RAFDI - Pertemuan Dengannya

26
Pertemuan Dengannya "Hei! Ayo kita semua pergi karaoke!" Teriak seorang laki-laki berambut ikal yang sedang berdiri di depan kelas. Tidak lama setelah dia berteriak, seisi kelas langsung bersemangat dan dipenuhi dengan suara obrolan. "Ayo, ayo! Kita pergi karaoke!" "Aku mau menyanyikan lagu kesukaanku!" "Tunggu sebentar, aku izin dengan orang tuaku terlebih dahulu!" Melihat seluruh kelas mulai berapi-api, dia pun tersenyum kemudian melihat kearah siswa yang duduk di bangku paling belakang. Yang berada di belakang sana adalah siswa baru, siswa yang bernama Kei, ini sudah minggu kedua setelah dia masuk sekolah, tapi dia masih saja sendirian. Laki-laki berambut ikal itu berusaha mendekati siswa baru itu. Tapi baru saja dia mau melangkah, temannya yang berdiri di sebelahnya langsung menghentikannya. "Hei Evan! Kamu tidak berpikiran untuk mengajaknya, kan?" "Memangnya kenapa? Tidak ada salahnya kan? Justru ini kesempatan untuknya berbaur dengan kelas." Setelah laki-laki bernama Evan berbicara, temannya barusan kembali membalasnya. "Tapi kalau dia ikut dengan kita, dia hanya akan merusak suasana, kan? Apakah kamu tidak sadar wajahnya tidak bersahabat seperti itu! Ditambah lagi, dia itu--!" Sebelum dia sempat menyelesaikan kata-katanya, suara kursi yang bergesekan dengan lantai terdengar dari belakang ruangan. Kemudian siswa baru yang bernama Kei itu berdiri dari tempatnya dan meninggalkan kelas dengan melewati mereka semua Rafdiaufar Hazman/ Pertemuan Dengannya 1

description

cerpen

Transcript of RAFDI - Pertemuan Dengannya

Page 1: RAFDI - Pertemuan Dengannya

Pertemuan Dengannya

"Hei! Ayo kita semua pergi karaoke!" Teriak seorang laki-laki berambut ikal yang sedang berdiri di depan kelas. Tidak lama setelah dia berteriak, seisi kelas langsung bersemangat dan dipenuhi dengan suara obrolan.

"Ayo, ayo! Kita pergi karaoke!" "Aku mau menyanyikan lagu kesukaanku!" "Tunggu sebentar, aku izin dengan orang tuaku terlebih dahulu!"

Melihat seluruh kelas mulai berapi-api, dia pun tersenyum kemudian melihat kearah siswa yang duduk di bangku paling belakang. Yang berada di belakang sana adalah siswa baru, siswa yang bernama Kei, ini sudah minggu kedua setelah dia masuk sekolah, tapi dia masih saja sendirian. Laki-laki berambut ikal itu berusaha mendekati siswa baru itu. Tapi baru saja dia mau melangkah, temannya yang berdiri di sebelahnya langsung menghentikannya.

"Hei Evan! Kamu tidak berpikiran untuk mengajaknya, kan?"

"Memangnya kenapa? Tidak ada salahnya kan? Justru ini kesempatan untuknya berbaur dengan kelas."

Setelah laki-laki bernama Evan berbicara, temannya barusan kembali membalasnya.

"Tapi kalau dia ikut dengan kita, dia hanya akan merusak suasana, kan? Apakah kamu tidak sadar wajahnya tidak bersahabat seperti itu! Ditambah lagi, dia itu--!"

Sebelum dia sempat menyelesaikan kata-katanya, suara kursi yang bergesekan dengan lantai terdengar dari belakang ruangan. Kemudian siswa baru yang bernama Kei itu berdiri dari tempatnya dan meninggalkan kelas dengan melewati mereka semua yang sedang berkumpul di depan kelas dan keluar melalui pintu di samping mereka semua.

Disaat dia pergi, suasana kelas langsung menjadi hening.

Dengan suara langkahnya yang tertutup oleh suara siswa lainnya di koridor yang ramai, dia berjalan sendirian sambil memikul tas di punggungnya menuju gerbang sekolah. Begitu dia keluar, dia langsung disambut dengan cahaya jingga yang berasal dari matahari yang sudah berada di batas horizon. Meskipun begitu, dia tidak memperdulikan apapun dan terus berjalan dengan kecepatan yang sama hingga berhenti di depan sebuah rumah.

Rumah itu cukup sederhana. Tidak terlalu besar, dan tidak terlalu kecil dan dikelilingi pagar yang berwarna hitam. Warna cat temboknya masih putih bersih karena tidak lama baru di cat. Dengan gentengnya yang berwarna merah bata, rumah itu memberikan kesan yang cukup bagus.

Rafdiaufar Hazman/ Pertemuan Dengannya 1

Page 2: RAFDI - Pertemuan Dengannya

Dia pun membuka pagar rumah tersebut kemudian masuk kedalam rumah itu setelah membuka pintu rumah tersebut. Begitu dia menutup pintunya, seketika itu juga seorang perempuan separuh baya yang daritadi sedang memasak di dapur menghampirinya sambil melepas celemek yang sedang digunakan perempuan itu.

"Selamat datang, Kei" Ujar perempuan itu sambil memberikan senyumannya kepada anaknya.

"Ya. Aku pulang." Jawab Kei tanpa menoleh sedikitpun kearah perempuan itu dan terus berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.

Sesampainya di kamar, Kei melempar tasnya ke lantai dan langsung membaringkan tubuhnya di ranjang dan menghalangi cahaya yang masuk ke matanya dengan lengannya.

