Putusan Sela Oleh Tri Manalu

26
1 P U T U S A N S E L A Nomor : 129/ Pid. B/2014/PN. SLMN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Sleman yang mengadili perkara- perkara pidana pada peradilan tingkat pertama dengan acara pemeriksaan biasa, telah menjatuhkan Putusan Sela sebagai berikut, dalam perkara Terdakwa: TerdakAwa ditangkap pada tanggal 30 Maret 2014 oleh Kepolisian Polres Sleman. Nama Lengkap : FAHRIDO SITOHANG alias BREWOK bin ROMA SITOHANG Tempat Lahir : Sidikalang Umur/Tanggal Lahir : 28 tahun/ 11 Maret 1986 Jenis Kelamin : Laki-Laki Kebangsaan : Indonesia Agama : Kristen Protestan Tempat tinggal : Karangbendo CT 3 8B, Depok, Sleman, Yogyakarta Pekerjaan : - Pendidikan : SMP

description

Putusan oleh Tri Manalu

Transcript of Putusan Sela Oleh Tri Manalu

13

P U T U S A N S E L ANomor : 129/ Pid. B/2014/PN. SLMN

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESAPengadilan Negeri Sleman yang mengadili perkara-perkara pidana pada peradilan tingkat pertama dengan acara pemeriksaan biasa, telah menjatuhkan Putusan Sela sebagai berikut, dalam perkara Terdakwa:Nama Lengkap:FAHRIDO SITOHANG alias BREWOK bin ROMA SITOHANG

Tempat Lahir:Sidikalang

Umur/Tanggal Lahir:28 tahun/ 11 Maret 1986

Jenis Kelamin:Laki-Laki

Kebangsaan:Indonesia

Agama:Kristen Protestan

Tempat tinggal:Karangbendo CT 3 8B, Depok, Sleman, Yogyakarta

Pekerjaan:-

Pendidikan:SMP

TerdakAwa ditangkap pada tanggal 30 Maret 2014 oleh Kepolisian Polres Sleman.Terdakwa ditahan dengan jenis penahanan Rumah Tahanan Negara (RUTAN) pada Lembaga Permasyarakatan Sleman, Kabupaten Sleman oleh: Penyidik pada Polres Sleman pada tingkat penyidikan dari tanggal 30 Maret 2014 sampai dengan tanggal 18 April 2014; Perpanjangan penahanan oleh Kepala Kejaksaan Negeri Sleman dari tanggal 19 April 2014 sampai dengan tanggal 8 Mei 2014; Jaksa Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Sleman pada tingkat penuntutan dari tanggal 9 Mei 2014 sampai dengan tanggal 13 Mei 2014; Perpanjangan penahanan oleh Ketua Pengadilan Negeri Sleman dari tanggal 14 Mei 2014 sampai dengan tanggal 14 Juni 2014.Terdakwa selama menghadapi perkara ini didampingi oleh Penasihat Hukumnya yaitu: LIZA MASHITA, S.H., LL.M. dan BUDI HERMAWAN , S.H., M.Hum. yang kesemuanya adalah Advokat pada Kantor Advokat Pusat Kajian Bantuan Hukum Universitas Gadjah Mada yang beralamat di Jalan Sosio Justisia Nomor 1, Bulaksumur, Sleman, Yogyakarta, berdasarkan surat Surat Penetapan Ketua Pengadilan Negeri Sleman dengan nomor 73/Pen.Pid/2014/PN.SLMN tertanggal tertanggal 20 Mei 2014.Pengadilan Negeri Sleman tersebut:Setelah membaca dan mempelajari berkas-berkas yang bersangkutan dengan perkara ini, yaitu: Berkas pemeriksaan pendahuluan dan surat-surat yang berkaitan dengan perkara; Surat pelimpahan perkara dengan acara pemeriksaan biasa dari Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Sleman kepada Ketua Pengadilan Negeri Sleman, beserta Surat Dakwaan tertanggal 26 Mei 2014 berikut berkas berita acara penyidikan dan berkas penuntutan dengan semua lampirannya; Surat Penetapan Ketua Pengadilan Negeri Sleman No. 67/Pen.Pid/2014/PN.SLMN tanggal 12 Juni 2014 tentang penunjukan Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara tersebut; Surat Penunjukan Panitera Sekertaris Pengadilan Negeri Sleman No. 89/Pid.B/2014/PN.SLMN tertanggal 12 Juni 2014 tentang penunjukan Panitera Pengganti pada perkara dengan Nomor Register: 129/Pid.B/2014/PN.SLMN; Surat Penetapan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Sleman No. 69/Pen.Pid/2014/PN.SLMN tertanggal 15 Juni 2011 tentang Hari Sidang Pertama; Berkas perkara dan surat-surat lain yang berkenaan dengan perkara ini.Setelah mendengar pembacaan Surat Dakwaan tertanggal 26 Mei 2014 yang dibacakan oleh Penuntut Umum di persidangan pada hari Senin, 26 Mei 2014.Setelah mendengar pembacaan Nota Keberatan atau Eksepsi dari Penasihat Hukum Terdakwa yang dibacakan di persidangan pada hari senin, 2 Juni 2014.Setelah mendengar pembacaan Pendapat Penuntut Umum Atas nota keberatan Penasihat Hukum Terdakwa yang dibacakan di persidangan pada hari senin, 2 Juni 2014.Menimbang, bahwa Terdakwa didakwa dengan dakwaan berbentuk Subsidair oleh Penuntut Umum sebagaimana dimuat dalam Surat Dakwaan Penuntut Umum No. Reg. Perkara. PDM76/SLMN/05/2014 tertanggal 26 Mei 2014, yang dibacakan di persidangan pada hari senin, 26 Mei 2014 yang pada pokoknya adalah sebagai berikut:

