STUDI PENGARUH KONSENTRASI NaCl (Natrium Chlorida …repository.ub.ac.id/4522/1/HERENDA SELA...
Transcript of STUDI PENGARUH KONSENTRASI NaCl (Natrium Chlorida …repository.ub.ac.id/4522/1/HERENDA SELA...
STUDI PENGARUH KONSENTRASI NaCl (Natrium Chlorida)
TERHADAP NILAI IMPEDANSI LARUTAN IONIK NaCl
(Natrium Chlorida) MENGGUNAKAN METODE
SPEKTROSKOPI IMPEDANSI ELEKTROKIMIA
SKRIPSI
Oleh :
HERENDA SELA WISMAYA
135090301111038
JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2017
ii
iv
v
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
STUDI PENGARUH KONSENTRASI NaCl (Natrium Chlorida)
TERHADAP NILAI IMPEDANSI LARUTAN IONIK NaCl
(Natrium Chlorida) MENGGUNAKAN METODE
SPEKTROSKOPI IMPEDANSI ELEKTROKIMIA
oleh :
HERENDA SELA WISMAYA
135090301111038
Setelah dipertahankan di depan Majelis Penguji
Pada tanggal.........
dan dinyatakan memenuhi syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains dalam bidang Fisika
Pembimbing I
Chomsin S. Widodo, M.Si., Ph.D
NIP:19691020.199512.1.002
Pembimbing II
DR. Eng. Didik R. Santoso, M. Si.
NIP:19690610.199402.1.001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Brawijaya
Prof. Dr. rer. nat.Muhammad Nurhuda
NIP:19640910.19902.1.001
vi
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
vii
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Herenda Sela Wismaya
NIM : 135090301111038
Jurusan : Fisika
Penulis Skripsi berjudul : Studi Pengaruh Konsentrasi NaCl
(Natrium Chlorida) terhadap Nilai Impedansi Larutan Ionik NaCl
menggunakan Metode Spektroskopi Impedansi Elektrokimia
Dengan ini menyatakan bahwa:
1. Isi dari Skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya
sendiri dan tidak menjiplak karya orang lain, selain nama-
nama yang termaktub di isi dan tertulis di daftar pustaka
dalam Skripsi ini.
2. Apabila dikemudian hari ternyata Skripsi yang saya tulis
terbukti hasil jiplakan, maka saya akan bersedia
menanggung segala resiko yang akan saya terima.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala kesadaran.
Malang, .......................... 2017
Yang menyatakan,
Herenda Sela Wismaya
NIM. 135090301111038
viii
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
ix
STUDI PENGARUH KONSENTRASI NaCl (Natrium Chlorida)
TERHADAP NILAI IMPEDANSI LARUTAN IONIK NaCl
(Natrium Chlorida)MENGGUNAKAN METODE
SPEKTROSKOPI IMPEDANSI ELEKTROKIMIA
ABSTRAK
Larutan NaCl merupakan elektrolit kuat yang dapat
menghasilkan ion Na+ dan Cl
-. Pengukuran nilai impedansi suatu
bahan dielektrik telah banyak dilakukan, sedangkan pengukuran nilai
impedansi suatu bahan yang mengandung banyak ion seperti larutan
elektrolit masih belum banyak dilakukan. Banyaknya ion dalam
suatu larutan dinyatakan dalam konsentrasi larutan. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisa hubungan konsentrasi larutan NaCl
dengan nilai impedansi larutan NaCl. Pengukuran ini dilakukan
dengan metode spektroskopi impedansi elektrokimia (SIE), yaitu
dengan menginjeksikan stimulus eletrik atau input dalam bentuk arus
listrik pada larutan NaCl kemudian mengukur responnya berupa
output dalam bentuk sinyal (tegangan). Elektroda yang digunakan
dalam sistem pengukuran berupa empat elektroda emas (Au).
Pengukuran dilakukan dengan menginjeksikan arus AC sebesar 1
mA pada bahan yang berada di dalam chamber pengukuran dalam
rentang frekuensi 1 Hz hingga 1 MHz. Konsentrasi larutan NaCl
yang diukur yaitu dalam rentang 0,0017 M – 0,513 M. Nilai
impedansi larutan NaCl pada konsentrasi paling rendah diperoleh
sebesar 884,5 Ω – 13,84 Ω sedangkan pada konsentrasi NaCl paling
tinggi diperoleh impedansi sebesar 414,9 Ω – 12,27 Ω. Nilai
impedansi listrik larutan semakin menurun seiring dengan
bertambahnya konsentrasi larutan NaCl.
Kata kunci : Impedansi listrik, Metode Spektroskopi Impedansi
Elektrokimia, larutan NaCl, konsentrasi NaCl
x
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
xi
STUDY EFFECT OF NaCl (Natrium Chlorida)
CONCENTRATION ON THE IONIC NaCl (Natrium Chlorida)
SOLUTIONS ELECTRICAL IMPEDANCE VALUE USING
ELECTROCHEMICAL IMPEDANCES SPECTROCHOPY
METHOD
ABSTRACT
NaCl solution is a powerful electrolyte that can produce Na+
and Cl- ions. Measurement of the impedance value of dielectric
material has been widely performed while measuring the impedance
value of a material containing many ions such as electrolyte solution
is still not widely done. Some ions in a solution are expressed in the
concentration of the solution. This research aims to analyze the
relation of NaCl solution concentration with an electrical impedance
value of NaCl solution. This measurement is done by
electrochemical impedance spectroscopy (EIS) method by injecting
electrochemical stimulus in the form of electric current in NaCl
solution then measuring the response in the form of the output signal
(voltage). The electrodes used in the measurement system are four
gold electrodes (Au). Measurements are performed by injecting a
current of 1 mA on the material within the measurement chamber at
the frequency range from 1 Hz to 1 MHz. The concentration of NaCl
solution measured was in the range 0,0017 M - 0,513 M. The value
of NaCl solution impedance at the lowest concentration was obtained
884,5 Ω - 13,84 Ω while at the highest NaCl concentration achieved
by the impedance equal to 414,9 Ω - 12,27 Ω. The value of the
electrical impedance of the solution decreases with the increase of
NaCl solution concentration.
Keywords: Electrical impedance, Electrochemical Impedance
Spectroscopy Method, NaCl solution, NaCl concentration
xii
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
xiii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam
rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
dalam bidang Sains Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya. Penulis mengucapkan
terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis baik
berupa dukungan, bantuan penelitian serta saran khususnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr.rer.nat Muhammad Nurhuda selaku Ketua
Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Brawijaya.
2. Bapak Chomsin S. Widodo, S.Si.,M.Si.,Ph.D selaku
Pembimbing pertama yang telah meluangkan waktu dan
pikiran, arahan, saran, motivasi, bimbingan dan kesabaran
selama penelitian ini.
3. Bapak Dr.Eng. Didik R. Santoso, M.Si selaku pembimbing
kedua yang telah memberikan arahan, waktu, pikiran,
bimbingan serta kesabaran selama penelitian ini.
4. Bapak Joko selaku dosen pembimbing akademik atas segala
bimbingan, dan arahan yang selalu diberikan.
5. Kedua orang tua saya, Mamah (Endang Widosari), Papah
(Suhermanto Taher), Ibu (Umi Kustiyah), dan Saudara-
saudara kandung saya (Mas Anggit, Mbak Vie, Helen), serta
semua keluarga saya yang selalu memberikan dukungan
semangat dan doa untuk kesuksesan saya.
6. Rekan seperjuangan satu Tim Penelitian (Wahyu, Ardi,
Achay, Sari, Fenia, Safira, Talitha, Arin, Nisa) yang selalu
memberikan motivasi, semangat dan saran selama
melakukan proses penelitian.
7. Seluruh Dosen, Staf dan Karyawan Jurusan Fisika yang telah
memberikan pendidikan dan bantuan selama di Jurusan
Fisika FMIPA UB.
xiv
8. Sahabat tercinta yang selalu setia Atika Windra Sari dan
Isnaini Almaulida Umami, Chela Z. A, Tiara, Ica, Desti,
Mavi, Venny, Apri, Ave, Chandra, Sandi, dan banyak lagi
yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih terdapat
kekurangan baik dalam penyusunan, bahasa dan penyajian
penjelasannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan
kritik dari pembaca sehingga dapat memberikan perubahan kea rah
yang lebih baik. Semoga laporan ini dapat bermanfaat dan
memberikan pengetahuan dan informasi kepada pembaca.
Malang, 16 Agustus 2017
Penulis
xv
ACKNOWLEDGEMENT
Penelitian ini merupakan bagian dari hibah penelitian PUPT
tahun 2017 dengan nomor kontrak: 460.70/UN10.C10/PN/2017 atas
nama Chomsin S. Widodo, dkk, yang berjudul “Studi Impedansi
Biolistrik Medium Sel Kanker dan Medium Sel Berpotensi Anti
Kanker”
xvi
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
xvii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ............................................. v
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................... vii
ABSTRAK ........................................................................................ ix
ABSTRACT ..................................................................................... xi
KATA PENGANTAR ................................................................... xiii
ACKNOWLEDGEMENT ............................................................. xv
DAFTAR ISI ................................................................................. xvii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................... xix
DAFTAR TABEL .......................................................................... xxi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................... xxiii
BAB I PENDAHULUAN ............... Error! Bookmark not defined. 1.1 Latar Belakang ............... Error! Bookmark not defined.
1.2 Rumusan Masalah .......... Error! Bookmark not defined.
1.3 Tujuan Penelitian ............ Error! Bookmark not defined.
1.4 Batasan Masalah ............. Error! Bookmark not defined.
1.5 Manfaat Penelitian .......... Error! Bookmark not defined.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .... Error! Bookmark not defined. 2.1 Spektroskopi Impedansi Elektrokimia Error! Bookmark
not defined. 2.2 Impedansi Listrik ............ Error! Bookmark not defined.
2.3 Double Layer dan Rangkaian Ekivalen Randles ..... Error!
Bookmark not defined. 2.3.1 Double Layer ......... Error! Bookmark not defined.
2.3.2 Rangkaian Ekivalen Randles Error! Bookmark not
defined. 2.4 Senyawa Ionik ................ Error! Bookmark not defined.