Ini sudah dua minggu setelah dia pindah ke kota ini dan dia belum menemukan hal yang menyenangkan disini. Itu karena, sebelum ini, dia menentang orang tuanya untuk pindah ke kota ini. Namun karena orang tuanya mendapatkan pekerjaan baru disini, dia terpaksa pindah dan menyebabkan kekesalan terhadap orang tuanya. Terlebih lagi, disini dia tidak memiliki teman sama sekali. Bahkan teman sekelasnya tidak menyukainya karena dia selalu saja memberikan kesan dingin dan tidak bersahabat. Padahal dia tidak seperti itu, itu hanya kesan pertama yang selalu dia berikan kepada orang lain.

Tiba-tiba, rantaian pikirannya itu terputus karena pintu kamarnya yang terbuka. Perempuan separuh baya itu, yang sekarang sudah melepas celemeknya berjalan dari balik pintu itu mendekatinya.

"Bagaimana dengan sekolah hari ini, Kei?"

"Biasa. Aku mendengarkan materi yang diberikan guru dengan baik."

"Baguslah. Kalau begitu, kamu tidak bermain dengan temanmu?"

Disaat ibunya berbicara seperti itu, kekesalan kepada orang tuanya yang dia biasanya selalu dia tahan sebelumnya mulai melonjak.

"Ibu tidak melarangmu untuk bermain dengan temanmu kok. Lagipula, Ibu lebih senang kalau kamu bermain dengan teman-temanmu."

Kei tetap terdiam mendengarkan ucapan ibunya.

"Itulah kenapa, kamu tidak perlu langsung pulang ke rumah sepulang sekolah. Gunakan waktumu untuk bermain dengan temanmu--."

"DIAM!!"

Rafdiaufar Hazman/ Pertemuan Dengannya 2

Page 3: RAFDI - Pertemuan Dengannya

Kekesalan yang dia tahan daritadi akhirnya melonjak dan membuat ibunya sedikit kaget. Menyadari kesalahannya, Kei langsung memalingkan wajahnya dan tidak berani menatap wajah ibunya. Dia tidak bermaksud untuk membentaknya, hanya saja, kekesalannya itulah yang membuatnya seperti itu.

"Maafkan aku." Ujarnya pelan.

Kei langsung bangkit dari baringannya kemudian berlari meninggalkan ibunya disana sendirian. Dia berlari keluar rumah, tidak peduli kemana dia pergi. Dia hanya ingin kabur dari rumahnya. Setidaknya hanya untuk saat ini.

Kota dimana Kei baru pindah ini adalah sebuah kota kecil yang tidak terlalu besar. Meskipun begitu, kota ini cukup ramai karena memiliki akses yang mudah menuju kota besar. Karena kota ini memiliki prinsip menjaga lingkungan, seluruh kota ini dihiasi dengan pohon di setiap jalannya, bahkan masih ada lahan hijau yang belum tersentuh oleh tangan manusia.

Tanpa dia sadari, dia sudah berlari cukup lama hingga lampu jalan yang berderet di sampingnya menyala dan menerangi jalan tempat ia berpijak. Kei pun berhenti berlari dan menyadari kalau sekarang dia berada di bagian kota ini yang sampai saat ini belum pernah ia datangi.

Meskipun tetap dihiasi dengan pohon yang rindang, tempat ini jauh lebih sepi daripada lingkungan di sekitar rumahnya.

"Sepertinya aku berlari terlalu jauh ya.." Ujar Kei kepada dirinya sendiri. "Tapi biarlah, ini sesuai dengan harapanku."

Baru saja Kei ingin melanjutkan langkahnya, dia menyadari sebuah bangunan tua yang tidak berpenghuni. Dindingnya sudah ditumbuhi dengan tanaman yang membuat catnya memudar. Kaca jendelanya banyak yang retak, bahkan sudah ada yang tanpa kaca. Terlebih lagi, bangunan itu lebih tinggi jika dibandingkan dengan bangunan lain di sekitar sini, selain itu, bangunan ini memberikan kesan yang berbeda dengan bangunan yang lain.

Tanpa sebab, Kei menggerakan tubuhnya mendekati bangunan itu seperti tertarik oleh bangunan itu sendiri. Dia mulai menapakkan kakinya di lantai yang dipenuhi debu dan pecahan kaca.

"Bangunan ini benar-benar terlantarkan ya." Ujar Kei.

Tiba-tiba, dia menemukan jejak kaki yang masih baru. Diantara tumpukan debu dan pecahan kaca ini ada jejak kaki yang menuju kearah tangga. Kei langsung menyimpulkan satu hal dari itu, ada seseorang yang berada disini. Dia pun mengikuti jejak kaki itu yang terus mengarah ke lantai atas. Seperti sudah mengetahui tujuannya, jejak kaki itu tidak sekalipun mengarah ke tempat lain kecuali menuju tangga demi tangga.

Begitu dia sampai di lantai yang paling atas, ada perubahan suasana yang sangat mencolok. Meskipun lantainya tetap dipenuhi dengan debu, pecahan kaca itu sudah di singkirkan ke pojok

Rafdiaufar Hazman/ Pertemuan Dengannya 3

Page 4: RAFDI - Pertemuan Dengannya

ruangan dan membuat sebuah jalan lurus menuju balkon yang ditutup oleh gorden putih yang bergerak karena terkena angin dari luar.

Karena jejak itu tertuju kearah balkon, Kei pun meneruskan langkahnya dan membuka gorden yang menghalangi jalan menuju balkon itu. Dari balik gorden itu, dia melihat seorang perempuan yang sedang menatap ke luar sambil bertumpu tangan di pagar balkon. Menyadari ada orang yang membuka gordennya, perempuan itu menoleh kearah Kei.

"Oh, aku tidak menyangka ada orang lain yang masuk kesini. Selamat datang, domba yang tersesat."

Rambutnya yang panjang berwarna hitam pekat itu terlihat sangat jelas karena berkebalikan dengan warna kulitnya yang berwarna putih seperti susu. Dia mengenakan baju berwarna hitam yang dilapisi dengan jaket berwarna hijau, yang membuatnya memberikan kesan dewasa dan menarik. Meskipun begitu, perempuan ini seumuran dengan Kei.

Kei terpana melihat perempuan itu ada disini dan tidak dapat mengucapkan apapun.

