PUTRI SUPOSITORIA

22
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemberian obat suppositoria adalah cara memberikan obat dengan memasukkan obat melalui anus atau rektum dalam bentuk suppositoria. Penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan profil pelepasan obat dari supositoria apabila dievaluasi dengan menggunakan intrinsik dan non- intrinsik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelepasan obat yang diperoleh dengan metode non-intrinsik selalu menunjukkan harga yang lebih besar dibandingkan dengan metode intrinsik berapapun kadar obat yang terkandung di dalam supositoria, konsentrasi obat tidak menunjukkan hubungan yang proporsional dengan pelepasan obat walaupun menunjukkan tendensi pelepasan yang naik dengan naiknya konsentrasi obat. 1.2. Tujuan Tujuan Umum Agar mahasiswa dapat mengetahui pemberian obat secara suppositoria dan sublingual. Tujuan Khusus Dapat menyebutkan cara pemberian obat secara : - Suppositoria 1

Transcript of PUTRI SUPOSITORIA

Page 1: PUTRI SUPOSITORIA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pemberian obat suppositoria adalah cara memberikan obat dengan

memasukkan obat melalui anus atau rektum dalam bentuk suppositoria.

Penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan profil pelepasan obat

dari supositoria apabila dievaluasi dengan menggunakan intrinsik dan non-

intrinsik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelepasan obat yang diperoleh

dengan metode non-intrinsik selalu menunjukkan harga yang lebih besar

dibandingkan dengan metode intrinsik berapapun kadar obat yang terkandung di

dalam supositoria, konsentrasi obat tidak menunjukkan hubungan yang

proporsional dengan pelepasan obat walaupun menunjukkan tendensi pelepasan

yang naik dengan naiknya konsentrasi obat.

1.2. Tujuan

Tujuan Umum

Agar mahasiswa dapat mengetahui pemberian obat secara suppositoria

dan sublingual.

Tujuan Khusus

Dapat menyebutkan cara pemberian obat secara :

- Suppositoria

- Sublingual

1.3. Sistematika Penulisan

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.2. Tujuan

1.3. Sistematika Penulisan

1

Page 2: PUTRI SUPOSITORIA

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pemberian obat suppositoria

2.1.1. Definisi

2.1.2. Tujuan Pemberian

2.1.3. Organ – organ yang dapat diberi obat suppositoria

2.2. Pemberian Obat Suppositoria Melalui Rektum

2.2.1. Pengertian Pemberian Obat Melalui Rektum

2.2.2. Tujuan Pemberian Obat Pada Rektum

2.2.3. Indikasi dan kontra indiaksi

2.2.4. Macam-macam obat supositoria

2.2.5. Keuntungan dan Kerugian

2.2.6.Persiapan Alat

2.2.7. Prosedur Kerja

2.3. Pemebrian Obat Suppositoria Melalui Vagian

2.3.1. Pengertian Pemberian Obat Melalui Vagina

2.3.2. Tujuan Pemberian Obat Pada Vagina

2.3.3. Indikasi dan Kontra Indikasi

2.3.4. Macam-macam obat supositoria vagina

2.3.5. Keuntungan dan Kerugian

2.3.6.Persiapan Alat

2.3.7. Prosedur Kerja

2.3.8. Mekanisme Kerja Obat

2.3.9. Evaluasi Tindakan

2.4. Memberikan Obat Sublingual

2.4.1. Pengertian

2.4.2. Tujuan

2.4.3. Indikasi dan Kontraindikasi

2.4.4. Persiapan Klien

2.4.5. Keuntungan dan Kerugian

2.4.6. Persiapan Alat

2.4.7. Pelaksanaan

2

Page 3: PUTRI SUPOSITORIA

2.4.8. Evaluasi

2.4.9. Dokumentasi

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan

3.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

3

Page 4: PUTRI SUPOSITORIA

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pemberian obat suppositoria

2.1.1. Definisi

Pemberian obat suppositoria adalah cara memberikan obat dengan

memasukkan obat melalui anus atau rektum dalam bentuk suppositoria.