2.4.1 Natrium Klorida .... Error! Bookmark not defined.
2.5 Konduktivitas ................. Error! Bookmark not defined.
2.5.1 Konduktivitas Larutan .......... Error! Bookmark not
defined.
BAB III METODE PENELITIAN Error! Bookmark not defined. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ....... Error! Bookmark not
defined. 3.2 Alat dan Bahan Penelitian ............. Error! Bookmark not
defined. 3.3 Metode Penelitian ........... Error! Bookmark not defined.
xviii
3.3.1 Diagram Alir Penelitian ........ Error! Bookmark not
defined. 3.3.2 Persiapan Alat ........ Error! Bookmark not defined.
a) Persiapan Chamber ........... Error! Bookmark not
defined. b) Sistem Akuisisi Data ........ Error! Bookmark not
defined. c) Pengukuran Impedansi Udara . Error! Bookmark
not defined. 3.3.3 Persiapan Sampel ... Error! Bookmark not defined.
3.3.4 Pengukuran Impedansi dan Konduktivitas Larutan NaCl Error!
Bookmark not defined. 3.3.5 Analisis Data............................ Error! Bookmark not defined.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....... Error! Bookmark not
defined. 4.1 Hubungan Konduktivitas terhadap Konsentrasi NaCl
Error! Bookmark not defined. 4.2 Hubungan Frekuensi terhadap Impedansi Larutan
nnnnnnnnnn NaCl ............................. Error! Bookmark not defined.
4.3 Pengaruh Konsentrasi NaCl terhadap Impedansi
nnnnnnnnnnnLarutan Ionik NaCl ..... Error! Bookmark not defined.
BAB V PENUTUP .......................... Error! Bookmark not defined. 5.1 Kesimpulan ................... Error! Bookmark not defined.
5.2 Saran ............................. Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ..................... Error! Bookmark not defined. LAMPIRAN .................................................................................... 45
xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Grafik fasor impedansi kompleks ................................... 7
Gambar 2.2 Rangkaian RLC seri .. Error! Bookmark not defined.8
Gambar 2.3 Grafik hubungan impedansi dengan frekuensi pada
nnnnnnnnnnnnlarutan KCl ............ Error! Bookmark not defined.8
Gambar 2.4 Electrical double layer pada Permukaan Elektrod
.......................................................... Error! Bookmark not defined. Gambar 2.5 (a) Model rangkaian ekivalen Randles (b) Plot grafik
Impedansi Z terhadap Frekuensi Error! Bookmark not
defined. Gambar 2.6 Grafik Hubungan Konduktivitas dengan Konsentrasi .. 14
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Error! Bookmark not defined.
Gambar 3.2 Desain Chamber ........... Error! Bookmark not defined.
Gambar 3.3 Blok Diagram Rangkaian Pengukuran 4 Elektroda
.......................................................... Error! Bookmark not defined. Gambar 3.4 Tampilan picoscope pada LaptopError! Bookmark not
defined. Gambar 3.5 Hasil Pengukuran Impedansi Udara pada Frekuensi
10000 Hz pada PicoscopeError! Bookmark not
defined. Gambar 3.6 Diagram tahapan preparasi sampelError! Bookmark
not defined. Gambar 3.7 Hasil Pengukuran Impedansi pada Picoscope dengan
Frekuensi 1 Hz ............. Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.1 Hubungan Konduktivitas terhadap Konsentrasi larutan
NaCl ............................. Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.2 Hubungan Konduktivitas terhadap Konsentrasi larutan
NaCl berdasarkan teori Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.3 Hubungan Impedansi dan Frekuensi pada larutan ionik
NaCl 0,01% .................. Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.4 Plot Grafik Impedansi Listrik terhadap Frekuensi pada
12 Variasi Konsentrasi Larutan NaClError! Bookmark
not defined. Gambar 4.5 Pengaruh Frekuensi terhadap Impedansi pada 12 variasi
Konsentrasi NaCl ......... Error! Bookmark not defined.
xx
Gambar 4.6 Hubungan Konsentrasi NaCl terhadap Impedansi larutan
pada Tujuh Titik FrekuensiError! Bookmark not
defined.8
xxi
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
xxii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kadar Elektrolit dalam cairan ekstraseluler dan cairan
intraseluler ......................... Error! Bookmark not defined.
Tabel 2.2 Konduktivitas Molar Beberapa Ion Penyusun Larutan
pada suhu 250C. ................. Error! Bookmark not defined.
Tabel 3.1 Variasi konsentrasi NaCl . Error! Bookmark not defined.
xxiii
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
xxiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Alat dan Bahan Penelitian ........................................... 45
Lampiran 2 Data Hasil Pengukuran Nilai Impedansi Larutan NaCl
nnn berbagai Konsentrasi. ................................................. 49
Lampiran 3 Data Hasil Pengukuran Nilai Konduktivitas Larutan
nnNaCl berbagai Konsentrasi ......................................... 73
xxv
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karakteristik kelistrikan pada sel maupun jaringan biologis
disebut dengan biolistrik. Setiap bahan biologis memiliki
karakteristik biolistrik yang berbeda-beda. Penelitian mengenai sifat
kelistrikan suatu bahan biologis telah banyak dilakukan dengan
sampel berupa bahan dielektrik, seperti pada penelitian pengukuran
nilai impedansi ikan nila (Rahmatie et al. 2016), pengukuran nilai
impedansi lemak babi pada lemak sapi (Islahiyaa et al. 2016),
pengukuran nilai impedansi susu dengan penambahan air (Sari et al.
2015) dan lain sebagainya. Faktor yang mempengaruhi biolistrik
suatu bahan biologis adalah suhu, kadar air, frekuensi, densitas,
komposisi serta struktur materi dari bahan tersebut. Berdasarkan
penelitian tersebut, bahan biologis yang diukur berupa bahan
dielektrik, sedangkan pengukuran dengan bahan elektrolit masih
belum banyak dilakukan.
Larutan NaCl merupakan larutan elektrolit yang menghasilkan
ion Na+ dan Cl
-. Ion Na
+ merupakan kation utama dalam darah
maupun cairan ekstraseluler dalam tubuh hingga mencapai 95% dari
seluruh kation dalam tubuh (Yaswir & Ferawati 2012). Proses
metabolisme dalam tubuh manusia memerlukan dan dipengaruhi
oleh larutan elektrolit, dimana konsentrasi elektrolit yang tidak
normal akan menyebabkan banyak gangguan dalam tubuh.
Konsentrasi larutan NaCl dalam tubuh berada pada rentang
konsentrasi 0,095 M hingga 0,145 M (Sukardjo 2002). Larutan NaCl
ini sangat berperan penting dalam pengaturan cairan tubuh, tekanan
darah hingga keseimbangan asam basa. Selain itu, sebagian besar
medium biologis pun mengandung larutan NaCl.
Larutan NaCl memiliki daya hantar listrik karena larutan NaCl
merupakan elektrolit kuat dimana ion-ion penyusunnya terdisosiasi
sempurna sehingga di dalam larutan NaCl terdapat ion-ion yang
bergerak bebas. Daya hantar listrik suatu bahan dapat dihubungkan
dengan konduktivitas bahan, semakin baik suatu bahan dapat
menghantarkan listrik maka konduktivitasnya semakin tinggi
(Martinsen 2000). Daya hantar listrik suatu bahan juga dapat
dihubungkan dengan nilai impedansi dari bahan tersebut, yang mana
impedansi merupakan besaran fisis kelistrikan yang menyatakan
seberapa besar suatu bahan dapat menghambat arus listrik. Sehingga
dapat dikatakan bahwa jika suatu bahan memiliki daya hantar listrik
tinggi, maka impedansi dari bahan tersebut rendah (Ameer et al.
2011).
Suatu sistem pengukuran dengan menginjeksikan arus
eksternal digunakan sel elektrolitik, yaitu sel elektrokimia yang
biasanya diaplikasikan pada percobaan dengan menginjeksikan arus
listrik secara eksternal. Sel elektrolitik tersebut berupa lautan
elektrolit homogen (Grimnes, Sverre and Martinsen 2008).
Spektroskopi Impedansi Elektrokimia (SIE) merupakan suatu metode
analisis yang dapat digunakan untuk mengetahui sifat kelistrikan.
Metode SIE ini dilakukan dengan menginjeksikan stimulus eletrik
atau input, baik dalam bentuk potensial maupun arus listrik, pada
suatu sistem kemudian mengukur responnya berupa output dalam
bentuk sinyal (potensial atau kuat arus) (Lima et al. 2017). Oleh
karena itu, larutan NaCl merupakan larutan elektrolit yang dapat
digunakan sebagai medium dalam pengukuran nilai impedansi
dengan metode SIE, dimana dalam penelitian ini digunakan larutan
NaCl yang divariasikan dalam berbagai konsentrasi.
Berdasarkan penelitian sebelumnya, pengukuran nilai
impedansi suatu bahan dengan metode SIE menggunakan Picoscope
dapat dilakukan pada rentang frekuensi 0,3 Hz hingga 20 MHz,
sedangkan perangkat V to I converter yang digunakan dapat bekerja
dengan baik pada rentang frekuensi 1 Hz hingga 1 MHz (Sari et al.
2015). Oleh karena itu, pengukuran impedansi dalam penelitian ini
dilakukan pada rentang frekuensi 1 Hz hingga 1 MHz dengan
menggunakan empat elektroda.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian Studi Pengaruh
Konsentrasi NaCl (Natrium Chlorida) terhadap Nilai Impedansi
Larutan Ionik NaCl (Natrium Chlorida) menggunakan Metode
Spektroskopi Impedansi Elektrokimia ini adalah:
Bagaimana hubungan konsentrasi larutan ionik NaCl dengan
konduktivitas larutan?
Bagaimana pengaruh penambahan konsentrasi terhadap nilai
impedansi larutan NaCl?