DAKWAAN :PRIMAIRPerbutan Terdakwa tersebut sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 365 ayat (1) dan (2) ke-1 dan ke-2 Kitab Undang-Undang Hukum PidanaATAUSUBSIDAIRPerbuatan terdakwa tersebut sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 362 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Menimbang, bahwa terhadap dakwaan Penuntut Umum, Penasihat Hukum Terdakwa mengajukan Nota Keberatan atau Eksepsi yang dibacakan di persidangan pada hari Senin, 2 Juni 2014 yang pada pokoknya memohon kepada majelis hakim pemeriksa perkara untuk memutus pada putusan sela dengan amar sebagai berikut:PRIMAIR

1. Menerima Nota keberatan atau Eksepsi Penasihat Hukum FAHRIDO SITOHANG alias BREWOK bin ROMA SITOHANG untuk seluruhnya atau untuk sebagian;2. Menyatakan Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum dengan No. Reg. Perkara: PDM-76/SLMN/04/2014 tertanggal 26 Mei 2014, BATAL DEMI HUKUM;3. Menetapkan agar pemeriksaan perkara terhadap Terdakwa Hukum FAHRIDO SITOHANG alias BREWOK bin ROMA SITOHANG untuk tidak dilanjutkan;4. Memulihakn hak Terdakwa Hukum FAHRIDO SITOHANG alias BREWOK bin ROMA SITOHANG dalam hal kemampuan, kedudukan, harkat serta martabatnya;5. Membebankan biaya perkara kepada Negara.

SUBSIDAIR

Atau apabila Majelis Hakim Yang Mulia atas dasar pertimbangannya berpendapat lain, Kami selaku Penasihat Hukum Terdakwa memohon Putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono)

Menimbang, bahwa terhadap Nota Keberatan atau eksepsi dari Penasihat hukum tersebut, Penuntut Umum telah mengajukan pendapatnya secara tertulis yang disampaikan di persidangan pada hari Senin, 2 Juni 2014 yang pada pokoknya memohon kepada Majelis Hakim pemeriksa perkara untuk memutus pada Putusan Sela dengan amar sebagai berikut:

1. Menolak Nota Keberatan (eksepsi) Penasehat Hukum terdakwa untuk seluruhnya;2. Menyatakan bahwa Surat Dakwaan dengan Nomor Register Perkara: PDM-76/SLMN/04/2014 tertanggal 26 Mei 2014, adalah Sah menurut hukum sehingga dapat dijadikan dasar dalam pemeriksaan perkara atas nama Terdakwa FAHRIDO SITOHANG alias BREWOK bin ROMA SITOHANG;3. Menyatakan pemeriksaan perkara pidana dengan No. Reg. Perkara PDM-76/SLMN/04/2014 atas nama Terdakwa FAHRIDO SITOHANG alias BREWOK bin ROMA SITOHANG untuk dilanjutkan;4. Menangguhkan biaya perkara sampai putusan akhir dijatuhkan.

Menimbang, bahwa sebelum Majelis Hakim mempertimbangkan keberatan-keberatan dari Penasihat Hukum Terdakwa tersebut di atas, Majelis Hakim terlebih dahulu akan menguji dan mempertimbangkan apakah Nota Keberatan atau Eksepsi Penasihat Hukum Terdakwa tersebut telah sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Pasal 156 ayat (1) KUHAP.Menimbang, bahwa Pasal 156 ayat (1) KUHAP telah menentukan secara limitatif mengenai materi muatan Nota Keberatan, sebagai berikut:1. Tentang Pengadilan tidak berwenang mengadili perkaranya.2. Tentang Surat Dakwaan tidak dapat diterima.3. Tentang Surat Dakwaan harus dibatalkan (batal demi hukum).Menimbang, bahwa Penasihat Hukum Terdakwa telah mengajukan Nota Keberatan atau Eksepsi dengan rincian sebagai berikut:I. Nota Keberatan atau Eksepsi mengenai Pengadilan Negeri Sleman tidak berwenang secara relatif mengadili perkara Terdakwa.