2.1.2. Tujuan Pemberian

a.Untuk memperoleh efek obat lokal maupun sistemik

b. Untuk melunakkan feses sehingga mudah untuk dikeluarkan

2.1.3. Organ – organ yang dapat diberi obat suppositoria

Organ-organ tubuh yang dapat diberi obat supositoria:

Rektum

Vagina

2.2. Pemberian Obat Suppositoria Melalui Rektum

2.2.1. Pengertian Pemberian Obat Melalui Rektum

Pengertian Pemberian Obat Melalui Rektum adalah pemberian

sejumlah obat ke dalam Rektum dalam bentuk supositoria

2.2.2. Tujuan Pemberian Obat Pada Rektum

Memperoleh efek pengobatan secara lokal maupun sistemik

Melunakan feces sehingga mudah untuk di keluarkan.

2.2.3. Indikasi dan kontra indiaksi

o Indikasi

Mengobati gejala-gejala rematoid, spondistis ankiloksa, gout akut

dan osteoritis.

4

Page 5: PUTRI SUPOSITORIA

o Kontra Indikasi

Hipersensitif terhadap ketoprofen, esetosal dan ains lain.

Pasien yang menderita ulkus pentrikum atau peradangan aktif

(inflamasi akut) pada saluran cerna.

Bionkospasme berat atau pasien dengan riwayat asma

bronchial atau alergi

Gagal fungsi ginjal dan hati yang berat.

Supositoria sebaiknya tidak di gunakan pada penderita piotitis

atau hemoroid.

2.2.4. Macam-macam obat supositoria

Jika dikombinasikan dengan preparat obat oral, maka pada umumnya

dosis perhari adalah 1 supositoria yang dimasukan ke dalam rectum. Jika

tidak dikombinasikan, dosis lazim adalah 1 dosis 2 kali sehari.

Contoh obat supositoria

Kaltrofen supositoria

Profeid supositoria

Ketoprofen supositoria

Dulcolax supositoria

Profiretrik supositoria

Stesolid supositoria

Boraginol supositoria

Tromos supositoria

Propis supositoria

Dumin supositoria

2.2.5. Keuntungan dan Kerugian

Keuntungan

o Bisa mengobati secara bertahap

o Kalau missal obat minimbulkan kejang, atau panas reaksinya

lebih cepat, dapat memberikan efek local dan sistemik.

5

Page 6: PUTRI SUPOSITORIA

o Contoh memberikan efek local dulcolax untuk meningkatkan

defeksasi.

Kerugian

o Sakit tidak nyaman daya fiksasi lebih lama dari pada IV

o Kalau pemasangan obat tidak benar, obat akan keluar lagi.

o Tidak boleh diberikan pada pasien yang mengalami

pembedahan rekrtal.

2.2.6.Persiapan Alat

Obat sesuai yang diperlukan (krim, jelly, foam, supositoria)

Aplikator untuk krim vagina

Pelumas untuk supositoria

Sarung tangan sekali pakai

Pembalut

Handuk bersih

Gorden / sampiran

2.2.7. Prosedur Kerja

Periksa kembali order pengobatan mengenai jenis pengobatan

waktu, jumlah dan dosis obat.

Siapkan klien

Identifikasi klien dengan tepat dan tanyakan namanya

Berikan penjelasan pada klien dan jaga privasi klien

Atur posisi klien dalam posisi sim dengan tungkai bagian atas

fleksi ke depan

Tutup dengan selimut mandi, panjangkan area parineal saja

Kenakan sarung tangan

Buka supositoria dari kemasannya dan beri pelumas pada

ujung bulatan dengan jeli, beri pelumas sarung tangan pada jari

telunjuk dan tangan dominan anda.