3
Bagaimana pengaruh frekuensi terhadap impedansi pada 12
variasi konsentrasi larutan ionik NaCl?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian Studi Pengaruh Konsentrasi NaCl
(Natrium Chlorida) terhadap Nilai Impedansi Larutan Ionik NaCl
(Natrium Chlorida) menggunakan Metode Spektroskopi Impedansi
Elektrokimia ini adalah:
Studi hubungan konsentrasi larutan ionik NaCl dengan
konduktivitas larutan
Menganalisa pengaruh penambahan konsentrasi terhadap nilai
impedansi larutan NaCl
Menganalisa pengaruh frekuensi terhadap impedansi pada 12
variasi konsentrasi larutan ionik NaCl
1.4 Batasan Masalah
Batasan masalah dari penelitian Studi Pengaruh Konsentrasi
NaCl (Natrium Chlorida) terhadap Nilai Impedansi Larutan Ionik
NaCl (Natrium Chlorida) menggunakan Metode Spektroskopi
Impedansi Elektrokimia ini adalah:
Pengukuran impedansi dan konduktivitas larutan ionik NaCl
dilakukan pada suhu ruang.
Kristal NaCl yang digunakan adalah kristal NaCl teknis
Tidak membahas secara detail alat-alat yang digunakan
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari Studi Pengaruh Konsentrasi NaCl
(Natrium Chlorida) terhadap Nilai Impedansi Larutan Ionik NaCl
(Natrium Chlorida) menggunakan Metode Spektroskopi Impedansi
Elektrokimia ini adalah:
Dapat mengetahui pengaruh frekuensi terhadap impedansi
larutan ionik NaCl
Dapat mengetahui karakteristik biolistrik, yaitu impedansi dan
konduktivitas larutan ionik NaCl dengan menggunakan Metode
SIE.
Dapat membuktikan hubungan konsentrasi dengan
konduktivitas larutan NaCl sesuai dengan teori
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Spektroskopi Impedansi Elektrokimia
Spektroskopi Impedansi Elektrokimia (SIE) adalah metode
yang dapat digunakan untuk menganalisa sifat kelistrikan dari suatu
bahan. Prinsip dari metode SIE yaitu dengan menginjeksikan
stimulus eletrik dalam bentuk potensial maupun arus listrik pada
suatu sistem kemudian respon dari sistem tersebut berupa output
akan terukur dalam bentuk sinyal (potensial atau kuat arus) (Liu et al.
2003).
Dalam sel biologis terdapat serangkaian proses mikroskopis
yang terjadi ketika sel diberi stimulus, kemudian akan dihasilkan
respon listrik yang dapat diamati pada spektra. Proses mikroskopik
tersebut seperti pada transfer elektron sepanjang jalur konduksi,
transfer elektron antara permukaan elektroda dengan elektrolit,
maupun transfer elektron antar atom bermuatan dengan
lingkungannya dimana terjadi proses reduksi atau oksidasi. Arus
listrik yang mengalir dipengaruhi oleh hambatan elektroda, hambatan
elektrolit serta reaksi pada permukaan elektroda dengan elektrolit
(Zhang et al. 2004).
Stimulus elektrik yang digunakan dalam Spektroskopi
Impedansi ini dibedakan menjadi tiga, salah satunya adalah dengan
mengaplikasikan stimulus pada frekuensi tunggal dan mengukur
pergeseran fasa serta amplirudonya. Hasilnya dapat diperoleh dengan
mengolah respons menggunakan sirkuit analog atau transformasi
fourier cepat (Liu et al. 2003). Metode ini dalam pengoperasiannya
lebih mudah dibandingkan dengan metode lainnya, selain itu
intrumen yang digunakan juga mudah diperoleh. Metode SIE ini
dapat digunakan untuk mempelajari sifat instrinsik yang
berhubungan dengan konduktivitas sel elektrokimia. Sifat instrinsik
tersebut dibedakan menjadi dua, yaitu sifat yang berhubungan
dengan bahan itu sendiri seperti mobilitas muatan, konsentrasi
ekuilibrium spesi muatan, konduktivitas, konstanta dielektrik, dan
laju pembentukan rekombinasi fasa ruah, kemudian yang kedua
adalah sifat yang berhubungan dengan permukaan elektroda dan
bahan seperti kapasitansi antar permukaan, koefisien difusi dan laju
reaksi adsorpsi. Penentuan sifat instrinsik tersebut dapat diperoleh
dengan penyelesaian persamaan standar arus dengan potensial
(Martinsen 2000).
Sinyal masukan yang diberikan memiliki bentuk fungsi
terhadap waktu seperti pada persamaan 2.1:
(2.1)
Dimana E(t) adalah potensial pada waktu t, E0 adalah amplitudo
sinyal, dan adalah frekuensi radial yang nilai nya adalah .
Sedangkan sinyal respon arus pada waktu tertentu t, I(t), memiliki
nilai pergeseran fasa ɸ, dan amplitudo sinyal I0 seperti pada
persamaan 2.2.
(2.2)
Jika dianalogikan dengan Hukum Ohm, maka impedansi
sistem adalah:
(2.3)
(Raj & C 2013)
2.2 Impedansi Listrik
Hambatan listrik adalah besaran fisis kelistrikan yang
menyatakan ukuran suatu bahan dalam sebuah rangkaian listrik
untuk menahan arus listrik. Hambatan listrik berdasarkan Hukum
Ohm merupakan perbandingan antara beda potensial (V) dengan arus
listrik (I) dengan satuan internasional (SI) adalah Ohm (Ω). Hukum
tersebut berlaku ketika sinyal arus dan potensial AC yang melewati
hambatan adalah sefasa dimana nilai hambatannya tidak bergantung
pada frekuensi (Hamdy 2006).
Pada sistem elektrokimia, hambatan yang berlaku bukan
hambatan ideal, melainkan hambatan yang bergantung pada
frekuensi, sehingga muncul konsep yang disebut impedansi (Z).
Sama halnya dengan hambatan, nilai impedansi dipengaruhi oleh
potensial dan arus listrik namun impedansi lebih general
dibandingkan dengan hambatan yang dibatasi oleh sifat-sifat
hambatan ideal (Ameer et al. 2011).
Impedansi merupakan besaran fisis yang dapat berfungsi untuk
menganalisa rangkaian dan komponen listrik, serta bahan-bahan
3
yang memiliki sifat kelistrikan. Impedansi listrik secara umum dapat
didefinisikan sebagai hambatan total dari seluruh komponen pada
suatu rangkaian listrik arus bolak-balik (AC). Nilai impedansi
dinyatakan dalam sebuah grafik fasor dimana terdapat bagian real
dan imaginer. Nilai resistansi mewakili bagian riil dari impedansi,
sedangkan nilai reaktansi, baik kapasitif maupun induktif, mewakili
bagian imajinernya, seperti pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1. Grafik fasor impedansi kompleks (Juansah 2013)
Bagian riil dari impedansi, resistansi tidak bergantung pada
frekuensi. Sedangkan bagian imajinernya, kapasitansi dan
induktansi, sangat bergantung pada frekuensi. Sehingga impedansi
total dari suatu rangkaian listrik yang mengandung resistor, kapasitor
dan induktor atau yang biasa disebut dengan rangkaian RLC yang
disusun secara seri dinyatakan dalam persamaan 2.5.
(2.4)
√
(2.5)
Dimana Z adalah impedansi total (Ohm), R adalah resistansi
(Ohm), L adalah induktansi (H), dan C adalah kapasitansi (F).
Rangkaian RLC yang dinyatakan pada persamaan 2.5 disusun secara
seri seperti Gambar 2.2 berikut:
Gambar 2.2 Rangkaian RLC seri (Tipler 2008)
Penelitian mengenai nilai impedansi suatu larutan elektrolit
yang pernah dilakukan (Lima et al. 2017), menunjukkan bahwa nilai
impedansi total memang sangat bergantung pada besarnya frekuensi
yang diberikan. Gambar 2.3 menunjukan grafik impedansi larutan
KCl yang semakin menurun seiring dengan bertambahnya frekuensi.
Gambar 2.3 Grafik hubungan impedansi dengan frekuensi
pada larutan KCl (Lima et al. 2017)
2.3 Double Layer dan Rangkaian Ekivalen Randles
2.3.1 Double Layer
Pada sistem elektrokimia terdapat besaran listrik seperti arus,
hambatan dan tegangan yang dapat digunakan untuk menganalisa
secara kualitatif maupun kuantitatif. Arus timbul karena adanya
reaksi oksidasi dan reduksi pada permukaan elektroda seperti teori
permukaan Helmholtz berupa lapisan rangkap listrik atau electrical
double layer. Permukaan elektroda akan bermuatan listrik ketika
elektroda tersebut dihubungkan dengan sumber tegangan. Potensial
listrik yang diberikan sangat berpengaruh pada besar dan jenis
muatan listrik pada permukaan elektroda. Ion-ion dengan muatan
5
yang berlawanan dengan muatan elektroda yang ada pada larutan
akan tertarik menuju permukaan elektroda sehingga terbentuk
permukaan Helmholtz. Muatan pada permukaan Helmholtz dan
permukaan elektroda akan membentuk electrical double layer seperti
pada Gambar 2.4.
Gambar 2.4. Electrical double layer pada Permukaan Elektroda
(Riyanto 2012)
2.3.2 Rangkaian Ekivalen Randles
Setiap materi biologis, seperti larutan NaCl, mempunyai sifat
kelistrikan yang mampu menghantarkan ion maupun elektron. Sifat
kelistrikan tersebut dimodelkan dengan rangkaian ekivalen gabungan
komponen resistansi R dan kapasitansi C, yang dimodelkan secara
sederhana dengan model Randles. Pada Gambar 2.5(a) menunjukkan
rangkaian ekivalen Randles yang setara dengan impedansi suatu
permukaan elektrokimia antara elektrolit dan elektroda (Subhan
2011). Besar impedansi total dipengaruhi oleh reaktansi resistif dan
reaktansi kapasitif, dimana reaktansi resistif bergantung pada
resistansi elektrolit dan resistansi double layer, sedangkan reaktansi
kapasitif bergantung pada frekuensi. Sehingga plot grafik impedansi
total terhadap log frekuensi pada Gambar 2.5(b) memperlihatkan
pola yang menurun secara signifikan yang disebabkan karena
reaktansi kapasitifnya semakin kecil seiring dengan semakin
bertambahnya frekuensi (Raj & C 2013).
Gambar 2.5. (a) Model rangkaian ekivalen Randles (b) Plot grafik
Impedansi Z terhadap Frekuensi (Subhan 2011).