II. Nota Keberatan mengenai Surat Dakwaan Penuntut Umum batal demi hukum (null and void) yang meliputi:A. Dakwaan Penuntut Umum Kabur (Obscuur Libel)a) Surat Dakwaan Tidak Jelas dalam Menentukan Kedudukan Terdakwa dalam Delik Penyertaanb) Surat Dakwaan tidak jelas dalam menyebutkan fakta dalam uraian perbuatan

Menimbang, bahwa setelah melihat dan mempelajari perincian dari Nota Keberatan atau Eksepsi Penasihat Hukum Terdakwa tersebut di atas, maka Nota Keberatan atau Eksepsi Penasihat Hukum Terdakwa telah memenuhi ketentuan Pasal 156 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.Menimbang, bahwa oleh karena Nota Keberatan atau Eksepsi Penasihat Hukum Terdakwa telah memenuhi ketentuan Pasal 156 ayat (1) selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan materi Nota keberatan. Menimbang, bahwa karena materi-materi yang ada dalam Nota Keberatan Ad. 2 adalah termasuk dalam Surat Dakwaan Batal Demi Hukum, maka terlebih dahulu Majelis Hakim akan menguraikan perihal ketentuan yang mengatur Dakwaan Batal Demi Hukum yakni Pasal 143 ayat (3) jo. Pasal 143 ayat (2) huruf b Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana sebagai berikut :Pasal 143 ayat (3) :Surat Dakwaan yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (2) huruf b batal demi hukum.Pasal 143 ayat (2) :Penuntut Umum membuat Surat Dakwaan yang diberi tanggal dan ditandatangani yang berisi :a. Uraian secara cermat, jelas, dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan.Menimbang, bahwa adapun mengenai definisi uraian secara cermat, jelas, dan lengkap pada Surat Dakwaan sendiri tidak ditentukan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara (KUHAP). Adapun praktek maupun doktrin hukum yang berkembang di Indonesia memberikan definisi yang bervariasi mengenai uraian cermat, jelas, dan lengkap.Menimbang, bahwa Majelis Hakim nantinya dalam mempertimbangkan uraian cermat, jelas, dan lengkap akan menggunakan penafsiran sistematis berdasarkan Surat Edaran Jaksa Agung (SEJA) Nomor : SE-004/J.A/11/1983. Alasan Majelis Hakim mendasarkan pertimbangan uraian cermat, jelas, dan lengkap menggunakan surat edaran tersebut adalah karena secara substansi definisi yang ada dalam surat edaran sudah cukup mewakili definisi uraian secara cermat, jelas, dan lengkap dari praktek maupun doktrin yang ada, lagipula penggunaan surat edaran tersebut sebagai dasar pertimbangan adalah cukup adil dan bijak mengingat baik Penasihat Hukum dalam Nota Keberatannya maupun Penuntut Umum dalam memberikan pendapat atas nota Keberatan dari Penasihat hukum sama-sama menggunakan surat edaran yang sama. Adapun definisi uraian secara cermat, jelas, dan lengkap menurut surat edaran tersebut adalah sebagai berikut :1. Cermat berarti menuntut ketelitian Penuntut Umum dalam mempersiapkan Surat Dakwaan yang akan diterapkan bagi Terdakwa.2. Jelas berarti uraian kejadian atau fakta kejadian yang jelas dalam surat Dakwaan sehingga Terdakwa dengan mudah memahami apa yang didakwakan terhadap dirinya dan dapat mempersiapkan pembelaan dengan sebaik-baiknya.3. Lengkap berarti Surat Dakwaan harus memuat semua unsur (elemen) tindak pidana yang didakwakan.Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan mengenai keberatan-keberatan yang ada di dalam materi Nota Keberatan Ad. 1 sebagai berikut :

Mengenai Keberatan Ad.I:Menimbang, bahwa materi dalam Nota Keberatan atau Eksepsi dari Penasihat Hukum Terdakwa yang kesatu adalah tentang Nota Keberatan mengenai Pengadilan Negeri Sleman tidak mempunyai kewenangan secara relatif untuk mengadili perkara Terdakwa, dan Penasihat Hukum dalam materi Nota Keberatannya mengemukakan dalil-dalil yang pada pokoknya sebagai berikut:Di dalam hukum acara pidana yang berlaku di Indonesia, kewenangan relatif suatu Pengadilan Negeri dalam memeriksa dan mengadili setiap perkara pidana, diatur di dalam pasal 84, 85 dan 86 KUHAP. Dimana dalam pasal 84 ayat (1) KUHAP secara tegas diatur bahwa :

Pengadilan Negeri berwenang mengadili segala perkara tindak pidana yang dilakukan di dalam wilayah hukumnya.

Dalam Pembukaan Surat Dakwaan, Penuntut Umum menyebutkan bahwa perbuatan pidana dilakukan di Jalan Colombo atau setidak-tidaknya pada tempat yang masih dalam daereh hukum Pengadilan Negeri Sleman. Dapat diketahui bahwa Penuntut Umum tidak cermat dalam menempatkan locus delicti. Penuntut umum serta merta melakukan jumping conclution bahwa jalan colombo adalah daerah hukum Pengadilan Negeri Sleman tanpa terlebih dahulu menjelaskan Jalan Colombo tersebut terletak di wilayah administrasi mana, dapat dimungkinkan ini adalah Jalan Colombo yang ada di Kabupaten Magelang misalnya. Sehingga dalam hal ini Pengadilan Negeri Sleman tidak berwenang secara relatif mengadili perkara terdakwa.

