongan hewan secara terpadu segera direalisasikan.

    Volume 8, Nomor 3 September 2004

  • Upaya Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kota Palembang Pasca penyelenggaraan PON XVI 2004 Studi Kasus Pada Pemerintah Kota Palembang Ragimun

    Kajian Ekonomi dan Keuangan,

    108

    d. Dalam rangka meminimalisir akibat-akibat banjir, perlu diteruskan program pengerukan kali, maupun pembuatan retensi air dan sumur resapan. Hal ini diperlukan juga sosialisasi yang dapat diimplemetasikan kepada masyarakat terutama di daerah-daerah kumuh seperti pinggiran sungai Musi, Sekip, Plaju, Kertapati maupun daerah Gandus. Disamping itu yang paling penting adalah mengembalikan lagi kota Palembang sebagai kota air, sehingga orientasi pembangunan atau master plan Kota Palembang harus disesuaikan dengan kodratnya yaitu sebagai kota air.

    e. Dievaluasi kembali pembuatan tempat-tempat rekreasi atau wisata, seperti rencana pembuatan dunia fantasi (fantasi island). Pembangunan Dufan seluas 2,8 hektar di Karangjaya Kecamatan Kertapati. Yang rencananya tersedia berbagai fasilitas permainan gokar, kolam renang, kolam arus peluncuran air dan kolam ombak termasuk restoran dan hotel.

    2. Strategi Pengembangan Usaha.

    Strategi pengembangan dunia usaha kota Palembang dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: a. Peraturan daerah yang berkaitan dengan retribusi dan pajak daerah maupun

    pendapatan asli daerah pada umumnya perlu ditinjau kembali. Termasuk Peraturan Daerah yang berkaitan dengan reformasi birokrasi dan administrasi di jajaran Pemerintah Kota, penjajagan pembentukan dinas-dinas yang berkaitan langsung penerimaan pendapatan asli daerah. Seperti misalnya pembentukan dinas penerangan lampu jalan. Di beberapa daerah seperti Tangerang, Dinas Penerangan Lampu Jalan sangat diperlukan guna peningkatan PAD. Dengan dibentuknya Dinas Penerangan Jalan berarti ada konsekuensi dinas yang dirampingkan atau dilikuidasi. Pada kasus kota Tangerang PAD terbesar justru diperoleh dari pajak lampu jalan. Dengan studi banding semacam ini Pemkot Palembang dapat menjajagi guna pembentukan dinas yang khusus mengelola pajak lampu jalan tersebut. Beberapa hal juga yang perlu dipikirkan mengenai kesiapan sumber daya manusia termasuk pengawasannya.

    b. Menjajagi reformasi serta perampingan dinas-dinas yang tidak efisien, seperti Dinas Pasar dapat dibentuk menjadi Perusahaan Daerah. Saat ini terdapat 19 dinas di jajaran Pemkot Palembang, sehingga sebenarnya dapat dirampingkan menjadi antara 10 sampai dengan 15 dinas saja dengan alasan untuk mengefisiensikan dan mengefektifkan pekerjaan. Tentunya perencanaan ini perlu dikaji ulang dan disesuaikan dengan Peraturan Pemerintah (PP) no. 08 tahun 2003 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah. Reformasi birokrasi Pemkot juga dapat diteruskan dengan jalan menjajagi kembali dinas-dinas yang sebenarnya dapat dikelola oleh pihak swasta seperti pekerjaan mengenai kebersihan dan keindahan kota, begitu juga pengelolaan parkir dan sampah melalui sistem bagi hasil.

    Volume 8, Nomor 3 September 2004

  • Upaya Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kota Palembang Pasca penyelenggaraan PON XVI 2004 Studi Kasus Pada Pemerintah Kota Palembang Ragimun

    Kajian Ekonomi dan Keuangan,

    109

    3. Strategi Pengembangan Sumber Daya Manusia Strategi pengembangan sumber daya manusia untuk kota Palembang dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: a. Untuk mengoptimalisasi PAD adalah dengan jalan meminimalisasi kendala

    maupun hambatan khususnya di bidang kesiapan dan sikap serta kinerja administratur Pemerintah Kota dengan cara terus melakukan reformasi administrasi dan peningkatan etos kerja aparatur serta kultur organisasinya. Sebagai contoh adalah melakukan peningkatan administrasi dan pelayanan secara terpadu seperti pelayanan sistem komputerisasi secara terpadu misalnya pembayaran pajak kendaraan bermotor dan bea balik nama kendaran bermotor bersama Samsat sehingga dapat dilakukan secara One Day Service. Kemudian melakukan evaluasi secara periodik terhadap obyek-obyek pajak sehingga diperoleh data up to date sebagai bahan penggalian obyek-obyek pajak baru. Diperlukan juga deregulasi daerah untuk menghapuskan ekonomi biaya tinggi di daerah seperti biaya perizinan yang mahal maupun tarif tidak resmi.

    b. Untuk mereformasi birokrasi harus dilakukan mulai dari kepemimpinan paling atas (seperti walikota serta jajarannya) dan diimbangi dengan insentif bagi yang berprestasi dan hukuman bagi yang melanggar aturan.7

    4. Strategi Pengembangan Ekonomi Masyarakat.

    Strategi pengembangan ekonomi masyarakat kota Palembang dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut : a. Pengembangan sentra-sentra industri rumahan (home industry), kerajinan

    industri makanan, home industry kerajinan pakaian seperti tenun songket serta industri ukiran yang banyak di daerah Tangga Buntung, Sayangan dan lain-lain. Serta terus menjajagi pengembangan barang-barang yang berorientasi ekspor.