Nilai impedansi total (ZT) berdasarkan rangkaian ekivalen
Randles tersebut adalah jumlah impedansi double layer (ZD) dengan
impedansi elektrolitnya (ZE), dimana impedansi double layer (ZD)
merupakan hasil paralel dari resistansi resistif (XRD) dan resistansi
kapasitifnya (XCD), seperti pada persamaan 2.6 hingga 2.9 berikut:
(2.6)
Dimana
, ,
dengan
Sehingga
(2.7)
(2.8)
Dan diperoleh
(2.9)
(Bera & Nagaraju 2011)(Tipler 2008)
2.4 Senyawa Ionik
Senyawa ionik merupakan suatu senyawa yang dapat
berdisosiasi menjadi partikel bermuatan di dalam larutan. Partikel
bermuatan, atau yang biasa disebut dengan ion, memiliki dua muatan
yang berbeda yaitu muatan positif (kation) dan muatan negatif
(anion). Kedua muatan ion tersebut harus keseimbangan komposisi
(a)
(b)
7
di dalam suatu larutan yang disebut sebagai elektronetralitas
(Riyanto 2012).
Sebagian besar proses metabolisme dalam tubuh manusia
sangat memerlukan dan dipengaruhi oleh elektrolit, dimana
konsentrasi elektrolit yang tidak seimbang akan mengakibatkan
beberapa gangguan metabolisme dalam tubuh. Homeostasis cairan
tubuh sangat penting untuk dijaga karena sangat berpengaruh bagi
kelangsungan hidup seluruh makhluk hidup. Dalam tubuh, manusia
khususnya, memiliki empat ion mayor yang sangat berperan penting
dalam proses metabolisme yaitu Natrium (Na+), Kalium (K
+),
Klorida (Cl-) dan Bikarbonat (HCO3
-). Keempat ion tersebut
berfungsi dalam pemeliharaan tekanan osmotik dan distribusi dari
beberapa kompartemen cairan tubuh manusia.
2.4.1 Natrium Klorida
Dalam cairan ekstraseluler, kation utama yang terkandung
yaitu Natrium (Na+) yang jumlahnya mencapai hingga 60 mEq per
kilogram berat badan. Sedangkan di dalam cairan intraseluler
jumlahnya tidak mendominasi, yaitu hanya sekitar 10 hingga 14
mEq/L. Tekanan osmotik di dalam cairan ekstraseluler, lebih dari
90% ditentukan oleh senyawa garam yang mengandung natrium,
dalam bentuk natrium klorida (NaCl) maupun natrium bikarbonat
(NaHCO3). Oleh karena itu, perubahan konsentrasi natrium dapat
digambarkan dengan adanya perubahan tekanan osmotik pada cairan
ektraseluler (Ameer et al. 2011).
Keseimbangan Gibbsdonnan dapat menyebabkan adanya
perbedaan kadar antara natrium di dalam intravaskuler dan
interstitial, sedangkan transpor aktif dari natrium keluar sel yang
bertukar dengan masuknya kalium ke dalam sel pada pompa ion (Na+
dan K+) akan menyebabkan perbedaan kadar natrium pada cairan
ekstraseluler dan intraseluler (Tobergte & Curtis 2013).
Keseimbangan antara natrium yang masuk dan keluar dari dalam
tubuh digambarkan dengan jumlah natrium dalam tubuh. Natrium
masuk dalam tubuh melalui epitel mukosa pada saluran cerna dengan
proses difusi, sedangkan keluar melalui ginjal atau saluran cerna
maupun keringat pada permukaan kulit. Input dan output natrium
dalam tubuh mencapai 48-144 mEq per hari.
2.5 Konduktivitas
Gerakan ion dalam larutan dapat diketahui dengan mengukur
konduktivitas listrik dari larutan elektrolit tersebut. Perpindahan
kation menuju elektroda bermuatan negatif dan anion menuju
elektroda bermuatan positif akan membawa melalui larutan yang
dinamakan proses transport (Riyanto 2012).
Pengukuran dasar yang digunakan untuk mempelajari gerakan
ion adalah pengukuran tahanan listrik larutan. Teknik standarnya
dengan memasukkan sel ke dalam satu sisi jembatan tahanan,
kemudian mencari titik keseimbangan. Dalam teknik tersebut, harus
digunakan arus bolak-balik (AC). Jika digunakan arus searah (DC),
maka akan terjadi elektrolisis dan polarisasi, yaitu modifikasi
komposisi lapisan muatan yang bersentuhan dengan elektroda.
Penggunaan arus bolak-balik pada frekuensi sekitar 1 kHz dapat
menghindarkan polarisasi karena perubahan yang terjadi pada
separuh siklus akan dibatalkan oleh separuh siklus yang kedua .
2.5.1 Konduktivitas Larutan
Konduktansi larutan (G) merupakan kebalikan dari tahanan
(R), dimana semakin besar tahanan maka semakin rendah
konduktansinya. Satuan tahanan dinyatakan dalam Ohm (Ω), maka
konduktansi dinyatakan dalam Mho (Ω-1
) atau dalam satuan
Tabel 2.1 Kadar Elektrolit dalam cairan ekstraseluler dan cairan
intraseluler (Yaswir & Ferawati 2012)
9
internasionalnya adalah Siemens (S), dimana 1 S = 1 Ω-1
) (Halliday
& Resnick 2013).
Jika tahanan (R) berbanding lurus dengan resistivitas bahan (ρ)
dan pertambahan panjang (l) sampel dan berbanding terbalik dengan
luas permukaan (A) (Giancoli 2005), sehingga dituliskan:
(2.10)
Dimana konduktivitas (κ) merupakan kebalikan dari konstanta
perbandingan ρ, sehingga diperoleh persamaan berikut:
(2.11)
atau
(2.12)
dengan tahanan dalam satuan Ω dan
dalam dimensi m, maka
saatuan konduktivitas (κ) adalah S.m-1
atau sering juga dinyatakan
dalam satuan S.cm-1
.
Konduktivitas listrik suatu larutan adalah besaran fisis
kelistrikan yang menyatakan kemampuan suatu bahan dalam
menghantarkan listrik. Faktor yang mempengaruhi konduktivitas
salah satunya adalah konsentrasi larutan atau jumlah ion (Juansah
2013). Arus listrik yang mengalir dalam larutan elektrolit berbeda
dengan arus yang mengalir pada suatu logam konduktor. Arus listrik
pada larutan elektrolit disebabkan karena adanya konduksi ion. Pada
Gambar 2.3 konduktivitas total suatu larutan bergantung pada ion-
ion yang bergerak bebas di dalam larutan tersebut yang dipengaruhi
oleh konsentrasi, aktivitas, muatan dan mobilitas ion-ion tersebut
(Grimnes, Sverre and Martinsen 2008).
Gambar 2.6 Grafik Hubungan Konduktivitas terhadap
Konsentrasi NaCl (Martinsen 2000)
Konduktivitas molar (sebanding dengan konduktansi)
merupakan konduktivitas per mol zat terlarut per volume seperti
persamaan 2.11. Tabel 2.2 menunjukkan nilai ketetapan
konduktivitas molar dari beberapa ion, sehingga jika konsentrasi
larutan diketahui maka konduktivitas total larutannya pun dapat
dihitung.
(2.13)
Dimana κ adalah konduktivitas larutan (S/m), c adalah
konsentrasi larutan (M) dan adalah konduktivitas molar (S/m) per
(mol/L) (Grimnes, Sverre and Martinsen 2008).
Tabel 2. 2 Konduktivitas Molar Beberapa Ion Penyusun Larutan
pada suhu 250C (Grimnes, Sverre and Martinsen 2008).
1
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biofisika Jurusan
Fisika dan Laboratorium Ekologi Jurusan Biologi Fakultas MIPA
Universitas Brawijaya Malang. Waktu penelitian dimulai pada Bulan
April hingga Juni 2017.
3.2 Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian Studi Pengaruh
Konsentrasi NaCl (Natrium Chlorida) terhadap Nilai Impedansi
Larutan Ionik NaCl (Natrium Chlorida) menggunakan Metode
Spektroskopi Impedansi Elektrokimia adalah seperangkat alat uji
Picoscope serie 5000 tipe 5244B, Laptop (PC), satu set reaktor
kontainer sampel, kabel penghubung (kabel koaksial), neraca
ohauss, gelar arloji, gelas ukur, gelas beaker, shrynge, satu set
magnetic stirer, spatula, pH meter, satu set konduktivitimeter,
aluminiumfoil, dan termometer. Bahan yang digunakan sebagai
subjek penelitian adalah kristal NaCl teknis dan aquades.
3.3 Metode Penelitian
3.3.1 Diagram Alir Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan Metode Spektroskopi
Impedansi Elektrokimia menggunakan picoscope dan instrumen
pendukung lainnya. Sebelum dilakukan pengambilan data, dilakukan
studi literatur dan persiapan alat serta persiapan sampel seperti
ditunjukkan pada diagram alir pada Gambar 3.1.
3.3.2 Persiapan Alat
Studi Literatur
Persiapan Rangkaian Alat
dan Sampel
Persiapan Alat
Pengaturan Rangkaian
Alat ke Laptop
Tahap Pengolahan dan Analisis Data
Hasil
Persiapan Sampel
Pembuatan larutan NaCl
dengan 12 variasi
konsentrasi
Penentuan
Konsentrasi NaCl
Tahap Pengukuran Impedansi pada
frekuensi 1 Hz–1 MHz dengan arus 1
mA dan Pengukuran Konduktivitas
Pengukuran
Impedansi Udara
Mulai
Gambar 3. 1 Diagram Alir Penelitian
3
Persiapan alat pada penelitian ini terdiri dari beberapa tahap
berikut:
a) Persiapan Chamber
Chamber merupakan media yang digunakan untuk meletakkan
sampel percobaan dalam penelitian dengan bahan dasar berupa
akrilik. Chamber tersebut berbentuk tabung dengan diameter luar 28
mm dan diameter dalam 8 mm dengan panjang tabung 35 mm. Pada
Chamber terdapat empat elektroda emas (Au), 2 elektroda berbentuk
plat lingkaran tipis dengan diameter 8 mm yang terpisah sejauh 20
mm, berfungsi sebagai pemberi stimulus atau input pada sistem
dalam bentuk injeksi arus listrik, sedangkan 2 elektroda lainnya
berbentuk jarum dengan diameter 1 mm yang berfungsi sebagai
penerima respon dari sistem atau output (tegangan) dalam bentuk
sinyal. Jarak antar dua elektroda jarum tersebut adalah 6 mm. Pada
Gambar 3.2 menunjukkan desain Chamber yang digunakan.