Menimbang, bahwa terhadap materi nota keberatan tersebut, Penuntut Umum menyampaikan pendapatnya secara tertulis sebagai berikut:Setelah membaca, mempelajari dan memahami Nota Keberatan Penasihat Hukum Terdakwa, maka Kami selaku Penuntut Umum sependapat dengan isi materi Nota Keberatan Penasihat Hukum Terdakwa yang menyatakan Penuntut umum serta merta melakukan jumping conclution bahwa jalan colombo adalah daerah hukum Pengadilan Negeri Sleman tanpa terlebih dahulu menjelaskan Jalan Colombo tersebut terletak di wilayah administrasi mana, dapat dimungkinkan ini adalah Jalan Colombo yang ada di Kabupaten Magelang misalnya.Akan tetapi, jelas terlihat bahwa Penasihat Hukum Terdakwa hanya mencari celah dan mengada-ada dalam nota keberatan yang diajukannya tersebut. Penasihat Hukum Terdakwa tidak mampu memahami dan menafsirkan secara komperhensif isi dari pasal 84 ayat (2) KUHAP sebelum mengatakan bahwa Pengadilan Negeri Sleman tidak berwenang secara relative mengadili perkara terdakwa.Dapat dilihat bahwa dalam Pasal 84 ayat (2) KUHAP, berbunyi :Pengadilan Negeri yang didalam daerah hukumnya terdakwa bertempat tinggal, berdiam terakhir, di tempat ia diketemukan atau ditahan, hanya berwenang mengadili perkara terdakwa tersebut, apabila tempat kediaman sebagian besar saksi yang dipanggil lebih dekat pada tempat pengadilan negeri itu daripada tempat kedudukan Pengadilan Negeri yang di dalam daerahnya tindak pidana itu dilakukanBerdasarkan keterangan dalam pasal a quo, dapat dilihat secara jelas bahwa selain Jalan Colombo memang merupakan daerah hukum Pengadilan Negeri Sleman, terdapat frasa Pengadilan Negeri yang didalam daerah hukumnya terdakwa bertempat tinggal, berdiam terakhir, di tempat ia diketemukan atau ditahan dapat digunakan untuk menentukan kewenangan relatif suatu Pengadilan Negeri. Kami selaku Penuntut Umum, tentu tidak melupakan ketentuan dalam pasal 84 ayat (2) KUHAP guna terciptanya peradilan yang sederhana, cepat dan berbiaya ringan. Setelah Kami memeriksa keterangan-keterangan yang terdapat dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP), dapat Kami ketahui bahwa tempat tinggal Terdakwa, tempat Terdakwa berdiam terakhir, tempat Terdakwa diketemukan atau ditahan, bukan terletak di daerah hukum Pengadilan Negeri Yogyakarta, melainkan terletak di dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Sleman sehingga ketentuan dalam pasal 84 ayat (2) KUHAP tidak berlaku dalam perkara in casu.Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka Nota Keberatan Penasihat Hukum Terdakwa mengenai Pengadilan Negeri Sleman tidak berwenang mengadili perkara haruslah dinyatakan TIDAK DAPAT DITERIMA.Menimbang, bahwa terhadap Nota Keberatan materi kesatu tersebut, Majelis Hakim akan mempertimbangkan sebagai berikut:Menimbang, bahwa mengenai kewenangan relatif mengadili suatu Pengadilan Negeri (relative competence) telah diatur dalam Bab X, Bagian Kedua, Pasal 84 KUHAP sebagai berikut :(1) Pengadilan Negeri berwenang mengadili segala perkara mengenai tindak pidana yang dilakukan dalam daerah hukumnya.(2) Pengadilan Negeri yang di daerah hukumnya terdakwa bertempat tinggal, berdiam terakhir, ditempat ia diketemukan atau ditahan, hanya berwenang mengadili perkara terdakwa tersebut, apabila tempat kediaman sebagian besar saksi yang dipanggil lebih dekat pada tempat pengadilan negeri itu dari pada tempat kedudukan pengadilan negeri yang di dalam daerahnya tindak pidana itu dilakukan.(3) Apabila seorang terdakwa melakukan beberapa tindak pidana dalam daerah hukum pelbagai pengadilan negeri, maka tiap pengadilan negeri itu masing-masing berwenang mengadili perkara pidana itu.(4) Terhadap beberapa perkara pidana yang satu sama lain ada sangkut-pautnya dan dilakukan oleh seorang dalam daerah hukum pelbagai pengadilan negeri, diadili oleh masing-masing pengadilan negeri dengan ketentuan dibuka kemungkinan penggabungan perkara tersebut.