Di lain sisi, perempuan itu sama sekali tidak terlihat panik dan malah memecahkan keheningan ini dengan bertanya, "Apa yang kamu lakukan disini?"

Mendengar pertanyaan itu, Kei terkejut sedikit kemudian menjawabnya dengan dingin, "Bukan urusanmu."

Mendengar jawaban itu, perempuan berambut hitam itu tersenyum kemudian menyindirnya, "Pergi ke tempat sepi sendirian, terlebih lagi pada malam hari seperti ini." Perempuan itu menunjuk kearah Kei kemudian melanjutkan kata-katanya. "Kamu, kabur dari rumah, kan?"

Kei hanya bisa memalingkan kepalanya karena yang dikatakan perempuan itu benar-benar tepat sasaran.

Melihat hal itu, perempuan itu menjadi tertarik dan mulai mengisenginya. "Benar-benar ya anak jaman sekarang, tidak akur dengan orang tuanya sendiri."

Jleb. Perkataan perempuan yang tajam itu membuat Kei merasa bersalah.

"Padahal mereka sudah dibesarkan dan diasuh tanpa diminta balas budi, benar-benar tidak bersyukur."

Jleb.

"Terlebih lagi, begitu mereka bertengkar, mereka langsung kabur dari rumah. Hahh.. benar-benar anak yang tidak bertanggung jawab."

Jleb. Jleb.

Rafdiaufar Hazman/ Pertemuan Dengannya 4

Page 5: RAFDI - Pertemuan Dengannya

Setelah menerima serangan psikologis dari perempuan itu, Kei langsung kehilangan semangatnya dan merenungi kesalahannya.

Perempuan itu kembali tersenyum ke arah Kei kemudian bertanya, "Jadi, ada masalah apa dengan orang tuamu? Berceritalah padaku, aku akan membuatmu merasa lebih baik."

Meskipun awalnya Kei menolak untuk menceritakan masalahnya, karena perempuan itu terus memaksa, akhirnya Kei pun menyerah dan mulai bercerita. Perempuan itu pun mendengarkan cerita Kei dengan seksama sambil sesekali mengangguk. Dan begitu Kei selesai bercerita, perempuan itu langsung memberikan tanggapannya.

"Kalau begitu kamu hanya tinggal kembali ke rumah saja, kan?"

"Eh? Kembali ke rumah?"

"Ya, kamu tidak benar-benar bertengkar dengan orang tuamu, kan? Kamu hanya kesal pada mereka karena kamu pindah rumah tiba-tiba, kan?" Tanya perempuan itu seperti ingin mengonfirmasi sesuatu. "Lagipula, kamu tidak suka berada di kota ini karena kamu tidak memiliki hal yang menyenangkan, kan?"

"Ya.. semua yang kamu katakan itu benar."

"Nah, kalau begitu kamu tinggal mencari hal yang menyenangkan di kota ini, kan?"

Mendengar ucapan perempuan itu barusan, Kei juga beranggapan bahwa yang dikatakan perempuan itu benar. Dia hanya perlu mencari hal yang menyenangkan di kota ini agar dia tidak kesal lagi.

"Dari wajahmu, Sepertinya kamu sudah menemukan jawaban dari permasalahanmu, aku benar kan?" Tanya perempuan itu sambil tersenyum sekali lagi.

"Ya, terima kasih.."

"Sama-sama." Jawab perempuan itu. "Karena kamu sudah menyelesaikan masalahmu, pulang lah! Kamu tidak mau membuat orang tuamu khawatir, kan?"

Mengikuti usul perempuan itu, Kei pun mengangguk kemudian memutar badannya menuju bagian dalam bangunan tua itu.

"Oh iya sebelum itu," Ujar Kei sambil menolehkan kepalanya kearah perempuan itu. "Bisakah kamu memberitahu namamu?"

"Menanyakan nama orang lain tanpa memperkenalkan diri sendiri itu tidak sopan, tahu."

Rafdiaufar Hazman/ Pertemuan Dengannya 5

Page 6: RAFDI - Pertemuan Dengannya

"Ah, maafkan aku. Namaku Kei, kalau kamu?"

Disaat Kei bertanya seperti itu, angin malam berhembus dan membuat perempuan itu menahan rambut dengan tangannya sebelum akhirnya menjawab pertanyaan yang diberikan padanya.

"Sola." Jawabnya seolah-olah menyanyikan tangga nada kelima dan keenam.

Nama itu memberikan kesan yang tenang seperti melodi tangga nada. Bahkan Kei juga berpikir kalau namanya itu sangat bagus. Namun dia tidak memberitahukannya kepada perempuan itu karena terlalu memalukan.

"Itulah namaku. Ingat itu baik-baik."

Keesokan harinya, Kei berangkat sekolah lebih cepat untuk pergi ke tempat perempuan bernama Sola itu berada. Kemarin malam, begitu dia pulang, orang tuanya langsung memarahinya karena dia kabur dari rumah. Namun tidak lama setelah itu, mereka mendiskusikan masalahnya kemudian Kei meminta maaf dan pada akhirnya mereka semua berbaikan.

Itulah kenapa, hari ini dia ingin pergi ke tempat perempuan itu setidaknya untuk berterima kasih tentang yang kemarin. Lagipula, entah kenapa Kei juga ingin bertemu dengan perempuan itu lagi. Begitu sampai di depan bangunan tua yang kemarin ia kunjungi, dia pun langsung memasukinya dan mulai berjalan menuju lantai teratas. Sama seperti kemarin, gorden yang membatasi ruangan ini dengan balkon itu berkibas terkena terpaan angin.

Kei pun mendekati gorden itu dan membukanya. Tetapi tidak ada siapapun disana. Perempuan berambut hitam panjang yang kemarin ia lihat itu tidak ada di balkon itu.

"Benar juga ya.. tidak mungkin dia berada disini sepagi ini. Aku hanya membuang-buang waktuku saja." Ujar Kei kepada dirinya sendiri untuk menyembunyikan rasa kecewanya.

