Ragam Bahasa Baku Bahasa Indonesia.doc
-
Upload
rizky-novid-hermansyah -
Category
Documents
-
view
7.513 -
download
16
description
Transcript of Ragam Bahasa Baku Bahasa Indonesia.doc
Definisi/Pengertian Bahasa, Ragam dan Fungsi Bahasa - Pelajaran Bahasa Indonesia
Bahasa dibentuk oleh kaidah aturan serta pola yang tidak boleh dilanggar agar tidak
menyebabkan gangguan pada komunikasi yang terjadi. Kaidah, aturan dan pola-pola yang
dibentuk mencakup tata bunyi, tata bentuk dan tata kalimat. Agar komunikasi yang dilakukan
berjalan lancar dengan baik, penerima dan pengirim bahasa harus harus menguasai bahasanya.
Bahasa adalah suatu sistem dari lambang bunyi arbitrer yang dihasilkan oleh alat ucap
manusia dan dipakai oleh masyarakat komunikasi, kerja sama dan identifikasi diri. Bahasa lisan
merupakan bahasa primer, sedangkan bahasa tulisan adalah bahasa sekunder. Arbitrer yaitu tidak
adanya hubungan antara lambang bunyi dengan bendanya.
Fungsi Bahasa Dalam Masyarakat :
1. Alat untuk berkomunikasi dengan sesama manusia.
2. Alat untuk bekerja sama dengan sesama manusia.
3. Alat untuk mengidentifikasi diri.
Macam-Macam dan Jenis-Jenis Ragam / Keragaman Bahasa :
1. Ragam bahasa pada bidang tertentu seperti bahasa istilah hukum, bahasa sains, bahasa
jurnalistik, dsb.
2. Ragam bahasa pada perorangan atau idiolek seperti gaya bahasa mantan presiden Soeharto,
gaya bahasa benyamin s, dan lain sebagainya.
3. Ragam bahasa pada kelompok anggota masyarakat suatu wilayah atau dialek seperti dialek
bahasa madura, dialek bahasa medan, dialek bahasa sunda, dialek bahasa bali, dialek bahasa
jawa, dan lain sebagainya.
4. Ragam bahasa pada kelompok anggota masyarakat suatu golongan sosial seperti ragam bahasa
orang akademisi beda dengan ragam bahasa orang-orang jalanan.
5. Ragam bahasa pada bentuk bahasa seperti bahasa lisan dan bahasa tulisan.
6. Ragam bahasa pada suatu situasi seperti ragam bahasa formal (baku) dan informal (tidak
baku).
Bahasa lisan lebih ekspresif di mana mimik, intonasi, dan gerakan tubuh dapat bercampur
menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang dilakukan. Lidah setajam pisau / silet oleh
karena itu sebaiknya dalam berkata-kata sebaiknya tidak sembarangan dan menghargai serta
menghormati lawan bicara / target komunikasi.
Bahasa isyarat atau gesture atau bahasa tubuh adalah salah satu cara bekomunikasi
melalui gerakan-gerakan tubuh. Bahasa isyarat akan lebih digunakan permanen oleh penyandang
cacat bisu tuli karena mereka memiliki bahasa sendiri. Bahasa isyarat akan dibahas pada artikel
lain di situs organisasi.org ini. Selamat membaca.
KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA
Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara/Resmi
Sebagaimana kedudukannya sebagai bhasa nasional, bahasa Indonesia sebagai
bahasa negara/resmi pun mengalami perjalanan sejarah yang panjang. Hal ini terbukti pada
uraian berikut.
Secara resmi adanya bahasa Indonesia dimulai sejak Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928.
Ini tidak berarti sebelumnya tidak ada. Ia merupakan sambungan yang tidak langsung dari
bahasa Melayu. Dikatakan demikian, sebab pada waktu itu bahasa Melayu masih juga
digunakan dalam lapangan atau ranah pemakaian yang berbeda. Bahasa Melayu digunakan
sebagai bahasa resmi kedua oleh pemerintah jajahan Hindia Belanda, sedangkan bahasa
Indonesia digunakan di luar situasi pemerintahan tersebut oleh pemerintah yang
mendambakan persatuan Indonesia dan yang menginginkan kemerdekaan Indonesia.
Demikianlah, pada saat itu terjadi dualisme pemakaian bahasa yang sama tubuhnya, tetapi
berbeda jiwanya: jiwa kolonial dan jiwa nasional.
Secara terperinci perbedaan lapangan atau ranah pemakaian antara kedua bahasa itu terlihat pada perbandingan berikut ini.