Menimbang, bahwa untuk menyelesaikan permasalahan mengenai kompetensi relatif mengadili, majelis Hakim memperhatikan lebih lanjut ketentuan dalam Pasal 84 ayat (2) KUHAP. Bila majelis hakim melakukan penafsiran gramatikal terhadap frasa dalam pasal 84 ayat (2) sepanjang kalimat, Pengadilan Negeri yang didalam daerah hukumnya terdakwa bertempat tinggal, berdiam terakhir, di tempat ia diketemukan atau ditahan, maka penekanan pada Pasal 84 ayat (2) mengenai kewenangan relatif Pengadilan Negeri dalam mengadili suatu perkara adalah jarak tempat tinggal Terdakwa maupun Saksi ke Pengadilan Negeri, bukan sekedar dilihat dari domisili administratif Terdakwa maupun Saksi.Menimbang, bahwa setelah Majelis Hakim mencermati Berita Acara Pemeriksaan, memang benar bahwa Terdakwa memang betempat tinggal, berdiam terakhir, diketemukan atau ditahan dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Sleman. Selain hal tersebut, bila kita melihat Locus Delicti dalam perkara ini meskipun Penasihat Hukum menjelaskan adanya ketidak cermatan Penuntut Umum dalam menyebutkan Locus Delicti yang tidak jelas Jalan Colombo masuk pada administrasi dan daerah hukum pengadilan mana, namun majelis kembali merujuk pada domisili terdakwa, dimana terdakwa ditangkap dan ditahan, juga kediaman sebagian besar saksi kesemuanya berada pada wilayah hukum Pengadilan Negeri Sleman.Menimbang, bahwa apabila memperhatikan lebih lanjut Penjelasan Umum KUHAP angka 3 huruf e serta ketentuan pada Pasal 2 ayat (4) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, setiap proses peradilan dilakukan dengan asas cepat, sederhana, dan biaya ringan. Sehingga apabila Locus Delicti, domisili Terdakwa dan tempat dimana terdakwa ditangkap dan ditahan, berada di wilayah hukum Pengadilan Negeri Sleman, dan berjarak lebih dekat ke Pengadilan Negeri Sleman dibandingkan dengan jarak ke Pengadilan Negeri Yogyakarta, maka asas peradilan yang cepat, sederhana, dan biaya ringan akan terwujud apabila Pengadilan Negeri Sleman yang mengadili perkara Terdakwa.Menimbang, bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka materi kesatu dari nota keberatan Penasihat Hukum Terdakwa mengenai Pengadilan Negeri Sleman tidak berwenang secara relatif untuk mengadili perkara Terdakwa, haruslah dinyatakan TIDAK DAPAT DITERIMA.

Mengenai Keberatan Ad.II huruf a :Menimbang, bahwa Penasihat Hukum Terdakwa dalam Nota Keberatannya atau Eksepsi materi kedua huruf a, Berpendapat bahwa Surat Dakwaan Penuntut Umum batal demi hukum dikarenakan Surat Dakwaan Tidak Jelas dalam Menentukan Kedudukan Terdakwa dalam Delik Penyertaan Penuntut Umum tidak menentukan secara jelas dan pasti, apakah Terdakwa sebagai yang melakukan (plegen), atau sebagai yang menyuruh melakukan (doenplegen), atau sebagai yang turut serta melakukan (medeplegen). Di dalam dakwaan primair tersebut Terdakwa didakwa melakukan perbuatan pidana secara bersama-sama dengan saksi EKO WAHYU alias COMCOM. Penuntut Umum sepertinya lupa makna dari uraian pasal 365 ayat (2) ke-2 tersebut mengualifikasi peran Terdakwa sebagai pembuat (dader) suatu perbuatan pidana apakah sebagai orang yang melakukan, menyuruh melakukan atau turut serta melakukan. Sehingga dari rangkaian kalimat yang disusun oleh Penuntut Umum tersebut mengakibatkan dakwaan menjadi kabur (obscuur) karena tidak jelas menyebutkan kedudukan Terdakwa, apakah sebagai pelaku atau yang menyuruh lakukan, atau turut serta melakukan.Ketidak jelasan Surat Dakwaan dalam menyebutkan kedudukan Terdakwa sangat menyulitkan Terdakwa untuk memahami maksud dari Penuntut Umum. Kami selaku penasihat hukum yang sudah berpengalaman pun kebingungan dalam menafsirkan dakwaan Penuntut Umum karena semua unsur penyertaan dicampuradukkan terhadap satu Terdakwa yaitu FAHRIDO SITOHANG alias BREWOK bin ROMA SITOHANG, sehingga kami merasa kesulitan di dalam membedakan kedudukan Terdakwa apakah sebagai pelaku, yang menyuruh melakukan, atau turut serta melakukan jika hanya mendasarkan pada materi Surat Dakwaan tersebut. Dari uraian-uraian yang kami sebutkan sangat terlihat bahwa Penuntut Umum ragu-ragu mengenai ada atau tidaknya penyertaan dari perbuatan yang didakwakan. Oleh karena adanya ketidakjelasan yang telah disebutkan, sehingga Surat Dakwaan kabur (obscuur libel) dan Surat Dakwaan tersebut BATAL DEMI HUKUM.