Akhirnya, dia pun turun dan keluar dari bangunan tua itu kemudian melanjutkan langkahnya menuju sekolah. Sesampainya di sekolah, dia kembali mengisi bangku paling belakang dan mulai menyendiri. Tetapi dia sama sekali tidak peduli, karena memang itulah kebiasaannya setiap hari setelah pindah ke sekolah ini.

Sebelumnya, dia akan tidur disana sampai bel masuk berbunyi. Tetapi kali ini, dia sedang memikirkan cara agar dapat bertemu dengan perempuan itu lagi.

"Karena kemarin aku bertemu dengannya pada malam hari, sepertinya aku bisa bertemu dengannya lagi nanti malam." Pikir Kei.

Tiba-tiba, pintu kelas pun terbuka dan laki-laki berambut ikal memasuki kelas dengan semangat.

Rafdiaufar Hazman/ Pertemuan Dengannya 6

Page 7: RAFDI - Pertemuan Dengannya

"Selamat pagi semuanya!"

Seperti biasa, begitu dia masuk, seisi kelas langsung menjadi ramai. Karena sifatnya yang selalu bersemangat itu ikut membangkitkan semangat siswa seisi kelas. Disaat Kei sedang menatap kearah laki-laki berambut ikal itu, tiba-tiba tatapan mereka berdua bertemu dan lelaki bernama Evan itu langsung melambaikan tangannya kearah Kei.

Melihat hal itu, tiba-tiba teman Evan langsung memarahi dan memberitahunya untuk tidak berteman dengan Kei. Karena Kei sudah sering dikucilkan, dia sudah terbiasa dengan kelakuan teman sekelasnya ini. Dan sama sekali tidak peduli dengan hal itu.

Namun pertemuannya dengan Sola itu membuat Kei berpikir, alasan dia tidak suka kalau dia pindah itu karena dia tidak memiliki hal yang menyenangkan disini. Kalau dia tidak berteman dengan teman sekelasnya sendiri, dia tidak akan bisa menemukan hal yang menyenangkan.

"Mungkin ini saatnya aku memperbaiki hubunganku dengan teman sekelasku..." pikir Kei lagi.

Setelah melewati pelajaran sekolah seperti biasa, Kei pulang kerumahnya dan beristirahat. Begitu matahari sudah menghilang dari arah barat dan bergantian dengan bulan, Kei langsung bersiap-siap untuk keluar rumah. Disaat dia hendak membuka pintu rumahnya, seseorang memanggilnya dari belakang.

"Kei! Kamu mau pergi kemana?"

Dibelakang Kei, ibunya yang masih menggunakan celemek karena habis memasak berjalan mendekatinya dan bertanya, "Kamu tidak berencana untuk kabur dari rumah lagi, kan?"

"Tentu saja tidak." Bantah Kei dengan cepat. "Maafkan aku sudah kabur dari rumah kemarin..."

"Tidak apa-apa, kita sudah membicarakannya kemarin, kan? Kalau begitu kamu mau pergi kemana selarut ini?"

"Umm... aku hanya ingin melihat pemandangan kota ini pada malam hari."

Kei berbohong karena dia tidak akan bisa menahan malu kalau dia jujur bahwa dia ingin bertemu dengan perempuan itu lagi.

Ibu Kei hanya tersenyum melihat anaknya membunyikan sesuatu darinya. "Baiklah, tapi jangan pulang terlalu malam ya."

Setelah mendapatkan izin dari ibunya, Kei pun mengangguk kemudian membuka pintu rumahnya dan berjalan keluar dengan tujuan menuju bangunan tua itu.

Rafdiaufar Hazman/ Pertemuan Dengannya 7

Page 8: RAFDI - Pertemuan Dengannya

Sesampainya disana, dia memasuki bangunan itu dan menaiki tangga hingga sampai di lantai teratas. Dia menghentikan langkahnya di depan gorden itu dan berharap untuk menemukan perempuan itu lagi. Semoga saja disaat dia membukanya, dia akan menemukan perempuan itu lagi.

Setelah menghela napas, dia pun membuka gorden yang menghalangi balkon itu. Seketika itu juga, dia pun merasa lega. Sama seperti kemarin, di balik gorden itu, dia melihat rambut hitam panjang yang tergerai-gerai karena ditiup angin. Jaket hijau itu sama seperti yang dikenakannya kemarin.

Perempuan pemilik rambut panjang yang bernama Sola itu pun kembali memutar badannya menghadap Kei, "Oh, aku tidak menyangka kamu akan datang kesini lagi. Bukankah masalahmu sudah selesai kemarin? Kamu tidak kabur dari rumah lagi, kan?"

"Ugh.. pertama-tama, aku tidak kabur dari rumah. Kedua, seperti yang kamu katakan, masalahku sudah selesai dan aku datang kesini untuk berterima kasih padamu."

"Berterima kasih padaku? Bukankah kamu sudah berterima kasih kemarin?" Tanya Sola heran.

"Iyasih, hanya saja, aku ingin berterima kasih lagi padamu."

"Baiklah, kalau begitu sama-sama. Karena kamu sudah menyampaikan rasa terima kasihmu itu, pulanglah." Balas Sola dingin sambil mengayunkan tangannya yang menandakan untuk mengusir orang lain.

Melihat balasan seperti itu, Kei terkejut kemudian berteriak, "Eh?!! Kamu mengusirku?!"

"Tentu saja, lagipula kamu tidak punya urusan denganku lagi, kan? Kalau begitu bukankah lebih baik kamu segera pulang ke rumah?"

"Aku tahu aku tidak ada urusan lagi denganmu, tapi bolehkah aku bersamamu disini, Sola?"

"Hee... jadi kamu mengingat namaku. Baiklah, mendekatlah kesini." Ujarnya sambil menepuk pagar balkon di sebelahnya.