6

Page 7: PUTRI SUPOSITORIA

Minta klien untuk menarik nafas dalam melalui mulut dan

untuk merelaksasikan sfingterani. Mendorong supositoria melalui

spinter yang kontriksi menyebabkan timbulnya nyeri

Regangkan bokong klien dengan tangan dominan, dengan

jari telunjuk yang tersarungi, masukan supusitoria ke dalam anus

melalui sfingterani dan mengenai dinding rektal 10 cm pada orang

dewasa dan 5 cm pada bayi dan anak-anak.

Anak supositoria harus di tetapkan pada mukosa rectum supaya

pada kliennya di serap dan memberikan efek terapeutik

Tarik jari anda dan bersihkan areal anal klien dcngan tisu.

Anjurkan klien untuk tetap berbaring terlentang atau miring

selama 5 menit untuk mencegah keluarnya suppositoria

Jika suppositoria mengandung laktosit atau pelunak fases,

letakan tombol pemanggil dalam jangkauan klien agar klien dapat

mencari bantuan untuk mengambil pispot atau ke kamar mandi

Buang sarung tangan pada tempatnya dengan benar

Cuci tangan

Kaji respon klien

Dokumentasikan seluruh tindakan.

2.3. Pemebrian Obat Suppositoria Melalui Vagian

2.3.1. Pengertian Pemberian Obat Melalui Vagina

Pengertian Pemberian Obat Melalui Vagina adalah pemberian

sejumlah obat ke dalam Vagina

2.3.2. Tujuan Pemberian Obat Pada Vagina

o Mengobati inveksi pada vagina

o Menghilangka nyeri, rasa terbakar dan ketidaknyamanan pada

vagina

o Mengurangi peradangan

7

Page 8: PUTRI SUPOSITORIA

2.3.3. Indikasi dan Kontra Indikasi

o Indikasi

Vaginitis, keputihan vagina dan serviks (leher rahim) karena

berbagai etiologi, ektropia dan parsio dan serviks. Servik sebagai

hemoestasis setelah biopsy dan pengangkatan polip di serviks, erosi

uretra eksterna dan popiloma uretra kondiloma akuminata. Luka

akibat penggunaan instrument ginekologi untuk mempercepat

proses penyembuhan setelah electron koagulasi.

o Kontraindikasi

Jangan diberikan pada orang yang mempunyai kecenderungan

hipersensitif atau alergi.

2.3.4. Macam-macam obat supositoria vagina

Satu ovula dimasukan sedalam mungkin ke dalam vagina setiap hari

sebelum tidur selama 1-2 minggu boleh dipakai sebagai pengobatan tersendiri

atau sebagai terapi interval pada kontensasi. Pamakaian selama masa haid

(menstruasi) tidak dianjurkan.

Contoh obat supositoria vagina.

o Flagil Supositoria

o Vagistin Supositoria

o Albotil Supositoria

o Mistatin Supositoria

o Tri Costatis Supositoria

o Neoginoksa Supositoria

2.3.5. Keuntungan dan Kerugian

o Keuntungan

Proses penyembuhan lebih cepat, dimana jaringan nekrotik

dikoagulasi dan kemudian dikeluarkan

Mengobati infeksi pada vagina

8

Page 9: PUTRI SUPOSITORIA

Mengurangi peradangan

o Kerugian

Dapat menimbulkan pengeluaran jaringan rusak, dan dalam

vagina berupa bau dan rasa tidak nyaman.

2.3.6.Persiapan Alat

Obat sesuai yang diperlukan (krim, jelly, foam, supositoria)

Aplikator untuk krim vagina

Pelumas untuk supositoria

Sarung tangan sekali pakai

Pembalut

Handuk bersih

Gorden / sampiran

2.3.7. Prosedur Kerja

o Cek kembali order pengobatan mengenai jenis pengobatan,

waktu, jumlah dan dosis obat.

o Sikap klien

Identifikasi klien dengan tepat dan tanyakan namanya.