Bahasa Melayu: Bahasa Indonesia:
a. Bahasa resmi kedua di samping bahasa Belanda, terutama untuk tingkat yang dianggap rendah.
b. Bahasa yang diajarkan di sekolah-sekolah yang didirikan atau menurut sistem pemerintah Hindia Belanda.
c. Penerbitan-penerbitan yang dikelola oleh jawatan pemerintah Hindia Belanda.
a. Bahasa yang digunakan dalam gerakan kebangsaan untuk mencapai kemerdekaan Indonesia.
b. Bahasa yang digunakan dalam penerbitan-penerbitan yang bertuju-an untuk mewujudkan cita-cita perjuangan kemerdekaan Indonesia baik berupa:
1) bahasa pers,
2) bahasa dalam hasil sastra.
Kondisi di atas berlangsung sampai tahun 1945.
Bersamaan dengan diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17
Agustus 1945, diangkat pulalah bahasa Indonesia sebagai bahasa negara. Hal itu
dinyatakan dalam Uud 1945, Bab XV, Pasal 36. Pemilihan bahasa sebagai bahasa negara
bukanlah pekerjaan yang mudah dilakukan. Terlalu banyak hal yang harus dipertimbangkan.
Salah timbang akan mengakibatkan tidak stabilnya suatu negara. Sebagai contoh konkret,
negara tetangga kita Malaysia, Singapura, Filipina, dan India, masih tetap menggunakan
bahasa Inggris sebagai bahasa resmi di negaranya, walaupun sudah berusaha dengan
sekuat tenaga untuk menjadikan bahasanya sendiri sebagai bahasa resmi.
Hal-hal yang merupakan penentu keberhasilan pemilihan suatu bahasa sebagai bahasa
negara apabila (1) bahasa tersebut dikenal dan dikuasai oleh sebagian besar penduduk
negara itu, (2) secara geografis, bahasa tersebut lebih menyeluruh penyebarannya, dan (3)
bahasa tersebut diterima oleh seluruh penduduk negara itu. Bahasa-bahasa yang terdapat
di Malaysia, Singapura, Filipina, dan India tidak mempunyai ketiga faktor di atas, terutama
faktor yang nomor (3). Masyarakat multilingual yang terdapat di negara itu saling ingin
mencalonkan bahasa daerahnya sebagai bahasa negara. Mereka saling menolak untuk
menerima bahasa daerah lain sebagai bahasa resmi kenegaraan. Tidak demikian halnya
dengan negara Indonesia. Ketig faktor di atas sudah dimiliki bahasa Indonesia sejak tahun
1928. Bahkan, tidak hanya itu. Sebelumnya bahasa Indonesia sudah menjalankan tugasnya
sebagai bahasa nasional, bahasa pemersatu bangsa Indonesia. Dengan demikian, hal yang
dianggap berat bagi negara-negara lain, bagi kita tidak merupakan persoalan. Oleh sebab
itu, kita patut bersyukur kepada Tuhan atas anugerah besar ini.
Dalam “Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional” yang diselenggarakan di
Jakarta pada tanggal 25 s.d. 28 Februari 1975 dikemukakan bahwa di dalam kedudukannya
sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia befungsi sebagai
(1) bahasa resmi kenegaraan,
(2) bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan,
(3) bahasa resmi di dalam perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintah, dan
(4) bahasa resmi di dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu
pengetahuan serta teknologi modern.
Ragam Bahasa Baku Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia sebagai ragam bahasa baku dijadikan sebagai bahasa pemersatu di
wilayah Indonesia yang memiliki beragam bahasa di setiap daerah. Dalam bahasa Indonesia
ditemukan sejumlah ragam bahasa. Ragam bahasa merupakan salah satu dari sejumlah variasi
yang terdapat dalam pemakaian bahasa. Variasi itu muncul karena pemakaian bahasa
memerlukan alat komunikasi yang sesuai dengan situasi dan kondisinya. Ragam tertentu dipakai
untuk kepentingan yang sifatnya formal, dan ragam yang lain dipakai untuk kepentingan yang
tidak formal. Dalam ragam formal misalnya digunakan untuk pidato kenegaraan, khotbah,
kuliah, penyiaran berita lewat radio atau televise, penulisan yang bersifat resmi. Berdasarkan
media dan sasarannya, ditemukan ragam lisan dan ragam tulis. Surat merupakan salah satu
bentuk komunikasi tulis yang masih sangat penting sampai saat ini. Gagasan/ informasi secara
lengkap dapat disampaikan penulis melalui surat.
Menulis surat ternyata tidak sesederhana yang kita bayangkan. Terbukti setelah seseorang
memulai menulis surat, baru menyadari bahwa membuat surat cukup menyulitkan. Hal itu terjadi
karena penulis sebenarnya belum siap atau tak memiliki dasar pengetahuan tentang bagaimana
cara menulis surat yang benar. Menulis surat yang baik tentunya mengandung bagian-bagian
yang memenuhi persyaratan sebuah surat yang baik. Bisa saja semua orang dapat menulis surat,
tetapi apakah surat yang ditulis itu sudah memenuhi persyaratan yang benar? Tentu saja para
penulis surat dituntut harus belajar lebih banyak tentang bagaimana cara menulis surat yang
benar, tidak hanya sekedar penyampaian maksud dan isi hati semata-mata. Yang menerima surat
akan menilai bahwa surat yang dibacanya kurang sopan, kurang jelas, kurang komunikatif,
kurang memenuhi syarat sebagai surat yang baik dan benar. Sebaiknya kita hindari tanggapan
orang semacam itu.