Kei pun mengangguk dan menuruti perintahnya. Begitu dia mendekat, Sola memutar badannya kembali menghadap pemandangan luar kemudian menaruh kepala di tumpuan tangannya.

Sambil memainkan rambutnya yang panjang itu, tiba-tiba Sola bertanya, "Oh iya, ada masalah apa lagi? Wajahmu itu memberitahuku."

Sekali lagi, Kei terkejut mendengar ucapan Sola yang tepat sasaran. "Apakah wajahku semudah itu untuk dibaca?" Tanya Kei.

Rafdiaufar Hazman/ Pertemuan Dengannya 8

Page 9: RAFDI - Pertemuan Dengannya

"Tidak juga, hanya saja aku sudah terbiasa melihat ekspresi seseorang yang sedang kesulitan."

"Keahlian yang hebat ya..."

"Tentu saja. Terima kasih atas pujiannya. Uhuhu." Ujarnya dengan bangga. "Jadi, ada masalah apa lagi? Berceritalah padaku, aku akan membuatmu merasa lebih baik."

Karena Kei tahu kalau dia akan menanyakan hal itu terus menerus jika dia tidak bercerita, Kei langsung menyerah dan mulai bercerita. Kali ini dia menceritakan hubungannya dengan teman sekelasnya yang tidak akur meskipun sudah dua minggu sejak dia pindah.

"Kamu hanya perlu mencobanya, kan?" Tanya Sola setelah mendengarkan cerita Kei.

"Mencobanya?"

"Ya, mencobanya. Biar kutebak, pasti kamu tidak pernah mencoba untuk berteman dengan mereka, kan?"

Mendengar ucapan Sola membuat Kei kembali berpikir. Yang dikatakannya itu benar, karena dibutakan oleh kekesalan karena dia pindah rumah, dia sama sekali tidak pernah mencoba untuk berteman dengan teman sekelasnya.

"Jadi... aku harus mencobanya?"

"Tentu saja, kalau tidak, mana mungkin kamu bisa berteman dengan mereka semua. Untuk permulaan, cobalah untuk berteman dengan seseorang yang paling ramah di kelasmu."

Seseorang yang pertama kali terlintas di pikiran Kei adalah laki-laki berambut ikal yang bernama Evan itu. Dia satu-satunya orang yang masih berusaha untuk berteman dengan Kei.

"Kamu sudah menemukan jawabannya, kan?"

Kei pun mengangguk menjawab pertanyaannya.

"Baiklah, kalau begitu kembalilah kerumah, sekarang sudah mulai larut." Jawabnya. "Oh iya, jangan lupa untuk datang kesini lagi besok malam untuk menceritakan hasilnya kepadaku."

"Eh? Kamu memperbolehkanku datang?"

"Kalau kamu tidak mau datang, ya sesukamu saja."

"Ah tidak, aku akan datang kok. Terima kasih untuk hari ini, Sola."

"Sama-sama." Jawab Sola sambil menampilkan senyumannya lagi.

Rafdiaufar Hazman/ Pertemuan Dengannya 9

Page 10: RAFDI - Pertemuan Dengannya

Keesokan harinya sepulang sekolah, Evan yang berdiri di depan kelas kembali mengajak teman-temannya untuk pergi bermain. Seketika itu juga, seisi kelas langsung ramai dan mereka semua langsung berkerumun di depan kelas. Kalau saja Kei tidak menceritakan masalahnya ini kepada Sola, sudah pasti dia akan langsung pulang tanpa memperdulikan mereka.

Kali ini, dia berjalan mendekati kerumunan itu. Begitu dia mendekat, siswa-siswa yang sedang berkerumun itu menjauhinya dan malah membuat jalan lurus untuknya bertatapan langsung dengan Evan. Setelah itu, Kei memberanikan dirinya sambil mengingat kata-kata yang diucapkan Sola kepadanya kemarin. 'Kamu hanya perlu mencobanya, kan?'

Akhirnya, Kei pun mengucapkan kata-kata yang sebelumnya tidak bisa ia ucapkan. "Bolehkah aku ikut dengan kalian?"

Seluruh siswa langsung terkejut kemudian mulai membicarakannya satu sama lain. Satu-satunya siswa yang tersenyum adalah siswa berambut ikal yang berdiri di depannya.

"Ya, tentu saja. Kita itu teman sekelas, kan?"

Mendengar jawaban itu, Kei langsung merasa lega. Kemudian teman sekelasnya yang tadi enggan mendekatinya mulai berbicara dengannya. Kalau saja Kei sudah mencobanya sebelum ini, mungkin kehidupannya disini tidak akan separah sebelumnya.

"Aku harus berterima kasih lagi padanya..." Pikir Kei.

"Jadi, pada akhirnya kamu berteman dengan mereka semua, kan?"

Kei mengangguk untuk menjawab pertanyaannya itu. Sepulang bermain dengan teman sekelasnya, Kei langsung pergi ke bangunan tua ini dan menceritakan semua yang terjadi hari ini padanya.

Sambil memainkan rambutnya yang panjang itu, Sola menghadap ke luar kemudian menampilkan senyuman di wajahnya.

"Baguslah kalau begitu. Lagipula dilihat dari wajahmu itu, kamu tidak memiliki masalah lagi, kan?"

"Ya, ini semua berkatmu. Terima kasih, Sola." Jawab Kei kemudian tersenyum ke arah Sola.

Berkat Sola, Kei yang awalnya tidak menyukai kota ini mulai membuka hatinya. Sejak bertemu dengan Sola dua hari yang lalu, dia mulai menikmati kehidupannya di kota yang awalnya ti

Rafdiaufar Hazman/ Pertemuan Dengannya 10

Page 11: RAFDI - Pertemuan Dengannya

dak dia sukai. Mungkin ini karena kata-kata yang diucapkan Sola pertama kali. Karena dia sudah menemukan hal yang menyenangkan disini, dia mulai menyukai kota ini. Yaitu menghabiskan waktunya bersama dengan Sola.