Jaga privsi dan minta klien untuk berkemih terlebih dahulu

Pengosongan kandung kemih akan mengurangi

ketidaknyamanan saat prosedur dan mengurangi resiko iritasi

vagina.

Atur posisi klien berbaring supinasi dengan kaki flexi dan

panggul rotasi internal.

Tutup dengan selimut mandi dan pinjamkan area parineal saja.

o Pakai sarung tangan.

o Infeksi orivisum vagina, catat adanya

pengeluaran bau atau rasa tidak nyaman.

o Lakukan perawatan perineal.

9

Page 10: PUTRI SUPOSITORIA

Pemberian Obat Supositoria

o Buka bungkus alumunium foil supositoria dan oleskan sejumlah

pelumas yang larut dalam air pada ujung supositoria yang bulat dan

halus. Lumaskan jari telunjuk yang telah terpasang sarung tangan

dari tangan dominan, pelumas mengurangi gesekan pada

permukaan mukosa selama insersi supositoria.

o Dengan tangan dominan yang sudah terpasang sarung tangan,

regangkan lipatan libia dan memanjangkan orifisum vagina.

o Masukan supositoria sekitar 8-10 cm sepanjang dinding vagina

posterior. Memastikan distribusi obat yang merata sepanjang

dinding rongga vagina

o Tarik jari tangan dan bersihkan pelumas yang tersisa di sekitar

ofisum dan libia

o Minta klien untuk tetap berada pain posisi tersebut selama 5-10

menit setelah insersi obat akan didistribusikan dan diabsorpsikan

merata melalui ofisum

o Tawarkan pembalut parineal sebelum pasien melakukan ambulasi

memberikan kenyamanan klien.

o Lepaskan sarung tangan dan buang ke dalam tempat yang sesuai.

o Cuci tangan

o Kaji respon klien

o Dokumentasikan seluruh tindakan

2.3.8. Mekanisme Kerja Obat

Jika dikombinasikan dengan preparat oral, maka pda umumnya dosis

perhari adalah supositoria yang dimasukan kedalam rectum, jika tidak

dikombinasikan dosis lazim adalah 1 supositoria 2 kali sehari

2.3.9. Evaluasi Tindakan

10

Page 11: PUTRI SUPOSITORIA

Telah dilakukan penelitian tentang perbedaan antara metode disolusi

intrinsik dan non-intrinsik untuk mengevaluasi pelepasan obat dari

supositoria basis lemak. Penelitian dilakukan dengan cara membuat

supositoria dengan basis lemak yang mengandung natrium salisilat sejumlah

50 mg, 100 mg, 150 mg, 200 mg dan 250 mg tiap supositoria, kemudian

dilakukan uji disolusi terhadap supositoria tersebut dengan menggunakan alat

uji disolusi intrinsik yang membatasi luas kontak muka antara supositoria

dengan medium, dan alat uji disolusi non-intrinsik yang tidak membatasi luas

kontak muka antara supositoria dengan medium. Tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui perbedaan profil pelepasan obat dari supositoria apabila

dievaluasi dengan menggunakan intrinsik dan non-intrinsik. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa pelepasan obat yang diperoleh dengan metode non-

intrinsik selalu menunjukkan harga yang lebih besar dibandingkan dengan

metode intrinsik berapapun kadar obat yang terkandung di dalam supositoria,

konsentrasi obat tidak menunjukkan hubungan yang proporsional dengan

pelepasan obat walaupun menunjukkan tendensi pelepasan yang naik dengan

naiknya konsentrasi obat.