Gambar 3.2 Desain Chamber
b) Sistem Akuisisi Data
Perangkat utama yang digunakan dalam pengukuran
impedansi larutan ionik NaCl ini adalah PicoScope series 5000 tipe
5244B dengan dua channel. PicoScope tersebut memiliki AC signal
generator yang berfungsi sebagai pembangkit tegangan bolak-balik
(AC) dengan kemampuan beroperasi pada frekuensi 0,3 Hz hingga
20 MHz. Perangkat tersebut dioperasikan melalui perangkat lunak
(software) yang telah diinstal pada laptop yang digunakan. Pada
software tersebut, frekuensi dan amplitudo dapat diatur sesuai yang
diperlukan, kemudian nilai tegangan masukan (Vinput) diatur pada
INPUT INPUT
OUTPUT
6 mm
20 mm
Gambar 3. 2 Desain Chamber
nilai 1 Volt. Nilai input tersebut merupakan tegangan yang berasal
dari signal generator pada picoscope yang telah diubah oleh V to I
converter menjadi arus, sehingga muncul sinyal input pada
picoscope.
Tegangan masukan (Vinput) yang telah diubah menjadi arus
melalui V to I converter tersebut kemudian diinjeksikan pada sampel
yang akan diukur. Respon dari injeksi arus tersebut terukur pada
picoscope dalam bentuk sinyal tegangan keluaran (Voutput). Sinyal
tegangan input dan output yang terukur akan ditampilkan dalam
bentuk gelombang sinusoidal pada laptop. Arus yang diinjeksikan
diatur melalui V to I converter sesuai dengan karakteristik bahan dari
sampel yang diukur, dalam pengukuran ini digunakan arus 1 mA.
Sistem pengukuran impedansi dengan menggunakan rangkaian
empat elektroda input (biru) diberikan melalui 2 elektroda plat
lingkaran, dan outputnya (merah) terukur oleh 2 elektroda jarum
seperti pada Gambar 3.3 yang merupakan blok diagram rangkaian
pengukuran nilai impedansi pada larutan ionik NaCl dengan empat
elektroda.
5
Rangkaian pengukuran yang telah dirangkai sesuai blok
diagram pada Gambar 3.3, kemudian dioperasikan melalui software
picoscope yang telah diinstal pada laptop. Pengukuran dilakukan
pada tiap frekuensi dengan rentang frekuensi 1 Hz hingga 1 MHz
yang diatur pada laptop, dan arus sebesar 1 mA yang diatur pada V to
I converter. Tampilan software picoscope dua channel tersebut
terdiri dari channel 1 sebagai sinyal masukan (Vinput) dimana
gelombang dan skala tegangan berwarna biru, dan channel 2 sebagai
sinyal keluaran (Voutput) dimana gelombang dan skala tegangan
PICOSCOPE serie
5000 (5244B)
Sumber Tegangan
(Power Supply)
V to I Converter
Laptop
Listrik PLN
Sampel
Gambar 3. 3 Blok Diagram Rangkaian Pengukuran 4 Elektroda
Input
Output
Signal
Generator
berwarna merah seperti pada Gambar 3.4. Hasil pengukuran berupa
tegangan ditampilkan dalam bentuk gelombang sinusoidal.
Gambar 3. 4 Tampilan picoscope pada Laptop
Perangkat V to I converter dapat merespon frekuensi pada
sumber arus AC. Uji respon perangkat V to I converter yang
digunakan telah dilakukan pada penelitian sebelumnya (Sari et al.
2015), dengan tujuan agar dapat dipastikan bahwa pengukuran
impedansi listrik dengan menggunakan V to I converter tersebut
dapat dioperasikan dengan baik pada rentang frekuensi tertentu yaitu
pada rentang frekuensi 1 Hz hingga 1 MHz. Oleh karena itu,
pengukuran impedansi listrik pada penelitian ini menggunakan
rentang frekuensi 1 Hz hingga 1 MHz, dengan tegangan masukan
(Vinput) yang stabil sebesar 1 Volt.
c) Pengukuran Impedansi Udara
Sebelum dilakukan pengukuran impedansi pada sampel,
dilakukan pengukuran impedansi udara (chamber dalam keadaan
kosong dan tertutup). Tujuannya adalah untuk pengecekan alat
sebelum dilakukan pengukuran pada tiap sampel, apakah nilai
impedansi udara yang terukur sebelum pengukuran sampel larutan
NaCl berubah secara signifikan atau tidak. Pada Gambar 3.5
ditunjukkan hasil pengukuran impedansi udara pada picoscope
dengan frekuensi 40 kHz:
7
Gambar 3. 5 Hasil Pengukuran Impedansi Udara pada Frekuensi
40000 Hz pada Picoscope
3.3.3 Persiapan Sampel
Tahap persiapan sampel terdiri dari penentuan konsentrasi
sampel yang digunakan dan tahap pembuatan sampel. Sampel yang
digunakan adalah NaCl kristal yang dilarutkan dengan pelarut
aquades dengan massa NaCl tertentu berdasarkan konsentrasi yang
telah ditentukan. Pada Gambar 3.6 Ditunjukkan tahapan-tahapan
pembuatan sampel larutan siap ukur. Sampel dibuat tepat sebelum
dilakukan pengambilan data, tujuannya untuk meminimalisir
terjadinya oksidasi pada sampel karena pengaruh udara luar yang
timbul ketika sampel dibiarkan terbuka terlalu lama.
Gambar 3.6
Pada tahap penentuan konsentrasi sampel, konsentrasi sampel
dipilih berdasarkan rentang konsentrasi seimbang larutan NaCl
dalam tubuh yaitu 0,095 M hingga 0,145 M. Jika konsentrasi larutan
NaCl dalam tubuh kurang dari maupun lebih dari rentang konsentrasi
tersebut, maka tubuh akan mengalami gangguan metabolisme. Oleh
karena itu, pada penelitian ini digunakan rentang konsentrasi di
bawah konsetrasi seimbang dalam tubuh hingga di atas konsentra
seimbang dalam tubuh. Hasilnya terdapat larutan hipotonis, isotonis
dan hipertonis, dimana larutan hipotonis yaitu larutan NaCl dengan
konsentrasi 0,0017 M atau NaCl 0,1%. Sedangkan larutan isotonis
yaitu larutan NaCl dengan konsentrasi 0,154 M atau NaCl 0,9% dan
larutan hipertonis yaitu larutan NaCl dengan konsentrasi 0,342 M
Persiapan Sampel
Penimbangan massa
NaCl
Penentuan
konsentrasi sampel
Sampel siap diukur
Penyatuan NaCl dengan
aquades dengan magnetic
stirer selama 120 detik
Gambar 3. 6 Diagram tahapan preparasi sampel
9
atau NaCl 2%. Oleh karena itu, dipilih sampel larutan NaCl dengan
rentang konsentrasi tersebut. Berikut tabel 12 variasi konsentrasi
NaCl yang digunakan:
Tabel 3. 1 Variasi konsentrasi NaCl
Sampel Massa
NaCl
Volume
Aquades
Konsentrasi
NaCl 0,01% 0,01 gram 100 mL 0,0017 M
NaCl 0,05% 0,05 gram 100 mL 0,0085 M
NaCl 0,1% 0,1 gram 100 mL 0,017 M
NaCl 0,2% 0,2 gram 100 mL 0,034 M
NaCl 0,3% 0,3 gram 100 mL 0,051 M
NaCl 0,5% 0,5 gram 100 mL 0,085 M
NaCl 0,8% 0,8 gram 100 mL 0,137 M
NaCl 1% 1 gram 100 mL 0,171 M
NaCl 1,5% 1,5 gram 100 mL 0,256 M
NaCl 2% 2 gram 100 mL 0,342 M
NaCl 2,5% 2,5 gram 100 mL 0,427 M
NaCl 3% 3 gram 100 mL 0,513 M
Pada tahap pembuatan sampel, yang dilakukan adalah
penimbangan massa sampel, preparasi aquades, penyatuan NaCl
dengan aquades. Massa NaCl ditimbang dengan neraca ohauss yang
memiliki ketelitian 0,001 gram. Setelah itu langsung dicampurkan
dengan aquades dengan volume 100 mL untuk setiap sampel,
kemudian diaduk dengan magnetic stirer selama 2 menit agar larutan
menjadi homogen. Tiap sampel dibuat tepat sebelum dilakukan
pengukuran impedansi sampel.
3.3.4 Pengukuran Impedansi dan Konduktivitas Larutan NaCl
Setiap sampel yang telah dibuat, tanpa jeda waktu, segera
dilakukan pengukuran, baik pengukuran impedansi maupun
konduktivitas. Pada pengukuran impedansi sampel dimasukkan ke
dalam chamber pengukuran yang telah terhubung dengan sistem
pengukuran impedansi dengan menggunakan shrynge atau jarum
suntik agar tidak timbul gelembung udara di dalam chamber. Sampel
diukur pada rentang waktu kurang dari 30 menit untuk menghindari
terjadinya oksidasi pada sampel. Pengukuran dilakukan dengan
mengambil 64 titik frekuensi pada rentang 1 Hz hingga 1 MHz yang
diatur melalui software picoscope pada komputer, sedangkan arus
injeksi yang digunakan untuk sampel larutan NaCl adalah sebesar 1
mA yang diatur pada V to I converter. Pengukuran dilakukan secara
paralel pada temperatur ruang.
Pada Gambar 3.7 merupakan hasil pengukuran impedansi pada
picoscope dimana Chanel 1 adalah tegangan masukan (Vinput) berupa
gelombang sinusoidal dengan warna biru, dan Chanel 2 adalah
tegangan keluaran (Voutput) berupa gelombang sinusoidal dengan
warna merah. Nilai input maupun output yang terukur, akan terbaca
pada tabel picoscope di bagian bawah, berupa nilai tegangan peak to
peak (Vpp).