"Sama-sama." Jawab Sola sambil tersenyum seperti biasa. "Oh iya, karena kamu tidak memiliki masalah lagi, apa yang akan kamu lakukan sekarang?"

"Entahlah, tapi aku akan tetap datang kesini setiap malam."

"Benarkah? Kalau begitu, bagaimana kalau malam ini kamu menceritakan kehidupanmu sebelum pindah ke kota ini?"

"Baiklah, tapi itu membutuhkan waktu yang cukup lama dan membosankan, apakah kamu tidak apa-apa dengan itu?"

"Ya, tentu saja. Lagipula aku senang mendengarkan cerita orang lain kok."

"Baiklah, kalau begitu akan memulai ceritanya. Jadi, sebelum aku pindah kesini......"

Kei mulai menceritakan kehidupannya sebelum dia pindah. Seperti biasa, Sola mendengarkan cerita Kei dengan seksama. Tidak terasa waktu sudah larut, dan sudah saatnya Kei kembali ke rumahnya.

"Aku boleh datang kesini lagi, kan?"

"Tentu saja, jangan lupa untuk menyiapkan cerita yang lain untukku."

"Ya, aku akan menyiapkannya."

Hari-hari setelah itu, Kei tidak lagi sendirian di sekolah, dia sudah berbaur dengan kelas dan bermain bersama. Hubungan dengan orang tuanya juga baik-baik saja. Dan setiap malamnya, dia pergi ke bangunan tua itu untuk bertemu dengan Sola dan menceritakan apa yang terjadi hari itu dan sesekali menyelesaikan masalah yang dialami olehnya.

Dan pada malam ini, seperti biasa, Kei sedang berjalan menuju bangunan tua tempat perempuan bernama Sola itu berada. Dia pun memasuki bangunan tua yang lantainya dipenuhi debu dan pecahan kaca. Kemudian terus melangkah menaiki tangga hingga naik ke lantai teratas ke tempat balkon itu berada.

Sesampainya diatas, gorden yang menutup balkon itu berkibar-kibar karena tertiup oleh angin malam. Dan seperti biasa, dia membuka gorden tersebut sambil memanggilnya.

"Sola, dengarkan ini, tadi pagi aku--"

Rafdiaufar Hazman/ Pertemuan Dengannya 11

Page 12: RAFDI - Pertemuan Dengannya

Seruannya itu hanya dibalas dengan suara angin malam yang berhembus. Seketika itu juga, sekujur tubuhnya merinding. Ketakutan nomor satu yang sering menghantuinya itu akhirnya terjadi.

Dia tidak menemukan perempuan itu dimanapun.

Kemarin dia tidak bertengkar, ataupun membuat hal yang menyebabkan Sola kesal. Tetapi, dia tidak ada disini. Ini pertama kalinya dia tidak bertemu dengan Sola pada malam hari.

"Mungkin dia telat. Sepertinya aku akan menunggunya disini." Ujar Kei kepada dirinya sendiri untuk menyemangati dirinya.

Akhirnya, Kei pun tetap menunggunya sambil menatap ke luar dari balkon. Meskipun begitu, hingga waktunya Kei untuk pulang kerumah, Sola sama sekali tidak muncul ke tempat ini.

Keesokan harinya, Kei tidak juga menemukan Sola di bangunan tua itu. Bahkan keesokan hari dan keesokan harinya lagi. Tidak terasa, seminggu sudah berlalu sejak Kei tidak bertemu dengan Sola di bangunan tua itu, tetapi tujuh hari kemarin, Kei tetap mengunjungi bangunan tua itu.

Mungkin karena itu, hari ini Kei tidak bersemangat dan kembali menyendiri di bangkunya yang berada di barisan belakang. Melihatnya seperti itu, Evan langsung mendekatinya dan menanyakannya.

"Ada apa Kei? Akhir-akhir ini kamu tidak bersemangat."

"Ahh.. tidak. Tidak apa-apa kok." Jawab Kei sambil memalingkan pandangannya.

"Hei, jangan begitu! Ayolah ceritakan masalahmu kepadaku!"

'Berceritalah padaku. Aku akan membuatmu merasa lebih baik.'

Kata-kata Evan yang bertumpukan dengan suara Sola yang ada di pikiran Kei itu membuatnya semakin sedih. Dan karena itu juga, Kei tidak dapat menolaknya dan mulai menceritakan masalahnya kepada Evan.

"Jadi, tiba-tiba dia menghilang seminggu yang lalu?!" Tanya Evan kaget.

"Ya.. begitulah."

"Hmm.. kalau begitu mungkin aku bisa membantumu, Kei."

"Eh?! Membantuku?"

Rafdiaufar Hazman/ Pertemuan Dengannya 12

Page 13: RAFDI - Pertemuan Dengannya

"Ya.. karena pekerjaan orang tuaku membuat mereka memiliki banyak kenalan, mungkin mereka mengetahui sesuatu tentang perempuan yang kamu ceritakan itu."

"Benarkah?"

"Ya, tentu saja! Serahkan padaku! Aku akan bertanya kepada mereka begitu aku pulang sekolah!"

"Terima kasih, Evan."

Begitu malam tiba, Kei kembali berjalan menuju bangunan tua dengan sesekali berharap kalau Sola akan berada di tempatnya yang biasa. Sesampainya di lantai teratas, dia menyadari ada bayangan seseorang dari balik gorden itu. Melihat hal itu membuatnya panik kemudian berlari dan membuka gorden itu dengan cepat.

Tapi yang berada di balik gorden itu bukanlah perempuan berambut panjang berwarna hitam yang ia cari. Melainkan seorang wanita muda yang memakai pakaian pelayan.

"Kamu pasti Kei, kan?" Tanya wanita itu tiba-tiba.

Awalnya Kei terkejut mendengar wanita itu menyebutkan namanya, tetapi karena wanita itu berada disini dan mengetahui namanya, pasti dia memiliki hubungan dengan Sola.

"Ya.. apakah kamu kenalan Sola?"