2.4. Memberikan Obat Sublingual

2.4.1. Pengertian

Pemberian obat secara sublingual adalah pemberian obat dengan cara

meletakannya dibawah lidah sampai diabsorpsi ke dalam pembuluh darah

2.4.2. Tujuan

Untuk memproleh efek lokal dan sistemik

Memperoleh aksi kerja obat secara cepat dibandingkan secara oral

Menghindari kerusakan obat oleh hepar

2.4.3. Indikasi dan Kontraindikasi

Indikasi : Angina pectoris, aritmia, hipertensi, infark

miokard, kardiomiopati obstruktif hipertropik,

11

Page 12: PUTRI SUPOSITORIA

feokromositoma (takikardi dan aritmia akibat

tumor), tirotoksikosis, migren, glaukoma,

ansietas

Kontra indikasi : Penyakit Paru Obstruktif, Diabetes Militus

(hipoglikemia), Penyakit Vaskuler, Disfungsi

Jantung

2.4.4. Persiapan Klien

Persiapan Klien

Cek perencanaan Keperawatan klien

Klien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan

2.4.5. Keuntungan dan Kerugian

Keuntungan

o Memperoleh aksi obat yang lebih cepat dibandingkan secara oral

o Memperoleh efek lokal dan sistemik

o Menghindari kerusakan obat oleh hepar

Kerugian

o Bila dalam pemberian obat tidak diperhatikan, kemungkinan

pasien akan menelan obat itu, sehingga efek obat tidak optimal.

2.4.6. Persiapan Alat

Obat yang sudah ditentukan

Tongspatel (bila perlu )

Kasa untuk membungkus tongspatel

2.4.7. Pelaksanaan

Perawat cuci tangan

Memasang tongspatel ( jika klien tidak sadar ) kalau sadar anjurkan

klien untuk mengangkat lidahnya

Meletakan obat dibawah lidah

12

Page 13: PUTRI SUPOSITORIA

Memberitahu klien supaya tidak menelan obatt

Perawat cuci tangan

Perhatikan dan catat reaksi klien setelah pemberian obat

2.4.8. Evaluasi

Perhatikan respon klien dan hasil tindakan

Yakinkan obat dikemut atau ditelan

2.4.9. Dokumentasi

Mencatat tindakan yang telah dilakukan (waktu pelaksanaan, respon

klien, hasil tindakan,nama obat dan dosis, perrawat yang melakukan ) pada

catatan keperawatan

13

Page 14: PUTRI SUPOSITORIA

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Pemberian obat suppositoria adalah cara memberikan obat dengan

memasukkan obat melalui anus atau rektum dalam bentuk suppositoria.

Penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan profil pelepasan obat

dari supositoria apabila dievaluasi dengan menggunakan intrinsik dan non-

intrinsik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelepasan obat yang diperoleh

dengan metode non-intrinsik selalu menunjukkan harga yang lebih besar

dibandingkan dengan metode intrinsik berapapun kadar obat yang terkandung di

dalam supositoria, konsentrasi obat tidak menunjukkan hubungan yang

proporsional dengan pelepasan obat walaupun menunjukkan tendensi pelepasan

yang naik dengan naiknya konsentrasi obat.

Pemberian obat secara sublingual adalah pemberian obat dengan cara

meletakannya dibawah lidah sampai diabsorpsi ke dalam pembuluh darah

3.2. Saran

Dengan selesainya makalah ini diharapkan agar para pembaca agar

dapat lebih mengetahui tentang tanggung jawab dan tanggung gugat sebagai

perawat. Dan dapat mengaplikasikannya dalam dunia keperawatan

14

Page 15: PUTRI SUPOSITORIA

DAFTAR PUSTAKA

http://layananapotek.blogspot.com/2008/07/penggunaan-obat-sediaan-

supositoria.html

http://www.thebestlinks.com/tag/prosedur-pemberian-obat-supositoria.html

http://books.google.co.id/books?

id=rLWvvfL8BcC&pg=PA88&lpg=PA88&dq=definisi+supositoria&so

urce=bl&ots=B25ZOajyLE&sig=e0wfWfou4g2_iOTK3sf8v6aw3nI&hl

=id&ei=4TmnS_vsMZS0rAexic3nAQ&sa=X&oi=book_result&ct=resu

lt&resnum=3&ved=0CA0Q6AEwAg#v=onepage&q=definisi

%20supositoria&f=false

15