Gambar 3.7 Hasil Pengukuran Impedansi pada Picoscope dengan
Frekuensi 1 Hz
Pada pengukuran konduktivitas larutan NaCl juga dilakukan
secara paralel dengan 3 pengulangan. Nilai kondutivitas diukur
menggunakan konduktivitimeter dengan ketelitian 0,001 mS/m.
11
Sampel yang telah selesai dibuat segera diukur untuk menghindari
terjadinya oksidasi pada sampel.
3.3.5 Analisis Data
Hasil pengukuran dari penelitian mengenai Studi Pengukuran
Nilai Impedansi Larutan Ionik NaCl dengan Metode Jarum Dua
elektrode dan Empat elektrode ini berupa nilai tegangan dalam
bentuk gelombang sinusoidal. Nilai tegangan yang diambil sebagai
data adalah setengah dari nilai tegangan peak to peak (Vpp) yang
terukur pada picoscope, yaitu dengan persamaan 3.1 berikut:
(3.1)
Dimana
Nilai impedansi sampel yang terukur pada sistem rangkaian akuisisi
data diperoleh dari persamaan 3.2:
(3.2)
Dimana V = tegangan output dari rangkaian (V)
I = arus yang diinjeksikan pada sampel (A)
Z= Impedansi sampel yang terukur (Ω)
Sehingga diperoleh untuk pengulangan sebanyak empat
kali (n=4) adalah
∑
Analisis data yang dilakukan yaitu dengan menggambarkan
hubungan antara frekuensi dengan nilai impedansi listrik, hubungan
antara konsentrasi larutan NaCl dengan konduktivitasnya dan
hubungan antara konsentrasi larutan NaCl dengan Impedansi. Nilai
impedansi diplotkan terhadap frekuensi, dimana sumbu X adalah
frekuensi dan sumbu Y adalah impedansi. Kemudian diplotkan
dalam grafik yang sama untuk 12 variasi konsentrasi yang berbeda
agar terlihat bagaimana pengaruh perubahan konsentrasi larutan
NaCl terhadap nilai impedansinya. Nilai konduktivitas diplotkan
terhadap konsentrasi larutan NaCl, dimana sumbu X adalah
konsentrasi dan sumbu Y adalah konduktivitas.
1
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hubungan Konduktivitas terhadap Konsentrasi NaCl
Konsentrasi larutan NaCl yang diukur yaitu 0,01%; 0,05%;
0,1%; 0,2%; 0,3%; 0,5%; 0,8%; 1%; 1,5%; 2%; 2,5% dan 3%.
Dimana konsentrasi larutan NaCl 0,01% adalah 0,01 gram NaCl
kristal yang dilarutkan dalam 100 mL aquades.
Gambar 4. 1 Hubungan Konduktivitas terhadap Konsentrasi larutan
NaCl
Pada Gambar 4.1, diperoleh hasil plot dari pengukuran
konduktivitas larutan pada 12 variasi konsentrasi NaCl yang berbeda.
Pada grafik tersebut menunjukkan bahwa hubungan konsentrasi
dengan konduktivitas larutan NaCl adalah linier, dimana semakin
besar konsentrasi larutan NaCl maka semakin besar pula nilai
konduktivitas larutan.
Komposisi dari zat terlarut dan zat pelarut di dalam suatu
larutan dinyatakan dalam konsentrasi larutan. NaCl dapat menjadi
elektrolit ketika berada dalam bentuk larutan, dimana larutan
y = 2,8607x + 0,2316 R² = 0,9925
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
0 1 2 3 4
Ko
nd
ukt
ivit
as (
S/m
)
NaCl (% massa)
elektrolit merupakan larutan yang dapat menghantarkan listrik. Jika
ditinjau dari atom pembentuknya yaitu Na dan Cl, dimana atom-atom
tersebut memiliki elektron valensi masing-masing 1 dan 7. Elektron
valensi merupakan elektron terluar yang masih terikat pada atom dan
terletak pada pita energi valensi. Ketika diberikan energi secara
eksternal maka elektron tersebut akan lepas menjadi elektron bebas
atau elektron konduksi. Elektron konduksi merupakan muatan
pembawa arus yang bergerak bebas di dalam suatu larutan elektrolit.
Adanya pergerakkan elektron di dalam suatu larutan
mengindikasikan bahwa adanya aliran arus listrik di dalam larutan
tersebut. Arus listrik yang mengalir pada suatu larutan elektrolit
berbeda dengan arus listrik yang mengalir pada suatu logam atau
konduktor. Arus listrik pada logam atau konduktor disebabkan
karena adanya aliran elektron, sedangkan arus listrik pada larutan
elektrolit disebabkan karena adanya konduksi ion. Oleh karena itu,
besarnya konduktivitas elektrolit larutan sangat dipengaruhi oleh
banyaknya ion yang terdapat dalam larutan yang dinyatakan dalam
konsentrasi larutan.
Berdasarkan persamaan 2.13 besarnya konduktivitas larutan
dapat diperoleh dari hasil kali nilai konduktivitas molar larutan
dengan konsentrasi larutan tersebut. Konduktivitas molar pada kation
maupu anion yang menyusun suatu larutan merupakan ketetapan
yang telah diketahui pada tabel 2.2. berdasarkan persamaan 2.13
maka nilai konduktivitas larutan secara teori dapat diketahui.
Gambar 4.2 menunjukkan hubungan konduktivitas larutan terhadap
konsentrasi larutan NaCl secara teori pada suhu 250C.
3
Gambar 4. 2 Hubungan Konduktivitas terhadap Konsentrasi larutan
NaCl berdasarkan teori
Gambar 4.1 dan Gambar 4.2 menunjukan pola grafik yang
sama, dimana kedua grafik terbut menunjukkan hubungan yang linier
antara konduktivitas dengan konsentrasi, artinya pola hasil
pengukuran konduktivitas sesuai dengan pola hasil perhitungan
konduktivitas secara teori. Akan tetapi nilai konduktivitas yang
diperoleh dari hasil pengukuran berbeda jauh dengan nilai
konduktivitas hasil perhitungan secara teori. Hal tersebut disebabkan
karena suhu saat pengukuran konduktivitas larutan NaCl berbeda
dengan suhu pada konduktivitas molar yang diketahui secara teori.
Jika suhu semakin tinggi maka viskositas larutan akan menurun dan
menyebabkan ion-ion dalam air bergerak cepat sehingga nilai
konduktivitas larutan yang terukur semakin tinggi. Selain itu, NaCl
yang digunakan adalah NaCl teknis, bukan NaCl pro analis (PA).
Sehingga kemungkinan terdapat zat-zat lain yang juga ikut terukur
yang mempengaruhi nilai konduktivitasnya. Dimana konduktivitas
larutan sendiri dipengaruhi oleh konsentrasi, aktivitas, muatan serta
mobilitas ion pada larutan.
Dalam larutan elektrolit, konduktivitas dipengaruhi oleh
konsentrasi larutannya (Rahmawati, 2013). Sehingga terdapat
besaran yang disebut konduktivitas molar dengan persamaan 2.11.
y = 21,543x - 0,0176
0
10
20
30
40
50
60
70
0 1 2 3 4
Ko
nd
ukt
ivit
as (
S/m
)
Konsentrasi NaCl (% massa)
Berdasarkan persamaan tersebut, maka hasil pengukuran yang
diperoleh adalah sesuai teori, dimana semakin besar konsentrasi
larutan NaCl maka semakin besar pula nilai konduktivitas
larutannya. Ketika konsentrasi NaCl semakin besar, jumlah ion yang
terurai pada larutan pun semakin bertambah, yang berarti migrasi ion
pada larutan akan semakin cepat, sehingga larutan akan semakin baik
dalam menghantarkan listrik. Oleh karena itu, nilai konduktivitas
larutannya pun akan meningkat seiring dengan bertambahnya
konsentrasi larutan.
4.2 Hubungan Frekuensi terhadap Impedansi Larutan NaCl
Pengukuran impedansi larutan ionik NaCl ini dilakukan pada
rentang frekuensi 1 Hz – 1 MHz, karena seperti yang telah dijelaskan
pada bab sebelumnya, bahwa metode pengukuran impedansi dengan
menggunakan V to I converter ini dapat bekerja dengan baik pada
frekuensi 1 Hz hingga 1 MHz, yang mana tegangan masukan (Vinput)
dalam rentang frekuensi tersebut adalah stabil.
Gambar 4.3 menunjukkan hubungan nilai impedansi listrik
terhadap frekuensi pada larutan ionik NaCl 0,01% atau dengan
konsentrasi 0,0017 M. Pengukuran dilakukan pada rentang frekuensi
1 Hz hingga 1 MHz dengan menggunakan arus sebesar 1mA.
Penggunaan arus injeksi sebesar 1mA disebabkan karena sampel
yang digunakan adalah larutan NaCl yang merupakan larutan
elektrolit kuat, sehingga cenderung memiliki nilai impedansi yang
rendah. Jika pada pengukuran digunakan arus kurang dari 1mA,
seperti 100 µA, 10 µA maupun 1 µA, maka tegangan keluaran
(Vouput) yang terukur pada sistem tidak terbaca karena nilainya yang
sangat kecil, sehingga sulit untuk dibedakan pada tiap frekuensi yang
digunakan saat pengambilan data. Sistem pengukuran impedansi ini
sesuai dengan Hukum Ohm, dimana saat arus yang diberikan kecil
maka tegangannya pun akan kecil, karena arus dan tegangan adalah
sebanding.
5
Gambar 4. 3 Hubungan Impedansi dan Frekuensi pada larutan ionik
NaCl 0,01%
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kurva hubungan antara
impedansi dan frekuensi pada larutan ionik NaCl 0,01%, secara
umum memiliki pola yang turun secara logaritmik. Nilai impedansi
yang terukur pada larutan NaCl 0,01% memiliki kisaran nilai
impedansi dalam rentang 10 Ω hingga 900 Ω.