Menimbang, bahwa terhadap materi nota keberatan Penuntut Umum menyatakan pendapatnya secara tertulis sebagai berikut:Bahwa apabila Penasihat Hukum Terdakwa telah mempelajari dan memahami Surat Dakwaan Kami, sekaligus tidak memahami secara komperhensif kandungan unsur dari pasal-pasal yang didakwakan. Penuntut umum mendakwakan adanya penyertaan yang kemudian status penyertaan terdakwa akan dibuktikan dalam fakta-fakta yang terungkap di persidangan.Pengertian penyertaan menurut Profesor Van Hamel (Van Hammel, Inleiding tot de studie van het Nederlandse strafrecht, halaman 377 yang dikutip oleh Drs. P.A.F Lamintang, S.H. dalam buku berjudul Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia halaman 589) adalah ajaran pertanggungjawaban atau pembagian pertanggungjawaban dalam hal suatu perbuatan pidana yang menurut pengertian perundang-undangan, dapat dilaksanakan oleh seorang pelaku dengan tindakan sendiri.Kemudian yang dimaksud dengan Dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu adalah kualitas dari orang-orang yang terlibat kejahatan sebagaimana disebutkan dalam pasal 55 ayat 1 KUHP, atau dalam doktrin dikenal dengan mededader atau petindak peserta. Terjadi misalnya antar pelaku pelaksana (pleger) dengan pelaku penganjur (uitloken), antara pelaku pelaksana dengan pelaku peserta (medeplegen).Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka materi Nota Keberatan Penasihat Hukum Terdakwa mengenai Surat Dakwaan tidak jelas dalam menentukan kedudukan terdakwa dalam delik penyertaan haruslah dinyatakan TIDAK DAPAT DITERIMAMenimbang, bahwa terhadap materi Nota Keberatan a quo, Majelis Hakim akan mempertimbangkannya sebagai berikut:Menimbang, penyertaan menurut Profesor Van Hamel (Van Hammel, Inleiding tot de studie van het Nederlandse strafrecht, halaman 377 yang dikutip oleh Drs. P.A.F Lamintang, S.H. dalam buku berjudul Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia halaman 589) adalah ajaran pertanggungjawaban atau pembagian pertanggungjawaban dalam hal suatu perbuatan pidana yang menurut pengertian perundang-undangan, dapat dilaksanakan oleh seorang pelaku dengan tindakan sendiri.Menimbang, yang dimaksud dengan orang yang melakukan (pleger) menurut Profesor Van Hamel (Van Hammel, Inleiding, halaman 376) dengan membuat suatu definisi yang antara lain mengatakan bahwa Dader van een delikt is .... hij en alleen hij in wien en in wiens doen en laten met de gevolgen daarvan, alle in-en uitwendige bestanddelen aanwezig zijn die in de wettelijke begrips-en zelf het feit pleegt of begat. Menimbang, Drs. P.A.F. Lamintang, S.H dalam buku berjudul Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia halaman 593 yaitu Pelaku perbuatan pidana itu adalah dia yang tindakanya atau kealpaannya memenuhi unsur dari delik yang terdapat di dalam rumusan delik yang bersangkutan, baik yang telah dinyatakan secara tegas maupun yang tidak dinyatakan secara tegas. Jadi pelaku itu adalah orang yang dengan seorang diri telah melakukan sendiri tindak pidana yang bersangkutan.Menimbang, Bahwa di dalam ilmu hukum pidana, orang yang menyuruh orang lain melakukan suatu perbuatan pidana biasanya disebut dengan pelaku tidak melaksanakan sendiri perbuatan pidana melainkan dengan perantara orang lain atau pelaku secara tidak langsung. Sedang orang lain yang disuruh melakukan perbuatan pidana biasanya disebut dengan pelaku materiil atau pelaku yang secara langsung melakukan perbuatan pidana. Selanjutnya, yang disebut dengan menyuruh lakukan adalah melakukan perbuatan dengan perantara orang lain, sedang perantara ini hanya diumpamakan sebagai alat. Bahwa yang menjadi ciri dalam menyuruh lakukan ini adalah bahwa alat (pelaku materiil) tidak dapat dipertanggungjawabkan atas perbuatannya atau apabila pelaku materiil dapat dipidana, maka disitu tidak ada doen plegen. (Prasetyo,Teguh, Hukum Pidana Materiil Jilid 2, Kurnia Kalam Yogyakarta, Yogyakarta, 2005)Menimbang, untuk adanya menyuruh lakukan (doen plegen) seperti yang dimaksudkan di dalam pasal 55 ayat 1 KUHP, orang yang disuruh lakukan itu haruslah memenuhi beberapa syarat tertentu, yang menurut Prof. Simons (Lamintang, P.A.F., Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997).Menimbang, ketentuan hak asasi manusia dalam UDHR yang menjadi rujukan hukum secara Internasional bahwa dalam Pasal 11 bahwa, Setiap orang yang dituntut karena disangka melakukan suatu pelanggaran hukum dianggap tidak bersalah, sampai dibuktikan kesalahannya menurut hukum dalam suatu pengadilan yang terbuka, di mana dia memperoleh semua jaminan yang diperlukan untuk pembelaannya. Sehingga persangkaan delik penyertaan yang dilakukan oleh Penuntut Umum haruslah terlebih dahulu dibuktikan dalam pengadilan yang terbuka untuk umum. Untuk kemudian diketahui kedudukan Terdakwa dalam dakwaan delik penyertaan.Menimbang, bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka materi Nota Keberatan a quo yang menyatakan bahwa Surat Dakwaan batal demi hukum dikarenakan Penuntut Umum yang tidak jelas dalam menentukan kedudukan terdakwa dalam delik penyertaan dinyatakan TIDAK DAPAT DITERIMA.