"Kamu benar. Meskipun lebih tepatnya aku ini seseorang yang sudah mengasuh Sola dari kecil." Jawab wanita itu dengan tegas. "Kalau begitu aku tidak akan membuang waktu lagi. Aku datang kesini untuk memberitahumu sesuatu."

Kei sama sekali tidak menyangka kalau lanjutan dari kata-kata yang dikeluarkan oleh wanita itu adalah hal yang tidak ingin dia dengar.

"Kamu tidak akan bisa bertemu dengan Sola disini lagi."

Disaat mendengar kata-kata itu, tiba-tiba bagian dada Kei terasa sakit. Mungkin lebih tepatnya seperti sebuah tekanan hebat yang menimpanya. Tapi Kei berusaha menahannya dan terlihat baik-baik saja.

Kemudian, wanita itu membungkuk sedikit kemudian berjalan melewati Kei memasuki bangunan tua itu.

"Tunggu! Kalau begitu kemana Sola pergi?!"

Mendengar pertanyaan itu, wanita muda itu menolehkan kepalanya kearah Kei kemudian menjawab pertanyaannya, "Kalau itu, kamu harus mencari tahunya sendiri."

Rafdiaufar Hazman/ Pertemuan Dengannya 13

Page 14: RAFDI - Pertemuan Dengannya

Setelah itu, wanita muda itu meneruskan langkahnya menuruni tangga hingga akhirnya menghilang dari pandangan Kei. Disaat itu juga Kei mulai berpikir, dia tidak tahu apapun tentang Sola. selama ini dia yang selalu bercerita kepada Sola. Tapi Sola tidak pernah menceritakan apapun tentang dirinya.

Kei menurunkan pandangannya kemudian bertanya dengan suara pelan, "Kemana kamu pergi, Sola?!"

Setelah pertemuannya dengan wanita itu, Kei semakin tidak bersemangat dan kembali menyendiri. Tetapi tidak seperti biasa, kali ini, begitu Evan memasuki kelas, dia langsung berlari ke belakang untuk mendekati Kei.

"Kei! Aku menemukannya! Aku menemukan perempuan yang kamu ceritakan itu!"

Suara Evan itu membuat Kei kembali menemukan harapan terakhirnya.

"Benarkah?! Beritahu aku tempatnya sekarang!"

"Kamu mau bolos sekolah?!" Tanya Evan. Tetapi, melihat tatapan Kei yang serius itu membuat Evan menyerah dan berkata, "Baiklah, tempatnya adalah...."

...

Sambil membawa tasnya, Kei berlari menuju tempat yang dikatakan Evan. Sampai pada akhirnya, Kei tiba di depan bangunan berwarna putih yang cukup besar, dan di dindingnya terdapat banyak jendela yang berjejer, bagian atasnya terdapat palang tanda positif berwarna merah. Tanpa berpikir panjang lagi, Kei langsung memasuki bangunan itu. Sesampainya di dalam, dia langsung menemukan wanita muda yang dia lihat kemarin.

"Aku sudah menunggu kedatanganmu." Ujarnya sambil membungkuk sedikit.

"Dia... benar-benar berada disini?"

"Ya, tentu saja. Aku akan mengantarmu ke ruangannya. Ayo, ikuti aku."

Dengan pikiran yang berantakan, Kei berjalan mengikuti wanita itu. Pikirannya masih terpaku kepada Sola yang berada disini. Dia tidak menyangka Sola yang selama ini dia cari berada disini. Beberapa saat kemudian, wanita itu berhenti di depan ruangan yang memiliki palang bertuliskan ICU.

Dari apa yang Kei dengar, Sola memiliki penyakit yang sulit untuk disembuhkan dan dia sudah dirawat disini sejak tiga tahun terakhir.

Rafdiaufar Hazman/ Pertemuan Dengannya 14

Page 15: RAFDI - Pertemuan Dengannya

"Dari dulu, Sola selalu pergi keluar pada malam hari karena dia bosan berada di rumah sakit terus." Ujar wanita muda itu.

"Awalnya dia hanya pergi sebentar untuk melihat pemandangan malam. Lalu tiba-tiba dia bercerita kalau dia bertemu dengan seorang laki-laki yang memiliki masalah."

"Kemudian dia menjadi lebih ceria karena laki-laki itu terus mendatanginya. Hal itu membuatnya memiliki semangat hidup lagi, tapi tiba-tiba penyakitnya itu bertambah parah..."

Wanita itu pun membuka pintu ruang ICU, kemudian memberikan gaya tubuh yang mempersilahkan Kei masuk ke dalam.

"Silahkan ambil waktumu."

Wanita muda itu kembali membungkuk disaat Kei masuk ke dalam ruangan.

Setelah itu, Kei berjalan mendekati Sola kemudian duduk di bangku yang berada di sebelah ranjang.

Sola yang sering kali ia lihat sedang tersenyum, sekarang terbaring di ranjang itu dengan alat bantu pernapasan yang dikenakan di hidungnya. Tangannya yang halus itu disuntik oleh jarum infus untuk memberikan nutrisi kepadanya. Rambut hitamnya yang panjang itu tergerai hingga menutupi sebagian besar ranjang itu. Saat ini badannya jauh lebih kurus daripada sebelumnya. Itu karena, tujuh hari sudah berlalu semenjak penyakitnya bertambah parah.

Kei ingin bertemu dengan Sola lagi, tapi bukan seperti ini pertemuan yang dia inginkan. Menyadari pandangannya mulai memburam karena air matanya yang menumpuk, Kei mengelap matanya kemudian mengungkapkan perasaannya.

"Kenapa kamu malah seperti ini, Sola? Kamu ingin mendengar ceritaku lagi, kan?"

"Aku ingin mendengar suaramu. Melihat senyumanmu. Terlebih lagi, aku ingin kamu menyelesaikan masalahku lagi!!"

"Kehidupanku disini benar-benar berubah karenamu! Kalau saja aku tidak bertemu denganmu, aku tidak akan menyukai kota ini! Aku tidak akan bisa menemukan hal menyenangkan disini!"