Pada Gambar 4.3, diperoleh nilai impedansi yang menurun
secara logaritmik terhadap nilai frekuensi yang mana nilai impedansi
total larutan NaCl 0,01% dipengaruhi oleh komponen kapasitansi
dan resistansi sistem. Penurunan impedansi secara signifikan terjadi
pada frekuensi rendah (1Hz - 100Hz), yang disebabkan karena
larutan NaCl pada frekuensi tersebut bersifat kapasitif dengan nilai
resistansi kapasitif sangat besar, sehingga arus yang melewati
kapasitor adalah sangat kecil atau dapat diabaikan, dimana arus
hanya mengalir pada resistor. Reaktansi kapasitif sangat bergantung
pada frekuensi, dimana semakin besar frekuensi maka reaktansi
kapasitifnya semakin rendah, karena keduanya memiliki hubungan
yang tidak sebanding. Sedangkan pada frekuensi sedang (100 Hz –
10 kHz) nilai impedansi cenderung lebih konstan atau penurunannya
tidak drastis. Hal tersebut disebabkan karena pada rentang frekuensi
100 Hz hingga 10 kHz pengaruh kapasitansi pada sistem rangkaian
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1000
1 10 100 1000 10000 100000 1000000
Imp
ed
ansi
(O
hm
)
Frekuensi (Hz)
empat elektroda ini sangat kecil atau dapat diabaikan, sehingga nilai
impedansi listrik yang terukur hanya dipengaruhi oleh resistansi
larutan saja.
Larutan NaCl merupakan larutan yang bersifat resistif. Hasil
pengukuran nilai impedansi berdasarkan Gambar 4.3 pada larutan
NaCl muncul sifat kapasitif yang disebabkan karena adanya efek
double layer. Efek double layer muncul karena adanya interaksi
antara permukaan elektroda dengan larutan NaCl. Reaksi-reaksi pada
partikel bermuatan di dalam larutan NaCl, yaitu ion Na+ dan Cl
-,
yang melewati permukaan dua fase zat, yaitu fase logam (elektroda)
dan fase larutan (larutan NaCl) menyebabkan ketidakseimbangan
muatan listrik pada elektroda dan elektrolit. Adanya celah antara
elektroda dengan larutan NaCl dianalogikan sebagai kapasitor,
sedangkan larutan NaCl, khususnya ion yang menempel pada
permukaan elektroda dianalogikan sebagai resistor, sehingga muncul
adanya rangkaian RC ekivalen seperti model Randles pada Gambar
2.5.
Larutan NaCl akan terurai menjadi kation (Na+) dan anion
(Cl-). Terjadinya hantaran listrik dalam larutan NaCl ketika
diinjeksikan arus disebabkan karena ion Na+ menangkap elektron
pada katoda dengan membebaskan gas natrium. Sedangkan ion Cl-
akan melepaskan elektron pada anoda dengan menghasilkan gas
klorin. Pada frekuensi rendah, ketika arus diinjeksikan ke dalam
larutan NaCl, ion-ion dalam larutan yang terurai akan berdifusi
sehingga menyebabkan terjadinya hidrasi dan atmosfer ionik. Hidrasi
merupakan pembentukan selubung dipol disekitar ion pusat karena
kekuatan ion dipol. Ion pusat yang dikelilingi oleh ion-ion dengan
muatan berlawanan dengan ion pusat yang terbentuk oleh adanya
difusi disebut dengan atmosfer ionik. Elektroda akan memiliki
muatan ketika diberi potensial, ion-ion dalam larutan yang dengan
muatan yang berlawanan akan tertarik menuju elektroda tersebut.
Sehingga muncul adanya electrical double layer. Hidrasi dan
atmosfer ionik terjadi dekat dengan permukaan double layer.
Terjadinya hidrasi dan atmosfer ionik pada larutan NaCl ini akan
meningkatkan dimensi efektif dan mengurangi muatan ion pusat
yang mengakibatkan migrasi ion pada larutan terhambat sehingga
pada frekuensi rendah kapasitor double layer tidak melewatkan arus.
Terhambatnya migrasi ion pada larutan NaCl tersebut menyebabkan
daya hantar arus listrik pada larutan rendah, sehingga nilai impedansi
listrik larutan tersebut tinggi. Pada frekuensi tinggi, ketika arus listrik
7
diinjeksikan pada larutan maka terjadi proses migrasi ion dalam
larutan berlangsung secara massal karena kapasitor pada double
layer dapat dilewati arus dan larutan NaCl berperilaku sebagai
konduktor, sehingga dapat dikatakan bahwa arus akan dengan mudah
mengalir melewati larutan atau daya hantar listrik larutannya tinggi.
Oleh karena itu, nilai impedansi listrik larutan tersebut rendah.
Sifat resistif dari larutan NaCl dominan pada frekuensi tinggi,
sedangkan sifat kapasitifnya hanya muncul pada frekuensi rendah.
Frekuensi dalam metode ini menyatakan transmisi sinyal tiap detik
dan perubahan arus bolak-balik tiap detiknya. Semakin besar
frekuensi yang diberikan maka laju pergantian arah arus dalam
rangkaian akan lebih cepat. Hal tersebut mengindikasikan bahwa
kondisi eksternal dari sinyal listrik akan berpengaruh terhadap
kondisi internal di dalam larutan NaCl terutama pada mobilitas
muatan listrik. Peubahan sifat resistif dan kapasitif pada bahan akan
berpengaruh terhadap nilai impedansi listrik larutan NaCl. Ketika
frekuensi yang diberikan semakin tinggi maka nilai impedansi listrik
larutan NaCl semakin rendah. Hal tersebut terlihat pada Gambar 4.3.
Impedansi listrik menyatakan adanya hambatan total yang terjadi
dalam larutan NaCl yang menyebabkan muatan listrik di dalam
larutan terhambat untuk bergerak ketika diberi medan listrik secara
eksternal. Nilai impedansi larutan NaCl bergantung pada resistansi
larutan, reaktansi kapasitif dan frekuensi. Pada frekuensi rendah nilai
reaktansi kapasitifnya besar yang menyebabkan nilai impedansi
listrik larutan NaCl juga menjadi besar. Sedangkan ketika
frekuensinya ditambah nilai reaktansi kapasitif akan menjadi rendah
sehingga terjadi penurunan nilai impedansi listrik larutan NaCl.
Pada pengukuran impedansi 12 variasi konsenstrasi dari
larutan ionik NaCl diperoleh plot grafik impedansi larutan terhadap
Gam
bar 4
. 4 P
lot G
rafik Im
ped
ansi L
istrik terh
adap
Frek
uen
si pad
a 12 V
ariasi Konsen
trasi Laru
tan N
aCl
Gam
bar
4.4
Plo
t G
rafi
k I
mp
edan
si L
istr
ik t
erhad
ap F
rekuen
si p
ada
12 V
aria
si
Konse
ntr
asi
Lar
uta
n N
aCl
9
frekuensi seperti pada Gambar 4.4. Gambar tersebut menunjukkan
hasil pengukuran impedansi listrik pada 12 konsentrasi NaCl yang
berbeda. Pada frekuensi 1 Hz hingga 100000 Hz, nilai impedansi
larutan pada 12 variasi konsentrasi dapat dibedakan, dimana semakin
tinggi konsentrasi nilai impedansinya semakin rendah. Pada
frekuensi. Sedangkan pada frekuensi lebih dari 1 MHz nilai
impedansi larutan pada 12 varisi konsentrasi NaCl sulit dibedakan
karena keterbatasan alat.
Gambar 4.4 menunjukkan pola grafik yang hampir sama pada
12 variasi konsentrasi NaCl. Dimana semakin tinggi frekuensi yang
diberikan maka nilai impedansi larutannya akan semakin rendah
pula. Nilai impedansi tertinggi berada saat konsentrasi NaCl 0,01%
yang merupakan konsentrasi terendah dalam pengukuran. Sedangkan
nilai impedansi terendah berada saat konsentrasi NaCl 3% yang
merupakan konsentrasi tertinggi pada pengukuran.
Larutan NaCl merupakan larutan dengan ikatan ion. Ketika
larutan NaCl diinjeksikan arus maka muncul pengaruh medan listrik
di dalam larutan yang mengakibatkan terjadinya pergeseran ion-ion
yang berlawanan tanda dengan medan listrik tersebut sehingga
menimbulkan adanya polarisasi ion dalam larutan. Dipol yang
terbentuk akibat polarisasi ini merupakan dipol yang tidak permanen,
sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mencapai
keadaan setimbang ketika diberi medan listrik searah. Kemudian
ketika medan dihilangkan, maka posisi ion akan kembali seperti
semula dalam waktu yang relatif lama pula. Oleh karena itu, pada
medan arus bolak-balik (AC) polarisasi dapat terjadi pada frekuensi
rendah. Hal tersebut yang menyebabkan pola pada grafik (Gambar
4.4) saat frekuensi rendah nilai impedansinya menurun secara
signifikan, sedangkan pada frekuensi tinggi nilainya relatif lebih
konstan.
4.3 Pengaruh Konsentrasi NaCl terhadap Impedansi Larutan
Ionik NaCl
Pada Gambar 4.5, diambil 7 titik frekuensi yang dianggap
dapat mewakili seluruh titik pengukuran yang diambil pada rentang
frekuensi 1 Hz hingga 1 MHz. Ketujuh titik tersebut yaitu 1 Hz, 10
Hz, 100 Hz, 1000 Hz, 10000 Hz, 100000 Hz dan 1000000 Hz. Plot
grafik tersebut menunjukkan bahwa hubungan konsentrasi dengan
impedansi larutan NaCl adalah tidak sebanding atau berbanding
terbalik, dimana ketika konsentrasi larutan NaCl bertambah, nilai
impedansinya semakin kecil. Nilai impedansi pada konsentrasi
terendah yaitu NaCl 0,01% berkisar antara 880Ω - 13Ω, sedangkan
nilai impedansi pada konsentrasi tertinggi yaitu NaCl 3% berkisar
antara 414Ω - 9Ω. Nilai impedansi suatu bahan menyatakan
karakteristik bahan tersebut dalam menghambat arus listrik. Semakin
besar nilai impedansi suatu bahan, maka kemampuan bahan tersebut
dalam menghantarkan listrik semakin buruk. Begitu juga sebaliknya,
jika impedansi suatu bahan nilainya rendah, maka kemampuan bahan
tersebut dalam menghantarkan arus listrik akan semakin baik.