Mengenai Keberatan Ad.II huruf b :Menimbang, bahwa Penasihat Hukum Terdakwa dalam Nota Keberatannya atau Eksepsi materi kedua huruf b, Berpendapat bahwa Surat Dakwaan Penuntut Umum batal demi hukum dikarenakan Penuntut Umum yang tidak jelas dalam menguraikan fakta-fakta dalam uraian perbuatan. Dalam Nota Keberatannya, Penasihat Hukum mengemukakan dalil-dalil sebagai berikut:Uraian perbuatan yang terdapat di dalam Surat Dakwaan sudah semestinya disebutkan dengan sejelas - jelasnya karena dari uraian perbuatan ini pada akhirnya dapat terlihat apakah tindak pidana yang didakwakan benar - benar telah dilakukan atau tidak. Akan tetapi Penuntut Umum sepertinya terlalu terburu-buru dalam menguraikan perbuatan yang dilakukan Terdakwa sehingga fakta yang penting menjadi terabaikan. Kecerobohan Penuntut Umum tidak memasukkan fakta yang sangat penting, terlihat di dalam dakwaan terdapat uraian berikut: Bahwa ketika saksi CHIKA hendak menyalakan sepeda motornya yang bermerek SUPRA X berwarna hitam dengan nomor polisi AB 6678 VG , kemudian Terdakwa mendekati saksi CHIKA yang kemudian secara tiba-tiba memukulkan kayu ke kepala bagian kanan saksi CHIKA yang mengakibatkan saksi CHIKA jatuh tersungkur. Bahwa Terdakwa menarik tas milik saksi CHIKA namun, saksi CHIKA berusaha mempertahankan tasnya. Kemudian Terjadi tarik menarik antara Terdakwa dengan saksi CHIKA. Bahwa Terdakwa mengambil pisau eiger yang berada di celana bagian belakangnya dan menusuk lengan kanan saksi CHIKA, dengan tujuan agar saksi CHIKA melepaskan tas yang dipegang. Kemudian Terdakwa berhasil menguasai dan memiliki seluruhnya tanpa izin tas milik saksi CHIKA.

Dalam uraian perbuatan yang dijelaskan oleh penuntut umum dalam surat dakwaannya, sudah barang tentu penuntut umum tidak cermat, terbukti dengan tidak dijelaskannya spesifikasi kayu dan pisau eiger yang digunakan untuk memukul, aksi tarik menarik tas yang disebutkan oleh penuntut umum juga sangat tidak jelas sehingga dapat menimbulkan kekaburan fakta, kemudian penuntur umum juga tidak menggambarkan secara jelas dalam surat dakwaannya tentang spesifikasi tas dan isinya yang oleh penuntut umum diduga adalah milik Saksi CHIKA MANDARINCA binti SIMANJUNTAK. Sepertinya fakta ini perlu diperjelas untuk kepentingan Terdakwa di dalam pembelaan. Ketidakjelasan fakta ini berakibat tidak terpenuhinya syarat materiil pembuatan Surat Dakwaan, yakni suatu Surat Dakwaan harus menguraikan perbuatan secara cermat, jelas, dan lengkap.Oleh karena itu Surat Dakwaan ini harus dinyatakan Obscuur Libel dan BATAL DEMI HUKUM.

Menimbang, bahwa terhadap materi nota keberatan Penuntut Umum menyatakan pendapatnya secara tertulis sebagai berikut:Setelah kami Penuntut Umum membaca dengan seksama nota pembelaan yang diajukan oleh Penasihat. Dapat kami simpulkan bahwa Penasihat Hukum Terdakwa tidak komperhensif dalam menelaah surat dakwaan kami.Dalam surat dakwaan kami telah sangat jelas menerangkan bahwa kemudian terdakwa meninggalkan korban dengan menggunakan Sepeda Motor SUPRA X berwarna hitam dengan nomor polisi AB 6678 VG milik korban dan membawa serta barang milik korban yang berupa: Tas kecil berwarna abu-abu dan bertali pink dan resleting berwana pink bergambarkan hello kitty yang berisi kartu ATM Bank BTN, STNK atas nama TRI HARMINI, KTP atas nama CHIKA MANDARINCA, handphone Samsung SIII mini warna hitam, uang sebesar Rp. 5.000.000, 00 (Lima juta rupiah).Demikian pula dengan tongkat kayu dan pisau eiger yang telah dilakukan penyitaan dan telah di akui oleh terdakwa dalam keterangannya di tingkat penyidikan. Oleh karena itu memang telah jelas hanya prasangka Penasihat Hukum terdakwa saja yang menyatakan bahwa dakwaan obscuur libel.Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka materi Nota Keberatan Penasihat Hukum Terdakwa mengenai Surat Dakwaan tidak jelas dalam menguraikan fakta-fakta dalam uraian perbuatan haruslah dinyatakan TIDAK DAPAT DITERIMA