Penulisan yang dimaksud tentunya surat-surat yang utamanya adalah surat resmi yang
dipergunakan oleh dinas pemerintahan, perusahaan-perusahaan dan instansi-instansi. Surat dinas
merupakan surat resmi sehingga dalam pemakaian bahasa surat harus mempergunakan kaidah
Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Penulisan surat resmi dengan menggunakan bahasa
Indonesia harus sesuai dengan tata bahasa Indonesia serta sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia yang disempurnakan atau sesuai dengan aturan penggunaan bahasa baku.
Kesalahan-kesalahan yang sering terjadi dalam penulisan surat resmi ialah penggunaan bahasa
yang tidak baku. Oleh karena itu dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis diperlukan
kecermatan dan ketepatan didalam pemilihan kata, penerapan kaidah ejaan, struktur bentuk kata
dan struktur kalimat, serta unsur-unsur bahasa di dalam struktur kalimat.
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
Kondisi bahasa Indonesia masa kini merupakan kondisi kumulatif dari kondisi-
kondisi sebelumnya yang kurang mendukung upaya pembinaan dan pengembangan
bahasa. Hal itu terjadi karena sejak kemerdekaan Republik Indonesia tidak ada contoh
dan teladan dari para pemimpin bangsa.
Isi pernyataan itu mengemuka sesuai dengan catatan Profesor Zainal Arifin, 59 tahun,
Peneliti Madia Bidang Bahasa dari Pusat Bahasa, seperti yang disampaikan kepada johnherf,
Minggu 30/9 pagi di Jakarta.
Perihal suri teladan pimpinan ia kemukakan sebagai bentuk perhatian yang kurang serius.
Ketidakseriusan berbahasa Indonesia merupakan kondisi kumulatif. Lebih jauh lagi, pendamping
bahasa di Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dalam pembahasan serbaneka
rancangan undang-undang ini mengungkap kondisi sebelumnya juga kurang mendukung upaya
pembinaan dan pengembangan bahasa. “Tidak ada contoh dan teladan dari pemimpin bangsa,”
tegas Profesor kelahiran Tasikmalaya, 28/3.
Adapun jargon bahasa Sukarno, misalnya, kata pengarang buku “Morfologi: Bentuk,
Makna, dan Fungsi” ialah “Kami punya bangsa, kami punya negara, kami punya rakyat.” Gaya
bahasa Suharto, misalnya memperhatiken, menginginken, semangkin. Bahasa Habibie, misalnya
technologi, ikonomi. Gaya bahasa Gus Dur, “Gitu aja kok repot,” dan “Gak usah didengerin.”
Lantas, gaya bahasa Megawati, tidak jelas (Bali, Jawa, Bengkulu), dan pemimpin masyarakat
bangsa dan negara Republik Indonesia, SBY bergaya bahasa, menurut Guru Besar Bahasa
Indonesia/Linguistik pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas, Universitas Trisakti,
Universitas Mercu Buana, Universitas Tarumanagara, Institut Ilmu Pemerintahan Abdi Negara,
Universitas Indonusa Esa Unggul, dan Universitas Nasional Jakarta ini, yakni “I don’t care with
popularity.”
Lebih-lebih pada era reformasi ini, ujar Profesor Zainal Arifin, bahasa Indonesia makin
goyah karena goyahnya budaya nasional dan budaya suku dengan alasan kini sudah era bebas
bicara dan bebas berekspresi, sudah era globalisasi. “Akibatnya, bahasa Indonesia berantakan
dan memprihatinkan,” tegasnya.
Bahasa Indonesia masa kini, katanya, diganggu dari berbagai penjuru, seperti bahasa gaul,
bahasa Betawi, bahasa pelesetan, dan bahasa asing. Berikut ini contoh-contoh serbaneka
gangguan.
Contoh Bahasa Gaul
Nondra yuk bow! (Nonton yuk bow!)
Bolelebo, jambore berapipa? (Boleh jam berapa?)
Jambore enam anjas ye? (Jam enam aja ya?)
Ketumbar di sandro ye. (Oke, ketemu di sana ya.?)
Contoh Bahasa Betawi
Gapapa klo lho blon tau sape aQu;
Gitu aja kok repot, nggak usah didengerin, gak perlu diurusin; uda, gimana, makasih, gini, truZ, dikit;
Hari gini pengennya pasti dapet.
Nyok kite bareng bikin Jakarte lebih baek dari kemaren.
TUGAS
BAHASA INDONESIA
TENTANG RAGAM BAHASA
OLEH :
RIZKY NOVID H 90801/2007
PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU-ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG2010