11
Gambar 4. 5 Pengaruh Frekuensi terhadap Impedansi pada 12 variasi
Konsentrasi NaCl
Gam
bar
4.5
Pen
gar
uh F
rekuen
si t
erhad
ap I
mped
ansi
pad
a
12 v
aria
si K
onse
ntr
asi
NaC
l
Larutan NaCl termasuk dalam larutan elektrolit kuat yang
mampu menghantarkan listrik. Pada konsentrasi larutan rendah, ion-
ion yang terurai dalam larutan jumlahnya sedikit, sedangkan jika
konsentrasinya ditambah atau semakin besar maka ion-ion yang
terurai dalam larutan pun akan semakin banyak. Hal tersebut
menunjukan bahwa sifat elektrolit dari larutan NaCl akan semakin
kuat seiring dengan penambahan konsentrasi larutan. Jadi semakin
besar konsentrasi larutan NaCl maka dapat dikatakan bahwa semakin
elektrolit pula larutan NaCl tersebut, artinya semakin baik pula
larutan NaCl tersebut dalam menghantarkan listrik. Jika suatu bahan
dikatakan semakin baik dalam menghantarkan listrik, berarti bahan
tersebut memiliki hambatan yang rendah, dalam hal ini adalah nilai
impedansi yang rendah.
Semakin tinggi konsentrasi NaCl maka semakin rendah nilai
impedansi larutan NaCl. Hal tersebut sesuai dengan teori, dimana
daya hantar suatu bahan dikatakan semakin baik jika nilai
konduktivitas bahan tersebut semakin tinggi seperti pada Gambar
4.1, yang menunjukkan bahwa ketika konsentrasi larutan NaCl
bertambah maka nilai konduktivitasnya semakin tinggi, artinya
hubungan konsentrasi dengan konduktivitas adalah linier atau
sebanding. Sedangkan hubungan konsentrasi dengan impedansi
adalah berbanding terbalik.
Berdasarkan Gambar 4.5, hubungan antara konsentrasi dengan
impedansi larutan NaCl adalah berbanding terbalik. Jika konsentrasi
NaCl semakin besar, maka kemampuannya dalam menghantarkan
listrik semakin baik, sehingga nilai impedansinya akan semakin
kecil. Pada konsentrasi rendah, 1 Hz hingga 1000 Hz, nilai
impedansi larutan pada 12 variasi konsentrasi dapat dibedakan
dengan mudah, sedangkan pada frekuensi sedang, 10 kHz nilai
impedansi larutan NaCl sulit untuk dibedakan, dan pada frekuensi 1
MHz impedansi larutan NaCl pada 12 variasi konsentrasi tidak dapat
dibedakan, pada grafik ditunjukkan dengan pola garis yang linier.
Artinya nilai impedansi listrik pada larutan NaCl pada rentang
frekuensi tinggi (lebih dari 1 MHz) tidak memiliki ketergantungan
pada konsentrasi garam. Hal tersebut menunjukkan bahwa metode
yang digunakan dalam penelitian ini dapat bekerja dengan baik pada
frekuensi kurang dari 1 MHz, atau pada rentang frekuensi 1 Hz
hingga 100 kHz seperti ditunjukkan pada Gambar 4.6. yang
menunjukkan lebih detail pengaruh perubahan konsentrasi NaCl
13
pada 11 variasi konsentrasi terhadap nilai impedansi listrik larutan
NaCl yang dihubungkan dengan pola garis linier.
Nilai impedansi larutan NaCl pada berbagai konsentrasi dapat
dibedakan dengan melihat kemiringan tren linier yang ditunjukkan
pada grafik Gambar 4.6. Semakin besar frekuensi kemiringan pola
grafik yang ditunjukkan oleh nilai R2 adalah semakin rendah. Hal
tersebut menunjukkan bahwa alat semakin tidak sensitif terhadap
perubahan konsentrasi yang diberikan, sehingga nilai impedansi yang
terukur pada berbagai konsentrasi larutan NaCl hampir sama.
Sensitivitas alat dapat dikatakan rendah pada frekuensi tinggi.
Gradien yang ditunjukkan pada frekuensi 1 Hz, 10 Hz, 100
Hz, 1000 Hz, 10000 Hz dan 100000 Hz adalah hampir sama,
sedangkan pada frekuensi 1 MHz gradien memiliki nilai yang jauh
berbeda. Gradien yang sama menunjukkan bahwa setiap perubahan
frekuensi, nilai impedansi larutan NaCl pada 11 variasi konsentrasi
menghasilkan perubahan nilai yang stabil atau konstan. Berarti data
nilai impedansi larutan NaCl pada 11 variasi konsentrasi dapat
dikatakan akurat karena perubahan nilai impedansi yang terukur pada
frekuensi 1 Hz hingga 100 kHz adalah konsisten.
Gam
bar 4
.6 H
ubungan
Konsen
trasi NaC
l terhad
ap Im
ped
ansi
pad
a Tuju
h T
itik F
rekuen
si
15
1
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Hasil penelitian sesuai dengan teori, konsentrasi NaCl
berpengaruh linier terhadap nilai konduktivitas larutan NaCl,
semakin tinggi konsentrasi NaCl semakin tinggi konduktivitas
larutan. Konsentrasi larutan NaCl berpengaruh terhadap nilai
impedansi listrik larutan NaCl, nilai impedansi listrik larutan NaCl
semakin rendah seiring dengan bertambahnya konsentrasi larutan
NaCl. Pengukuran impedansi larutan NaCl dengan metode
spektroskopi impedansi elektrokimia menggunakan empat elektroda
dan arus injeksi 1 mA tidak dapat membedakan nilai impedansi
larutan NaCl dalam 12 variasi konsentrasi NaCl pada frekuensi lebih
dari 100 kHz.
5.2 Saran
Pada penelitian selanjutkan diharapkan dapat melakukan
pengukuran impedansi pada larutan elektrolit larutan NaCl pada suhu
yang stabil dan terkontrol.
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
1
DAFTAR PUSTAKA
Ameer, M.A., Fekry, A.M. & Shanab, S.M., 2011. Electrochemical
Behavior of Titanium Alloy in 3 . 5 % NaCl Containing Natural
Product Substances. , 6, pp.1572–1585.
Bera, T.K. & Nagaraju, J., 2011. Electrical Impedance Spectroscopic
Studies on Broiler Chicken Tissue Suitable for the
Development of Practical Phantoms in Multifrequency EIT.
Journal of Electrical Bioimpedance, 2, pp.48–63. Available at:
http://www.journals.uio.no/index.php/bioimpedance/article/vie
wFile/174/175.
Giancoli, D.C., 2005. Douglas giancoli Sixth. J. Challice, ed., United
States of America: Pearson Prentice Hall Education, Inc.
Grimnes, Sverre and Martinsen, O.G., 2008. Bioimpedance &
Bioelectricity Basic 2nd Edition Second., London: Elsevier Ltd.
Halliday & Resnick, 2013. Fundamentals of Physics. Journal of
Chemical Information and Modeling, 53(9), pp.1689–1699.
Hamdy, A.S., 2006. Electrochemical Impedance Spectroscopy Study
of the Corrosion Behavior of Some Niobium Bearing Stainless
Steels in. , 1, pp.171–180.
Islahiyaa, N., Widodo, C.S. & Santoso, D.R., 2016. Pengukuran
Impedansi Listrik Campuran Lemak Babi pada Lemak Sapi
menggunakan Metode Plat Sejajar. Universitas brawijaya, 1,
pp.1–5.
Juansah, J., 2013. Kajian spektroskopi impedansi listrik untuk
evaluasi kualitas buah jeruk keprok garut secara nondestruktif.
Lima, L.F. et al., 2017. Electric Impedance of Aqueous KCl
solutions: Salt Concentration Dependence on Component of the
Equivalent Electric Circuit. Journal of Molecular Liquids, 1,
pp.1–29. Available at:
http://dx.doi.org/10.1016/j.molliq.2017.06.069.
Liu, C. et al., 2003. An electrochemical impedance spectroscopy
study of the corrosion behaviour of PVD coated steels in 0.5 N
NaCl aqueous solution: Part II. Corrosion Science, 45(6),
pp.1257–1273. Available at:
http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0010938X0200214
7 [Accessed July 9, 2017].
Martinsen, O.G., 2000. Bioimpedance and Bioelectricity Basics
First., San Diego: Academic Press Company. Available at:
www.fys.uio.no/publ/bbb.
Rahmatie, R., Sulistya, A.P.C. & Santoso, D.R., 2016. Analisis Nilai
Impedansi Listrik pada Daging Ikan Nila yang Disimpan dalam
Lemari Es. , 6(2), pp.117–124.
Raj, R. & C, N.B., 2013. Bio Impedance Spectroscopy For The
Assessment Of Quality Of Fruits By Constructing The
Equivalent Circuit. , 2(11), pp.1773–1776.
Riyanto, 2012. Elektrokimia dan Aplikasinya 1st ed. Riyanto, ed.,
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sari, C., Widodo, C.S. & Santoso, D.R., 2015. Pengukuran
Impedansi Susu Menggunakan Elektroda Pelat. Un, 1, pp.1–5.
Available at:
https://www.academia.edu/7652062/Pengukuran_Impedansi_S
usu_Menggunakan_Elektroda_Pelat.
Subhan, A., 2011. Fabrikasi dan Karakteristik Li4Ti5O12 untuk
Bahan Anoda Baterai Litium Keramik. Fabrikasi dan
Karakteristik Li4Ti5O12 untuk Bahan Anoda Baterai Litium
Keramik, 1, pp.24–30.
Sukardjo, 2002. Electrolyte Solution. , 1, pp.2–8.
Tipler, P.A., 2008. Physics for Scientists and Engineers with Modern
Physics Second. K. Pettus, ed., New York: W.H. Freeman and
Company.
Tobergte, D.R. & Curtis, S., 2013. BioImpedance & Bioelectricity,
Yaswir, R. & Ferawati, I., 2012. Fisiologi dan Gangguan
Keseimbangan Natrium , Kalium dan Klorida serta
Pemeriksaan Laboratorium. , 1(2), pp.80–85.
Zhang, J.-T. et al., 2004. Studies of water transport behavior and
impedance models of epoxy-coated metals in NaCl solution by
EIS. Progress in Organic Coatings, 51(2), pp.145–151.
Available at:
http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0300944004001420
[Accessed July 9, 2017].