"Oleh karena itu, bangunlah!!"

Dengan air matanya yang terus mengalir, Kei menangis di sebelah Sola yang sedang berbaring.

Rafdiaufar Hazman/ Pertemuan Dengannya 15

Page 16: RAFDI - Pertemuan Dengannya

"Kamu sudah selesai?" Tanya wanita itu setelah melihat Kei keluar dari ruang ICU.

Kei mengangguk pelan tapi tidak mengucapkan sepatah kata pun.

"Ini, terimalah," Ujar wanita itu tiba-tiba sambil menyodorkan sebuah amplop putih. Amplop itu tidak tertulis nama ataupun tulisan. Hanya amplop putih biasa yang sering digunakan untuk menulis surat. Melihat Kei yang terheran, wanita itu melanjutkan kata-katanya, "Ini adalah surat yang ditulis Sola untukmu."

"Untukku?"

"Ya, tapi Sola berpesan satu hal. Kamu hanya boleh membukanya kalau dia meninggal."

Meninggal. Itu adalah kata-kata yang ditakutkan Kei saat ini. Dia tidak ingin memikirkan kemungkinan itu. Karena dia tidak ingin kehilangan Sola. Kei pun mengambil surat itu kemudian memperhatikannya dengan tatapan sedih.

"Kalau begitu, aku tidak akan bisa membuka surat ini, kan?"

"Memangnya kenapa?"

"Pikirkan saja, kalau aku membukanya, itu sama saja aku mengakui kematiannya kan? Aku tidak mau mengakuinya... dan tidak akan pernah."

"Kamu benar-benar lelaki yang baik ya. Wajar saja Sola menyukaimu." Ujar wanita itu pelan agar Kei tidak dapat mendengarnya. "Kalau begitu aku akan memberitahumu. Hari ini adalah hari dimana dia melakukan operasi."

Mendengar kata-kata itu Kei kembali terkejut, ia tidak menyangka operasinya akan dilakukan hari ini.

"Bagaimana? Kamu mau menunggu sampai operasinya selesai?"

"Ya. Setidaknya itu satu-satunya hal yang bisa kulakukan sekarang."

...

Akhirnya waktu operasinya pun tiba. Melihatnya berbaring di ranjang dengan lemas itu membuat Kei kembali tertekan. Karena dia tidak dapat melakukan apapun, Kei hanya terdiam melihat Sola dibawa menuju ruang operasi.

Meskipun begitu, disaat Sola ingin memasuki ruang operasi, Kei langsung berteriak,”SOLA!! KALAU KAMU TIDAK SELAMAT, AKU TIDAK AKAN MEMAAFKANMU KARENA MENINGGALKANKU SENDIRIAN!!”

Rafdiaufar Hazman/ Pertemuan Dengannya 16

Page 17: RAFDI - Pertemuan Dengannya

Kemudian, operasi pun dimulai.

Sambil mengenggam surat pemberian Sola, Kei hanya bisa berdoa di ruang tunggu yang berada di dekat ruang operasi itu. Meskipun dia penasaran dengan isi surat itu, dia tidak ingin membukanya. Karena dia tidak ingin kehilangan Sola.

Pada akhirnya, lampu yang menandakan operasi sedang berlangsung dimatikan oleh seseorang dari dalam. Itu berarti, operasinya sudah selesai.

"Benarkah kamu sudah baik-baik saja?" Tanya Kei.

"Tentu saja. Kamu tidak mempercayaiku?"

"Tidak sama sekali. Ini baru seminggu setelah kamu operasi. Kembalilah berbaring, jangan berjalan-jalan!"

"Hahh... kamu tidak seru."

Sola yang daritadi berdiri di dekat jendela pun mau tidak mau berjalan ke ranjangnya karena paksaan Kei dan berbaring disana.

Ini sudah seminggu setelah operasi itu berlangsung. Karena hasilnya sukses, Sola pun selamat dan tidak dalam ancaman jiwa lagi. Lagipula, pemulihan Sola sangat cepat sehingga membuat para dokter heran. Mungkin itu karena tekadnya yang kuat untuk tetap bertahan hidup.

Sambil melihat Sola yang sedang mengatur selimut, Kei pun berkata, "Oh iya Sola, karena kamu sudah sembuh, tidak ada salahnya kan kalau aku membuka surat ini sekarang?"

Surat yang ditunjukkan Kei adalah surat yang dibuat oleh Sola untuk Kei dengan pesan hanya boleh membukanya kalau dia meninggal. Melihat surat itu lagi, Sola langsung merebut surat itu dari Kei dengan wajah memerah.

"Tidak boleh. Syarat itu masih berlaku."

"Ehh?!"

Tentu saja Sola langsung merebut surat itu dan melarang Kei untuk membacanya, isi surat itu adalah perasaannya kepada Kei yang tidak dapat ia ucapkan. Terlebih lagi dia akan membacanya sekarang, Sola tidak akan bisa menahan malunya.

"Melihatmu bisa merebut surat itu dengan cepat, tandanya kamu sudah sehat, kan?" Tanya Kei sambil tersenyum ke arahnya.

Rafdiaufar Hazman/ Pertemuan Dengannya 17

Page 18: RAFDI - Pertemuan Dengannya

"Aku sudah bilang, kan, daritadi. Maka dari itu... karena aku sudah sehat kembali, ayo lanjutkan ceritamu!" Balas Sola sambil menunjuk ke arah Kei.

"Kamu masih mau melakukannya?"

"Tentu saja. Kamu punya cerita, kan?"

"Ya... mungkin lebih tepatnya ini masalah baru."

"Masalah? Kalau begitu," Sola pun menunjukkan senyumannya seperti biasa sebelum akhirnya melanjutkan kata-katanya.

"Berceritalah padaku. Aku akan membuat merasa lebih baik."

Rafdiaufar Hazman/ Pertemuan Dengannya 18