    b. Terus melakukan pemerataan pembangunan ekonomi daerah yang sekarang ini mempunyai kecenderungan terjadinya aglomerasi (pemusatan) pusat-pusat pertumbuhan. Cara ini ditempuh dengan memindahkan pasar-pasar tradisional yang tidak layak lagi yang berakibat kemacetan dan kesemrawutan, memindahkan terminal-terminal antara, pabrik-pabrik yang ada di tengah kota, serta membuka jalur-jalur baru dengan mengembangkan Palembang Ring Road (PRR) juga mengadakan penjajagan dibangunnya Jembatan Musi III yang menghubungkan Plaju dengan PUSRI untuk mengurangi kepadatan pada Jembatan Ampera.

    c. Pengembangan ekonomi masyarakat secara terpadu terutama di wilayah-wilayah pemukiman kumuh seperti daerah Tanggabuntung, Gandus, maupun

    7 Media Indonesia, Kamis 14 Oktober 2004

    Volume 8, Nomor 3 September 2004

  • Upaya Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kota Palembang Pasca penyelenggaraan PON XVI 2004 Studi Kasus Pada Pemerintah Kota Palembang Ragimun

    Kajian Ekonomi dan Keuangan,

    110

    di sekitar bantaran Sungai Musi, dengan langkah-langkah seperti pemberian kredik unit ekonomi kecil dan menengah, terutama terhadap home industri, koperasi maupun pilot-pilot proyek di daerah tersebut. Dapat juga dilakukan pengembangan ke arah pasar-pasar segmentatif, sebagai contoh pengembangan pasar yang khusus menjual alat-alat rumah tangga, pasar konveksi/pakaian, pasar sparepart kendaraan, yang akan menunjukkan kekuatan dan karakteristik kota.

    V. Simpulan

    Dari hasil analisis tersebut di atas dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Untuk meningkatkan PAD Kota Palembang dapat ditempuh beberapa strategi.

    Pertama, strategi pengembangan dan pemanfaatan fisik atau lokalitas. Kedua, strategi pengembangan usaha. Ketiga, strategi pengembangan sumber daya manusia dan keempat adalah strategi pengembangan ekonomi masyarakat.

    2. Salah satu cara yang paling praktis untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kota Palembang ke depan sangat besar peluangnya, yaitu dengan mengoptimalisasikan sarana dan prasarana maupun fasilitas yang digunakan setelah even penyelenggaraan Pekan Olah Raga Nasional XVI tahun 2004. Strategi yang ditempuh Pemkot Palembang adalah bekerjasama dengan pihak swasta untuk mengelola dan memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang telah dibangun dengan sistem bagi hasil.

    3. Selain itu strategi yang ditempuh adalah terus melakukan implementasi hasil studi banding dengan kota/daerah lain yang telah berhasil sekaligus terus mengupayakan deregulasi daerah dan menciptakan iklim usaha untuk merangsang minat bagi investor.

    VI. Daftar Pustaka Arsyad, Lincolin, Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah, Edisi

    Pertma, BPFE Yogyakarta,1999 http://www.palembang.go.id/?mod=profil-investasi (19-10-2004) Media Indonesia, Kamis 14 Oktober 2004 ---------,Profil Daerah Kabupaten dan Kota, Penerbit Buku Kompas, Jakarta, 2003 Sriwijaya Post,13 September 2003 Suparmoko, M, Ekonomi Publik Untuk Keuangan Dan Pembangunan Daerah, Penerbit

    ANDI Yogyakarta, 2001

    Volume 8, Nomor 3 September 2004

  • Upaya Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kota Palembang Pasca penyelenggaraan PON XVI 2004 Studi Kasus Pada Pemerintah Kota Palembang Ragimun

    Kajian Ekonomi dan Keuangan,

    111

    Lampiran 1

    Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Kota Palembang

    Penduduk No. Kecamatan Luas (Km2)

    Jumlah Kepadatan

    1 Plaju 15,17 91.267 6,016

    2 Seberang Ulu II 10,69 92.267 8,631

    3 Seberang Ulu I 17,45 157.593 9,034

    4 Kertapati 42,56 86.434 2,031

    5 Gandus 68,78 52.707 0,766

    6 Ilir Barat I 19,77 117.354 5,936

    7 Ilir Barat II 6,22 75.073 12,062

    8 Bukit Kecil 9,92 54.035 5,447

    9 Ilir Timur I 6,50 90.234 13,882

    10 Kemuning 9,00 95.083 10,565

    11 Ilir Timur II 25,58 178.725 6,987

    12 Kalidoni 27,92 89.275 3,197

    13 Sako 42,50 101.427 2,386

    14 Sukarame 98,56 170.297 1,728

    400,61 1.451.776 3,624

    Sumber : BPS Kota Palembang 2002

    Volume 8, Nomor 3 September 2004

  • Upaya Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kota Palembang Pasca penyelenggaraan PON XVI 2004 Studi Kasus Pada Pemerintah Kota Palembang Ragimun

    Kajian Ekonomi dan Keuangan,

    112

    Lampiran 2

    Banyaknya perusahaan perdagangan yang terdaftar pada Dinas

    Perindustrian dan Perdagangan Kota Palembang

    Jumlah Perusahaan Perdagangan No Tahun

    Besar Menengah Kecil

    Total

    1 1990 1994 724 187 2905

    2 1991 167 563 99 829

    3 1992 92 506 85 683

    4 1993 135 878 126 1139

    5 1994 241 740 204 1185

    6 1995 111 427 222 760

    7 1996 64 426 154 644

    8 1997 66 426 154 646

    9 1998 0 0 0 0

    10 1999 0 0 0 0

    11 2000 0 120 541 661

    12 2001 37 160 535 732

    Sumber: Dinas Perindag Kota Palembang.

    Volume 8, Nomor 3 September 2004