Menimbang, bahwa setelah pembacaan Surat Dakwaan, Terdakwa menyatakan telah mengerti terhadap apa yang didakwakan kepadanya, sehingga Majelis Hakim berpendapat bahwa Surat Dakwaan Penuntut Umum telah dibuat dan disusun secara cermat, jelas, dan lengkap.Menimbang, bahwa karena keseluruhan materi Nota Keberatan atau Eksepsi Penasihat Hukum Terdakwa telah dinyatakan tidak dapat diterima, maka Nota Keberatan atau Eksepsi Penasihat Hukum Terdakwa haruslah dinyatakan TIDAK DAPAT DITERIMA.Menimbang, bahwa terhadap materi Nota Keberatan a quo, Majelis Hakim akan mempertimbangkannya sebagai berikut:Menimbang, menurut M. Yahya Harahap, S.H., dalam bukunya yang berjudul Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP bahwa mengenai Surat Dakwaan yang tidak memuat fakta, keadaan atau omstandigheiden yang lengkap atas tindak pidana yang didakwakan tidak membuat surat dakwaan batal demi hukum karena Fakta dan Keadaan bukan termasuk syarat materiil dalam Surat Dakwaan. Sebab kalau dijabarkan apa yang menjadi isi syarat materiil surat dakwaan, adalah : Uraian secara cermat, jelas, dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan. Hal ini berarti uraian lengkap mengenai unsur-unsur tindak pidana yang didakwakan kepada Terdakwa. Menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan. Pada syarat ini pun tidak disebutkan mengenai fakta dan keadaan. Yang disebutkan hanya mengenai waktu dan tempat kejadian.Menimbang, bahwa berdasarkan Putusan Mahkamah Agung tanggal 23 Agustus 1969 No. 36 K/Kr/1968 yang berisi Walaupun surat dakwaan tidak menyebutkan fakta dan keadaan yang menyertai perbuatan yang dituduhkan tidak secara lengkap tergambar, tidak dengan sendirinya mengakibatkan batalnya putusan. Sehingga, tanpa menyebutkan fakta dan keadaan dalam surat dakwaan tidak mengurangi sahnya surat dakwaan.Menimbang, bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka materi kedua huruf c dari nota keberatan Penasihat Hukum Terdakwa yang menyatakan Surat Dakwaan batal demi hukum (null and void) dikarenakan Dakwaan Penuntut Umum kabur yakni Penuntut Umum gagal menguraikan secara jelas dan lengkap fakta-fakta yang mendukung unsur delik, haruslah dinyatakan TIDAK DAPAT DITERIMA.Menimbang, bahwa oleh karena Nota Keberatan atau Eksepsi Penasihat Hukum Terdakwa telah dinyatakan tidak dapat diterima, maka surat dakwaan Penuntut Umum dengan No. Reg. Perkara. PDM-76/SLMN/05/ 2014 yang terdaftar di kepaniteraan Pengadilan Negeri Sleman dengan No.Reg. Perkara. 76/SLMN/05/ 2014 adalah sah menurut hukum dan dapat dijadikan dasar untuk pemeriksaan selanjutnya.Menimbang, bahwa oleh karena Nota Keberatan atau Eksepsi Penasihat Hukum Terdakwa telah dinyatakan tidak dapat diterima, maka pemeriksaan perkara a quo atas nama Terdakwa FAHRIDO SITOHANG alias BREWOK bin ROMA SITOHANG harus dilanjutkan mengingat ketentuan dalam Pasal 156 ayat (1) dan ayat (2) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.Menimbang, bahwa oleh karena Nota Keberatan atau Eksepsi Penasihat Hukum tidak dapat diterima maka pemeriksaan dilanjutkan sehingga penentuan penjatuhan biaya perkara menunggu pada Putusan yang bersifat memutus yang menyatakan siapa yang bersalah sehingga bisa dibebani biaya perkara atau menyatakan terdakwa tidak bersalah sehingga dibebaskan dari kewajiban pembayaran biaya perkara.Mengingat, ketentuan dalam Pasal 84 ayat (2), Pasal 143 ayat (2) huruf a dan b, Pasal 156 ayat (1) dan (2) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana; Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman; Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2004 tentang perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum; serta segala peraturan perundang-undangan dan hukum yang berhubungan dengan perkara ini.M E N G A D I L I :1. Menyatakan Nota Keberatan atau Eksepsi yang diajukan oleh Penasihat Hukum Terdakwa FAHRIDO SITOHANG alias BREWOK bin ROMA SITOHANG tidak dapat diterima untuk seluruhnya.2. Menyatakan bahwa Pengadilan Negeri Sleman berwenang secara relatif untuk mengadili perkara dengan No. Reg. Perkara 76/SLMN/05/ 2014 atas nama Terdakwa FAHRIDO SITOHANG alias BREWOK bin ROMA SITOHANG.3. Menyatakan Surat Dakwaan Penuntut Umum terhadap Terdakwa FAHRIDO SITOHANG alias BREWOK bin ROMA SITOHANG dengan No. Reg. Perkara. 76/SLMN/05/ 2014 tertanggal 26 Mei 2014 yang dibacakan di persidangan pada hari Senin, 26 Mei 2014 adalah sah menurut Hukum dan dapat dijadikan dasar untuk pemeriksaan selanjutnya.4. Menyatakan pemeriksaan perkara atas nama Terdakwa FAHRIDO SITOHANG alias BREWOK bin ROMA SITOHANG untuk dilanjutkan.5. Menangguhkan biaya perkara sampai putusan akhir dijatuhkan.

. Demikian diputuskan dalam sidang permusyawaratan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Sleman pada hari Senin tanggal 9 Juni 2014 oleh Tri Saputra Manalu,S.H,LL.M selaku Hakim Ketua, Tini Kamila Sitepu,S.H dan Ishmatul Lulu,S.H masing - masing sebagai Hakim Anggota, yang diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari Senin tanggal 9 Juni 2014 oleh Hakim Ketua dengan didampingi para Hakim Anggota tersebut, dengan dibantu oleh Mufida Fatmasari,S.H Panitera Pengganti pada Pengadilan Negeri Sleman serta dihadiri oleh Penuntut Umum dan Terdakwa /didampingi Penasihat Hukumnya

HAKIM-HAKIM ANGGOTA,

TINI KAMILA, S.H.

LULUUL, S.H.

HAKIM KETUA,

TRI MANALU, S.H., L.LM.

PANITERA PENGGANTI

MUFIDA, S.H